BENTUK LAGU DAN MAKNA ENDE BUE-BUE PADA MASYARAKAT MANDAILING DI KELURAHAN LOSUNG PADANGSIDIMPUAN.

(1)

BENTUK LAGU DAN MAKNA ENDE BUE-BUE PADA

MASYARAKAT MANDAILING DI KELURAHAN

LOSUNG PADANGSIDIMPUAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

OCTA MARIA SIHOMBING

NIM. 2103340041

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

ABSTRAK

Octa Maria Sihombing, NIM 2103340041. Bentuk Lagu dan Makna Ende Bue-bue Pada Masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan. Jurusan Sendratasik. Program Studi Pendidikan Musik. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk lagu ende bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan, untuk mengetahui makna yang terkandung dalam ende bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan, untuk mengetahui fungsi

ende bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung

Padangsidimpuan.

Teori yang digunakan adalah bentuk, makna, fungsi dan Ende. Bentuk adalah susunan rangka lagu yang ditentukan menurut bagian-bagian kalimatnya. Makna adalah maksud yang tersimpul dari hal yang mau ditunjukkan oleh sesuatu atau mau diungkapkan, dipaparkan, dengan kata sebenarnya tidak mencampuri nilai rasa. Fungsi musik adalah untuk mengekspresikan rasa, dan sekaligus sebagai suatu aktivitas dari berbagai jenis komunikasi manusia. Ende adalah nyanyian tradisional (folksong), menampilkan representasi struktur, fungsi dan nilai-nilai budaya.

Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang meliputi beberapa aspek yaitu, pengamatan observasi,wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Penelitian ini dilaksanakan di Padangsidimpuan, tepatnya di Kelurahan Losung dan penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2014 sampai dengan Februari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Mandailing yang tinggal di Kelurahan Losung Padangsidimpuan. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah penyanyi 1 orang, seniman 1 orang, dan masyarakat Kelurahan Losung 5 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk lagu pada Ende Bue-bue terdiri dari bentuk lagu satu bagian, dengan bentuk A-A’. Makna dari Ende Bue-bue adalah makna kasih sayang orang tua kepada anaknya dan nyanyian ini adalah nyanyian untuk menidurkan anak. Fungsi ende bue-bue adalah sebagai media hiburan, media ekspresi emosional dan media pelestari kebudayaan. Ende Bue-bue perlu dilestarikan karena mulai dilupakan dan tertinggal. Untuk itu, sangat perlu dikembangkan dan diperkenalkan pada generasi muda agar tidak hilang begitu saja.


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan hikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir/Skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Bentuk Lagu dan Makna Ende Bue-bue Pada Masyarakat Mandailing Di Kelurahan Losung Padangsidimpuan”.

Dengan penyelesaian Skripsi ini, banyak dukungan dan bantuan yang di dapatkan penulis. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I.

4. Panji Suroso, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Musik Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

5. Mukhlis Hasbullah, M.Sn selaku Dosen Pembimbing II.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Musik Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

7. Yang tercinta Bapak TS. Sihombing dan Ibu As. Pakpahan, S.Th, yang selalu memberi motivasi, perhatian, kasih sayang, pengorbanan,


(8)

iii

kesabaran, doa dan bantuan moril dan materi sampai proses perkuliahan ini selesai.

8. Saudara-saudara penulis Astuti Sihombing, Yenita Sihombing, Daniel Sihombing, Ester Sihombing, Tulang Samuel Pakpahan, Tulang dan Nantulang Moan, Tante Erni, Tante Evi serta keluarga besar lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

9. Sahabat-sahabat Susi Simanjuntak, Putri Br. Ginting, Dina Simamora, Devi Hutapea, Deasy Nainggolan, Risna Damanik, Gusti Tamba.

10.Teman-teman seperjuangan Febri Yanti, Yose Yuliana, Suci Ramadhani, Friskila Pandia, Frans Tarigan, Patar Banjarnahor, Ica Paskalis dan teman stambuk 2010.

11.Paduan Suara Solfeggio Choir yang sudah menjadi keluarga.

12.Narita Pranata yang telah memberikan doa serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu serta mendukung penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Medan, Maret 2015 Penulis

Octa Maria Sihombing NIM. 2103340041


(9)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis ... 9

1. Pengertian Musik ... 10

2. Teori Bentuk ... 14

3. Teori Makna ... 20

4. Teori Fungsi ... 22

5. Ende ... 26

B. Kerangka Konseptual ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 32


(10)

v

D. Teknik pengumpulan Data ... 34

1. Observasi... 34

2. Wawancara ... 35

3. Dokumentasi ... 35

4. Studi Kepustakaan ... 36

E. Teknik Analisis Data... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum dan Letak Geografis Daerah Penelitian ... 39

B. Bentuk Lagu Ende Bue-Bue ... 43

C. Makna yang Terkandung pada Ende Bue-Bue ... 64

D. Fungsi dari Ende Bue-Bue ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN


(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Peta Kota Padangsidimpuan ... 39 Gambar 4.2. Kantor Kelurahan Losung Padangsidimpuan ... 42


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua. Setiap pulau terdiri dari beberapa Provinsi yang masing-masing memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, seperti suku, bahasa, musik, nyanyian dan adat-istiadat pada masyarakatnya.

Pulau Sumatera terletak di sebelah Barat Indonesia yang memiliki suku serta bahasa yang beragam. Pulau Sumatera merupakan pulau keenam terbesar di dunia (http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera). Pulau Sumatera juga dikenal dengan nama lain, yaitu Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, berarti “Pulau Emas”). Pulau Sumatera terdiri dari beberapa Provinsi yaitu, Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung.

Pada masyarakat Sumatera Utara kebudayaan yang hidup dan melekat di dalam lingkungan masyarakatnya sangat beraneka karena terdiri dari beberapa suku, seperti suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Angkola, Mandailling, Nias, Pak-pak, Melayu, dan sebagian lagi penduduknya adalah masyarakat pendatang yang di dominasi oleh suku Jawa.


(13)

2

Mandailing merupakan salah satu suku yang berada di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Ibu kota dari Kabupaten Tapanuli Selatan adalah Sipirok. Kabupaten ini dilintasi oleh bukit barisan, sehingga dimana-mana terlihat bukit. Di sebelah utara, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara. Di bagian timur, berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas dan Padang Lawas Utara, sebelah barat dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing, dan tepat di tengah wilayahnya terdapat kota Padangsidimpuan yang seluruhnya dikelilingi oleh kabupaten ini.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tidak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Pelestarian budaya dilakukan dengan berbagai hal, dari segi seni musik, seni pahat, seni rupa dan tekstil. Pada masyarakat Mandailing, budaya masih sangat kental dan dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.

Menurut Edi Nasution pada (http://gondang.blogspot.com/2013/03/ende-ende-ende.html), masyarakat Mandailing memiliki dua jenis folklor yang cukup terkenal, yaitu ende dan ende-ende. Ende adalah nyanyian tradisional (folksong), sedangkan ende-ende adalah kesusasteraan lama berbentuk puisi (adakalanya disebut pantun) yang dilantunkan secara oral (lisan), dimana keduanya merupakan warisan budaya leluhur mereka. Dalam penyajiannya, baik ende maupun


(14)

ende-3

ende menampilkan representasi struktur, fungsi, dan nilai-nilai budaya yang sebagian masih berlaku dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Mandailing sampai sekarang.

Ende dan ende-ende pada umumnya menggunakan kosa kata dari dua ragam, Hata Mandailing yaitu hata somal (ragam bahasa Mandailing yang dipergunakan oleh orang-orang Mandailing dalam percakapan sehari-hari sampai saat ini) dan hata andung (ragam bahasa sastra, yang dahulu khusus digunakan oleh orang-orang Mandailing pada saat meratapi jenazah dalam upacara kematian), hata andung juga digunakan oleh seorang gadis ketika meratap di hadapan orang tuanya, yang mana gadis tersebut akan menikah dan akan dibawa ke rumah keluarga calon suaminya.

Kebudayaan merupakan warisan leluhur yang dimiliki masyarakat setempat, kebudayaan merupakan pengetahuan, ide dan hasil cipta masyarakatnya. Salah satu bagian dari kebudayaan yang sangat berperan adalah musik tradisional dan lagu daerahnya masing-masing, karena musik dan lagu tersebut merupakan alat untuk menyampaikan sesuatu hal yang telah terjadi seperti, kerinduan, kebahagiaan, kesedihan, dan keluh-kesah. Musik merupakan simponi kehidupan, tidak hanya sekedar hiburan tetapi mampu memberikan makna untuk membangkitkan gairah dan semangat hidup dalam memaknai kehidupan.

Sebagai suatu karya seni, musik pada hakikatnya merupakan bagian dari kebudayaan yang tidak terpisahkan dari peradaban manusia, masyarakat atau bangsa. Pada dasarnya karya musik merupakan refleksi perasaan, pikiran atau cerminan realitas sosial dari nilai-nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat


(15)

4

tersebut. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat pendukungnya.

Masyarakat Mandailing memiliki berbagai nyayian tradisional (folksongs) dan mereka menyebutnya sebagai “ende, salah satunya adalah Ende bue-bue. Ende bue-bue merupakan sebuah nyanyian tradisi untuk menidurkan anak. Isi nyanyian biasanya berupa pengharapan dan doa, kelak jika sudah dewasa nanti anaknya mendapat kehidupan yang baik. Ende bue-bue memiliki fungsi sebagai media hiburan. Disini penulis tidak hanya mencari apa yang menjadi arti dari syair yang dinyanyikan, namun mencari makna yang terkandung dalam Ende bue-bue.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menjadikannya sebagai topik penelitian. Maka untuk itu penulis mengambil judul “Bentuk Lagu dan Makna Ende Bue-bue pada Masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah sejumlah masalah yang berasal dari uraian latar belakang masalah atau kedudukan masalah yang akan diteliti dan lingkup permasalahan yang lebih luas. Dalam penelitian perlu dilakukan identifikasi masalah, tujuannya agar penelitian yang dilakukan lebih terarah serta mencakup masalah yang dibahas tidak terlalu luas. Hal ini sesuai pendapat Riduan (2004:21) “Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau variabel yang


(16)

5

akan diteliti”. Sesuai dengan pendapat di atas maka permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk lagu Ende Bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan?

2. Bagaimana makna yang terkandung dalam Ende Bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan?

3. Apa fungsi Ende Bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan?

4. Bagaimana perkembangan Ende Bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan?

5. Bagaimana tanggapan masyarakat setempat dalam melestarikan Ende Bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah dan untuk mempersingkat cakupan, keterbatasan waktu, dana, kemampuan penulis, maka penulis mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Tujuan pembatasan masalah adalah untuk mempersempit ruang lingkup permasalahan agar topik yang dibahas menjadi lebih fokus dan permasalahan tidak melebar. Sesuai dengan pendapat Sukardi (2006:30) mengatakan bahwa:

“Dalam merumuskan atau membatasi permasalahan permasalahan

dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung kepada kesenangan peneliti. Oleh karena itu, perlu ketelitian dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian dan dirangkum ke dalam beberapa pertanyaan yang jelas”.


(17)

6

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti membatasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk lagu Ende Bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan?

2. Bagaimana makna yang terkandung dalam Ende Bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan?

3. Apa fungsi Ende Bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan?

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban.

Berdasarkan uraian di atas, hal ini sejalan dengan pendapat Maryeni (2005:14) yang menyatakan bahwa:

“Rumusan masalah merupakan jabatan detail fokus penelitian yang digarap. Rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga biasa disikapi sebagai jabatan fokus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada butir-butir masalah yang dirumuskan”.

Berdasarkan pendapat tersebut serta uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah


(18)

7

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Bentuk Lagu dan Makna Ende Bue-bue

Pada Masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan?” E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan manusia selalu berorientasi kepada tujuan tertentu. Salah satu keberhasilan penelitian adalah tercapainya tujuan penelitian. Tanpa adanya suatu tujuan yang jelas maka kegiatan tersebut tidak akan terarah karena tidak tahu apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Tujuan penelitian selalu dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang akan dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Bungin (2007:75) yang menyatakan, “Tujuan penelitian adalah dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam suatu penelitian”.

Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk lagu Ende Bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan.

2. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam Ende Bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan.

3. Untuk mengetahui fungsi Ende Bue-bue pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Losung Padangsidimpuan.


(19)

8

F. Manfaat Penelitian

Selain tujuan penelitian, setiap penelitian juga harus memiliki manfaat sehingga penelitian tersebut tidak hanya teori semata tetapi dapat dipakai oleh pihak-pihak yang membutuhkan. Menurut Hariwijaya (2008:50) yang mengatakan bahwa: “Manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut, dalam hal ini mencakup dua hal yakni kegunaan dalam pengembangan ilmu dan manfaat di bidang praktik”.

Berdasarkan pendapat tersebut, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Sebagai wawasan bagi peneliti sendiri.

2. Sebagai bahan informasi kepada setiap pembaca untuk mengenal kesenian tradisional masyarakat Mandailing.

3. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang berniat melakukan penelitian yang relevan di kemudian hari.

4. Sebagai upaya dalam melestarikan salah satu kebudayaan Mandailing guna mencegah kepunahan.

5. Menambah perbendaharaan perpustakaan Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan khususnya program Studi Pendidikan Seni Musik.


(20)

70 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kota Padangsidimpuan merupakan kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara dan dikenal dengan sebutan “Kota Salak”. Kota ini merupakan persimpangan jalur darat menuju kota Medan, Sibolga dan Padang (Sumatera Barat) di jalur lintas barat Sumatera. Semboyang dari kota ini adalah “Salumpat Saindege” yang artinya “Selangkah, Seirama, Seia Sekata”. Kelurahan Losung merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan.

2. Bentuk lagu dari Ende Bue-bue adalah bentuk lagu satu bagian yaitu A-A’. Bentuk A terdiri dari frase pertanyaan dan frase jawaban yang terdapat pada birama 1 sampai birama 7. Bentuk A’ terdiri dari frase jawaban dan frase jawaban yang terdapat pada biram 8 sampai birama 13. Pada lagu ini banyak terdapat pengulangan pada melodinya sedangkan syair/kalimat berubah-ubah sesuai dengan suasana hati yang menyanyikannya.

3. Makna yang terkandung pada Ende Bue-Bue adalah makna kasih sayang orang tua kepada anaknya. Bagi kehidupan masyarakat Mandailing lagu ini adalah satu wadah yang menggambarkan bagaimana orang tua dahulu menidurkan anak mereka agar tidak menangis dan segera tidur sehingga orang tua bisa bekerja dengan tenang.


(21)

71

4. Fungsi Ende Bue-bue ini adalah nyanyian untuk menidurkan anak dan bersifat sebagai hiburan. Lagu ini juga sebagai sarana untuk menyampaikan rasa kasih sayang orang tua kepada anaknya dan sekaligus sebagai doa kepada Yang Maha Kuasa kelak anaknya apabila sudah besar nanti menjadi anak yang berhasil dan orang yang hebat. Selain itu juga sebagai media ekspresi emosional dan sebagai pelestari kebudayaan.

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran antara lain:

1. Memberikan contoh kepada generasi muda agar mempertahankan hasil peninggalan budaya nenek moyang karena itu merupakan sejarah budaya dan nilai suatu budaya dan kebiasaan-kebiasaan daerah tersebut sebelum zaman sekarang.

2. Hendaknya Nyanyian Ende Bue-bue tetap diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan tetap melestarikannya dengan cara menyanyikan lagu tersebut setiap hari dan setiap akan menidurkan anak sehingga generasi muda akan mengetahui adanya lagu tersebut karena bagaimana pun hasil budaya harus tetap dikembangkan dan dipertahankan agar bukti sejarah budaya tersebut ada. 3. Penulis berharap nyanyian yang merupakan peninggalan nenek moyang hendaknya dipertahankan dari masa kemasa karena penerus bangsa akan mengingatnya sebagai sebuah sejarah yang harus tetap dipertahankan mengingat nilai budaya yang terdapat dalam nyanyian etnik tersebut.


(22)

72

Contohnya nyanyian Ende Bue-bue yang menggambarkan suatu budaya atau kebiasaan pada zaman dahulu, bagaimana cara mereka menidurkan anaknya. 4. Penulis berharap semua pihak memberi apresiasi tinggi terhadap orang-orang

yang berperan dan mengambil tindakan untuk siapapun yang mempertahankan nyanyian etnik ini.

5. Setiap daaerah ataupun bangsa memiliki sejarah masing-masing dan sejarah itu ada karena nenek moyang kita yang lebih dahulu lahir sebelum kita. Mereka juga ingin menceritakan kepada generasi muda tentang mereka dahulu, bagaimana dan seperti apa budaya mereka. Karena itu hendaknya kita sama-sama memperlajarinya karena kita generasi mudalah yang seharusnya mempertahankan budaya kita tersebut.

6. Penulis juga berharap semoga masih banyak orang yang tetap mempertahankan budaya Mandailing terkhusus nyanyian etnik yang sudah lama tidak terdengar karena pengaruh kehidupan budaya modern yang mengikis budaya tradisional, sehingga masyarakat menjadi tabu akan seni dan budaya sendiri. Padahal budaya kita bukan tidak memiliki nilai sejarah yang lebih dibandingkan dengan negara lain hanya karena kita merasa malu dengan budaya kita yang tidak terlalu berkembang dibandingkan dengan budaya negara lain. Dan anehnya ketika negara lain merebut budaya kita, kita baru merasa seolah-olah kehilangan dan berusaha menuntut budaya yang selama ini tidak kita jaga dan pertahankan. Oleh karena itu kita harus menjaga dan mempertahankan budaya kita tersebut.


(23)

73

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Ponoe. 2003. Kamus Musik. Jakarta: Kanisius . 2007. Kamus Musik. Jakarta: Kanisius

Budilinggono. 1993. Bentuk dan Analisis Musik. Jakarta. Depdikbud

Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafondo Persada

Danandjaja, James. 1984. Foklor Indonesia. Jakarta

Girsang, Rosenta. 2014. Tinjauan Bentuk dan Makna Lagu Taur-taur Sibuat Gulom di Desa Binalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang: Quantum Taeching Hardjana. 2004. Musik Antara Kritik dan Apresiasi. Jakarta: Penerbit Buku

Kompas

Hariwijaya, M. Pedoman Penulisan Ilimiah Proposal dan Skripsi. Yogyakarta: Oryza Hurd, Michael. 2002. The Oxford Ilustrared Dictionary of Music. Melbourn

Oxford University Press

Kamien, Roger. 2004. Music: An appreciation USA: Mc Grow Hill, Inc Koentjaraningrat. 2004. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Kustap, Moh. Muttaqim. 2003. Seni Musik Klasik. Jakarta: Depdikbud Lubis, Pangaduan. 2003. Pluralitas Musik Etnik Mandailing. Medan

Manullang, Obed Samois. 2006. Peranan Nyanyian dalam Pengambilan Air Nira (Maragat) di Dusun Bertungen Jehe I Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Miles, M. B. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Nasution, Edi. 2013. Eksistensi “Ende” dan “Ende-ende” dalam Masyarakat Mandailing. Karya Ilmiah. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan


(24)

74

Pasaribu, Ben M. 2004. Pluralitas Musik Etnik. Medan: Pusat Dokumentasi Dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen

Piliang, Yasraf Amir. 2010. Semiotika dan Hipersemiotika, Kode, Gaya dan Matinya Makna. Bandung: Matahari

Prier, Karl-Edmund. 2009. Kamus Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi

Purba, Mauly. 2004. Fungsi Sosial Ensambel Gordang Sambilan pada Masyarakat mandailing di Desa Tamiang, Kecamatan Kota Nopan, Kabupaten Tapanuli Selatan. Medan

Riduan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Jakarta: Alfabeta

. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Jakarta: Alfabeta

Rohman, Saifur.2012. Pengantar Metodologi Pengajaran Sastra. Yogyakarta: AR-RUZZ Media.

Salim, Djohan. 2010. Psikologimusik. Yogyakarta: Best Publisher

Sinaga, Eva Jwita. 2014. Bentuk dan Makna Ende Sitogol pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabet

. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabet

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Penddikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sukardi. 2006. Metodologi Penelitian Kepedidikan. Jakarta: Bumi Aksara Supranto. 2004. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet


(25)

75

http://abrahkreatif.blogspot.com/2009/06/pengertian-manfaat-dan-fungsi-musik.html http://gondang.blogspot.com/2013/03/ende-ende-ende.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tapanuli_Selatan http://id.wikipedia.org/wiki/sumatera


(1)

70

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kota Padangsidimpuan merupakan kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara dan dikenal dengan sebutan “Kota Salak”. Kota ini merupakan persimpangan jalur darat menuju kota Medan, Sibolga dan Padang (Sumatera Barat) di jalur lintas barat Sumatera. Semboyang dari kota ini adalah “Salumpat Saindege” yang artinya “Selangkah, Seirama, Seia Sekata”. Kelurahan Losung merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan.

2. Bentuk lagu dari Ende Bue-bue adalah bentuk lagu satu bagian yaitu A-A’. Bentuk A terdiri dari frase pertanyaan dan frase jawaban yang terdapat pada birama 1 sampai birama 7. Bentuk A’ terdiri dari frase jawaban dan frase jawaban yang terdapat pada biram 8 sampai birama 13. Pada lagu ini banyak terdapat pengulangan pada melodinya sedangkan syair/kalimat berubah-ubah sesuai dengan suasana hati yang menyanyikannya.

3. Makna yang terkandung pada Ende Bue-Bue adalah makna kasih sayang orang tua kepada anaknya. Bagi kehidupan masyarakat Mandailing lagu ini adalah satu wadah yang menggambarkan bagaimana orang tua dahulu menidurkan anak mereka agar tidak menangis dan segera tidur sehingga orang tua bisa bekerja dengan tenang.


(2)

4. Fungsi Ende Bue-bue ini adalah nyanyian untuk menidurkan anak dan bersifat sebagai hiburan. Lagu ini juga sebagai sarana untuk menyampaikan rasa kasih sayang orang tua kepada anaknya dan sekaligus sebagai doa kepada Yang Maha Kuasa kelak anaknya apabila sudah besar nanti menjadi anak yang berhasil dan orang yang hebat. Selain itu juga sebagai media ekspresi emosional dan sebagai pelestari kebudayaan.

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran antara lain:

1. Memberikan contoh kepada generasi muda agar mempertahankan hasil peninggalan budaya nenek moyang karena itu merupakan sejarah budaya dan nilai suatu budaya dan kebiasaan-kebiasaan daerah tersebut sebelum zaman sekarang.

2. Hendaknya Nyanyian Ende Bue-bue tetap diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan tetap melestarikannya dengan cara menyanyikan lagu tersebut setiap hari dan setiap akan menidurkan anak sehingga generasi muda akan mengetahui adanya lagu tersebut karena bagaimana pun hasil budaya harus tetap dikembangkan dan dipertahankan agar bukti sejarah budaya tersebut ada. 3. Penulis berharap nyanyian yang merupakan peninggalan nenek moyang hendaknya dipertahankan dari masa kemasa karena penerus bangsa akan mengingatnya sebagai sebuah sejarah yang harus tetap dipertahankan mengingat nilai budaya yang terdapat dalam nyanyian etnik tersebut.


(3)

Contohnya nyanyian Ende Bue-bue yang menggambarkan suatu budaya atau kebiasaan pada zaman dahulu, bagaimana cara mereka menidurkan anaknya. 4. Penulis berharap semua pihak memberi apresiasi tinggi terhadap orang-orang

yang berperan dan mengambil tindakan untuk siapapun yang mempertahankan nyanyian etnik ini.

5. Setiap daaerah ataupun bangsa memiliki sejarah masing-masing dan sejarah itu ada karena nenek moyang kita yang lebih dahulu lahir sebelum kita. Mereka juga ingin menceritakan kepada generasi muda tentang mereka dahulu, bagaimana dan seperti apa budaya mereka. Karena itu hendaknya kita sama-sama memperlajarinya karena kita generasi mudalah yang seharusnya mempertahankan budaya kita tersebut.

6. Penulis juga berharap semoga masih banyak orang yang tetap mempertahankan budaya Mandailing terkhusus nyanyian etnik yang sudah lama tidak terdengar karena pengaruh kehidupan budaya modern yang mengikis budaya tradisional, sehingga masyarakat menjadi tabu akan seni dan budaya sendiri. Padahal budaya kita bukan tidak memiliki nilai sejarah yang lebih dibandingkan dengan negara lain hanya karena kita merasa malu dengan budaya kita yang tidak terlalu berkembang dibandingkan dengan budaya negara lain. Dan anehnya ketika negara lain merebut budaya kita, kita baru merasa seolah-olah kehilangan dan berusaha menuntut budaya yang selama ini tidak kita jaga dan pertahankan. Oleh karena itu kita harus menjaga dan mempertahankan budaya kita tersebut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Ponoe. 2003. Kamus Musik. Jakarta: Kanisius . 2007. Kamus Musik. Jakarta: Kanisius

Budilinggono. 1993. Bentuk dan Analisis Musik. Jakarta. Depdikbud

Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafondo Persada

Danandjaja, James. 1984. Foklor Indonesia. Jakarta

Girsang, Rosenta. 2014. Tinjauan Bentuk dan Makna Lagu Taur-taur Sibuat Gulom di Desa Binalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang: Quantum Taeching Hardjana. 2004. Musik Antara Kritik dan Apresiasi. Jakarta: Penerbit Buku

Kompas

Hariwijaya, M. Pedoman Penulisan Ilimiah Proposal dan Skripsi. Yogyakarta: Oryza Hurd, Michael. 2002. The Oxford Ilustrared Dictionary of Music. Melbourn

Oxford University Press

Kamien, Roger. 2004. Music: An appreciation USA: Mc Grow Hill, Inc Koentjaraningrat. 2004. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Kustap, Moh. Muttaqim. 2003. Seni Musik Klasik. Jakarta: Depdikbud Lubis, Pangaduan. 2003. Pluralitas Musik Etnik Mandailing. Medan

Manullang, Obed Samois. 2006. Peranan Nyanyian dalam Pengambilan Air Nira (Maragat) di Dusun Bertungen Jehe I Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Miles, M. B. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Nasution, Edi. 2013. Eksistensi “Ende” dan “Ende-ende” dalam Masyarakat Mandailing. Karya Ilmiah. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan


(5)

Pasaribu, Ben M. 2004. Pluralitas Musik Etnik. Medan: Pusat Dokumentasi Dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen

Piliang, Yasraf Amir. 2010. Semiotika dan Hipersemiotika, Kode, Gaya dan Matinya Makna. Bandung: Matahari

Prier, Karl-Edmund. 2009. Kamus Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi

Purba, Mauly. 2004. Fungsi Sosial Ensambel Gordang Sambilan pada Masyarakat mandailing di Desa Tamiang, Kecamatan Kota Nopan, Kabupaten Tapanuli Selatan. Medan

Riduan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Jakarta: Alfabeta

. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Jakarta: Alfabeta

Rohman, Saifur.2012. Pengantar Metodologi Pengajaran Sastra. Yogyakarta: AR-RUZZ Media.

Salim, Djohan. 2010. Psikologimusik. Yogyakarta: Best Publisher

Sinaga, Eva Jwita. 2014. Bentuk dan Makna Ende Sitogol pada Masyarakat Mandailing di Desa Aek Bayur Padangsidimpuan. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabet

. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabet

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Penddikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sukardi. 2006. Metodologi Penelitian Kepedidikan. Jakarta: Bumi Aksara Supranto. 2004. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet


(6)

http://abrahkreatif.blogspot.com/2009/06/pengertian-manfaat-dan-fungsi-musik.html http://gondang.blogspot.com/2013/03/ende-ende-ende.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tapanuli_Selatan http://id.wikipedia.org/wiki/sumatera