KAJIAN FUNGSI, MAKNA DAN EKSISTENSI NYANYIAN ENDE TUMBA PADA MASYARAKAT PANGURURAN SAMOSIR.

KAJIAN FUNGSI, MAKNA DAN EKSISTENSI NYANYIAN
ENDE TUMBA PADA MASYARAKAT PANGURURAN
SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

GUSTI TAMBA
NIM 2103140018

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih,
karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penelitian hingga
dalam bentuk Skripsi. Dalam kesempatan ini penulis memilih judul, “Kajian Fungsi,
Makna dan Eksistensi Nyanyian Ende Tumba pada Masyarakat Pangururan Samosir”.
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis telah berupaya semaksimal dan sebaik
mungkin untuk mencapai hasil yang diharapkan. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Medan.
3. Dra. Tuty Rahayu, M.Si. Ketua Jurusan Sendratasik FBS UNIMED.
4. Uyuni Widiastuty, M.Pd. Dosen Pembimbing I, Herna hirza S.Pd,M.Sn. Dosen
Pembimbing II.
5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS UNIMED yang telah
banyak memberikan sumbangan ilmunya selama masa perkuliahan.
6. Marlita Simbolon dan Ibu Rosmeri Naibaho. Narasumber yang telah banyak
membantu penulis.
7. Torang Silalahi, Kepala Desa Pardomuan I yang telah memberi izin untuk meneliti
bagi penulis diwilayah Desa Pardomuan I serta Seluruh pihak SD 29 Pardomuan I.


ii

8. Kepada Tuhan dan Kedua orang tua tercinta Bapak M. Tamba beserta Ibu R.
Siringo yang selalu memberikan dukungan dalam segala hal. Baik Doa, Semangat
dan dukungan moral dan materil dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Abang saya Chenboy Tamba, Adik-adik saya tersayang Marhasil Tamba, Siti
Sumarni Tamba

dan Manumpak Halomoan serta keluarga besar lainnya yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan dukungan dan
semangat.
11. Buat Krisnahor Situmorang yang selalu memberikan arahan dan dukungan supaya
penulis tidak malas dalam mengerjakan skripsi, buat doa-doa dan pengertiannya
selama penulis fokus melakukan penelitian hingga proses mengerjakan skripsi.
12. Buat sahabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu Okta Maria Sihombing,
Christin Perangin-angin, Risna Damanik, Narita Zendrato, Elda Sari Sihombing,
Putri Ginting, Devi Novitasari, Nova, Sarifah, Kak Uli, Bang Rocky, Kak Eva,
Bang Candra, Prawika Lestari Purba, Riri Elisabeth dan Teman Stambuk
program studi Seni Musik „2010 lainnya.


Medan,

September 2014
Penulis,

Gusti Tamba

iii

iv

DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ..................................................................................................
KATAPENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................


i
ii
iv
vi
vii
vii

BAB l PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
B. Identifikasi Masalah
.......................................................................
C. Pembatasan Masalah
.....................................................................
D. Rumusan Masalah ............................................................................
E. Tujuan Penelitian ...............................................................................
F. Manfaat Penelitian .............................................................................

1
1

6
7
8
8
9

BAB ll LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ....
A. Landasan Teoritis ................................................................................
1. Musik Tradisional BatakToba......................................................
a. Instrument Tradisional Batak Toba ........................................
b. Nyanyian atau Musik Vokal Batak Toba ...............................
2. Teori Fungsi ...............................................................................
3. Teori Makna ................................................................................
a. Umpasa ...................................................................................
4. Pengertian Eksistensi ...................................................................
5. Pengertian Ende Tumba ...............................................................
B. Kerangka Konseptual ...........................................................................

11
11

11
12
14
16
17
19
20
21
22

BAB lll METODOLOGI PENELITIAN...................................................
A. Lokasi dan Waktu penelitian ...............................................................
B. Populasi Dan Sampel ...........................................................................
1. Populasi .........................................................................................
2. Sampel ...........................................................................................
C. Metode Penelitian ................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................
1. Studi Kepustakaan .........................................................................
2. Observasi .......................................................................................
3. Wawancara ...................................................................................

4. Dokumentasi.................................................................................
5. Teknik Analisis Data .....................................................................

23
23
23
23
24
25
25
26
28
29
30
30

iv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
A. Tinjauan Umum Masyarakat Batak Toba di Kabupaten Samosir .....

B. Orang Batak Toba dan Latar Kebudayaannya ...................................
C. Fungsi Nyanyian Ende Tumba pada Masyarakat
Pangururan Samosir ..........................................................................
D. Makna Nyanyian ende Tumba pada masyarakat
Pangururan Samosir ...........................................................................
E. Eksistensi Nyanyian Ende Tumba Pada Masyarakat
Pangururan Samosir ...........................................................................

31
31
33

BAB V PENUTUP ..........................................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran ......................................................................................................

57
57
58


DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

61

v

36
43
51

DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Seperangkat Gondang Uning-uningan ……………………………………………..13
Gambar 2.2 Seperangkat Gondang Sabangunan ………………………………………………...13
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Samosir ………………………………………………………….. 31
Lampiran…………………………………………………………………………………………62

BAB I
PENDAHULUAN
A.


Latar belakang Masalah
Sumatera Utara adalah salah satu provinsi dari 34 provinsi di Negara

Kesatuan Republik Indonesia, yang eksistensinya menonjol karena keberagaman
budayanya. Keberagaman budaya ini dilatarbelakangi oleh faktor sejarah,
geografi, pertumbuhan ekonomi yang relatif pesat, keberadaan wilayah sebagai
tempat pertanian dan tambang, etnografinya yang unik, dan lain-lain.
Keanekaragaman budaya Sumatera Utara juga mencakup aspek agama, bahasa,
ras dan etnis, kesenian, dan lainnya, misalnya pada etnis Batak yang ada di
Sumatera Utara. Etnis Batak terbagi dalam enam bagian suku Batak yaitu Batak
Karo, Batak Toba, Batak Dairi, Batak Mandailing, Batak Angkola dan Batak
Simalungun. Ke enam etnis Batak yanga ada di wilayah Sumatera Utara memiliki
persamaan adat istiadat, bahasa dan kesenian, etnis Batak Karo, Toba, Dairi,
Mandailing, Angkola dan Simalungun yang ada di wilayah Sumatera Utara
memiliki kesamaan kesenian tradisionalnya seperti musik (gondang), tari (tor-tor)
dan lagu (ende). Perbedaannya hanya terletak pada namanya karena adanya
perbedaan bahasa daerah masing-masing etnis Batak yang ada di Sumatera
misalnya dalam etnis Batak Karo nyanyian disebut dengan enden-enden akan
tetapi pada etnis Batak Toba, Dairi, Mandailing, Angkola disebut dengan ende,

lain pula halnya dengan etnis Batak Simalungun dimana nyanyian disebut dengan
doding.

1

2

Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang
wilayahnya meliputi Balige, Porsea, Parsoburan, Laguboti, Ajibata, Uluan,
Borbor, Lumban Julu, dan sekitarnya Silindung, Samosir, dan Humbang. Pada
masyarakat Batak Toba kebudayaan yang berhubungan dengan kesenian ini masih
ada. Seni ini ada yang masih dipertahankan oleh mereka, terutama di wilayah
yang masih homogen secara etnik dan budaya. Seni ini menjadi tradisi turuntemurun bagi mereka, namun di beberapa wilayah yang heterogen secara etnik,
ada beberapa bagian dari kesenian ini yang hampir punah keberadaannya, bahkan
ada yang hilang sama sekali. Hal ini disebabkan karena sudah mengalami
perubahan-perubahan dalam cara berfikir dan dalam kehidupan sehari-harinya
banyak dipengaruhi oleh budaya lain. Berbicara mengenai seni musik

yang

terdapat dalam masyarakat Batak Toba, dapat digolongkan ke dalam dua bagian,
yaitu musik vokal (ende) yang dinyanyikan dan musik instrumentalia (gondang).
Musik vokal Batak Toba atau nyanyian berupa ende mempunyai latar
belakang yang erat hubungannya dengan pandangan hidup, pergaulan, maupun
kegiatan atau kehidupan sehari-hari masyarakatnya yang biasa dinyanyikan secara
pribadi ataupun berkelompok. Ada beberapa nyanyian (ende) yang ada dalam
masyarakat Batak Toba yaitu :
1. Ende Mandideng,
2.

Ende Sipaingot,

3. Ende Pargaulan,
4. Ende Tumba,
5. Ende Sibaran,

3

6. Ende Pasu-pasuan,
7. Ende Hata,
8. Ende Andung.
Melalui nyanyian kata-kata yang berhubungan dengan kehidupan,
pergaulan dan kebiasaan remaja dirangkai sedemikian rupa yang disajikan dalam
bentuk permainan, sehingga lebih mudah dimengerti dan maknanyapun di yakini
lebih sampai dikarenakan nyanyian ende tumba ini lebih bisa diterima remaja
yang memang senang dengan permainan. Nyanyian ende Tumba adalah salah satu
nyanyian etnik yang telah lama melekat dalam kehidupan masyarakat di Samosir
dan berkembang hingga sekarang khususnya di Pangururan.
Kabupaten Samosir terdiri dari beberapa kecamatan salah satunya adalah
Kecamatan Pangururan. Kecamatan Pangururan menjadi ibu kota dari Kabupaten
Samosir diantara kecamatan lainnya, seperti kecamatan Sianjur mula-mula, Onan
Runggu, Harian Boho, Nainggolan, Ronggurnihuta, dan Palipi. Nyanyian ini
sangat menarik karena merupakan perpaduan dari gerakan dan lagu-lagu, dan
lantunan syair bahasa Batak Toba yang membuat masyarakat Pangururan senang
untuk menyayikan dan mempraktekkannya karena lebih mudah memahaminya
karena menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Batak Toba. Nyanyian ende
Tumba ini berisi lagu-lagu berupa syair faktual dan kontekstual menyangkut
kehidupan keseharian remaja. Nyanyian ende Tumba ini adalah nyanyian yang
dinyanyikan remaja dimana pemainnya menari bergerak seragam sambil
bernyanyi. Gerakan mereka didominasi gerakan tortor (seni tari pada masyarakat
Batak Toba), tapi ada kombinasi hentakan kaki dan mengayun disertai menepuk

4

lutut dengan kedua tangan dilanjutkan dengan bertepuk tangan. Paduan gerak dan
nyanyian ini disebut Tumbas sementara dalam syair lagunya ada kata “tumba”.
“Tumba” adalah syairnya, “Embas” adalah gerakannya. Dalam permainan ini
semakin berkembang kreasi “maralo-alo”(berbalasan) dengan versi gerakan yang
mengiringi

syairnya yang berbalasan antara laki-laki dan perempuan. Pada

awalnya ende Tumba ini dinyanyikan pada saat poltak bulan (bulan purnama)
oleh para remaja dan dan fungsinya bersifat hiburan kepada masyarakat sekitar
untuk menghilangkan kejenuhan. Mereka berkumpul di halaman pada malam hari
yang bercahayakan bulan. Disana para remaja bermain, menari, sambil menyanyi
riang dan gembira. Akan tetapi seiring waktu juga bahwa aktifitas nyanyian ende
tumba ini tidak lagi dilakukan pada malam hari dikarenakan masyarakat sekarang
sudah tidak terbiasa dengan itu jadi mereka melakukan nyanyian ende tumba pada
siang hari. Makna nyanyian ende tumba bagi masyarakat Samosir adalah salah
satu wadah yang menggambarkan realita kehidupan orang dewasa yang
sebenarnya, sebelum dipengaruhi perkembangan zaman dan perubahan budaya,
juga sebagai sarana dalam mempererat hubungan para remaja dimana mereka
bisa bermain dan bernyanyi bersama.
Meskipun Nyanyian ende Tumba ini sering dipertunjukkan dan sebagai
permainan dalam kehidupan sehari-hari tidak semua masyarakat Batak Toba di
Samosir mengerti betul apa itu nyanyian ende tumba beberapa dari mereka hanya
tahu lagunya saja dan lebih mengenalnya dengan sebutan martumba, hal ini
dikarenakan masyarakat di Samosir hanya berlaku sebagai penikmat hiburan dari
nyanyian ende tumba ini saja tanpa memperdulikan bagaimana makna dan

5

pengertiannya. Nyanyian Ende Tumba ini biasanya dibuat dalam bentuk
permainan oleh remaja dan anak-anak, setiap gerakan diiringi dengan nyanyian
(ende) dan setiap bentuk permainan berkaitan dengan makna nyanyian yang
menyinggung tentang kehidupan orang dewasa. Nyanyian ende Tumba ini juga
memiliki makna tersendiri karena liriknya menggunakan bahasa batak asli yang
memiliki arti dan pesan yang perlu disampaikan kepada pendengar maupun
pelaku permainan.
Saat ini nyanyian ende tumba memang masih terlihat eksistensinya,
nyanyian ini menjadi sebuah permainan dimana gerakannya tidak didominasi
dengan gerakan tor-tor, sifatnya tetap sebagai hiburan dan pelakunya bukan
remaja saja melainkan anak-anak juga. Tortor adalah seni tari bagi masyarakat
Batak Toba. Sebenarnya tor-tor tidak sama dengan tari, atau tidak dapat dikatakan
tari karena tor-tor mempunyai landasan falsafah adat. Akan tetapi seiring
perkembangan zaman fungsi tortor tidak pada tempatnya lagi hanya untuk acara
tertentu atau sakral, sekarang tortor sudah banyak dikreasikan dengan gerakangerakan baru dan bersifat sebaga hiburan. Hal ini pun berlaku bagi nyanyian ende
Tumba yang dinyanyikan bukan dengan gerakan tor-tor tertentu lagi tetapi dengan
gerakan yang telah dikreasikan dalam bentuk permainan. Selain itu perubahan
pada ende Tumba ini, Nyanyian ende Tumba ditampilkan sebagai sebuah
pertunjukan pada hari-hari besar seperti perayaan tujuh belas agustus selain itu
juga di jadikan sebagai acara-acara perlombaan festival.

6

Berdasarkan uaraian di atas penulis merasa tertarik untuk mengambil judul
penelitian “Kajian Fungsi, Makna dan Eksistensi Nyanyian Ende tumba pada
Masyarakat Pangururan, Samosir.
B.

Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah sengaja penulis angkat kepermukaan dengan jelas

agar dapat mengenal lebih dekat permasalahan yang akan ditemukan pada saat
melakukan penelitian dilapangan.
Begitu juga dengan pendapat Sugiyono (2008:52) “Setiap penelitian yang
akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa
masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses
penelitian.” Dengan adanya identifikasi masalah dalam skripsi ini akan
mengantarkan peneliti untuk lebih mudah mengenal permasalahan yang diteliti
sehingga penelitian akan mencapai sasaran yang tepat. Maka permasalahan
penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. Apakah

fungsi Nyanyian ende Tumba pada masyarakat Batak Toba di

Pangururan Kabupaten Samosir?
2. Apakah makna lagu-lagu yang terdapat pada Nyanyian ende Tumba ?
3. Bagaimana Eksistensi Nyanyian ende Tumba pada masyarakat Batak Toba di
Pangururan Kabupaten Samosir?
4. Bagaimana bentuk penyajian Nyanyian ende Tumba pada masyarakat Batak
Toba di Pangururan Kabupaten Samosir?
5. Bagaimana tanggapan masyarakat Samosir di Desa Pardomuan Kecamatan
Pangururan terhadapa Nyanyian ende Tumba?

7

6. Bagaimana peranan Nyanyian ende Tumba pada masyarakat Batak Toba di
Pangururan Kabupaten Samosir?

C.

Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan permasalahan dalam topik yang diangkat

penulis, maka untuk mempersingkat cakupan, keterbatasan waktu, dana,
kemampuan peneliti oleh karena itu peneliti mengadakan pembatasan masalah
untuk mempermudah penulis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam
penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Juliansyah (2010:245) yang
menyatakan bahwa:
“Batasan masalah yaitu membatasi atau mempersempit ruang lingkup
masalah yang telah teridentifikasi. Batasan masalah ini berguna bagi kita
untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk dalam ruang
lingkup masalah penelitian dan faktor mana yang tidak termasuk dalam
ruang lingkup penelitian.”
Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis membatasi masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah fungsi Nyanyian ende Tumba pada masyarakat Batak Toba di
Pangururan Kabupaten Samosir?
2. Apakah makna lagu-lagu yang terdapat pada Nyanyian ende Tumba?
3. Bagaimana Eksistensi Nyanyian ende Tumba pada masyarakat Batak Toba
di Pangururan Kabupaten Samosir?

8

D.

Rumusan Masalah
Dari uraian-uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang, identifikasi

masalah dan pembatasan masalah, maka akan menuntun peneliti kearah
perumusan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Juliansyah (2010:247)
bahwa:
“Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan
pertanyaan lengkap dan perinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan
diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah
hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas dan dituangkan dalam bentuk
kalimat tanya.”
Adapun yang menjadi rumusan masalah yang dapat ditentukan dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana kajian fungsi, makna dan eksistensi Nyanyian
ende Tumba pada Masyarakat Pangururan, Samosir?
E.

Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan manusia selalu berorientasi kepada tujuan. Salah satu

keberhasilan penelitian adalah tercapainya tujuan penelitian. Tujuan penelitian
selalu dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang
akan dicapai. Berhasil tidaknya suatu penelitian yang dilakukan terlihat dari
tercapai tidaknya tujuan penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk

mengetahui

fungsi

Nyanyian

ende

Tumba

pada

masyarakat Batak Toba di Pangururan Kabupaten Samosir.
2. Untuk mengetahui makna lagu-lagu yang terdapat pada Nyanyian
ende Tumba.

9

3. Untuk mengetahui Eksistensi Nyanyian ende Tumba pada
masyarakat Batak Toba di Pangururan Kabupaten Samosir.

F.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diharapkan dapat mengisi kebutuhan segala

komponen masyarakat, baik dari instansi yang berkaitan dan lembaga-lembaga
kesenian maupun praktisi kesenian, serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan masyarakat luas. Manfaat penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan acuan atau perbandingan bagi peneliti yang lain, jika
ingin meneliti objek yang sama, namun tentu saja dari sudut pandang
yang berbeda.
2. Salah satu upaya pelestarian kekayaan budaya nasional khususnya
pada Nyanyian etnik masyarakat Batak Toba terkhusus di Pangururan,
Samosir.
3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Batak Toba tentang
Nyanyian ende Tumba.
4. Sebagai informasi atau masukan bagi penulis dalam menambah
pengetahuan tentang Nyanyian ende Tumba
5. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang
berniat melakukan penelitian.
6. Sebagai informasi bagi masyarakat Pangururan, Samosir bahwa
sebenarnya penyebutan atau istilah yang paling tepat untuk salah satu
nyanyian etnik ini adalah Nyanyian ende Tumba bukan martumba

10

dimana masyarakat Pangururan sering salah mengartikan dikarenakan
kurangnya pemahaman hanya beberapa seniman yang mengerti dan
memahaminya.
7. Untuk pemahaman bersama bahwa Pengururan, Samosir yang menjadi
salah satu tempat wisata yang sering dikunjungi masyarakat lokal
maupun non lokal, harus lebih mempertahankan lagi Nyanyian ende
Tumba ini terkhusus pemerintah daerah dibagian kepariwisataan
dikarenakan nyanyian

ini

bisa menjadi hiburan

yang layak

dipertontonkan yang dikemas dalam sebuah pertunjukan di daerahdaerah pariwisata seperti di tuk-tuk, tomok, selain sebagai cara dalam
menarik simpatik para pengunjung juga sebagai salah satu cara
menjaga kekayaan budaya di Samosir.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Nyanyian ende Tumba

ini termasuk dalam fungsi kesinambungan

kebudayaan dan hiburan, nyanyian ende Tumba ini dijadikan sebagai
hiburan bagi masyarakat, pada saat perayaan hari besar seperti tujuh
belas agustus, festival, perlombaan.
2. Makna nyanyian ende tumba bagi kehidupan masyarakat batak toba
aalah satu wadah yang tepat utntuk menggambarkan bagaimana orang
dewasa masyarakat Batak Toba dalam mengenali seseorang yang akan
disukai dan dijadikan pasangan hidup.
3. Saat ini nyanyian ende tumba memang masih terlihat eksistensinya,
dibuat menjadi pembelajaran khusus disekolah dasar.

B. SARAN

Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran antara lain:
1. Memberikan contoh kepada generasi muda supaya mempertahankan hasil
peninggalan budaya nenek moyang Batak Toba karena itu merupakan
sejarah budaya dan nilai suatu budaya dan kebiasaan-kebiasaan daerah
tersebut sebelum zaman sekarang.
2. Hendaknya Nyanyian ende tumba tetap dilesatarikan dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari dan kepada semua pihak ikut berperan
melestarikannya baik orang tua, dewasa, dan anak-anak karena hasil
budaya harus tetap dikembangkan dan dipertahankan supaya ada bukti
akan sejarah budaya tersebut memang ada.
3. Penulis berharap nyanyian yang merupakan peninggalan nenek moyang
Batak Toba hendaknya dipertahankan dari masa kemasa karena penerus
bangsa Batak akan mengingatnya sebagai sebuah sejarah yang harus tetap
dipertahankan mengingat nilai budaya yang terdapat dalam nyanyian etnik
tersebut. Contohnya yaitu nyanyian ende tumba yang menggambarkan
suatu budaya atau kebiasaan dimana pada zaman dahulu, bagaiman cara
perkenalan kaum dewasa dengan lawan jenis mereka.
4. Penulis berharap semua pihak memberi apresiasi tinggi terhadap orangorang yang berperan dan mengambil tindakan untuk siapapun yang
mempertahankan nyanyian etnik ini.

5. Setiap daaerah ataupun bangsa memiliki sejarah masing-masing dan
sejarah itu ada karena nenek moyang kita yang lebih dahulu lahir sebelum
kita. Mereka juga ingin menceritakan kepada generasi muda mereka
tentang mereka dahulu, bagaiman dan seperti apa budaya mereka. Karena
itu hendaknya kita sama-sama memperlajarinya karena kita generasi
mudalah yang seharusnya mempertahan budaya kita tersebut.
6. Penulis juga berharap semoga masih banyak orang yang mau tetap
mepertahankan budaya Batak Toba terkhusus nyanyian etnik yang sudah
lama tidak terdengar karena pengaruh kehidupan budaya modern yang
mengkikis

seni

tradisional ataupun budaya

tradisional,

sehingga

masyarakat menjadi tabu akan seni dan budaya sendiri. Padahal budaya
kita bukan berate tidak memiliki nilai sejarah yang lebih dibandingkan
dengan Negara lain hanya kaena kita merasa malu dengan budaya kita
yang tidak terlalu berkembang dibandingkan dengan budaya Negara lain.
Dan anehnya ketika bangsa lain merebut budaya kita, kita baru merasa
seolah-olah kehilangan dan berusaha menuntut budaya yang selama ini
kita tidak mau menjaga dan mempertahankannya. Yang perlu kita sadari
adalah kita tidak akan ada kalau bukan karena masa lalu, dan kita hari ini
ada karena pengalaman yang diajarkan dan ditinggalkan oleh nenek
moyang kita oleh karena itu kita harus menjaga dan mempertahankan
budaya tersebut.

61

DAFTAR PUSTAKA
Juliansyah.2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kurniawan.2013. Semiotika dan hipersemiotika.Kode, Gaya dan Makna. Bandung: Matahari
Lubis. Z. Pangaduan dan Zulkifli.1998. Sipirok Na Soli Bianglala Kebudayaan masyarakat
Sipirok. Medan: Badan Pengkajian Pembangunan Sipirok (BPPS) dan Universitas
Sumatera Utara.
Maria, Anna.2012. Nyayian urdo-urdo pada masyarakat Simalungun di Desa Raya huluan
kecamatan Raya Kabupaten Simalungun. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
Pasaribu, Benn M. 2004. Pluralitas Musik Etnik. Medan: Pusat Dokumentasi Dan Pengkajian
Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen.
Purba, Mauly.2000. Gereja dan Adat: Kasus Gondang sabangunan dan Tortor. Medan:
Skripsi Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara.
Rohman, Saifur.2012. Pengantar Metodologi Pengajaran Sastra. Yogyakarta: AR-RUZZ
Media.
Siagian, Rizaldi.1990. Gordang Sembilan: Ensambel musik adat orang Mandailing di
Tapanuli Selatan. Medan: Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Medan.
Sihombing, M.T.1989. Jambar Hata. Gopas Sirait: Tulus Jaya.
Sinaga, Tiodora.2013. Keberadaan gondang naposo pada Masyarakat Batak Toba di desa
Sei Muka kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara.Medan: Skripsi Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Medan.
Sobur , Alex.2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono.2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, cv.
Sutan.1984. Seni Budaya Tradisional daerah Tapanui Selatan. Padangsidempuan: Pelajaran
Adat Tapanuli Selatan.
Takari.2013. Kesenian di Sumatera Utara beberapa pemikiran mengenai arah dan
pengebangan fungsinya. Medan: Departemen Etnomusikologi FIB USU dan Majelis
Adat Budaya Melayu Indonesia.
Yunita.2000. Antropologi Indonesia. Depok: Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Indonesia.