PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta,

(1)

PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Tahun Pelajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Program

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

OCAH NURHAYATI 0810086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS PURWAKRTA 2012


(2)

Ocah Nurhayati, 2013

PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh :

OCAH NURHAYATI (0810086)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan siswa kelas 2 SD Negeri 1sinargalih dalam membaca permulaan khususnya pada aspek membaca lancar serta lafal dan intonasi. Karena membaca mempunyai andil yang sangat besar dalam kehidupan manusia maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini sehingga kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih dapat meningkat . Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih yaitu dengan penerapan metode hypnoteaching, karena metode hypnoteaching dapat menurunkan frequensi gelombang otak sehingga peserta didik menjadi rileks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pembelajaran, dan diharapakan kemampuan siswa dalam membaca permulaan dapat meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 SD Negeri 1 sinargalih sebelum menggunakan metode hypnoteaching, mengetahui aktivitas siswa dalam membaca permulaan dengan menggunakan metode hypnoteaching dan mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa setelah menggunakan metode hypnoteaching, sehingga hasilnya dapat diketahui, baik sebelum dan sesudah menerapkan metode hypnoteaching.

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan di dalam kelas (sekolah) tempat guru (peneliti) mengajar. Penelitian dilakukan dalam III siklus yang tahapannya meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Dan data diperoleh dengan cara melakukan observasi, tes hasil belajar dan catatan lapangan. Semua data yang terkumpul dianalisis dan direfleksi untuk dijadikan pedoman dalam setiap tindakan yang akan dilakukan.

Hasil analisis data terungkap dengan metode hypnoteaching siswa menjadi antusias dalam belajar sehingga siswa mampu membaca teks bacaan sederhana dengan lancar serta membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat. Setelah diterapkan metode hypnoteaching kemampuan siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Ini terbukti dari hasil tes, jumlah siswa yang lulus berdasarkan KKM mengalami peningkatan pada setiap tindakan. Jumlah siswa yang lulus pada siklus I yaitu 16 orang siswa (64%), pada siklus II yaitu 18 orang siswa (72%) dan pada siklus III yaitu 21 orang siswa (84%).

Dengan peningkatan jumlah siswa yang lulus tersebut membuktikan adanya peningkatan kemampuan siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih dalam membaca permulaan setelah penerapan metode hypnoteaching.


(3)

Ocah Nurhayati, 2013


(4)

iv Ocah Nurhayati, 2013

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……….… i

Abstrak ………... iii

Daftar isi ………...……… iv

Daftar Tabel ………..……….vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ….………..…………. 1

B. Rumusan Masalah ………..…… 5

C. Tujuan Penelitian ………..…. 5

D. Manfaat Penelitian ………. 6

E. Metode Penelitian ………..…… 7

F. Sistematika Penulisan ………...…………...…… 7

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ………...…… 9

1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ………..…. . 10

2. Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia ……….…... 11

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia ………...……... 12

B. Membaca Permulaan ………..………...….. 13

1. Pengertian Membaca ………..………..….. 13

2. Pembelajaran Membaca di Sekolah Dasar ………..…………..…. 15

3. Pembelajaran Membaca Permulaan ……..………..…...… 16

3.1 Tujuan Pembelajaran Membaca Permulaan ……..…..…...…. 18

3.2 Cakupan Materi Pembelajaran Membaca Permulaan ……….. 19

3.3 Kompetensi Dasar Membaca Permulaan di Kelas 2 SD ……. 20

C. Metode Hypnoteaching 1. Pengertian Metode ………...…. 20

2. Macam-macam Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD .... 22

3. Metode Hypnoteaching ……….……... 27


(5)

v Ocah Nurhayati, 2013

3.2Manfaat Pembelajaran Hypnoteaching ……….…...… 36

3.3Langkah-langkah Pembelajaran Metode Hypnoteaching …… 39

3.4Langkah-langkah Pembelajaran Hypnoteaching dalam Membaca Permulaan ………...…….… 40

3.5Kelebihan dan Kekurangan Metode Hypnoteaching ……...… 41

3.6Kemungkinan Masalah yang Timbul dan Usaha Mengatasinya dalam Pembelajaran Hypnoteaching ….………... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………..…… 45

B. Definisi Oprasional ………..…………..… 46

C. Desain Penelitian ……… 47

D. Prosedur Penelitian ……….……...…… 50

E. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….……….…... 54

F. Instrumen Penelitian ………...………..…… 55

G. Teknik Pengumpulan Data ……….……..……..…… 57

H. Teknik Pengolahan Data ………..………….… … 58

I. Indikator Keberhasilan Siklus ... 63

J. Jadwal Penelitian ……….……….… 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal Penelitian ………...….…… 64

B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ………...…………. 73

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..… 122

B. Saran ……… 124 DAFTAR PUSTAKA


(6)

vi Ocah Nurhayati, 2013


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan landasan utama dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat membentuk kehidupan dan jati diri seutuhnya. Anak adalah amanah Yang Maha Kuasa yang haus akan pendidikan. Anak ibarat kertas putih yang siap menerima coretan tinta warna ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya.

Maka dari itu, kewajiban kita membentuk watak serta kemampuan anak agar menjadi manusia yang bertaqwa, beriman, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk perkembangan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dukungan dari semua komponen pendidikan seperti peserta didik, kurikulum, sarana prasarana, sumber belajar, kebijakan pemerintah dan dukungan orang tua murid (masyarakat) dalam pelaksanannya. Namun, yang sangat penting dari semua komponen di atas adalah tenaga kependidikan (guru) sebagai pengelola dalam proses pembelajaran. Karena dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi edukatif


(8)

yang memungkinkan terjadinya perubahan watak dan tingkah laku peserta didik.

Guru merupakan kunci utama dalam proses pembelajaran yang menentukan keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Karena seorang guru selain bertugas sebagai pengajar guru juga bertugas sebagai pendidik dan bertanggung jawab dalam pengelolaan pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Untuk itu guru dituntut menguasai materi, mengelola kelas dan melakukan penilaian baik proses maupun hasil. Juga harus terampil dalam menerapkan strategi dan metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi aktif, kreatif dan menyenangkan.

Selain UU Sisdiknas terdapat juga Peraturan Pemerintah RI yaitu No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyatakan bahwa :

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inisiatif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Artinya dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan dan psikologis peserta didik, dalam hal ini penyajian bahan ajar dan konsep-konsep pembelajaran harus mengikutsertakan peserta didik untuk aktif. Baik secara individual maupun kelompok dengan menggunakan metode pembelajaran yang relevan dan bervariasi sehingga hasilnya meningkatkan kemampuan peserta didik.


(9)

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang berkaitan dengan pembelajaran di SDN 1 Sinargalih, khusus untuk kelas 2 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam membaca permulaan.

Hal itu terjadi karena berbagai faktor, baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Faktor yang datang dari dalam diantaranya kecerdasan, kesiapan belajar, bakat, minat dan kemauan. Sedangkan faktor yang datang dari luar diantaranya model penyajian materi pelajaran, suasana belajar dan kondisi lingkungan baik lingkungan sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat.

Sementara yang terlihat selama ini, di SDN 1 Sinargalih untuk kelas 2 setelah naik dari kelas 1 sekitar 65 % membacanya masih belum lancar atau kebanyakan masih mengeja. Artinya mereka atau siswa akan mengalami hambatan untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya di kelas 2. Sementara pelajaran di kelas 2 tingkat kesukarannya akan lebih meningkat dibanding dengan kelas 1. Jadi, pada saat memasuki kelas 2 sekitar 65 % siswa harus kembali di bimbing benar-benar dalam membaca permulaan, mulai dari membaca kata, kalimat dan paragraf tanpa harus dieja lagi serta menuliskannya di buku tulis dengan benar.

Menurut pengamatan penulis siswa sendiri hanya belajar waktu di sekolah, setelah pulang ke rumah siswa dibiarkan tanpa mendapat perhatian dan bantuan belajar. Hal itu dapat diketahui dari kemampuan siswa pada waktu membaca yang tidak mengalami perkembangan. Dengan kondisi


(10)

seperti itu, seorang guru harus bisa mengkonsentrasikan belajar siswa di sekolah. Sementara waktu yang tersedia di sekolah sangat terbatas, jika menggunakan pembelajaran yang biasa - biasa saja atau monoton kebanyakan siswa akan mengalamai kebosanan dan enggan untuk belajar membaca. Siswa lebih banyak yang suka bermain dan tidak mau belajar khususnya dalam pelajaran membaca.

Hal ini sangat menuntut kreatifitas guru untuk kreatif dalam proses pembelajaran dan pengelolaan kelas, sehingga pembelajaran membaca berlangsung secara kondusif dan menyenangkan bagi semua anak. Karena kita semua tahu membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Sebab pada umumnya dengan kemampuan membaca yang lancar semua peserta didik mampu menerima pembelajaran dengan baik di setiap mata pelajaran, tidak hanya dalam pelajaran Bahasa Indonesia tetapi pada pelajaran lainnya.

Melihat kondisi tersebut, maka penulis berusaha mengatasi permasalahan yang terjadi dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran kemudian didiskusikan dengan rekan guru dalam upaya perbaikan terhadap pengembangan kreatifitas guru dalam mengajar membaca permulaan. Khususnya dalam memilih strategi dan metode yang tepat untuk materi pembelajaran membaca permulaan di kelas 2.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan metode Hypnoteaching dalam meningkatkan kemampuan membaca


(11)

permulaan untuk siswa kelas 2 SD pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 1 Sinargalih. Kenapa peneliti memilih metode ini, karena

Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran yang lebih banyak

menggunakan kata-kata positif atau persuatif yang dapat memotivasi peserta didik untuk terus belajar dengan cara memasuki dunia bawah sadar peserta didik tanpa menghilangkan kesadarannya, sehingga peserta didik merasa rileks dan nyaman dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan Identifikasi Masalah di atas, maka :

1. Bagaimana kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 pada SD

Negeri 1 Sinargalih sebelum menggunakan metode Hypnoteaching ?

2. Bagaimana aktifitas pembelajaran membaca permulaan siswa kelas 2

pada SD Negeri 1 Sinargalih dengan menggunakan metode

Hypnoteaching ?

3. Bagaimana kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 2 SD

Negeri 1 Sinargalih setelah menerapkan metode Hypnoteaching ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah sesuai dengan latar belakang yaitu mencari cara dan jalan keluar yang relevan dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa kelas 2 pada SD Negeri 1 Sinargalih dalam membaca permulaan pada pembelajaran Bahasa Indonesia agar memperoleh hasil yang meningkat melalui metode Hypnoteaching.


(12)

Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 pada SD

Negeri 1 Sinargalih sebelum menggunakan metode Hypnoteaching. 2. Mengetahui aktifitas pembelajaran membaca permulaan siswa kelas 2

SD Negeri 1 Sinargalih dengan menggunakan metode Hypnoteaching.

3. Mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa kelas 2 pada SD

Negeri 1 Sinargalih setelah menerapkan metode Hypnoteaching.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi siswa, peneliti maupun lembaga yang terkait dalam usaha perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.

Manfaat tersebut antara lain :

1. Bagi siswa

a. Menjadikan proses pembelajaran lebih bervareasi sehingga

pembelajaran lebih menyenangkan.

b. Memotivasi siswa untuk mau belajar dalam membaca permulaan.

2. Bagi peneliti

a. Mendapat alternatif dalam upaya perbaikan hasil belajar siswa.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas

pelaksanaan pembelajaran.

c. Mempunyai kepekaan terhadap permasalahan yang terjadi di dalam

kelas dan mempunyai kemampuan untuk mengatasinya.


(13)

Sebagai bahan dasar pertimbangan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan metode Hypnoteaching.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model siklus, yang dalam setiap langkah pelaksanaan tindakannya meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Dengan dilaksanakan secara periodik dan siklus-siklus pembelajaran tersebut diharapkan dapat mencapai tujuan dalam penelitian.

Pada intinya penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar (Arikunto, 2009 : 60).

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi dan tes hasil belajar. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Fokus permasalahan dan tujuan penelitian diolah dengan menggunakan teknis analisis kualitatif, sedangkan untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa dalam aspek membaca permulaan sebelum dan sesudah menggunakan metode Hypnoteaching digunakan teknis analisis kuantitatif.


(14)

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Sedangkan bab II merupakan Bab Kajian Teori. Pada Bab ini diuraikan teori-teori yang relavan dengan masalah yang diteliti. Bab III merupakan bab Metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, definisi operasional, desain penelitian, prosedur penelitian, lokasi dan subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan jadwal pelaksanaan penelitian.

Bab IV berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini terdiri atas deskripsi data awal penelitian, pelaksanaan dan hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian. Sedangkan bab V berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang terdapat pada bab I. Pada bab ini juga terdapat saran atau rekomendasi yang ditujukan untuk pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini digunakan Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena dikembangkan bersama-sama antara peneliti dan decition Maker tentang Variabel-variabel yang dapat dimanifulasikan dan segera digunakan untuk menentukan kebijakan sebagai upaya perbaikan dan

peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya pelajaran Bahasa Indonesia di

sekolah dasar pada aspek membaca permulaan.

Menurut Kasbolah (1998/1999 : 13) yang menyatakan bahwa

“Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi

dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran didalam kelas”.

Artinya Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran serta memberikan penemuan-penemuan yang praktis dengan melakukan tindakan tertentu untuk mencari solusi atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. (Arikunto, 1998/1999:13)


(16)

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini, serta situasi di mana pekerjaan ini dilakukan. (Kemmis dan Carr dalam Kasbolah, 1998/1999:13)

Pada intinya penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. (Arikunto, 1998:60)

Dari beberapa definisi di atas ada persamaan komponen bahwa penelitian tindakan kelas bersifat reflektif dengan tujuan untuk mengadakan perbaikan pada pembelajaran sehingga diharapkan kemampuan dan hasil belajar siswa meningkat.

B. Definisi Opreasional

Untuk menhindari salah paham terhadap pokok-pokok masalah yang diteliti, berikut ini penulis menjelaskan secara operasional beberapa istilah yang dipandang perlu untuk diketahui kejelasannya, yaitu :

1. Membaca Permulaan

Membaca merupakan proses mengenali huruf dan kata-kata kemudian menghubungkannya dengan bunyi sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.


(17)

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa Sekolah Dasar yang diberikan pada kelas awal yaitu kelas I dan II.

2. Metode

Metode adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik sehingga terjadi hubungan antara guru dan peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Hypnoteaching

Hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang muncul di dunia pendidikan sebagai salah satu upaya atau jalan keluar sebagai alternatif yang dapat digunakan guru dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi didalam kelas. Karena Hypnoteching dapat menurunkan frequensi gelombang otak sehingga memberikan informasi ke pikiran bawah sadar peserta didik untuk memahami sebuah nilai dan pemahaman baru.

Jadi, Hypnoteaching merupakan suatu upaya menurunkan frequensi gelombang otak sehingga peserta didik menjadi relaks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pembelajaran.

C. Desain Penelitian

Penelitian merupakan cara mencari inti permasalahan yang terjadi yang kemudian ditangani oleh seorang guru sebagai upaya penyelesaian dari


(18)

permasalahan tersebut. Hal ini tentunya memerlukan gamabaran atau desain yang nantinya akan diikuti dalam pelaksanaan penelitian tersebut.

Menurut Sudarsono (Asrori, 2007 : 66), desain penelitian adalah model atau gambaran bentuk penelitian yang akan diikuti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

Model penelitian yang akan diikuti dalam penelitian tindakan kelas adalah siklus yang berbentuk spiral seperti yang dikembangkan olek Kemmis dan Taggart (Kasbolah, 1998/1999:70) yang dalam setiap langkah pelaksanaan tindakannya meliputi empat tahap, yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Setelah dilakukan siklus pertama, kemudian dilanjutkan pada siklus kedua dan siklus seterusnya.

Penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam setiap siklus yang terdiri dari rangkaian langkah-langkah seperti yang digambarkan dalam bagan. Pada setiap siklus peneliti terlihat langsung secara aktif mengamati secara cermat setiap kegiatan dan menentukan tindakan perbaikan yang dianggap tepat untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia dalam membaca permulaan.

Dari siklus ke siklus berikutnya, kegiatan peneliti pada dasarnya sama, namun pada setiap tahap tindakan diadakan koreksi dan perbaikan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Melalui tahapan di atas, diharapkan proses perbaikan yang dilaksanakan secara berulang-ulang dari sebuah tindakan yang masih


(19)

Ocah Nurhayati, 2013

mengandung beberapa kelemahan berangsur-angsur menuju ke arah yang lebih baik.

Rencana Tindakan

Refleksi

Observasi SIKLUS I

Pelaksanaan Tindakan

Rencana Tindakan

Rencana Tindakan Refleksi

Observasi Observasi

SIKLUS III SIKLUS II

Refleksi Pelaksanaan


(20)

Gambar 3.2

Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas

(Kasbolah, 1998/1999 : 70)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengembangkan prosedur penelitian tindakan kelas berbentuk siklus (cycle). Tiap siklus dilakukan sesuai dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan dalam proses pembelajaran.

Pada tahap awal guru sebagai peneliti harus mengetahui keadaan dan kemampuan siswa melalui observasi. Di dalamnya mencakup keadaan kelas, perilaku siswa sehari-hari, perhatian terhadap pelajaran, maupun prestasi dan hasil belajarnya. Keadaan awal ini sangat diperlukan untuk dijadikan dasar kriteria untuk mengukur ada tidaknya perbaikan dan peningkatan setelah dilaksanakannya tindakan oleh guru dalam penelitian kelas selama proses pembelajaran.

Tahap berikutnya, guru sebagai peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan. Misalnya guru ingin mengubah suasana proses pembelajaran yang pasif, kaku, dan dingin menjadi aktif dan bergairah.


(21)

Selama kegiatan pemberian tindakan kelas berlangsung, guru sebagai peneliti mengamati perubahan perilaku dan sikap yang terjadi pada diri siswa serta mencatatnya dengan cermat. Guru juga membuat catatan tentang tindakan yang dilakukan dan dampak dari tindakan itu terhadap perubahan perilaku siswa.

Secara rinci tahap-tahap kegiatan penelitian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tentunya telah melakukan refleksi awal dan merumuskan masalah yang hendak dicari solusinya. Dimulai dengan melakukan konfirmasi ide penelitian perbaikan kepada kepala sekolah dan guru yang selanjutnya melakukan diskusi bersama. Observasi pelakasanaan perbaikan di kelas dilakukan setelah dicapai kesepakatan dalam diskusi. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah menyusun sekenario perbaikan pembelajaran dan mempersiapkan alat-alat observasi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian.

Data awal diperoleh dari hasil evaluasi mata pelajaran bahasa Indonesia yang sudah terdokumentasi dalam daftar nilai siswa dan dari hasil pengamatan langsung dalam setiap pembelajaran bahasa Indonesia. Data tersebut dapat membantu peneliti dalam menetapkan kelemahan dan hambatan siswa dalam belajar bahasa Indonesia yang selanjutnya difokuskan pada aspek membaca permulaan dengan metode pembelajaran hypnoteaching yang akan dijadikan bahan penelitian lebih spesifik. Untuk


(22)

memperoleh data awal, peneliti menyusun rencana pembelajaran dari pokok bahasan tertentu, tetapi belum menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran hypnoteaching.

Kegiatan selanjutnya peneliti menyusun tindakan dengan metode pembelajaran hypnoteaching sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti perlu melakukan hal-hal berikut:

a. Menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan bahan penelitian sesuai dengan program pembelajaran, silabus, dan jadwal pelajaran sebagaimana biasanya.

b. Menentukan pengalaman belajar yang akan dicapai dalam pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran hypnoteaching

c. Mengantisipasi kendala dan permasalahan yang mungkin muncul dalam peleksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran hypnoteaching.

d. Penggunaan metode pembelajaran hypnoteaching dalam pembelajaran diketahui oleh tim observer sesuai dengan siklus yang diperlukan. 2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan dan langkah-langkah tindakan yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya. Pada waktu yang sama peneliti melakukan pengamatan terhadap jalannya pelaksanaan tindakan, dengan tujuan


(23)

untuk mengumpulkan data tanpa mengganggu kegiatan belajar siswa sebagaimana biasanya, sehingga proses pembelajaran berlangsung secara wajar.

Jenis tindakan yang dilaksanakan peneliti merupakan hasil kesepakatan antara peneliti dengan berkolaborasi dengan pihak-pihak lain dengan tujuan untuk mengadakan inovasi dalam proses pembelajaran yang diharapkan dari kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan antara peneliti atau guru (teman sejawat) dengan menggunakan pedoman observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk melihat hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan.

Hasil observasi merupakan bahan pertimbangan untuk melakuakan refleksi dan revisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan untuk menyusun rencana dan tindakan selanjutnya, yang diharapkan lebih baik dari tindakan yang telah dilakukan sebelumnya.

4. Refleksi

Segala sesuatu yang ditemukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran ditindaklanjuti dengan kegiatan refleksi dalam bentuk diskusi bersama antara guru dan peneliti. Tahap ini merupakan kegiatan kegiatan analsisis-sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan.


(24)

Hasil temuan pada saat tindakan (kegiatan pembelajaran) dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi ini akan diketahui kelemahan dari proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan, sehingga dapat digunakan untuk merevisi proses pembelajaran pada siklus berikutnya. Hal ini dilakukan agar peneliti lebih tajam dalam melakukan refleksi dan evaluasi.

Melelui refleksi dan evaluasi yang dihasilkan peneliti dapat melihat dan mendapati kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya agar kekurangan tersebut dapat diatasi.

E. Lokasi dan subjek penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Sinargalih yang berlokasi di Kampung Pasirwetan Desa Sinargalih Kecamatan Maniis Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat. Sekolah ini termasuk sekolah terpencil di Kabupaten Purwakarta yang letaknya dekat dengan bendungan Cirata.

Perjalanan menuju sekolah ini harus ditempuh dengan kondisi jalan yang belum di aspal. Untuk pergi ke sekolah bisa menggunakan sepeda motor, mobil atau dengan jalan kaki. Akan tetapi, bila hujan turun jalan sangat licin sekali dan harus hati-hati.


(25)

Bangunan SD Negeri 1 Sinargalih terdiri dari enam ruangan kelas. Secara umum kondisi fisik sekolah cukup baik dan halaman sekolah cukup luas. Bangunan SD Negeri 1 Sinargalih terlampir.

2. Subjek Penelitian

Secara keseluruhan jumlah siswa SD Negeri 1 Sinargalih pada tahun ajaran 2012/2013 adalah 263 siswa yang terdiri atas 135 orang siswa laku-laki dan 130 orang siswa perempuan. Dari 263 siswa tersebut, 50 orang siswa diantaranya adalah siswa kelas II yang terbagi ke dalam dua rombel yaitu II a dan II b. Yang merupakan subjek penelitian adalah Kelas II b yang berjumlah 25 orang dengan rincian 14 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Untuk lebih rinci data siswa SD Negeri 1 Sinargalih Kecamatan Maniis Kabupaten Purwakarta dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Data Siswa SD Negeri 1 Sinargalih Tahun Ajaran 2012/2013

Kelas

Banyak Siswa

Jumlah Laki-laki Perempuan

I 24 20 34

II a 13 12 25

II b 14 11 25

III 31 16 47


(26)

V 15 26 41

VI 21 26 47

Jumlah 135 130 263

(Dokumen SD Negeri 1 Sinargalih Tahun Ajaran 2012/2013)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data-data adalah sebagi berikut:

1. Lembar Observasi

Lembar panduan observasi direncanakan dan disusun dengan cermat serta teliti. Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati dan mengetahui tingkah laku siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun kegiatan yang diobservasi adalah kegiatan guru dan siswa ketika dalam proses pembelajaran.

2. Tes Hasil Belajar

Data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah hasil evaluasi berupa tes yang berbentuk nilai yang didapat dari siswa kelas II yang dijadikan subjek penelitian. Adapun bentuk evaluasi yang diberikan yaitu berupa tes lisan dan tes tertulis. Instrumen tes hasil belajar dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa khususnya dalam aspek membaca permulaan sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran hypnoteaching pada setiap siklus penelitian.

Adapun kriteria penilaian yang digunakan yaitu sesuai dengan kriteria skala penilaian dari semua unsur yang dinilai yaitu unsur lafal


(27)

dan intonasi dan kelancaran membaca. Model penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan membaca permulaan siswa yaitu berdasarkan petunjuk dari Depdikbud (Mulyati, 2010 : 8.12), yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pedoman Penilaian Kemampuan Berbahasa Menurut Depdikbud

Rentang nilai Hurup Keterangan

85 – 100 A Sangat Baik

70 – 84 B Baik

55 – 69 C Cukup

40 – 54 D Kurang

< 40 E Sangat Kurang

3. Catatan Lapangan (Field Notes)

Catatan lapangan merupakan hasil temuan peneliti selama proses pembelajaran yang digunakan untuk mencatat hal-hal atau kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, baik terhadap

guru (peneliti) maupun terhadap siswa. Adapun sifatnya spontan dan

tidak dirancang sebelumnya pada lembar observasi. Data yang diperoleh melalui catatan lapangan digunakan sebagai masukan dalam kegiatan atau tindakan berikutnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi, melaksanakan tes hasil belajar dan catatan lapangan,


(28)

karena penelitian dilakukan setelah mengadakan pengamatan dan kejadian-kejadian yang menjadi permasalahan didalam kelas.

Tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran sehingga dapat diketahui kemampuan siswa dalam membaca permulaan. Adapun observasi dilaksanakan pada awal penelitian untuk menentukan permasalahan yang akan di teliti. Berbagai hal yang ditemukan selama observasi, dicatat untuk bahan perbaikan dalam setiap tindakan. Selain itu, observasi dilakukan oleh pengamat untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Untuk proses selanjutnya dimasukan ke dalam catatan sebagai data untuk dijadikan bahan yang akan ditindak lanjuti.

Data yang tekumpul melalui kegiatan observasi kemudian dianalisis dan dilakukan refleksi sebagai masukan dan pedoman dalam melaksanakan tindakan berikutnya sehingga kemampuan membaca siswa mengalami peningkatan.

Catatan lapangan merupakan hasil temuan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun sifatnya spontan dan tidak dirancang sebelumnya pada lembar observasi. Data yang diperoleh melalui catatan lapangan digunakan sebagai masukan dalam kegiatan atau tindakan berikutnya

H. Teknik Pengolahan Data

Hasil perolehan data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Dimulai dari tahap orientasi sampai tahap


(29)

berakhirnya seluruh program tindakan sesuai dengan karakteristik fokus permasalahan dan tujuan penelitian.

Fokus permasalahan dan tujuan penelitian diolah dengan menggunakan teknik analisis kualitatif untuk menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan dan kontekstual, yaitu data tentang kinerja guru dan aktivitas pembelajaran. Sedangkan untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa dalam aspek membaca permulaan sebelum dan sesudah menggunakan metode hypnoteaching digunakan analisis data yang bersifat kuantitatif.

Untuk mengukur kemampuan siswa terlebih dahulu guru harus menentukan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan pada awal tahun pelajaran . Nilai KKM untuk membaca permulaan guru menetapkan nilai yaitu 65 untuk siswa di kelas II. KKM ini diperoleh dengan cara menggunakan rumus KDI (Kompleksitas, Daya dukung dan Intaks siswa). Kompleksitas dengan kriteria tinggi, sedang dan rendah nilainya 1, 2 dan 3. Daya dukung dengan kriteria tinggi, sedang dan rendah nilainya 3, 2 dan 1. Sedangkan intaks siswa dengan kriteria tinggi, sedang dan rendah nilainya 3, 2 dan 1. Jadi, KKM untuk membaca permulaan yaitu nilai dari kompleksitas, daya dukung dan intaks siswa dibagi dengan sembilan.

1. Observasi

Metode observasi dilakukan dan digunakan untuk mengamati serta mengetahui tingkah laku siswa dan guru selama proses


(30)

pembelajaran berlangsung melalui penerapan metode hypnoteaching. Adapun kegiatan yang termasuk ke dalam pengamatan ini yaitu konsertasi siswa dalam proses pembelajaran dan kreatifitas guru dalam penggunaan metode pembelajaran yaitu metode hypnoteaching.

Tabel 3.3

Contoh Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Aktivitas belajar siswa

Skala Keterangan

4 3 2 1 4. Sangat baik 3. Baik 2. Cukup 1. Kurang 1 Disiplin(mendengarkan guru)

2 Perhatian siswa

3

Komunikasi dan keberanian siswa ketika membaca

4

Aktivitas/kemampuan siswa dalam membaca dengan metode hypnoteaching

5 Kemampuan siswa dalam tes lisan/perbuatan

Tabel 3.4

Contoh Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran No Aspek yang diobservasi Kurang Sedang Baik 1 Mengkondisikan siswa untuk siap belajar

2 Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini 3 Mengadakan apersepsi sebelum pembelajaran

dimulai

4 Menyampaikan materi sesuai dengan metode hypnoteaching

5 Penggunaan media gambar dalam pembelajaran


(31)

6 Memberikan contoh membaca lancar

7 Memberikan contoh membaca dengan lafal dan intonasi yang benar

8 Memotivasi siswa dalam pembelajaran membaca permulaan

9 Membimbing siswa membaca teks bacaan 10 Mengevaluasi hasil belajar membaca

11 Menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tindak lanjut

2. Tes Hasil Belajar

a. Tes

Tes yang dilaksanakan yaitu dengan tes lisan dan tes tertulis. Tes lisan yaitu dengan membaca teks bacaan dan tes tertulis dengan mengisi soal pertanyaan yang jawabannya terdapat pada teks bacaan yang sudah dibaca. Tes lisan maupun tes tertulis digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca permulaan dalam aspek membaca lancar dan membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat setelah penerapan metode

hypnoteaching. Dan hasil belajar siswa yang berupa nilai-nilai

digunakan untuk mengukur peningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan setelah penerapan metode hypnoteaching.

b. Post tes

Post tes berupa soal-soal pertanyaan. Soal-soal tersebut isinya atau jawabannya terdapat dalam teks bacaan yang sudah dibaca.


(32)

Hal tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca permulaan setelah penerapan metode hypnoteaching.

Tabel: 3.5

Contoh Lembar Penilaan Tes Hasil Belajar Siswa

No Nama

Siswa

Aspek yang dinilai

Jumlah Nilai

akhir KKM Ket. Kelancaran membaca Lafal dan intonasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jumlah Rata-rata Persentase

Untuk memperoleh data hasil kerja siswa (nilai) diperoleh dari komponen yang diujikan dalam membaca permulaan. Dan untuk nilai means (rata-rata kelas) diperoleh dari hasil kerja siswa (nilai siswa) dibagi oleh jumlah seluruh siswa yang terdapat di kelas II.


(33)

Untuk mengukur keberhasilan dan kemampuan seorang siswa, perolehan nilai siswa tersebut harus melampaui nilai KKM atau paling rendah nilai siswa tersebut sesuai nilai KKM / batas KKM. Dan secara keseluruhan untuk mengukur keberhasilan guru dalam menyampaikan pelajaran nilai rata-rata kelas harus melebihi batas KKM dan meningkat setelah diadakan tes terhadap siswa.

Dalam hal ini tindakan yang dilakukan peneliti disajikan secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah direncanakan serta jenis dan bentuk tindakan yang telah dilakukan beserta efek yang ditimbulkannya.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dalam proses pembelajaran yaitu digunakan untuk mencatat hal-hal atau kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, baik terhadap guru (peneliti) maupun

terhadap siswa. Sifat dari catatan lapangan yaitu bersifat spontan dan

tidak dirancang sebelumnya pada lembar observasi. Akan tetapi, data yang diperoleh melalui catatan lapangan digunakan sebagai masukan dalam kegiatan atau tindakan berikutnya.

I. Indikator Keberhasilan Siklus

Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan ditangani yaitu tentang membaca permulaan pada aspek membaca lancar dan membaca dengan lafal serta intonasi yang tepat. Untuk indikator keberhasilan siklus


(34)

peneliti menetapkan nilai/jumlah siswa yang lulus berdasarkan KKM yang ditentukan yaitu 21 orang siswa (84%) dari total keseluruhan siswa yang diteliti yakni 25 orang siswa. Nilai tersebut berlaku untuk semua aspek yang menjadi permasalahan yaitu membaca lancar dan membaca dengan lafal serta intonasi yang tepat.

J. Jadwal Penelitian

Jadwal pelaksanaan penelitian pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam aspek membaca permulaan di SDN 1 Sinargalih untuk siswa kelas II.

No Uraian

Tanggal pelaksanaan

Hari Tanggal

1. Siklus I Rabu 07 November 2012

2. Siklus II Kamis 22 November 2012


(35)

122

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, tentang penerapan metode hypnoteaching untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas II SD Negeri 1 Sinargalih pada pembelajaran Bahasa Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebelum menggunakan metode hypnoteaching pembelajaran kurang

terarah. Kegiatan membaca hanya sekedar membaca bersama tanpa ada tahapan-tahapan yang terencana, yang menilai siswa secara pribadi (individual). Proses pembelajaran kurang maksimal dan siswa cenderung pasif serta tidak fokus pada pelajaran karena dalam pembelajaran komunikasi berjalan satu arah hanya dari guru saja. Saat pembelajaran berlangsung, siswa menunjukan rasa bosan dalam mengikuti pelajaran membaca. Ini disebabkan karena tidak adanya media dan metode pembelajaran yang merangsang minat baca siswa di kelas. Dilihat dari hasil tes pada awal pembelajaran rata-rata nilai yang diperoleh siswa kurang dari KKM dengan kategori belum berhasil karena tidak melampui nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Yang dinyatakan berhasil hanya 13 orang siswa (52%), sedangakan sisanya dinyatakan belum berhasil yaitu 12 orang siswa (48%).


(36)

2. Dalam proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode hypnoteaching siswa terlihat aktif dan bersemangat, sehingga perhatian dan disiplin siswa meningkat. Aktivitas atau kemampuan membaca siswa kelas II SD Negeri 1 Sinargalih pada setiap siklus pun mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi takut bertanya dan maju ke depan kelas untuk membaca saat pembelajaran berlangsung serta antusias dalam setiap siklus yang disajikan.

3. Kemampuan membaca siswa setelah diterapakan metode hypnoteaching

mengalami peningkatan yang signifikan.

Hal ini dapat terlihat dari aktivitas atau kemampuan siswa saat melakukan tes lisan ataupun perbuatan. Siswa yang tadinya belum hapal huruf menjadi hapal dan mampu membaca dengan cara dieja. Siswa yang asalnya masih mengeja dapat membaca dengan lancar. Dan siswa yang tadinya membaca datar atau tanpa lafal dan intonasi mampu membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat. Selain itu, disiplin dan perhatian siswa terhadap pelajaran semakin terfokus serta tumbuh keberanian pada diri siswa sehingga komunikasi siswa dan guru menjadi lebih baik.

kemampuan siswa saat melakukan tes menjadi meningkat. Hal tersebut terbukti dari hasil tes pada setiap siklus. Pada siklus I siswa yang dinyatakan berhasil sebanyak 16 orang siswa (64%) dengan rata-rata kelas yaitu 67,3. Pada siklus II siswa yang dinyakan berhasil sebanyak 18 orang siswa (72%) dengan rata-rata kelas yaitu 69,6. Dan pada siklus III siswa yang dinyatakan berhasil sebanyak 21 orang siswa (84%) dengan


(37)

rata-rata kelas yaitu 73. Adanya peningkatan dari siklus I sampai dengan

siklus III menunjukan bahwa dengan menggunakan metode

hypnoteaching dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca

permulaan. Hal ini terjadi karena siswa merasa termotivasi dan senang dengan pelajaran membaca.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan, maka ada beberapa point yang disarankan oleh peneliti agar menjadi proses perbaikan dalam mencapai keberhasilan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD khususnya di kelas rendah. Adapun point yang dimaksud adalah :

1. Guru harus lebih peka terhadap kehidupan siswa di luar sekolah.

Dalam hal ini guru dapat bekerja sama dengan orang tua siswa agar mengetahui gambaran latar belakang siswa yang memiliki minat dan kemampuan yang berbeda, sehingga guru dapat mengetahui masalah perkembangan yang dimiliki oleh masing-masing siswa.

2. Guru hendaknya dapat mengembangakan diri dalam melakukan

pembelajan dikelas, dengan cara mempelajari dan menentukan metode serta media pembelajaran yang tepat guna membantu dalam proses pembelajaran membaca khususnya di kelas renadah (kelas II) sebagai titik awal keberhasilan membaca selanjutnya.


(38)

3. Dengan bantuan dan bimbingan orang-orang berkompeten misalnya guru atau orang tua di rumah sebaiknya siswa terus berlatih membaca, dengan demikian kemampuan membaca siswa akan meningkat. Bacaan yang dipilih tidak hanya buku pelajaran yang disediakan disekolah, akan tetapi bacaan lainnya yang menarik minat anak untuk berlatih seperti buku-buku bergambar, buku serial dongeng ataupun majalah anak-anak.

4. Kepala sekolah sebagai pihak yang ikut andil memantau kegiatan

pembelajaran dikelas, hendaknya berupaya memperhatikan kebutuhan siswa akan hal membaca, misalnya menyediakan buku-buku bacaan lain selain buku-buku pelajaran sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai penyelenggara dana BOS (bantuan Operasional sekolah) di SD mungkin dapat menambah koleksi buku kelas atau membuat perpustakaan mini di sekolah dengan berbagai macam buku bacaan yang mnegundang minat baca anak di sekolah khususnya siswa kelas renadah (kelas II).

5. Orang tua dituntut harus berperan aktif dalam proses peningkatan

kemampuan membaca siswa dengan cara mengawasi anak-anak mereka dirumah saat belajar dan membantu serta membimbing anak dalam kegiatan membaca, sehingga ada kerja sama yang baik antara pihak sekolah dan orang tua dalam peningkatan kemampuan membaca siswa.


(39)

6. Kepada peneliti lainnya diharapkan dapat mengkaji kembali penggunaan metode hypnoteaching dalam pembelajaran yang serupa dikelas lain. Serta mampu menyajikan penerapan metode


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Akhaidah, S. dkk. (1993). Bahasa Indonesia 3. Jakarta : departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Almatin, I. (2010). Dahsyatnya Hypnosis Learning. Yogyakarta : PustakaWidyatama.

Asrori, M. (2008). Psikologi Pembelajran. Bandung : CV Wacana Prima.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasioanal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hajar, I. (2011). Hynoteaching. Semarang : Diva.

Hartati, T, dkk. (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah. Bandung : UPI PRESS.

Hatimah, I, dkk. (2010). Penelitian Pendidikan. Bandung : UPI PRESS.

Hernawan, H, dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS.

Nirmala, I. (2011). Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Pada Mata Pelajaran Matematika. Skripsi Sarjana Pendidikan UPI Purwakarta : tidak diterbitkan.

Noer, M. (2010). Hypnoteaching for success Learning. Semarang : Pedagogia. Nurhayati, I. (2011). Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa di

Sekolah Dasar Dengan Tenik Survey, Question, Read, Relite, Review (SQ3R). Skripsi Sarjana Pendidikan UPI Purwakarta : tidak diterbitkan. Pratiwi, A. (2010). Penerapan Metode SAS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Membaca Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi Sarjana Pendidikan UPI Purwakarta : tidak diterbitkan.

Resmini, N. dan Juanda, D. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas tinggi. Bandung : UPI PRESS.

Resmini, N, dkk.. (2009). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : UPI PRESS.


(41)

Suhardi dan Sunarti, S. (2010). Sosiologi 3 untuk SMA / MA kelas XII. Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suparta, dkk. (2008). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Amissco. Pusat Layanan Pendidikan. (2011). Hypnoteaching “menginspirasi dan

mencerahkan Pendidikan”. Bandung : PULPEN.

Persaudaraan Guru Sejahtera Indonesia. (2011). “pelatihan Hypnoteaching”. Purwakarta : PGSI.


(1)

2. Dalam proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode hypnoteaching siswa terlihat aktif dan bersemangat, sehingga perhatian dan disiplin siswa meningkat. Aktivitas atau kemampuan membaca siswa kelas II SD Negeri 1 Sinargalih pada setiap siklus pun mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi takut bertanya dan maju ke depan kelas untuk membaca saat pembelajaran berlangsung serta antusias dalam setiap siklus yang disajikan.

3. Kemampuan membaca siswa setelah diterapakan metode hypnoteaching mengalami peningkatan yang signifikan.

Hal ini dapat terlihat dari aktivitas atau kemampuan siswa saat melakukan tes lisan ataupun perbuatan. Siswa yang tadinya belum hapal huruf menjadi hapal dan mampu membaca dengan cara dieja. Siswa yang asalnya masih mengeja dapat membaca dengan lancar. Dan siswa yang tadinya membaca datar atau tanpa lafal dan intonasi mampu membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat. Selain itu, disiplin dan perhatian siswa terhadap pelajaran semakin terfokus serta tumbuh keberanian pada diri siswa sehingga komunikasi siswa dan guru menjadi lebih baik.

kemampuan siswa saat melakukan tes menjadi meningkat. Hal tersebut terbukti dari hasil tes pada setiap siklus. Pada siklus I siswa yang dinyatakan berhasil sebanyak 16 orang siswa (64%) dengan rata-rata kelas yaitu 67,3. Pada siklus II siswa yang dinyakan berhasil sebanyak 18 orang siswa (72%) dengan rata-rata kelas yaitu 69,6. Dan pada siklus III


(2)

Ocah Nurhayati, 2013

124

rata-rata kelas yaitu 73. Adanya peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus III menunjukan bahwa dengan menggunakan metode hypnoteaching dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan. Hal ini terjadi karena siswa merasa termotivasi dan senang dengan pelajaran membaca.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan, maka ada beberapa point yang disarankan oleh peneliti agar menjadi proses perbaikan dalam mencapai keberhasilan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD khususnya di kelas rendah. Adapun point yang dimaksud adalah : 1. Guru harus lebih peka terhadap kehidupan siswa di luar sekolah.

Dalam hal ini guru dapat bekerja sama dengan orang tua siswa agar mengetahui gambaran latar belakang siswa yang memiliki minat dan kemampuan yang berbeda, sehingga guru dapat mengetahui masalah perkembangan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. 2. Guru hendaknya dapat mengembangakan diri dalam melakukan

pembelajan dikelas, dengan cara mempelajari dan menentukan metode serta media pembelajaran yang tepat guna membantu dalam proses pembelajaran membaca khususnya di kelas renadah (kelas II) sebagai titik awal keberhasilan membaca selanjutnya.


(3)

3. Dengan bantuan dan bimbingan orang-orang berkompeten misalnya guru atau orang tua di rumah sebaiknya siswa terus berlatih membaca, dengan demikian kemampuan membaca siswa akan meningkat. Bacaan yang dipilih tidak hanya buku pelajaran yang disediakan disekolah, akan tetapi bacaan lainnya yang menarik minat anak untuk berlatih seperti buku-buku bergambar, buku serial dongeng ataupun majalah anak-anak.

4. Kepala sekolah sebagai pihak yang ikut andil memantau kegiatan pembelajaran dikelas, hendaknya berupaya memperhatikan kebutuhan siswa akan hal membaca, misalnya menyediakan buku-buku bacaan lain selain buku-buku pelajaran sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai penyelenggara dana BOS (bantuan Operasional sekolah) di SD mungkin dapat menambah koleksi buku kelas atau membuat perpustakaan mini di sekolah dengan berbagai macam buku bacaan yang mnegundang minat baca anak di sekolah khususnya siswa kelas renadah (kelas II).

5. Orang tua dituntut harus berperan aktif dalam proses peningkatan kemampuan membaca siswa dengan cara mengawasi anak-anak mereka dirumah saat belajar dan membantu serta membimbing anak dalam kegiatan membaca, sehingga ada kerja sama yang baik antara pihak sekolah dan orang tua dalam peningkatan kemampuan membaca siswa.


(4)

Ocah Nurhayati, 2013

126

6. Kepada peneliti lainnya diharapkan dapat mengkaji kembali penggunaan metode hypnoteaching dalam pembelajaran yang serupa dikelas lain. Serta mampu menyajikan penerapan metode hypnoteaching dalam skripsi berikutnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akhaidah, S. dkk. (1993). Bahasa Indonesia 3. Jakarta : departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Almatin, I. (2010). Dahsyatnya Hypnosis Learning. Yogyakarta : PustakaWidyatama.

Asrori, M. (2008). Psikologi Pembelajran. Bandung : CV Wacana Prima.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasioanal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hajar, I. (2011). Hynoteaching. Semarang : Diva.

Hartati, T, dkk. (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas

Rendah. Bandung : UPI PRESS.

Hatimah, I, dkk. (2010). Penelitian Pendidikan. Bandung : UPI PRESS.

Hernawan, H, dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS.

Nirmala, I. (2011). Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas V Sekolah Dasar Pada Mata Pelajaran Matematika. Skripsi

Sarjana Pendidikan UPI Purwakarta : tidak diterbitkan.

Noer, M. (2010). Hypnoteaching for success Learning. Semarang : Pedagogia. Nurhayati, I. (2011). Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa di

Sekolah Dasar Dengan Tenik Survey, Question, Read, Relite, Review (SQ3R). Skripsi Sarjana Pendidikan UPI Purwakarta : tidak diterbitkan.

Pratiwi, A. (2010). Penerapan Metode SAS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Membaca Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi

Sarjana Pendidikan UPI Purwakarta : tidak diterbitkan.

Resmini, N. dan Juanda, D. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di

kelas tinggi. Bandung : UPI PRESS.


(6)

Ocah Nurhayati, 2013

Suhardi dan Sunarti, S. (2010). Sosiologi 3 untuk SMA / MA kelas XII. Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suparta, dkk. (2008). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Amissco. Pusat Layanan Pendidikan. (2011). Hypnoteaching “menginspirasi dan

mencerahkan Pendidikan”. Bandung : PULPEN.

Persaudaraan Guru Sejahtera Indonesia. (2011). “pelatihan Hypnoteaching”. Purwakarta : PGSI.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 SRAGEN

0 6 37

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN BAHASA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KRAGILAN Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa Pada Siswa Kelas I SD Negeri Kragilan 2 Gemolong Tahun 2013/2014.

0 1 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN BAHASA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KRAGILAN Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa Pada Siswa Kelas I SD Negeri Kragilan 2 Gemolong Tahun 2013/2014.

0 1 13

PENERAPAN METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA PENERAPAN METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA KELAS I SD NEGERI POKAK I CEPER KLATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 15

PENERAPAN METODE KATA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR.

0 3 27

Penerapan Metode Penugasan Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Peta Pada Siswa Sekolah Dasar : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Cengal Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan.

0 1 25

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STRUKTUR ANALITIK SINTETIK (SAS) :Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas I SD Negeri Galumpit Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

0 3 29

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas I SD Negeri Cibatu Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta Tahun Pelaj

0 2 33

PENERAPAN METODE STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR :Penelitian Tindakan Kelas akan Dilaksanakan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SDN Bukanagara.

1 1 37

IMPLEMENTASI TEKNIK SKRAMBEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SDN Telajung 01 Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi.

0 0 30