PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN ANALITIK-SINTETIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP.
PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN ANALITIK-SINTETIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh:
Ryanti Astri Mustikawati 1100050
DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN ANALITIK-SINTETIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
SISWA SMP
Oleh
Ryanti Astri Mustikawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
© Ryanti Astri Mustikawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian., Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Lembar Pengesahan
RYANTI ASTRI MUSTIKAWATI
PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN ANALITIK-SINTETIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
SISWA SMP
Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I
Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed NIP. 196210111991011001
Pembimbing II
Tia Purniati, S.Pd., M.Pd. NIP. 197703062006042001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Matematika
Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. NIP. 196101121987031003
(4)
ABSTRAK
Ryanti Astri Mustikawati (1100050). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Analitik-Sintetik terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP.
Matematika dapat membantu siswa untuk menjelaskan keterkaitan konsep dan menerapkan konsep secara akurat saat menyelesaikan permasalahan. Sehingga matematika dapat membuat siswa menjadi lebih kritis dalam menghadapi sebuah masalah. Kendala yang dialami adalah kurangnya minat siswa dalam mempelajari matematika sehingga masih rendahnya kemampuan berpikir kritis matematis di Indonesia. TIMSS dan PISA memperlihatkan posisi Indonesia menempati peringkat yang rendah. Salah satu faktor rendahnya kemampuan tersebut adalah kebiasaan cara belajar siswa dengan metode ceramah sehingga siswa kurang mandiri dalam hal menemukan konsep dan berlatih berpikir secara kritis. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pembelajaran dengan pendekatan analitik-sintetik untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimen dengan pengambilan satu kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data melalui pemberian pretest dan postest terhadap kelas eksperimen yang telah dipilih. Dari hasil penelitian dengan melihat rata-rata indeks gain, menunjukkan bahwa peningkatan kemapuan berpikir kritis matematis memiliki kualitas yang sedang. Selain itu terdapat juga perbedaan peningkatan antara kelompok rendah, sedang, dan tinggi. Aspek berpikir kritis matematis yang mengalami peningkatan tertinggi adalah aspek generalisasi, sedangkan yang terendah adalah aspek logaritma.
Kata kunci: kemampuan berpikir kritis matematis, pendekatan analitik-sintetik. ABSTRACT
Mathematics can help the students to explain the relevance of concepts and accurately apply the concept while solving the problems. So mathematics can make students become more critical in the face of a problem. The problem faced is the less of student interest in learning mathematics and make the less criticly thinking ability mathematically in Indonesia. TIMSS and PISA shows the position of Indonesia ranks low. One factor is the less of the ability of student learning habits with the lecture method so that students are less self-sufficient in terms of finding the concept and practice thinking critically. Therefore, this study uses learning with analytic-synthetic approach to assist students in improving critical thinking skills mathematical. The research method is a pre experiment, by taking one class. Collecting data is taken from the result of pretest and postest in the choosen experiment class. By mean of gain index, the result of this research showed that there is improvement for criticly thinking mathematicly ability in medium level. In addition there are also differences in improvement between groups of low, medium, and high. Mathematical aspects of critical thinking that experienced the highest increase is an aspect of generalization, while the lowest is the aspect of the logarithm.
(5)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis ... 6
E. Batasan Masalah ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Definisi Operasional ... 8
H. Struktur Organisasi ... 9
BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kritis ... 10
B. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 16
C. Pendekatan Analitik-Sintetik ... 17
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 21
B. Populasi dan Sampel ... 22
C. Instrumen Penelitian ... 22
1. Instrumen Pembelajaran ... 22
2. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 22
(6)
E. Teknik Pengolahan Data ... 30
1. Analisis Data Pretest dan Postest ... 30
2. Analisis Indeks Gain ... 32
3. Analisis Peningkatan Kelompok Rendah, Sedang, dan Tinggi ... 32
4. Analisis Peningkatan Aspek Berpikir Kritis Matematis ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37
1. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 37
2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 38
3. Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 40
4. Analisis Peningkatan Kelompok Rendah, Sedang, dan Tinggi ... 41
5. Analisis Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 45
B. Pembahasan ... 47
1. Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 48
2. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada Kelompok Rendah, Sedang, dan Tinggi ... 49
3. Peningkatan Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Matematis yang Paling Tinggi dan Rendah ... 50
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 52
B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
LAMPIRAN ... 57 RIWAYAT HIDUP
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 12
Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 24
Tabel 3.2 Validitas Butir Soal ... 24
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Derajat Reliabilitas ... 25
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Kesukaran ... 27
Tabel 3.5 Indeks Kesukaran Butir Soal ... 27
Tabel 3.6 Kriteria daya Pembeda ... 28
Tabel 3.7 Daya Pembeda Butir Soal ... 28
Tabel 3.8 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 29
Tabel 3.9 Klasifikasi Indeks Gain ... 32
Tabel 4.1 Data Statistik deskriptif Pretest dan Postest ... 38
Tabel 4.2 Data Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postest ... 39
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Satu Rata-rata Pretest dan Postest ... 39
Tabel 4.4 Data Statistik Deskriptif indeks Gain ... 40
Tabel 4.5 Data Statistik Deskriptif Indeks Gain Kelompok Rendah, Sedang, dan Tinggi ... 41
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Normalitas Kelompok Rendah, Sedang, dan Tinggi ... 42
Tabel 4.7 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Kelompok Rendah, Sedang, dan Tinggi ... 44
Tabel 4.8 Data Hasil Analisis Varians Kelompok Rendah, Sedang, dan Tinggi ... 44
Tabel 4.9 Data Nomor Soal dan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 45
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Pembelajaran Analitik-Sintetik ... 20
Gambar 4.1. Kegiatan Siswa saat Berkelompok ... 49
Gambar 4.2. Kegiatan Siswa saat Presentasi di Depan Kelas ... 50
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A ... 58
A.1 RPP Pertemuan 1 ... 59
A.2 LKS Pertemuan 1 ... 67
A.3 RPP Pertemuan 2 ... 76
A.4 LKS Pertemuan 2 ... 84
A.5 RPP Pertemuan 3 ... 90
A.6 LKS Pertemuan 3 ... 97
A.7 RPP Pertemuan 4 ... 103
A.8 RPP Pertemuan 4 ... 110
LAMPIRAN B ... 114
B.1 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 115
B.2 Soal Instrumen ... 120
LAMPIRAN C ... 122
C.1 Skor Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 123
C.2 Hasil Uji Instrumen dengan ANATES ... 124
LAMPIRAN D ... 129
D.1 Data Skor Kelas Eksperimen ... 130
D.2 Output Analisis Data Indeks Gain ... 131
D.3 Output Analisis Data Perbedaan Kelompok ... 136
D.4 Output Analisis Data Pretest dan Postest ... 146
LAMPIRAN E ... 153
E.1 Contoh Jawaban Pretest ... 154
E.2 Contoh Jawaban Postest ... 150
E.3 Contoh Jawaban LKS 1 ... 161
(10)
E.5 Contoh Jawaban LKS 3 ... 177
E.6 Contoh Jawaban LKS 4 ... 184
LAMPIRAN F ... 188
F.1 Surat Izin Penelitian ... 189
F.2 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 190
F.3 Surat Tugas ... 191
(11)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian dilakukan di jenjang SMP dengan melibatkan satu kelas. Kelas ini akan mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan analitik-sineteik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan analitik-sintetik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan koneksi matematis siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre-Experimental Design dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan One Group Pretset-Postest Design. Sudjana (Rahmadiantri, 2014) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dengan kondisi yang terkontrol.
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Variabel-variabel penelitiannya adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan analitik-sintetik sebagai variabel bebas, dan kemampuan koneksi matematis dan berpikir kritis matematis sebagai variabel terikatnya. Pengambilan kelas dilakukan secara acak dari banyak kelas VIII di salah satu SMP Negeri. Berdasarkan hal tersebut, adapun desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
A : Pemilihan Sampel
: Pretes : Postes
: Perlakuan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan analitik-sintetik
(12)
22
Dalam penelitian ini terdapat satu kelas yang akan mendapatkan tes Pretes dan tes Postes. Pretes yang dimaksud adalah tes yang dilakukan sebelum adanya perlakuan atau pembelajaran dengan menggunakan pendekatan analitik-sintetik, kemudian setelah itu dilakukan postes untuk mengetahui hasil dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan analitik-sintetik di kelas tersebut.
B. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seuluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Cimahi. Sebagai sampel yang akan dijadikan subjek dalam penelitian ini, maka dipilih satu kelas sebagai kelas eksperimen.
C. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data serta informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka dirancanglah seperangkat instrumen. Adapun instrumen yang digunakan yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data yang disusun dalam bentuk tes kemampuan berpikir kritis matematis dan koneksi matematis yang dijawab oleh responden secara tertulis.
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pemelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK).
2. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognisi siswa dari masalah yang diberikan. Tes ini diberikan kepada responden agar peneliti dapat mengetahui proses pengerjaan soal oleh siswa sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah mampu memecahkan suatu masalah matematika atau belum.
Tes kemampuan berpikir kritis matematis dan koneksi matematis ini terdiri dari pretest dan postest. Tes ini dilaksanakan sebelum dan sesudah
(13)
23
pembelajaran dengan pendekatan analitik-sintetik diberikan pada kelompok penelitian yang sudah ditentukan Pretest dilakukan untuk mengukur kemampuan awal siswa, sementara itu postestdilakukan setelah pembelajaran dilakukan untuk mengetahui pengetahuan akhir siswa.
Tes yang digunakan berupa uraian, karena dengan tes bentuk uraian ini indikator-indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang diuji ini dapat dilihat melalui langkah-langkah penyelesaian soal. Sebelum penyusunan instumen ini, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal yang di dalamnya mencakup nomor soal, soal, dan indikator kemampuan berpikir kritis matematis.
Alat pengumpul data yang baik harus memiliki tingkat validitas reabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba. Uji coba instrumen ini diberikan kepada terhadap subyek lain di luar subyek penelitian, tetapi mempunyai kemampuan yang setara dengan subyek dalam penelitian yang akan dilakukan. Analisis instrumen ini terdiri dari:
a. Uji Validitas
Suherman mengatakan suatu alat evaluasi dianggap valid (absah atau sahih) apabila alat evaluasi tersebut dapat mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Dikarenakan hal itu kevalidan suatu alat evaluasi tergantung pada keakuratan atau ketepatan alat itu dalam penggunaan fungsinya (Suherman, 1990). Maka perlu adanya validitas pada instrumen yang penulis buat. Pada makalah ini, validitas yang digunakan adalah validitas butir soal. Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai koefisien validitas yang dilambangkan dengan rxy tersebut dibagi ke dalam kategori-kategori seperti tabel di bawah ini (Gurilford, J.P. dalam Suherman, 1990 : 146).
(14)
24
Tabel 3.1
Klasifikasi Koefisien Validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,90 ≤ rxy≤ 1,00 Validasi Sangat Tinggi 0,70 ≤ rxy < 0,90 Validasi Tinggi 0,40 ≤ rxy < 0,70 Validasi Sedang 0,20 ≤ rxy < 0,40 Validasi Rendah 0,00 ≤ rxy < 0,20 Validasi Sangat Rendah
rxy < 0 Tidak Valid
Adapun rumusnya yaitu :
r
xy=
√ ,
dengan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y ∑x = jumlah skor butir
∑y = jumlah skor total n = jumlah sampel
∑xy = jumlah perkalian x dan y x2 = kuadrat dari x
y2 = kuadrat dari y
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan anates, diperoleh validitas dari tiap butir soal disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Validitas Butir Soal
No. Soal Koef. Kriteria Signifikansi
1 0,621 Validasi Sedang Signifikan 2 0,887 Validasi Tinggi Sangat Signifikan 3 0,864 Validasi Tinggi Sangat Signifikan 4 0,621 Validasi Sedang Signifikan 5 0,782 Validasi Tinggi Sangat Signifikan
(15)
25
6 0,882 Validasi Tinggi Sangat Signifikan
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat evaluasi khususnya pada makalah ini adalah soal instrumen dimaksudkan sebagai suatu alat yang menggambarkan hasil yang tetap sama atau konstan. Hasil pengukuran itu harus tetap sama jika pengukurannya diteskan pada subjek yang sama, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi atau kondisinya. Instrumen yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliabel (Suherman, 1990). Seperti halnya validitas, untuk koefisien reliabilitas yang menyatakan keterandalan alat evaluasi, dinyatakan dengan . Tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolok ukur yang dibuat oleh J.P Guilford (Suherman, 1990) seperti tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien Derajat Reliabilitas
Derajat Reliabilitas Interpretasi
0,80 < rxy≤ 1,00 Derajat Reliabilitas Sangat Tinggi 0,60 < rxy≤ 0,80 Derajat Reliabilitas Tinggi 0,40 < rxy ≤ 0,60 Derajat Reliabilitas Sedang 0,20 < rxy ≤ 0,40 Derajat Reliabilitas Rendah
r11≤ 0,20 Derajat Reliabilitas Sangat Rendah
Rumus yang digunakan untuk tes bentuk uraian ini dikenal dengan rumus Alpha.
Rumus Alpha :
dengan:
= koefisien reliabilitas seluruh alat tes
n = banyak butir soal (item) = varians skor setiap item
(16)
26
= varians skor total
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan anates, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,91 hal ini menunjukkan bahwa derajat reliabilitas sangat tinggi.
c. Indeks Kesukaran Soal
Suatu hasil dari evaluasi dikatakan baik jika menghasilkan skor atau nilai yang membentuk distribusi normal, jika soal tersebut terlalu sukar maka frekuensi distribusi yang paling banyak terletak pada skor yang rendah karena sebagian besar mendapat nilai yang jelek. Sebaliknya jika soal tersebut terlalu mudah maka frekuensi distribusi yang paling banyak terletak pada skor yang tinggi karena sebagian besar mendapat nilai yang baik.
Indeks kesukaran adalah suau bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal (Suherman dan Kusumah, 1990, hlm. 212). Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval mulai dari 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati nilai 0,00 menandakan butir soal tersebut terlalu sukar. Soal dengan indeks kesukaran mendekati nilai 1,00 menandakan butir soal tersebut terlalu mudah. Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks kesukaran soal bentuk uraian adalah sebagai berikut:
Dengan,
IK = Indeks Kesukaran
= jumlah skor kelompok atas = jumlah skor kelompok bawah = jumlah skor ideal kelompok atas = jumlah skor ideal kelompok bawah
Hasil perhitungan indeks kesukaran kemudian diinterpretasikan ke dalam kriteria seperti yang diungkapkan oleh Suherman dan Kusumah (1990) seperti tercantum dalam tabel berikut:
(17)
27
Tabel 3.4
Kriteria Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Interpretasi
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah IK=1,00 Soal terlalu mudah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan anates, diperoleh nilai indeks kesukaran tiap butir soal yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.5
Indeks Kesukaran Butir Soal
No. Soal Koefisien Kriteria
1 0,44 Soal sedang
2 0,43 Soal sedang
3 0,45 Soal sedang
4 0,72 Soal mudah
5 0,29 Soal sukar
6 0,72 Soal mudah
d. Uji Daya Pembeda
Kemampuan sebutir soal membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (menjawab salah). Pengertian ini didasarkan pada asumsi Galton bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan yang kurang pandai. Sehingga hasil evaluasi nya tidak baik semua atau buruk semua, tetapi berdistribusi normal. Siswa yang mendapat nilai baik dan siswa yang mendapat nilai buruk ada (terwakili) meskipun sedikit, bagian terbesar berapa pada hasil cukup.
(18)
28
Derajat daya pembeda dinyatakan dengan Indeks Diskriminasi (Discriminating Index) yang bernilai dari -1,00 hingga 1,00.
Klasifikasi interpretasi daya pembeda : Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik 0,40 ≤ DP < 0,70 Baik 0,20 ≤ DP < 0,40 Cukup 0,00 ≤ DP < 0,20 Jelek
DP < 0,00 Sangat Jelek
Rumus menentukan Daya Pembeda Untuk Tipe Soal Subjektif :
̅ ̅ Dengan:
DP = Daya Pembeda
̅ = rerata skor dari siswa-siswa kelompok atas yang menjawab soal itu benar, atau jumlah benar untuk kelompok atas
̅ = rerata skor dari siswa-siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok bawah Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan anates, diperoleh nilai indeks kesukaran tiap butir soal yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.7
Daya Pembeda Butir Soal
No. Soal Koefisien Kriteria
1 0,87 Sangat Baik
2 0,80 Sangat Baik
3 0,90 Sangat Baik
4 0,55 Baik
5 0,58 Baik
(19)
29
Berikut adalah rekapitulasi olah data hasil uji coba instrumen menggunakan software Anates yang meliputi validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran.
Tabel 3.8
Rekapitulasi Analisis Butir Soal Reliabilitas Tes : 0,91
Interpretasi : Derajat reliabilitas sangat tinggi
No. Soal
Validitas Indeks
Kesukaran Daya Pembeda Keterangan Koef. Kriteria Sign Koef. Kriteria Koef. Kriteria
1 0,621 Sedang Signifikan 0,44 sedang 0,87 Sangat Baik Digunakan 2 0,887 Tinggi Sangat Sig. 0,43 sedang 0,80 Sangat Baik Digunakan 3 0,864 Tinggi Sangat Sign. 0,45 sedang 0,90 Sangat Baik Digunakan 4 0,621 Sedang Signifikan 0,72 mudah 0,55 Baik Digunakan 5 0,782 Tinggi Sangat Sign. 0,29 sukar 0,58 Baik Digunakan 6 0,882 Tinggi Sangat Sign. 0,72 mudah 0,55 Baik Digunakan
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan kegiatan sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
a. Mengidentifikasi masalah penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran matematika di SMP.
b. Melakukan studi pendahuluan terkait masalah rendahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis di SMP yang akan ditelititi.
c. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.
d. Mnentukan dan memilih sampel dari populasi yang sudah ditentukan.
(20)
30
f. Melakukan uji coba instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
a. Memberikan pretes pada kelas eksperimen berupa instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis dan instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan analitik-sintetik pada kelas eksperimen.
c. Memberikan postes pada kelas eksperimen berupa instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis dan instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis.
3. Tahap Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini, yaitu: a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif.
b. Pengolahan dan penganalisisan data kuantitatif dari hasil pretes dan postes kemampuan berpikir kritis matematis.
E. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang berasal dari pretes dan postes untuk masing-masing kemampuan, kemudian datanya diubah kedalam data indeks gain untuk masing-masing kemampuan. Data indeks ini yang akan dianalisis menggunakan bantuan Program SPSS. Untuk menganalisis data apakah terdapat peningkatan untuk masing-masing kemampuan pada kelas penelitian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Analisis Data Pretest dan Postest a. Deskriptif Statistik
Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dari data yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah nilai maksimum, nilai minimum, jumlah siswa dan rata-rata.
(21)
31
b. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data pretest dan postes dari kelompok sampel berdistribusi normal atau tidak. Perumusan hipotesis dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 : Data indeks gain berpikir kritis matematis siswa pada pembelajaran dengan pendekatan analitik-sintetik dari populasi berdistribusi normal.
H1 : Data indeks gain berpikir kritis matematis siswa pada pembelajaran dengan pendekatan analitik-sintetik berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak.
Jika hasil pengujian menunjukkan data indeks gain siswa pada pembelajaran dengan pendekatan analitik-sintetik berasal dari populasi berdistribusi normal, maka analisis datanya dilanjutkan dengan pengujian satu rata-rata secara parametrik. Jika hasil pengujian menunjukkan data indeks gain siswa pada pembelajaran dengan pendekatan analitik-sintetik berasal dari populasi berdistribusi tidak normal, maka analisis datanya dilanjutkan dengan pengujian satu rata-rata secara nonparametrik.
c. Uji Satu Rata-Rata
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 : : Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sebelum dan sesudah diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan analitik-sintetik.
(22)
32
H1: : Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sebelum dan sesudah diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan analitik-sintetik. Kriteria Pengujian:
Jika , maka H0 diterima.
Jika , maka H0 ditolak. 2. Analisis Indeks Gain
Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis peneliti menganalisis data hasil tes menggunakan rumus indeks gain, yaitu:
Hasil perhitungan gain ternormalisasi kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi yang dinyatakan oleh Hake (1999) sebagai berikut:
Tabel 3.9
Klasifikasi Indeks Gain
Besarnya Gain (g) Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah
3. Analisis Peningkatan Kelompok Rendah, Sedang, dan Tinggi
Untuk mengetahui adanya perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara kelompok siswa tinggi, sedang, dan rendah pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan analitik-sintetik dilakukan langkah-langkah berikut.
(23)
33
a. Mengelompokkan siswa menjadi kelompok tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan hasil postest. Menurut Suherman (2003: 162) siswa kelompok tinggi diambil sebanyak 27% dari seluruh siswa dengan nilai tertinggi. Siswa kelompok rendah diambil sebanyak 27% dari seluruh siswa dengan nilai terendah. Sisanya sebanyak 46% dikategorikan sebagai kelompok sedang.
b. Data peningkatan diperoleh dari indeks gain yang didapat dari selisih antara skor postest dan pretest. Kemudian dari ketiga kelompok tersebut didapat indeks gain tiap masing-masing siswa.
c. Pengujian normalitas ketiga kelompok siswa tersebut. 1) Uji Normalitas (siswa kelompok tinggi)
Rumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Data siswa kelompok tinggi berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : Data siswa kelompok tinggi berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak. 2) Uji Normalitas (siswa kelompok sedang)
Rumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Data siswa kelompok sedang berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : Data siswa kelompok sedang berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak. 3) Uji Normalitas (siswa kelompok rendah)
(24)
34
H0 : Data siswa kelompok rendah berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : Data siswa kelompok rendah berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak.
d. Jika ketiga kelompok di atas berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians.
1) Uji Homogentias Varians (siswa kelompok tinggi) Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Data siswa kelompok tinggi berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama.
H1 : Data siswa kelompok tinggi berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama.
Kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak. 2) Uji Homogentias Varians (siswa kelompok sedang)
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Data siswa kelompok sedang berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama.
H1 : Data siswa kelompok sedang berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama.
Kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak. 3) Uji Homogentias Varians (siswa kelompok rendah)
Perumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Data siswa kelompok rendah berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama.
(25)
35
H1 : Data siswa kelompok rendah berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama.
Kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ α, maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi (Sig.) < α, maka H0 ditolak.
e. Jika ketiga kelompok data homogen, pengolahan selanjutnya adalah analisis varians satu arah.
Perumusan hipotesisnya adalah: H0 :
H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.
Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika
Jika dari ketiga data tersebut didapatkan bahwa data tidak berdistribusi normal atau tidak homogen, maka dilanjutkan dengan menggunakan Uji Friedman.
4. Analisis Peningkatan Aspek Berpikir Kritis Matematis
Untuk mengetahui aspek kemampuan berpikir kritis matematis mana yang memiliki peningkatan tertinggi dan terendah dalam pembelajaran menggunakan pendekatan analitik-sintetik, dilakukan pengolahan data nilai pretest dan postest sebagai berikut:
1. Menghitung indeks gain dari tiap butir soal per siswa sehingga didapat data indeks gain per siswa dan per butir soal.
2. Menghitung rata-rata dari indeks gain tiap butir soal yang telah didapat.
3. Menganalisis indeks gain dari butir soal mana yang mendapatkan nilai tertinggi dan terendah
(26)
36
4. Analisis mengapa aspek tersebut bisa menjadi peningkatan yang tertinggi dan aspek yang satunya bisa menjadi peningkatan yang terendah.
(27)
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis pada pokok bahasan kubus dan balok dengan menggunkan pembelajaran dengan pendekatan analitik-sintetik diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dengan pembelajaran menggunakan pendekatan analitik-sintetik.
2. Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dengan pembelajaran menggunakan pendekatan analitik-sintetik memiliki kualitas yang termasuk ke dalam kualitas sedang.
3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelompok rendah, sedang, dan tinggi dengan mendapatkan pembelajaran menggunakan pendekatan analitik-sintetik.
4. Aspek kemampuan berpikir kritis matematis yang memiliki peningkatan paling tinggi adalah aspek generalisasi. Sementara itu aspek yang memiliki peningkatan paling rendah adalah aspek logaritma.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan adalah sebagai berikut.
1. Agar kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa menjadi lebih tinggi, guru diharapkan dapat membuat siswa lebih berkonsentrasi pada saat tahapan analisis pada proses pembelajaran.
2. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan analitik-sintetik dapat membuat siswa menjadi lebih kritis dalam memecahkan masalah.
(28)
53
3. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan analitik-sintetik baik digunakan untuk pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis.
4. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan analitik-sintetik dapat direkomendasikan untuk aspek penelitian lain pada kajian yang berbeda, misal pada materi, subjek, atau pada kemampuan lainnya.
(29)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Z. (2014). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP Antara yang Mendapatkan Pembelajaran Menggunakan Strategi Konflik Kognitif Piaget dan Hasweh. Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Asmani, J.M. (2011). Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.
Ernawati, R. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Metode Inkuiri. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Faiq, M. (2012). 10 Definisi Berpikir Kritis. [Forum Online]. Diakses dari
penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/12/10-definisi-berpikir-kritis.html?m=1.
Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf. Diakses pada: 14 Desember 2014.
Hardianty, H. (2012). Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Kognitif Konflik (Cognitive Conflict) untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Haryani, D. (2011). “Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah
untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”.
Makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA pada tanggal 14 Mei 2011 di FMIPA UNY.
Haryani, D. (2012). “Membentuk Siswa Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran
Matematika”. Makalah pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika pada tanggal 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan FMIPA UNY.
Hidayat, W. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Think-Talk-Write (TTW). Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
(30)
55
Irmawan. (2014). Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Motivasi Belajar Siswa SMA. Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Mullis, I.V.S., Martin, M.O. dan Foy, P. (2003). TIMSS (IEA’s TIMSS2003 International Report on Achievment in the Mathematics Cognitive Domain). United States: Lynch School of Education, Boston College.
Mullis, I.V.S., Martin, M.O. dan Foy, P. (2007). TIMSS 2007 International Mathematics Report. United States: Lynch School of Education, Boston College.
Mullis, I.V.S. et all. (2011). TIMSS 2011 International Result in Mathematics. United States: Lynch School of Education, Boston College
Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMA. Disertasi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Nasir, S. (2008). Meningkatkan Kemampuan Koneksi & Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA yang Berkemampuan Rendah Melalui Pendekatan Kontekstual. Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. United States: The National Council of Teacher of Mathematics.
OECD. (2010). PISA 2009 Result:
OECD. (2013). PISA 2012 Result. [Forum Online]. Diakses dari http://gpseducation.oecd.org/CountryProfile?primaryCountry=IDN&treshol d=10&topic=PI. Diakses pada: 6 Desember 2014.
Oktiningrum, W. (2014). “Evaluasi Ujian Nasional (UN), PISA dan TIMSS.”
Makalah.
Rahmadiantri, E. (2014). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
(31)
56
Rahman, Taufik. (2012). Pengaruh Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rubiyanto, Eko (2013). Pendekatan Analitik dan Sintetik Matematika. [Forum Online]. Diakses dari http://ekorubiyanto84.wordpress.com/2013/01/11/ pendekatan-analitik-dan-sintetik-matematika/.
Russefendi, E.T. (2006). Pengantar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Safutra, N.Y. (2012). Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP). Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Suherman, E. dan Winataputra, U.S. (1992). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.
Suherman, E. (2010). Hands-Out Perkuliahan Bealjar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa dan Bagaimana dikembangkan Pada Peserta Didik. [Forum Online]. Diakses dari http://www.pdf-finder.com/BERFIKIR-MATEMATIK-TINGKAT-TINGGI:.html.
(1)
36
4. Analisis mengapa aspek tersebut bisa menjadi peningkatan yang tertinggi dan aspek yang satunya bisa menjadi peningkatan yang terendah.
(2)
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis pada pokok bahasan kubus dan balok dengan menggunkan pembelajaran dengan pendekatan analitik-sintetik diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dengan pembelajaran menggunakan pendekatan analitik-sintetik.
2. Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dengan pembelajaran menggunakan pendekatan analitik-sintetik memiliki kualitas yang termasuk ke dalam kualitas sedang.
3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelompok rendah, sedang, dan tinggi dengan mendapatkan pembelajaran menggunakan pendekatan analitik-sintetik.
4. Aspek kemampuan berpikir kritis matematis yang memiliki peningkatan paling tinggi adalah aspek generalisasi. Sementara itu aspek yang memiliki peningkatan paling rendah adalah aspek logaritma.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan adalah sebagai berikut.
1. Agar kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa menjadi lebih tinggi, guru diharapkan dapat membuat siswa lebih berkonsentrasi pada saat tahapan analisis pada proses pembelajaran.
2. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan analitik-sintetik dapat membuat siswa menjadi lebih kritis dalam memecahkan masalah.
(3)
53
3. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan analitik-sintetik baik digunakan untuk pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis.
4. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan analitik-sintetik dapat direkomendasikan untuk aspek penelitian lain pada kajian yang berbeda, misal pada materi, subjek, atau pada kemampuan lainnya.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Z. (2014). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP Antara yang Mendapatkan Pembelajaran Menggunakan Strategi Konflik Kognitif Piaget dan Hasweh. Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Asmani, J.M. (2011). Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.
Ernawati, R. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Metode Inkuiri. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Faiq, M. (2012). 10 Definisi Berpikir Kritis. [Forum Online]. Diakses dari
penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/12/10-definisi-berpikir-kritis.html?m=1.
Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf. Diakses pada: 14 Desember 2014.
Hardianty, H. (2012). Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Kognitif Konflik (Cognitive Conflict) untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Haryani, D. (2011). “Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah
untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”.
Makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA pada tanggal 14 Mei 2011 di FMIPA UNY.
Haryani, D. (2012). “Membentuk Siswa Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran
Matematika”. Makalah pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika pada tanggal 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan FMIPA UNY.
(5)
55
Irmawan. (2014). Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Motivasi Belajar Siswa SMA. Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Mullis, I.V.S., Martin, M.O. dan Foy, P. (2003). TIMSS (IEA’s TIMSS2003
International Report on Achievment in the Mathematics Cognitive Domain).
United States: Lynch School of Education, Boston College.
Mullis, I.V.S., Martin, M.O. dan Foy, P. (2007). TIMSS 2007 International Mathematics Report. United States: Lynch School of Education, Boston College.
Mullis, I.V.S. et all. (2011). TIMSS 2011 International Result in Mathematics.
United States: Lynch School of Education, Boston College
Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMA. Disertasi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Nasir, S. (2008). Meningkatkan Kemampuan Koneksi & Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA yang Berkemampuan Rendah Melalui Pendekatan Kontekstual. Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. United States: The National Council of Teacher of Mathematics.
OECD. (2010). PISA 2009 Result:
OECD. (2013). PISA 2012 Result. [Forum Online]. Diakses dari http://gpseducation.oecd.org/CountryProfile?primaryCountry=IDN&treshol d=10&topic=PI. Diakses pada: 6 Desember 2014.
Oktiningrum, W. (2014). “Evaluasi Ujian Nasional (UN), PISA dan TIMSS.”
Makalah.
Rahmadiantri, E. (2014). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
(6)
Rahman, Taufik. (2012). Pengaruh Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan. Rubiyanto, Eko (2013). Pendekatan Analitik dan Sintetik Matematika. [Forum
Online]. Diakses dari http://ekorubiyanto84.wordpress.com/2013/01/11/ pendekatan-analitik-dan-sintetik-matematika/.
Russefendi, E.T. (2006). Pengantar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Safutra, N.Y. (2012). Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP). Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Suherman, E. dan Winataputra, U.S. (1992). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.
Suherman, E. (2010). Hands-Out Perkuliahan Bealjar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa dan Bagaimana dikembangkan Pada Peserta Didik. [Forum Online]. Diakses dari http://www.pdf-finder.com/BERFIKIR-MATEMATIK-TINGKAT-TINGGI:.html.