Karakterisasi Simplisia Dan Uji Aktivitas Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Bunga Tumbuhan Kenanga (Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) Pada Sediaan Lotion

(1)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS

ANTI NYAMUK DARI MINYAK ATSIRI

BUNGA TUMBUHAN KENANGA

(Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson)

PADA SEDIAAN LOTION

SKRIPSI

OLEH:

SRY RAHAYU EKA BARIYAH NIM: 071524069

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS

ANTI NYAMUK DARI MINYAK ATSIRI

BUNGA TUMBUHAN KENANGA

(Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson)

PADA SEDIAAN LOTION

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SRY RAHAYU EKA BARIYAH NIM: 071524069

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTI NYAMUK DARI MINYAK ATSIRI BUNGA TUMBUHAN KENANGA

(Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) PADA SEDIAAN LOTION

Oleh:

SRY RAHAYU EKA BARIYAH 071524069

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Juni 2010

Pembimbing I

Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. NIP 195109081985031002

Panitia Penguji,

Dra. Herawati Ginting, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001

Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. NIP 195109081985031002

Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt. NIP 194909051986012001 Pembimbing II

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001

Dekan Fakultas Farmasi USU

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi ini, serta sholawat beriring salam untuk Rasulullah Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul:

" Karakterisasi Simplisia Dan Uji Aktivitas Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Bunga Tumbuhan Kenanga (Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) Pada Sediaan Lotion”.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda A. Rahman, SH. dan Ibunda Ners. Hastuti,S. Kep yang tercinta, adinda Sry Dwi Gentariani, Faisal Borneo, Sry Rahmawati serta kepada semua keluarga atas perhatian, nasehat dan dorongan semangat serta dukungan doa yang tiada ternilai harganya.

Dengan segala ketulusan hati penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., dan Drs. Suryanto, M.Si., Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab selama melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang

telah memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dra. Nazliniwati, M.Si., Apt., sebagai Dosen wali yang telah banyak

membimbing penulis selama masa perkuliahan.

3. Ibu dan Bapak staf penguji yang telah memberikan petunjuk dan bimbingannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Panal Sitorus, M.Si., Apt., selaku Kepala Laboratorium Farmakognosi beserta seluruh staf yang telah mengizinkan penulis menggunakan fasilitas laboratorium selama penelitian.


(5)

5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan didikan dan bimbingan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Farmasi USU

6. Kepada teman-teman dan sahabatku serta rekan Farmasi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu menjadi teman berbagi suka duka, membantu dan memberi dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian dalam tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhirnya, harapan penulis semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010

Penulis,

Sry Rahayu Eka Bariyah


(6)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTI NYAMUK DARI MINYAK ATSIRI BUNGA TUMBUHAN KENANGA

(Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) PADA SEDIAAN LOTION

ABSTRAK

Cara menghindari nyamuk yang paling baik adalah dengan pemakaian anti nyamuk berbentuk lotion yang dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk. Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dengan komposisi yang berbeda – beda dan sifat kimia berbeda – beda. Bunga kenanga mengandung minyak atsiri, yang dikenal dengan nama minyak kenanga, yang mempunyai khasiat dan bau yang khas. Minyak atsiri pada bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya kandungan linalool, geraniol, dan eugenol. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah minyak bunga kenanga dapat diformulasikan dalam lotion yang stabil dan untuk mengetahui efektivitas minyak bunga kenanga sebagai anti nyamuk.

Penelitian yang dilakukan meliputi karakterisasi simplisia, isolasi minyak atsiri dengan cara destilasi air, pemeriksaan sediaan, dan uji aktivitas anti nyamuk

Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia bunga kenanga diperoleh kadar air 7,9 % kadar sari yang larut dalam air 12,15 %, kadar sari yang larut dalam etanol 16,59 %, kadar abu total 2,5 %, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,48 % dan penetapan kadar minyak atsiri dengan alat Stahl 2,48 %. Hasil penetapan indeks bias yaitu 1,4948 dan bobot jenis 0,9151.

Hasil pemeriksaan sediaan lotion yang mengandung minyak atsiri bunga kenanga mempunyai pH antara 7,03 sampai 7,13 dan tipe emulsi m/a, homogen, sifat aliran plastis, dan stabil pada suhu penyimpanan.

Lotion minyak atsiri bunga kenanga mempunyai efektivitas sebagai pengusir nyamuk pada konsentrasi 0,120%, dan 0,180%. Dari segi sediaan lotion minyak atsiri bunga kenanga mempunyai warna dan sifat fisik yang stabil.


(7)

CHARACTERIZATION SIMPLICIA ACTIVITY TEST OF REPELLENT MOSQUITO FROM VOLATILE OIL FLOWER OF CANANGA FLORA

(Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) IN LOTION

ABSTRACT

The best way to avoids masquito is use repellent masquito lotion that can protect a body of mosquito bite. Volatile oil represents the essential oil with the different composition with chemical physics different. Volatile oleaginous cananga flower, that recognized by the name of cananga oil, that have virtue and specific aroma. Cananga oil have ability refuses mosquito caused by content linalool, geraniol, and eugenol. Research purpose to know wether oil of cananga flower can formulated in stable lotion and to know effectivity of cananga oil as repellent mosquito.

Research that conducted cover characterization of simplicia, volatile oil insulation by water destillation, inspection formulate and activity test of repellent mosquito.

The examination result of cananga flower simplicia characteristics obtained water value 7.9 %; the water soluble extract value 12.15 %; the ethanol soluble extract value 16.59 %; the total ash value 2.5 %; the acid insoluble ash value 0.48 % and determination of volatile oil value by Stahl apparatus 2.48 %. The refractive index 1.4948 and specific gravity 0.9151.

The examination results of volatile oleaginous lotion have pH between 7.03 to 7.13 and emultion type were oil in water, homogeneous, characteristic of stream plastis, and stabilize at repository temperature.

Cananga oil lotion have effectivity as repellent masquito in concentration 0.120 and 0.180%. From the side cananga oil lotion have colour and pysical characteristic stable.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ………... i

HALAMAN PENGESAHAN ………...…... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ……… v

ABSTRACT ……….. vi

DAFTAR ISI ………..…... vii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xi

DAFTAR GAMBAR ……….... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR TABEL ………... xiv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1Latar Belakang ………... 1

1.2Perumusan Masalah ………. 3

1.3Hipotesis ……….. 3

1.4Tujuan Penelitian ………. 3

1.5Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tentang Nyamuk ... 5

2.1.1 Morfologi ... 5

2.1.2 Siklus Hidup Nyamuk ... 5


(9)

2.3 Uraian Tanaman ... 9

2.3.1 Habitat dan Daerah Tumbuh ………... 9

2.3.2 Taksonomi ... 10

2.3.3 Kandungan Kimia Tumbuhan ... 10

2.3.4 Khasiat Tumbuhan ... 12

2.4 Minyak Atsiri ... 13

2.4.1 Lokalisasi Minyak Atsiri ... 13

2.4.2 Aktivitas Biologi Minyak Atsiri dan Penggunaan ... 14

2.4.3 Komposisi Kimia Minyak Atsiri ... 14

2.5 Cara Isolasi Minyak Atsiri ……….. 15

2.5.1 Metode Penyulingan ... 15

2.5.2 Metode Pengepresan ... 16

2.5.3 Ekstraksi Dengan Pelarut Menguap ... 17

2.5.4 Ekstraksi Dengan Lemak Padat ... 17

2.6Lotion ……….. 17

BAB III METODE PENELITIAN …………...………... 19

3.1 Alat-Alat ... 19

3.2 Bahan-Bahan ………. 19

3.3 Penyiapan Sampel ………... 19

3.3.1 Pengambilan Sampel ... 19

3.3.2 Identifikasi Sampel ... 20


(10)

3.4 Pemeriksaan Karateristik Simplisia ... 20

3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik ... 20

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... 20

3.4.3 Penetapan Kadar Air ... 21

3.4.4 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air ... 21

3.4.5 Penetapan Kadar sari yang larut Dalam Etanol ... 22

3.4.6 Penetapan Kadar Abu Total ... 22

3.4.7 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Dalam Asam .. 22

3.4.8 Penetapan Kadar Minyak Atsiri ... 23

3.5 Isolasi Minyak Atsiri ... 23

3.6 Identifikasi Minyak Atsiri ... 23

3.6.1 Penetapan Parameter Fisika ... 23

3.6.1.1 Penentuan Indeks Bias ... 23

3.6.1.2 Penentuan Bobot Jenis ... 24

3.7 Formulasi Sedian Lotion ... 24

3.8 Pemeriksaan Sediaan ... 27

3.8.1 Penentuan pH Sediaan ... 27

3.8.2 Penentuan Tipe Emulsi ………..……….... 27

3.8.3 Penentuan Sifat Alir Sediaan ………... 27

3.8.4 Pengamatan Stabilitas Sediaan …... 28

3.8.5 Uji Daya Tolak Terhadap Nyamuk ………. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Identifikasi Tumbuhan ... 29


(11)

4.3 Identifikasi Minyak Atsiri ... 31

4.4 Pemeriksaan Sediaan ………. 32

4.4.1 Pengukuran pH Sediaan ... 32

4.4.2 Penentuan Tipe Emulsi ... 33

4.4.3 Penentuan Sifat Alir Sediaan ……… 33

4.4.4 Pengamatan Stabilitas Sediaan ………...……….. 35

4.4.5 Uji Daya Tolak Terhadap Nyamuk ... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

5.1Kesimpulan ……… 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 43

2. Morfologi Tanaman ... 44

3. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik ... 46

4. Gambar Alat ... 48

5Gambar Sediaan Lotion ... 52

6. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ... 53

7. Penentuan Bobot Jenis Minyak Atsiri ... 59

8 Penetapan Indeks Bias ... 60

9. Flowsheet Isolasi Minyak Bunga Kenanga ... 61


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Sruktur Linalool ... 10

2. Sruktur Eugenol ... 11

3. Sruktur Geraniol ... 12

4. Tanaman kenanga ( Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) ... 44

5.Bunga kenanga ( Canangae odoratae flos ) ... 44

6. Simplisiabunga kenanga ( Canangae odoratae flos ) ... 45

7. Serbuk simplisia bunga kenanga ( Canangae odoratae flos )... 45

8. Alat penetapan kadar air ... 48

9.Alat Stahl... 49

10.Alat Destilasi Air ... 49

11.Alat Refraktometer Abbe ...... 50

12. Alat Piknometer ... 50

13. Alat Viskometer Stromer ... 51

14. Kotak nyamuk ... 51


(14)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Data kemampuan lotion minyak atsiri bunga kenanga

terhadap gigitan nyamuk ... 37 2.Penentuan Sifat Alir Sediaan dengan Konsentrasi

Minyak Atsiri 0,060% ... 63 3. Penentuan Sifat Alir Sediaan dengan Konsentrasi

Minyak Atsiri 0,120% ... 65 4.Penentuan Sifat Alir Sediaan dengan Konsentrasi


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil karakterisasi simplisia ... 29

2. Hasil penentuan indeks bias dan bobot jenis minyak atsiri ... 31

3. Data pengukuran pH sediaan ... 32

4. Data penentuan sifat alir sediaan minyak atsiri bunga kenanga ... 34

5. Data pengamatan stabilitas sediaan minyak atsiri bunga kenanga ... 35

6. Data kemampuan sediaan lotion terhadap gigitan nyamuk ... 36

7. Data Proteksi sediaan lotion terhadap gigitan nyamuk ... 38

8.Data penentuan sifat alir sediaan dengan konsentrasi minyak atsiri 0,060% ... 62

9. Data penentuan sifat alir sediaan dengan konsentrasi minyak atsiri 0,120% ... 64

10. Data penentuan sifat alir sediaan dengan konsentrasi minyak atsiri 0,180% ... 66


(16)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTI NYAMUK DARI MINYAK ATSIRI BUNGA TUMBUHAN KENANGA

(Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) PADA SEDIAAN LOTION

ABSTRAK

Cara menghindari nyamuk yang paling baik adalah dengan pemakaian anti nyamuk berbentuk lotion yang dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk. Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dengan komposisi yang berbeda – beda dan sifat kimia berbeda – beda. Bunga kenanga mengandung minyak atsiri, yang dikenal dengan nama minyak kenanga, yang mempunyai khasiat dan bau yang khas. Minyak atsiri pada bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya kandungan linalool, geraniol, dan eugenol. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah minyak bunga kenanga dapat diformulasikan dalam lotion yang stabil dan untuk mengetahui efektivitas minyak bunga kenanga sebagai anti nyamuk.

Penelitian yang dilakukan meliputi karakterisasi simplisia, isolasi minyak atsiri dengan cara destilasi air, pemeriksaan sediaan, dan uji aktivitas anti nyamuk

Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia bunga kenanga diperoleh kadar air 7,9 % kadar sari yang larut dalam air 12,15 %, kadar sari yang larut dalam etanol 16,59 %, kadar abu total 2,5 %, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,48 % dan penetapan kadar minyak atsiri dengan alat Stahl 2,48 %. Hasil penetapan indeks bias yaitu 1,4948 dan bobot jenis 0,9151.

Hasil pemeriksaan sediaan lotion yang mengandung minyak atsiri bunga kenanga mempunyai pH antara 7,03 sampai 7,13 dan tipe emulsi m/a, homogen, sifat aliran plastis, dan stabil pada suhu penyimpanan.

Lotion minyak atsiri bunga kenanga mempunyai efektivitas sebagai pengusir nyamuk pada konsentrasi 0,120%, dan 0,180%. Dari segi sediaan lotion minyak atsiri bunga kenanga mempunyai warna dan sifat fisik yang stabil.


(17)

CHARACTERIZATION SIMPLICIA ACTIVITY TEST OF REPELLENT MOSQUITO FROM VOLATILE OIL FLOWER OF CANANGA FLORA

(Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) IN LOTION

ABSTRACT

The best way to avoids masquito is use repellent masquito lotion that can protect a body of mosquito bite. Volatile oil represents the essential oil with the different composition with chemical physics different. Volatile oleaginous cananga flower, that recognized by the name of cananga oil, that have virtue and specific aroma. Cananga oil have ability refuses mosquito caused by content linalool, geraniol, and eugenol. Research purpose to know wether oil of cananga flower can formulated in stable lotion and to know effectivity of cananga oil as repellent mosquito.

Research that conducted cover characterization of simplicia, volatile oil insulation by water destillation, inspection formulate and activity test of repellent mosquito.

The examination result of cananga flower simplicia characteristics obtained water value 7.9 %; the water soluble extract value 12.15 %; the ethanol soluble extract value 16.59 %; the total ash value 2.5 %; the acid insoluble ash value 0.48 % and determination of volatile oil value by Stahl apparatus 2.48 %. The refractive index 1.4948 and specific gravity 0.9151.

The examination results of volatile oleaginous lotion have pH between 7.03 to 7.13 and emultion type were oil in water, homogeneous, characteristic of stream plastis, and stabilize at repository temperature.

Cananga oil lotion have effectivity as repellent masquito in concentration 0.120 and 0.180%. From the side cananga oil lotion have colour and pysical characteristic stable.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lebih dari 50 % fauna yang menghuni muka bumi adalah serangga. Selama ini kehadiran beberapa jenis serangga telah mendatangkan manfaat bagi manusia, misalnya lebah madu, ulat sutera, dan serangga penyerbuk. Meskipun demikian, tidak sedikit serangga yang justru membawa kerugian bagi kehidupan manusia, misalnya serangga perusak tanaman dan nyamuk. Pada kelompok serangga nyamuk lebih berbahaya bagi kesehatan manusia dibandingkan dengan jenis serangga lainnya (Kardinan, 2004).

Produk antinyamuk sering dianggap bahan kimia yang aman bagi manusia. Sekarang ini agar terkesan aman, banyak produk obat antinyamuk yang diberi tambahan pewangi. Padahal, kalau cara pemakaiannya tak benar dan digunakan berlebihan, obat anti nyamuk ini bisa membahayakan kesehatan (Anonima, 2007).

Dokter dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta yang aktif dalam Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia, Marius Widjajarta, mengatakan, produk antinyamuk lotion / oles tak kalah berbahaya dibandingkan dengan antinyamuk semprot atau bakar. Lotion penolak nyamuk menggunakan bahan kimia aktif (Deet) yang mudah terserap kulit. Deet juga bersifat korosif sehingga bisa menyebabkan iritasi kulit. Jangankan kulit, Deet juga bisa mengikis plastik PVC. Apalagi, sekarang ini banyak lotion penolak nyamuk yang justru diproduksi dengan embel-embel khusus untuk anak-anak. Dengan aroma wangi buah-buahan, seperti jeruk atau stroberi, lotion penolak nyamuk ini rentan dijilat oleh


(19)

anak-anak, terutama anak balita. Belum lagi jika anak mengusap-usap matanya dengan tangan yang sudah terpapar lotion penolak nyamuk (Anonima, 2007).

Cara menghindari nyamuk yang paling baik adalah dengan pemakaian anti nyamuk berbentuk lotion, krim, ataupun pakaian yang dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk (Kardinan, 2007).

Berbagai jenis tanaman hias ternyata juga mampu menjadi penolak serangga, bisa menjadi antinyamuk oles alami, sebagai insektisida alami pembasmi nyamuk. Zaman dulu orang memakai cara tradisional untuk mengusir nyamuk yaitu dengan membakar bunga kluih dan kulit langsat. Asapnya akan meracuni nyamuk (Anonimb, 2008).

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas maka perlu dicari alternatif lain untuk mengendalikan vektor penyakit tersebut dengan suatu metode yang lebih ramah lingkungan. Salah satu cara yang lebih ramah lingkungan adalah memanfaatkan tanaman antinyamuk. Tanaman merupakan sumber komponen kimia yang sangat kompleks. Manfaat setiap komponennya belum terungkap semua dan masih perlu digali (Kardinan, 2004).

Minyak atsiri yang juga disebut minyak eteris merupakan minyak yang mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda (Guenther, 1987).

Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai bidang industri, antara lain dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo, lotion dan parfum), dalam industri makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa, dalam industri farmasi atau obat – obatan (antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri), dalam industri bahan pengawet, juga


(20)

digunakan sebagai insektisida. Oleh karena itu, tidak heran jika minyak atsiri banyak diburu oleh berbagai negara (Lutony dan Rahmayati, 2002).

Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas minyak atsiri bunga kenanga sebagai anti nyamuk yang diformulasikan dalam bentuk sediaan krim cair.

1.2Perumusan Masalah

1. Apakah karakterisasi simplisia dari bunga kenanga perlu dilakukan?

2. Apakah minyak bunga kenanga dapat diformulasikan dalam lotion yang stabil?

3. Apakah lotion minyak bunga kenanga mempunyai efek sebagai anti nyamuk?

1.3Hipotesis

1. Karakterisasi simplisia bunga kenanga belum ada pada literatur, maka karakterisasi bunga kenanga perlu dilakukan.

2. Minyak bunga kenanga dapat diformulasikan dalam lotion yang stabil. 3. Lotion minyak bunga kenanga mempunyai efek sebagai anti nyamuk.

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh informasi mengenai karakterisasi simplisia dari bunga kenanga yang merupakan bagian dari standarisasi simplisia.

2. Untuk mengetahui minyak bunga kenanga dapat diformulasikan dalam lotion yang stabil.


(21)

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian akan diperoleh sediaan lotion minyak bunga kenanga yang diharapkan akan dapat digunakan oleh masyarakat untuk mencegah dari gigitan nyamuk.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tentang Nyamuk

2.1.1 Morfologi

Nyamuk adalah golongan serangga yang termasuk suku Culicidae, ordo Diptera yang berbentuk langsing, baik tubuhnya, sayap maupun proboscisnya.

Proboscis adalah alat untuk menusuk dan mengisap cairan makanan atau darah. Nyamuk tersebar luas di seluruh dunia mulai dari daerah kutub sampai daerah tropis, dapat dijumpai 5.000 m di atas permukaan laut sampai kedalaman 1.500 m di bawah permukaan tanah di daerah pertambangan. Nyamuk dewasa hidup di udara, telur diletakkan di air sedangkan larva dan pupa hidup di dalam air

(aquatic). Tempat berkembang biak (Breeding place) adalah air yang sangat bervariasi jenisnya (Levine, 1994).

2.1.2 Siklus Hidup Nyamuk

Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) dengan 4 tahap yaitu dari telur, larva (jentik), pupa hingga imago (dewasa). Selama bertelur, seekor nyamuk betina mampu meletakkan 100-400 butir telur. Biasanya telur tersebut diletakkan di bagian yang berdekatan dengan permukaan air dan tidak berhubungan langsung dengan tanah (Kardinan, 2004).

Telur menetas menjadi larva (jentik) setelah tujuh hari. Di dalam air jentik menjadi sangat aktif, yakni membuat gerakan ke atas dan ke bawah jika air teguncang. Namun, jika sedang istirahat, jentik akan diam dan tubuhnya membentuk sudut terhadap permukaan air. Jentik akan mengalami empat kali proses pergantian kulit (instar). Proses ini menghabiskan waktu 7-9 hari. Setelah


(23)

itu, jentik berubah menjadi pupa. Bentuk pupa bengkok dan kepalanya besar. Pupa bernafas melalui rongga dada. Fase pupa membutuhkan waktu 2-5 hari. Selama fase ini, pupa tidak makan. Setelah melewati fase ini, pupa berubah menjadi nyamuk yang dapat terbang dan ke luar dari air. Nyamuk desawa jantan umumnya dapat bertahan hidup selama 6 sampai 7 hari, sedangkan yang betina dapat mencapai 2 minggu (Kardinan, 2004).

Nyamuk jantan hidup dari madu dan cairan tumbuh-tumbuhan, tetapi kebanyakan yang betina menghisap darah agar memperoleh zat makanan konsentrat yang diperlukan untuk pembentukan telur. Nyamuk dewasa mampu hidup beberapa minggu (dan banyak jenis nyamuk mampu melewati musim dingin), tetapi kebanyakan mati dalam beberapa hari (Levine, 1994).

2.2 Insektisida

Insektisida adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk memberantas serangga. Berdasarkan atas stadium serangga yang dibunuhnya, maka insektisida dibagi menjadi imagosida yang ditujukan pada serangga dewasa, larvasida yang ditujukan kepada larva serangga dan ovosida yang ditujukan untuk membunuh telurnya (Soedarto, 1990).

Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya (tanaman) dan dengan langsung meracuni serangga tersebut.

Menurut cara masuknya insektisida ke dalam tubuh serangga dibedakan menjadi 3 kelompok sebagai berikut:


(24)

a. Racun Lambung

Racun lambung adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan. Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida. Beberapa tempat sasaran itu seperti: menuju ke pusat syaraf serangga, menuju ke organ-organ respirasi, meracuni sel-sel lambung dan sebagainya. Dalam hal ini serangga harus memakan tanaman yang sudah disemprot insektisida yang mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk membunuh.

b. Racun Kontak

Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh (trachea) atau langsung mengenai mulut serangga. Serangga akan mati apabila bersinggungan langsung (kontak) dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun lambung.

c. Racun Pernafasan

Racun pernafasan adalah insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair (Munaf, 1997).

Berdasarkan cara kerjanya, insektisida dapat dibedakan atas: a. Insektisida golongan Antikolinesterase


(25)

Golongan ini terdiri dari:

1. Organofosfat seperti Parathion, Malathion, Systox, HETP, Diazinon, Diklorvos, dan lain-lain.

2. Golongan Karbamat seperti Carbaryl Aldicarb, Propoxur, Zectran, Metacil, dan lain-lain.

b. Insektisida golongan Organoklorin Golongan ini terdiri dari:

1. Derivat kloroethana seperti DDT

2. Siklodenia seperti Chlordane, Aldrin, Dieldrin dan lain-lain 3. Klorosikloheksan seperti Lindan

Insektisida sintesis tersebut walaupun mempunyai manfaat yang cukup besar pada masyarakat, namun dapat pula memberikan dampak negatif pada manusia dan lingkungan. Pada manusia dapat menimbulkan keracunan yang dapat mengancam jiwa manusia atau menimbulkan penyakit atau cacat. DDT dan organoklorin yang lain juga dapat berlaku sebagai agen kanker dan penyebab penyakit kardiovaskular yang dapat menimbulkan kematian. Sedangkan Parathion dapat menyebakan asma bronchial. Insektisida sintetis mempunyai dampak yang tidak baik bagi lingkungan karena membutuhkan waktu yang lama untuk bisa didegradasi. Salah satu bentuk pengaruh insektisida terhadap lingkungan berupa peningkatan suhu udara (Munaf, 1997).

Insektisida alami merupakan senyawa yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Insektisida alami mudah dibuat dan diformulasi dengan cara yang relatif sederhana dan bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya


(26)

mudah hilang. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas maka perlu dicari alternatif lain untuk mengendalikan vektor penyakit tersebut dengan suatu metode yang lebih ramah lingkungan. Salah satu cara yang lebih ramah lingkungan adalah memanfaatkan tanaman anti nyamuk. (Kardinan, 2004).

2.3 Uraian Tanaman

2.3.1 Habitat dan Daerah Tumbuh

Kenanga (Canangium odoratum) adalah tumbuhan berbatang besar sampai diameter 0,1-0,7 meter dengan usia puluhan tahun. Tumbuhan kenanga mempunyai batang yang getas (mudah patah) pada waktu mudanya. Tinggi pohon ini dapat mencapai 5-20 meter. Bunga kenanga akan muncul pada batang pohon atau ranting bagian atas pohon dengan susunan bunga yang spesifik. Sebuah bunga kenanga terdiri dari 6 lembar daun dengan mahkota berwarna kuning serta dilengkapi 3 lembar daun berwarna hijau. Susunan bunga tersebut majemuk dengan garpu-garpu. Bunga kenanga beraroma harum dan khas. Di pedesaan, kenanga sering dipelihara untuk dipetik bunganya. Tumbuhan liar yang kini mulai jarang ini mudah tumbuh di daerah dataran rendah mulai ketinggian 25-1000 meter di atas permukaan laut (Kardinan, 2005)

Beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian agar bisa dihasilkan minyak kenanga yang bermutu baik.

a. Bunga kenanga yang yang baik dan tepat untuk dipanen adalah bunga yang warnanya sudah mulai kuning atau kuning benar.

b. Pemetikkan bunga kenanga diusahakan pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit. Pemetikkan bunga pada suhu rendah (pagi), berarti belum banyak minyak yang menguap (Lutony dan Rahmayati, 2002).


(27)

2.3.2 Taksonomi (Depkes RI, 2000) Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Anak Kelas : Dialypetalae Bangsa : Ranunculales

Famili : Annonaceae Marga : Cananga Spesies : Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson.

2.3.3 Kandungan Kimia Tumbuhan

Bunga kenanga mengandung saponin, flavonoida, poilifenol dan minyak atsiri (Depkes RI, 2000).

Minyak atsiri, yang dikenal dengan nama minyak kenanga, yang mempunyai khasiat dan bau yang khas. Hasil penelitian mereka menunjukkan, ekstrak bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya kandungan linalool, geraniol, dan eugenol (Anonimb, 2008).

a. Linalool

Gambar 1. Sruktur Linalool

Linalool adalah racun kontak yang meningkatkan aktivitas saraf sensorik pada serangga, lebih-besar menyebabkan stimulasi saraf motor yang


(28)

menyebabkan kejang dan kelumpuhan beberapa serangga, seperti kutu dewasa. Zat ini dapat ditemukan juga di minyak cengkeh, minyak jeruk (Nurdjannah, 2004).

b. Eugenol

Gambar 2. Sruktur Eugenol

Eugenol merupakan cairan tak berwarna atau kuning pucat, bila kena cahaya matahari berubah menjadi coklat kehitaman, dan berbau spesifik. Sumber alaminya dari minyak cengkeh. Terdapat pula pada pala, kulit manis, dan salam. Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada pelarut organik (Nurdjannah, 2004).

Aromanya menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh kering, sehingga sering menjadi komponen untuk menyegarkan mulut. Komponen eugenol dalam jumlah besar (70-80%) yang mempunyai sifat sebagai stimulan, anestetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik dan antispasmodik. Sebagai insektisida eugenol pada konsenterasi 10% dapat menyebabkan tidak menghasilkan keturunan. Selain rasanya hangat, juga bersifat antiseptik dan yang paling penting dapat terhindar dari gangguan nyamuk, meskipun mekanisme yang pasti dari proses ini belum diketahui (Kardinan, 2007).


(29)

c. Geraniol

Gambar 3. Sruktur Geraniol

Geraniol berupa cairan berwarna kuning pucat, terdapat di minyak mawar, minyak palmarosa, minyak serai. Kandungan minyak tanaman sereh wangi meliputi geraniol dalam minyak sebesar 44,01%-51% dan citronella sebesar 0.5-1,3%. Bahan-bahan ini kemungkinan merupakan sisa metabolisme tumbuh- tumbuhan dan digunakan untuk menjalankan peran ganda, seperti menarik serangga atau mengusir serangga. Senyawa-senyawa tersebut diduga mempunyai daya tarik terhadap lalat buah tetapi aplikasi cairan ini ternyata tidak mematikan lalat buah sehingga dalam perangkap masih perlu ditambahkan larutan deterjen (Sudarmo, 1991).

Geraniol dapat mengakibatkan kematian 65% pada larva ulat kubis diduga geraniol diduga bersifat racun lambung, karena pada hari pertama terjadi kontak belum memperlihatkan gejala keracunan, tetapi setelah larva-larva tersebut makan sehingga mengakibatkan gejala keracunan bagi larva tersebut (Thamrin, 2008).

2.3.4 Khasiat Tumbuhan

Bunga Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson. Berkhasiat sebagai obat nyeri haid, disamping itu bunganya untuk bahan kosmetik. Untuk obat nyeri haid dipakai 15 gram bunga segar Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson, diseduh dengan 1 gelas air matang panas, setelah dingin airnya diminum sekaligus (Depkes RI, 2000).


(30)

Hasil penelitian menunjukkan, ketika mengoleskan ekstrak bunga kenanga pada marmut, maka minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak bunga kenanga meresap ke pori-pori lalu menguap ke udara. Bau ini akan terdeteksi oleh reseptor kimia (chemoreceptor) yang terdapat pada tubuh nyamuk dan menuju ke impuls saraf. Itulah yang kemudian diterjemahkan ke dalam otak sehingga nyamuk akan mengekspresikan untuk menghindar tanpa mengisap darah marmut lagi (Nugraheni, 2009).

Ketika panen, dan diangkut dalam mobil atau terlalu lama disimpan dalam ruangan dapat mengakibatkan pening dan mual. Perasaan pening dan mual ini kemungkinan terhirupnya akumulasi senyawa eugenol, linalool, geraniol yang bersifat menguap. Hal inilah yang menyebabkan nyamuk enggan mendekati tanaman kenanga (Kardinan, 2007).

2.4 Minyak Atsiri

Minyak atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985).

2.4.1 Lokalisasi Minyak Atsiri

Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti di dalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili Piperaceae), di dalam saluran minyak yang disebut vittae (famili Umbellliferae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae), terkandung di dalam semua jaringan (pada famili Coniferae), pada


(31)

kayu manis (Lauraceae) banyak ditemui di kulit batang (korteks) (Gunawan dan Mulyani, 2004).

2.4.2 Aktivitas Biologi Minyak Atsiri dan Penggunaan

Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman (Ketaren, 1985).

Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavoring agent) dalam industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985).

2.4.3 Komposisi Kimia Minyak Atsiri

Minyak atsiri terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia dengan sifat fisika dan kimia yang juga berbeda. Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen, metode ekstraksi yang digunakan, cara penyimpanan minyak dan jenis tanaman penghasil.

Minyak atsiri biasanya tersusun dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu: 1) Hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen dan 2) Hidrokarbon teroksigenasi.

a. Golongan hidrokarbon

Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon (C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri


(32)

sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren) dan diterpen (4 unit isopren)

b. Golongan hidrokarbon teroksigenasi

Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter dan fenol. Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua.

Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam alkohol encer dan jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena umumnya aroma yang lebih wangi (Ketaren, 1985).

2.5 Cara Isolasi Minyak Atsiri

Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) penyulingan (distillation), 2) pengepresan (pressing), 3) ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent extraction), 4) ekstraksi dengan lemak.

2.5.1 Metode Penyulingan

a. Penyulingan dengan air

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri


(33)

khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan langsung.

Penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang diperoleh.

b. Penyulingan dengan uap

Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air penghasil uap dan bahan yang akan disuling berada pada ketel yang berbeda. Uap yang digunakan berupa uap jenuh.

c. Penyulingan dengan air dan uap

Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas rak-rak atau saringan. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Lutony dan Rahmayati, 2000).

2.5.2 Metode Pengepresan

Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke


(34)

permukaan bahan. Contohnya minyak atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini (Ketaren, 1985).

2.5.3 Ekstraksi Dengan Pelarut Menguap

Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga misalnya bunga cempaka, melati, mawar dan kena (Ketaren, 1985).

2.5.4 Ekstraksi Dengan Lemak Padat

Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi (Ketaren, 1985).

2.7 Lotion

Lotion adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar, dapat berupa suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pesuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang cocok. Pada penyimpanan mungkin terjadi pemisahan. Dapat

ditambahkan zat warna, zat pengawet dan zat pewangi yang cocok (Ditjen POM, 1979).

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%) (Syamsuni, 2006).


(35)

Krim ada dua tipe yaitu:

1. Krim tipe minyak dalam air (M/A) 2. Krim tipe air dalam minyak (A/M)

Tingginya kandungan air (>60%) dapat memudahkan tumbuhnya mikroba didalam sediaan. Hal ini dapat dihindari melalui penambahan bahan pengawet. Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12 - 0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02 – 0,05% (Anief, 2005).

Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan nonionik.

Trietanolamin stearat yang dikombinasikan dengan setil alkohol merupakan contoh pengemulsi campuran untuk emulsi m/a (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1994).

Dasar emulsi hidrofil melalui penambahan air akan membentuk tipe emulsi m/a.

Menurut Voight (1995), Keuntungan dari tipe emulsi ini adalah: a. Mampu menyebar dengan baik pada kulit.

b. Memberi efek dingin terhadap kulit. c. Bersifat lembut


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian meliputi penyiapan sampel, pemeriksaan karakteristik simplisia, isolasi minyak atsiri, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, dan uji antinyamuk dari sediaan krim cair.

3.1 Alat - Alat

Neraca analitik (Mettler Toledo), neraca kasar, Viskometer Stromer (Stromer Scientific), seperangkat alat Stahl, seperangkat alat destilasi air (Water Destillation), Refraktometer Abbe, alat piknometer, lumpang porselin, stamper, alat-alat gelas, penangas air, pH meter (Hanna), stopwatch, mikroskop, objek glass, deck glass, kotak untuk pengujian anti nyamuk.

3.2 Bahan - Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga tumbuhan kenanga (Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson), toluen, air suling, setil alkohol, asam stearat, adeps lanae, gliserin, metil paraben, trietanolamin, natrium sulfat anhidrat, sudan III, kloralhidrat.

3.3 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengambilan sampel, identifikasi sampel dan pengolahan sampel.

3.3.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu diambil dari satu daerah saja tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama di daerah lain.


(37)

Bahan diperoleh dari jl. Sukmo Desa Kolam Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

3.3.2 Identifikasi Sampel

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor

3.3.3Pengolahan Sampel

Bagian yang digunakan adalah bunga kenanga. Pengolahan bunga kenanga dilakukan dengan cara bunga kenanga yang masih segar dibersihkan dari kotoran yang melekat kemudian dicuci dengan air bersih, ditiriskan dan dikeringkan di lemari pengering dengan suhu 40 – 50oC sampai simplisia rapuh kemudian ditimbang.

Beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian agar bisa dihasilkan minyak kenanga yang bermutu baik.

c. Bunga kenanga yang yang baik dan tepat untuk dipanen adalah bunga yang warnanya sudah mulai kuning atau kuning benar.

d. Pemetikkan bunga kenanga diusahakan pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit. Pemetikkan bunga pada suhu rendah (pagi), berarti belum banyak minyak yang menguap (Lutony dan Rahmayati, 2002).

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia 3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk luar dari simplisia bunga kenanga.

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia. Serbuk simplisia ditaburkan di atas kaca objek, lalu diteteskan kloralhidrat dan ditutup


(38)

dengan kaca penutup, kemudian diamati di bawah mikroskop. Pemeriksaan minyak atsiri dilakukan terhadap simplisia dengan menggunakan sudan III, diamati dibawah mikroskop.

3.4.3 Penetapan Kadar Air

Sebanyak 200 ml toluen dimasukkan ke dalam labu alas bulat, lalu ditambahkan 2 ml air suling, kemudian alat dipasang dan dilakukan destilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama ± 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.

Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati – hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes per detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes per detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kadar air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1992).

3.4.4 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air – kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang rata yang telah dipanaskan


(39)

dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).

3.4.5 Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Etanol

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 95 % dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 95% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).

3.4.6 Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan – lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 500 – 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).

3.4.7 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Dalam Asam

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring dan dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara (Depkes RI, 1995).


(40)

3.4.8 Penetapan Kadar Minyak Atsiri

Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan menggunakan alat Stahl. Caranya: sebanyak 15 g bunga kenanga dimasukkan ke dalam labu alas bulat berleher pendek, lalu ditambahkan air suling sebanyak 300 ml. Labu diletakkan di atas pemanas listrik, lalu dihubungkan dengan pendingin dan alat penampung berskala. Buret diisi penuh dengan air, selanjutnya dilakukan destilasi hingga selesai, biarkan selama tidak kurang 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak minyak atsiri dalam % v/b (Depkes RI, 1995).

3.5 Isolasi Minyak Atsiri

Isolasi minyak atsiri dilakukan dengan metode penyulingan air (water destillation), penyulingan dilakukan dengan menggunakan alat destilasi air.

Caranya: sebanyak 200 g sampel dimasukkan dalam labu alas bulat berleher panjang 2 l yang telah dirangkai dalam perangkat alat destilasi air. Destilasi dilakukan selama 5-6 jam. Minyak atsiri yang diperoleh ditampung dalam corong pisah lalu dipisahkan antara minyak dengan air. Kemudian minyak atsiri yang diperoleh ditambahkan natrium sulfat anhidrat, dikocok dan didiamkan selama 12 jam. Minyak atsiri dipipet dan disimpan dalam botol berwarna gelap.

3.6 Identifikasi Minyak Atsiri 3.6.1 Penetapan Parameter Fisika 3.6.1.1 Penentuan Indeks Bias

Penentuan indeks bias dilakukan menggunakan alat Refraktometer Abbe. Caranya: Alat Refraktometer Abbe dihidupkan. Prisma atas dan prisma bawah dipisahkan dengan membuka klem dan dibersihkan dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol. Cuplikan minyak diteteskan ke prisma bawah


(41)

lalu ditutup. Melalui teleskop dapat dilihat adanya bidang terang dan bidang gelap lalu skrup pemutar prisma diputar sedemikian rupa, sehingga bidang terang dan gelap terbagi atas dua bagian yang sama secara vertikal. Dengan melihat skala dapat dibaca indeks biasnya.

3.6.1.2 Penentuan Bobot Jenis

Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan alat Piknometer. Caranya: Piknometer kosong ditimbang dengan seksama, lalu diisi dengan air suling dan ditimbang. Kemudian piknometer dikosongkan dan dibilas beberapa kali dengan alkohol dan dikeringkan dengan bantuan hair dryer. Piknometer diisi dengan minyak selanjutnya dilakukan seperti pengerjaan pada air suling. Hasil bobot minyak atsiri diperoleh dengan mengurangkan bobot piknometer yang diisi minyak atsiri dengan bobot piknometer kosong. Bobot jenis minyak atsiri adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot minyak atsiri dengan bobot air suling dalam piknometer (Depkes RI, 1995).

3.7Formulasi Sediaan Lotion

Sediaan lotion dari bunga kenanga dibuat dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan minyak atsiri bunga kenanga sebanyak 0,060 ml, 0,120 ml, 0,180 ml dengan dasar vanishing cream.

A. Formulasi lotion minyak bunga kenanga 0,060 %

Setil alkohol 0,050

Asam stearat 3

Lanolin 1

Gliserin 2


(42)

Trietanolamin 0,75 Minyak bunga kenanga 0,060 ml

Aquadest 92,59

Cara pembuatan: Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Setil alkohol, asam stearat, lanolin dimasukkan dalam cawan porselin disebut dengan bagian I, dilebur di atas penangas air hingga suhu 75oC, Gliserin, TEA, metil paraben dilarutkan dalam ±60 ml aquadest panas (bagian II). Kemudian dimasukkan bagian I ke dalam lumpang porselin panas, lalu ditambahkan bagian II dengan pengadukan yang konstan, diaduk sampai homogen. Ditambahkan sisa aquadest, selanjutnya dimasukkan minyak bunga kenanga sebanyak 0,060 ml dan dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai.

B. Formulasi lotion minyak bunga kenanga 0,120 %

Setil alkohol 0,050

Asam stearat 3

Lanolin 1

Gliserin 2

Metil paraben 0,10

Trietanolamin 0,75

Minyak bunga kenanga 0,120 ml

Aquadest 92,53

Cara pembuatan: Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Setil alkohol, asam stearat, lanolin dimasukkan dalam cawan porselin disebut dengan bagian I, dilebur di atas penangas air hingga suhu 75oC, Gliserin, TEA, metil paraben dilarutkan dalam ±60 ml aquadest panas (bagian II). Kemudian dimasukkan bagian I ke


(43)

dalam lumpang porselin panas, lalu ditambahkan bagian II dengan pengadukan yang konstan, diaduk sampai homogen. Ditambahkan sisa aquadest, selanjutnya dimasukkan minyak bunga kenanga sebanyak 0,120 ml dan dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai.

C. Formulasi lotion minyak bunga kenanga 0,180 %

Setil alkohol 0,050

Asam stearat 3

Lanolin 1

Gliserin 2

Metil paraben 0,10

Trietanolamin 0,75

Minyak bunga kenanga 0,180 ml

Aquadest 92,47

Cara pembuatan: Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Setil alkohol, asam stearat, lanolin dimasukkan dalam cawan porselin disebut dengan bagian I, dilebur di atas penangas air hingga suhu 75oC, Gliserin, TEA, metil paraben dilarutkan dalam ±60 ml aquadest panas (bagian II). Kemudian dimasukkan bagian I ke dalam lumpang porselin panas, lalu ditambahkan bagian II dengan pengadukan yang konstan, diaduk sampai homogen. Ditambahkan sisa aquadest, selanjutnya dimasukkan minyak bunga kenanga sebanyak 0,180 ml dan dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai.


(44)

3.8 Pemeriksaan Sediaan 3.8.6 Penentuan pH Sediaan

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral (pH 7,01) dan larutan pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquadest, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dengan konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan.

3.8.2 Penentuan Tipe Emulsi

Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran, yaitu sejumlah tertentu sediaan diencerkan dengan aquadest. Jika emulsi tersebut bercampur sempurna dengan air, maka emulsi tersebut bertipe minyak dalam air dan bila tidak bercampur sempurna dengan air, maka emulsi tersebut bertipe air dalam minyak (Martin, 1993).

3.8.3 Penentuan Sifat Alir Sediaan

Sistem yang diuji ditempatkan dalam ruang antara mangkuk dan rotor. Sebuah beban ditempatkan pada penggantungnya dan waktu yang dibutuhkan oleh rotor untuk berputar 100 kali dicatat. Data ini kemudian diubah menjadi rpm (rotation per minute = putaran per menit). Beban ditambah dan seluruh prosedur tersebut diulangi. Dengan cara ini dapat digambarkan suatu rheogram dengan jalan memplot rpm terhadap beban yang ditambahkan (Martin, 1993).


(45)

3.8.4 Pengamatan Stabilitas Sediaan

Masing-masing formula dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sediaan selesai dibuat, dan setiap minggu selama 2 bulan dan dilakukan pada temperatur kamar. Bagian yang diamati meliputi pecah atau tidaknya emulsi dan pemisahan fase, perubahan warna dan perubahan bau dari sediaan.

3.8.5Uji Daya Tolak Terhadap Nyamuk

Nyamuk yang digunakan untuk pengujiaan dibiakkan dalam kotak berukuran 45x30x30 cm. Pembiakan dilakukan dengan cara memasukkan jentik-jentik nyamuk dalam wadah berisi air sebagai media. Dibiarkan satu hari hingga jentik-jentik berubah menjadi nyamuk, pengujian dilakukan setelah nyamuk dewasa dengan membiarkan selama satu hari lagi.

Uji dilakukan pada tangan terhadap sepuluh orang sukarelawan, umurnya sekitar 19-46 tahun. Tangan yang satu diolesi dengan lotion minyak atsiri bunga kenanga hingga siku dan yang satu lagi tidak diolesi lotion. Kemudian dimasukkan ke dalam kotak berisi nyamuk, biarkan selama 2 jam. Lalu diamati gigitan nyamuk dan dihitung jumlahnya.


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Tumbuhan

Hasil dari identifikasi tumbuhan menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan adalah Kenanga (Cananga odorata (Lam) Hook.f. & Thomson) suku Annonaceae.

4.2 Karakterisasi Simplisia Bunga Kenanga

Hasil pemeriksaan makroskopik dari bunga kenanga diketahui terdiri dari enam lembar mahkota berwarna coklat serta dilengkapi tiga lembar daun kelopak berwarna coklat, susunan bunga tersebut majemuk dengan garpu – garpu, tidak berbau, rasa pahit.

Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia terlihat fragmen rambut penutup tipe monoseluler, pembuluh kayu penebalan tangga, butir serbuk sari, sel batu bentuk memanjang, bulat dan berbentuk Osteosclereid, sklerenkim berbentuk memanjang.

Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1 Hasil karakterisasi simplisia

No Parameter Hasil (%)

1. Kadar air 7,90 %

2. Kadar abu total 2,5 %

3. Kadar abu tidak larut dalam asam 0,48 % 4. Kadar sari larut dalam air 12,15 % 5. Kadar sari larut dalam etanol 16,59 % 6 Penetapan kadar minyak atsiri 2,48%


(47)

Kadar air dalam simplisia menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam simplisia yang digunakan, dari hasil penelitian diperoleh kadar air simplisia bunga kenanga 7,9%. Kadar air simplisia berhubungan dengan proses pengeringan, kadar air ditentukan untuk mengetahui bahwa simplisia yang digunakan tidak ditumbuhi jamur dan aman digunakan.

Pengeringan merupakan suatu usaha untuk menurunkan kadar air bahan sampai tingkat yang diinginkan. Dengan kadar air yang cukup aman maka simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Apabila simplisia yang dihasilkan tidak cukup kering maka akan terjadi pertumbuhan jamur dan jasad renik lainnya. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10% (Syukur dan Hermani, 2001).

Penetapan kadar sari simplisia menyatakan jumlah zat kimia yang tersari dalam air dan dalam etanol. Simplisia bunga kenanga mempunyai kadar sari yang larut dalam etanol lebih tinggi daripada sari yang larut dalam air, hal ini berarti senyawa kimia yang tersari dalam etanol lebih besar daripada yang tersari dalam air.

Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui jumlah material yang tersisa setelah pembakaran, dari hasil penelitian diketahui bahwa kadar abu total pada bunga kenanga 2,5% dan kadar abu yang larut dalam asam 0,48%.

Abu total terbagi dua yang pertama abu fisiologis adalah abu yang berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri dan abu non fisiologis adalah sisa setelah pembakaran yang berasal dari bahan – bahan dari luar (seperti pasir dan tanah) yang terdapat pada permukaan simplisia. Kadar abu tidak larut asam untuk


(48)

menentukan jumlah silika, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida (WHO, 1992).

4.3 Identifikasi Minyak Atsiri

Pemeriksaan organoleptis pada minyak atsiri sudah sesuai dengan warna minyak bunga kenanga menurut EAO adalah cairan berwarna kuning muda, bau khas dan tajam menusuk hidung.

Menurut Lutony dan Rahmayati (2002), kriteria mutu minyak kenanga yang telah ditetapkan oleh Essential Oil Association of USA (EOA) adalah cairan berwarna kuning muda sampai kuning tua, bau khas dan tajam menusuk hidung. Tabel 2. Hasil penentuan indeks bias dan bobot jenis minyak atsiri

Sampel Hasil berdasarkan teori (menurut EOA) No Parameter

Bunga kenanga Bunga kenanga

1. Indeks Bias 1,4948 1,4950-1,5050

2. Bobot Jenis 0,9151 0,904-0,920

(Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 s/d 8 pada hal 58 s/d 59)

Dari hasil penelitian nilai indeks bias bunga kenanga telah memenuhi standar EOA (Essential Oil Association). Pada pengujian indeks bias minyak harus dijauhkan dari panas dan cuaca lembab sebab udara dapat berkondensasi pada permukaan prisma yang dingin. Akibatnya akan timbul kabut pemisah antara prisma gelap dan terang sehingga garis pembagi tidak terlihat jelas. Jika minyak mengandung air, maka garis pembatas akan kelihatan lebih tajam, tetapi nilai indeks biasnya akan menjadi rendah (Guenther, 1987).

Bobot jenis merupakan perbandingan dari suatu volume minyak atsiri dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Dari data yang diperoleh


(49)

diketahui nilai bobot jenis simplisia bunga kenanga telah memenuhi persyaratan EOA. Menurut Sastrohamidjojo (2004), menyatakan minyak atsiri dengan air akan terpisah karena minyak atsiri tidak akan larut dalam air disebabkan berbeda bobot jenisnya. Kedua cairan membentuk dua lapisan yang terpisah, biasanya minyak atsiri lebih ringan, mengambang di atas air. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Dari seluruh sifat fisikokimia, nilai bobot jenis sudah sering dicantumkan berkisar 0,696 – 1,188 dan umumnya lebih kecil dari 1,000 (Guenther, 1987).

4.4 Pemeriksaan Sediaan 4.4.1 Pengukuran pH Sediaan

Untuk menentukan pH sediaan diukur dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3. Data pengukuran pH sediaan

pH

Sediaan 1 2 3 Rata-rata

Dasar Krim 7,0 7,0 7,0 7,0

Lotion kadar minyak bunga kenanga 0,060% 7,1 7,0 7,0 7,03 Lotion kadar minyak bunga kenanga 0,120% 7,1 7,1 7,1 7,1 Lotion kadar minyak bunga kenanga 0,180% 7,1 7,1 7,2 7,13

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa formula sediaan tersebut memiliki pH yang berdekatan yaitu 7,0-7,13. pH sediaan di atas mendekati pH fisiologis kulit normal antara 4,5 sampai 7,0 (Wasitaatmadja, 1997). pH untuk sediaan krim dan lotion tangan dan badan berada antara 5 sampai dengan 8 (Balsam, 1972). Maka formula sediaan di atas dapat digunakan sebagai krim cair tangan dan badan.


(50)

4.4.2 Penentuan Tipe Emulsi

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran. Hasil yang diperoleh yaitu masing-masing sediaan bercampur sempurna dengan air. Maka sediaan tersebut termasuk emulsi tipe minyak dalam air (Martin, 1993).

4.4.3 Penentuan Sifat Alir Sediaan

Penentuan sifat alir sediaan dilakukan dengan viskometer stormer (Martin, 1993). Sifat alir sediaan adalah aliran plastis karena kurva antara beban vs rpm tidak melalui titik (0,0) tetapi memotong sumbu shearing stress. Hasil dari percobaan yaitu:


(51)

Tabel 4. Data penentuan sifat alir sediaan minyak atsiri bunga kenanga RPM

Beban (g)

B C D 100 15,87 16,39 17,88 110 16,39 16,67 18,42 120 18,18 20,40 19,37 130 18,86 20,40 23,0 140 22,47 22,47 24,27 150 23,80 22,98 24,27 160 28,90 24,39 28,8 170 28,90 30,30 29,67 180 41,67 31,74 39,21 190 46,51 43,47 44,24 200 71,42 46,51 47,61 210 73,52 46,91 71,94 220 84,03 79,36 84,03

230 94,3 87,71 116,27

240 111,11 116,27 138,89 250 116,27 135,14 178,57 260 142,85 144,92 222,2 270 144,92 175,43 250 280 169,49 222,22 250 290 208,33 294,11 277,77 300 285,71 294,11 312,15

Keterangan: Formula B: Konsentrasi minyak bunga kenanga 0,060 % Formula C: Konsentrasi minyak bunga kenanga 0,120 % Formula D: Konsentrasi minyak bunga kenanga 0,180 %


(52)

4.4.4Pengamatan Stabilitas Sediaan

Tabel 5. Data pengamatan stabilitas sediaan minyak atsiri bunga kenanga Pengamatan (Minggu) Pemeriksaan Sediaan

I II III IV V VI VII VIII IX X

A P P P P P P P P P P B P P P P P P P P P P C P P P P P P P P P P Warna

D P P P P P P P P P P

A TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB

B K K K K K K K K K K C K K K K K K K K K K Bau

D K K K K K K K K K K A M M M M M M M M M M B M M M M M M M M M M C M M M M M M M M M M Mudah

dituang kembali

D M M M M M M M M M M

A TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

B TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

C TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

Pemisahan fase

D TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM

Keterangan:

P = Putih TB = Tidak Berbau

K = Khas

M = Mudah

TM = Tidak Memisah A = Dasar Lotion

B = Konsentrasi Minyak Bunga Kenanga 0,060 % C = Konsentrasi Minyak Bunga Kenanga 0,120 % D = Konsentrasi Minyak Bunga Kenanga 0,180 %


(53)

Pada pembuatan sediaan digunakan bahan pengawet metil paraben. Metil paraben sering digunakan pada sediaan emulsi karena kelarutannya yang lebih baik dalam fase air dan fase minyak. Aktivitas antibakteri dari bahan pengawet tersebut dapat terbagi antara fase minyak dan fase air (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1994).

Dari tabel dapat dilihat bahwa selama waktu 10 minggu sediaan yang mengandung minyak atsiri bunga kenanga tidak mengalami perubahan warna, perubahan bau dan tetap mudah dituang. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan masih dalam keadaan stabil karena tidak adanya perubahan.

Kalau dilihat dari warna, pada sediaan yang mengandung minyak atsiri bunga kenanga, warna krim cair minyak atsiri bunga kenanga berwarna putih. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan lotion minyak atsiri bunga kenanga sangat baik dari segi warna.

4.4.5Uji Daya Tolak Terhadap Nyamuk

Pengujiaan dilakukan terhadap 10 orang sukarelawan yang berusia 19-46 tahun. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Data kemampuan sediaan lotion terhadap gigitan nyamuk Jumlah gigitan nyamuk NO

Sukarelawan

Tanpa krim cair

A B C D

1 I 12 9 3 1 -

2 II 10 8 2 - -

3 III 14 11 2 - -

4 IV 12 10 3 - -

5 V 10 8 1 1 -

6 VI 15 11 2 - -

7 VII 8 9 2 - -

8 VIII 10 10 1 - -

9 IX 9 11 1 - -


(54)

Keterangan: Formula A: Dasar Lotion

Formula B: Konsentrasi minyak bunga kenanga 0,060 % Formula C: Konsentrasi minyak bunga kenanga 0,120 % Formula D: Konsentrasi minyak bunga kenanga 0,180 %

0 2 4 6 8 10 12 14 16

I II III IV V VI VII VIII IX X

SUKARELAWAN J U M L AH G IG IT AN NY AM U K

Tanpa CRIM CAIR A

B C D

Grafik 1. Data kemampuan lotion minyak atsiri bunga kenanga terhadap gigitan nyamuk

Pengujian dilakukan selama 2 jam berturut-turut dengan melihat daya proteksi masing-masing perlakuan. Daya proteksi dihitung dengan rumus (Komisi Pestisida, 1995) :

Σ nyamuk hinggap pada kontrol – Σ pada perlakuan

Daya Proteksi = --- X 100%


(55)

Tabel 7. Data Proteksi sediaan lotion terhadap gigitan nyamuk Daya Proteksi NO Sukarelawan A (%) B (%) C (%) D (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I II III IV V VI VII VIII IX X 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 66 75 81 70 88 81 67 90 90 90 88 100 100 100 88 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Rata-Rata 0 79,8 97,6 100

Keterangan: Formula A: Dasar lotion

Formula B: Konsentrasi minyak bunga kenanga 0,060 % Formula C: Konsentrasi minyak bunga kenanga 0,120 % Formula D: Konsentrasi minyak bunga kenanga 0,180 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa minyak atsiri bunga kenanga mempunyai efektivitas sebagai pengusir nyamuk. Ini dapat dilihat pada konsentrasi 0,180 % tidak adanya gigitan nyamuk dan merupakan daya proteksi yang terbaik dengan daya proteksi rata 100%. Hal ini disebabkan bunga kenanga mengandung linalool, geraniol, dan eugenol berfungsi sebagai anti nyamuk. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas dari anti nyamuk adalah konsentrasi bahan aktif, dimana semakin besar konsentrasi maka efek anti nyamuk juga semakin besar.


(56)

Pada kadar minyak atsiri bunga kenanga 0,120% telah mempunyai efektivitas sebagai pengusir nyamuk dengan daya proteksi 97,6% ini menunjukkan hasil yang memenuhi standar menurut Komisi Pestisida Departemen Pertanian RI, yaitu harus memiliki daya proteksi sedikitnya 90% selama dua jam.

Hasil penelitian menunjukkan, ketika mengoleskan ekstrak bunga kenanga pada marmut, maka minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak bunga kenanga meresap ke pori-pori lalu menguap ke udara. Bau ini akan terdeteksi oleh reseptor kimia (chemoreceptor) yang terdapat pada tubuh nyamuk dan menuju ke impuls saraf. Itulah yang kemudian diterjemahkan ke dalam otak sehingga nyamuk akan mengekspresikan untuk menghindar tanpa mengisap darah marmut lagi (Nurgaheni. V, 2009).


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Pada pemeriksaan karakteristik simplisia bunga kenanga (Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) diperoleh kadar air 7,9%; kadar sari yang larut dalam air 12,15%, kadar sari yang larut dalam etanol 16,59%; kadar abu total 2,5%; kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,48 %; hasil penetapan kadar minyak atsiri dengan alat Stahl sebesar 2,48% v/b. Hasil penetapan indeks bias yaitu 1,4948 dan bobot jenis 0,9151 .

Sediaan lotion anti nyamuk yang mengandung minyak atsiri bunga kenanga mempunyai pH 7,03 sampai 7,13 untuk berbagai variasi, tipe emulsi m/a, sifat aliran plastis, dan stabil pada suhu penyimpanan tanpa adanya perubahan warna, bau dan pemisahan fase.

Lotion minyak atsiri bunga kenanga mempunyai efektivitas sebagai pengusir nyamuk pada konsentrasi 0,12 % dan 0,180%

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk membuat formula yang lain seperti spray.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Anief. (2005). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 71

Anonim a . (2007).Wangi Tidak Berarti Aman. www.Kompas.com. 23 Mei 2009. Anonimb. (2008). Mengenal Tanaman Pengusir Nyamuk. www.bungaancole.com.

23 Mei 2009.

Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Second Edition. New York: John Wiley and Sons. Hal. 211,216.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 8, 19.

Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 319-325.

Depkes RI, (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 49-50.

Guenther, E. (1987). The Essential Oils. Terjemahan. Ketaren, R.S. (1990).

Minyak Atsiri. Jilid I. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 103. Gunawan, D. dan Mulyani, S. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid I.

Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 107.

Kardinan, A. (2004). Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 52-53.

Kardinan, A. (2007). Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. 26.

Komisi Pestisida Departemen Pertanian, 1995. Metode Standar Pengujian Efikasi Pestisida. Departemen Pertanian, Jakarta. Hal. 4,9-95.

Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka. Hal. 19 - 29.

Levine, N. D. (1994). Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: UGM University Press. Hal. 361

Lutony, T.L. dan Rahmayati, Y. (2002). Produksi Dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta:Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 83-89.


(59)

Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. (1994). diterjemhkan oleh Siti Suyatmi. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, Edisi III. Hal. 1091-1098.

Martin, A.N. (1993). Farmasi Fisik. Edisi III, Jilid 2. Penerjemah Yoshita. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 1102-1103.

Munaf, S. (1997). Keracunan Akut Pestisid: Teknik Diagnosis, Pertolongan Pertama, Pengobatan dan Pencegahannya. Jakarta: Widya Medika. Hal. 7, 19-21.

Nugraheni, V. (2009).

Uji Aktivitas Gel Minyak Atsiri Bunga Kenanga

(

Canangium odoratum (Lmk.) Hook. & Thoms

)

Sebagai Repelan

Terhadap Nyamuk Anopheles Aconitus Betina.

Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nurdjannah, N. (2004). Pemanfaatan Tanaman Atsiri. minyakatsiri indonesia.wordpress.com. 16 April 2010.

Syukur, C. dan Hermani. (2001). Budidaya Tanaman Obat Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 122.

Syamsuni. (2006). Ilmu Resep. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. Hal. 74 Sudarmo, S. (1991). Pestisida. Yogyakarta: Kanisius, Hal. 11.

Soedarto. (1990). Entomologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC. Hal. 58-61.

Thamrin, M. (2008). Alternatif Pengendalian Hama Serangga Sayuran Ramah Lingkungan Di Lahan Lebak. balittra.litbang.deptan.go.id. 16 April 2010. Wasitaatmadja, S.M., (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia. Hal. 23, 58

World Health Organization. (1992). Quality Control Methods for Medicinal Plant Materials. WHO/PHARMS/92-559. Switzerland: Geneva, Hal. 19-25


(60)

Lampiran 1


(61)

Lampiran 2 Morfologi tanaman

Gambar 4.Tanaman kenanga

( Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson)


(62)

Lampiran 2 (Lanjutan)

Gambar 6. Simplisiabunga kenanga ( Canangae odoratae flos )


(63)

Lampiran 3

Hasil pemeriksaan mikroskopik

1 2 3

4 5 6

Mikroskopik penampang melintang bunga kenanga perbesaran 10x40 Keterangan:

1. Rambut penutup 2. Epidermis atas 3. Spons

4. Pembuluh kayu penebalan tangga 5. sel yang berisi minyak atsiri 6. Epidermis bawah


(64)

Lampiran 3 (Lanjutan)

Hasil pemeriksaan mikroskopik

Mikroskopik serbuk simplisia bunga kenanga

Mikroskopik serbuk simplisia bunga kenanga perbesaran 10x40 Keterangan:

1. Pembuluh kayu penebalan tangga 2. Rambut penutup tipe monoseluler 3. Serbuk sari

4. Sklerenkim

5. Sel batu bentuk bulat 6. Sel batu bentuk panjang 7. Osteosclereid


(65)

Lampiran 4 Gambar alat


(66)

Gambar 9. Alat Stahl


(67)

(lanjutan)

Gambar 11.Alat Refraktometer Abbe


(68)

Gambar 13. Alat Viskometer Stromer


(69)

Lampiran 5 Gambar sediaan lotion

Gambar 15. Lotion Minyak Bunga Kenanga

Keterangan: A: Dasar Lotion

B: Konsentrasi Minyak Bunga Kenanga 0,060 % C: Konsentrasi Minyak Bunga Kenanga 0,120 % D: Konsentrasi Minyak Bunga Kenanga 0,180 %


(70)

Lampiran 6

Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Perhitungan hasil pemeriksaan karakteristik simplisia a. Perhitungan hasil penetapan kadar air

1. Sampel I

Kadar air = Volume air ( ml ) x 100 % Berat sampel ( g )

Berat sampel = 5,006 g Volume air = 0,40 ml

Kadar air = 0,40 x 100 % 5,006

= 7,99 % 2. Sampel II

Berat sampel = 5,082 g Volume air = 0,40 ml

Kadar air = 0,40 x 100 % 5,082

= 7,87 % 3. Sampel III

Berat sampel = 5,090 g Volume air = 0,40 ml

Kadar air = 0,40 x 100 % 5,090

= 7,85 %

Kadar air rata-tata = 7,99 + 7,87 + 7,85 3 = 7,90 %


(71)

Lampiran 6 (Lanjutan)

b. Perhitungan hasil penetapan kadar sari larut dalam air

Kadar sari larut dalam air = Berat Sari x 100 x 100 % Berat Simplisia 20

1. Sampel I

Berat simplisia = 5,041 g Berat sari = 0,136 g

Kadar sari larut dalam air = 0,136 x 100 x 100 % 5,041 20

= 13,49 % 2. Sampel II

Berat simplisia = 5,022 g Berat sari = 0,103 g

Kadar sari larut dalam air = 0,103 x 100 x 100 % 5,022 20

= 10,25 % 3. Sampel III

Berat simplisia = 5,012 g Berat sari = 0,122 g

Kadar sari larut dalam air = 0,122 x 100 x 100 % 5,012 20

= 12,17 %

Kadar sari larut dalam air rata-rata = 13,49 % + 10,25 % + 12,17 %


(72)

Lampiran 6 (Lanjutan)

c. Perhitungan hasil penetapan kadar sari larut dalam etanol

Kadar sari larut dalam etanol = Berat Sari x 100 x 100 % Berat Simplisia 20

1. Kadar sari larut dalam etanol I Berat simplisia = 5,032 g Berat sari = 0,175 g

Kadar sari larut dalam etanol = 0,175 x 100 x 100 % 5,032 20

= 17,38 % 2. Kadar sari larut dalam etanol II

Berat simplisia = 5,038 g Berat sari = 0,155 g

Kadar sari larut dalam etanol = 0,155 x 100 x 100 % 5,038 20

= 15,38 % 3. Kadar sari larut dalam etanol III

Berat simplisia = 5,021 g Berat sari = 0,171 g

Kadar sari larut dalam etanol = 0,171 x 100 x 100 % 5,021 20

= 17,028 %

Kadar sari larut dalam etanol rata-rata = 17,38 % + 15,38 % + 17,028 %


(73)

Lampiran 6 (Lanjutan)

d. Perhitungan hasil penetapan kadar abu total Kadar abu total = Berat Abu x 100 %

Berat Simplisia

1. Sampel I

Berat simplisia = 2,005 g Berat abu = 0,0589 g

Kadar abu total = 0,0589 x 100 % 2,0005

= 2,95 % 2. Sampel II

Berat simplisia = 2,001g Berat abu = 0,0564 g

Kadar abu total = 0,0564 x 100 % 2,001

= 2,82 % 3. Sampel III

Berat simplisia = 2,000 g Berat abu = 0,0473 g

Kadar abu total = 0,0473 x 100 % 2,000

= 2,37 %

Kadar abu total rata-rata = 2,95 % + 2,82 % + 2,37 % 3


(74)

Lampiran 6 (Lanjutan)

e. Perhitungan hasil penetapan kadar abu tidak larut dalam asam Kadar abu tidak larut dalam asam = Berat Abu x 100 %

Berat Simplisia

1. Sampel I

Berat simplisia = 2,0005 g Berat abu = 0,0111 g

Kadar abu tidak larut dalam asam = 0,0111 x 100 % 2,0005

= 0,56 %

2. Sampel II

Berat simplisia = 2,0001 g Berat abu = 0,0098 g

Kadar abu tidak larut dalam asam = 0,0098 x 100 % 2,0001

= 0,49 % 3. Sampel III

Berat simplisia = 2,000 g Berat abu = 0,0059 g

Kadar abu tidak larut dalam asam = 0,0059 x 100 % 2,000

= 0,39 %

Kadar abu tidak larut dalam asam rata-rata = 0,56 % + 0,49% + 0,39 % 3


(75)

Lampiran 6 (lanjutan) Penetapan Kadar Minyak Atsiri

f. Kadar Minyak Atsiri= x100%

sampel Berat

atsiri minyak Volume

1. Simplisia Bunga Kenanga Sampel I

Volume minyak atsiri = 0,35

Berat sampel =15,060

Kadar minyak atsiri = 100% 060 , 15 35 , 0 x

= 2,32%

Sampel II

Volume minyak atsiri = 0,38

Berat sampel =15,030

Kadar minyak atsiri = 100% 03 , 15 38 , 0 x

= 2,53%

Sampel III

Volume minyak atsiri = 0,39

Berat sampel = 15,060

Kadar minyak atsiri = x

060 , 15 39 , 0 100%

= 2,59%

Kadar minyak atsiri rata – rata = 2,32% + 2,53% + 2,59% 3


(76)

Lampiran 7. Penentuan Bobot Jenis Minyak Atsiri

Bobot jenis minyak atsiri =

) ( ) ( ) ( ) ( kosong piknometer bobot suling air piknometer bobot kosong piknometer bobot atsiri minyak piknometer bobot    

1. Simplisia Bunga Kenanga Sampel I

Bobot piknometer kosong = 8,5412 Bobot piknometer + minyak atsiri = 10,3720 Bobot piknometer + air suling = 10,5419

Bobot jenis minyak atsiri = 0,9151

5412 , 8 5419 , 10 5412 , 8 3720 , 10    Sampel II

Bobot piknometer kosong = 8,5412 Bobot piknometer + minyak atsiri = 10,3728 Bobot piknometer + air suling = 10,5423

Bobot jenis minyak atsiri = 0,9153

5412 , 8 5423 , 10 5412 , 8 3728 , 10    Sampel III

Bobot piknometer kosong = 8,5412 Bobot piknometer + minyak atsiri = 10,3718 Bobot piknometer + air suling = 10,5423

Bobot jenis minyak atsiri = 0,9148

5412 , 8 5423 , 10 5412 , 8 3718 , 10   

Bobot jenis rata – rata = 0,9151

3 9148 , 0 9153 , 0 9151 , 0   


(77)

Lampiran 8. Penetapan Indeks Bias

Simplisia bunga kenanga Sampel I = 1,4949 Sampel II = 1,4947 Sampel III = 1,4948

Indeks bias rata – rata =

3

4948 , 1 4947 , 1 4949 ,

1  


(78)

Lampiran 9. Flowsheet isolasi minyak bunga kenanga. diserbuk dikarakterisasi Serbuk simplisia didestilasi uap Dikeringkan Ditiriskan Dicuci dipisahkan Minyak atsiri dan air

Simplisia

Indeks bias diidentifikasi 1. Mikroskopis 2. Makroskopis 3. PK Air 4. PK Abu

-Total

-Tidak larut asam 5. PK Sari

-Larut air -Larut etanol 6. PK Minyak Atsiri

Air Minyak atsiri dengan

kemungkinan adanya air

Na2SO4 x H2O

Secara Fisika Uji aktivitas antinyamuk

ditambah Na2SO4 anhirat

Minyak atsiri

Bobot jenis Bunga kenanga


(79)

Lampiran 10

Hasil Pemeriksaan Sediaan

Tabel 8. Data penentuan sifat alir sediaan dengan konsentrasi minyak atsiri 0,06% Waktu untuk 100 putaran (detik)

Beban (g)

t1 t2 t3 t t (menit)

RPM

100 375 381 380 378 6.30 15,87

110 365 370 371 368 6.10 16,39

120 327 333 332 330 5.50 18,18

130 313 318 319 316 5.30 18,86

140 264 270 269 267 4.45 22,47

150 254 249 255 252 4.20 23,80

160 210 211 205 208 3.46 28,90

170 210 210 206 208 3.46 28,90

180 141 146 147 144 2.40 41,67

190 123 128 127 125 2.15 46,51

200 86 87 81 84 1.40 71,42

210 85 84 79 82 1.36 73,52

220 69 75 74 72 1.19 84,03

230 61 65 67 64 1.06 94,3

240 57 56 51 54 0,9 111,11

250 54 48 55 52 0,86 116,27

260 38 47 46 42 0,70 142,85

270 47 45 37 42 0,69 144,92

280 39 38 33 36 0,59 169,49

290 31 32 26 29 0,48 208,33


(80)

0 50 100 150 200 250 300

100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300

BERAT(gram)

RP

M

Grafik 2. Penentuan Sifat Alir Sediaan dengan Konsentrasi Minyak Atsiri 0,060%


(81)

Tabel 9. Data penentuan sifat alir sediaan dengan konsentrasi minyak atsiri 0,120%

Waktu untuk 100 putaran (detik) Beban (g)

t1 t2 t3 t t (menit)

RPM

100 369 368 363 366 6.10 16,39

110 357 363 362 360 6.00 16,67

120 332 331 326 329 5.49 20,40

130 330 333 326 329 5.49 20,40

140 269 270 264 267 4.45 22,47

150 261 260 255 258 4.30 22,98

160 249 248 243 246 4.10 24,39

170 195 201 200 198 3.30 30,30

180 187 202 201 189 3.15 31,74

190 141 140 135 138 2.30 43,47

200 132 131 126 129 2.15 46,51

210 92 91 85 88 1.46 46,91

220 79 78 73 76 1.26 79,36

230 65 71 70 68 1.14 87,71

240 55 49 54 52 0,86 116,27

250 47 46 41 44 0,74 135,14

260 44 43 39 41 0,69 144,92

270 37 36 31 34 0,57 175,43

280 29 28 24 27 0,45 222,22

290 20 20 21 20 0,34 16,39


(82)

0 50 100 150 200 250 300 350 10 0 11 0 12 0 13 0 14 0 15 0 16 0 17 0 18 0 19 0 20 0 21 0 22 0 23 0 24 0 25 0 26 0 27 0 28 0 29 0 30 0 RP M

BERAT (gram)

Grafik 3. Penentuan Sifat Alir Sediaan dengan Konsentrasi Minyak Atsiri 0,120%


(1)

Lampiran 10

Hasil Pemeriksaan Sediaan

Tabel 8. Data penentuan sifat alir sediaan dengan konsentrasi minyak atsiri 0,06% Waktu untuk 100 putaran (detik)

Beban (g)

t1 t2 t3 t t (menit)

RPM

100 375 381 380 378 6.30 15,87

110 365 370 371 368 6.10 16,39

120 327 333 332 330 5.50 18,18

130 313 318 319 316 5.30 18,86

140 264 270 269 267 4.45 22,47

150 254 249 255 252 4.20 23,80

160 210 211 205 208 3.46 28,90

170 210 210 206 208 3.46 28,90

180 141 146 147 144 2.40 41,67

190 123 128 127 125 2.15 46,51

200 86 87 81 84 1.40 71,42

210 85 84 79 82 1.36 73,52

220 69 75 74 72 1.19 84,03

230 61 65 67 64 1.06 94,3

240 57 56 51 54 0,9 111,11

250 54 48 55 52 0,86 116,27

260 38 47 46 42 0,70 142,85

270 47 45 37 42 0,69 144,92

280 39 38 33 36 0,59 169,49

290 31 32 26 29 0,48 208,33

300 20 20 22 21 0,35 285,71


(2)

0 50 100 150 200 250

100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 BERAT(gram)

RP

M

Grafik 2. Penentuan Sifat Alir Sediaan dengan Konsentrasi Minyak Atsiri 0,060%


(3)

Tabel 9. Data penentuan sifat alir sediaan dengan konsentrasi minyak atsiri 0,120%

Waktu untuk 100 putaran (detik) Beban (g)

t1 t2 t3 t t (menit)

RPM

100 369 368 363 366 6.10 16,39

110 357 363 362 360 6.00 16,67

120 332 331 326 329 5.49 20,40

130 330 333 326 329 5.49 20,40

140 269 270 264 267 4.45 22,47

150 261 260 255 258 4.30 22,98

160 249 248 243 246 4.10 24,39

170 195 201 200 198 3.30 30,30

180 187 202 201 189 3.15 31,74

190 141 140 135 138 2.30 43,47

200 132 131 126 129 2.15 46,51

210 92 91 85 88 1.46 46,91

220 79 78 73 76 1.26 79,36

230 65 71 70 68 1.14 87,71

240 55 49 54 52 0,86 116,27

250 47 46 41 44 0,74 135,14

260 44 43 39 41 0,69 144,92

270 37 36 31 34 0,57 175,43

280 29 28 24 27 0,45 222,22

290 20 20 21 20 0,34 16,39

300 21 21 20 20 0,34 16,67


(4)

0 50 100 150 200 250 300 10 0 11 0 12 0 13 0 14 0 15 0 16 0 17 0 18 0 19 0 20 0 21 0 22 0 23 0 24 0 25 0 26 0 27 0 28 0 29 0 30 0 RP M BERAT (gram)

Grafik 3. Penentuan Sifat Alir Sediaan dengan Konsentrasi Minyak Atsiri 0,120%


(5)

Tabel 10. Data penentuan sifat alir sediaan dengan konsentrasi minyak atsiri 0,180%

Waktu untuk 100 putaran (detik) Beban (g)

t1 t2 t3 t t (menit)

RPM

100 338 337 333 335 5.59 17,88

110 329 323 328 326 5.43 18,42

120 313 312 307 310 5.16 19,37

130 263 262 257 260 4.34 23,0

140 243 250 249 247 4.12 24,27

150 245 249 248 247 4.12 24,27

160 205 211 210 208 3.47 28,8

170 205 204 199 202 3.37 29,67

180 138 144 143 141 2.35 39,21

190 139 138 133 136 2.26 44,24

200 129 128 123 126 2.10 47,61

210 81 87 86 84 1.39 71,94

220 74 73 68 71 1.19 84,03

230 49 55 54 52 0,86 116,27

240 47 46 41 44 0,72 138,89

250 37 37 30 34 0.56 178,57

260 24 30 31 27 0.45 222,2

270 22 28 27 25 0,4 250 280 20 30 27 25 0,4 250

290 23 23 20 22 0,36 277,77

300 21 21 20 20 0,32 312,15


(6)

0 50 100 150 200 250 300 350

100 11 0

12 0

130 140 15 0

16 0

170 18 0

19 0

20 0

21 0

22 0

23 0

240 25 0

26 0

27 0

28 0

29 0

30 0

BERAT (gram)

RP

M

Grafik 4. Penentuan Sifat Alir Sediaan dengan Konsentrasi Minyak Atsiri 0,180%