UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Pelaj

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Pendidikan Indonesia

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Eka Fatmasari 0908458

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

EKA FATMASARI

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI

MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2012/2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I

Indah Nurmahanani, S.S,M.Pd. NIP. 198001102005012002

Pembimbing II

Dra. Yayah Churiyah, M.Pd. NIP. 194803011981112001

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 PGSD UPI Kampus Purwakarta

Dra. Puji Rahayu, M.Pd. NIP. 196006011986112001


(3)

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh: Eka Fatmasari

Ketidakmampuan membaca lancar dialami dan terjadi di kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta terutama pada awal semester II. Ini tercermin dari hasil tes kemampuan membaca secara individual yang dilakukan guru. Dari 34 siswa, ada sebanyak 14 (41%) anak yang belum lancar membaca sehingga materi bacaan yang dibaca harus dieja. Materi yang seharusnya terselesaikan tidak dapat terselesaikan karena harus diulang-ulang. Hasil ini diperkuat dengan nilai rata-rata untuk pembelajaran membaca adalah 52, sedangkan nilai KKM di SD tersebut adalah 60. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan diantaranya adalah media cerita bergambar. Dengan cerita bergambar kita dapat membantu mempermudah anak untuk menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam bentuk bahasa karena gambar akan memberikan inspirasi dan motivasi yang sangat tinggi kepada siswa untuk melakukan proses pembelajaran terutama dalam megajarkan membaca permulaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang: 1) Kemampuan membaca permulaan siswa Kelas I SDN Cibatu sebelum menggunakan media cerita bergambar; 2) Pelaksanaan membaca permulaan siswa kelas I SDN Cibatu dengan menggunakan media cerita bergambar; dan 3) Kemampuan membaca permulaan siswa Kelas I SDN Cibatu setelah menggunakan media cerita bergambar.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang sering disebut dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti berperan sebagai guru dan meneliti sendiri praktik pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas melalui tindakan-tindakan terdiri dari siklus yang berawal dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kemampuan membaca siswa kelas 1 SDN Cibatu meningkat setelah diterapkannya media cerita bergambar, Pada siklus I, perolehan nilai tertinggi untuk membaca permulaan adalah 100, dan untuk nilai terendah adalah 35. Pada siklus II, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100, untuk nilai yang paling rendah pada siklus ini adalah 50. Nilai 100 merupakan nilai tertinggi yang ditetapkan oleh penelti (guru). Untuk rentang nilai, peneliti menetapkan skala nilai untuk K (kurang), adalah 00-59, C (cukup), adalah 60-69, untuk kriteria B (baik), peneliti menetapkan skala nilai 70-79, dan untuk SB (sangat baik), adalah 80-100.


(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSRTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Membaca ... 9

1. Hakikat Membaca ... 9

2. Membaca sebagai Kegiatan Individu ... 10

3. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ... 12

B. Membaca Permulaan 1. Pengertian Membaca Permulaan ... 16

2. Pembelajaran Membaca Permulaan di Sekolah Dasar ... 18

3. Tujuan Pembelajaran Membaca Permulaan Menurut Kurikulum 2004 dan 2006 ... 20

C. Media Cerita Bergambar ... 22

1. Media Pembelajaran ... 22

2. Cerita Bergambar ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Prosedur Penelitian ... 37

C. Desain Penelitian ... 40

D. Instrumen Penelitian ... 45

E. Lokasi Penelitian ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46


(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51

1. Lokasi Penelitian ... 51

2. Karakteristik Siswa ... 52

3. Karakteristik Guru ... 53

4. Deskripsi Awal Penelitian ... 54

B. Pelaksanaan Penelitian ... 58

1. Siklus I ... 58

2. Siklus II ... 69

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

Eka Fatmasari, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan proses pendidikan di Indonesia didasarkan pada landasan formal berupa Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permen Diknas No.22 Th. 2006: Standar Isi, Permen Diknas No 23 Th 2006: Standar Kompetensi Lulusan, Permen Diknas No 24 Th 2006: Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Berdasarkan landasan tersebut maka pelaksanaan pengajaran didasarkan pada kurikulum yang telah ditetapkan, yakni Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kunikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.

Untuk meningkatkan KTSP yang baik dan benar tentu siswa harus punya dasar yang kuat berupa senang membaca. Dengan membaca siswa menambah wawasan ilmu pengetahuan dan lebih luas pergaulan yang menuju kesuksesan siswa itu sendiri. Karena pada dasarnya, pengajaran bahasa Indonesia di lembaga-lembaga pendidikan dilaksanakan tidak saja oleh guru-guru bahasa Indonesia tetapi juga oleh guru-guru mata pelajaran lain. Oleh karena itu, setiap guru harus memiliki penguasaan bahasa Indonesia secara baik dan benar, yang juga diperlukannya untuk menyajikan mata pelajaran yang diasuhnya.

Dengan memperhatikan arah dan prioritas pendidikan nasional dinyatakan bahwa penguasaan kemampuan membaca dikenal sebagai kunci pembuka untuk memasuki dunia yang lebih luas dan penguasaan kemampuan membaca sejak dini dipandang sebagai salah satu upaya peningkatan kemampuan membaca. Melalui


(7)

pembelajaran membaca yang baik akan dapat memacu penguasaan kemampuan membaca dan perkembangan dimensi afektif anak dapat dioptimalkan.

Kemampuan membaca merupakan salah satu standar kemampuan Bahasa dan Sastra Indonesia yang harus dicapai pada semua jenjang, termasuk di jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (MI). Melalui kemampuan membaca tersebut diharapkan siswa mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan kecepatan yang memadai (Depdiknas, 2003: 14). Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Dengan terbatasnya kemampuan membaca siswa sangat mengganggu aktifitas belajar mengajar, tidak hanya pada guru sendiri melainkan juga pada siswa. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri, tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain

Berdasarkan Kurikulum Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2006: 3) bahwa, “pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis”. Kemampuan membaca sebagai salah satu kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca di SD menjadi sangat penting.

Ketidakmampuan membaca lancar dialami dan terjadi di kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta terutama pada awal semester II. Ini tercermin dari hasil tes kemampuan membaca secara individual yang dilakukan guru. Dari 34 siswa, ada sebanyak 14 (41%) anak yang belum lancar membaca sehingga materi bacaan yang dibaca harus dieja. Materi yang seharusnya terselesaikan tidak dapat terselesaikan karena harus diulang-ulang. Hasil ini diperkuat dengan nilai rata-rata untuk pembelajaran membaca adalah 52, sedangkan nilai KKM di SD tersebut adalah 60.

Selain harus mengeja kata demi kata pengucapan lafal dan intonasi kalimat belum benar. Selain itu siswa belum bisa memahami isi bacaan. Tuntutan dalam


(8)

kemampuan yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dalam standar isi pelajaran Bahasa Indonesia kelas I, khususnya aspek membaca disebutkan bahwa siswa mampu membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat dan menyebutkan teks agak panjang (20-25 kalimat) yang dibaca dalam hati.

Sebagai bagian dari standar kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kemampuan membaca mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas hidup seseorang. Melalui kemampuan membaca tidak hanya memungkinkan seseorang meningkatkan keterampilan kerja dan pengusaan berbagai bidang akademik, tetapi juga memungkinkan berpartisipasi dalam kehidupan sosial-budaya, politik dan memenuhi kebutuhan emosional. (Mulyono Abdurrahman, 2003: 200).

Pengajaran membaca pada dasarnya memberi bekal pengetahuan kepada siswa untuk menguasai teknik-teknik membaca yang baik dan benar. Betapa besar manfaat membaca dalam rangka menambah pengetahuan siswa. Membaca juga bermanfaat untuk rekreasi atau untuk memperoleh kesenangan. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca yang baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan.

Kebiasaan membaca dapat dibiasakan sejak anak berada pada Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Pembelajaran membaca pada siswa sekolah dasar dimulai dari hal yang paling dasar yaitu kelancaran membaca. Salah satu tujuan pengajaran membaca di sekolah dasar adalah agar siswa dapat menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

Faktor-faktor penyebab dari permasalahan rendahnya kemampuan membaca siswa antara lain sebagai berikut: (1) Penguasaan gramatika Bahasa Indonesia yang kurang (2) Sikap siswa terhadap Bahasa Indonesia masih kurang (3) Rendahnya kemampuan kebahasaan para siswa (4) Kemandirian belajar siswa (5) Status sosial siswa (6) Ketidakmampuan guru dalam memilih dan menerapkan pendekatan yang kurang tepat (7) Penekanan bahan pengajaran yang teortis (8) Kurangnya kegiatan praktis dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa


(9)

(9)Sistem penilaian yang kurang tepat (10) Ketersediaan waktu yang kurang memadai dan sebagainya.

Siswa berkesulitan membaca lancar harus memperoleh perhatian yang cukup dari para guru dan secepatnya harus segera ditangani. Kenyataan tersebut tidaklah mustahil apabila ada siswa yang belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum tuntas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Mengacu pada kenyataan di atas, maka untuk meningkatkan kemampuan membaca lancar perlu kiranya guru memberikan program pengajaran yang tepat, salah satunya yaitu dengan melakukan latihan membaca lancar dengan menggunakan media teks cerita bergambar.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa pengajaran membaca lancar di kelas I sekolah dasar belum mencapai hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis akan mencoba alternatif lain untuk memecahkan masalah tersebut berupa sebuah inovasi dalam pembelajaran membaca, khususnya dalam pembelajaran membaca permulaan yakni sebuah variasi media, media cerita bergambar. Media cerita bergambar sangat cocok jika diterapkan dalam proses pembelajaran membaca permulaan di kelas 1, karena media tersebut dapat merangsang siswa dalam pembelajaran membaca khususnya membaca permulaan, media cerita bergambar tersebut diwujudkan dalam bentuk visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil pikiran dan perasaan. Karena menurut Sadiman, dkk (2006: 11) bahwa; “Media cerita bergambar merupakan rincian cerita yang dicoretkan pada kertas. Media gambar termasuk media visual yang memungkinkan terjadi komunikasi antara penerima dan pemberi pesan”.

Untuk memecahkan masalah pengajaran membaca, maka penulis akan mengadakan penelitian dengan judul: Upaya Meningkatkan Kualitas Kemampuan Membaca Permulaan dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Media Cerita Bergambar di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2012/2013)


(10)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya sebagai berikut: Apakah penggunaan media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca lancar siswa kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?. Adapun secara rinci rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan membaca permulaan siswa Kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta sebelum menggunakan media cerita bergambar?

2. Bagaimanakah pelaksanaan membaca permulaan siswa kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta dengan menggunakan media cerita bergambar?

3. Bagaimanakah kemampuan membaca permulaan siswa Kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta setelah menggunakan media cerita bergambar?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca lancar siswa kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta dengan menggunakan media cerita bergambar. Adapun secara khusus penelitian ini untuk mengetahui tentang:

1. Kemampuan membaca permulaan siswa Kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta sebelum menggunakan media cerita bergambar. 2. Pelaksanaan membaca permulaan siswa kelas I SDN Cibatu Kecamatan

Cibatu Kabupaten Purwakarta dengan menggunakan media cerita bergambar. 3. Kemampuan membaca permulaan siswa Kelas I SDN Cibatu Kecamatan


(11)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat : 1. Manfaat Teoretis

a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dalam meningkatkan kemampuan membaca lancar.

b. Dapat memberikan arah para guru dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan perbedaan siswa.

c. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran membaca lancar. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Penggunaan media teks cerita dongeng dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya kemampuan membaca lancar memungkinkan siswa melakukan aktivitas pembelajaran melalui proses yang tepat dan memudahkan siswa memahami dan mengikuti pelajaran berikutnya serta dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung pada guru khususnya peneliti yang terlibat dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan media yang lebih inovasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan menjadi acuan dalam penerapan strategi pembelajaran Bahasa Indonesia yang tepat dan sesuai dalam mengatasi masalah pembelajaran.

c. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru lain sehingga memperoleh pengalaman baru untuk menggunakan media teks cerita dongeng dalam pembelajaran Bahasa Indonesia serta dapat menumbuhkan pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan. Selain itu sebagai masukan bagi kepala sekolah untuk program sekolah agar dapat membimbing dan mendidik siswa yang berkesulitan belajar, disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.


(12)

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang sering disebut dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti berperan sebagai guru dan meneliti sendiri praktik pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas melalui tindakan-tinadakan. Tindakan-tindakan dalam penelitian ini terdiri dari siklus yang berawal dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.

Menurut Furchan (Hatimah, dkk., 2007:81) yang dimaksud metode penelitian adalah “strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.” Menurut Wardhani (2007: 13) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu suatu Action Research yang dilakukan di kelas.”

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian yang dapat dilakukan oleh guru sebagai pengelola program pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Kasbolah (1998:13) bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari solusi atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 bab, diawali dengan bab I pendahuluan dan diakhiri dengan bab V kesimpulan dan rekomendasi serta daftar pustaka.

Bab I adalah pendahuluan yang berisi/menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.


(13)

Bab II adalah landasan teori yang membahas tentang upaya guru dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas I, yang berisi: 1) membaca permulaan; 2) pengertian media; dan 3) cerita bergambar

Bab III adalah tahap awal dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang meliputi metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, tahap-tahap penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV adalah tahap akhir dari pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang meliputi deskripsi tentang sekolah sebagai objek penelitian yang menjelaskan tentang data fisik sekolah dan data karyawan atau tenaga pengajar, pembahasan penelitian yang mencakup tabel kemampuan menulis deskripsi, deskripsi pelaksanaan tindakan yang menjelaskan tentang perencanaan, pelaksanaan, observasi serta refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi dari siklus I dan II.

Bab V adalah simpulan dan rekomendasi dari keseluruhan perencanaan pembelajaran dalam upaya guru Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah dengan Menggunakan Media Cerita Bergambar (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2012/2013)


(14)

Eka Fatmasari, 2013

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang sering disebut dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti berperan sebagai guru dan meneliti sendiri praktik pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas melalui tindakan-tinadakan. Tindakan-tindakan dalam penelitian ini terdiri dari siklus yang berawal dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.

Menurut Furchan (Hatimah, dkk., 2007:81) yang dimaksud metode penelitian adalah “strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.” Menurut Wardhani (2007: 13) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu suatu Action Research yang dilakukan di kelas.”

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian yang dapat dilakukan oleh guru sebagai pengelola program pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Kasbolah (1998:13) bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari solusi atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas menurut Sukardjono (1998:10) adalah:


(15)

1. Masalah: Masalah dirasakan dan dihadapi peneliti dalam melaksanakan tugas pekerjaan.

2. Tujuan: Melakukan perbaikan, peningkatan, atau perubahan ke arah yang lebih baik.

3. Manfaat/ Kegunaan: Manfaat langsung terlihat dan dapat dinikmati oleh objek penelitiannya.

4. Teori: Dipakai sebagai dasar dalam memilih dan menentukan aksi atau solusi tindakan.

5. Metodologi/ Desain: Bersifat lebih fleksibel sesuai dengan konteks tanpa mengorbankan asas ilmiah metodologi. Langkah kerja bersifat siklik (ada siklus) dan setiap siklus ada 4 tahapan. Analisis terjadi dalam proses setiap siklus.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus (cycle). Setiap siklus tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali sampai tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada tahap-tahap dalam siklus dilaksanakan peneliti dan guru sudah melibatkan diri secara aktif dan intensif dalam rangkaian kegiatan penelitian. Tidak hanya peneliti saja yang terlibat dalam penelitian ini, observer dan objek peneliti juga mempunyai peran yang sangat besar dalam keberhasilan penelitian.

Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spiral seperti yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Kasbolah, 1998 : 13) yang meliputi “perencanaan (plan), pelaksanan (act), pengawasan (observe), dan refleksi (reflect)”. Kemudian pada siklus berikutnya kegiatan peneliti pada dasarnya sama, tetapi adanya modifikasi dan koreksi pada setiap tahapnya. Sehingga perencanaan perbaikan akan terlaksana dan terekam secara tertulis dalam alur pelaksanaannya. Siklus kegiatan dalam penelitian ini dapat diuraikan menjadi beberapa tahap tindakan, seperti yang tersaji dalam gambar berikut ini:


(16)

Eka Fatmasari, 2013

Gambar 3.1

Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart (Dalam Kasihani Kasbolah , 1998: 1999)

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning): Rencana adalah tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini yaitu menyusun Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), dan mempersiapkan media yang akan dipergunakan dalam pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan (Action): Tindakan merupakan apa yang dilakukan guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang

Siklus II

Rencana Tindakan II

Tindakan II/ Observasi Refleksi II Siklus I

Tindakan I/ Observasi Refleksi I Rencana Tindakan I


(17)

diinginkan. Dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh peneliti tetapi dalam proses observasi peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Pada tahap pelaksanaan ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat.

3. Observasi (Observation): Observasi yaitu kegiatan mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dilakukan terhadap siswa. Observasi merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Pada kegiatan observasi ini, hal yang dilakukan adalah melakukan pengamatan sesuai dengan lembar observasi yang telah dibuat.

Waseno (dalam Supartini, 2003:46) mengemukakan ciri penelitian secara esensial adalah prosedur yang disusun untuk menangani masalah konkrit yang ada di lapangan. Kegiatan observasi yang dilakukan diharapkan dapat mengetahui permasalahan yang mengakibatkan ketidakberhasilan rancangan pembelajaran dengan menggunakan media cerita bergambar, sehingga dengan secepatnya informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk dilakukannya perubahan pada rancangan tindakan yang akan dilakukan pada kegiatan berikutnya.

4. Refleksi (Reflection): Refleksi yaitu pengkajian melihat dan mempertimbangkan atas hasil dan proses dari setiap tindakan. Menurut Kasbollah (1998: 107): Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan. Oleh karena itu refleksi dalam tindakan kelas tidak hanya dilakukan pada akhir pelaksanaan tindakan. Refleksi sebaiknya dilakukan, (1). Pada saat memikirkan tindakan yang akan dilakukan, (2). Ketika tindakan sedang dilakukan, (3). Setelah tindakan dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan/observasi kemudian dianalisis untuk melihat kemampuan awal siswa dan untuk dilakukannya tindakan proses pembelajaran pada siklus berikutnya.


(18)

Eka Fatmasari, 2013

C. Desain Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini penelitian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah penelitian yang sudah dirancang sebelumnya, dan pada prosedur penelitian ini akan dijabarkan secara terperinci mengenai langkah-langkah penelitian tersebut. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini seperti pada gambar 3.2 di halaman berikut:

Gambar 3.2. Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Identifikasi Masalah

Studi Pendahuluan

Merumuskan Masalah

Memilih Model Masalah

Menentukan dan Menyusun Instrumen

Perencanaan I Pelaksanaan I

Refleksi I Observasi I

Perencanaan II Pelaksanaan II

Refleksi II Observasi II

Mengumpulkan data

Analisis Data

Menarik Kesimpulan


(19)

Secara rinci pelaksanaan tindakan kelas berdasarkan gambar 3.2 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Data Awal (Pra Siklus)

Data awal diperoleh dari hasil temuan pada saat dilakukannya proses belajar mengajar, bahwa telah ditemukannya suatu permasalahan pada pembelajaran membaca permulaan di kelas 1 SDN Cibatu Kecamatan Purwakarta. Tingkat membaca permulaan siswa kelas 1 tersebut masih rendah, kebanyakan para siswa mengalami kesulitan membaca, meskipun ada beberapa siswa yang kemampuan membacanya sudah cukup baik. Setelah berbincang-bincang dengan guru kelas 1 yang diteliti, maka diperoleh penjelasan bahwa nilai rata-rata untuk pembelajaran membaca adalah 52, sedangkan nilai KKM di SD tersebut adalah 60.

Oleh karena itu, penulis akan mencoba alternatif lain untuk memecahkan masalah tersebut berupa sebuah inovasi dalam pembelajaran membaca, khususnya dalam pembelajaran membaca permulaan yakni sebuah variasi media, media cerita bergambar. Media cerita bergambar sangat cocok jika diterapkan dalam proses pembelajaran membaca permulaan di kelas 1, karena media tersebut dapat merangsang siswa dalam pembelajaran membaca khususnya membaca permulaan, media cerita bergambar tersebut diwujudkan dalam bentuk visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil pikiran dan perasaan.

2. Siklus I

Penelitian tindakan kelas pada siklus pertama, dilaksanakan pada tanggal 18 April 2013 di kelas 1 SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta. Pada pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, tindakan dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Adapun susunan kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh peneliti adalah


(20)

Eka Fatmasari, 2013

1) Menentukan metode yang akan digunakan pada kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas 1 pada proses pembelajaran membaca permulaan. Selain metode, penggunaan media yang sesuai perlu juga diperhatikan mengingat penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media, yakni media cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

2) Mencari dan menelaah pokok bahasan mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika dan ilmu pengetahuan sosial (IPS) yang sesuai dengan tema pembelajaran yang dibahas.

3) Merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan cerita bergambar yang akan dijadikan sebagai media ketika dilakukannya penelitian tentang membaca permulaan di kelas 1 SDN Cibatu. Media cerita bergambar yang digunakan disesuaikan dengan tema pembelajaran yang dibahas yakni “Lingkungan”.

b. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan media cerita bergambar untuk peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SDN Cibatu Kabupaten Purwakarta, secara umum dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1) Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas 1 pada siklus pertama ini dengan menggunakan tema “Lingkungan”.

2) Peneliti (guru) mempersiapkan teks cerita bergambar yang disesuaikan dengan tema.

3) Peneliti (guru) mengkondisikan seluruh siswa pada situasi belajar, melakukan do‟a bersama dan mengabsen siswa.

4) Pada awal pembelajaran, peneliti (guru) dan siswa melakukan tanya jawab terlebih dahulu mengenai materi yang akan dibahas.

5) Peneliti (guru) memperlihatkan sebuah media cerita bergambar

6) Peneliti (guru) menceritakan sebagian isi teks cerita yang diperlihatkan. 7) Siswa menanggapi cerita yang dibacakan oleh peneliti (guru).

8) Peneliti (guru) dan siswa melakukan tanya jawab mengenai cerita dalam teks yang diceritakan tadi.


(21)

c. Tahap Observasi

Pada saat peneliti (guru) melakukan tindakan pembelajaran (penelitian), observer (guru kelas 1 yang diteliti) melakukan pengamatan mengenai aktifitas peneliti selama melakukan kegiatan pembelajaran, selain mengamati peneliti yang bertindak sebagai guru, observer juga mengamati aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran, terutama pada saat kegiatan pembelajaran membaca, efektifitas pembelajaran tersebut mendapatkan pengamatan yang seksama dari observer. Proses observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya oleh peneliti. Setelah proses tindakan penelitian selesai dilaksanakan, peneliti (guru) dan observer (guru kelas 1 yang diteliti) melakukan diskusi untuk merefleksikan semua kegiatan yang telah dilakukan pada tindakan penelitian siklus I.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi ini, hasil dari kegiatan observasi diolah dan dianalisa sehingga dapat ditemukannya kekurangan-kekurangan dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas 1 yang diteliti serta bagaimana cara memperbaiki kegiatan pembelajaran tersebut. Hasil refleksi kemudian dijadikan sebagai acuan untuk dilakukannnya siklus berikutnya. Refleksi dilakukan pada setiap siklus sampai pada pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.

3. Siklus II

Penelitian siklus II ini dilakukan pada tanggal 23 April 2013 di kelas 1 SDN Cibatu. Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Susunan kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1) Menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan, dan mempersiapkan media pembelajaran sebagai komponen tetap dalam tindakan pembelajaran


(22)

Eka Fatmasari, 2013

2) Menelaah pokok bahasan bahasa Indonesia dan mengaitkannya dengan mata pelajaran lainnya yaitu mata pelajaran matematika, dan Seni Budaya dan Keterampilan. Pokok bahasan tersebut, kemudian disesuaikan dengan tema yang dibahas pada pembelajaran siklus II tersebut.

3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik dengan memadukan tiga mata pelajaran, yaitu bahasa Indonesia, matematika dan seni budaya dan keterampilan yang disesuaikan dengan tema yang dibahas pada siklus II tersebut yaitu ”Binatang”. Media yang digunakan pada siklus II adalah media cerita bergambar. Media cerita bergambar yang digunakan disesuaikan dengan tema yang dibahas.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SDN Cibatu ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Tema yang digunakan pada penelitian siklus II ini adalah ”Binatang”.

2) Peneliti (guru) mempersiapkan media cerita bergambar yang disesuaikan dengan tema yang dibahas yaitu ”Binatang”.

3) Pada awal pembelajaran, peneliti (guru) mengkondisikan seluruh siswa pada situasi belajar, melakukan do‟a bersama dan mengabsen siswa.

4) Peneliti (guru) memperlihatkan sebuah cerita bergambar

5) Peneliti (guru) dan siswa melakukan tanya jawab mengenai cerita yang diperlihatkan tadi.

6) Peneliti (guru) bersama siswa menyanyikan sebuah lagu anak-anak. 7) Peneliti (guru) menulis penggalan cerita dari cerita di papan tulis.

8) Seluruh siswa membaca penggalan cerita dari cerita yang ditulis oleh peneliti (guru) di papan tulis tadi dengan di bimbing oleh peneliti (guru) tersebut. 9) Beberapa perwakilan siswa kedepan kelas untuk membaca penggalan cerita

yang ditulis peneliti (guru) tadi dengan suara nyaring kemudian diikuti oleh seluruh siswa.

10)Setelah dilaksanakannya kegiatan penelitian pada siklus II, kemudian peneliti menganalisis hasil kegiatan siswa, terutama pada kegiatan pembelajaran


(23)

membaca siswa, lalu dilanjutkan dengan memberikan nilai pada siswa yang menjadi sampel atau subjek penelitian.

c. Observasi

Pada saat peneliti (guru) melakukan tindakan pembelajaran (penelitian), observer (guru kelas 1 yang diteliti) melakukan pengamatan mengenai aktifitas peneliti selama melakukan kegiatan pembelajaran, selain mengamati peneliti yang bertindak sebagai guru, observer juga mengamati aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran, terutama pada saat kegiatan pembelajaran membaca, efektifitas pembelajaran tersebut mendapatkan pengamatan yang seksama dari observer. Proses observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya oleh peneliti.

d. Refleksi

Setelah proses tindakan penelitian selesai dilaksanakan, peneliti (guru) dan observer (guru kelas 1 yang diteliti) melakukan diskusi untuk merefleksikan semua kegiatan yang telah dilakukan pada tindakan penelitian siklus II.

D. Instrumen Penelitian

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Renana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Penyusunan RPP disusun sebagai salah satu bentuk persiapan perencanaan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran, RPP dibuat sebagai pedoman dalam proses belajar-mengajar. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, selalu dilakukan perencanaan berupa pembuatan RPP yang mengacu pada Silabus, SK dan KD pada kurikulum KTSP. Rencana pelaksananaan pembelajaran yang dibuat peneliti merupakan model rencana pelaksanaan pembelajaran tematik.

2. Lembar Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Siswa


(24)

Eka Fatmasari, 2013

siswa disesuaikan dengan kompetensi membaca permulaan yang harus dicapai oleh siswa kelas 1.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh keterangan data yang diperlukan berkaitan dengan proses pelaksanaan tindakan.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas I SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dengan rincian 34 dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dijadikan bukti bahwa telah dilakukannya penelitian serta menjadi jawaban dari pertanyaan mengenai permasalahan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Data-data tersebut diperoleh melalui observasi dan tes.

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengamati hasil dari suatu tindakan yang dilaksanakan terhadap siswa yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai data yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan. Observasi merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku siswa dalam proses belajar mengajar selama berlangsungnya pembelajaran dan selama penelitian dilakukan.

2. Tes

Tes merupakan salah satu cara yang digunakan untuk melakukan penilaian. Tes biasanya berupa serangkaian kegiatan yang harus dikerjakan oleh siswa, sehingga dihasilkan suatu nilai terhadap tingkah laku atau prestasi siswa tersebut. Pada penelitian tindakan kelas ini diterapkan beberapa instrumen sebagai alat untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran membaca permulaan


(25)

dengan menggunakan media cerita bergambar. Beberapa instrumen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Penyusunan RPP disusun sebagai salah satu bentuk persiapan perencanaan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran,

RPP dibuat sebagai pedoman dalam proses belajar-mengajar. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, selalu dilakukan perencanaan berupa pembuatan RPP yang mengacu pada Silabus, SK dan KD pada kurikulum KTSP. Rencana pelaksananaan pembelajaran yang dibuat peneliti merupakan model rencana pelaksanaan pembelajaran tematik.

b. Lembar Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Lembar penilaian kemampuan membaca permulaan siswa merupakan lembar penilaian yang berisi serangkaian aspek yang akan dinilai berkaitan dengan kemampuan membaca permulaan siswa. Penilaian kemampuan membaca siswa disesuaikan dengan kompetensi membaca permulaan yang harus dicapai oleh siswa kelas 1.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh keterangan data yang diperlukan berkaitan dengan proses pelaksanaan tindakan.

G. Analisis Data

Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002:103) menjelaskan bahwa „analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar‟. Sedangkan menurut Taylor, 1975 (Lexy J. Moleong 2002:103) mendefinisikan „analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan


(26)

Eka Fatmasari, 2013

Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah teknik analisis data kualitatif. Proses analisis data pada penelitian ini yaitu dimulai dengan menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan dan terakhir menyimpulkan hasil dari olahan atau analisis seluruh data yang telah terkumpul dari berbagai sumber seperti data yang diperoleh dari hasil observasi dan tes.

Sedangkan dalam menghitung frekuensi kode (Huberman dan Miles: 1994), digunakan kualifikasi nilai indikator pencapaian keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut, SB = Sangat Baik, dengan nilai 4, B = Baik, dengan nilai 3, C = Cukup, dengan nilai 2, dan K = Kurang, dengan nilai 1. Teknik menganalisis data juga dilakukan dengan menghitung rata-rata nilai dan menghitung persentase perolehan nilai membaca siswa.

Tabel 3.1. Lembar Observasi

Rambu-rambu Analisis Proses Pembentukan Membaca Permulaan

No Tahap

Pembentukan

Fokus

Ketepatan Prosedur Pelaksanaan

Kualifikasi

SB B C K

1 Pembentukan Kemampuan Membaca

Lafal Intonasi Suara

Ketepatan menyuarakan tulisan

Kewajaran lafal Kewajaran intonasi Kelancaran Kejelasan suara Tabel diadaptasi dari Resmini 1998

Keterangan:

SB : Sangat Baik B : Baik

C : Cukup K : Kurang


(27)

Tabel 3.2. Lembar Observasi

Analisis Hasil Pembentukan Membaca Permulaan

No Hasil

Kemampuan Kriteria Indikator

Aspek yang Diamati Kualifikasi SB (4) B (3) C (2) K (1)

1 Hasil Kemampuan Membaca Hasil Membaca Sangat baik Baik Cukup Kurang Ketepatan dalam membaca tulisan Membaca dengan lafal yang tepat Membaca dengan intonasi yang tepat Membaca dengan lancar Membaca dengan suara nyaring Bentuk tabel diadaptasi dari Resmini, 1998

Keterangan kualifikasi:

SB (4) : Sangat Baik mempunyai nilai 4 B (3) : Baik mempunyai nilai 3

C (2) : Cukup mempunyai nilai 2 K (1) : Kurang mempunyai nilai 1

Dari 2 tabel di atas, untuk penilaian hasil membaca permulaan dijadikan

tabel 3.3 sebagai berikut.

Tabel 3.3

Penilaian Hasil Membaca Permulaan Siswa

No Nama Siswa

Deskriptor (Aspek Penilaian)

Skor Ketepatan dalam membaca tulisan Membaca dengan lafal yang tepat Membaca dengan intonasi yang tepat Membaca dengan lancar Membaca dengan suara nyaring S

B B C K

S

B B C K

S

B B C K

S

B B C K

S


(28)

Eka Fatmasari, 2013

No Nama Siswa

Deskriptor (Aspek Penilaian)

Skor Ketepatan dalam membaca tulisan Membaca dengan lafal yang tepat Membaca dengan intonasi yang tepat Membaca dengan lancar Membaca dengan suara nyaring S

B B C K

S

B B C K

S

B B C K

S

B B C K

S

B B C K

3 A M. R 4 A R 5 A Y .. … .. …

34 P      95

Jumlah Total 2065

Rata-rata 60.74

Bentuk tabel diadaptasi dari Resmini, 1998

Cara Menghitung Nilai Skor

Menghitung nilai skor yaitu dengan cara menjumlahkan perolehan nilai pada setiap deskriptor yang dapat dicapai oleh siswa. Kriteria SB, dengan ketentuan bobot nilai 4. B, dengan ketentuan bobot nilai 3. C, dengan ketentuan bobot nilai 2. Sedangkan untuk K, ketentuan bobot nilai yang berlaku adalah 1. Contoh:

Nilai siswa AA dalam deskriptor ketepatan dalam membaca tulisan mendapat nilai B = 3, deskriptor membaca dengan lafal yang tepat mendapat nilai C = 2, dekriptor membaca dengan C = 2, membaca dengan lancar mendapat nilai C = 2, serta membaca dengan suara nyaring mendapat nilai B = 3. Maka bobot maka bobot nilai tersebut kemudian dikalikan dengan 5 (jumlah aspek yang dinilai pada pembelajaran membaca) → 3 x 5 = 15

→ 2 x 5 = 10 → 2 x 5 = 10 → 2 x 5 = 10 → 3 x 5 = 15

Selanjutnya hasil yang didapat pada setiap deskriptor di atas dijumlahkan seperti berikut: 15 + 10 + 10 + 10 + 15 = 60. Jadi skor yang di dapat oleh siswa AA dalam penilaian hasil membaca permulaan siswa mendapat skor 60 seperti pada tabel 3.3 di atas.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 1 SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta terhadap membaca permulaan, maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta sebelum menggunakan media cerita bergambar masih rendah, kebanyakan para siswa mengalami kesulitan membaca, meskipun ada beberapa siswa yang kemampuan membacanya sudah cukup baik. Setelah berbincang-bincang dengan guru mitra penelitian, maka diperoleh penjelasan bahwa nilai rata-rata untuk pembelajaran membaca adalah 53,33, sedangkan nilai KKM di SD tersebut adalah 65. Prosentase keberhasilan siswa pada pembelajaran membaca sebanyak 10 orang (29,41%), sedangkan yang tidak berhasil atau dalam kategori kurang dalam membaca permulaan sebanyak 24 siswa (70.59).

2. Aktifitas pembelajaran membaca permulaan siswa kelas 1 SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta dengan menggunakan media cerita bergambar meningkat. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan sebagai berikut: Pertama, pemanfaatan teks cerita bergambar dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan gembira, bebas, aktif, dan produktif, sehingga kendala psikologis yang sering menghambat siswa seperti rasa enggan, takut, malu dapat teratasi. Hal ini terlihat ketika siswa melaksanakan kegiatan membaca yang semula malu dan takut untuk membaca menjadi lebih bergairah, gembira, dan semangat dalam melaksanakan kegiatan membaca. Kedua, hasil membaca permulaan siswa semakin meningkat, dari kurang mampu mengenali gambar menjadi tertarik untuk mengenalinya, dari kurang mampu membaca huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana menjadi tertarik


(30)

Eka Fatmasari, 2013

menganalisisnya sampai bisa menguasai kalimat sederhana dengan baik. Ketiga, siswa terlatih untuk berani mengemukakan kesan pembelajaran dan berani membaca tanpa bimbingan guru.

3. Kemampuan membaca siswa kelas 1 SDN Cibatu meningkat setelah diterapkannya media cerita bergambar, peningkatan yang cukup signifikan terjadi dari siklus ke siklus. Pada siklus I, perolehan nilai tertinggi untuk membaca permulaan adalah 100, dan untuk nilai terendah adalah 35. Pada siklus II, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100, untuk nilai yang paling rendah pada siklus ini adalah 50. Nilai 100 merupakan nilai tertinggi yang ditetapkan oleh penelti (guru). Untuk rentang nilai, peneliti menetapkan skala nilai untuk K (kurang), adalah 00-59, C (cukup), adalah 60-69, untuk kriteria B (baik), peneliti menetapkan skala nilai 70-79, dan untuk SB (sangat baik), adalah 80-100.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis merekomendasikan kepada: 1. Para pendidik maupun calon pendidik, buatlah suasana pembelajaran menjadi

menyenangkan, terutama bagi siswa usia Sekolah Dasar, khususnya kelas 1. Karena suasana pembelajaran yang menyenangkan dapat menumbuhkan semangat belajar pada siswa terutama siswa kelas 1. Penggunaan metode, strategi dan media pembelajaran perlu diperhatikan, karena hal tersebut dapat menunjang terhadap keberhasilan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, begitu pun pada saat pembelajaran membaca permulaan, carilah media yang cocok bagi siswa sesuai dengan karakteristik mereka, dan media cerita bergambar sangat cocok diterapkan kepada siswa kelas 1 dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca permulaan mereka.

2. Bagi para orang tua siswa Sekolah Dasar, khususnya para orang tua siswa kelas 1 SD. Hendaknya tidak hanya memanfaatkan Sekolah sebagai satusatunya tempat dimana putra-putri mereka belajar, sehingga ketika di rumah anak tidak mendapatkan pengajaran dari orang tua. Padahal, belajar yang efektif adalah belajar di rumah dengan bimbingan orang tua, terutama


(31)

bagi siswa kelas 1. Bimbingan belajar dari orang tua sangat berpengaruh besar terhadap prestasi mereka. Bagi orang tua siswa terutama orang tua siswa kelas 1 yang hendak mengajar anaknya membaca, gunakanlah media yang cocok, dan media cerita bergambar sangat cocok untuk pembelajaran membaca permulaan.

3. Bagi para peneliti selanjutnya yang melakukan PTK mengenai membaca diharapkan menggunakan media dan metode yang lebih variatif, jenis penelitian (kuantitatif dan kualitatif) yang lebih mendalam, subjek penelitian yang lebih luas, dan waktu penelitian yang lebih lama agar hasil penelitian yang diperoleh maksimal.


(32)

Eka Fatmasari, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bersama

Rineka Cipta.

Akhadiah, Sabarti. (1991/1992). Membaca sebagai Keterampilan Dasar. Jakarta. Depdikbud.

Depdikbud. (1994/1995). Petunjuk Teknis Pengajaran Membaca di Sekolah

Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Pusat Kurikulum. Balitbang. Depdiknas.

_________, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Hatimah, Ihat, dkk.. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Hamalik, Oemar (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

KBBI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Depdinas.

Kasbolah, Kasihani. (1988/1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Dikti Depdikbud

Miarso, YH. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Musfiroh, Tadkiroatun (2005: 27). Bercerita untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nuryati, Sri. (2005). Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Permainan

Bahasa Di Kelas Awal Sekolah Dasar – Jurnal Wahana Sekolah Dasar,Tahun 13 No 2 – Juli 2005


(33)

Resmini, Novi (1996). Pembelajaran Menulis Cerita Melalui Implementasi

Prosedur Menulis Terbimbing di Kelas 4 Sekolah Dasar. Malang: IKIP

Malang.

Resmini, N., Churiyah, Y. dan Sundori, N. (2008). Membaca dan Menulis di SD

Teori dan Pengajarannya. Bandung: UPI PRESS

Sadiman Arief (2002), Media Pendidikan, Jakarta, CV. Rajawali.

Susilana, Rudi & Riyana, Cepi. (2008). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sukardjono. 1998. Penelitian Tindakan. Makalah Pelatihan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta

Syafi’ie, Imam. (1999). Pengajaran Membaca di Kelas-kelas Awal Sekolah Dasar. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran

Bahasa Indonesia pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Dsampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang pada Tanggal 7 Desember 1999. Malang: Universitas Negeri Malang

Suhartono. (2005). Dasar-dasar menulis karangan. Bengkulu: Unit Penerbitan FKIP.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung : Angkasa


(1)

Eka Fatmasari, 2013

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50

No Nama Siswa

Deskriptor (Aspek Penilaian)

Skor Ketepatan dalam membaca tulisan Membaca dengan lafal yang tepat Membaca dengan intonasi yang tepat Membaca dengan lancar Membaca dengan suara nyaring S

B B C K S

B B C K S

B B C K S

B B C K S

B B C K 3 A M. R

4 A R 5 A Y .. … .. …

34 P      95

Jumlah Total 2065

Rata-rata 60.74

Bentuk tabel diadaptasi dari Resmini, 1998

Cara Menghitung Nilai Skor

Menghitung nilai skor yaitu dengan cara menjumlahkan perolehan nilai pada setiap deskriptor yang dapat dicapai oleh siswa. Kriteria SB, dengan ketentuan bobot nilai 4. B, dengan ketentuan bobot nilai 3. C, dengan ketentuan bobot nilai 2. Sedangkan untuk K, ketentuan bobot nilai yang berlaku adalah 1. Contoh:

Nilai siswa AA dalam deskriptor ketepatan dalam membaca tulisan mendapat nilai B = 3, deskriptor membaca dengan lafal yang tepat mendapat nilai C = 2, dekriptor membaca dengan C = 2, membaca dengan lancar mendapat nilai C = 2, serta membaca dengan suara nyaring mendapat nilai B = 3. Maka bobot maka bobot nilai tersebut kemudian dikalikan dengan 5 (jumlah aspek yang dinilai pada pembelajaran membaca) → 3 x 5 = 15

→ 2 x 5 = 10 → 2 x 5 = 10 → 2 x 5 = 10 → 3 x 5 = 15

Selanjutnya hasil yang didapat pada setiap deskriptor di atas dijumlahkan seperti berikut: 15 + 10 + 10 + 10 + 15 = 60. Jadi skor yang di dapat oleh siswa AA dalam penilaian hasil membaca permulaan siswa mendapat skor 60 seperti pada tabel 3.3 di atas.


(2)

Eka Fatmasari, 2013

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 1 SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta terhadap membaca permulaan, maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta sebelum menggunakan media cerita bergambar masih rendah, kebanyakan para siswa mengalami kesulitan membaca, meskipun ada beberapa siswa yang kemampuan membacanya sudah cukup baik. Setelah berbincang-bincang dengan guru mitra penelitian, maka diperoleh penjelasan bahwa nilai rata-rata untuk pembelajaran membaca adalah 53,33, sedangkan nilai KKM di SD tersebut adalah 65. Prosentase keberhasilan siswa pada pembelajaran membaca sebanyak 10 orang (29,41%), sedangkan yang tidak berhasil atau dalam kategori kurang dalam membaca permulaan sebanyak 24 siswa (70.59).

2. Aktifitas pembelajaran membaca permulaan siswa kelas 1 SDN Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta dengan menggunakan media cerita bergambar meningkat. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan sebagai berikut: Pertama, pemanfaatan teks cerita bergambar dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan gembira, bebas, aktif, dan produktif, sehingga kendala psikologis yang sering menghambat siswa seperti rasa enggan, takut, malu dapat teratasi. Hal ini terlihat ketika siswa melaksanakan kegiatan membaca yang semula malu dan takut untuk membaca menjadi lebih bergairah, gembira, dan semangat dalam melaksanakan kegiatan membaca. Kedua, hasil membaca permulaan siswa semakin meningkat, dari kurang mampu mengenali gambar menjadi tertarik untuk mengenalinya, dari kurang mampu membaca huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana menjadi tertarik


(3)

Eka Fatmasari, 2013

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

87

menganalisisnya sampai bisa menguasai kalimat sederhana dengan baik. Ketiga, siswa terlatih untuk berani mengemukakan kesan pembelajaran dan berani membaca tanpa bimbingan guru.

3. Kemampuan membaca siswa kelas 1 SDN Cibatu meningkat setelah diterapkannya media cerita bergambar, peningkatan yang cukup signifikan terjadi dari siklus ke siklus. Pada siklus I, perolehan nilai tertinggi untuk membaca permulaan adalah 100, dan untuk nilai terendah adalah 35. Pada siklus II, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100, untuk nilai yang paling rendah pada siklus ini adalah 50. Nilai 100 merupakan nilai tertinggi yang ditetapkan oleh penelti (guru). Untuk rentang nilai, peneliti menetapkan skala nilai untuk K (kurang), adalah 00-59, C (cukup), adalah 60-69, untuk kriteria B (baik), peneliti menetapkan skala nilai 70-79, dan untuk SB (sangat baik), adalah 80-100.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis merekomendasikan kepada: 1. Para pendidik maupun calon pendidik, buatlah suasana pembelajaran menjadi

menyenangkan, terutama bagi siswa usia Sekolah Dasar, khususnya kelas 1. Karena suasana pembelajaran yang menyenangkan dapat menumbuhkan semangat belajar pada siswa terutama siswa kelas 1. Penggunaan metode, strategi dan media pembelajaran perlu diperhatikan, karena hal tersebut dapat menunjang terhadap keberhasilan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, begitu pun pada saat pembelajaran membaca permulaan, carilah media yang cocok bagi siswa sesuai dengan karakteristik mereka, dan media cerita bergambar sangat cocok diterapkan kepada siswa kelas 1 dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca permulaan mereka.

2. Bagi para orang tua siswa Sekolah Dasar, khususnya para orang tua siswa kelas 1 SD. Hendaknya tidak hanya memanfaatkan Sekolah sebagai satusatunya tempat dimana putra-putri mereka belajar, sehingga ketika di rumah anak tidak mendapatkan pengajaran dari orang tua. Padahal, belajar yang efektif adalah belajar di rumah dengan bimbingan orang tua, terutama


(4)

Eka Fatmasari, 2013

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

88

bagi siswa kelas 1. Bimbingan belajar dari orang tua sangat berpengaruh besar terhadap prestasi mereka. Bagi orang tua siswa terutama orang tua siswa kelas 1 yang hendak mengajar anaknya membaca, gunakanlah media yang cocok, dan media cerita bergambar sangat cocok untuk pembelajaran membaca permulaan.

3. Bagi para peneliti selanjutnya yang melakukan PTK mengenai membaca diharapkan menggunakan media dan metode yang lebih variatif, jenis penelitian (kuantitatif dan kualitatif) yang lebih mendalam, subjek penelitian yang lebih luas, dan waktu penelitian yang lebih lama agar hasil penelitian yang diperoleh maksimal.


(5)

Eka Fatmasari, 2013

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bersama Rineka Cipta.

Akhadiah, Sabarti. (1991/1992). Membaca sebagai Keterampilan Dasar. Jakarta. Depdikbud.

Depdikbud. (1994/1995). Petunjuk Teknis Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Pusat Kurikulum. Balitbang. Depdiknas.

_________, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Hatimah, Ihat, dkk.. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Hamalik, Oemar (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

KBBI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Depdinas.

Kasbolah, Kasihani. (1988/1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Dikti Depdikbud

Miarso, YH. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Musfiroh, Tadkiroatun (2005: 27). Bercerita untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nuryati, Sri. (2005). Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa Di Kelas Awal Sekolah Dasar – Jurnal Wahana Sekolah Dasar,Tahun 13 No 2 – Juli 2005


(6)

Eka Fatmasari, 2013

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

90

Resmini, Novi (1996). Pembelajaran Menulis Cerita Melalui Implementasi Prosedur Menulis Terbimbing di Kelas 4 Sekolah Dasar. Malang: IKIP Malang.

Resmini, N., Churiyah, Y. dan Sundori, N. (2008). Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajarannya. Bandung: UPI PRESS

Sadiman Arief (2002), Media Pendidikan, Jakarta, CV. Rajawali.

Susilana, Rudi & Riyana, Cepi. (2008). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sukardjono. 1998. Penelitian Tindakan. Makalah Pelatihan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta

Syafi’ie, Imam. (1999). Pengajaran Membaca di Kelas-kelas Awal Sekolah Dasar. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran Bahasa Indonesia pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Dsampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang pada Tanggal 7 Desember 1999. Malang: Universitas Negeri Malang

Suhartono. (2005). Dasar-dasar menulis karangan. Bengkulu: Unit Penerbitan FKIP.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa


Dokumen yang terkait

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Yahya Pondok Gede Bekasi Tahun Pelajaran 2015/2016

2 6 104

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DENGAN MEDIA GAMBAR Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri 03 Wuryorejo, Wonogiri

1 26 167

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU BERGAMBAR PADA ANAK Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Kartu Bergambar Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi I Karangjati Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun

0 2 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN BAHASA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KRAGILAN Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa Pada Siswa Kelas I SD Negeri Kragilan 2 Gemolong Tahun 2013/2014.

0 1 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN BAHASA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KRAGILAN Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa Pada Siswa Kelas I SD Negeri Kragilan 2 Gemolong Tahun 2013/2014.

0 1 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA MELALUI MEDIA WAYANG PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Melalui Media Wayang Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri I Tambak Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyol

0 2 17

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK KELOMPOK A MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Kelompok A Melalui Media Cerita Bergambar Di TK Pertiwi I Kalimacan Kalijambe Sragen Tahun Pembelajaran 2011/

0 0 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK KELOMPOK A MELALUI MEDIA Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Kelompok A Melalui Media Cerita Bergambar Di TK Pertiwi I Kalimacan Kalijambe Sragen Tahun Pembelajaran 2011/2012.

1 1 18

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU HURUF PADA SISWA Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Huruf Pada Siswa Kelas I di SD Negeri 02 Kedung Jeruk Mojogedang Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 1 14

PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta,

0 4 41