PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN ENERGI BUNYI : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

(1)

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN

ENERGI BUNYI

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Ciburial

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Wijayanti Kusuma Ningrum 1003341

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN

ENERGI BUNYI

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Ciburial

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

Wijayanti Kusuma Ningrum 1003341

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Wijayanti Kusuma Ningrum 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN

ENERGI BUNYI

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Ciburial

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014) Oleh,

Wijayanti Kusuma Ningrum 1003341

Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Pupun Nuryani, M. Pd. NIP. 19620522198603 2 003

Pembimbing II

Dr. Ida Kaniawati, M. Pd. NIP. 19680703199203 2 001

Diketahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Nana Djumhana, M. Pd NIP. 19590508198403 1 002


(4)

(5)

ii

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

Wijayanti Kusuma Ningrum 1003341

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya nilai siswa yang belum mencapai KKM IPA yaitu 70. Hasil tes menunjukkan siswa belum mampu untuk memahami konsep dengan baik. Demikian pula cara guru mengajar yang masih menekankan siswa untuk menghafal. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan penelitian tindakan kelas dan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu mengungkapkan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains dan mengungkapkan pemahaman konsep siswa setelah menerapkan pendekatan keterampilan proses sains. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi kemudian dibuat perencanaan perbaikan yang digunakan dalam siklus selanjutnya. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Hasil penelitian ditemukan bahwa pemahaman konsep siswa setelah dilakukan tindakan pembelajaran mengalami peningkatan. Data menunjukan bahwa pada tindakan pembelajaran siklus I pemahaman konsep siswa diperolehan nilai rata-rata 80 dan pada tindakan pembelajaran siklus II terjadi peningkatan yang cukup tinggi dengan perolehan nilai rata-rata 90,86. Hal tersebut membuktikan bahwa pendekatan keterampilan proses sains dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, hal itu dikarenakan pendekatan keterampilan proses sains memiliki tahapan yang sistematis serta pembelajaran yang berpusat pada siswa. Simpulan dari penelitian ini yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains dapat berjalan dengan lancar, aktivitas siswa dalam pembelajaran terlihat aktif dan aspek kemampuan pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Berdasarkan temuan tersebut, disarankan kepada para guru khususnya guru IPA agar menggunakan pendekatan keterampilan proses sains dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.


(6)

1

IPA di sekolah dasar mempunyai tujuan membina dan menyiapkan peserta didik agar tanggap akan permasalahan yang ada di lingkungan. Sejalan dengan itu, Nana Djumhana ( 2010) mengemukakan bahwa “ pendidikan IPA merupakan wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari”.

Berdasarkan KTSP (Depdiknas, 2006) tujuan dari mata pelajaran IPA adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, 2. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

3. mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat,

4. mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,

5. meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan

6. memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Berdasarkan tujuan mata pelajaran IPA ( depdiknas, 2006) pada poin kedua disebutkan “mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari”. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman konsep pada mata pelajaran IPA sangatlah penting. Agar dapat memahami suatu konsep, siswa harus membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang diterimanya dari lingkungan atau berupa pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh peserta didik harus menunjang terbentuknya konsep-konsep tersebut. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus bisa menyusun pembelajaran yang didalamnya terdapat


(7)

kegiatan-kegiatan siswa yang sesuai dengan konsep-konsep yang akan dibentuknya melalui pengalaman langsung.

Selain itu sebagaimana disebutkan pada poin keempat bahwa pada dasarnya dengan mempelajari IPA melalui pengembangan keterampilan proses akan menghasilkan sikap, pengetahuan berupa konsep-konsep yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat digunakan sebagai langkah untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di lingkungan melalui metode ilmiah. Sehingga dalam pelaksanaannya, proses pembelajaran IPA yaitu menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini sejalan dengan definisi IPA menurut Sund ( dalam Samatowa, 2009, hlm. 8) „ sains merupakan kumpulan pengetahuan dan juga kumpulan proses‟. Pengetahuan yang didapatkan oleh peserta didik diperoleh melalui suatu proses atau cara tertentu. Sehingga peserta didik bukan menerima melainkan mencari sendiri hasil pengetahuan tersebut melalui percobaan-percobaan ( pengalaman langsung).

Menerapkan pembelajaran sains yang tepat bagi pesera didik adalah harus sesuai dengan struktur kognitif anak, yaitu materi sains harus menyederhanakan konsep yang terstruktur hingga mereka bisa membangun ide-ide atau pola pikir. Proses perkembangan belajar peserta didik sekolah dasar memiliki kecenderungan beranjak dari hal-hal konkrit menuju ke pengetahuan yang abstrak.

Namun pada kenyataannya proses pembelajaran IPA yang berlangsung di sekolah dasar masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan, hal ini berkaitan dengan ketepatan pendekatan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA dan beberapa permasalahan yang menyebabkan rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

Berdasarkan observasi awal melalui pra penelitian terhadap proses pembelajaran IPA di kelas IV SDN Ciburial, dalam pembelajaran IPA ditemukan gejala-gejala ketidakpahaman

siswa

terhadap konsep sumber energi bunyi dan media


(8)

perambatan bunyi, yang tampak seperti: siswa tidak mampu menyatakan ulang definisi energi bunyi, siswa tidak mampu mengklasifikasikan sumber energi bunyi berdasarkan penggunaannya, siswa tidak dapat mengidentifikasi serta menjelaskan media perambatan bunyi.

Rendahnya pemahamaan konsep yang terjadi di kelas IV SDN Ciburial disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:

1. guru tidak mengembangkan pembelajaran IPA dengan lebih kreatif; 2. kegiatan belajar berpusat pada guru;

3. guru menghambat kreativitas siswa dengan menanamkan prinsip yang salah kepada siswa yaitu ketika ada guru yang masuk semua siswa harus diam;

4. kurangnya interaksi antara guru dengan siswa sehingga tidak tercipta suasana belajar yang menyenangkan; dan

5. guru menanamkan kebiasaan belajar dengan cara menghafal.

Kondisi proses pembelajaran yang telah disebutkan pada paragraf di atas, membuat IPA menjadi salah satu pelajaran sulit dan membosankan bagi siswa karena di dalamnya siswa tidak diberi kesempatan untuk berpengalaman langsung. Sehingga dalam penerapannya hakikat IPA bukan lagi merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Melainkan hanyalah sebuah pembelajaran IPA dimana guru hanya lebih menekankan pada penguasaan sejumlah fakta dan konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep tersebut. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya serta tidak ada proses penemuan untuk mendapatkan suatu konsep baru. Penggunaan ceramah yang tidak variatif masih dilakukan dalam setiap kegiatan pembelajaran, sehingga aktivitas pembelajaran selalu didominasi oleh guru. Siswa menjadi pebelajar yang pasif. Keadaan yang terjadi di lapangan hanyalah pembelajaran yang masih bersifat transfer of knowledge atau mentransfer ilmu tanpa mengembangkan bagaimana cara belajar siswa sesuai dengan karakteristik materi.

Berdasarkan observasi kenyataannya tingkat penguasaan guru terhadap materi pembelajaran cukup baik, namun tidak dapat melaksanakan pembelajaran secara optimal. Ini dikarenakan guru tersebut kurang bisa memilih dan menempatkan


(9)

penggunaan pendektan yang tepat dalam pembelajaran IPA sehingga menyebabkan rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Begitupun nilai yang diperoleh siswa, dibuktikan dengan hasil tes atau evaluasi yang diberikan guru, dapat dikatahui bahwa dari 23 siswa, 14 orang siswa dengan persentase 60,87 % memperoleh nilai di bawah KKM dan 9 orang siswa dengan persentase 39,13 % memperoleh nilai di atas KKM, sementara Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70.

Hal itu bisa terjadi karena kemampuan anak dalam menghafalkan suatu fakta dan konsep sangat terbatas, tanpa diimbangi dengan adanya pemahaman konsep dari suatu materi semua itu menjadi kurang bermakna. Oleh karena itu dibutuhkan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat mengarahkan keterampilan siswa untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori ataupun untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya sehingga bisa membuat pengetahuan yang didapatkan oleh siswa menjadi bermakna.

Proses belajar mengajar yang lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses sains menjadi salah satu solusi dalam memperbaiki proses belajar mengajar yang hanya menghafalkan suatu fakta atau konsep. Dalam pendekatan keterampilan proses sains siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang tentunya akan berpengaruh positif terhadap proses pendidikan maupun produk pendidikan. Siswa perlu diberi kesempatan untuk melatih keterampilan-keterampilan proses sains agar mereka dapat berfikir dan memiliki sikap ilmiah. Pendekatan keterampilan proses sains sejalan dengan salah satu aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidikan IPA yaitu konsep IPA dapat berkembang dengan baik, jika pengalaman langsung mendahului pengenalan generalisasi-generalisasi abstrak. Metode seperti ini berlawanan dengan metode tradisional, dimana konsep IPA diperkenalkan secara verbal saja.

Namun karena struktur kognitif siswa tidak bisa disamakan dengan struktur kognitif ilmuwan, maka pembelajaran IPA untuk siswa dengan menggunakan


(10)

keterampilan proses sains hendaknya diajarkan dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak usia dasar.

Berpijak pada uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengajukan judul “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Pokok Bahasan Energi Bunyi Kelas IV Semester 2 SDN Ciburial Tahun Ajaran

2013/2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi bunyi dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas IV semester 2 SDN Ciburial?

2. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa kelas IV SDN Ciburial dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi bunyi melalui penerapan pendekatan keterampilan proses sains?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. pelaksanaan pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi bunyi dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains pada siswa kelas IV semester 2 SDN Ciburial;

2. pemahaman konsep siswa kelas IV semester 2 SDN Ciburial dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi bunyi melalui penerapan pendekatan keterampilan proses sains.


(11)

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Secara teoritis, sebagai bahan kajian dalam peningkatan proses belajar mengajar IPA bagi siswa SD.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi siswa

1) Memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA;

2) Membantu siswa untuk menemukan fakta ataupun konsep IPA dengan pengalaman belajar yang baru;

3) Meningkatkan pemahaman tentang konsep materi IPA yang sedang dipelajari.

b. Bagi guru

1) Mendorong kreativitas guru dalam mengelola proses pembelajaran IPA; 2) Memberikan pengetahuan ilmiah untuk mengembangkan atau menemukan

konsep tentang materi IPA dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains;

3) Membantu untuk menyampaikan konsep materi IPA yang abstrak menjadi bermakna melalui proses penemuan suatu konsep pada pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains;

4) Memotivasi guru untuk memilih dan menggunakan alternatif pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran IPA.

c. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pendekatan keterampilan proses sains sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

d. Bagi Pihak yang berkepentingan

1) Sumber informasi bagi pengembangan proses pembelajaran;

2) Sumber masukan bagi peneliti lain dengan pokok bahasan dan jenjang pendidikan yang berbeda.


(12)

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika pembelajaran IPA pokok bahasan sumber energi bunyi dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains yang optimal maka pemahaman konsep siswa akan meningkat.

F. Definisi Operasional

Dalarn penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pendekatan keterampilan proses sains sebagai variabel bebas dan pemahaman konsep siswa sebagai variabel terikat. Untuk mengarahkan peneliti dalam pengambilan data maka diperlukan adanya batasan operasional dalam penelitian, yang meliputi:

1. Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Pendekatan keterampilan proses sains adalah pendekatan yang lebih menekankan pada proses ataupun aktivitas siswa dalam menemukan suatu pengetahuan melalui proses ataupun cara-cara tertentu sesuai dengan metode ilmiah. Tahapan pelaksanaan pendekatan keterampilan proses sains dalam penelitian ini yaitu mengamati, menafsirkan hasil pengamatan dan menarik kesimpulan, mengklasifikasi, dan berkomunikasi. Adapun pemilihan tahapan pelaksanaan pendekatan keterampilan proses sains tersebut berdasarkan pada keterampilan proses dasar yang seharusnya dilatih di pendidikan dasar menurut Wahono Widodo, dkk. Komponen tersebut bisa diukur melalui kegiatan unjuk kerja dan observasi yang dilakukan oleh observer.

2. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa untuk menjelaskan kembali informasi dengan menggunakan kata-katanya sendiri yang lebih mudah dipahami oleh siswa kemudian mampu mengaplikasikannya untuk memecahkan suatu masalah. Pemahaman yang dimaksud adalah tipe hasil belajar kognitif Anderson dan Krathwohl (2001) yang mencakup tujuh aspek. Dalam penelitian ini hanya akan dibatasi pengukuran pemahaman konsep menjadi tiga indikator, yaitu


(13)

membandingkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Alasan pemilihan ketiga indikator tersebut yaitu berdasarkan pada tahapan pendekatan keterampilan proses sains yang akan diterapkan oleh peneliti. ketiga indikator tersebut bisa diukur melalui lembar kerja siswa dan evaluasi berupa soal-soal yang diberikan guru.


(14)

34

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berusaha menerapkan pendekatan keterampilan proses sains dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan sumber energi.

PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997 dalam Car dan Kemmis).

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah PTK dilakukan dalam rangka kesediaan guru dalam mengintrospeksi, bercermin, merefleksi, atau mengevaluasi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang pengajar diharapkan cukup profesional, supaya meningkatnya kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak-anak didiknya, baik dalam aspek penalaran, keterampilan, pengetahuan hubungan sosial, maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat.

B. Model Penelitian

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral seperti yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart.

Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim digunakan yaitu: perencanaan (planning), Tindakan (Action), Pengamatan (Observation), dan Refleksi (reflection). Di dalam alur kegiatannya, tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilakukan dalam jangka waktu yang bersamaan. (Wiratmadja, 2005,hlm.66)


(15)

PTK dilaksanakan dengan strategi siklus yang berawal dari identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Rangkaian kegiatan berurutan mulai dari rencana tindakan sampai dengan refleksi disebut satu siklus penelitian.

Berikut ini adalah skema atau alur PTK yang dikemukakan Kemmis dan Taggart:

(http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/metode-ptk-3-metode-spiral-dari-kemmis.html)

Gambar 3.1 Bagan Alur PTK kemmis Taggart

Langkah-langkah pada model spiral menurut Kemmis dan Taggart dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan tindakan (plan) yaitu rencana tindakan apa yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan tingkah laku dan sikap sosial sebagai solusi.

2. Pelaksanaan tindakan (action) yaitu apa yang akan dilaksanakan oleh peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan


(16)

3. Pengamatan (observation) yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksakan.

4. Refleksi (reflection) yaitu mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di kelas IV SDN Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Adapun alasan pemilihan tempat dikarenakan pada SDN Ciburial merupakan tempat dimana peneliti melakukan PPL. Ketika melakukan PPL peneliti menemukan permasalahan pada pembelajaran IPA khususnya pada siswa kelas IV masih tergolong rendah terutama pada pokok bahasan energi bunyi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2013/ 2014. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan kelas ini adalah 4 bulan. Dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Ciburial tahun ajaran 2013/2014, dengan jumlah 23 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus masing-masing dirancang untuk 1 x pertemuan (@2x35 menit) serta diakhir siklus dialokasikan untuk tes siklus. Setiap siklus dijalankan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan (Plan), tindakan (Action), pengamatan (Observation), dan refleksi (Reflection).


(17)

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan tahap persiapan penelitian dengan melakukan kegiatan pendahuluan setelah itu peneliti melakukan tahap tindakan penelitian.

Siklus I

1. Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)

a. Menentukan lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian, dan memilih subjek penelitian yang akan diteliti

b. Meminta izin kepada Kepala Sekolah dan guru kelas IV serta rekan sejawat untuk diajak sebagai tim pelaksanaan penelitian.

c. Melakukan observasi terhadap pembelajaran siswa di kelas yang akan dijadikan subjek penelitian guna mendapatkan gambaran awal mengenai situasi dan kondisi SDN Ciburial secara keseluruhan, terutama siswa kelas IV.

d. Identifikasi permasalahan, dimulai dari:

1) Setelah melakukan observasi di dalam kelas, peneliti melakukan analisis untuk menelaah kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa pada saat kegiatan pembelajaran, serta menelaah kesulitan yang dialami oleh guru. 2) Melakukan kajian terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

tahun 2006, model-model pembelajaran IPA, buku sumber IPA kelas IV, dan pembelajaran IPA di kelas IV.

3) Menentukan model atau pendekatan pembelajaran yang relevan dengan karakteristik siswa, bahan ajar, dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung pada pembelajaran IPA.

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.


(18)

2. Tahap Tindakan

Tahapan tindakan pada penelitian tindakan kelas akan diuraikan sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan

1) Membuat kesepakatan dengan guru (rekan sejawat) sebagai observer dan memberikan penjelasan kepada observer tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh observer dan penjelasan tentang intisari dari instrumen lembar observasi yang harus diisi oleh observer.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA dengan menerapkan 4 prinsip pendekatan keterampilan proses sains sebagai berikut: a). keterampilan mengamati dengan menyediakan beberapa benda penghasil sumber bunyi; b). keterampilan menafsirkan hasil pengamatan dan menarik kesimpulan melalui pengamatan dan diskusi; c). keterampilan mengklasifikasi melalui diskusi; dan e). keterampilan mengkomunikasikan dengan menyampaikan hasil pengamatan atau pengetahuan yang didapatkannya melalui presentasi atau membuat catatan hasil pengamatan.

3) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbentuk kegiatan unjuk kerja siswa yang dilengkapi dengan beberapa pertanyaan tentang hasil kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan keempat prinsip pendekatan keterampilan proses sains melalui diskusi kelompok dalam mengerjakan pertanyaan hasil kegiatan.

4) Menetapkan dan merancang media pembelajaran untuk menerapkan pendekatan keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA kelas IV B pada pokok bahasan energi bunyi yaitu menentukan benda-benda yang menghasilkan sumber bunyi dan perambatan bunyi melalui benda padat.

5) Membuat alat evaluasi bagi siswa baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil untuk mengetahui pemahaman konsep siswa kelas IV B.

6) Menyiapkan instrumen tes tertulis berupa lembar soal tes uraian siklus I.

7) Menyiapkan instrument non tes berupa lembar observasi siswa dan guru dalam pembelajaran.


(19)

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi.

2) Melaksanakan pembelajaran IPA dengan perencanaan pembelajaran dan media yang telah disiapkan.

3) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai pemahaman konsep siswa tentang sub pokok bahasan energi bunyi yaitu menentukan benda-benda yang menghasilkan sumber bunyi dan perambatan bunyi melalui benda padat dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.

4) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi. 5) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada lembar

observasi

6) Guru melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung dalam bentuk nilai individual dan nilai kelompok.

c. Tahap Observasi

1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains. 2) Observer mengisi lembar observasi.

3) Peneliti melakukan observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dengan sub pokok bahasan energi bunyi yaitu menentukan benda-benda yang menghasilkan sumber bunyi dan perambatan bunyi melalui benda-benda padat.

4) Peneliti melakukan pengamatan kemampuan pemahaman konsep siswa setelah menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.

d. Tahap Refleksi

Peneliti melakukan analisis terhadap semua data yang dikumpulkan dari penelitian tindakan pada siklus I. Setelah pemahaman konsep siswa dan pengamatan observer telah dikaji, selanjutnya pada siklus II, peneliti mengulang kegiatan yang


(20)

dilaksanakan pada siklus I. Temuan pada tahap refleksi pada siklus I digunakan untuk memperbaiki RPP dan pembelajaran pada siklus II.

Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1) Melakukan pendataan terhadap kelebihan dan kelemahan pada siklus I untuk dijadikan bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

2) Menetapkan sub pokok bahasan yang lebih kompleks dari pokok bahasan siklus I sub pokok bahasan energi bunyi yaitu perambatan bunyi melalui benda cair dan perambatan bunyi melalui udara dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP) dengan memperhatikan refleksi pada siklus I.

4) Menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan rencana pembelajaran pada siklus II.

5) Menyiapkan instrumen tes tertulis berupa lembar soal tes uraian siklus II.

6) Menyiapkan instrumen non tes berupa lembar observasi siswa dan guru dalam pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaikan pada siklus I serta bobot materi yang lebih kompleks. Diharapkan pada siklus II ini siswa mampu menguasai sub pokok bahasan energi bunyi yaitu perambatan bunyi melalui benda cair dan perambatan bunyi melalui udara dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains sehingga pemahaman konsep siswa dapat meningkat.

2) Melakukan tes siklus untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa pada siklus II.

3) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.


(21)

4) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada lembar observasi

5) Guru melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung dalam bentuk nilai individual dan nilai kelompok.

c. Tahap Pengamatan

Kegiatan pengamatan pada sikus II relatif sama dengan siklus I yaitu: 1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam

pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains. 2) Observer mengisi lembar observasi.

3) Peneliti melakukan observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dengan sub pokok bahasan energi bunyi yaitu perambatan bunyi melalui benda cair dan perambatan bunyi melalui udara.

4) Peneliti melakukan pengamatan kemampuan pemahaman konsep siswa setelah menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.

d. Tahap Refleksi

Data yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti untuk mendapatkan suatu simpulan. Diharapkan setelah akhir siklus II ini, pemahaman konsep siswa kelas IV B SDN Ciburial Kec. Lembang Kab. Bandung Barat pada mata pelajaran IPA pokok bahasan energi bunyi melalui pendekatan keterampilan proses sains dapat meningkat. Apabila data yang diharapkan belum sesuai maka akan dilanjutkan pada silkus selanjutnya.

e. Membuat Kesimpulan Hasil Penelitian ( rekomendasi)

Setelah semua proses selesai dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan yang mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan


(22)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam penelitian ini akan digunakan dua RPP yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Indikator-indikator yang tertera pada setiap RPP merupakan hasil Analisis Materi Pelajaran (AMP).

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS dalam penelitian ini yaitu LKS pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains tentang energi bunyi terdiri dari empat paket LKS (2 LKS untuk 1 kali pertemuan).

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Lembar Observasi

Lembar observasi Lembar obeservasi yang digunakan berbentuk lembar observasi terbuka yang harus diisi oleh pengamat secara naratif pada kolom deskripsi yang sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan. Teknik observasi yang dilakukan adalah observasi langsung, yakni pengamat mengamati dan mencatat objek yang diteliti (aktivitas guru dan siswa) selama proses pembelajaran.

b. Tes Tertulis

Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu post test. Digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa pada ranah kognitif tentang energi bunyi pada mata pelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses sains. Pelaksanaannya yaitu pada setiap awal dan akhir siklus untuk selanjutnya dibandingkan sehingga diketahui peningkatan pemahaman konsep siswa. Adapun bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis berbentuk uraian.

c. dokumentasi

Merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji dan menafsirkan fokus permasalahan dalam penelitian.


(23)

F. Rancangan Analisis Data

Data-data dari penelitian ini setelah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Jenis data yang didapat dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif didapatkan dari lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran di kelas, berupa lembar pengamatan terbuka serta dokumentasi. Sehingga pengamat harus mengisi kolom deskripsi jawaban berbentuk narasi pada kolom yang sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan pada lembar observasi. Dalam penelitian ini dilibatkan 4 pengamat, dengan tujuan untuk keakuratan data hasil pengamatan. Pengolahan data kualitatif ini dilakukan dengan cara menerjemahkan dan mendiskusikan dengan pengamat jika terdapat jawaban pengamat yang perlu diklarifikasi dari setiap item pertanyaan. Kemudian peneliti mengelompokkan jawaban pengamat yang positif dan negatif dari setiap item pertanyaan/ pernyataan. Jika banyaknya observer yang menjawab positif lebih banyak dari yang menjawab negatif, maka aktivitas guru atau siswa dalam pembelajaran sudah sesuai dengan harapan penelitian. Jika terjadi sebaliknya, maka aktivitas guru atau siswa dalam pembelajaran tidak sesuai dengan harapan penelitian.

a. Pengolahan data observasi aktivitas guru dan siswa

Dalam mengukur peningkatan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung, menggunakan pendekatan keterampilan proses sains dengan menganalisis data secara deskriptif. Data tersebut berupa lembar observasi guru dan siswa.

b. Pengolahan data observasi aktivitas siswa

Dalam mengukur observasi aktivitas siswa, menggunakan format observasi sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan


(24)

Dokumentasi diolah dengan memilah-milah dokumentasi yang sesuai dengan pembelajaran. Dokumentasi ini akan dimasukkan ke dalam lampiran.

Dari hasil analisis data kualitatif secara keseluruhan, dapat disimpulkan apakah semua prinsip dalam pendekatan keterampilan proses sains telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran IPA tentang energi bunyi terhadap siswa Kelas IV Semester 2 SDN Ciburial.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasilprasiklus dan posttest untuk melihat ketercapaian pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA di setiap siklus sehingga dapat disimpulkan apakah terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan energi bunyi.

a. Pengolahan Hasil Tes

Data yang diperoleh dari hasil tes (pra siklus dan posttest), diolah melalui penskoran yang disesuaikan dengan masing-masing bobot pada butir soal. Skor tersebut kemudian dirubah ke dalam bentuk nilai, sehingga dapat dihitung nilai rata-rata setiap siswa dalam kemampuan pemahaman konsep.

1) Pengubahan skor mentah menjadi nilai standar

Pemberian nilai kepada siswa dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara skor mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing individu dengan skor maksimum ideal yang mungkin dapat dicapai. Pengubahan skor ini bertujuan agar mudah dalam membandingkan hasil dari ketiga indikator pemahaman konsep yang akan diukur.

Pengubahan skor mentah menjadi nilai standar dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Tabel 3.1 Kriteria penilaian

Nilai = Skor yang diperoleh x 100 Skor Ideal


(25)

Nilai Klasifikasi

80 ke atas A

66 – 79 B

56 – 65 C

46 – 55 D

45 ke bawah E

(Anas Sudijono, 1995) 2) Menghitung rata-rata (mean)

Mean adalah teknik penulisan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata

dari kelompok tersebut. (Sugiyono,2007)

Rata-rata hitung nilai pra siklus dan posttest dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

x = rata-rata hitung ∑ x = jumlah seluruh skor


(26)

78

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian mengenai penerapan pendekatan keterampilan proses sains untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa Kelas IV SDN Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi bunyi dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains mencakup empat jenis yaitu: a. mengamati, dilakukan dengan memfasilitasi siswa beberapa benda kemudian siswa melakukan pengamatan bersama kelompoknya terhadap benda-benda tersebut; b. menafsirkan hasil pengamatan, dilakukan dengan menuliskan point-point penting berdasarkan hasil pengamatan; c. mengklasifikasi, dilakukan dengan membandingkan dua benda penghasil bunyi dengan perlakuan yang berbeda; d. mengkomunikasikan, menyimpulkan hasil diskusi ke dalam bentuk tulisan kemudian dipresentasikan di depan kelas. Pada pelaksanaan siklus I peneliti kurang mampu mengkondisikan kelas, namun dengan melakukan kontrak pembelajaran di siklus II peneliti sudah mampu menguasai kelas.

2. Terdapat peningkatan pemahaman konsep siswa Kelas IV SDN Ciburial Kecamatan Ciburial Kabupaten Bandung Barat dari siklus I ke siklus II. Rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus I pada indikator membandingkan sebesar 82,61 dan pada siklus II sebesar 89,13. Rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus I pada indikator menyimpulkan sebesar 61,59 dan pada siklus II sebesar 89,85 Rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus I pada indikator menjelaskan sebesar 90 dan pada siklus II sebesar 92,17. Sedangkan untuk rata-rata ketuntasan hasil belajar juga sebanding dengan peningkatan pemahaman konsep yaitu siklus I sebesar 80 dan pada siklus II sebesar 90,8. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa kelas IV SDN Ciburial pada mata


(27)

pelajaran IPA pada pokok bahasan energi bunyi dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.

B. Rekomendasi

Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut ini dikemukakan saran yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD, khususnya dalam menerapkan dan mengembangkan pendekatan keterampilan proses sains.

1. Bagi guru SD, penerapan pendekatan keterampilan proses sains dapat dijadikan alternative dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan pemahaman konsep sehingga guru memiliki pendekatan yang bervariatif dalam proses pembelajaran, pendekatan keterampilan proses sains memiliki tahapan yang sistematis yang dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu konsep dan pembelajaran dapat melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan suatu konsep.

2. Bagi peneliti selanjutnya,

a. Pada aspek menafsirkan hasil pengamatan, belum semua siswa dapat melaksanakannya, sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya lebih ditekankan pada aspek tersebut dengan membimbing dan memeriksa kinerja siswa. Dengan seperti itu semua siswa dapat melaksanakan menafsirkan hasil pengamatan dengan baik.

b. Penerapan pendekatan keterampilan proses sains pada penelitian ini hanya meninjau pada aspek mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, mengklasifikasi, serta mengkomunikasikan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pendekatan keterampilan proses sains terhadap pemahaman konsep siswa tidak hanya pada keempat aspek tersebut, sehingga dapat dilihat konsistensi pengaruh penerapan pendekatan keterampilan proses sains terhadap pemahaman konsep siswa.


(28)

80

Arikunto, S. ( 2009) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ayu Apriliana, I. (2013) Pengertian Fakta, Konsep, Prinsip, Hukum, dan Teori. [Online]. Tersedia di: http://intanapriliana.blogspot.com/2013/06/tugas-filsafat-ipa-pengertian-fakta.html [Diakses 17 Maret 2014].

Firmansyah, H. (2013) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Heads Together untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. [Online]. Tersedia di:

http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/43/jbptunpaspp-gdl-penggunaan-2141-2-babii.docx [Diakses 17 Maret 2014].

Kesuma, D. (2011). Indikator Capaian Kompetensi Pedoman dan Teori Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran. Modul. Pendidikan Profesi Guru, Universitas Pendidikan

Indonesia.

Neni Susi, PR. (2011) Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA

tentang Gaya untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV di SDN Limbangan Timur 2 Kabupaten Garut. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Rosiana Hadiana, L. (2011) Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains

terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Safari. Dkk. (1993) Penyusunan, Penskoran dan Penggunaan Tes Prestasi Belajar

Bentuk Uraian. Puslitbang Sisjian: Jakarta.

Samatowa, U. (2010) Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Sudijono, A. ( 2008) Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sudjana, N. (2010) Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru Algesindo.


(29)

Wilis Dahar, R. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Widodo, A. (2012) BBM III Keterampilan Proses Sains. [Online]. Tersedia di:

http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENDIDIKAN_IPA_DI_SD/BBM_3.pdf [Diakses 13 Maret 2014].

Y. Rustaman, N. dkk. (2005) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Universitas Negeri Malang: Malang.


(1)

Dokumentasi diolah dengan memilah-milah dokumentasi yang sesuai dengan pembelajaran. Dokumentasi ini akan dimasukkan ke dalam lampiran.

Dari hasil analisis data kualitatif secara keseluruhan, dapat disimpulkan apakah semua prinsip dalam pendekatan keterampilan proses sains telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran IPA tentang energi bunyi terhadap siswa Kelas IV Semester 2 SDN Ciburial.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasilprasiklus dan posttest untuk melihat ketercapaian pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA di setiap siklus sehingga dapat disimpulkan apakah terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan energi bunyi.

a. Pengolahan Hasil Tes

Data yang diperoleh dari hasil tes (pra siklus dan posttest), diolah melalui penskoran yang disesuaikan dengan masing-masing bobot pada butir soal. Skor tersebut kemudian dirubah ke dalam bentuk nilai, sehingga dapat dihitung nilai rata-rata setiap siswa dalam kemampuan pemahaman konsep.

1) Pengubahan skor mentah menjadi nilai standar

Pemberian nilai kepada siswa dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara skor mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing individu dengan skor maksimum ideal yang mungkin dapat dicapai. Pengubahan skor ini bertujuan agar mudah dalam membandingkan hasil dari ketiga indikator pemahaman konsep yang akan diukur.

Pengubahan skor mentah menjadi nilai standar dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Tabel 3.1

Nilai = Skor yang diperoleh x 100 Skor Ideal


(2)

45

Nilai Klasifikasi

80 ke atas A

66 – 79 B

56 – 65 C

46 – 55 D

45 ke bawah E

(Anas Sudijono, 1995) 2) Menghitung rata-rata (mean)

Mean adalah teknik penulisan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata

dari kelompok tersebut. (Sugiyono,2007)

Rata-rata hitung nilai pra siklus dan posttest dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

x = rata-rata hitung

∑ x = jumlah seluruh skor n = banyaknya data


(3)

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian mengenai penerapan pendekatan keterampilan proses sains untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa Kelas IV SDN Ciburial Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi bunyi dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains mencakup empat jenis yaitu: a. mengamati, dilakukan dengan memfasilitasi siswa beberapa benda kemudian siswa melakukan pengamatan bersama kelompoknya terhadap benda-benda tersebut; b. menafsirkan hasil pengamatan, dilakukan dengan menuliskan point-point penting berdasarkan hasil pengamatan; c. mengklasifikasi, dilakukan dengan membandingkan dua benda penghasil bunyi dengan perlakuan yang berbeda; d. mengkomunikasikan, menyimpulkan hasil diskusi ke dalam bentuk tulisan kemudian dipresentasikan di depan kelas. Pada pelaksanaan siklus I peneliti kurang mampu mengkondisikan kelas, namun dengan melakukan kontrak pembelajaran di siklus II peneliti sudah mampu menguasai kelas.

2. Terdapat peningkatan pemahaman konsep siswa Kelas IV SDN Ciburial Kecamatan Ciburial Kabupaten Bandung Barat dari siklus I ke siklus II. Rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus I pada indikator membandingkan sebesar 82,61 dan pada siklus II sebesar 89,13. Rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus I pada indikator menyimpulkan sebesar 61,59 dan pada siklus II sebesar 89,85 Rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus I pada indikator menjelaskan sebesar 90 dan pada siklus II sebesar 92,17. Sedangkan untuk rata-rata ketuntasan hasil belajar juga sebanding dengan peningkatan pemahaman


(4)

79

pelajaran IPA pada pokok bahasan energi bunyi dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains.

B. Rekomendasi

Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut ini dikemukakan saran yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD, khususnya dalam menerapkan dan mengembangkan pendekatan keterampilan proses sains.

1. Bagi guru SD, penerapan pendekatan keterampilan proses sains dapat dijadikan alternative dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan pemahaman konsep sehingga guru memiliki pendekatan yang bervariatif dalam proses pembelajaran, pendekatan keterampilan proses sains memiliki tahapan yang sistematis yang dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu konsep dan pembelajaran dapat melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan suatu konsep.

2. Bagi peneliti selanjutnya,

a. Pada aspek menafsirkan hasil pengamatan, belum semua siswa dapat melaksanakannya, sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya lebih ditekankan pada aspek tersebut dengan membimbing dan memeriksa kinerja siswa. Dengan seperti itu semua siswa dapat melaksanakan menafsirkan hasil pengamatan dengan baik.

b. Penerapan pendekatan keterampilan proses sains pada penelitian ini hanya meninjau pada aspek mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, mengklasifikasi, serta mengkomunikasikan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pendekatan keterampilan proses sains terhadap pemahaman konsep siswa tidak hanya pada keempat aspek tersebut, sehingga dapat dilihat konsistensi pengaruh penerapan pendekatan keterampilan proses sains terhadap pemahaman konsep siswa.


(5)

Arikunto, S. ( 2009) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ayu Apriliana, I. (2013) Pengertian Fakta, Konsep, Prinsip, Hukum, dan Teori. [Online]. Tersedia di: http://intanapriliana.blogspot.com/2013/06/tugas-filsafat-ipa-pengertian-fakta.html [Diakses 17 Maret 2014].

Firmansyah, H. (2013) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Heads Together untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial. [Online]. Tersedia di:

http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/43/jbptunpaspp-gdl-penggunaan-2141-2-babii.docx [Diakses 17 Maret 2014].

Kesuma, D. (2011). Indikator Capaian Kompetensi Pedoman dan Teori Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran. Modul. Pendidikan Profesi Guru, Universitas Pendidikan

Indonesia.

Neni Susi, PR. (2011) Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA

tentang Gaya untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV di SDN Limbangan Timur 2 Kabupaten Garut. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Rosiana Hadiana, L. (2011) Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains

terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Safari. Dkk. (1993) Penyusunan, Penskoran dan Penggunaan Tes Prestasi Belajar

Bentuk Uraian. Puslitbang Sisjian: Jakarta.

Samatowa, U. (2010) Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Sudijono, A. ( 2008) Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sudjana, N. (2010) Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru Algesindo.


(6)

81

Wilis Dahar, R. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Widodo, A. (2012) BBM III Keterampilan Proses Sains. [Online]. Tersedia di:

http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENDIDIKAN_IPA_DI_SD/BBM_3.pdf [Diakses 13 Maret 2014].

Y. Rustaman, N. dkk. (2005) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Universitas Negeri Malang: Malang.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG.

1 3 30

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA SEKOLAH DASAR KELAS V POKOK BAHASAN PESAWAT SEDERHANA : Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri Cikancung Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung

0 5 34

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI PENGUNGKIT : Penelitian Tindakan Kelas di SDN Ciburial Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 1 42

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGENAI MATERI PESAWAT SEDERHANA : Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas V SDN 3 Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

0 1 33

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA POKOK BAHASAN GAYA.

1 3 29

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA POKOK BAHASAN GAYA : Penelitian Tindakan Kelas di SD Negeri 4 Cibogo Kelas V Semester Genap Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun A

0 1 30

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KONSEP IPA DALAM TEMA BERBAGAI PEKERJAAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 6 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat).

0 0 35

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KONSEP IPA DALAM TEMA BERBAGAI PEKERJAAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYA SISWA SD (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat).

0 1 45

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN PANCAINDRA (PENGECAP) : Penelitian tindakan kelas di kelas IV SD Negeri Tugu 3 Cimanggis Kota Depok Propinsi Jawa Barat.

0 0 36

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR :Penelitian Tindakan Kelas Pada Pokok Bahasan Benda dan Perubahnnya yang Dilakukan di Kelas IV SD Negeri Cikampek Utara III Kecamatan K

0 3 43