Efek Minyak Atsiri Bunga Kenanga (Cananga odorata) Sebagai Repellent Terhadap Nyamuk Aedes sp. Betina.
ABSTRAK
EFEK MINYAK ATSIRI
BUNGA KENANGA (Cananga Odorata) SEBAGAI REPELLENT TERHADAP NYAMUK Aedes sp.BETINA
Lely Sustantine Totalia, 2014, Pembimbing : Sri Nadya Saanin, dr., M.Kes.
Latar belakang Nyamuk Aedes sp. betina merupakan vektor biologis dari
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Untuk mencegah cucukan nyamuk antara lain dengan menggunakan anti nyamuk sintetik seperti N,N-diethyl-meta-toluamide (DEET). Namun penggunaan DEET dapat menimbulkan efek samping, sehingga perlu dicari pengganti repellent yang alami.
Tujuan penelitian untuk mengetahui efek repellent minyak atsiri bunga kenanga terhadap nyamuk Aedes sp.
Metode penelitian Rancang acak lengkap. Hewan coba nyamuk Aedes sp.
sebanyak 750 ekor dialokasikan menjadi lima kelompok (n = 750), diberikan perlakuan dengan pengulangan 5 kali, yaitu minyak atsiri bunga kenanga (Cananga odorata) 25%, 50%, 75%, DEET 12,5, larutan gula.
Hasil percobaan menunjukan rerata jumlah nyamuk yang tidak mendekat ke
daerah perlakuan DEET adalah 96%, dan larutan gula adalah 35%, sedangkan hasil yang diperoleh dari minyak atsiri bunga kenanga dengan konsentrasi 25% adalah 90%, 50% adalah 92%, 75% adalah 94%.
Kesimpulan penelitian adalah minyak atsiri bunga kenanga berefek sebagai repellent nyamuk Aedes sp. betina.
(2)
v
ABSTRACT
THE EFFECT OF YLANG-YLANG FLOWER (Cananga odorata) ESSENTIAL OILS AS REPELLENT AGAINST Aedes sp. FEMALE
MOSQUITOES
Lely Sustantine Totalia, 2014, Tutor: Sri Nadya Saanin, dr., M.kes
Background: Female Aedes sp. had become as vector for diseases such as
dengue hemorrhagic fever (DHF). To prevent mosquito as bites we could use synthetic repellent such as N,N-diethyl-meta-toluamide (DEET). Long period usages of DEET could cause a lot of side effects so we needed to look for natural repellent which as effective as but safer than DEET to use.
Aim: To know the effect of essential oil taken from the peel of ylang-ylang
flower’s as repellent to Aedes aegypti mosquitoes.
Method: True experimental design with complete randomized sampling.750 Aedes aegypti mosquitoes were allocated into 5 groups, each group were given different treatment essential of with 25%, 50%, 75%, DEET 12,5%, the data assessed is the number of mosquitoes who didn’t come closer to the treatment zone.
Result: The study showed that the average effect of DEET is 96% and sugar
suspension is 35% as repellent, while the essential oil of ylang-ylang flowers with concentration 25% is 90%, 50% is 92%, and 75% is 94%.
Conclutions: The essential oil of ylang-ylang flower had repellent effect against Aedes sp. mosquitoes.
(3)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...iv
ABSTRACT ...v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 1
1.3Tujuan Penelitian ... 2
1.4Manfaat Penelitian ... 2
1.4.1 Manfaat Akademis ... 2
1.4.2 Manfaat Praktis ... 2
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 2
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 2
1.6 Hipotesis ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Nyamuk Aedes sp. ... 4
2.1.1 Toksonomi Aedes sp ... 4
2.1.2 Morfologi Nyamuk... 4
(4)
ix
2.1.3.Umur……….. 7
2.1.4 Tempat Perindukan……….... 7
2.1.5 Perilaku Nyamuk Dewasa Betina……….. 8
2.1.6 kebiasaan Makan Nyamuk……… 8
2.1.7 Siklus Hidup ………... 9
2.1 Demam Berdarah . ... 9
2.2.1 Definisi ... 9
2.2.2 Epidemiologi ... 10
2.2.3 Etiologi ... 10
2.2.4 Morfologi Virus Dengue ... 10
2.2.5 Pencegahan Virus Dengue ... 11
2.2.6 Klasifikasi DBD ... 12
2.2.7 Patogenesis ... 13
2.2.8 Manifestasi Klinik ... 13
2.2.9 Diagnosis ... 13
2.2.10 Pemeriksaan Penunjang ... 14
2.2.11 Penatalaksanaan ... 14
2.2.12 Pencegahan ... 15
2.2.13 Prognosis ... 15
2.3 Usaha pengendalian Nyamuk ... 15
2.3.1 Reppelent ... 16
2.3.2 DEET ... 16
2.3.3 DDT ... 17
2.4 Bunga Kenanga ... 17
2.4.1Toksonomi ... 17
2.4.2 Nama Lokal ... 18
2.5 Minyak Atsiri ... 18
2.5.1 Pembuatan Minyak atsiri ... 18
2.5.2 Kandungan Bunga Kenanga ... 19
(5)
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan...20
3.1.1 Alat ...20
3.1.2 Bahan ...20
3.1.3 Subyek penelitian ...20
3.1.4 Ukuran sampel ...21
3.2 Tempat dan waktu penelitian ...21
3.3Metode Penelitian...21
3.3.1 Desain penelitian ...21
3.3.2 Variable penelitian ...21
3.4Prosedur penelitian ...22
3.4.1 Persiapan bahan uji ...22
3.4.2 Persiapan hewan coba ...22
3.4.3 Cara kerja ...22
3.5Analisis data ...23
3.5.1 Hipotesis statistik ...23
3.5.2 Kriteria uji ...23
3.6 Uji Pendahuluan ...24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil dan Pembahasan...25
4.2Pengujian Hipotesis Penulisan ...27
4.2.1 Hipotesis Statistik ...28
4.2.2 Kriteria Uji ...28
4.3Hal-hal yang Mendukung ...28
4.4Hal-hal yang Tidak Mendukung ...28
(6)
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan ...29
5.2Saran ...29
DAFTAR PUSTAKA ...30
LAMPIRAN ...33
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.6 Uji Pendahuluan……….. 24
Tabel 4.1 Jumlah Nyamuk Yang Berada Disisi Berseberangan Dengan Berbagai kosenstrasi ...25 Tabel 4.2 Tabel ANAVA ...26
(8)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Telur ...5
Gambar 2.2 Larva ...6
Gambar 2.3 Pupa ...6
Gambar 2.4 Nyamuk Dewasa. ...7
Gambar 2.5 Siklus Hidup Nyamuk ...9
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 FOTO PENELITIAN ...33 LAMPIRAN 2 PERHITUNGAN DOSIS MINYAK ATSIRI BUNGA
KENANGA ...35 LAMPIRAN 3 TABEL UJI ANAVA SATU ARAH ...36 LAMPIRAN 4 UJI BEDA RATA-RATA LSD ...37
(10)
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui cucukan nyamuk Aedes sp. betina, bersama liur nyamuk inilah, virus dengue dapat dipindahkan kepada orang lain sehingga penyakit ini dapat menyerang semua usia terutama pada anak yang memiliki sistim imun yang rendah (Raini, 2009).
Saat ini cara yang terbaik menanggulangi DBD, yaitu mengendalikan vektor untuk memutus rantai penularan, dikarenakan vaksin dan anti-virus penyakit ini belum ditemukan. Cara repellent pada masyarakat telah menjadi salah satu cara yang mudah untuk menghindari dari cucukan nyamuk. Repellent bekerja dengan cara membuat manusia menjadi terhindar dari gigitan nyamuk pada bagian tubuh yang diberi produk, tetapi tidak membunuh nyamuk (Roxanne, Jonathan, & Days, 2009). Penggunaan repellent/ anti nyamuk di Indonesia umumnya menggunakan bahan sintetik seperti N,N-diethyl-meta-toluamide (DEET), walau repellent jenis ini sangat efektif, namun cara tersebut memerlukan biaya yang cukup tinggi, tidak ramah lingkungan serta pada penggunaan jangka panjang menyebabkan iritasi kulit seperti melepuh hingga kemerahan (Raini, 2009).
Untuk mengurangi dampak negatif tersebut maka perlu dicari cara lain misalnya dengan menggunakan repellent yang berasal dari tumbuhan yang ramah lingkungan. Beberapa jenis daun tanaman dalam keadaan segar diketahui mampu menghalau nyamuk, sebagai contoh: Akar wangi (Vertiver zizanoides), Zodiac (Evodia suaveolens, scheff), Geranium (Geranium homeanum), dan bunga kenanga (Cananga odorata) (Shinta, 2012)
1.2Identifikasi masalah
Apakah minyak atsiri bunga kenanga mempunyai efek repellent terhadap Aedes sp. betina.
(11)
1.3Tujuan penelitian
Untuk mengetahui bahwa minyak atsiri bunga kenanga dapat digunakan sebagai repellent Aedes sp. betina.
1.4Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
1. Manfaat akademis penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan ilmu parasit mengenai minyak atsiri bunga kenanga sebagai salah satu sumber yang dapat digunakan sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes sp.
2. Dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu farmakologi mengenai minyak atsiri bunga kenanga sebagai repellent alami.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat bunga kenanga sebagai penghindar cucukan nyamuk Aedes sp. betina
1.5 Kerangka Pemikiran
Bunga kenanga (cananga odorate) memiliki cukup banyak zat yang terkandung di dalamnya, diantaranya zat saponin, flavonoid. Namun yang paling berperan fungsinya sebagai anti nyamuk adalah linalool, geraniol dan eugenol yang mudah menguap, oleh karena sifatnya yang mudah menguap dan dapat menghasilkan bau yang khas minyak atsiri digunakan sebagai anti nyamuk (Sudjari, Prijadi, &
(12)
3
akan menguap ke udara (Shinta, 2012). Kemudian uap dari minyak atsiri ditangkap oleh antena nyamuk yaitu pada sensilia yang mengandung beberapa saraf bipolar atau dikenal sebagai ORNs (olfactory receptor neurons). ORNs yang terletak di ujung dendrit ini berfungsi sebagai pendeteksi bahan kimia. Setelah terdeteksi bau minyak atsiri diikat Odorant Binding Proteins (OBPs). Protein ini berfungsi sebagai pelarut bau dan bertindak dalam seleksi informasi penciuman. Pada saat protein itu berikatan dengan senyawa yang terdapat pada bunga kenanga akan terjadi kompleks bau OBPs. Kompleks tersebut kemudian diubah menjadi impuls elektrik ke otak dan terintegerasi untuk menimbulkan respon tingkah laku yaitu menghindari bau yang dihasilkan (Sudjari, Prijadi, & Austin, 2007).
1.6 Hipotesis
Minyak atsiri bunga kenanga memliki efek repellent terhadap nyamuk Aedes sp. betina.
(13)
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Minyak atsiri bunga kenanga (Cananga odorata) memiliki efek sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes sp. betina.
5.2 Saran
1. Dilakukan percobaan untuk mencari kadar minimal yang efektif. 2. Penelitian menggunakan genus yang berbeda.
(14)
38
RIWAYAT HIDUP
Nama : Lely Sustantine Totalia
Nomor Pokok Mahasiswa :1110050
Tempat dan Tanggal Lahir :Balikpapan 09 Agustus 1993
Alamat :Jl. Pemuda V No. 53, Balikpapan
Riwayat Pendidikan
1.1999 lulus TK Nasional KPS, Balikpapan
2.2004 lulus SD Nasional KPS, Balikpapan
3.2008 lulus SMP Nasional KPS, Balikpapan
4.2011 lulus SMAN 1, Balikpapan
(15)
Efek Minyak Atsiri Bunga Kenanga (Cananga odorata) Sebagai Repellent
Terhadap Nyamuk Aedes sp. Betina
Lely Sustantine Totalia*, Sri Nadya J. Saanin**
*Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung
**Bagian Patologi Anatomi Fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 65, Bandung
ABSTRAK
Latar belakang Nyamuk Aedes sp. betina merupakan vektor biologis dari penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Untuk mencegah cucukan nyamuk antara lain dengan menggunakan anti nyamuk sintetik seperti N,N-diethyl-meta-toluamide (DEET). Namun penggunaan DEET dapat menimbulkan efek samping, sehingga perlu dicari pengganti repellent yang alami.
Tujuan penelitian untuk mengetahui efek repellent minyak atsiri bunga kenanga terhadap nyamuk Aedes sp.
Metode penelitian Rancang acak lengkap. Hewan coba nyamuk Aedes sp. sebanyak 750 ekor dialokasikan menjadi lima kelompok (n = 750), diberikan perlakuan dengan pengulangan 5 kali, yaitu minyak atsiri bunga kenanga (Cananga odorata) 25%, 50%, 75%, DEET 12,5, larutan gula. Hasil percobaan menunjukan rerata jumlah nyamuk yang tidak mendekat ke daerah perlakuan DEET adalah 96%, dan larutan gula adalah 35%, sedangkan hasil yang diperoleh dari minyak atsiri bunga kenanga dengan konsentrasi 25% adalah 90%, 50% adalah 92%, 75% adalah 94%.
Kesimpulan penelitian adalah minyak atsiri bunga kenanga berefek sebagai repellent nyamuk Aedes sp. betina.
Kata kunci: nyamuk, minyak atsiri bunga kenanga, repellent.
ABSTRACT
Background: Female Aedes sp. had become as vector for diseases such as dengue hemorrhagic fever (DHF). To prevent mosquito as bites we could use synthetic repellent such as N,N-diethyl-meta-toluamide (DEET). Long period usages of DEET could cause a lot of side effects so we needed to look for natural repellent which as effective as but safer than DEET to use.
Aim: To know the effect of essential oil taken from the peel of ylang-ylang flower’s as repellent to Aedes aegypti mosquitoes.
Method: True experimental design with complete randomized sampling.750 Aedes aegypti mosquitoes were allocated into 5 groups, each group were given different treatment essential of with 25%, 50%, 75%, DEET 12,5%, the data assessed is the number of mosquitoes who didn’t come closer to the treatment zone.
Result: The study showed that the average effect of DEET is 96% and sugar suspension is 35% as repellent, while the essential oil of ylang-ylang flowers with concentration 25% is 90%, 50% is 92%, and 75% is 94%.
Conclutions: The essential oil of ylang-ylang flower had repellent effect against Aedes sp. mosquitoes
(16)
2 PENDAHULUAN
Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, cara penularannya melalui cucukan nyamuk
Aedes aegypty dan Aedes albopictus (1) (Latief, Napitulu, Pudjiadi, Ghazali, &
Putra, 1997).
Di Indonesia DBD pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya. Sejak 1968 hingga 2009, kasus telah menyebar dan meningkat jumlahnya. Dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) provinsi, dan 382 (77%) kabupaten/ kota. Dari jumlah kasus sebanyak58 kasus menjadi 158.192 kasus. Kenaikan jumlah penderita ini disebabkan karena penyakit ini tidak dipengaruhi usia dan jenis kelamin. Menurut data yang diperoleh terjadi perubahan kelompok umur yang terserang DBD, dari usia kanak-kanak menjadi semua kelompok usia terutama usia produktif. Risiko terkena DBD pada laki-laki dan perempuan hampir sama
(2) (Achmadi, Sudjana, & Sukowati,
2010).
Pemberantasan DHF didasarkan atas pemutusan rantai. Pemberantasan vektor dewasa ini dapat dilakukan pada saat stadium dewasa maupun stadium larva.
1. Pemberantasan vektor pada saat stadium larva dapat dengan: membunuh larva dengan butir-butir abate SG 1% pada tempat penyimpanan air dengan dosis 1 ppm (part per milion), yaitu 10 gram untuk 100 liter air. Cara ini sebaiknya diulangi dalam jangka waktu 2-3 bulan.
2. Pemberantasan vektor pada saat stadium dewasa
Melakukan “fogging” dengan malation atau fenitrotion. Caranya fogging ini dilakukan bila terjadinya wabah. Prinsip kerja alat ini adalah dengan menyemprot atau mengasapkan dengan menggunakan mesin pengasap yang dilakukan
melalui darat maupun udara. Kegiatan pengasapan dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 kali dengan jarak antara 10 hari dari rumah penderita dan 100 meter sekelilingnya bila terjadi wabah
(1) (Latief, Napitulu, Pudjiadi,
Ghazali, & Putra, 1997).
Repellent adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk menjauhkan serangga dari manusia, sehingga dapat dihindari gigitan serangga atau gangguan terhadap manusia. Repellent digunakan dengan cara menggosokkannya pada tubuh atau menyemprotkannya pada pakaian. Beberapa syarat yang harus dipenuhi sebagai repellent yang baik: tidak menganggu pemakainya, tidak melekat atau lengket, baunya menyenangkan pemakainya dan orang sekitarnya, tidak menimbulkan iritasi pada kulit, tidak beracun, durasi pengusir yang tahan lama (3) (Soedarto, 1990).
Bunga kenanga merupakan repllent alami yang dapat digunakan dengan efek samping yang minimal. Di dalam minyak atsiri bunga kenanga yang diduga mempunyai efek penolak nyamuk adalah senyawa linalool, geraniol, dan eugenol (4) (Sudjari, Prijadi,
& Austin, 2007).
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui bahwa minyak atsiri bunga kenanga dapat digunakan sebagai repellent Aedes sp. betina
ALAT, BAHAN, DAN METODE
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni laboratorium dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Data didapat dari analisis persentase jumlah nyamuk Aedes sp. yang hinggap dalam 24 jam menggunakan ANAVA
satu arah dengan α = 0,05. Apabila
bermakna, maka penelitian dilanjutkan dengan post hock test.
(17)
Alat :
1. Kotak kaca berukuran 80x10x10 cm sebagai tempat percobaan 2. Aspirator nyamuk
3. Gelas ukur
4. Kertas saring kasar 5. Pipet
6. Sumbat gabus
Bahan :
1. Minyak atsiri bunga kenanga dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%
2. Repellent nyamuk merek “S”
yang mengandung DEET 12.5% 3. Larutan gula pasir
4. Alkohol 95%
Cara Kerja :
1. Penelitian dilakukan pada siang hari,
2. Siapkan kotak kaca ukuran 80x10x10 cm dibagi dua dengan tinggi 8 cm yang diletakkan pada temperature 37oC. Salah
satu sisi kotak kaca diletakkan sekat kertas saring agar nyamuk disatu sisi tersebut .
3. Persiapan ekstrak bunga kenanga dengan konsentrasi 25%
4. Pisahkan nyamuk betina dengan nyamuk yang jantan. Lalu kotak kaca nyamuk tersebut masukan 30 ekor nyamuk Aedes sp. dewasa betina kedalam salah satu sisi kotak kaca.
5. Celupkan Kertas saring ke dalam minyak atsiri bunga kenanga 25% dan dimasukan ke dalam kotak kaca sisi lainnya. 6. Pengamatan dilakukan dalam
waktu 10 menit kemudian dicatat banyaknya nyamuk yang melewati kaca pembatas dan berada pada sisi yang terdapat kertas saring dengan minyak atsiri bunga kenanga. 7. Lakukan langkah yang sama 2
sampai 6 menggunakan minyak atsiri dengan kosentrasi 50 % dengan pengulangan 4 kali. 8. Lakukan langkah yang sama 2
sampai 6 menggunakan minyak atsiri dengan konsentrasi 75% dengan pengulangan 4 kali. 9. Lakukan langkah yang sama 2
sampai 6 menggunakan kontrol positif dengan pengulangan 4 kali.
10. Lakukan langkah yang sama 2 sampai 6 menggunakan kontrol negatif dengan pengulangan 4 kali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa semua konsentrasi minyak kenanga berefek sebagai repellent, efek yang paling baik adalah minyak kenanga konsentrasi 75 %.
Dari penelitian yang dilakukan, di peroleh data seperti tertera pada tabel sebagai berikut :
(18)
4
Tabel 4.1 Jumlah nyamuk yang tidak mendekati area perlakuan dengan berbagai konsentrasi
Pengulangan 25% 50% 75% DEET 12,5% Larutan
gula
1 5 5 2 4 20
2 0 4 4 2 17
3 3 2 2 0 15
4 4 0 0 0 20
5 2 0 0 0 25
Rerata 2,8 2,2 1,6 1,2 19,4
DISKUSI
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nyamuk yang tidak mendekati area perlakuan paling banyak terdapat pada perlakuan dengan DEET 12,5% dibandingkan dengan kelompok yang diberikan perlakuan dengan minyak atsiri (Cananga odorata).
Rata-rata nyamuk yang tidak mendekati daerah perlakuan terbanyak berturut-turut pada pengujian DEET 12,5% (96%), minyak atsiri bunga kenanga 75% (94%), 50% (92%), 25% (90%), dan larutan gula (35%). Hasil percobaan menunjukan perlakuan dengan konsentrasi 75 % paling mendekati kontrol positif.
Helmiyetti, Manaf, dan Juliana (2009) menyimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan daya
repellent akan semakin besar, karena jumlah molekul minyak atsiri yang menguap akan lebih banyak, sehingga Jumlah molekul minyak atsiri yang terdeteksi antenna lebih besar, pada penelitian tersebut dibuat 6 campuran konsentrasi antara ekstrak daun serai dan minyak atsiri bunga kenanga. Dari hasil analisis, tampak ada perbedaan bermakna. Pada konsentrasi yang tinggi yaitu 28000 ppm memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mempengaruhi
hewan uji sebesar 81,25% dan konsentrasi yang rendah yaitu 8000 ppm mempengaruhi hewan uji 13,12% (5)
(Helmiyetti, Manaf, & Juliana, 2009).
Hal tersebut dimungkinkan karena minyak atsiri bunga kenanga memiliki kadar linalool, geraniol dan eugenol yang tinggi, yang berefek sebagai repellent. Zat ini mempunyai aroma yang khas dan sangat tidak disukai oleh nyamuk
(4) (Sudjari, Prijadi, & Austin, 2007).
Hal diatas mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rifcka Austin dengan menggunakan konsentrasi 25%, !5%, 5% dari ekstrak bunga kenanga dan sebagai pembanding N,N-diethyl-meta-toluamide (DEET) 12,5 % namun dengan sampel nyamuk yang berbeda yaitu 100 nyamuk Culex sp. Hasil studi menunjukkan bahwa rerata tingkat efektifitas DEET sebagai repellent adalah 100%, lalu rerata tingkat efektifitas ekstrak bunga kenanga dengan konsentrasi 25% (82,37%), 15 % (66,13%), 5% (35,20%) keempat data tersebut dianalisa dengan Krusskall-Wallis, dan diperoleh terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi 15%, 5% dengan DEET dan tidak ada perbedaan signifikan antara konsentrasi 12,5 % dengan DEET pada jam ke-0 sehingga dapat disimpulkan bahwa bunga kenanga mempunyai potensi sebagai
repellent terhadap nyamuk Culex sp. (4)
(19)
Hal diatas juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Shinta dengan menggunakan konsentrasi 5%, 20%, 35% dan 50%. Pada konsentrasi 20% daya repellent setelah 3,4,5 dan 6 jam pengolesan berturut-turut adalah 96,4%; 95,2%; 93,2% dan 91,2%. Hal ini menunjukan bahwa minyak atsiri bunga kenanga pada konsentrasi yang rendah (20%) dapat dikatakan sebagai repellent
yang baik karena dapat menolak nyamuk selama 3 jam dengan daya
repellent sebesar (96,4%) sehingga disimpulkan bahwa dengan konsentrasi minimal bunga kenanga mempunyai potensi yang dapat dikembangkan sebagai repellent (6) (Shinta, 2012).
Selain itu juga terdapat percobaan yang dilakukan oleh Sari dan Supartono (2014) menyimpulkan bahwa pada formula lotion dengan konsentrasi bunga kenanga 2,5 % memiliki daya
repellent mencapai 90,58% dan dapat menolak nyamuk selama 6 jam. Hal ini dikarenakan terdapat senyawa seperti caryophyllene, linalol dan geraniol dalam minyak kenanga yang menghasilkan bau yang sangat menyengat dan tidak disukai serangga
(7) (Sari & Supartono, 2014)
SIMPULAN
Minyak atsiri bunga kenanga (Cananga odorata) memiliki efek sebagai repellent
terhadap nyamuk Aedes sp. betina.
SARAN
1. Dilakukan percobaan untuk mencari kadar minimal yang efektif.
2. Penelitian menggunakan genus yang berbeda.
3. Penelitian vehikulum pengenceran yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief, Abdul, et al.Buku kuliah
2 Ilmu kesehatan Anak. [ed.] Husein Alatas Rusepno hassan. jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran universitas Indonesia, 1997.
2. Achmadi, Umar Fahmi,
Sudjana, Primal and Sukowati,
Supratman. Upaya
Pengendalian DBD. Buletin jendela epidemiologi. Agustus 2010, Vol. 2.
3. Soedarto. Dasar-dasar virologi
kedokteran. jakarta : ECG, 1992. 4. Uji potensi ekstrak bunga
kenanga(cananga odorate) sebagai repellent terhadap nyamuk culex
sp. Sudjari, Prijadi, Bambang
and Austin, rifcka. 2007.
5. Uji efektivitas campuran ekstrak daun serai wangi (Andropogon nardus L.) Dan Minyak atsiri Bunga kenanga (cananga odorata) sebagai bahan aktif repellent terhadap nyamuk aedes aegypti L. Helmiyetti, Manaf, syafinaf
and Juliana. OKTOBER 02,
2009, jurnal ilmiah konservasi hayati, pp. 7-12.
6. Potensi minyak atsiri daun nilam(pogostemon cablin B),daun bababotan (ageratum conyzoide L),bunga kenanga(cananga odorata hook F & thoms) dan daun rosemarry (rosmarinus officinalis L) sebagai repelan terhadap nyamuk aedes aegypti L. Shinta. 2, june 2012, Media litbang kesehatan, Vol. 22.
7. Ekstraksi minyak kenanga (cananga odorata) untuk pembuatan skn lotion penolak seranggga. Sari and Supartono.
Semarang : s.n., April 2014, Jurnal MIPA Universitas Negeri
(20)
30
DAFTAR PUSTAKA
(2009, september 10). dipetik Oktober 10, 2014, dari Centers for Disease Control
and Prevention:
http://www.cdc.gov/dengue/entomologyEcology/m_lifecycle.html
Achmadi, U. F., Sudjana, P., & Sukowati, S. (2010, Agustus). Upaya Pengendalian DBD. Buletin jendela epidemiologi , 2.
Adifian, Ishak, H., & Ane, R. l. (2011). Kemampuan adaptasi nyamuk aedes aegypty dan aedes albopictus dalam berkembang biak berdasarkan jenis air. jurnal UNHAS Makassar .
Agusta, & Andria. (2000). Minyak atsiri tumbuhan tropika indonesia. Bandung: ITB.
Brown, H. W. (1979). Basic clinical parasitology (3 ed.). (h. s. bintari rukmono, Trans.) meredith corporation.
Soedarto. (1992). Dasar-dasar virologi kedokteran. jakarta: ECG.
Elevitch, H. I. (2006, April). (C. R. Elevitch, Ed.) Dipetik November 2, 2014, dari
Traditional Tree Initiative:
http://www.agroforestry.net/images/pdfs/Cananga-ylang-ylang.pdf
Farouk, & Husnil, H. (2004). Demam berdarah :pencegahan dan pemberantasannya ditinjau dari sudut kesehatan masyarakat. Jurnal kedokteran & kesehatan publikasi ilmiah fakultas kedokteran universitas sriwijaya , 912.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2014). Human physiology (2nd ed.). New York: Elsevier .
Hamzah, M. (2004). Bionomik Aedes Aegypti. jurnal kedokteran kesehatan , 896. Helmiyetti, Manaf, s., & H.S, j. (2009, OKTOBER 02). Uji efektivitas campuran ekstrak daun serai wangi (Andropogon nardus L.) Dan Minyak atsiri Bunga kenanga (cananga odorata) sebagai bahan aktif repellent terhadap nyamuk aedes aegypti L. jurnal ilmiah konservasi hayati , 7-12.
Kaufman, P. E. (2013, March ). University of Florida. Dipetik October 13, 2014, dari http://entomology.ifas.ufl.edu/creatures/aquatic/aedes_aegypti.htm
(21)
Latief, A., Napitulu, P. M., Pudjiadi, A., Ghazali, M. v., & Putra, S. T. (1997). Buku kuliah 2 Ilmu kesehatan Anak. (H. A. Rusepno hassan, Ed.) Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran universitas Indonesia. Mandal, B., Wilkins, E., E, M. D., & Mayon-White, R. (2006). Lecture notes
Penyakit infeksi (6 ed.). (d. surapsari, Trans.) Jakarta: Erlangga.
R.Hoedojo. (1990). Parasitologi kedokteran. Jakarta: Balai penerbit FKUI, Jakarta.
Raini, M. (2009). Toksikologi Insektisida Rumah Tangga Dan Pencegahan Keracunan. media penelitian dan dan pengembangan kesehatan , xix. Roxanne, Jonathan, & Days. (2009). Mosquito repellents. Florida Medical
Entomology labotary .
Shinta. (2012). Potensi minyak atsiri daun nilam(pogostemon cablin B),daun bababotan (ageratum conyzoide L),bunga kenanga(cananga odorata hook F & thoms) dan daun rosemarry (rosmarinus officinalis L) sebagai repelan terhadap nyamuk aedes aegypti L. Media litbang kesehatan , 22 (2). Soedarto. (1990). Entomologi kedokteran. Jakarta: ECG.
Soegijanto, S. (2002). Ilmu penyakit anak diagnosa & penatalaksanaan (1 ed.). Jakarta: Salemba medika.
Sudjari, Prijadi, B., & Austin, r. (2007). Uji potensi ekstrak bunga kenanga(cananga odorate) sebagai repellent terhadap nyamuk culex sp. Suhendro, L. N. (2007). Demam Berdarah Dengue dalam Buku Ajar Penyakit
Dalam (IV ed.). (B. s. Aru W .Sudoyo, Ed.) Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia .
Supartono. (2014, april). Ekstraksi minyak kenanga untuk pembuatan skin lotion penolak serangga. Jurnal MIPA .
T.H. Rampengan, I. L. (1997). Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : penerbit buku kedokteran ECG.
(22)
32
Zettel, C., & Kaufman, P. (2013, maret ). Dikutip Oktober 10, 2014, dari
University of Florida:
(1)
Alat :
1. Kotak kaca berukuran 80x10x10 cm sebagai tempat percobaan 2. Aspirator nyamuk
3. Gelas ukur
4. Kertas saring kasar 5. Pipet
6. Sumbat gabus
Bahan :
1. Minyak atsiri bunga kenanga dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%
2. Repellent nyamuk merek “S” yang mengandung DEET 12.5% 3. Larutan gula pasir
4. Alkohol 95% Cara Kerja :
1. Penelitian dilakukan pada siang hari,
2. Siapkan kotak kaca ukuran 80x10x10 cm dibagi dua dengan tinggi 8 cm yang diletakkan pada temperature 37oC. Salah
satu sisi kotak kaca diletakkan sekat kertas saring agar nyamuk disatu sisi tersebut .
3. Persiapan ekstrak bunga kenanga dengan konsentrasi 25%
4. Pisahkan nyamuk betina dengan nyamuk yang jantan. Lalu kotak kaca nyamuk tersebut masukan 30 ekor nyamuk Aedes sp. dewasa betina kedalam salah satu sisi kotak kaca.
5. Celupkan Kertas saring ke dalam minyak atsiri bunga kenanga 25% dan dimasukan ke dalam kotak kaca sisi lainnya. 6. Pengamatan dilakukan dalam
waktu 10 menit kemudian dicatat banyaknya nyamuk yang melewati kaca pembatas dan berada pada sisi yang terdapat kertas saring dengan minyak atsiri bunga kenanga. 7. Lakukan langkah yang sama 2
sampai 6 menggunakan minyak atsiri dengan kosentrasi 50 % dengan pengulangan 4 kali. 8. Lakukan langkah yang sama 2
sampai 6 menggunakan minyak atsiri dengan konsentrasi 75% dengan pengulangan 4 kali. 9. Lakukan langkah yang sama 2
sampai 6 menggunakan kontrol positif dengan pengulangan 4 kali.
10. Lakukan langkah yang sama 2 sampai 6 menggunakan kontrol negatif dengan pengulangan 4 kali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa semua konsentrasi minyak kenanga berefek sebagai repellent, efek yang paling baik adalah minyak kenanga konsentrasi 75 %.
Dari penelitian yang dilakukan, di peroleh data seperti tertera pada tabel sebagai berikut :
(2)
T
abel 4.1 Jumlah nyamuk yang tidak mendekati area perlakuan dengan berbagai konsentrasiPengulangan 25% 50% 75% DEET 12,5% Larutan
gula
1 5 5 2 4 20
2 0 4 4 2 17
3 3 2 2 0 15
4 4 0 0 0 20
5 2 0 0 0 25
Rerata 2,8 2,2 1,6 1,2 19,4
DISKUSI
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nyamuk yang tidak mendekati area perlakuan paling banyak terdapat pada perlakuan dengan DEET 12,5% dibandingkan dengan kelompok yang diberikan perlakuan dengan minyak atsiri (Cananga odorata).
Rata-rata nyamuk yang tidak mendekati daerah perlakuan terbanyak berturut-turut pada pengujian DEET 12,5% (96%), minyak atsiri bunga kenanga 75% (94%), 50% (92%), 25% (90%), dan larutan gula (35%). Hasil percobaan menunjukan perlakuan dengan konsentrasi 75 % paling mendekati kontrol positif.
Helmiyetti, Manaf, dan Juliana (2009) menyimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan daya repellent akan semakin besar, karena jumlah molekul minyak atsiri yang menguap akan lebih banyak, sehingga Jumlah molekul minyak atsiri yang terdeteksi antenna lebih besar, pada penelitian tersebut dibuat 6 campuran konsentrasi antara ekstrak daun serai dan minyak atsiri bunga kenanga. Dari hasil analisis, tampak ada perbedaan bermakna. Pada konsentrasi yang tinggi yaitu 28000 ppm memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mempengaruhi
hewan uji sebesar 81,25% dan konsentrasi yang rendah yaitu 8000 ppm mempengaruhi hewan uji 13,12% (5)
(Helmiyetti, Manaf, & Juliana, 2009).
Hal tersebut dimungkinkan karena
minyak atsiri bunga kenanga memiliki kadar linalool, geraniol dan eugenol yang tinggi, yang berefek sebagai repellent. Zat ini mempunyai aroma yang khas dan sangat tidak disukai oleh nyamuk
(4) (Sudjari, Prijadi, & Austin, 2007).
Hal diatas mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rifcka Austin dengan menggunakan konsentrasi 25%, !5%, 5% dari ekstrak bunga kenanga dan sebagai pembanding N,N-diethyl-meta-toluamide (DEET) 12,5 % namun dengan sampel nyamuk yang berbeda yaitu 100 nyamuk Culex sp. Hasil studi menunjukkan bahwa rerata tingkat efektifitas DEET sebagai repellent adalah 100%, lalu rerata tingkat efektifitas ekstrak bunga kenanga dengan konsentrasi 25% (82,37%), 15 % (66,13%), 5% (35,20%) keempat data tersebut dianalisa dengan Krusskall-Wallis, dan diperoleh terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi 15%, 5% dengan DEET dan tidak ada perbedaan signifikan antara konsentrasi 12,5 % dengan DEET pada jam ke-0 sehingga dapat disimpulkan bahwa bunga kenanga mempunyai potensi sebagai repellent terhadap nyamuk Culex sp. (4)
(3)
Hal diatas juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Shinta dengan menggunakan konsentrasi 5%, 20%, 35% dan 50%. Pada konsentrasi 20% daya repellent setelah 3,4,5 dan 6 jam pengolesan berturut-turut adalah 96,4%; 95,2%; 93,2% dan 91,2%. Hal ini menunjukan bahwa minyak atsiri bunga kenanga pada konsentrasi yang rendah (20%) dapat dikatakan sebagai repellent yang baik karena dapat menolak nyamuk selama 3 jam dengan daya repellent sebesar (96,4%) sehingga disimpulkan bahwa dengan konsentrasi minimal bunga kenanga mempunyai potensi yang dapat dikembangkan sebagai repellent (6) (Shinta, 2012).
Selain itu juga terdapat percobaan yang dilakukan oleh Sari dan Supartono (2014) menyimpulkan bahwa pada formula lotion dengan konsentrasi bunga kenanga 2,5 % memiliki daya repellent mencapai 90,58% dan dapat menolak nyamuk selama 6 jam. Hal ini dikarenakan terdapat senyawa seperti caryophyllene, linalol dan geraniol dalam minyak kenanga yang menghasilkan bau yang sangat menyengat dan tidak disukai serangga
(7) (Sari & Supartono, 2014) SIMPULAN
Minyak atsiri bunga kenanga (Cananga odorata) memiliki efek sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes sp. betina.
SARAN
1. Dilakukan percobaan untuk mencari kadar minimal yang efektif.
2. Penelitian menggunakan genus yang berbeda.
3. Penelitian vehikulum pengenceran yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief, Abdul, et al. Buku kuliah 2 Ilmu kesehatan Anak. [ed.] Husein Alatas Rusepno hassan. jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran universitas Indonesia, 1997. 2. Achmadi, Umar Fahmi,
Sudjana, Primal and Sukowati,
Supratman. Upaya
Pengendalian DBD. Buletin jendela epidemiologi. Agustus 2010, Vol. 2.
3. Soedarto. Dasar-dasar virologi kedokteran. jakarta : ECG, 1992. 4. Uji potensi ekstrak bunga
kenanga(cananga odorate) sebagai repellent terhadap nyamuk culex sp. Sudjari, Prijadi, Bambang and Austin, rifcka. 2007.
5. Uji efektivitas campuran ekstrak daun serai wangi (Andropogon nardus L.) Dan Minyak atsiri Bunga kenanga (cananga odorata) sebagai bahan aktif repellent terhadap nyamuk aedes aegypti L.
Helmiyetti, Manaf, syafinaf and Juliana. OKTOBER 02, 2009, jurnal ilmiah konservasi hayati, pp. 7-12.
6. Potensi minyak atsiri daun nilam(pogostemon cablin B),daun bababotan (ageratum conyzoide L),bunga kenanga(cananga odorata hook F & thoms) dan daun rosemarry (rosmarinus officinalis L) sebagai repelan terhadap nyamuk aedes aegypti L. Shinta. 2, june 2012, Media litbang kesehatan, Vol. 22.
7. Ekstraksi minyak kenanga (cananga odorata) untuk pembuatan skn lotion penolak seranggga. Sari and Supartono.
Semarang : s.n., April 2014, Jurnal MIPA Universitas Negeri Semarang, pp. 62-70.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
(2009, september 10). dipetik Oktober 10, 2014, dari Centers for Disease Control
and
Prevention:
http://www.cdc.gov/dengue/entomologyEcology/m_lifecycle.html
Achmadi, U. F., Sudjana, P., & Sukowati, S. (2010, Agustus). Upaya
Pengendalian DBD. Buletin jendela epidemiologi , 2.
Adifian, Ishak, H., & Ane, R. l. (2011). Kemampuan adaptasi nyamuk aedes
aegypty dan aedes albopictus dalam berkembang biak berdasarkan jenis air.
jurnal UNHAS Makassar .
Agusta, & Andria. (2000). Minyak atsiri tumbuhan tropika indonesia. Bandung:
ITB.
Brown, H. W. (1979). Basic clinical parasitology (3 ed.). (h. s. bintari rukmono,
Trans.) meredith corporation.
Soedarto. (1992). Dasar-dasar virologi kedokteran. jakarta: ECG.
Elevitch, H. I. (2006, April). (C. R. Elevitch, Ed.) Dipetik November 2, 2014, dari
Traditional
Tree
Initiative:
http://www.agroforestry.net/images/pdfs/Cananga-ylang-ylang.pdf
Farouk,
&
Husnil,
H.
(2004).
Demam
berdarah
:pencegahan
dan
pemberantasannya ditinjau dari sudut kesehatan masyarakat. Jurnal
kedokteran & kesehatan publikasi ilmiah fakultas kedokteran universitas
sriwijaya , 912.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2014). Human physiology (2nd ed.). New York:
Elsevier .
Hamzah, M. (2004). Bionomik Aedes Aegypti. jurnal kedokteran kesehatan , 896.
Helmiyetti, Manaf, s., & H.S, j. (2009, OKTOBER 02). Uji efektivitas campuran
ekstrak daun serai wangi (Andropogon nardus L.) Dan Minyak atsiri
Bunga kenanga (cananga odorata) sebagai bahan aktif repellent terhadap
nyamuk aedes aegypti L. jurnal ilmiah konservasi hayati , 7-12.
Kaufman, P. E. (2013, March ). University of Florida. Dipetik October 13, 2014,
dari http://entomology.ifas.ufl.edu/creatures/aquatic/aedes_aegypti.htm
(5)
Latief, A., Napitulu, P. M., Pudjiadi, A., Ghazali, M. v., & Putra, S. T. (1997).
Buku kuliah 2 Ilmu kesehatan Anak. (H. A. Rusepno hassan, Ed.) Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran universitas Indonesia.
Mandal, B., Wilkins, E., E, M. D., & Mayon-White, R. (2006). Lecture notes
Penyakit infeksi (6 ed.). (d. surapsari, Trans.) Jakarta: Erlangga.
R.Hoedojo. (1990). Parasitologi kedokteran. Jakarta: Balai penerbit FKUI,
Jakarta.
Raini, M. (2009). Toksikologi Insektisida Rumah Tangga Dan Pencegahan
Keracunan. media penelitian dan dan pengembangan kesehatan , xix.
Roxanne, Jonathan, & Days. (2009). Mosquito repellents. Florida Medical
Entomology labotary .
Shinta. (2012). Potensi minyak atsiri daun nilam(pogostemon cablin B),daun
bababotan (ageratum conyzoide L),bunga kenanga(cananga odorata hook
F & thoms) dan daun rosemarry (rosmarinus officinalis L) sebagai repelan
terhadap nyamuk aedes aegypti L. Media litbang kesehatan , 22 (2).
Soedarto. (1990). Entomologi kedokteran. Jakarta: ECG.
Soegijanto, S. (2002). Ilmu penyakit anak diagnosa & penatalaksanaan (1 ed.).
Jakarta: Salemba medika.
Sudjari, Prijadi, B., & Austin, r. (2007). Uji potensi ekstrak bunga
kenanga(cananga odorate) sebagai repellent terhadap nyamuk culex sp.
Suhendro, L. N. (2007). Demam Berdarah Dengue dalam Buku Ajar Penyakit
Dalam (IV ed.). (B. s. Aru W .Sudoyo, Ed.) Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia .
Supartono. (2014, april). Ekstraksi minyak kenanga untuk pembuatan skin lotion
penolak serangga. Jurnal MIPA .
T.H. Rampengan, I. L. (1997). Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta :
penerbit buku kedokteran ECG.
United States departement of agriculture . (2014, january 7). Dikutip july 9, 2014,
dari USDA : http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=caod
(6)