KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA JANGAN MENANGIS INDONESIA KARYA PUTU WIJAYA.

(1)

Zaenal arifin, 2013

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA JANGAN

MENANGIS INDONESIA KARYA PUTU WIJAYA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sastra

oleh Zaenal Arifin

0906759

PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Kritik Sosial Dalam Naskah DramaJangan Menangis IndonesiaKarya Putu Wijaya” penelitian ini dilatarbelakangi oleh (1) adanya kesadaran bahwa setiap karya sastra, termasuk drama, memiliki kaitan erat dengan realitas sosial yang ada di masyarakatnya, baik realitas sosial saat karya itu ditulis maupun fakta-fakta sejarah yang mempengaruhi pengarang dalam karya yang ditulisnya, (2) keingintahuan penulis untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam karya (naskah drama) dan sejauh mana persoalan hidup yang dipaparkan Putu Wijaya dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia sebagai bentuk kritik sosial tentang kondisi bangsa Indonesia selama kepemimpinan presiden pertama Indonesia; Soekarno sampai kepada Susilo Bambang Yodhoyono, (3) kritik sosial pada kondisi negara dan para pemimpinnnya selalu menjadi pembicaraan yang menarik untuk teliti, hal ini pula yang coba diungkapkan Putu Wijaya dalam menyampaikan kritik sosial yang terjadi di negara dan masyarakat Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) memperoleh gambaran mengenai struktur drama Jangan Menangis Indonesia, dan (2) mengetahui kritik sosial yang ada dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis atau metode kualitatif, yaitu mendeskripsikan data-data yang terkumpul untuk kemudian disusun dengan menganalisis drama Jangan Menangis Indonesia karya Putu Wijaya secara struktural semiotik agar terlihat unsur-unsur sosiologisnya.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dalam analisis struktur drama Jangan Menangis Indonesia ditemukan 11 buah aktan yang terdiri dari 7 aktan pokok dan 4 aktan pendukung. Dari hasil analisis terdapat alur, tokoh, dan latar diperoleh gambaran mengenai tema dan amanat. Tema yang diangkat adalah mengenai keadaan negara Indonesia dipenghujung era presiden Soeharto lengser dan memasuki era reformasi (Presiden BJ Habibi-Abdurahman Wahid-Megawati Soekarno Putri) menuju era demokrasi (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono).

Segala bentuk permasalahan yang terjadi di Indonesia berupa krisis Keadilan, keamanan, dan tanggung jawab pada masyarakat Indonesia, (2) pemerintahan di era reformasi menuju era demokrasi, dan (3) budaya korupsi dikalangan pejabat negara.


(3)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya ABSTRACT

This thesis entitled " Social Criticism Drama Scripts Never Cried In Indonesia PutuWijayaKarya " This research is motivated by ( 1 ) an awareness that every work of literature , including drama , is closely linked with the social realities that exist in the community , both social realities of the time it works written and historical facts that affect the work of the author in writing , ( 2 ) the author 's curiosity to know the problems that exist in the work ( a play ) , and the extent to which the problems of life presented in the PutuWijaya Indonesia plays Do not Cry as a form of social criticism about condition of Indonesia during the leadership of the first president of Indonesia, SusiloBambang Sukarno came to Yodhoyono , ( 3 ) social criticism on the country and the leader always been an interesting conversation for your perusal , this also try disclosed PutuWijaya in delivering social criticism that occurred in state and the people of Indonesia.

The purpose of this study was to ( 1 ) obtain an overview of the structure of the drama Do not Cry Indonesia, and ( 2 ) determine the social criticism that exists in a play Do not

Cry Indonesia.

The method used in this research is descriptive method of analysis or qualitative methods , which describe the data collected and then compiled to analyze the drama Do not Cry Indonesian PutuWijaya 's work to make it look structurally semiotic sociological elements . Based on the analysis it can be concluded that the analysis of the structure of the drama Do not Cry actants Indonesia found 11 pieces consisting of 7 and 4 actantsactants principal supporter . From the analysis contained plots, characters , and obtained a description of the background theme and mandate . The theme is about the state of the country toward the end of the era of Indonesian President Suharto stepped down and entered the reform era ( President BJ Habibi - Wahid - Megawati Sukarnoputri ) to the era of democracy (President SusiloBambangYudhoyono) .

All forms of problems that occurred in Indonesia in the form of a crisis of Justice , security , and responsibility to the people of Indonesia , ( 2 ) government in the reform era to the era of democracy , and ( 3 ) the culture of corruption among state officials .


(4)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim

Puji dan syukur senantiasa penulis agungkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan rakmat dan karunia-Nya serta memberikan kekuatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Nonkependidikan, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia.

Skripsi ini menjelaskan tentang struktur drama pada naskah drama Jangan Menangis Indonesia karya Putu Wijaya serta menemukan kritik-kritik sosial yang terdapat di dalam naskah drama tersebut. Tujuan penelitian ini untuk menemukan gambaran mengenai struktur dramaserta memberikan manfaat bagi perkembangan penulisan naskah drama.

Tak ada manusia yang sempurna di dunia ini, begitu pula dengan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandung, Agustus 2013


(5)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terwujud tanpa bantuan, bimbingan, petujuk dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada.

1. Dr. Dadang S. Anshori, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

2. Dr. Tedi Permadi, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia,

3. Drs. Sumiyadi, M, Hum. Selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Rudi Adi Nugroho, M,Pd, selaku pembimbing II yang telah membimbing serta menyemangati penulis dalam menyusun skripsi ini;

5. Semua teman-teman Nondik B 2009 dan Nondik sastra 2009 yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu;

6. Sahabat-sahabat terbaik Penulis (Wili/Garwil, Dicky, Handoko/Kokolot, Roni/Baron yang selalu memberikan cerita berbeda dalam setiap perbincangan di “Lorong Buaya” maupun di parkiran FPBS. “Cepet Lulus juga Bray..”.

7. Semua wanita yang pernah mengisi waktu dan hari-hari dalam hidup penulis.“Biarlah waktu dan kepikunanku yang melupakan kenangan saat bersamamu”

8. Semua orang-orang yang pernah terlibat dalam cerita hidup penulis.

Semoga semua amal baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Bandung, Agustus 2013


(6)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(7)

Zaenal arifin, 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…...……….…….………...i

UCAPAN TERIMA KASIH …….……….ii ABSTRAK ………..………iii

DAFTAR ISI ……….....………..v

DAFTAR BAGAN …………..……..………..……….viii

DAFTAR LAMPIRAN…………..…..……….……….ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1LatarBelakang………...………….……….1

1.2BatasanMasalah………...……… …7

1.3RumusanMasalah………7

1.4TujuanPenelitian……….8

1.5ManfaatPenelitian………...8

1.6SisitematikaPenelitian…...………..…………8

BAB 2 DRAMA, SOSIOLOGI SASTRA, DAN KRITIK SOSIAL 2.1 Pengertian Drama……….11

2.2 PengertianNaskah Drama………12

2.3UnsurdanTekstur Drama………13

2.4KerangkaSemiotikaSosialdalamPendekatan SosiologiKarya……….……….…...15

2.4.1 AspekSintaksis………...16

2.4.2 AspekSemantik………..18

2.4.2.1Tokoh………..18

2.4.2.2LatardanRuang……….……….19


(8)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

2.4.3 AspekPragmatik…………...………...20

2.4.3.1TeoridanBaganKomunikasi………..………...21

2.4.3.2TeoriFungsiBahasaMenurut Jacobson………..……21

2.4.3.3RagamBahasa…….………22

2.5Pendekatan SosiologiSastra dalam MengkajiNaskah Drama………..…23

2.6KritikSosial……..……….28

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 MetodePenelitian……….…………...30

3.2 Sumberdan Data Penelitian……….…………30

3.3 DefinisiOperasional……….…….………...31

3.4 TeknikPenelitian……….………32

3.4.1 TeknikPengumpulan Data………...………..32

3.4.2 TenikPengolahan Data………..…...…33

3.4.3 Langkah-LangkahPenelitian………...…...33

BAB 4 ANALISIS 4.1 Sinopsis………..………36

4.2 AspekCeritaNaskah Drama JanganMenangis Indonesia………….39 4.2.1AnalisisAspekSintaksis..………...39

4.2.1.1 Alur………..………...39

4.2.1.2 SkemaAktandan Model Fungsional...……….40

4.2.1.3 HubunganAktan-Aktandan Model Fungsional DalamMembbentukStrukturCeritaUtama…...……63


(9)

Zaenal arifin, 2013

a. KuantitasAktan…….…………..……….63

b. AktanUtamaatauAktanPusat…...………...63

c. AktanPusatSecaraKeseluruhanAktan….…64 4.2.2AnalisisAspekSemantik 4.2.2.1AnalisisTokoh………...67

4.2.2.2AnalisisLatar………...…92

4.2.2.3AnalisisTemadanAmanat………96

4.2.3 AnalisisAspekPragmatik..………...97

4.2.3.1HubunganKomunikasidalamNaskah Drama Jangan Menangis Indonesia….………..………..…97

4.2.3.2AspekFungsiBahasadalamNaskah Drama Jangan Menangis Indonesia………...98

4.2.3.3AspekRagamBahasadalamNaskah Drama JanganMenangis Indonesia………..…105

4.3 KritikSosialterhadapKeadaanPemimpindanMasyarakat Indonesia……….106

4.4.1 KrisisKeadilan, Keamanan, danTanggungJawabPada MasyarakatIndonesia………...107

4.4.2 Pemerintah Era Reformasi –Demokrasi………...…108

4.4.3 BudayaKorupsiDi kalanganPejabat Negara………...…110

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………...113

5.2 Saran……….114

DAFTAR PUSTAKA……….…………115 LAMPIRAN


(10)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sebagai salah satu bagian dari genre sastra, drama memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan genre sastra lainnya yakni puisi dan prosa.Jika puisi maupun prosa (cerpen, novel, novolet, dan sebagainya) hanya ditulis oleh pengarang untuk dibaca tanpa harus dipertunjukan atau dipentaskan di atas panggung pertunjukan sebagaimana dalam drama maupun teater (meski tidak menutup kemungkinan ada karya-karya dari para penyair maupun prosais yang dipertunjukan di atas panggung maupun difilmkan). Drama memiliki apresiasi yang lebih dari sekedar ditulis pengarang, kemudian dibaca oleh masyarakat (pembaca), tapi lebih dari itu, pengarang naskah drama ingin lebih memvisualisasikan apa yang menjadi keresahan, keinginan maupun harapannya untuk lingkungan, masyarakat, juga tanah airnya, terlebih bisa menjadi referensi bagi bangsa-bangsa lain.

Sebagai sebuah karya, drama mempunyai karakteristik khusus, yaitu berdimensi sastra pada satu sisi dan berdimensi seni pertunjukan pada sisi yang lain. Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya tidak hanya berhenti sampai tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara artistik imajinatif oleh para pembacanya, namun mesti diteruskan untuk kemungkinan dapat dipertontonkan dalam suatu penampilan gerak dan prilaku konkret yang dapat disaksikan (Hasanuddin, 1996:1).

Sastra menjadi sebuah media subjektif yang mencoba mengangkat persoalan-persoalan realitas yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, karya sastra dan masyarakat akan terjadi hubungan yang saling mempengaruhi. Sementara itu, Ratna (2004: 334) menyatakan bahwa hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi, maupun afirmasi, jelas merupakan hubungan yang hakiki.


(11)

2

Zaenal arifin, 2013

Karya sastra mempunyai tugas penting, baik dalam usahanya menjadi pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan terhadap suatu gejala kemasyarakatan.Meskipun demikian, di Indonesia tata hubungan itu masih sering dianggap ambigu, bahkan diingkari.Pada gilirannya karya sastra dianggap tidak berperan dalam meningkatkan kualitas kehidupan.Masih banyak masyarakat yang mengukur manfaat karya sastra atas penelitian berdasarkan aspek-aspek praktisnya.Karya sastra semata-mata hanya sebagai khayalan.Misalnya, masih mewarnai pemilihan masyarakat sepanjag abad, penilaian negatif yang secara terus-menerus membawa karya sastra di luar kehidupan yang sesungguhnya.

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis merasa perlu mengambil naskah drama Jangan Menangis Indonesiakarya Putu Wijaya.sebagai bahan analisis. Hal ini disebabkan karena adanya sebuah kesadaran bahwa setiap karya sastra, termasuk drama, memiliki kaitan erat dengan realitas sosial yang ada, baik realitas sosial saat karya itu ditulis, maupun fakta-fakta sejarah yang mempengaruhi isi karya itu sendiri.Dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia digambarkan bahwa kondisi bangsa Indonesia pada saat itu, yakni, dipenghujung era presiden Soeharto lengser dan memasuki era reformasi (Presiden BJ Habibi-Abdurahman Wahid-Megawati Soekarno Putri) menuju era demokrasi (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) permasalahan yang ada di negeri ini (Indonesia) malah semakin kacau-balau. Berbagai hal beruntun menerpa tak putus-putus. Mulai dari krisis ekonomi, suhu politik meninggi, huru-hara, teror bom, tsunami, gempa bumi, sar, flu burung, demam berdarah, kebejatan moral, narkoba, judi, korupsi, ketidakberdayaan hukum, kebejatan para pemimpin, kasus-kasus yang mencederai hak azasi manusia. risau, bingung, was-was, semua rakyat Indonesia mendambakan kehidupan yang lebih baik.

Tokoh Munir dalam naskah drama ini menjadi salah satu korban atas ketidakberdayaan hukum di negaranya. Munir yang juga nama dan nasibnya mirip dengan seorang pemimpin, aktivis, dan pejuang Hak Azasi Manusia (HAM) yang


(12)

3

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tewas pada 7 September 2004 akibat keracunan makanan ketika melakukan penerbangan pesawat dari Singapura menuju Amsterdam, Belanda.Yang kasusnya terjadi di era kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu belum terselesaikan sampai saat ini. Lalu ada tokoh Marsinah yang mewakili penderitaan kaum perempuan di Indonesia yang pengabdiannya pada negara disalahgunakan. Tokoh Marsinah dalam naskah ini mengingatkan kita pada Marsinah seorang pegawai buruh PT. JPS Sidoarjo yang dibunuh karena memperjuangkan teman-temannya yang ditangkap oleh aparat kepolisisan. Ada kemungkinan bahwa tokoh Marsinah dalam naskah ini menjadi inspirasi bagi Putu Wijaya untuk menjadikannya sebagai nama salah satu tokoh dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia.

Juga adanya tokoh Soekarno yang mengingatkan kita pada presiden pertama Indonesia, dalam naskah drama ini tokoh Soekarno menjadi panutan sebagai pemimpin yang disegani karena berani memperjuangkan kaum pribumi dan memberi motivasi untuk tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari segala tindak kesewenangan. lalu ada tokoh Koruptor yang diperankan oleh Dalang menjadi simbol atas keserakahan pemimpin, pejabat, dan orang yang “berduit” untuk menindas kaum miskin. Hingga dengan harta, pangkat, dan kedudukannya bisa membeli segala sesuatunya dengan uang. Lalu adanya tokoh Jendral dan Ajudan, yang mewakili lemahnya martabat para sipil kita yang rela keberanian dan tanggung jawabnya sebagai lembaga pertahanan dan keamanan negara ditukar dengan uang.Seperti dalam salah satu adegan dimana ketika Jendral dan ajudannya ingin menangkap dan mengadili tokoh Koroptor, keduanya „luluh‟ ketika disodori uang oleh tokoh Koroptor.

Kemudian ada tokoh Seseorang yang mewakili simbol pemimpin, figur, atau orang baik yang bisa dipercaya oleh masyarakat pada saat itu untuk menjadi pelopor dalam menangani segala permasalahan yang terjadi termasuk di dalamnya pemberantasan pada kesewenang-wenangan para pejabat koruptor.Dan yang-terakhir


(13)

4

Zaenal arifin, 2013

adanya tokoh Dalang, Dalang dalam naskah drama Jangan Menagis Indonesia karya Putu Wijaya menjadi tokoh sentral yang menggerakan cerita. Di satu sisi, Dalang menjadi simbol yang mewakili peran para pejabat Indonesia yang sewenang-wenang karena memiliki pangkat dan harta yang melimpah sehingga segala sesuatunya diukur dengan uang, hal ini terlihat ketika Dalang memerankan tokoh seorang Koruptor yang memiliki banyak harta dan di kemudian hari ia ingin menorehkan tinta emasnya sebagai Koruptor kelas satu di Indonesia dalam sebuah buku, sebagai salah satu catatan sejarah yang membanggakan untuk diwariskan pada generasi yang akan datang. Namun di sisi lain Dalang bisa menjadi sosok yang menentang ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan menjadi simbol yang mewakili „jeritan‟ rakyat Indonesia yang jiwa kemerdekaannya sebagai bagian dari bangsa Indonesia disalahgunakan dengan licik oleh para pemimpin bejat moral dan akhlaknya, hal ini terlihat ketika Dalang memerankan tokoh Munir, Soekarno, dan Banci.

Dari penggambaran cerita dalam naskah Jangan Menangis Indonesia, Putu Wijaya seolah ingin „bercerita‟ dengan menggambarannya melalui karya naskah dramanya kepada seluruh masyarakat Indonesia dan khususnya pada para pejabat agar menyadari perannya sebagai bagian dari bangsa Indonesia, meskipun dibedakan dari suku, adat-istiadat, agama, ras, bahasa dan perbedaan lainya. Namun tetap dalam satu-kesatuan sebagai rakyat Indonesia yang menjunjung nilai-nilai yang luhur sebagaimana yang tertuang dalam Pancasila, UUD 1945, dan pasal-pasal yang mengaturnya dengan menjalankan hak dan kewajibannya masing-masing baik sebagai pemimpin negara maupun rakyat sebagai bagian dari masyarakatnya. Inilah yang menjadi alasan peneliti untuk mengkaji naskah drama ini, dikarenakan cerita dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia seolah Putu Wijaya ingin „sedikit‟ memaparkan apa yang terjadi dan pernah terjadi di Indonesia dalam hal ini era pemerintahan dengan para pemimpinnya serta nasib rakyatnya yang sengsara karena


(14)

5

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terlahir dari lingkungan keluarga yang cukup berpengaruh dan memegang tradisi dan seni yang cukup tinggi di lingkungannya, Putu Wijaya menjelma menjadi seorang sastrawan yang disegani baik dari sesama sastrawan, seniman, maupun masyarakat awam lainnya khususunya beliau sebagai seorang dramawan. Karya-karya Putu Wijaya, termasuk drama. Umumnya selalu mengemukakan masalah pencarian jati diri.Beliau berupanya memiliki estetika sendiri untuk karya-karyanya dan merasa tidak senang dengan cerita yang terlalu bertele-tele, yang bisa ditebak jalan ceritanya, yang ada pelukisan wataknya, bentuk tokoh, dan memiliki kesinambungan terperinci. Beliau tolak estetika yang konvensional itu dengan memilih estetika untuk dirinya sendiri, yaitu bercerita nyerocos seperti apa adanya tanpa menutupi ketidaktahuan dan kebodohannya sendiri. Baginya, cerita tak perlu logis.Seseorang mungkin saja berdusta dan berkata sesukanya, karena menurutnya, kesenian adalah salah satu alat untuk mencurahkan makna. Akan tetapi, makna kadang harus dipigura atau disamarkan, diawetkan, dan dibebaskan dari ruang dan waktu, diberi potensi untuk menembus segala kesulitan hingga makna itu sendiri mengalami proses (Prihatmi, 2001: 98-99).

Sedangkan Abdullah dkk, dalam Dewojati (1983:16). Mengungkapkan bahwa Drama-drama Putu Wijaya umumnya menunjukan kecenderungan berupa penggunaan gaya pengungkapan yang disebut dengan Stream of Conciousness atau oleh Edward Dujardin dinamakan dengan istilah le monologue interieur.

Hal ini pula yang peneliti temukan ketika menganalisis naskah Jangan Menangis Indonesia karya beliau. Dimana dalam naskah drama tersebut banyak monolog dari para tokohnya tentang apa yang mereka rasakan, lihat, dan dengar dengan diutarakan senatural mungkin apa adanya.Dalam menggarap karyanya, Putu Wijaya cenderung mengolah konflik batin para tokohnya dengan mengembangkannya sesuai dengan objek yang dipermasalahkan.Akibatnya, peristiwa-peristiwa yang diungkapkan sering terasa meloncat-loncat tanpa ada kaitan


(15)

6

Zaenal arifin, 2013

antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya.Dengan demikian hal yang dilukiskan dalam drama-drama Karya Putu Wijaya bukan runtun peristiwa, melainkan jalan pikiran atau renungan para tokohnya atas objek yang melibatkan dirinya (Dewojati, 2010: 138).

Gaya absurd semacam itu dijumpai dalam beberapa karya drama beliau yang lain seperti Aduh, Sandiwara, Dor, dag-dig-dug, Anu, dan Edan. Selain itu Putu

Wijaya juga mengaku memuja „kejutan‟ itu dibuktikan dalam drama Dalam Cahaya

Bulan, Bila Malam Bertambah Malam, Lautan Bernyayi, tak sampai Tiga Bulan, Orang-Orang Malam. Selain itu menurut Putu Wijaya, plot dan cerita tidak pernah cukup untuk membangun sebuah teater. Hal itu karena dalam menyampaikan plot,drama membutuhkan visualisasi dan kretivitas pemainnya (Dewojati, 2010: 138). Putu Wijaya juga mengatakan bahwa teater merupakan produk sakral yang bersifat spiritual.Teater juga adalah terapi sosial terhadap masyarakat yang sedang tidak harmonis.Drama dianggap mengisi kekosongan, menambal kehilangan, mematri yang kropos, teater adalah peralatan batin yang mengobati situasi sakit secara transedental (Dewojati,2010:138).

Setelah melihat sedikit gambaran mengenai penjelasan drama Jangan menangis Indonesia yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu yang beraitan dengan judul dan analisis terhadap unsur-unsur teks serta aspek-aspek sosial. Penelitian pertama dilakuan oleh Dwi Septianti dengan judul skripsi “Perjuangan untuk Cinta dan Kedudukan (Kajian Sosiologi Sastra terhadap teks drama Atas Nama Cinta karya Agus R.Sarjono. Penelitian tersebut lebih menitiberatkan pada analisis aspek tekstual dan aspek sosiologisnya, yaitu mengenai perburuan kekuasaan tidak berdasarkan atas nama cinta dengan tidak mementingkan rakyatdengan menggunakan kerangka semiotik dalam pendekatan sosiologi sastra.


(16)

7

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh saudara Toni dengan judul skripsi

“Sarkasme Remaja dalam Pertunjukan Drama Babi-babi Disko oleh Maenteater

Bandung”.Penelitian ini memfokuskan pada adegan dalam drama tersebut yang mengandung unsur sarkasme atau ejekan kepada penguasa dengan menggunakan bahasa dan dialog yang kasar atau vulgar.

Dari kedua contoh penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan penulis boleh dikatakan mirip dengan apa yang diteliti oleh Saudari Dwi Septianti. Hanya saja penulis lebih memfokuskan pada naskah drama Jangan Menangis Indonesia sebagai cara pengarang naskah tersebut yakni Putu Wijaya untuk menyuarakan gagasan, unek-unek, atau kritik sosial yang pernah terjadi atau sedang terjadi di masyarakatnya ke dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia.

1.2 Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang terlalu jauh, penulis membatasi penelitian pada teori sosiologi sastra sebagai suatu pendekatan untuk menganalisis naskah drama Jangan Menangis Indonesia karya Putu Wijaya dan menemukan kritik sosial di dalam naskah drama tersebut. Untuk menganalis struktur naskah drama penulis menggunakan beberapa teori Cahyaningrum Dewojati dan Hasanuddin W.S. Khusus struktur alur dan pengaluran (Skema aktan dan struktur fungsionalnya) penulis menggunakan teori A.J. Greimas, dan untuk menemukan kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama penulis menggunakan beberapa teori sosiologi sastra Nyoman Khuta Ratna, Sapardi Djoko Damono, dan Burhan Nurgiyantoro.

1.3 Rumusan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana struktur naskah drama Jangan Menangis Indonesia?


(17)

8

Zaenal arifin, 2013

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk.

1. Memaparkan bagaimana struktur drama dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia.

2. Memaparkan kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bisa menjadi referensi bagi yang ingin meneliti atau hanya sekedar mengetahui tentang bagaimana struktur cerita dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia.

2. Memberi informasi bagi siapa saja yang berminat atau sekedar ingin mengetahui bagaimana kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia.

1.6 Sistematika Penelitian

Dalam sistematika penelitian, penulis akan menguraikan runtutan analisis penelitian yang dilakukan penulis mulai dari bab 1 sampai bab 5. Pada bab 1 penulis mengklasifikasikan beberapa analisis mulai dari latar belakang masalah yang diteliti yaitu, perbedaan drama dengan genre sastra lainnya (puisi, cerpen, novel, dsb), keunikan drama genre sastra lainnya yang tidak selesai hanya sampai pada bentuk tertulis yang dihasilkan oleh pengarangnya akan tetepi, ada hal yang akan menjadikan drama itu “sempurna” jika ia dipentaskan dan disaksikan oleh khalayak.Kemudian pada tahap berikutnya adanya batasan masalah.Agar tidak menyimpang dari objek penelitian.Di sini penulis membatasi penelitian pada teori sosiologi sastra sebagai


(18)

9

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

suatu pendekatan untuk menganalisis teks drama Jangan Menangis Indonesia karya Putu Wijaya dan menemukan kritik sosial di dalam naskah drama tersebut. Untuk menganalis struktur naskah drama penulis menggunakan beberapa teori Cahyaningrum Dewojati dan Hasanuddin W.S. Khusus struktur alur dan pengaluran (Skema aktan dan struktur fungsionalnya) penulis menggunakan teori A.J. Greimas, dan untuk menemukan kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama penulis menggunakan beberapa teori sosiologi sastra Nyoman Khuta Ratna, Sapardi Djoko Damono, dan Burhan Nurgiyantoro. Lalu ada dua masalah yang akan dikaji oleh penulis pada rumusan masalah yaitu tentang struktur naskah drama Jangan Menangis Indonesia (Alur, tokoh, latar dsb) dan kritik sosial macam apa yang terdapat dalam naskah drama tersebut. Sementara itu, untuk tujuan dan manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam penelitian ini adalah memaparkan bagaimana struktur drama dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia dan memaparkan kritik sosial apakah yang terdapat dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia.Dari kedua tujuan tersebut semoga bisa menjadi referensi bagi yang ingin meneliti atau hanya sekedar mengetahui tentang bagaimana struktur cerita dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia juga memberi informasi bagi siapa saja yang berminat atau sekedar ingin mengetahui bagaimana kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia. Dan juga pada bab 1 ini tidak akan diurai motode penelitain karena metode penelitian akan di uraikan pada bab 3.

Pada bab 2, penulis akan menglasifikasikan kajian mulai dari pengertian drama, naskah drama, metode penelitian dan teori-teori apa saja yang digunakan, dan kritik sosial macam apa yang terdapat dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia.

Pada bab 3, penulis akan megklasifikasikan metode dan teknik penelitian mulai dari sumber data yang dihasilkan, teknik pengumpulan dan pengolahan data, langkah-langkah penelitian, dan definisi operasional serta bagan alur penelitian.


(19)

10

Zaenal arifin, 2013

Pada bab 4, penulis akan mulai mengkaji objek penelitian mulai dari sinopsis tentang isi dari naskah drama Jangan Menangis Indonesia, analisis aspek cerita yang mendukung drama tersebut seperti alur, tokoh, latar, bagan skema aktan dan model fungsional dalam menganalisis alur, dan kritik sosial macam apa yang terdapat dalam naskah drama tersebut.

Pada bab 5, penulis akan membuat kesimpulan dari proses dan hasil penelitian (teori yang digunakan dalam penelitian, pembahasandari rumusan masalah penelitian) dengan menyimpulkannya.


(20)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

30

BAB 3

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang dilakukan penulis adalah metode kuantitatif, yakni metode analisis data yang dipaparkan secara terperinci berdasarkan tahap-tahap analisis yang dilakukan untuk data dari setiap teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tema-tema penelitan.

Objek penelitian yang dilakukan penulis ini adalah naskah drama Jangan Menangis Indonesia karya Putu Wijaya.Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengumpulan data dan metode analisis data. Untuk pengumpulkan data penulis akan menggunakan apa yang disebut dengan “studi pustaka” yaitu menemuan segala sumber yang terkait dengan objek penelitian, diantaranya, naskah drama Jangan Menangis Indonesia sebagai objek utama, buku-buku yang berkaitan dengan analisis drama, strktur drama, kritik sosial, sosiologi sastra dan sumber referensi lainnya yang menunjang penulis untuk melakukan penelitian ini.

Sedangkan untuk metode analisis data penulis memulainya dengan mendeskripsikan data-data yang terkumpul untuk kemudian disusun dan dianalisis menggunakan pendekatan sosiologi sastra sebagai cara untuk menemukan dan mengetahui kritik sosial dan unsur-unsur sosiologis yang ada pada naskah drama Jangan Menangis Indonesia.

3.2 Sumber dan Data Penelitian

Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama Jangan Menangis Indonesia karya Putu Wijaya yang terdiri dari lima babak dengan 31 halaman. Naskah drama tersebut merupakan terbitan komunitas Teater


(21)

31

Zaenal arifin, 2013

Mandiri, Jakarta: Astya Puri 2/A9, Jl. Kertamuktimukti Cirendeu, Jakarta Selatan 15417–0217444678– teatermandiri@hotmail.com pada tahun 2005.

Naskah drama ini juga dibuat oleh Putu Wijaya sebagai kenangan buat Harry Roesly, Seorang seniman sekaligus musisi yang kebentulan dalam salah satu judul lagu ciptaannya berjudul sama dengan naskah drama karya Putu Wijaya ini yakni Jangan Menangis Indonesia. Naskah drama Jangan Menangis Indonesia ini pernah dipentaskan oleh kelompok teater Air Jambi dengan sutradara Chory Marbawi di teater tertutup taman budaya Jambi.

3.3 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pokok persoalan dan arah tujuan penelitian, maka dianggap perlu untuk merumuskan pengertian dasar dari istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Drama adalah salah satu genre sastra yang berisi pengalaman hidup pengarang (dramatug) baik pengalaman pribadi maupun lingkungan sekitarnya yang tuangkan dalam bentuk karya tulis (naskah drama). Jika sebuah drama dipentaskan atau dipertunjukan nilainya bukan lagi sebagai genre sastra semata melainkan bisa menjadi genre seni yang menghibur. 2. Wijaya (2007: 141) mengatakan bahwa naskah drama tercipta dari gagasan

atau ide dari hasil perenungan dan pemikiran si pengarang naskah drama (dramaturg) yang mungkin ia dapat dari hasil diskusi, rembugan-rembugan, baik dengan diri sendiri, dengan orang lain, atau pemahaman kebenaran yang lain. Di dalam gagasan ada sesuatu yang baru, yang berbeda, yang lain dari yang sudah dikenal. Itulah yang menyebabkan seorang penulis lakon perlu melahirkan dan mendeklarasikannya, agar dikenal oleh orang lain.

3. Skema aktan dan model fungsional adalah sistematika analisis berupa bagan yang berisikan menguraian hasil penelitian alur dan jalannya alur seperti adanya tokoh pengirim, penerima, penolong, penentang, subjek, dan objek.


(22)

32

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Keinginan untuk memperbaiki segala permasalahan yang menimpa Indonesia berupa kritik sosial dalam naskah drama tersebut karena segala permasalahan yang terjadi itu sudah sangat menyengsarakan rakyat Indonesia terutama bagi kalangan bawah. Dari sinilah muncul beberapa kritik. Mulai dari kritik sosial tentang krisis Keadilan, Keamanan, dan Tanggung Jawab pada Masyarakat Indonesia, kritik berupa sindiran-sindiran pada era reformasi menuju era demokrasi dimana ketika terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden, berbagai permasalahan mulai muncul. Seperti tsunami di Aceh pada 2004 dan gempa di Yogyakarta pada 2006, dan terakhir adalah kritik mengenai korupsi yang kian hari menjadi budaya di kalangan pejabat negara.

5. Kajian sosiologi sastra adalah kajian yang menghubungan pengarang dan karyanya, pengarang dengan masyarakat sosialnya, dan pengarang dengan pembacanya. Di sini penulis memfokuskan kajian pada sosiologi pengarang dengan masyarakat sosialnya yang dituangkan dalam karyanya (dalam hal ini naskah drama).

3.4 Teknik Penelitian

Agar tidak keluar dari konsep pemahaman tentang teknik penelitian yang akan dilakukan maka perlu kiranya penulis mengurai teknik penelitian yang dilakukan dalam mengkaji naskah drama Jangan Menangis Indonesia karya Putu Wijaya inidiantaranya sebagai berikut.

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

1) Penulis memulainya dengan mencari dari berbagai tempat dan sumber seperti buku-buku tentang teori sastra dan metode penelitian sastra, buku-buku tentang drama (teori, sejarah, dan analisis), maupun komentar tentang karya yang dianalsis seperti sumber dari perpustakaan, peminjaman buku, pembelian buku, reverensi dari internet, dan sumber-sumber referensi lainnya yang sesuai dengan objek penelitian penulis.


(23)

33

Zaenal arifin, 2013

2) Analisis, setelah melakukan pencarian referensi dari berbagai sumber dan mengumpulkan referensi-referensi tersebut, penulis kemudian mulai melakukan analisis yaitu menganalisis dan membahas objek penelitian dengan menyelidiki dan mencari ciri-ciri yang dominan dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia karya Putu Wijaya melalui analisis struktur drama, tentang bagaimana kritik sosial direpresentasikan dalam naskah drama, dan pendekatan sosiologi sastra agar terlihat unsur-unsur kritik sosial dan sosiologisnya.

3) Menarik kesimpulan atas hasil analisis dan pembahasan terhadap naskah drama Jangan menangis Indonesia karya Putu Wijaya.

3.4.2 Teknik Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber yang berkaitan dengan objek penelitan, penulis kemudian melakukan langkah kedua, yakni pengolahan data.Data penelitian penulis adalah naskah drama Jangan Menagis Indonesia karya Putu Wijaya.Dalam penelitian ini, bahan yang diteliti berupa naskah drama Jangan Menagis Indonesiatersebut dianalisis dan dideskripsikan unsur-unsurnya sehingga dapat tergambar dengan jelas mengenai kritik sosial yang ada di dalamnya. Hal tersebut dilakukan melalui analisis struktur naskah drama dan tuturan setiap tokohnya berupa dialog-dialog pemainnya.

3.4.3 Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis ini merupakan penelitian kualitatif, yakni penelitian yang memusatkan pada kualitas data.Jadi, langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah pencarian data atau tinjauan pustaka meliputi beberapa tahap diantaranya sebagai berikut.

1) Membaca naskah drama yang akan dianalisis

2) Menelaah buku-buku teori sastra, metode penelitian sastra, kritik sosial, sosiologi sastra, atau sumber pustaka tentang drama lainnya yang berkaitan dan sesuai dengan objek penelitian.


(24)

34

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Menganalisis struktur drama, meliputi alur, tokoh, latar, ruang, dan tema.

4) Menganalisis kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama dan mengaitkannya dengan kondisi karya (naskah drama) dengan masyarakatnya.


(25)

Zaenal arifin, 2013

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN DARI HASIL PENELITIAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap teks naskah drama Jangan Menangis Indonesia karya Putu Wijaya dapat diambil kesimpulan bahwa analisis terhadap struktur atau aspek cerita dalam naskah drama ini meliputi tiga aspek tekstual yakni aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek pragmatik.

Dari analisis pada aspek sintaksis dengan menggunakan skema aktan dan model fungsional A. J Greimas. Penulis mendapati jumblah keseluruhan aktan yang ada pada naskah drama Jangan Menangis Indonesia, yakni berjumlah 11 buah aktan, terdapat 7 buah aktan pokok, dan 4 buah aktan pendukung yang membentuk sebuah aktan utama sebagai struktur cerita utama.

Dalam aspek semanitik, terdapat alur, tokoh, dan latar diperoleh gambaran mengenai tema dan amanat yang ada dalam teks. Tema yang diangkat dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia adalah mengenai hasrat dan perjuangan untuk menuntut serta berupaya memperbaiki segala kesemerawutan yang terjadi di Indonesia mulai dari krisis ekonomi, suhu politik meninggi, huru-hara, teror bom, tsunami, gempa bumi, sar, flu burung, demam berdarah, kebejatan moral, narkoba, judi, korupsi, ketidakberdayaan hukum, kebejatan para pemimpin, kasus-kasus yang mencederai hak azasi manusia. Risau, bingung, was-was, semua mendambakan kehidupan yang lebih baik. Sementara amanat yang didapat yakni bentuk tanggung jawab, seberat apapun tanggung jawab yang di bebankan kepada kita khususnya para pejabat negara jadikanlah sebuah ibadah kepada tuhan karena kita dipercaya oleh rakyat sebagai orang yang mampu mengemban amanah.


(26)

113

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam aspek pragmatik, ditemukan adanya komunikasi antara pengarang dalam hal ini para pemain dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia dengan pembaca, juga terdapat fungsi bahasa yang terdiri dari fungsi ekspresif, fungsi konatif, fungsi referensial, fungsi fatik, fungsi puitik, dan fungsi metalingusitik. Fungsi bahasa yang paling dominan mencakup keseluruhan fungsi bahasa karena kesemuanya saling mendukung.

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan aspek cerita dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia, maka ditemukan sikap perjuangan ingin memperbaiki segala permasalahan yang menimpa Indonesia berupa kritik sosial dalam naskah drama tersebut karena segala permasalahan yang terjadi itu sudah sangat menyengsarakan rakyat Indonesia terutama bagi kalangan bawah. Dari sinilah muncul beberapa kritik. Mulai dari kritik sosial tentang krisis Keadilan, Keamanan, dan Tanggung Jawab pada Masyarakat Indonesia, kritik berupa sindiran-sindiran pada era reformasi menuju era demokrasi dimana ketika terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden, berbagai permasalahan mulai muncul. Seperti tsunami di Aceh pada 2004 dan gempa di Yogyakarta pada 2006, dan terakhir adalah kritik mengenai korupsi yang kian hari menjadi budaya di kalangan pejabat negara.

5.2 Saran

Penelitian terhadap karya sastra bergenre drama masih belum banyak diteliti seperti halnya pada prosa dan puisi. Keberadaan drama lebih dikenal masyarakat sebagai karya sastra untuk dipertunjukan, bukan untuk dianalisis. Padahal sebagai genre sastra, teks drama selain untuk dipertunjukan, juga dapat menjadi bahan untuk dianalisis.Hal ini dikarenakan drama memiliki unsur-unsur seperti tokoh, alur, latar, tema, serta amanat sebagai aspek yang dapat dianalisis.Oleh karenanya, kesempatan untuk melakukan penelitian terhadap drama masih terbuka lebar. Hal ini pula yang dialami penulis ketika mengambil bahan penelitian berupa naskah drama.Naskah drama berjudul Jangan Menangis Indonesia yang penulis teliti ini di dalamnya


(27)

113

Zaenal arifin, 2013

mengurai permasalahan yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu setelah merdeka dan saat lengsernya Soeharto sebagai presiden kedua Indonesia dimana pada saat itu kita mengenal tragedi Trisakti, terjadinya krisis moneter, bencana silih berganti; tsunami pada tahun 2004 di Aceh yang menewaskan ratusan ribu manusia, gempa di Yogyakarta pada tahun 2006, dan ketimpangan lainnya yang makin menyudutkan citra Indonesia di mata dunia.

Sebagai bahan penelitian drama dapat diteliti dengan menggunakan beberapa pendekatan guna menganalisis aspek apa saja yang terkandung di dalamnya di antaranya melalui pendekatan sosiologi sastra, semiotik, resepsi sastra, ataupun intertekstual.Selain itu, penelitian terhadap drama dapat juga dipakai sebagai bahan pengayaan wawasan para guru di sekolah yakni sebagai bahan pengajaran apresiasi sastra, baik ekspresif maupun reseptif sastra. Penelitian terhadap drama perlu ditingkatkan, hal ini bertujuan agar drama mampu sejajar dengan genre sastra prosa dan puisi sebagai bentuk karya sastra yang dapat dinikmati selain drama sebagai bentuk pertunjukan, juga drama sebagai teks sastra bagi setiap pembacanya.


(28)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Awuy, Tommy F. 1999. Teater Indonesia (Konsep, Sejarah, Problema). Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.

Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DepDikBud. Damono, Sapardi Djoko. 1983. Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan. Jakarta: Gramedia.

Dewojati, Cahyaningrum. 2010. Drama: Sejarah, Teori, dan Penerapannya.Yogyakarta :UGM Press.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra (Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi). Yogyakarta: Media Press.

Fananie, Zaenuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Hardjana, Andre. 1991. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: CV Rosda. Hasanuddin.1996..Drama (Karya dalam Dua Dimensi). Bandung: Angkasa Bandung.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Lingiustik. Jakarta: PT Gramedia. Laelasari dkk.2008. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Prihatmi, Th. Sri Rahayu. 2001.Karya-Karya Putu Wijaya (Perjalanan Pencarian Diri).Jakarta: Grasindo.

Ratna, Nyoman Khuta. 2004. Penelitian Sastra: Teori, Metode, dan Teknik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


(29)

Zaenal arifin, 2013

Sahid, Nur. 2008. Sosiologi Teater. Yogyakarta: Prasista.

Shadily,Hasan. 1983. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Bina Aksara.

Selden, Raman. 1991. Panduan Membaca Teori Sastra Masa Kini. (Terjemahan Rachmat Djoko Pradopo). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Septianti, Dwi. 2008. Perjuangan Untuk Cinta dan Kedudukan (Kajian Sosiologi Sastra Terhadap Teks Drama Atas Nama Cinta Karya Agus R. Sarjono).Skripsi.Bandung : Tidak diterbitkan.

Suwondo, Tirto. 2003. Studi Sastra (Beberapa Alternatif). Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Todorov, T. 1986.Tata Sastra. (Terjemahan Okke Zaimar). Jakarta: Djambatan. Toni. 2006. Sarkasme Remaja Dalam Pertunjukan Drama Babi-babi Disko Oleh Mainteater Bandung.Skripsi.Bandung: Tidak diterbitkan. Wellek, Rene dan Austin Werren. 1989. Teori Kesusastraan. (Terjemahan Melani Budianta).Jakarta: Gramedia.

Wijaya, Putu. 2007. Teater: Pembelajaran Seni dan Budaya. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Wijaya, Putu. 2005. Jangan Menangis Indonesia. Jakarta: teatermandiri@hotmail.com.


(1)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

3) Menganalisis struktur drama, meliputi alur, tokoh, latar, ruang, dan tema.

4) Menganalisis kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama dan mengaitkannya dengan kondisi karya (naskah drama) dengan masyarakatnya.


(2)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

111

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN DARI HASIL PENELITIAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap teks naskah drama Jangan Menangis Indonesia karya Putu Wijaya dapat diambil kesimpulan bahwa analisis terhadap struktur atau aspek cerita dalam naskah drama ini meliputi tiga aspek tekstual yakni aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek pragmatik.

Dari analisis pada aspek sintaksis dengan menggunakan skema aktan dan model fungsional A. J Greimas. Penulis mendapati jumblah keseluruhan aktan yang ada pada naskah drama Jangan Menangis Indonesia, yakni berjumlah 11 buah aktan, terdapat 7 buah aktan pokok, dan 4 buah aktan pendukung yang membentuk sebuah aktan utama sebagai struktur cerita utama.

Dalam aspek semanitik, terdapat alur, tokoh, dan latar diperoleh gambaran mengenai tema dan amanat yang ada dalam teks. Tema yang diangkat dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia adalah mengenai hasrat dan perjuangan untuk menuntut serta berupaya memperbaiki segala kesemerawutan yang terjadi di Indonesia mulai dari krisis ekonomi, suhu politik meninggi, huru-hara, teror bom, tsunami, gempa bumi, sar, flu burung, demam berdarah, kebejatan moral, narkoba, judi, korupsi, ketidakberdayaan hukum, kebejatan para pemimpin, kasus-kasus yang mencederai hak azasi manusia. Risau, bingung, was-was, semua mendambakan kehidupan yang lebih baik. Sementara amanat yang didapat yakni bentuk tanggung jawab, seberat apapun tanggung jawab yang di bebankan kepada kita khususnya para pejabat negara jadikanlah sebuah ibadah kepada tuhan karena kita dipercaya oleh rakyat sebagai orang yang mampu mengemban amanah.


(3)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Dalam aspek pragmatik, ditemukan adanya komunikasi antara pengarang dalam hal ini para pemain dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia dengan pembaca, juga terdapat fungsi bahasa yang terdiri dari fungsi ekspresif, fungsi konatif, fungsi referensial, fungsi fatik, fungsi puitik, dan fungsi metalingusitik. Fungsi bahasa yang paling dominan mencakup keseluruhan fungsi bahasa karena kesemuanya saling mendukung.

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan aspek cerita dalam naskah drama Jangan Menangis Indonesia, maka ditemukan sikap perjuangan ingin memperbaiki segala permasalahan yang menimpa Indonesia berupa kritik sosial dalam naskah drama tersebut karena segala permasalahan yang terjadi itu sudah sangat menyengsarakan rakyat Indonesia terutama bagi kalangan bawah. Dari sinilah muncul beberapa kritik. Mulai dari kritik sosial tentang krisis Keadilan, Keamanan, dan Tanggung Jawab pada Masyarakat Indonesia, kritik berupa sindiran-sindiran pada era reformasi menuju era demokrasi dimana ketika terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden, berbagai permasalahan mulai muncul. Seperti tsunami di Aceh pada 2004 dan gempa di Yogyakarta pada 2006, dan terakhir adalah kritik mengenai korupsi yang kian hari menjadi budaya di kalangan pejabat negara.

5.2 Saran

Penelitian terhadap karya sastra bergenre drama masih belum banyak diteliti seperti halnya pada prosa dan puisi. Keberadaan drama lebih dikenal masyarakat sebagai karya sastra untuk dipertunjukan, bukan untuk dianalisis. Padahal sebagai genre sastra, teks drama selain untuk dipertunjukan, juga dapat menjadi bahan untuk dianalisis.Hal ini dikarenakan drama memiliki unsur-unsur seperti tokoh, alur, latar, tema, serta amanat sebagai aspek yang dapat dianalisis.Oleh karenanya, kesempatan untuk melakukan penelitian terhadap drama masih terbuka lebar. Hal ini pula yang dialami penulis ketika mengambil bahan penelitian berupa naskah drama.Naskah drama berjudul Jangan Menangis Indonesia yang penulis teliti ini di dalamnya


(4)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengurai permasalahan yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu setelah merdeka dan saat lengsernya Soeharto sebagai presiden kedua Indonesia dimana pada saat itu kita mengenal tragedi Trisakti, terjadinya krisis moneter, bencana silih berganti; tsunami pada tahun 2004 di Aceh yang menewaskan ratusan ribu manusia, gempa di Yogyakarta pada tahun 2006, dan ketimpangan lainnya yang makin menyudutkan citra Indonesia di mata dunia.

Sebagai bahan penelitian drama dapat diteliti dengan menggunakan beberapa pendekatan guna menganalisis aspek apa saja yang terkandung di dalamnya di antaranya melalui pendekatan sosiologi sastra, semiotik, resepsi sastra, ataupun intertekstual.Selain itu, penelitian terhadap drama dapat juga dipakai sebagai bahan pengayaan wawasan para guru di sekolah yakni sebagai bahan pengajaran apresiasi sastra, baik ekspresif maupun reseptif sastra. Penelitian terhadap drama perlu ditingkatkan, hal ini bertujuan agar drama mampu sejajar dengan genre sastra prosa dan puisi sebagai bentuk karya sastra yang dapat dinikmati selain drama sebagai bentuk pertunjukan, juga drama sebagai teks sastra bagi setiap pembacanya.


(5)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

DAFTAR PUSTAKA

Awuy, Tommy F. 1999. Teater Indonesia (Konsep, Sejarah, Problema). Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.

Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DepDikBud. Damono, Sapardi Djoko. 1983. Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan. Jakarta: Gramedia.

Dewojati, Cahyaningrum. 2010. Drama: Sejarah, Teori, dan Penerapannya.Yogyakarta :UGM Press.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra (Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi). Yogyakarta: Media Press.

Fananie, Zaenuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Hardjana, Andre. 1991. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: CV Rosda. Hasanuddin.1996..Drama (Karya dalam Dua Dimensi). Bandung: Angkasa Bandung.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Lingiustik. Jakarta: PT Gramedia. Laelasari dkk.2008. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Prihatmi, Th. Sri Rahayu. 2001.Karya-Karya Putu Wijaya (Perjalanan Pencarian Diri).Jakarta: Grasindo.

Ratna, Nyoman Khuta. 2004. Penelitian Sastra: Teori, Metode, dan Teknik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


(6)

Zaenal arifin, 2013

Kritik sosial dalam naskah drama jangan menangis indonesia karya putu wijaya

Universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sahid, Nur. 2008. Sosiologi Teater. Yogyakarta: Prasista.

Shadily,Hasan. 1983. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Bina Aksara.

Selden, Raman. 1991. Panduan Membaca Teori Sastra Masa Kini. (Terjemahan Rachmat Djoko Pradopo). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Septianti, Dwi. 2008. Perjuangan Untuk Cinta dan Kedudukan (Kajian Sosiologi Sastra Terhadap Teks Drama Atas Nama Cinta Karya Agus R. Sarjono).Skripsi.Bandung : Tidak diterbitkan.

Suwondo, Tirto. 2003. Studi Sastra (Beberapa Alternatif). Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Todorov, T. 1986.Tata Sastra. (Terjemahan Okke Zaimar). Jakarta: Djambatan. Toni. 2006. Sarkasme Remaja Dalam Pertunjukan Drama Babi-babi Disko Oleh Mainteater Bandung.Skripsi.Bandung: Tidak diterbitkan. Wellek, Rene dan Austin Werren. 1989. Teori Kesusastraan. (Terjemahan Melani Budianta).Jakarta: Gramedia.

Wijaya, Putu. 2007. Teater: Pembelajaran Seni dan Budaya. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Wijaya, Putu. 2005. Jangan Menangis Indonesia. Jakarta: teatermandiri@hotmail.com.