UPAYA MEMAHAMI KONSEP SIFAT DAN KEGUNAAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR : Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di Kabupaten Buton.

IPAYA MEMAHAMI KONSEP SIFAT DAN KEGUNAAN AIR

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

( Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di Kabupaten Buton )

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA

OLEH

ANWAR

9696075/XXVIII-20

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG
1999

LEMBAR PERSETUJUAN

DISETUJUI DAN DISYAHKAN UNTUK U JLAN TAHAP II

PROF. DR. UTARI SUMARMO

Pembimbing I

DR. ACHMAD MUNANDAR

Pembimbing II

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan IPA

PROF. DR. H. ACHMAD A. HINDUAN. M.Sc


ABSTRAK

Anwar, Pendekatan Keterampilan Proses Pada Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar
Penelitian ini mengenai masalah penerapan pendekatan keterampilan proses dalam
pembelajaran untuk memahami konsep IPA secara baik. Permasalahanya berkaitan
dengan pembentukan sikap dan keterampilan siswa melalui percobaan yang dilakukan,
kemampuan siswa membangun konsep sifat dan kegunaan air melalui rangkaian kegiatan
percobaan yang dilakukan.
Melalui penelitian ini akan diperoleh gambaran tentang sikap hati-hati, teliti,

terampil, dan kerja sama dalam melakukan setiap percobaan dan keterampilan
mengamati, komunikasi, membandingkan, mengukur, mengklasifikasi, diskusi, bertanya,
menyimpulkan sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajari dan diperoleh gambaran
tentang pemahaman konsep siswa. Instrumen yang digunakan, yaitu Observasi,
wawancara dan tes prestasi. Observasi dilakukan untuk mengungkap sikap siswa melalui
catatan lapangan dan mengungkap keterampilan siswa melalui LKS, tes prestasi
dilakukan untuk mengungkap pemahaman siswa melalui tes tertulis, wawancara
digunakan sebagai data pendukung tentang hasil kegiatan siswa dan tanggapan dari
berbagai pihak tentang pendekatan keterampilan proses.
Melalui observasi terungkap bahwa siswa dapat membentuk sikap dengan baik,

yaitu dari kurang hati-hati menjadi cukup hati-hati, dari kurang teliti menjadi cukup teliti,
dari kurang terampil menjadi cukup terampil, dari kerja sendiri-sendiri menjadi terbentuk
kerja sama yang baik. Melalui observasi terungkap pula bahwa keterampilan mengamati
siswa cukup baik, sebagian besar siswa memiliki keterampilan komunikasi (tulisan) yang
cukup baik, keterampilan membandingkan, mengukur dan mengklasifikasi cukup baik,
siswa dapat membentuk keterampilan diskusi dan bertanya dengan baik, yaitu menjadi
terbiasa untuk melakukan diskusi dan mulai berani untuk mengajukan pertanyaan. Untuk
hal-hal yang tidak konkrit, keterampilan menyimpulkan sukar dilakukan. Melalui tes
prestasi terungkap bahwa konsep yang dibangun melalui percobaan tentang sifat
permukaan air yang tenang selalu datar, air mempunyai berat, air mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah, air berubah wujud jika dipanaskan atau didinginkan,

air melarutkan berbagai zat dapat dipertahankan sedangkan konsep sifat air menempati
ruang dan air menekan ke segala arah tidak dapat dipertahankan.
Implikasi dari penelitian ini ditujukan agar dalam pembelajaran IPA di sekolah

lebih mengaktifkan siswa melalui cara, yaitu pemberian tugas, melakukan pengamatan
terhadap fenomena alam di sekitarnya, melakukan percobaan. Keterbatasan dalam
melakukan hal tersebut dapat diatasi dengan memanfaatan lingkungan di sekitar sekolah
sebagai sumber belajar, dilakukan penataran tentang penggunaan alat-alat peraga agar

bermanfaat secara maksimal dan pengembangan wawasan guru melalui pendidikan yang
lebih tinggi atau melalui diskusi sesama rekan guru.

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMANJUDUL

i

HALAMAN PERSETUJUAN

ii

ABSTRAK

iii

KATA PENGANTAR


iv

UCAPAN TERIMA KASIH

vi

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR LAMPIRAN

x

BAB

I PENDAHULUAN

1


1. Latar Belakang

1

2.

Identifikasi Masalah

9

3.

Tujuan Penelitian

9

4. Manfaat penelitian

BAB


9

5. Definisi Operasional

10

II TINJAUAN PUSTAKA

11

1. Proses Belajar Mengajar

11

2. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA

14

3. Proses Belajar Mengajar IPA


15

4. Ketrampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA

19

5. Cara Mengajar Dengan Ketrampilan Proses

23

6.

26

Penelitian Terdahulu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

29


1. Obyek Penelitian

30

2. Subyek Penelitian

31

3.

Instrumen Penelitian

32

3.1. Observasi

32

3.2. Wawancara


33

3.3. Tes Prestasi

34

IX

BAB

4. Pengumpulan Data

34

5.

Analisis Data

35


6.

Kredibilitas Hasil Penelitian

36

6.1. Triangulasi

36

6.2. Kerahasiaan

36

IV HASIL PENELITIAN

37

1. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Awal Siswa Tentang Air

37

2. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Permukaan
Air Yang Tenang Selalu Datar

39

3. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Menempati
Ruang Dan Mempunyai Berat

45

4. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Mengalir
Dari Tempat Yang Tinggi Ke Tempat Yang Rendah

50

5. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Dapat
Berubah Wujud Jika Dipanaskan Atau Didinginkan

53

6. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Menekan
Ke Segala Arah

57

7. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Dapat

Melarutkan Berbagai Zat

BAB

60

8. Analisis Hasil Tes Formatif Pertama

62

9. Analisis Hasil Tes Formatif Kedua

64

10. Analisis Hasil Tes Formatif Ketiga

66

V

KESIMPULAN BAN SARAN

68

1. Kesimpulan

68

2. Saran-Saran

70

3. Implikasi

71

DAFTAR PUSTAKA

72

LAMPIRAN-LAMPIRAN

76

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil percobaan kegiatan I subpokok bahasan permukaan air
yang tenang selalu datar

76

Lampiran 2 Hasil percobaan kegiatan II subpokok bahasan permukaan air
yang tenang selalu datar

77

Lampiran 3 Hasil percobaan kegiatan I subpokok bahasan air menempati
ruang dan mempunyai berat

78

Lampiran 4 Hasil percobaan kegiatan II subpokok bahasan air menempati
ruang dan mempunyai berat

79

Lampiran 5 Hasil percobaan kegiatan I dan II subpokok bahasan air
mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah

81

Lampiran 6 Hasil percobaan kegiatan III subpokok bahasan air mengalir
dari tempat tinggi ke tempat yang rendah

82

Lampiran 7 Hasil percobaan kegiatan I subpokok bahasan air dapat berubah
wujud jika dipanaskan atau didinginkan
83

Lampiran 8 Hasil percobaan kegiatan II subpokok bahasan air dapat
berubah wujud jika dipanaskan atau didinginkan

84

Lampiran 9 Hasil percobaan subpokok bahasan air menekan ke segala arah. .85
Lampiran 10 Hasil percobaan subpokok bahasan air dapat melarutkan
berbagai zat

87

Lampiran 11 Hasil ulangan formatif I

89

Lampiran 12 Hasil ulangan formatif II

90

Lampiran 13 Hasil ulangan formatif III

91

Lampiran 14 Kisi-kisi soal

93

Lampiran 15 LKS subpokok bahasan permukaan air yang tenang selalu datar.. .96

Lampiran 16 LKS subpokok bahasan air menempati ruang dan mempunyai berat98
Lampiran 17 LKS subpokok bahasan air mengalir dari tempat tinggi ke temapt
rendah

100

Lampiran 18 LKS subpokok bahasan air menekan ke segala arah

102

Lampiran 19 LKS subpokok bahasan air dapat melarutkan berbagai zat

103

Lampiran 20 LKS subpokok bahasan air dapat berubah wujud jika dipanaskan
atau didinginkan
104
Lampiran 21 Daftar wawancara dengan siswa
106
Lampiran 22 Daftar wawancara dengan guru
108

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengalaman kehidupan sehari-hari dapat membantu siswa dalam memahami
suatu konsep yang dipelajari. Hal ini dapat pula menyebabkan perbedaan antar

individu (siswa). Perbedaan itu tampak antara lain pada kemampuan, emosi

maupun minat.

Selain bahan dan kegiatan-kegiatan belajar kita perlu

memperhatikan aktivitas yang dilakukan oleh siswa, agar penyusunan kegiatan dan
bahan pelajaran, khususnya IPA tidak menimbulkan frustasi, menghilangkan minat

atau keberanian.

Pada tingkat Pendidikan Dasar, keterampilan

maupun

pengetahuan yang dipelajari harus bersifat praktis. Bahan pelajaran yang praktis itu

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga diharapkan dapat menarik
minat sekaligus dapat memotivasi belajar siswa.

Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal yang pertama dialami

siswa mempunyai tugas memberikan bekal kemampuan dasar pada anak didik.
Kemampuan dasar yang dimiliki diharapkan dapat membantu siswa memahami

fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitarnya sebagai suatu pengetahuan.
Kemampuan dasar itu dapat diterapkan dalam kehidupan di masyarakat maupun
sebagai bekal dalam melanjutkan pada pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan dasar yang terdapat dalam PP No. 28 tahun 1990 Pasal

3, yaitu bahwa pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan
dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,
anggota

masyarakat,

warga

negara

dan
1

anggota

umat

manusia

serta

mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Hinduan (1990 . 2) yang mengemukakan bahwa :

... tugas sekolah dasar untuk membantu peserta didiknya untuk dapat
menjadi lebih dewasa dan lebih mampu menghadapi hidupnya. Jadi tugas
utama sekolah dasar adalah untuk menghantarkan peserta didiknya untuk
mencapai (sesuai dengan tingkatannya) tujuan pendidikan nasional. Dengan
demikian titik berat tugas itu bukan pada menyiapkan peserta didik untuk
suatu pekerjaan tertentu.

Untuk itu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai bagian dari pendidikan
di sekolah dasar merupakan tahap awal dalam upaya formal untuk memberikan
bekal kemampuan ilmu pengetahuan alam kepada siswa.

Berdasarkan kurikulum Sekolah Dasar, salah satu tujuan yang ingin dicapai
dari pendidikan IPA adalah agar siswa : memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuannya, gagasan tentang alam sekitar (Depdikbud, 1994

: 98). Bila kita perhatikan tujuan kurikulum IPA tersebut, di dalamnya terkandung
makna, bahwa pelajaran IPA berorientasi untuk meningkatkan keterampilan proses

yang dimiliki siswa untuk menambah pengetahuan dan gagasan tentang alam
sekitar yang berhubungan dengan IPA. Dengan demikian tujuan kurikulum IPA
tidak hanya berorientasi pada produk tetapi juga berorientasi pada proses.

Pengetahuan yang diperoleh diharapkan dapat membantu proses berpikir
atau mengembangkan pola pikir siswa dalam memecahkan masalah-masalah IPA

yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Namun kenyataan yang terjadi di
lapangan, sebagian besar guru dalam mengajar cenderung untuk memberikan
materi pelajaran sebanyak-banyaknya kepada siswa, tidak berusaha memotivasi

siswa untuk menemukan sendiri suatu konsep sesuai dengan materi yang dipelajari

Tidak ada usaha dari guru untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh siswa,

misalnya pengetahuan awal (pengalaman) dengan lingkungan alam dimana siswa

tinggal. Rustaman dan Widodo (1996 : 26) mengemukakan bahwa walaupun dalam
GBPP dengan jelas tercantum agar pembelajaran IPA lebih banyak menggunakan
metode pengamatan dan percobaan guna melatih keterampilan proses pada siswa,
kenyataan di lapangan sering berbeda. Menurut Beeth (1996:21), mereka tidak

mengajar dengan baik sebab mereka tidak mempunyai motivasi untuk mengajar dan
bahkan mereka tidak mengetahui bagaimana cara mengajarkan IPA dan mereka
hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang IPA.

Eddy M. Hidayat (1991 : 17) mengatakan bahwa anak-anak hendaknya

diberikan kesempatan untuk menjelajahi dan menyelidiki dunianya sendiri dengan
mempergunakan pendekatan langsung dengan bahan-bahan pengajaran yang telah

tersedia. Lebih lanjut dikatakan fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya
ditujukan untuk memupuk pengertian, minat dan pengharapan terhadap dunia di
mana mereka hidup. Pendapat lain mengatakan dalam kegiatan belajar mengajar

IPA misalnya, guru tidak hanya memberikan sejumlah pengetahuan tentang IPA
kepada murid untuk dihafalkan, tetapi bagaimana pengetahuan itu dapat bertahan

lama dimiliki oleh murid dan dapat mempengaruhi proses berpikirnya dalam

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi (Sardiman, 1988 : 49). Pernyataan di
atas memberikan gambaran bahwa proses belajar mengajar akan memberikan hasil

yang baik kalau pelajaran itu bersifat menantang dan merangsang daya^cipt^siswa
untuk menemukan hal-hal baru. Untuk itu selain memberikan pe

//

siswa, guru juga menciptakan kegiatan belajar yang me

bertanya, melakukan percobaan sehingga dapat menemukan fakta-fakta dan konsep
sendiri. Berdasarkan pertimbangan itu dan dengan memperhatikan tuntutan dari

fungsi dan tujuan mata pelajaran IPA, diduga tepat untuk menggunakan
keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar IPA di Sekolah Dasar,

dimana pendekatan keterampilan proses dirancang dalam bentuk bahan pelajaran
yang sifatnya merangsang kegiatan berpikir siswa.

Conny Semiawan dkk. (1992 : 14) mengatakan bahwa ada empat alasan
yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam

kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan
berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi bagi guru mengajarkan
semua fakta dan konsep kepada siswa. Jika guru tetap mengajarkan semua fakta

dan konsep maka target yang diinginkan tidak akan tercapai, sehingga guru
cenderung untuk memilih jalan termudah untuk menyampaikan semua itu dengan
menggunakan metode ceramah. Guru merupakan satu-satunya sumber informasi

yang penting, tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
potensi yang mereka miliki. Hal ini mengakibatkan siswa memiliki banyak
pengetahuan tetapi tidak terlatih untuk mengembangkan pengetahuan mereka.

Alasan kedua, secara psikologis anak-anak dengan mudah memahami

konsep-konsep yang abstrak dan rumit jika diberi contoh-contoh yang konkrit,
wajar dan sesuai dengan kondisi yang dihadapi Perkembangan pikiran anak

dilandasi oleh gerakan dan perbuatan. Karena pada prinsipnya anak mempunyai
motivasi dari dalam untuk belajar karena didorong oleh rasa ingin tahu. Sehingga
anak akan belajar dengan baik jika prakarsanya ditampung dalam kegiatan belajar

mengajar. Jean Peaget (dalam Conny S., 1992 . 14) menyatakan : "... mengetahui
suatu obyek tak lain daripada memperlakukannya ".

Alasan ketiga, penemuan ilmu

pengetahuan tidak mutlak

benar,

penemuannya bersifat relatif. Semua konsep yang ditemukan melalui metode ilmiah

masih tetap terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan dan diperbaiki. Jika sikap
keterbukaan demikian ditanamkan kepada diri anak, maka anak harus dilatih untuk

selalu bertanya, berpikir kritis dan mencari kemungkinan jawaban terhadap suatu
masalah.

Alasan keempat, dalam proses belajar mengajar seharusnya pengembangan
konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Sehingga menghasilkan pribadi yang selaras, serasi dan seimbang.
Keempat alasan di atas, mengindikasikan kepada kita bahwa dalam kegiatan

belajar mengajar ditekankan adanya suatu proses yang memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk mengembangkan diri sesuai dengan tarafkemampuannya.
Seiring dengan upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu

pendidikan, keluhan tentang rendahnya mutu pendidikan tetap menjadi masalah
dari had ke hari. Fakry Gaffar (1989 : 33) mengatakan bahwa anak didik

ditemukan kurang berkualitas kemampuan berpikirnya dalam menghadapi masalah
sederhana dalam kehidupan sehari-hari atau rendah kemampuannya dalam

memecahkan masalah. Karena itu sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sumber pendidikan, kiranya

mengembangkan pengajarannya dalam mengaktifkan siswa melalui keterampilan
proses. Agar pengetahuan maupun konsep yang diperoleh dapat bertahan lama

dalam pikirannya yang akhirnya akan berguna bagi kehidupannya. Bruner (dalam

Trowbridge & Bybee 1990 : 20) menyatakan jika seseorang individu belajar dan

mengembangkan pikirannya maka sebenarnya ia telah menggunakan potensi

intelektualnya untuk berpikir.

Bruner setuju bahwa melalui

pendekatan

keterampilan proses IPA anak dapat didorong secara internal membentuk
intelektualnya secara benar.

Ketika pertama kali mengadakan wawancara dengan Kepala Sekolah
terungkap bahwa kendala yang ada dalam proses belajar mengajar adalah
kurangnya alat peraga IPA dan kualitas guru. Penyebabnya antara lain mereka

jarang mengikuti pelatihan IPA, serta materi kurikulum yang terlalu padat. Begitu
pula setelah diadakan wawancara dengan guru, diperoleh data bahwa mereka
kesulitan dalam mengembangkan pengajaran dengan menggunakan alat-alat
peraga. Penyebabnya selain alat peraga sangat kurang dan keterikatan dengan
waktu untuk menyelesaikan materi yang telah ditentukan, juga dikarenakan
pemahaman terhadap alat peraga yang ada sangat kurang dan adanya kekwatiran

alat itu akan rusak. Keadaan tersebut menyulitkan mereka ketika menggunakan alat
itu dalam pelajaran. Dalam wawancara itu terungkap pula bahwa mereka belum

pernah mengikuti penataran-penataran tentang penggunaan alat-alat peraga IPA,
sehingga mereka kurang bisa mengembangkan wawasannya untuk membuat alat

dari bahan yang mudah didapat dan mudah dibuat Pernyataan Kepala Sekolah
maupun Guru tentang masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar
tersebut sangat beralasan, karena memang demikian kenyataan di lapangan sesuai

dengan pengamatan peneliti selama ini. Alat peraga yang diberikan oleh Depdikbud

memang sangat kurang, tidak menyangkut keseluruhan materi yang ada dalam

GBPP serta mereka belum mengetahui nama alat-alat tersebut. Jadi tampaknya
mereka belum pernah menggunakan alat itu dalam proses belajar mengajar.

Ketika diadakan pengamatan (observasi) terhadap guru yang mengajar
selama pelaksanaan belajar mengajar semua berpusat pada guru {teacher centered),

walaupun guru menggunakan alat dalam pembelajarannya, ternyata masih kurang

efektif karena tidak melibatkan siswa serta tidak menggunakan Lembar Kerja
Siswa (LKS). Anak hanya menerima secara verbal apa yang dikemukakan guru.
Begitu pula jika guru memberikan pertanyaan kepada siswa kurang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berpikir karena guru terlalu cepat mengambil alih
dengan mengemukakan jawabannya, sehingga menimbulkan kesan bahwa
pembelajaran itu tidak menampakkan keaktifan murid.

Pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan siswa dalam proses belajar
mengajar, tampak bahwa mereka kurang aktif dalam kegiatan belajar. Siswa lebih

banyak mendengar dan menulis apa yang diterangkan atau ditulis oleh guru di
papan tulis. Tampak bahwa tidak ada reaksi dari siswa untuk bertanya atau
menanggapi apa yang diterangkan sehingga tidak terjadi umpan balik, akibatnya
kegiatan belajar menjadi monoton dan cenderung membosankan. Penyebab masalah

ini bisa terjadi selain karena cara mengajar guru, seperti yang diuraikan di atas juga
karena siswa tidak mampu menghubungkan konsep awal (pengalaman) mereka

dengan materi yang dipelajari, apalagi materi diajarkan secara verbal saja.
Akibatnya siswa sulit dalam membangun konsep yang baik dan ilmiah tentang topik

yang dipelajari. Untuk itu penggunaan benda-benda konkrit dalam proses belajar

sangat dibutuhkan terutama siswa kelas IV SD masih usia operasional konkrit,

karena pelajaran yang dikembangkan dengan percobaan akan sangat membantu
siswa dalam membentuk konsep yang baik dan ilmiah.

Salah satu topik bahasan dalam pelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah air.

Air mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya. Dalam kehidupan
sehari-hari air sering dijumpai dan digunakan oleh siswa, misalnya air digunakan
untuk mandi, mencuci dan minum, tanpa mereka mengetahui atau berpikir bahwa

air memiliki karakteristik atau ciri-ciri tertentu dan selain banyak manfaatnya
terhadap manusia, air juga dapat mendatangkan malapetaka kepada manusia.

Mengingat begitu banyak manfaat air terhadap kehidupan masyarakat,
maka perlu adanya peningkatan pemahaman tentang sifat dan kegunaan air kepada
para siswa melalui proses belajar di sekolah, terutama siswa Sekolah Dasar.

Penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA pada topik air
merupakan upaya membantu siswa memahami sifat dan kegunaan air.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana keterampilan proses siswa yang ada

dalam memahami konsep sifat dan kegunaan air ? Untuk itu perlu adanya suatu
penelitian tentang penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran
IPA pada siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Buton. Penelitian ini lebih

mengkhususkan diri dalam melihat keterampilan siswa pada beberapa komponen

keterampilan

proses

yaitu

mengamati,

berkomunikasi,

mengklasifikasi, mengukur, diskusi, bertanya dan menyimpulkan.

membandingkan,

2. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahannya
adalah bagaimana meningkatkan pemahaman tentang konsep sifat dan kegunaan air

melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses ?
Permasalahan tersebut di atas dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian
sebagai berikut:

1. Bagaimana keterampilan dan sikap siswa pada topik bahasan tentang sifat dan

kegunaan air dalam kegiatan belajar IPA dengan pendekatan keterampilan
proses di Sekolah Dasar ?

2. Bagaimana pemahaman siswa tentang konsep sifat dan kegunaan air dengan
pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar IPA di Sekolah Dasar ?
3. Tujuan Penelitian

Sesuai permasalahan di atas tujuan penelitian ini yaitu :

1. Menelaah keterampilan dan sikap siswa Sekolah Dasar, melalui pembelajaran
dengan keterampilan proses.

2. Menelaah pemahaman IPA siswa Sekolah Dasar setelah pembelajaran dengan
keterampilan proses.
4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk :

1. Guru IPA di Sekolah Dasar umumnya, guru IPA kelas IV khususnya dalam
usaha memperbaiki proses pengajarannya.

2. Siswa dalam meningkatkan motivasi belajar sehingga tercapai prestasi belajar
yang baik di bidang IPA topik bahasan sifat dan kegunaan air, membantu

meningkatkan

pemahamannya

tentang

alam

sekitar,

sehingga

dapat

dimanfaatkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
5. Definisi Operasional

1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung pada kelas III sampai kelas VI sesuai GBPP IPA SD Dimana

siswa dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran baik fisik, mental dan
emosionalnya.

2. Proses IPA adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan langkah dan cara
kerja tertentu dalam usaha memperoleh produk IPA

3. Konsep sifat dan kegunaan air dalam penelitian ini adalah pokok bahasan yang
terdapat dalam GBPP IPA SD 1994 pada kelas IV catur wulan satu

4. Memahami konsep adalah kemampuan menangkap makna suatu konsep, yang

ditandai antara lain dengan kemampuan menjelaskan arti suatu konsep dengan
kata-kata sendiri.

5. Keterampilan proses IPA yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan

rangkaian kegiatan dan sikap siswa dalam mengembangkan pengetahuannya*
sehingga dapat membentuk konsep yang baik dan ilmiah secara sederhana
sesuai taraf perkembangan (usia SD) tentang sifat-sifat air.

6. Sikap didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk melakukan suatu

respon terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyekobyek tertentu dengan cara tertentu.

BAB i n

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif untuk melihat

keterampilan, sikap dan pemahaman konsep siswa tentang konsep sifat dan
kegunaan air dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Desain penelitian digambarkan sebagai
berikut:

| Latar Belakang ]
Harapan J

Kenyataan
Masalah

Keterampilan, sikap, konsep

1 Obyek / Subyek 1
Percobaan

i








Permukaan air yang tenang selalu datar
Air menempatiruang dan mempunyai berat
Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah
Air berubah wujudjika dipanaskan/didinginkan
Air menekan ke segala arah
Air dapat melarutkan berbagai zat
*

Observasi
Siswa

Wawancara
Siswa dan Guru

Tes prestasi
Siswa

Analisis

Analisis

Temuan

I
Cek ulang

I
Kesimpulan

Temuan
29

J

30

Penelitian dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam
proses belajar mengajar IPA tentang topik air ini akan dilakukan dalam bentuk

eksperimen dan tes prestasi. Observasi dilakukan terhadap subyek (sampel) untuk
melihat keterampilan dan sikap siswa selama melakukan percobaan dalam
memahami konsep tentang sifat-sifat air. Hasil yang diperoleh dari percobaan itu

akan dianalisis. Temuan tersebut sebelum disimpulkan akan dicek ulang melalui
wawancara (sebagai data pendukung). Hasil wawancara dengan guru dan kepala
sekolah merupakan data pendukung yang lain tentang pendekatan keterampilan
proses dalam proses belajar mengajar. Tes prestasi dilakukan untuk melihat

pemahaman siswa tentang konsep sifat-sifat air, yang dilakukan sebanyak tiga

tahap. Hasil tes prestasi setelah dianalisis lalu disimpulkan. Analisis terhadap hasil
tes prestasi akan dipadukan dengan analisis temuan dari hasil percobaan untuk
menguatkan kesimpulan yang diperoleh.
1. Obyek Penelitian

Latar situasi sosial penelitian menunjuk pada pengertian "lokasi situasi

sosial" yang dicirikan oleh adanya tiga unsur, yaitu tempat, pelaku dan kegiatan

(Nasution, 1992 : 43). Sesuai dengan pendapat tersebut, yang dimaksud tempat
adalah lokasi berlangsungnya pembelajaran, yaitu SD Negeri 2 Lamangga di Kotif

Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Unsur pelakunya adalah peneliti dibantu guru dan

siswa kelas IV sedangkan unsur kegiatan adalah proses pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti dibantu guru dan siswa.

31

Rasional pengambilan satu lokasi (kelas/sekolah) antara lain pertama,
karakteristik penelitian kelas bersifat situasional. Kedua, situasi kelas bersifat

penyatuan konteks fisik, mental (sikap) dan kognitiftentang hubungan siswa, guru
dan bahan belajar dengan segala keunikan masing-masing. Ketiga, lokasi berada di
sekitar tempat tinggal peneliti.
2. Subyek Penelitian

Berdasarkan ancangan kualitatif penelitian ini, yang dijadikan subyek

penelitian adalah hal, peristiwa, manusia dan situasi yang diobservasi, Hopkins,
1985; 1993, Nasution 1992; Elliott 1991; Madya 1994 (dalam Pusung, 1997 : 34).

Pemilihan dan penentuan subyek penelitian dilakukan secara purposive, yakni yang
berhubungan dengan tujuan penelitian. Sampel ditetapkan secara acak dari masingmasing kelompok kategori prestasi siswa pada masing-masing kelas, agar semua

kelompok kategori prestasi siswa dapat terwakili sehingga sampel dianggap cukup
representatif.

Penelitian ini dilakukan terhadap 10 orang siswa yang terdiri dari siswa

dengan prestasi belajar tinggi, sedang dan rendah dalam bidang studi IPA. Prestasi

belajar siswa diambil dari nilai kelas III untuk bidang studi IPA. Adapun ke 10
orang siswa ini berasal dari Sekolah Dasar Negeri 2 dengan kode SD adalah X.

32

Asal Sekolah

SD

X

Kode Siswa

Nilai

EY

6

SS

7

SY

7.3

RZ

7.3

RH

8

HR

7

RM

7

YN

7.3

ET

6

SH

7.3

3. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi,
wawancara, dan tes hasil prestasi.
3.1. Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

untuk mengungkap keterampilan dan sikap siswa selama kegiatan belajar

berlangsung. Observasi dilakukan adalah untuk melihat langsung kegiatan belajar
siswa dilapangan, untuk mencatat dan mengamati perilaku dan kejadian di kelas
pada saat proses belajar mengajar EPA dengan topik air berlangsung. Kegiatan yang
dilakukan siswa akan dinilai selama proses belajar mengajar berlangsung. Penilaian

dilakukan terhadap aspek sikap dan kegiatan yang sesuai dengan komponen
keterampilan yang telah ditentukan pada masing-masing sub pokok bahasan.

Yersild dan Meigs ( dalam Purwanto N., 1990 ) membagi situasi yang
dapat diselidiki melalui observasi langsung atas tiga macam yaitu (1) situasi bebas,
(2) situasi yang dibuat, (3) situasi campuran, yaitu gabungan antara situasi bebas

33

dan situasi yang dibuat. Penelitian ini menggunakan bentuk observasi situasi yang

dibuat. Observasi dengan situasi yang dibuat dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan
belajar yang bersifat keterampilan. Dengan observasi situasi yang dibuat maka
unit-unit tingkah laku yang diamati dirumuskan atau ditentukan lebih dulu dan

catatan-catatan yang dibuat hanyalah mengenai aspek-aspek atau kegiatan-kegiatan
yang telah ditentukan.

3.2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendukung data yang diperoleh melalui

observasi. Wawancara dilakukan setelah didapat jawaban siswa yang salah atau
jawaban yang tidak relevan antara pertanyaan dengan alasan yang diberikan untuk

setiap percobaan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban itu
terjadi karena siswa tidak memahami pertanyaan LKS atau siswa tidak memahami

konsep apa yang sedang dikembangkan. Wawancara dilakukan juga terhadap siswa
yang memberikan jawaban yang sangat tepat. Wawancara dilakukan selain seperti
yang diuraikan di atas, wawancara dilakukan pula untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran

IPA pada topik air. Pelaksanaan wawancara ditentukan sesuai dengan kesepakatan
antara siswa maupun guru dengan peneliti. Bogdan R.C. dan Biklen S.K. (1982
alih bahasa Munandir 1990) mengatakan bahwa keberhasilan studi observasi atau

bentuk-bentuk keberhasilan penelitian kualitatif lainnya adalah mengandalkan
i

catatan lapangan yang dibuat secara rinci, cermat dan luas.

34

3.3. Tes Prestasi

Tes prestasi dilakukan dengan menggunakan bentuk tes tertulis. Tes ini

dilakukan untuk mengungkap pemahaman siswa tentang konsep sifat dan kegunaan
air setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.

Kesahihan tes yang digunakan merujuk pada kesahihan konten yang sering
digunakan dalam mengevaluasi tes hasil belajar. Tujuan pokoknya adalah untuk

mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari setelah mengalami
proses belajar mengajar. Untuk itu butir soal yang digunakan disesuaikan dengan
kisi-kisi soal pada masing-masing sub pokok bahasan yang tercantum dalam GBPP

IPA SD, buku penunjang IPA, selanjutnya secara bersama-sama dibahas dengan
guru untuk menentukan butir soal yang digunakan dalam tes formatif. Tes prestasi
ini dilakukan sebanyak tiga tahap.
4. Pengumpulan Data

Percobaan untuk memahami konsep tentang sifat permukaan air yang
tenang selalu datar dilaksanakan sebanyak dua kegiatan, setiap kegiatan
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Percobaan untuk memahami konsep
tentang sifat air menempati ruang dan mempunyai berat dilaksanakan sebanyak dua
kegiatan, setiap kegiatan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Setelah selesai

melakukan percobaan di atas, lalu diadakan tes untuk melihat pemahaman konsep
siswa tentang kedua topik tersebut.

Percobaan untuk memahami konsep tentang sifat air mengalir dari tempat

tinggi ke tempat yang rendah dilaksanakan sebanyak tiga kegiatan. Ketiga kegiatan

35

ini dibagi dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama melakukan kegiatan I dan
II sedangkan pertemuan berikutnya melakukan kegiatan III. Percobaan untuk
memahami konsep sifat air dapat berubah wujud jika dipanaskan atau didinginkan
dilaksanakan sebanyak dua kegiatan, setiap kegiatan dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan. Setelah selesai melakukan percobaan tersebut, lalu diadakan tes untuk
melihat pemahaman konsep siswa tentang kedua topik itu.

Percobaan untuk memahami konsep tentang sifat air menekan ke segala
arah dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Percobaan untuk memahami konsep

tentang sifat air dapat melarutkan berbagai zat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan. Setelah selesai melakukan percobaan di atas, lalu diadakan tes untuk
melihat pemahaman konsep siswa tentang kedua topik tersebut.
Setiap percobaan dilaksanakan dengan menggunakan lembar kerja siswa
(LKS), sehingga setiap kegiatan dilakukan sesuai petunjuk dalam LKS. Jadwal

pelaksanaan kegiatan, yaitu banyaknya pertemuan, waktu pertemuan dan jumlah
jam setiap kali pertemuan disesuaikan dengan roster yang ada. Perubahan jadwal
pelaksanaan (banyaknya pertemuan dan waktu

pertemuan) sesuai dengan

kesepakatan pihak sekolah (guru), tetapi masih dalam catur wulan I tahun ajaran
1998/1999.

5. Analisis Data

Selama penelitian berlangsung proses analisis juga terus dilakukan, sampai
ditemukan data sebanyak mungkin mengenai keterampilan proses siswa selama

kegiatan proses belajar mengajar berlangsung. Sesudah data terkumpul lalu

36

dikelompokan, kemudian dicari hubungan satu dengan lainnya. Setelah mendapat

hubungan-hubungan maka peneliti mengelompokan mengikuti permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian, kemudian dituangkan dalam bentuk pembahasan.
6. Kredibilitas Hasil Penelitian

Untuk mempertahankan kebenaran informasi atau data yang diperoleh
selama penelitian kualitatif ini berlangsung, ada beberapa kegiatan yang dilakukan.
Kegiatan-kegiatan itu sebagai berikut:

6.1. Triangulasi

Untuk menguji kebenaran informasi atau data dari penelitian kualitatif ini

dilakukan triangulasi, yaitu usaha peneliti untuk memperoleh informasi dari

berbagai sumber. Informasi tersebut diperoleh melalui wawancara terhadap guru,
Kepala Sekolah dan siswa.
6.2. Kerahasiaan

Kerahasiaan dari subyek dijaga dengan cara mengganti nama subyek
dengan simbol lain.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, pada bagian berikut dikemukakan
kesimpulan, saran serta implikasi.
1. Kesimpulan

Pertama, dalam percobaan tentang sifat permukaan air yang tenang selalu datar,
siswa bersikap kurang hati-hati, kurang teliti, kurang terampil dalam bekerja dan
kurang

bekerja

sama.

Keterampilan

mengamati,

komunikasi

(tulisan),

membandingkan cukup baik, tetapi keterampilan diskusi dan kerja sama masih

kurang. Berhubungan hal-hal yang sederhana dan konkrit, keterampilan dalam
menarik kesimpulan bisa dilatihkan pada siswa. Berdasarkan kegiatan percobaan
dilakukan konsep yang dibangun siswa kurang baik.

Kedua, dalam percobaan tentang sifat air menempati ruang dan mempunyai berat,
siswa bersikap kurang hati-hati, kurang teliti dalam bekerja, tetapi kerja sama mulai
tampak. Percobaan tentang sifat air menempati ruang keterampilan mengamati dan

bertanya siswa tampak kurang baik, tetapi sebaliknya dengan pengamatan terhadap
percobaan tentang air mempunyai berat. Keterampilan komunikasi dan mengukur
dinilai cukup baik, kerja sama mulai tampak. Untuk konsep yang sulit dikonkritkan

tampaknya keterampilan menyimpulkan tetap sukar dilakukan. Konsep yang
dibangun siswa tentang sifat air menempati ruang kurang baik. Siswa cukup baik
membangun konsep tentang air mempunyai berat

Ketiga, dalam percobaan tentang sifat air mengalir dari tempat tinggi ke tempat
rendah, siswa bersikap teliti, hati-hati, kerja sama dan mulai terampil bekerja
68

69

Keterampilan mengamati, komunikasi dinilai cukup baik dan keterampilan bertanya
mulai tampak. Konsep yang dibangun siswa cukup baik.

Keempat, dalam percobaan tentang sifat air berubah wujud jika dipanaskan atau
didinginkan, sikap teliti dan hati-hati sudah baik. Keterampilan mengamati, diskusi,
komunikasi dan bertanya cukup baik. Keterampilan menyimpulkan pada sifat air
berubah wujud jika dipanaskan cukup baik dan sebaliknya pada sifat air berubah

wujud jika didinginkan. Konsep yang dibangun siswa tentang sifat air berubah wujud

jika dipanaskan cukup baik dan sebaliknya tentang sifat air berubah wujud jika
didinginkan.

Kelima, dalam percobaan tentang sifat air menekan ke segala arah, sikap teliti, hati-

hati dan kerja sama sudah baik. Siswa tampak terampil dalam bekerja. Keterampilan
mengamati, komunikasi, diskusi dan bertanya sudah baik. Konsep yang dibangun
siswa cukup baik.

Keenam, dalam percobaan tentang sifat air melarutkan berbagai zat, sikap teliti, hatihati, terampil sudah baik. Keterampilan mengamati, komunikasi, bertanya dan diskusi

dilakukan cukup baik. Konsep yang dibangun siswa cukup baik dan cukup baik
membangun konsep tentang larutanjenuh.

Ketujuh, Sesuai analisis tes formatif pertama, hanya siswa HR, RH, YN yang mampu
mempertahankan konsep sifat permukaan air yang tenang selalu datar yang dibangun
melalui kegiatan percobaan. Siswa lainnya hanya mampu memberikan contoh benda

yang menggunakan konsep tersebut. Sesuai analisis tes ini , siswa dapat
mempertahankan konsep sifat air mempunyai berat tetapi tidak bisa mempertahankan
konsep sifat air menempati ruang.

70

Kedelapan, berdasarkan analisis tes formatif kedua, siswa SY, ES, YN dapat
mempertahankan konsep sifat air mengalir dari atas ke bawah sedangkan siswa HR

tidak dapat mempertahankan konsep tersebut tetapi HR dapat mempertahankan
konsep air dapat dialirkan dari bawah ke atas. Siswa ES, RZ sama sekali tidak bisa

mempertahankan konsep tersebut. Sesuai analisis tes formatif ini siswa ES, SH, EY

tidak dapat mempertahankan konsep perubahan wujud air tetapi dapat memberikan
contoh benda yang menggunakan konsep tersebut.

Kesemhilan, berdasarkan analisis tes formatif ketiga, Siswa RH, RM dinilai dapat
mempertahankan konsep sifat air menekan ke segala arah sedangkan siswa yang lain
tidak dapat memberikan alasan sehingga pancaran air berbentuk seperti itu. Sesuai

formatif ini, siswa dapat mempertahankan konsep sifat air melarutkan berbagai zat.
Kesepuluh, pengetahuan awal siswa tentang konsep air masih sangat terbatas pada
kegunaan air saja sesuai pengalaman mereka masing-masing.
2. Saran-Saran

Berdasarkan temuan dan kenyataan yang diperoleh dari penelitian ini,
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

Pertama, agar dalam merencanakan pengajaran guru tidak hanya terpaku dengan
bahan yang ada dalam buku paket, tetapi bisa memanfaatkan fenomena alam di
sekitarnya atau aktivitas siswa sebagai bahan belajar.

Kedua, dalam melakukan percobaan bahan yang digunakan sangat perlu diupayakan

dari bahan yang sederhana dan dipahami siswa (dikenal atau sebagai alat permainan
mereka sehari-hari) dan diharapkan guru menggunakan lembar kerja siswa dalam
setiap kegiatan.

71

Ketiga, bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini diharapkan memperbaiki
atau mengganti alat percobaan tentang subpokok bahasan air menekan ke segala arah
agar dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa tentang tekanan

Keempat, penelitian ini perlu ditindak lanjuti terhadap pokok bahasan yang lain atau

pada tingkatan kelas yang lain, serta faktor-faktor yang terabaikan diharapkan dapat
diidentifikasi kendala-kendala apa saja yang menjadi hambatan guru.
3. Implikasi

Pertama, Guru harus menciptakan cara belajar yang lebih bervariasi, sehingga
informasi tidak semuanya bersumber dari guru. Agar anak belajar lebih aktif, guru
dapat melakukan berbagai cara, seperti pemberian tugas, mengadakan pengamatan

kepada lingkungan di sekitar sekolah atau tempat tinggal mereka. Hal ini dapat
dilakukan siswa di luar jam pelajaran, sehingga kelas bukan hanya dijadikan sebagai
tempat siswa untuk mendengar informasi yang disampaikan guru, tetapi juga menjadi
tempat siswa mengembangkan konsep IPA yang dimiliki.

Kedua, Keterbatasan guru dalam mengembangkan keterampilan proses IPA dapat
diupayakan dengan berbagai cara, seperti memanfaatkan sarana dan prasarana yang
terdapat di lingkungan sekolah, diadakan penataran tentang penggunaan alat peraga
sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal, mengikuti pendidikan lebih tinggi
atau saling bertukar pikiran dengan rekan guru mengenai pengalaman dalam

melaksanakan pengajaran, sehingga wawasan guru dapat berkembang

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi A & Rohani A. (1991). Bimhingan dan Konseling Di Sekolah PT
Rineka Cipta, Jakarta

Berg E. (1990). Miskonsepsi Fisika Dalam Remidiasi. UKSW, Solo
Bess, G.H. (1991). Science With Young Children, Revised Edition. NAEYC
Washington, USA

Bogdan R.C. dan Biklen S.K. (1982). Riset Kualitatif Untuk Pendidikan ;
PengantarKe Teori danMetode. PAU-PPAI, Jakarta

Chalmers A.F. (1982). What is This Thing Called Science ? Open University.
Milton Keynes

Carin, Arthur A. and Sund, Robert B. (1989). Teaching Science Through
Discovery, Sixth Edition. Merrill Publishing Company. Colombus Toronto
London Melbourne

Cohen, L. &

Manion, L. (1980). Research Methods in Education. London

Canberra : Croom Helm

Dahar, R.W (1985). Kesiapan Guru Mengajarkan Sains Di Sekolah Dasar
Ditinjau Dari Segi Pengemhangan Ketrampilan Proses Sains. Disertasi.
Tidak Diterbitkan. IKIP Bandung
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Erlangga, Jakarta

Driver, Rosalind (1988). Changing Conceptions. Centre For Studies In Science
And Mathematics Education. University of Leeds

Elliott, John (1991). Action Research For Education Change. Open University
Press. Milton Keynes, Philadelpia

Fischer, HE. & Aufschnafter, S.V. (1993). Development of Meaning During
Physics Instruction : Case Studies in VieM> of The Paradigm of
Constructivism. Journal of Research in Science Teaching. New York : John
Wiley & Sons, Inc 77 (2) 153-168

Gorodetsky M dan Keiny S. (1996). Conceptual Change and Environmental
Cognition. International Journal of Science Education, 17 (2), 207-217

Hadiat (1980) Pendekatan Pendidikan IPA DiSD, P3G. Depdikbud, Jakarta

73

Hadi S. (1989). Metodologi Research. Jilid 2 & 4 Andi Offset, Yogyakarta

Hamalik, Oemar (1991). Pendekatan Bam Strategi Belajar Mengajar
Berdasarkan CBSA. Sinar Baru, Bandung

Hewson P.W. et al (1995). Determening The Conceptions Of Teaching Science
Held By ExperincedHigh School Science Teachers. Journal Of Research In

Science Teaching, Vol. 32 No. 5 Pp 503-520. University of Wisconsin Madison, Wisconsin Center for Education Research.

Hidayat E. (1997). Keterampilan Proses Dalam Pemhelajaran IPA Di Sekolah
Dasar dan Sekolah Tanjutan Tingkat Pertama (Studi Kualitatif
Reinterpretasi Keterampilan Proses Dinjau Dari Prespektif Guru IPA).
Laporan Penelitian. FPMIPA IKIP Bandung

Hinduan, Achmad A. (1990). Mata Pelajaran IPA Untuk Sekolah Dasar.
Makalah PCP Dosen PGSD. P2TK. Dirjendikti
Husen T (1988). Masyarakat Belajar. Rajawali Press, Jakarta
( 1997). Pemherdayaan Sistem Pendidikan Dasar. Jurnal Penelitian.
Lembaga Penelitian IKIP Bandung

(1993). Kurikulum Pendidikan Dasar. GBPP SD Depdikbud,
Jakarta

Kurnia Ningsih (1996). Pengemhangan Konsepsi Siswa Dalam Pemhelajaran IPA
TopikMakhlukHidup. Tesis PPS IKIP Bandung.

Masidjo

I. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.

Kanisius, Yogyakarta

Nasution S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito, Bandung
Purwanto

M.N. (1984). Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Pusung S. (1997). Upaya Meningkatkan Pemahaman Tentang Tekanan Udara
Melalui Siklus Belajar Dengan Menggunakan Alat IPA Sederhana. Tesis
PPS IKIP Bandung, Bandung

Ramsey, John (1993). Developing Conceptual Storylines With The Teaming
Cycle. Journal Of Elementary Science Education. Vol. 5. No. 2 Pp 1-20
(1993) Cury School Of Virginia

74

Rusyan AT. dkk. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. PT
Remaja Rosdakarya, Bandung

Rustaman N. (1998). Keterampilan Proses Dalam Pemhelajaran Biologi Di
Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan. Bahan
Penataran Guru-Guru Sekolah Menengah Kejuruan Seluruh Indonesia.
Makalah. IKIP Bandung

Rustaman N. & Rustaman A. (1996). Penilaian Keterampilan Proses IPA Di
Sekolah Dasar. Depdikbud. Direktorat Pendidikan Dasar, Jakarta

Rustaman N. & Widodo A. (1996). Keterpaduan Kurikulum Dan Pemhelajaran
Dalam Menyiapkan Guru IPA Sekolah Dasar : "Trend" Dan Alternatif
Khazanah Pengajaran IPA Vol. I No 3 . IMAPIPA PPS IKIP Bandung.
Semiawan Conny, dkk (1992). Pendekatan Keterampilan Proses. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta

(1995). Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 2 Th. 1989) dan
Peraturan Pelaksanaanya. Sinar Grafika, Jakarta

Silaban S. dkk. (1993). Pendidikan Indonesia. Dalam Pandangan Lima Belas
Tokoh Pendidikan Swasta. Dasamedia Utama, Jakarta

Sinaga P. dkk (1996). Model Alat Peraga IPA Sederhana Untuk Memmjang
Pengajaran Melalui Ketrampilan Proses Di SD Dengan Memperhatikan
Tahap Perkembangan Anak. Laporan Penelitian Proyek Pendidikan Tenaga
Guru. Lemlit IKIP Bandung, Bandung

S.P Muchtar & Kasmuri (1994). Ilmu Pengetahuan Alam, Jilid 2a. Yudhistira,
Jakarta

Sudjana N. & Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru,
Bandung

Suriaty (1996). Keterampilan Proses IPA Siswa Dengan Menggunakan
Lingkungan Dalam Pemhelajaran IPA Di Sekolah Dasar. Tesis. PPS IKIP
Bandung.

Suryabrata S. (1983). Metodo/ogi Penelitian. PT Raja Grafindo, Jakarta

Sutarno N. (1987). Perbedaan Kemampuan Penguasaan Konsep-Konsep IPA
Antara Murid-Murid Kelas I Sekolah Dasar Yang Berasal Dari Taman
Kanak-Kanak Dan Yang Tidak Melalui Taman Kanak-Kanak. Tesis PPS
IKIP Bandung, Bandung

75

Sutrisno dkk. (1996). Tingkat Keherhasilan Penggunaan Pendekatan
Keterampilan Proses Dalam Proses Belajar Mengajar IPA Di Sekolah
Dasar Kecamatan Pangandaran. Laporan Penelitian. FPMIPA IKIP
Bandung.

Syafaruddin S. (1987). Presepsi Guru IPA Tentang Alat Peraga Dihubungkan
Dengan Tatar Profesionalnya. Tesis PPS IKIP Bandung.

Tabrani dkk. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung

Zainsyah A.E. dkk. (1990). Model-Model Mengajar. Beberapa Alternatif Interaksi
Belajar Mengajar. Diponegoro, Bandung

* ••'•*

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL TANDUR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR PADA PEMBELAJARAN IPA.

0 2 40

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS III SEKOLAH DASAR.

0 1 20

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN ENERGI BUNYI : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

0 0 29

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG.

0 0 28

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG SIFAT-SIFAT CAHAYA DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS V SEKOLAH DASAR.

0 0 29

ANALISIS STRUKTUR MATERI PADA PROSES PEMBELAJARAN SAINS DI KELAS IV SEKOLAH DASAR.

0 0 25

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK KEHIDUPAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV DAN V BERDASARKAN LOKASI SEKOLAH DI KOTA YOGYAKARTA DAN KABUPATEN KULON PROGO.

0 0 1

KREATIVITAS KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK KEHIDUPAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS IV DAN V DI KABUPATEN BANTUL DAN SLEMAN BERDASARKAN LOKASI SEKOLAH.

0 0 1

KONTRIBUSI KEMAMPUAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

0 0 14

Meningkatkan Keterampilan Proses Bagi Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Sekolah Dasar - Repository Unja

0 0 15