HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT ANTRAKS PADA Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks Pada Peternak Sapi di Desa Sempu Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN
UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT ANTRAKS PADA
PETERNAK SAPI DI DESA SEMPU KECAMATAN
ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan

Disusun oleh:
ANIS RAHMAWATI
J 210 080 037

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)


2

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

1

PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN UPAYA
PENCEGAHAN PENYAKIT ANTRAKS PADA PETERNAK SAPI DI DESA
SEMPU, KECAMATAN ANDONG, KABUPATEN BOYOLALI
Anis Rahmawati*
H. Abi Muhlisin, SKM. M. Kep **
Vinami Yulian S.Kep., Ns.***

Abstrak
Antraks merupakan salah satu penyakit tertua yang dikenal. Penyakit ini
pernah menjadi epidemi: misalnya pada tahun 1600an sebagai epidemi di Eropa
dan dikenal sebagai black bane disease. Kemudian pada tahun 1979, epidemi di

Zimbabwe melibatkan tidak kurang dari 6000 penderita. Pada tahun itu pula
terjadi kecelakaan instalasi militer di Rusia yang menyebabkan 66 kematian
manusia akibat antraks pulmonal. Kondisi tersebut juga terjadi di wilayah
kecamatan Andong Kabupaten Boyolali pada tahun 2011. Hasil studi
pendahuluan berupa survey pada 10 pertenak di desa Sempu kecamatan Andon
Boyolali diketahui 8 dari 10 peternak sapi mengatakan kurang paham tentang
bagaimana pencegahan penyakit antraks, peternak juga mengatakan
memberikan vaksin pada ternaknya hanya jika ada vaksin dari dinas peternakan
saja, karena menurut warga vaksin kurang penting bagi ternaknya, dan warga
lebih memilih membeli pakan dari pada buat vaksin sapi. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan
upaya pencegahan penyakit antraks pada peternak sapi di Desa Sempu,
Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali. Penelitian ini adalah kuantitatif non
eksperimental dengan rancangan correlation study. Populasi penelitian adalah
semua peternak yang kontak langsung dengan ternak sapi yang tinggal di Desa
Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali yang berjumlah 750 peternak
dan sampel penelitian sebanyak 88 dengan teknik sampling simple random
sampling. Pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner, sedangkan
teknik analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan:
(1) pengetahuan peternak tentang penyakit antraks di Desa Sempu Kecamatan

Andong Kabupaten Boyolali sebagian besar adalah baik (42%), (2) sikap
pencegahan penyakit antraks di Desa Sempu Kecamatan Andong Kabupaten
Boyolali sebagian besar baik (48%), (3) perilaku pencegahan penyakit antraks di
Desa Sempu Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali sebagian besar cukup
(39%), (4) ada hubungan antara pengetahuan tentang penyakit antrak dengan
perilaku pencegahan penyakit antraks di Desa Sempu Kecamatan Andong
Kabupaten Boyolali, dan (5) ada hubungan antara sikap pencegahan penyakit
antraks dengan perilaku pencegahan penyakit antraks di Desa Sempu
Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.
Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, pencegahan penyakit antraks.

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

2

THE RELATION BETWEEN SCIANCE AND ATTITUDE WITH ANTHRAX
DISEASE AND PREVENTION EFFORT AT OXEN BREEDER AT SEMPU
VILLAGE-ANDONG-BOYOLALI

Anis Rahmawati*
H. Abi Muhlisin, SKM. M. Kep **
Vinami Yulian S.Kep., Ns.***
ABSTRACT
An anthrax is one of eldest disease recognized. This disease have ever
be an epidemic for instance in 1600 as an epidemic in Europe and known as
black bane disease. And then in 1979 epidemic at Zimbagwe and include more
than less 6000 sufferes. In the same year, accured an accident of instalation
military in Rusia. Which caused deaths of 66 people, caused by anthrax
pulmonal. This condition also accured in districk of Andong, Boyolali at 2011. The
result of research from 10 breeders in Sempu village, that they don’t understand
hao to prevent the anthrax disease. The breeder also said that ,“Giving a vaccine
to their cattles, whether there is a vaccine from the goverment”. And the people
like to get feed than vaccine. The aims of this research: is there any relation
beetwen science ang attitude with te effort of prevention for anthrax disease on
the breeder of oxen in Sempu village-Andong-Boyolali. This research is non
esperimental with planning correlation of study. The population of research are
the breeders who direct contacting with their cattles, who live at Sempu village. In
region of Boyolali their are 750 breeders and sample of research, there are 88
with purposinal random sampling tehnique. The data collecting using

questionare, while data analitical tehnique applies test Chi Square. The result of
research show: 1) knowledge of breeder anthrax disease in sempu villageAndong-Boyolali was good (42%), 2) The attitude an prevention of anthrax
disease in sempu village-Andong-Boyolali was good (48%), 3) The effort of
prevention of anthrax disease in Sempu village-Andong-Boyolali was enaugh
(39%), 4) There is a rellation between a science and anthrax disease, with an
effort of prevention at Sempu village-Andong-Boyolali, 5) There is a rellation
between prevention and attitude for anthrax disease Sempu village-AndongBoyolali.
Keyword: knowledge, attitude, behaviuor, disease prevention of anthrax.

.

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

PENDAHULUAN
Antraks merupakan salah
satu penyakit tertua yang dikenal.
Penyakit ini pernah menjadi epidemi:
misalnya pada tahun 1600an

sebagai epidemi di Eropa dan
dikenal sebagai black bane disease.
Kemudian pada tahun 1979, epidemi
di Zimbabwe melibatkan tidak
kurang dari 6000 penderita. Pada
tahun itu pula terjadi kecelakaan
instalasi militer di Rusia yang
menyebabkan 66 kematian manusia
akibat
antraks
pulmonal
(Sjahrurachman, 2007).
Penyakit zoonosis ini, hampir
semua negara Afrika dan Asia,
beberapa negara di Eropa (Inggris,
Jerman dan Italia), beberapa negara
bagian Amerika Serikat (South
Dakota,
Nebraska,
Louisiana,

Arkansas, Texas, Misissipi dan
California) dan beberapa daerah di
Australia (Victoria dan New South
Wales) (Adji dan Natalia, 2006).
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia
(2007)
menyebutkan selama periode tahun
2002 hingga tahun 2007 kasus
penyakit antraks pada manusia di
Indonesia mencapai 348 orang
dengan kematian mencapai 25
orang, kasus tersebut terjadi di 5
provinsi yang termasuk sebagai
daerah endemis antraks di Indonesia
yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah
Nusa
Tenggara

Timur,
Nusa
Tenggara Barat dan Sulawesi
Selatan.
Kabupaten
Bogor
merupakan salah satu wilayah di
Indonesia yang setelah tahun 2000
selalu terjadi kasus antraks pada
manusia.
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Bogor
(2007)
melaporkan selama periode tahun
2001 hingga tahun 2007 di
Kabupaten Bogor pada manusia
telah terjadi 97 kasus penyakit
antraks dengan kematian mencapai

8 orang (Basri dan Kiptiyah, 2010).

3

Kepala Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi
Jawa Tengah Whitono menjelaskan,
kasus antraks di provinsi ini
dilaporkan ada sejak 1990-1993 di
Kabupaten Semarang, Boyolali,
Klaten,
Kota
Surakarta,
dan
Salatiga.
Kejadian antraks
di
peternakan sapi perah di Boyolali
(1990) menunjukkan gejala penyakit
yang tidak khas, baik di hewan

maupun di manusia, sehingga
didiagnosa sebagai penyakit lain.
Tahun lalu terjadi di Sragen dan
Karanganyar,
Ini
menunjukkan
bahwa daerah endemis antraks di
Indonesia masih tetap ada dan akan
tetap merupakan ancaman bagi
kesehatan ternak dan manusia.
Menurut Dinas Peternakan
Kabupaten Boyolali pada bulan
maret 2011 Boyolali ditetapkan
sebagai kejadian luar biasa. Dinas
Peternakan Kabupaten Boyolali
memastikan satu dari tujuh sampel
tanah yang diteliti di laboratorium
positif mengandung bakteri antraks.
Sampel yang positif diambil dari
Dukuh

Tangkisan,
Desa
Karangmojo, Kecamatan Klego dan
Dukuh Karangrejo dan Ngembat,
Desa Sempu, Kecamatan Andong
Kabupaten
Boyolali.
Dinas
Peternakan lebih mengintensifkan
pemantauan
ke
lapangan.
Tujuannya, agar antraks pada ternak
sapi tidak menyebar.
Dinas Peternakan Kabupaten
Boyolali pada januari 2011 di Dukuh
Tangkisan,
Desa
Karangmojo,
Kecamatan Klego terdapat satu sapi
yang mati dengan gejala klinis tidak
mau
makan,
kejang-kejang
kemudian ambruk, oleh warga sapi
tersebut dipotong dan dijual
ke
tetangga sekitar RT 20 dan 21 untuk
dikonsumsi. Dari data diagnosa
laboratorium sampel tanah dan ekor
(+) positif antraks, sehingga terjadi

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

suspect antraks pada manusia
tersebut, setelah didiagnosa lebih
lanjut antraks telah menjangkiti 9
warga
Dusun
Tangkisan,
Karangmojo,
yang
didiagnosis
menderita antraks kulit.
Menurut
kepala
Dinas
Peternakan
dan
Perikanan
Kabupaten
Boyolali
Dwi
Priyatomoko, dari 600 sapi di
kecamatan Klego,
364 ekor di
antaranya milik warga Tangkisan
yang dilakukan vaksinasi. Selain
Klego, vaksinasi serupa juga akan
dilakukan di lima kecamatan lain,
yakni
Andong,
Karanggede,
Nogosari, Simo, dan Kemusu. Dinas
peternakan menyiapkan 9 ribu dosis
vaksin.
Setelah dilakukan vaksinasi
di beberapa kecamatan, Dinas
Peternakan Kabupaten Boyolali
menyampaikan masih didapatkan
sapi yang terkena antraks pada
bulan Maret 2011 di Dukuh
Karangrejo dan Dukuh Ngembat,
Desa Sempu, Kecamatan Andong,
dengan gejala sapi ambruk, kejangkejang kemudian mati. Dari sampel
yang diambil swab telinga dan
potongan telinga didapatkan positif
antraks.
Hasil studi pendahuluan
jumlah peternak yang ada di daerah
sempu
kecamatan
Andong
Kabupaten Boyolali sebanyak 247
peternak dan dari survei yang di
lakukan 8 dari 10 peternak sapi di
desa Sempu, Kecamatan Andong
Kabupaten Boyolali mengatakan
kurang paham tentang bagaimana
pencegahan
penyakit
antraks,
peternak
juga
mengatakan
memberikan vaksin pada ternaknya
hanya jika ada vaksin dari dinas
peternakan saja, karena menurut
warga vaksin kurang penting bagi
ternaknya, dan warga lebih memilih
membeli pakan dari pada buat
vaksin sapi.

4

Melihat data diatas maka
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui
tentang
hubungan
antara pengetahuan dan sikap
dengan upaya pencegahan penyakit
antraks pada peternak sapi.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara pengetahuan dan
sikap dengan upaya pencegahan
penyakit antraks pada peternak sapi
di
Desa
Sempu,
Kecamatan
Andong, Kabupaten Boyolali“.
.
LANDASAN TEORI
Antraks
Antraks atau radang limpa
merupakan penyakit sapi paling
terkenal yang disebabkan oleh
bakteri B. Anthracis (Muktiani, 2011).
Antrak
juga
dikenal
dengan
beberapa istilah, yaitu radang kura,
radang limpa (Rianto, 2011).
Penyebab penyakit adalah
Bacillus anthracis yang berbentuk
batang dengan dimensi kira-kira 510 kali 1-3 mikrometer. Spora
dibentuk di tanah, spora yang
merupakan
endospora
tahan
terhadap
pengaruh
lingkungan.
Diameter endospora berkisar 1-2
mikrometer sehingga sukar tersaring
oleh mekanisme penyaringan di
saluran pernafasan atas. Dalam
tanah, spora dapat bertahan puluhan
tahun. Spora antraks tahan terhadap
pengaruh panas, sinar ultraviolet
dan beberapa desinfektan. Suhu
pertumbuhan berkisar antara 12 –
450 C tetapi suhu optimumnya 370 C
dengan masa inkubasi 24 jam.
Endospora dapat dimatikan dengan
cara otoklaf pada suhu 1200 C
selama
15
menit.
Bentuk
vegetatifnya mudah dimatikan pada
suhu 540 C selama 30 menit
(Sjahrurahchman, 2007).

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

Penyakit
pada
binatang
vetebra yang dapat menular pada
manusia adalah penyakit zoonosis.
Penyakit ini dapat menular secara
kontak langsung, inhalasi, penetrasi
pada kulit dan infeksi pada placenta
(Notoatmojo,
2003).
Kejadian
antraks
seringkali
dipengaruhi
musim,iklim, suhu dan curah hujan
yang tinggi. Kasus antraks seringkali
muncul pada awal musim hujan di
mana rumput sedang tumbuh, hal ini
yang
menyebabkan
terjadinya
kontak dengan spora yang ada di
tanah. Spora akan terbentuk jika
terekspos oksigen (02 ), spora ini
relatif tahan terhadap panas, dingin,
pH (Natalia and Adji, 2007).
Cara
penularan
antraks
berawal dari masuknya endospora
ke dalam tubuh. Endospora dapat
masuk ke dalam tubuh melalui
abrasi kulit, tertelan atau terhisap
udara pernafasan. Pada antraks kulit
dan intestinal, spora dalam jumlah
kecil berubah menjadi bentuk
vegetatif dalam jaringan subkutan
dan mukosa usus. Bentuk vegetatif
selanjutnya
membelah,
mengeluarkan
toksin
yang
menyebabkan terjadinya edema dan
nekrosis
setempat.
Kuman
selanjutnya
menyebar
secara
hematogen
limfogen
dan
menyebabkan
septikemi
dan
toksemi. Dalam sejumlah kecil kasus
penyebaran mencapai selaput otak
dan
menyebabkan
meningitis.
Dalam kasus antraks pulmonal,
limfadinitis hemohargik peribronkial
menyebabkan terhalangnya aliran
limfe pulmonal dengan akibat edema
paru. Kematian antraks biasanya
terjadi akibat septikemi, toksemi dan
komplikasi paru. Kematian umunya
terjadi dalam kurun waktu satu
sampai sepuluh hari pasca paparan
(Sjahrurahchman, 2007).
Menurut DEPKES, (2009)
penularan antraks bisa terjadi pada

5

manusia
maupun
binatang,
diantaranya sebagai berikut:
a. Penularan pada manusia
Menurut Natalia and Adji
(2007), antraks pada manusia
dibedakan menjadi tipe kulit, tipe
pencernaan, tipe pulmonal, dan
tipe meningitis.
b. Penularan pada hewan
Hewan
tertular
antraks
melalui pakan (rumput) atau
minum
yang
terkontaminasi
spora.
Untuk pencegahan dan
penanggulangan
ini
dapat
dilakukan dengan 3 pendekatan
yaitu: eliminasi resevoir, memutus
rantai penularan, dan melindungi
orang-orang
yang
rentan
terhadap
penyakit
antraks
(Notoatmojo, 2003). Antraks pada
manusia umumnya tidak terlalu
mudah menular, karena itu
pengamanan yang dilakukan
tidak perlu berlebih. Pengambil
bahan
dianjurkan
memakai
sarung tangan, apron dan sepatu
yang dapa diotoklaf. Topi dan
masker biasanya dipakai saat
mengambil bahan di lingkungan
yang berdebu yang diduga
mengandung
banyak
spora
antraks. Bahan sekali pakai
dianjurkan diotoklaf, bahan yang
tidak dapat di otoklaf, direndam
dalam 10-30% formalin atau 412%
formaldehid
(Sjahrurahchman, 2007).
Menurut Sjahrurahchman,
(2007) pengobatan antraks pada
manusia
bertujuan
untuk
menyembuhkan dan mencegah
kematian. Untuk mereka yang
berisiko terpapar terhadap spora
antraks dapat diberi imunisasi
AVA
(Anthratx
Vaccine
Adsorbed). Booster diberikan tiap
tahun. Vaksin tidak dianjurkan
diberikan pada wanita hamil. Di
Rusia dipakai vaksin yang

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

berasal dari spora yang telah
dilemahkan dan vaksin ini
diberikan pada manusia maupun
hewan.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi
melalui
panca
indera
manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan
raba (Notoatmojo, 2003).
Menurut
Mubarak
(2009),
faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan yaitu:
1) Pendidikan,
2) Pekerjaan
3) Usia,
4) Minat,
5) Pengalaman
6) Informasi,
Pengukuran
pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur
dari
subjek
penelitian
atau
responden (Notoatmojo, 2003).
Sikap
Sikap adalah respons tertutup
seseorang terhadap stimulus atau
objek
tertentu,
yang
sudah
melibatkan faktor pendapat dan
emosi yang bersangkutan (senangtidak senang, setuju-tidak setuju,
baik-tidak baik, dan sebagainya).
Sedangkan menurut Newcomb,
salah seorang ahli psikologi sosial,
menyatakan
bahwa
sikap
itu
merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk
bertindak
(Notoatmodjo,
2010).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi pembentukan sikap
seseorang menurut Azwar (2005)

6

dalam wawan dan dewi (2010),
antara lain:
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi
pembentukan
sikap
manusia,
yaitu:
pengalaman pribadi, pengaruh
orang lain yang dianggap penting,
pengaruh kebudayaan, media
massa, lembaga pendidikan dan
lembaga agama, dan pengaruh
faktor emosional.
Perilaku
Perilaku kesehatan adalah
suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit (wawan dan dewi,
2011).
Penelitiann Roger (1974) Cit
Notoatmojo (2003), mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru di dalam diri orang
tersebut terjadi proses :
a. Awareness (kesadaran), dimana
orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu
tentang
kejadian
penyakit
antraks pada sapi.
b. Interest
(merasa
tertarik)
terhadap pencegahan antraks
pada sapi. Di sini sikap subyek
mulai timbul.
c. Evalution (menimbang-nimbang)
terhadap baik dan tidaknya
pencegahan penyakit antraks
tersebut bagi peternak. Hal ini
berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
d. Trial
(mencoba),
dimana
peternak
mulai
mencoba
melakukan
sesuatu
sesuai
dengan
apa
yang
dikehendakinya.
e. Adoption, dimana peternak telah
berlaku sesuatu sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Faktor yang mempengaruhi
perilaku menurut Notoatmojo (2005),
perilaku
terbentuk
dalam
diri

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

seseorang dari dua faktor utama,
yaitu:
a. Faktor eksternal
Faktor
eksternal
atau
stimulus
adalah
faktor
lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun nonfisik dalam bentuk
social, ekonomi, dan sebagainya.
1) Sosial
2) Ekonomi
b. Faktor internal
1) Perhatian
2) Pengamatan
3) Persepsi
4) Motivasi
5) Fantasi
Perilaku pencegahan adalah
mengambil tindakan terlebih dahulu
sebelum kejadian. Dalam mengambil
langkah-langkah untuk pencegahan,
haruslah didasarkan pada data atau
keterangan yang bersumber dari
hasil analisis epidemoligi atau hasil
pengamatan.
Menurut
Muktiani
(2011)
usaha pencegahan yang dapat
dilakukan untuk menjaga kesehatan
sapi adalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan kandang karantina
digunakan untuk memisahkan
sapi yang menderita penyakit
antraks agar tidak menular ke
sapi lain.
2. Menjaga kebersihan sapi dan
kandangnya dilakukan setiap hari
untuk mencegah perkembangan
bakteri dan virus.
3. Vaksinasi dilakukan setiap 6
bulan sekali untuk mencegah
terjangkitnya penyakit antraks.
4. Sapi
mati
karena
terkena
serangan penyakit antraks segera
lakukan
pembakaran
atau
penguburan dengan minimal
kedalaman 2 meter.
5. Saat kontak dengan ternak yang
terkena
penyakit
antraks
dianjurkan
memakai
sarung
tangan, dan sepatu yang dapat

diotoklaf.
2007).

7

(Sjahrurahchman,

Kerangka Konseps
V. Bebas
V. Terikat
Pengetahuan
tentang penyakit
antraks

Perilaku
pencegahan
penyakit antraks

Sikap tentang
pencegahan
penyakit antraks

1.
2.
3.
4.

Sosial
Persepsi
Ekonomi
Perhatian

5. Pengamatan
6. Motivasi
7. Fantasi

Gambar 1 Kerangka Konsep
Hipotesis
Ha : Ada
hubungan
antara
pengetahuan
dengan
pencegahan penyakit antraks
pada peternak sapi di Desa
Sempu, Kecamatan Andong,
Kabupaten Boyolali.
Ada hubungan antara sikap
dengan pencegahan penyakit
antraks pada peternak sapi di
Desa Sempu, Kecamatan
Andong, Kabupaten Boyolali.
Ho : Tidak ada hubungan antara
pengetahuan
dengan
pencegahan penyakit antraks
pada peternak sapi di Desa
Sempu, Kecamatan Andong,
Kabupaten Boyolali.
Tidak ada hubungan antara
sikap dengan pencegahan
penyakit
antraks
pada
peternak sapi di Desa
Sempu, Kecamatan Andong,
Kabupaten Boyolali
METODELOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

Jenis penelitian ini adalah
penelitian
kuantitatif
non
eksperimental dengan rancangan
correlation study, dimana penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel satu
dengan yang lainnya.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua peternak yang kontak
langsung dengan ternak sapi yang
tinggal di Desa Sempu, Kecamatan
Andong, Kabupaten Boyolali yang
berjumlah 750 peternak. Sampel
penelitian sebanyak 88 peternak
dengan teknik proporsional random
sampling.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat
ukur berupa kuesioner tentang
pengetahuan dan sikap serta check
list perilaku pencegahan.
Analisis Data
Pengujian hipotesis dilakukan
dengan teknik Chi Square yang
digunakan untuk mencari hubungan
dua
variabel.
Untuk
menguji
hipotesis
dilakukan
dengan
menetapkan taraf signifikansi yang
akan digunakan (p=0,05), dimana
apabila p0,05 maka Ho
diterima.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Deskripsi Pengetahuan tentang
Penyakit Antraks
Tabel 1. Distribusi Pengetahuan
tentang Penyakit Antraks
No Pengetahuan Jumlah
%
1. Kurang
21
24

2.
3.

Cukup
Baik
Jumlah

8

30
37
88

34
42
100

Distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan
penge
tahuan tentang penyakit antraks
nampak bahwa distribusi tertinggi
adalah pengetahuan baik yaitu
sebanyak 37 responden (42%) dan
distribusi terendah adalah kurang
masing-masing
sebanyak
21
responden (24%).
Deskripsi
Sikap
Pencegahan
Penyakit Antraks
Tabel 2. Distribusi Sikap
No
Sikap
Jumlah
%
1. Kurang
20
22
2. Cukup
26
30
3. Baik
42
48
Jumlah
88
100
Distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan
sikap
pencegahan
penyakit
antraks
menunjukkan distribusi tertinggi
adalah sikap pencegahan penyakit
antraks kategori baik yaitu sebanyak
42 responden (48%), dan distribusi
terendah adalah sikap kategori
kurang sebanyak 20 responden
(22%).
Deskripsi Perilaku Pencegahan
Penyakit Antraks
Tabel 3. Distribusi Perilaku
No
Perilaku
Jumlah
%
1. Kurang
22
25
2. Cukup
34
39
3. Baik
32
36
Jumlah
88
100
Distribusi
frekuensi
responden berdasarkan perilaku
pencegahan
penyakit
antraks
menunjukkan distribusi tertinggi
adalah
perilaku
pencegahan

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

penyakit antraks kategori cukup
yaitu sebanyak 34 responden (39%),
dan distribusi terendah adalah
perilaku kategori kurang sebanyak
22 responden (25%).
Analisis Bivariat
Hubungan Pengetahuan tentang
Penyakit Antraks dengan Perilaku
Pencegahan Penyakit Antraks
Tabel. 4. Distribusi Pengetahuan
tentang Penyakit Antraks
Dengan Perilaku
Pencegahan Penyakit
Antraks
Penget
ahuan
Kurang
Cukup
Baik
Total
2

p-value

Perilaku pencegahan
penyakit antraks
Kurang Cukup
Baik
F
% F
% F
%
12 57 7 33 2
9
6 20 13 43 11 37
4 11 14 38 19 51
22 25 34 39 32 36
= 18,735
= 0,001

Total
F
21
30
37
88

%
100
100
100
100

Tabel 4 di atas menunjukkan
distribusi
perilaku
pencegahan
penyakit
antraks
ditinjau
dari
pengetahuan
tentang
penyakit
antraks
terlihat
adanya
kecenderungan bahwa responden
dengan
pengetahuan
tentang
penyakit antraks baik memiliki
perilaku
pencegahan
penyakit
antraks
lebih
baik
daripada
responden
yang
memiliki
pengetahuan cukup atau kurang.
Hasil pengujian Chi-Square
hubungan pengetahuan tentang
penyakit antraks dengan perilaku
pencegahan
penyakit
antraks
2
diperoleh nilai obs sebesar 18,735
dengan p-value = 0,001. Karena nilai
p-value lebih kecil dari 0,05 atau
0,001 < 0,05, maka disimpulkan H0
ditolak,
sehingga
disimpulkan
terhadap
hubungan
antara
pengetahuan
tentang
penyakit
antraks
dengan
perilaku

9

pencegahan penyakit antraks di
Desa Sempu Kecamatan Andong
Kabupaten Boyolali.

Hubungan Sikap Pencegahan
Penyakit Antraks dengan Perilaku
Pencegahan Penyakit Antraks
Tabel. 5 Distribusi Sikap
Pencegahan Penyakit
Antraks dengan Perilaku
Pencegahan Penyakit
Antraks
Perilaku pencegahan
penyakit antraks
Kurang
Cukup
Baik
F
%
F
%
F
%
Kurang 15 75
3
15 2 10
Cukup
5 19 14 54 7 27
Baik
2
5
17 41 23 55
Total
22 25 34 39 32 37
2
= 40,082
p-value = 0,000
Sikap

Total
F
20
26
42
88

%
100
100
100
100

Tabel 5 di atas tentang
distribusi
perilaku
pencegahan
penyakit antraks ditinjau dari sikap
pencegahan penyakit antraks terlihat
adanya
kecenderungan
bahwa
responden
dengan
sikap
pencegahan baik memiliki perilaku
pencegahan penyakit antraks lebih
baik
dibandingkan
responden
dengan sikap cukup dan kurang
Hasil pengujian Chi-Square
hubungan
sikap
pencegahan
penyakit antraks dengan perilaku
pencegahan
penyakit
antraks
2
dimana diperoleh nilai obs sebesar
40,082 dengan p-value = 0,000.
Karena nilai p-value lebih kecil dari
0,05 atau 0,000 < 0,05, maka
disimpulkan H0 ditolak, sehingga ada
hubungan antara sikap pencegahan
penyakit antraks dengan perilaku
pencegahan penyakit antraks di
Desa Sempu Kecamatan Andong
Kabupaten Boyolali.
Pembahasan
Karakteristik Responden
Distribusi umur responden

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

menunjukkan
sebagian
besar
responden merupakan peternak
dengan umur produktif yaitu antara
37 – 48 tahun sebanyak 35
responden
(40%).
Distribusi
responden tersebut menunjukkan
bahwa
responden
merupakan
kelompok orang yang memiliki usia
dewasa, dimana mereka telah
memiliki kemampuan rasional yang
baik dalam memahami informasi
tentang penyakit antraks. Pekerjaan
sebagai
peternak
merupakan
perkerjaan utama pada masyarakat
di desa Sempu Kecamatan Andong
Kabupaten
Boyolali.
Rata-rata
masyarakat, khususnya yang telah
berkeluarga cenderung memilih
pekerjaan
sebagai
peternak,
sementara bagi remaja didesa
tersebut kebanyakan terlebih dahulu
merantau ke kota Jakarta. Kondisi ini
menyebabkan
sebagian
besar
peternak merupakan laki-laki yang
telah berkeluarga dengan usia
antara 35 – 45 tahun.
Distribusi responden menurut
jenis kelamin menunjukkan sebagian
besar adalah laki-laki sebanyak 61
responden
(69%).
Distribusi
responden yang berjenis kelamin
laki-laki disebabkan faktor pekerjaan
sebagai peternak. Budaya di wilayah
Jawa menempatkan laki-laki sebagai
pihak yang melakukan kegiatan
rumah tangga dengan tingkat beban
kerja
yang
berat.
Kegiatan
peternakan berhubungan dengan
usaha-usaha memberikan makanan
kepada
hewan
ternak,
membersihkan
kandang,
dan
sebagainya yang merupakan jenis
pekerjaan yang relatif berat.
Tingkat
pendidikan
responden sebagian besar adalah
SD sebanyak 56 responden (64%).
Desa Sempu Kecamatan Andong
Kabupaten
Boyolali
merupakan
suatu wilayah yang relatif jauh dari
perkotaan dan fasilitas pendidikan

10

yang rendah. Didukung oleh tingkat
ekonomi masyarakat yang rendah,
menyebabkan motivasi masyarakat
untuk
menyekolahkan
anaknya
relatif
rendah.
Kondisi
ini
menyebabkan rata-rata masyarakat
di desa Sempu Kecamatan Andong
Kabupaten Boyolali memiliki tingkat
pendidikan yang rendah.
Tingkat
pendidikan
responden berhubungan dengan
kemampuan
responden
dalam
memahami
informasi
tentang
penyakit antraks. Semakin baik
tingkat pendidikan seseorang, maka
kemampuannya untuk memahami
suatu informasi menjadi lebih baik,
sehingga tingkat pengetahuannya
semakin baik.
Analisis Univariat
Pengetahuan tentang penyakit
antraks
Distribusi
Pengetahuan
tentang
penyakit
antraks
menunjukkan distribusi tertinggi
adalah baik (42%). Pengetahuan
peternak tentang penyakit antraks
dalam penelitian ini sebagian besar
adalah baik. Beberapa faktor yang
menyebabkan tingkat pengetahuan
peternak baik adalah adanya
program
penyuluhan
penyakit
antraks yang telah diberikan kepada
peternak. Pada bulan Maret 2012
pada masyarakat desa Sempu
Kecamatan
Andong
Boyolali
menerima
penyuluhan
tentang
penyakit antraks dari Mahasiswa
Kedokteran
UGM
Yogyakarta.
Penyuluhan
tentang
penyakit
antraks
memberikan informasi
tentang
penyakit
antraks
menyebabkan
pengetahuan
masyarakat tentang penyakit antraks
menjadi baik. Hubungan pemberian
penyuluhan
kesehatan
dengan
pengetahuan
sebagaimana
dikemukakan oleh Mubarrak (2006)

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

yang mengungkapkan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang
adalah tingkat pendidikan, informasi,
pengalaman dan sosial ekonomi.
Pengetahuan
tentang
penyakit
antraks
meliputi
pemahaman responden tentang
definisi
penyakit
antraks,
penyebabkan,
dan
cara
pencegahaannya.
Pengetahuan
responden tentang penyakit antraks
diperoleh dari informasi yang berasal
dari penyuluhan, media masa, dan
lingkungan.
Sikap
pencegahan
penyakit
antraks
Distribusi sikap pencegahan
penyakit
antraks
responden
menunjukkan memiliki sikap yang
baik (47%). Sikap responden
tentang
pencegahan
penyakit
antraks merupakan kesiapan atau
kesediaan
responden
untuk
melakukan
upaya-upaya
pencegahan penyakit antraks.
Sikap responden terhadap
penyakit antraks adalah baik.
Kondisi ini disebabkan beberapa
faktor, antara lain pengalaman.
Kejadian
antraks
di
wilayah
Kabupaten Boyolali beberapa bulan
yang lalu memotivasi masyarakat
peternak untuk lebih berhati-hati
terhadap
penyakit
antraks.
Ketakutan
masyarakat
akan
terjangkitnya
penyakit
antraks
menyebabkan
masyarakat
cenderung memiliki sikap yang baik
terhadap
pencegahan
penyakit
antraks. Disamping itu masyarakat
juga memperoleh penyuluhan dari
mahasiswa
kedokteran
UGM
tentang
penyakit
antraks jadi
masyarakat desa Sempu kecamatan
Andong Kabupaten Boyolali paham
tentang upaya apa saja yang harus
dilakukan
untuk
pencegahan
penyakit antraks.

11

Namun demikian, terdapat
pula beberapa responden yang
memiliki sikap kurang baik. Pada
umumnya masyarakat mengetahui
tentang penyakit antraks, namun
kadangkala
mereka
kurang
mensikapi
upaya-upaya
untuk
mencegah
penularan
penyakit
antraks. Kondisi ini disebabkan
masyarakat
memiliki
anggapan
bahwa
pencegahan
penularan
penyakit
merupakan
tugas
pemerintah, khususnya petugas
kesehatan dengan alasan mereka
tidak memiliki cukup pengetahuan
dan ketrampilan untuk melakukan
pencegahan penyakit antrak. Kondisi
ini menyebabkan responden enggan
untuk melakukan tindakan-tindakan
kesehatan berkaitan dengan upaya
pencegahan penularan penyakit
antraks.
Perilaku pencegahan penyakit
antraks
Distribusi
perilaku
pencegahan
penyakit
antraks
responden menunjukkan distribusi
terbesar adalah cukup (39%).
Perilaku
pencegahan
penyakit
antraks adalah suatu aktivitas,
tindakan mencegah penularan yang
dikerjakan oleh individu yang dapat
diamati secara langsung maupun
tidak langsung. Perilaku peternak
dalam pencegahan penyakit antraks
dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal peternak. Faktor internal
misalnya
tingkat
kemampuan
ekonomi
peternak.
Peternak
mungkin memahami tentang tata
cara pencegahan penyakit antraks,
namun karena kemampuan ekonomi
yang kurang menyebabkan peternak
tidak dapat melakukan tindakan
pencegahan penyakit antraks seperti
pemberian vaksin pada ternak,
pembuatan lantai cor pada kandang
ternak dan lain-lain. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Roger

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

(1974) cit Notoatmodjo (2003) yang
mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan
adalah faktor internal dan faktor
eksternal.
Analisis Bivariat
Hubungan Antara Pengetahuan
tentang penyakit antraks Dengan
Perilaku Pencegahan Penyakit
Antraks
Hasil pengujian hubungan
pengetahuan
peternak
dengan
perilaku
pencegahan
penyakit
antraks menggunakan uji Chi
Square diperoleh nilai 2 sebesar
18,735 dengan nilai probabilitas (pvalue) sebesar 0,000. Hasil uji Chi
Square
tersebut
menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang
signifikan
pengetahuan
tentang
penyakit antraks dengan perilaku
pencegahan penyakit antraks di
Desa Sempu Kecamatan Andong
Kabupaten
Boyolali,
dimana
semakin baik pengetahuan tentang
penyakit antraks, maka perilaku
responden
dalam
pencegahan
penyakit antraks semakin baik.
Pengetahuan
tentang
penyakit antraks yang dimiliki
peternak menopang pemahaman
perternak tentang cara pencegahan
penyakit antraks. Semakin baik
pengetahuan
peternak
tentang
penyakit antraks maka perilaku
pencegahan penyakit antraks akan
semakin
baik.
Hal
tersebut
sebagaimana dikemukakan oleh
Notoatmodjo
(2003)
yang
menyatakan bahwa pengetahuan
atau kognitif merupakan domain
yang
sangat
penting
untuk
terbentuknya tindakan seseorang
atau over behavior. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang
tanpa
didasari
dengan

12

pengetahuan. Pengetahuan diyakini
kebenarannya
yang
kemudian
terbentuk
perilaku baru
yang
dirasakan sebagai miliknya.
Penelitian
mengenai
pengetahuan dan sikap terhadap
suatu penyakit dilakukan oleh Emma
Suzana Sihaloho (2009) meneliti
tentang Tingkat Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku Pekerja Rumah Potong
Unggas
dalam
Pencegahan
Penularan Penyakit Flu Burung di
Kecamatan Gerbah dan Kecamatan
Prambanan, Sleman, Yogyakarta
dengan hasil bahwa ada hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan
perilaku pencegahan penularan
penyakit flu burung dan terdapat
hubungan antara sikap dan perilaku
pekerja rumah potong unggas dalam
pencegahan penularan penyakit flu
burung di Kecamatan Gerbah dan
Kecamatan Prambanan, Sleman,
Yogyakarta.
Hubungan
Antara
Sikap
pencegahan penyakit antraks
Dengan Perilaku pencegahan
penyakit antraks
Hasil pengujian Chi-Square
hubungan
sikap
pencegahan
penyakit antraks dengan perilaku
pencegahan
penyakit
antraks
dimana diperoleh nilai 2obs sebesar
40,082 dengan p-value = 0,000.
Karena nilai p-value lebih kecil dari
0,05 atau 0,000 < 0,05, maka
disimpulkan H0 ditolak, sehingga ada
hubungan antara sikap pencegahan
penyakit antraks dengan perilaku
pencegahan penyakit antraks di
Desa Sempu Kecamatan Andong
Kabupaten
Boyolali,
dimana
semakin baik sikap responden
tentang penyakit antraks, maka
perilaku
responden
dalam
pencegahan
penyakit
antraks
semakin baik.
Perilaku
peternak
dalam
mencegah
penyakit
antraks

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor baik dari dalam maupun dari
luar peternak, salah satu faktor
tersebut adalah persepsi atau sikap
peternak. Sikap peternak terhadap
penyakit antrak diperoleh setelah
peternak melakukan pengamatan
terhadap ternak yang terkena
antraks
atau
paham
tentang
penyakit antraks maka akan terjadi
gambaran yang tinggal dalam
ingatan peternak tentang apa yang
mereka
amati.
Berdasarkan
pemahaman tersebut maka peternak
akan mengambil suatu sikap untuk
berupaya
melakukan
upaya
pencegahan penyakit antraks atau
tidak.
Peternak
yang
memilih
bersikap
untuk
melakukan
pencegahan penyakit antraks, maka
peternak
akan
berupaya
mewujudkan
pengetahuan
dan
pemahamannya
tentang
pencegahan penyakit antraks dalam
suatu perilaku yang nyata berupa
tindakan-tindakan
pencegahan
penyakit antraks, seperti yang
dikemukakan oleh Muktiani (2011)
usaha yang harus dilakukan untuk
pencegahan penyakit antraks adalah
berusaha membersihkan kadang,
memberikan
vaksin,
mengubur
hewan ternak yang mati karena
antraks dan lain sebagainya.
Secara
umum
dalam
penelitian menunjukkan perilaku
penceghaan
penyakit
antraks
responden sebagian besar adalah
baik dan cukup, namun masih
terdapat 22 responden (25%)
memiliki perilaku yang buruk. Faktor
yang menyebabkan perilaku kurang
tersebut disebabkan oleh tingkat
kemampuan ekonomi beberapa
peternak yang masih rendah.
Peternak sebenarnya mengetahui
bahwa untuk mencegah penularan
penyakit antraks, maka hewan
ternak harus diberikan vaksin secara

13

teratur. Namun peternak enggan
untuk memberikan vaksin pada
ternaknya. Kondisi ini disebabkan
masyarakat menganggap untuk
pemberian vaksin secara teratur
biaya yang harus dikeluarkan sangat
mahal karena harus mengundang
matri hewan sendiri, dan mereka
memilih
menggunakan
uang
tersebut untuk membeli pakan untuk
ternak. Seperti yang dikemukakan
oleh Muktiani (2011) sapi yang
belum terserang penyakit antraks
bisa dilakukan pencegahan yaitu
melakukan vaksinasi secara teratur.
Ternak yang divaksinasi dengan
vaksin spora dengan dosis 100 cc.
Vaksiniasi ini dilakukan 6 bulan
sekali atau menggunakan serum
antiantraks dengan dosis 50-100 cc
per ekor
Hasil penelitian ini ternyata
mendukung
hasil
penelitian
terdahulu. Rahmat Setya Adji dan
Lily Natalia (2006) meneliti tentang
Pengendalian Penyakit antraks :
Diagnosis, Vaksinasi dan Investigasi
bahwasannya
Program
pengendalian antraks pada hewan
dan manusia dapat dikendalikan
dengan penggunaan vaksin cukup
efektif untuk pencegahan penyakit
antraks.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pengetahuan peternak tentang
penyakit antraks di Desa Sempu
Kecamatan Andong Kabupaten
Boyolali sebagian besar adalah
baik
2. Sikap
pencegahan penyakit
antraks
di
Desa
Sempu
Kecamatan Andong Kabupaten
Boyolali sebagian besar baik.
3. Perilaku pencegahan penyakit
antraks
di
Desa
Sempu

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

Kecamatan Andong Kabupaten
Boyolali sebagian besar cukup
4. Ada
hubungan
antara
pengetahuan tentang penyakit
antrak
dengan
perilaku
pencegahan penyakit antraks di
Desa
Sempu
Kecamatan
Andong Kabupaten Boyolali.
5. Ada hubungan antara sikap
pencegahan penyakit antraks
dengan perilaku pencegahan
penyakit antraks di Desa Sempu
Kecamatan Andong Kabupaten
Boyolali.
Saran
1. Bagi Peternak
Penelitian
ini
menunjukkan
bahwa pengetahuan tentang
penyakit antraks dan sikap
pencegahan penyakit antraks
berhubungan dengan perilaku
pencegahan penyakit antraks
peternak. Kondisi ini hendaknya
menjadi
pengetahuan
bagi
peternak
untuk
senantiasa
mencari
informasi
tentang
penyakit
antraks
sehingga
pengetahuan peternak semakin
meningkat. Peternak hendaknya
senantiasa
menjaga
sikap
pencegahan penyakit antraksnya
dengan
aktif
melakukan
kegiatan-kegiatan pencegahan,
seperti memelihara kebersihan
kandang,
memperhatikan
kebersihan hewan ternak, dan
memberikan vaksin.
2. Bagi dinas peternakan
Dinas peternakan hendaknya
senantiasa melakukan upayaupaya peningkatan pengetahuan
peternak
tentang
penyakit
antraks, petugas kesehatan juga
hendaknya
senantiasa
memotivasi
peternak
untuk
bersikap positif terhadap upaya
pencegahan penyakit antraks.
Upaya-upaya tersebut antara

14

lain
dengan
memberikan
penyuluhan-penyuluhan kepada
peternak serta mempersiapkan
sarana dan prasarana yang
memadai
dalam
melakukan
pencegahan penyakit antraks.
3. Bagi perawat
Hasil penelitian ini bisa menjadi
tambahan pengetahuan perawat
khususnya
dalam
hal
pencegahan epidemi penyakit.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Melakukan penelitian lebih lanjut
dengan variabel-variabel yang
berbeda yang belum pernah
dilakukan dalam penelitian ini,
sehingga diketahui faktor apakah
yang
paling
dominan
mempengaruhi
perilaku
pencegahan penyakit antraks.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
S.
2006.
Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. 2005. Sikap Manusia,
Teori dan Pengukurannya,
Yogya: Pustaka Pelajar
Yogya Offset.
Basri, C & Kiptiyah, N.M. 2010.
Memegang Hewan Rentan
dan Menangani Produknya
Berisiko Besar Tertular
Antraks Kulit di Daerah
Endemis. Jurnal Veteriner.
Vol. 11 No. 4 : 226-231
Darmono S, Bambang. 2011.
Sukses
Beternak
Sapi
Limousin,
Yogyakarta:
Smart
Pustaka.
Perpustakaan Nasional.
Depkes.

2009. “Antraks Pada
Manusia”.
Jakarta:
Departemen Kesehatan RI:
(diakses pada tanggal 12
januari 2012)

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks
Pada Peternak Sapi Di Desa Sempu, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali (Anis
Rahmawati)

15

Muktiani.
2011.
Sukses
Penggemukan Sapi Potong.
Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

Sjahrurahchman,
Agus.
2007.
“Antraks dalam Cermin
Dunia Kedokteran”. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip- Prisip
Dasar dan Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
Jakarta:
Rineka Cipta.

Sugiyono. 2009. Statistika Untuk
Penelitian.
Bandung:
Alfabeta.

.2005.Promosi
Kesehatan, Teori dan
Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta.

*Anis Rahmawati: Mahasiswa S1
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura

. .2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.

** H. Abi Muhlisin, SKM. M. Kep:
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura.

Nursalam.

2003. Konsep Dan
Penerapan
Metodologi Penelitian
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika

.2008. Konsep dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan.
Jakarta:
Salemba Medika
Setya Adji, R dan Natalia, Lily. 2006.
“Pengendalian
penyakit
antraks
:
diagnosis,
vaksinasi dan investigasi.
Jurnal Wartazoa. Vol.16 No.
4
Rianto,

Edy.
2010.
Panduan
Lengkap
Sapi
Potong
Cetakan Ketiga. Jakarta:
Penebar swadaya

Sihaloho, Emma Suzana. 2009.
Tingkat
Pengetahuan,
Sikap, Dan Perilaku Pekerja
Rumah Potong Unggas
Dalam
Pencegahan
Penularan Penyakit Flu
Burung
Di
Kecamatan
Gerbah Dan Kecamatan
Prambanan
,
Sleman,
Yogyakarta.
Skripsi.
Fakultas Kedokteran UGM.

***Vinami Yulian S.Kep., Ns.:
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura

Dokumen yang terkait

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit DBD dengan Upaya Pencegahan DBD di Desa Sukorejo Musuk Boyolali

0 5 8

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kelurahan Dayu.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kelurahan Dayu.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP LANSIA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT ASAM URAT DI POSYANDU LANSIA DESA GANTEN KERJO KARANGANYAR.

0 2 7

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DBD DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DBD Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit DBD Dengan Upaya Pencegahan DBD Di Desa Sukorejo Musuk Boyolali.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT ANTRAKS PADA Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks Pada Peternak Sapi di Desa Sempu Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

0 1 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Antraks Pada Peternak Sapi di Desa Sempu Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

0 2 6

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT ANTRAKS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pencegahan Penyakit Antraks Terhadap Pengetahuan dan Sikap Peternak Sapi di Desa Brojol Miri Sragen.

0 1 15

PENDAHULUAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pencegahan Penyakit Antraks Terhadap Pengetahuan dan Sikap Peternak Sapi di Desa Brojol Miri Sragen.

0 0 7

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT ANTRAKS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pencegahan Penyakit Antraks Terhadap Pengetahuan dan Sikap Peternak Sapi di Desa Brojol Miri Sragen.

0 1 16