Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Sindroma Burnout Pada Perawat Wanita di Rumah Sakit 'X' Kota Bekasi.
i
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul ”Hubungan antara kecerdasan emosional dengan sindroma burnout pada perawat wanita di Rumah Sakit ’X’ kota Bekasi”. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka rancangan penelitian yang diajukan menggunakan metode korelasi dengan teknik survei. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan sindroma burnout yang dimiliki oleh 49 perawat wanita yang berkerja di Rumah Sakit ’X’ kota Bekasi. Pengamilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik populasi.
Alat ukur yang digunakan adalah Alat ukur kecerdasan emosional yang telah dikonstruksi sendiri oleh peneliti, yang disusun berdasarkan lima aspek Kecerdasan Emosional dari Daniel Goleman (1969). Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Rank Spearman diperoleh 45 item yang diterima untuk mengukur kecerdasan emosional pada perawat. Validitas item berkisar antara 0.22- 0.96 dan reliabilitasnya sebesar 0.821.
Alat ukur kedua yaitu Sindroma Burnout yang diciptakan oleh Christina Maslach (1996) pada Maslach Burnout Inventory. Alat ukur ini terdiri dari 22 item berupa kuesioner. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Rank Spearman diperoleh 22 item yang diterima untuk mengukur kecerdasan emosional pada perawat. Validitas item berkisar antara 0.23-0.81 dan reliabilitasnya sebesar 0.628. Hasil pembahasan menggunakan hasil korelasi dan tabulasi silang.
Hasilnya berdasarkan perhitungan Spearman sebesar -0.427 maka hasil hipotesis ditolak yang berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan dimana semakin tinggi kecerdasan emosional pada perawat maka sindroma burnout yang dimiliki perawat semakin rendah dan begitu sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional pada perawat maka sindroma burnout yang muncul akan semakin tinggi
Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian mendalam seperti studi kasus mengenai kecerdasan emosi dengan sindroma burnout terhadap perawat dan melakukan penelitian komparatif antara perawat di beda lokasi Rumah Sakit.
(2)
ii
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
This research is tittled "The corelation between emotional intelligence with burnout syndrome in female nurse at hospital 'X' Bekasi city". In accordance with the intent and purpose of the research study design proposed using correlation with survey techniques. As for the variable in this study is emotional intelligence and burnout syndrome are owned by 49 female nurses who work in hospital 'X' city of Bekasi. Pengamilan sample in this study using the technique of the population. Measuring tool used is the measuring tool of emotional intelligence that has been constructed by the researcher, which is based on five aspects of Emotional Intelligence by Daniel Goleman (1969). Based on the results of data processing by using the Spearman Rank obtained 45 items acceptable for measuring emotional intelligence in nurses. The validity of the items ranged from 0.22 to 0.96 and reliability for 0.821. The second measurement tools that Burnout syndrome is created by Christina Maslach (1996) on the Maslach Burnout Inventory. This instrument consists of 22 items in the form of a questionnaire. Based on the results of data processing by using the Spearman Rank obtained 22 items received to measure emotional intelligence in nurses. The validity of the items ranged from 0.23-0.81 and reliability for 0.628. The results of the discussion of using the results of correlation. The results are based on the calculation of Spearman -0427 then the results the hypothesis is rejected, which means there is a significant negative relationship whereby higher emotional intelligence in nurse burnout syndrome owned the nurse getting lower and lower so instead of emotional intelligence on the nurse burnout syndrome that appears to be higher
The suggestions for future research is to conduct in-depth research as a case study on emotional intelligence and burnout syndrome on nurses and conduct comparative research among nurses in different hospital locations.
(3)
iii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………..……….………...i
ABSTRACT………ii
DAFTAR ISI ……… iii
DAFTAR BAGAN……….………...…...vi
DAFTAR TABEL………..………..……..…...…...vii
DAFTAR LAMPIRAN……….. viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2Identifikasi Masalah ……….. 12
1.3Maksud dan Tujuan ……….………..12
1.4Kegunaan ……….……... 12
1.5Kerangka Pemikiran ………..14
1.6Asumsi ……….…………. 28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kecerdasan Emosional……….………..………. 29
2.1.1. Pengertian Emosi………...…….. 29
2.1.2. Emosi-Emosi Dasar ………..…….…. 29
2.1.3. Dua Jenis Pikiran ………..…. 33
2.1.4. Sejarah Kecerdasan Emosional……….…… 35
(4)
iv
Universitas Kristen Maranatha
2.1.6.Aspek Utama Kecerdasan Emosional……….……40
2.1.7. Factor-Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional …….……42
2.1.8 Ciri Utama Pikiran Emosional………...43
2.1.9. Gaya-gaya Menangani dan Mengatasi Emosi…………..………….…46
2.2. Burnout………..………... 48
2.2.1 Ciri-ciri Burnout ………..………..49
2.2.2 Dinamika Stress Pada Burnout………50
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Burnout………..50
2.2.3.1. Faktor Eksternal……….….51
2.2.3.2. Faktor Internal ………....…. 52
2.3.Keperawatan ………...53
2.3.1 Konsep Dasar Profesi Keperawatan………53
2.3.2 Pengertian Keperawatan ...54
2.3.3 Peran, Fungsi, dan tanggung jawab Tenaga Keperawatan………. 56
2.3.4. Persyaratan Keperawatan Sebagai Suatu Profesi…………...56
2.3.5. Penggunaan Komunikasi Secara Khusus Dalam Bid Keperawatan…..58
2.3.6. Proses Keperawatan………..…59
2.3.7. Masalah-Masalah Spesifik perawat……….…….60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ………..…….. 62
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….…….. 63
3.3 Alat Ukur ……….……. 65
(5)
v
Universitas Kristen Maranatha
3.3.2. Alat Ukur Sindroma Burnout……….. 67
Prosedur Pengisian ……….….. 67
3.3.3 Sistem Penilaian ……….….. 68
3.3.4 Data Penunjang ……….……….…..…..69
3.3.5 Validitas dan Reliabilitas ……….……….….69
3.4 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel………...…………...70 3.4.1. Populasi Sasaran………..………..70 3.4.2. Karakteristik Populasi………..…..71 3.5 Teknik Analisis Data ………...71 3.6. Hipotesis Statistik……….…..….73
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden………..…….. 74
4.1.1. Tabel Data Penunjang Responden……….……….………74
4.2 Hasil Penelitian………....……….……… 75
4.2.1 Tabel Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Sindroma Burnout...75
4.2.2 Tabel Martix Korelasi Kecerdasan Emosional dan sindroma Burnout.….76 4.3 Pembahasan ……….……. 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..…….. 84
5.2 Saran……..………..87
DAFTAR PUSTAKA ………..90
(6)
vi
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran………..27 Bagan 3.1. Prosedur Rancangan Penelitia………..………62
(7)
vii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
3.3.1. Tabel Aspek dan Indikator Kecerdasan Emosional 3.3.2. Tabel Aspek dan Indikator Sindroma Burnout 3.3.6.1 Tabel Validitas Alat Ukur Kecerdasan Emosional. 3.3.6.2 Tabel Validitas Alat ukur Sindroma Burnout. 3.3.7 Tabel Realibilitas Alat Ukur
4.1 Tabel Data Penunjang Responden
4.2.1 Tabel Korelasi Antara Kecerdasan Emosional Dengan Sindroma
Burnout.
4.2.2 Tabel Matrix Korelasi Antara Kecerdasan Emosional Dengan
(8)
viii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner Kecerdasan Emosional dengan Sindroma Burnout Lampiran 2 Tabel Validitas dan Realibilitas.
Lampiran 3 Hasil frekuensi Responden dan Kecerdasan Emosional dan Sindroma Burnout
Lampiran 4 Data mentah responden dan Hasil Kuesioner Variabel Kecerdasan Emosional dan Sindroma Burnout
Lampiran 5 Tabel Korelasi Antar Variabel Kecerdasan Emosional dan
Sindroma Burnout
Lampiran 6 tabel kisi-kisi variable kecerdasan emosional
(9)
LAMPIRAN 1:
Kuesioner Kecerdasan Emosional
DAN
(10)
PRAKATA
Sehubungan dengan tugas akhir (SKRIPSI) Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN SINDROMA BURNOUT PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT
KOTA ‘X’ KOTA BEKASI”, saya selaku peneliti memohon
kerjasama dan kesediaan anda untuk mengisi kuisioner berikut ini. Data yang anda berikan sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Selain itu, data yang anda berikan juga akan digunakan semata-mata untuk kepentingan penelitian ini dan akan dijamin kerahasiaannya. Untuk itu anda diharapkan untuk memberikan jawaban yang jujur dan sesuai dengan keadaan diri anda.
Atas kerjasama dan partisipasinya, saya ucapkan banyak terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti
Peneliti : Yuniar Zairini Tambunan
Ardhini 1 jln. Camelia No.4 Pondok Gede Bekasi 17414.
(11)
DATA PENUNJANG
Dibawah ini anda diharapkan untuk menjawab beberapa pertanyaan untuk melengkapi data tentang diri anda. Tujuan dari pertanyaan ini sebagai data penunjang untuk penelitian yang sedang diteliti. Oleh sebab itu dimohon bantuannya. Jawaban atas pertanyaan ini akan dirahasiakan dan hanya dipakai untuk keperluan penelitian saja. Terima kasih.
Identitas Diri
Nama (inisial) :
Usia :
Pendidikan terakhir :
Jabatan :
Lama bekerja disini : Status Pernikahan :
(12)
KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL
Petunjuk soal:
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan mengenai kecerdasan emosional. Sdr diminta untuk menjawabnya berdasarkan apa yang sdr
rasakan atau yang sdr alami sendiri. Jawaban sdr tersebut tidak ada yang
salah, semuanya adalah benar.
Berilah tanda silang (X) pada kolom yang telah tersedia dengan keterangan sebagai berikut:
SS : pernyataan tersebut sangat sesuai dengan diri sdr
S : pernyataan tersebut sesuai dengan diri sdr
TS : pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri sdr
STS : pernyataan tesebut sangat tidak sesuai dengan diri sdr
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya menyadari kemarahan saya ketika sedang menangani pasien yang kurang kooperatif.
2 Saya dapat mengungkapkan rasa tidak suka saya dengan perilaku pasien dengan cara yang sopan dan sedapat mungkin tetap menjaga perasaan pasien 3 Meskipun sudah berada di luar jam kerja, saya akan
tetap bersedia menolong pasien yang sedang membutuhkan pertolongan
(13)
4 Saya berusaha untuk tidak membawa masalah yang sedang saya hadapi jika saya sedang bertugas. 5 Saya akan terus belajar untuk meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan saya dalam bekerja. 6 Saya tidak dapat memahami apa yang pasien
rasakan ketika penyakitnya sedang kambuh.
7 saya bersedia mendengarkan keluhan-keluhan, kritik atau saran yang pasien utarakan.
8 Saya tidak mahir dalam memberikan informasi yang mudah dimengerti kepada pasien maupun keluarga pasien.
9 Saya tertarik menjadi perawat karena saya suka membantu orang yang sedang sakit.
10 Saya paham dalam keadaan tertentu (lelah, banyak pikiran) saya merasa kesal jika bertemu dengan pasien yang banyak menuntut.
11 Saya tahu yang harus saya lakukan saat menangani pasien yang membuat saya kesal.
12 Dalam keadaan emosi yang tertekan (banyak pekerjaan), saya dapat membentak pasien secara spontan pada pasien yang membuat saya kesal 13 Saat melayani pasien, saya berusaha untuk sabar
walaupun sedang dihadapi oleh situasi yang dapat membuat saya marah.
14 Pada saat saya dalam keadaan lelah saya kurang maksimal dalam bekerja
(14)
15 Saya sulit mengenali bagaimana perasaan saya ketika saya sedang dilanda masalah
16 Saya aktif bertanya hal-hal yang tidak saya mengerti mengenai penyakit kepada dokter ataupun kepada perawat yang lebih senior.
17 Saya menghargai kritikan dan saran dari pasien yang merasa tidak puas dengan pelayanan saya.
18 Saya dapat memahami apa yang dirasakan oleh pasien-pasien saya
19 Saya sulit menyadari bahwa perasaan saya yang sedang kesal dapat mempengaruhi pelayanan saya terhadap pasien (seperti mengeluarkan nada suara yang tinggi).
20 Meskipun saya merasa kurang nyaman dengan pasien tertentu, saya dapat memperlakukan pasien tersebut sama dengan pasien yang lainnya.
21 Saya kurang tertarik mendengarkan pasien yang bercerita baik tentang perasaannya maupun keluhannya.
22 Saya merasa sulit dalam memberikan saran yang jelas kepada para pasien.
23 Jika sedang berkomunikasi dengan pasien, saya berusaha untuk bersikap simpati.
24 Saya merasa senang ketika pasien merasa puas dengan pelayanan yang saya berikan.
(15)
25 Saya tahu dengan jelas apa yang dapat membuat saya marah.
26 Saya merasa marah dan kesal pada saat menghadapi pasien yang kurang dapat diajak bekerja sama (seperti tidak mau meminum obatnya, tidak mau mandi dll)
27 Saya akan bertanggung jawab bila saya telah melakukan kesalahan dalam memberi pelayanan pasien
28 Saya sulit melakukan tugas dengan baik ketika saya sedang merasa kesal.
29 Saya tidak tertarik untuk mencari informasi yang lebih lengkap mengenai penyakit-penyakit yang kurang saya mengerti.
30 Saya dapat merasakan ketidaknyamanan pasien terhadap penyakitnya.
31 Pada saat tertentu saya merasa bingung mengapa saya bisa marah pada pasien
32 Saya merasa kecewa dengan pasien yang kurang dapat mengikuti tata tertib yang ada pada Rumah Sakit ini.
33 Saya tidak perduli dengan pasien yang sulit untuk diajak bekerja sama
34 Saya berusaha memperhatikan dan menanyakan keadaan pasien sehingga mereka pun merasa diperhatikan oleh saya.
(16)
35 Saya tahu bahwa tindakan yang kurang menyenangkan akan saya muculkan ke pasien yang banyak menuntut.
36 Sebelum terjadi hubungan yang kurang menyenangkan dengan pasien, saya akan membicarakan terlebih dahulu hal-hal apa yang diharapkan pasien dari pelayanan saya.
37 Saya sulit menerima pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat saya.
38 Saya merasa kalau kinerja saya tidak akan terganggu oleh lingkungan kerja yang tidak mendukung. 39 Saya mengenali segala perasaan yang sedang saya
rasakan dikala sedih atau senang.
40 Saya adalah orang yang tegas dan mampu membuat keputusan yang baik, meskipun dalam keadaan tidak pasti dan tertekan.
41 Ketika perasaan saya sedang kesal karena sesuatu hal (masalah intern), tanpa saya sadari saya menunjukkan ekspresi marah saya dengan para pasien.
42 Saya dapat memahami bahwa sebagai pasien mereka membutuhkan bantuan dan pelayanan dari saya. 43 Saya dapat bersedia menjadi pendengar yang baik,
dan berusaha saling memahami, berbagi saran atau informasi secara utuh dengan orang lain.
(17)
44 Saya akan meluangkan waktu jika ada pasien yang membutuhkan teman cerita mengenai persoalan pribadinya maupun penyakitnya..
45 Pada saat berhadapan dengan pasien yang rewel, saya bersedia menolongnya meskipun pada saat itu saya sedang sibuk dengan tugas.
(18)
KUESIONER SINDROMA BURNOUT
Petunjuk soal:
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan mengenai kecerdasan emosional. Sdr diminta untuk menjawabnya berdasarkan apa yang sdr rasakan atau yang
sdr alami sendiri. Jawaban sdr tersebut tidak ada yang salah, semuanya
adalah benar.
Berilah tanda silang (X) pada kolom yang telah tersedia dengan keterangan sebagai berikut:
SS : pernyataan tersebut sangat sesuai dengan diri sdr
S : pernyataan tersebut sesuai dengan diri sdr
TS : pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri sdr
STS : pernyataan tesebut sangat tidak sesuai dengan diri sdr
NO. Pernyataan SS S TS STS
1 Secara emosional saya merasa lelah setelah merawat pasien.
2 Saya merasa tidak perduli dengan apa yang terjadi pada pasien
3 Saya telah mencapai hal-hal yang berharga sebagai perawat
4 Merawat pasien sepanjang hari menjadi beban yang berat bagi saya.
(19)
5 Saya mampu menciptakan suasana relaks dan nyaman dengan para pasien
6 Saya merasa bahwa saya merawat pasien seperti benda bukan sebagai pribadi.
7 Saya merasa saya bekerja terlalu keras pada pekerjaan saya.
8 Saya merasa telah menjadi tidak berperasaan sejak menjadi seorang perawat.
9 Saya merasa seolah-olah kehabisan akal dalam merawat pasien
10 Saya merasa sangat bersemangat.
11 Saya merasa senang setelah merawat pasien. 12 Saya merasa frustrasi dalam pekerjaan saya. 13 Saya dapat memahami apa yang pasien rasakan
tentang sesuatu
14 Saya khawatir merawat pasien membuat perasaan saya menjadi terganggu.
15 Saya tidak mendapatkan banyak kepuasan dari kinerja saya seperti sebelumya
(20)
---Terima Kasih Atas Kerjasamanya--- 16 Saya merasa pasien mempermasalahkan saya
untuk beberapa masalah yang ia miliki.
17 Saya merasa lelah ketika harus bangun pagi dan menjalani hari atau tugas merawat pasien. 18 Saya dapat menghadapi masalah yang dialami
pasien dengan sangat efektif.
19 Merawat pasien secara langsung menimbulkan banyak tekanan bagi saya.
20 Pada saat merawat pasien, saya menghadapi masalah-masalah yang muncul dengan tenang. 21 Saya merasa lelah secara fisik dan jenuh
dengan pekerjaan saya
22 Saya merasa bahwa saya mempunyai pengaruh yang positif pada pasien.
(21)
LAMPIRAN 2:
Validitas Alat Ukur
Dan
(22)
Lampiran 2
Validitas Alat Ukur KECERDASAN EMOSIONAL No.item Validitas Keterangan
1 0.446 Diterima
2 0.674 Diterima
3 0.961 Diterima
4 0.500 Diterima
5 0.244 Diterima
6 0.675 Diterima
7 0.611 Diterima
8 0.720 Diterima
9 0.560 Diterima
10 0.291 Diterima
11 0.241 Diterima
12 0.872 Diterima
13 0.418 Diterima
14 0.367 Diterima
15 0.230 Diterima
16 0.221 Diterima
17 0.247 Diterima
18 0.372 Diterima
19 0.632 Diterima
20 0.508 Diterima
21 0.601 Diterima
22 0.779 Diterima
(23)
24 0.240 Diterima
25 0.613 Diterima
26 0.417 Diterima
27 0.478 Diterima
28 0.426 Diterima
29 0.606 Diterima
30 0.490 Diterima
31 0.340 Diterima
32 0.230 Diterima
33 0.555 Diterima
34 0.595 Diterima
35 0.538 Diterima
36 0.309 Diterima
37 0.410 Diterima
38 0.250 Diterima
39 0.512 Diterima
40 0.382 Diterima
41 0.570 Diterima
42 0.547 Diterima
43 0.560 Diterima
44 0.292 Diterima
(24)
Lampiran 2
Validitas Alat Ukur SINDROMA BURNOUT
No.Item Validitas Keterangan
1 0.401 Diterima
2 0.403 Diterima
3 0.526 Diterima
4 0.721 Diterima
5 0.485 Diterima
6 0.607 Diterima
7 0.589 Diterima
8 0.694 Diterima
9 0.818 Diterima
10 0.244 Diterima
11 0.307 Diterima
12 0.559 Diterima
13 0.256 Diterima
14 0.807 Diterima
15 0.542 Diterima
16 0.235 Diterima
17 0.544 Diterima
18 0.289 Diterima
19 0.291 Diterima
20 0.571 Diterima
21 0.668 Diterima
(25)
Lampiran 2
Reliability Emotional Quotient
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients
N of Cases = 49.0 N of Items = 45 Alpha = .8214
Reliability Burn Out Syndrome
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients
N of Cases = 49.0 N of Items = 22 Alpha = .6286
(26)
LAMPIRAN 3:
gambaran responden
dan
(27)
Lampiran 3
3.1 Gambaran Responden
Responden penelitian ini dikelompokan dalam beberapa kategori, yaitu, usia, pendidikan terakhir, lama kerja, jabatan dan status pernikahan responden. Pengelompokan tersebut digambarkan oleh table-tabel sebagai berikut
3.1.1 Tabel Usia Responden
USIA
25 51.0 51.0 51.0
23 46.9 46.9 98.0
1 2.0 2.0 100.0
49 100.0 100.0 19- 25 Tahun
26-45 Tahun Diatas 45 Tahun Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
3.1.2 Tabel Pendidikan Akhir Responden
PEND.AKR
2 4.1 4.1 4.1
44 89.8 89.8 93.9
3 6.1 6.1 100.0
49 100.0 100.0 D1
D3 S1 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(28)
3.1.3 Tabel Lama Kerja Responden
LAMA.KER
9 18.4 18.4 18.4
34 69.4 69.4 87.8
6 12.2 12.2 100.0
49 100.0 100.0 Dibawah 1 Tahun
1-5 Tahun Diatas 5 Tahun Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
3.1.4 Tabel Status Pernikahan Responden
STATUS
25 51.0 51.0 51.0
24 49.0 49.0 100.0
49 100.0 100.0
Menikah Lajang Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
3.1.5. Hasil frekuensi kecerdasan emosional dan sindroma burnout
em.q
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tinggi 22 44,9 44,9 44,9
Rendah 27 55,1 55,1 100,0 Total 49 100,0 100,0
burnout
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tinggi 28 57,1 57,1 57,1
Rendah 21 42,9 42,9 100,0 Total 49 100,0 100,0
(29)
LAMPIRAN 4:
Data mentah
Hasil kuesioner alat ukur KECERDASAN EMOSIONAL
DAN(30)
(31)
no inisial usia pend jabatan lm krj status
1 KJM 40 D3 perawat pelaksana 12 menikah
2 AT 30 D3 perawat pelaksana 5 menikah
3 S 25 D3 TIM RUANGAN 5 menikah
4 SM 20 D3 perawat pelaksana 3 menikah
5 LM 23 D3 perawat pelaksana 2 lajang
6 K 25 D3 perawat pelaksana 5 menikah
7 S 40 S1 KEPALA RUANGAN 3 menikah
8 AT 30 S1 KEPALA RUANGAN 10 menikah
9 M 35 D3 perawat pelaksana 5 menikah
10 SN 20 D3 TIM RUANGAN 6 BLN lajang
11 P 21 D3 TIM RUANGAN 3 BLN lajang
12 ST 23 D3 perawat pelaksana 2 lajang
13 SR 25 D3 perawat pelaksana 3 menikah
14 P 21 D3 TIM RUANGAN 2 BLN lajang
15 PO 23 D3 perawat pelaksana 3 BLN lajang
16 SM 19 D3 TIM RUANGAN 2 BLN lajang
17 SK 21 D3 TIM RUANGAN 5 BLN lajang
18 PG 21 D3 TIM RUANGAN 1 lajang
19 P 28 D3 perawat pelaksana 5 menikah
20 AL 30 D3 TIM RUANGAN 5 menikah
21 S 35 D3 TIM RUANGAN 6 menikah
22 S 23 D3 TIM RUANGAN 1 lajang
23 R 27 D3 TIM RUANGAN 3 menikah 24 P 24 D3 TIM RUANGAN 1 menikah 25 S 27 D3 TIM RUANGAN 4 menikah 26 T 29 D3 TIM RUANGAN 6 menikah
(32)
27 E 25 D3 perawat pelaksana 3 menikah 28 CM 35 D3 perawat pelaksana 5 menikah 29 K 26 D3 TIM RUANGAN 2 lajang 30 R 28 D3 TIM RUANGAN 3 menikah 31 SW 21 D3 perawat pelaksana 1 lajang 32 PX 21 D3 TIM RUANGAN 3 BLN lajang 33 K 30 D3 perawat pelaksana 5 menikah 34 R 19 D3 perawat pelaksana 2 BLN lajang 35 S 41 DI BIDAN 8 menikah 36 T 25 D3 BIDAN 4 menikah 37 N 23 D3 BIDAN 1 lajang 38 SP 28 D3 perawat pelaksana 1 lajang 39 OP 30 D3 BIDAN 2 menikah 40 I 40 D3 perawat pelaksana 5 menikah 41 NH 24 D1 perawat pelaksana 3 lajang 42 E 29 D3 perawat pelaksana 7 menikah 43 HR 28 S1 KEPALA RUANGAN 1 lajang 44 RG 28 D3 perawat pelaksana 3 BLN lajang 45 M 30 D3 BIDAN 2 lajang 46 K 23 D3 BIDAN 1 lajang 47 ET 30 D3 perawat pelaksana 2 lajang 48 VN 23 D3 perawat pelaksana 2 lajang 49 FS 22 D3 perawat pelaksana 2 lajang
(33)
Lampiran 4 Sindroma Burnout
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19 Y20 Y21 Y22
1 2 2 4 1 3 4 4 3 2 1 1 4 2 3 2 2 2 1 3 3 2 4
2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 1 1 4 1 3 3 4 4 1 2 4 1 4
3 2 1 2 4 2 2 3 4 2 1 2 3 1 2 2 4 3 2 4 2 2 4
4 3 2 1 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 1 3 1
5 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 3 3 1 4 2 3 3 3 3 3 2 3
6 1 1 3 2 1 3 4 2 2 1 1 2 1 3 4 2 1 3 3 1 2 2
7 1 1 2 3 1 3 4 3 2 1 1 3 1 4 2 2 1 3 4 2 2 3
8 1 3 3 1 3 2 4 4 2 1 1 2 2 4 3 2 1 1 3 3 3 1
9 1 1 1 3 1 4 2 1 2 1 1 2 1 4 2 4 3 1 3 3 2 4
10 1 2 2 4 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 3 4 3 4 4 2 4 1
11 1 2 2 2 1 4 2 4 2 1 1 2 2 4 3 1 4 2 4 2 4 3
12 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1
13 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1
14 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2
15 4 4 1 3 2 2 4 3 3 1 1 2 2 3 4 2 4 1 2 1 3 1
16 4 3 1 3 4 2 4 3 4 1 1 2 1 4 4 3 4 1 3 1 4 2
17 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 4 2 2 2 1 3 1
(34)
19 4 3 3 1 3 1 4 4 3 2 1 4 2 2 1 2 3 1 3 3 2 1
20 1 2 3 2 2 2 1 3 2 1 1 2 2 4 3 2 3 1 2 4 2 3
21 3 2 3 1 2 4 2 2 2 1 1 3 1 3 2 1 3 3 4 2 2 3
22 2 1 3 3 1 2 3 3 2 1 1 4 2 2 1 3 4 2 3 1 3 3
23 1 1 3 3 3 3 2 2 2 1 1 4 2 3 2 2 1 4 2 4 2 4
24 2 2 4 3 3 1 2 2 2 1 1 4 1 2 2 1 2 4 2 4 2 3
25 1 2 3 1 1 3 3 2 2 1 1 4 3 4 2 1 2 3 2 2 1 4
26 1 2 2 2 4 2 2 1 2 1 1 4 2 2 1 2 1 3 1 3 3 4
27 4 3 1 3 3 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 4 3 3 3 1 3 3
28 3 3 2 2 3 1 1 2 1 1 1 4 1 3 2 3 2 2 2 4 2 3
29 2 1 4 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2
30 2 3 2 2 1 1 3 2 3 1 1 4 1 3 2 1 3 3 1 2 2 3
31 3 2 4 2 4 2 2 2 2 1 2 4 2 2 1 2 1 1 3 2 4 2
32 3 1 2 1 2 1 1 1 1 2 4 4 2 1 3 1 1 2 1 3 3 2
33 3 2 1 3 1 4 1 2 2 1 1 1 1 1 4 2 4 4 1 1 3 2
34 2 2 3 4 1 3 3 2 2 1 1 3 1 4 2 2 3 2 2 3 2 3
35 2 1 1 3 3 4 3 1 2 1 1 3 3 1 3 3 3 3 1 2 4 3
36 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 3 3 2 3 1 1 2
37 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2
(35)
39 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 3 3 2 3 1 1 2
40 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 2 2 3 2 2 1 2
41 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 3 1 1 2 2 3 2 2 1 2
42 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 3 3 2 3 1 1 2
43 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2
44 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 2 2 3 2 2 1 2
45 3 2 2 3 2 2 4 2 2 2 3 3 2 3 1 2 3 2 1 2 3 2
46 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 3 3 2 4 4 1 2
47 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 3 3 2 3 1 1 2
48 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
(36)
Lampiran 4 ( Kecerdasan Emosional)
no
X
1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 41X 5X1 X16 X17 X18 91X 02X X21 X22 X23 X24 5X2 X26 X27 X28 X29 03X X31 X32 X33 X34 53X X36 X37 X38 X39 0X4 X41 X42 3X4 X44 X45
1 3 3 4 3 4 2 3 1 4 3 4 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 3 1 1 3 3 2 1 3 1 3 2 4 3 2 1 3 4 2 3
2 3 4 3 2 4 1 4 2 3 4 3 2 4 2 1 3 3 4 1 3 3 2 3 3 4 2 3 2 2 4 1 2 1 3 2 2 2 3 4 2 3 2 3 4 3
3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 2 3 4 2 2 4 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 3 1 1 4 1 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3
5 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 4 2 3 4 3 4 2 1 2 1 3 3 1 2 3 2 3 2 3 3 4 2 4 3 4 3
6 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 3 1 1 4 1 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3
7 3 3 4 3 4 2 3 1 3 3 2 2 4 2 3 4 3 3 1 3 2 1 3 4 4 2 3 1 1 3 2 1 2 2 1 3 2 3 3 4 1 3 4 3 4
8 3 3 4 3 4 2 4 2 3 3 3 1 4 2 2 4 3 3 1 4 2 2 4 3 4 2 3 1 1 3 2 2 2 4 2 3 1 3 4 4 2 4 3 4 3
9 3 3 4 3 4 2 2 2 4 3 2 1 3 3 1 4 4 3 3 3 1 2 3 4 3 1 4 2 2 3 1 2 1 3 1 3 1 3 3 3 1 3 4 3 3
10 3 4 4 3 4 3 2 1 2 2 4 2 4 2 1 3 4 4 1 3 2 1 3 4 3 1 4 1 2 4 2 1 3 2 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4
11 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
12 3 2 4 4 3 3 3 1 3 4 3 1 3 1 2 4 4 4 2 4 2 1 2 4 3 1 4 1 2 3 4 1 2 4 3 4 1 4 3 4 1 2 4 4 4
13 3 2 4 4 4 2 4 3 4 4 3 1 3 1 2 4 4 3 1 2 1 2 4 3 4 3 3 3 3 3 1 1 3 4 1 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4
14 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3
15 2 4 4 3 4 1 4 1 3 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 3 1 1 3 4 2 3 4 3 3 3 1 1 3 4 2 4 4 4 3 2 1 4 3 4 4
16 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 2 1 3 4 4 2 4 3 3 4 4 4 2 4 2 3 4 1 1 3 4 3 4 4 3 4 3 1 4 4 4 4
17 4 4 3 4 4 3 2 3 1 2 1 3 3 3 3 4 2 2 3 3 2 2 3 2 2 4 1 2 4 3 4 2 4 3 4 3 4 2 2 2 4 2 2 4 2
18 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 2 4 2 3 3 1 1 2 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 3 4
19 3 3 4 3 3 2 3 1 3 3 4 2 3 1 2 3 3 3 1 3 2 1 3 4 3 1 3 2 1 3 2 1 2 3 1 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4
20 1 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 1 4 2 4 4 3 4 3 3 1 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4
21 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4
22 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4
(37)
24 1 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 2 4 2 4 4 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4
25 2 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 1 4 2 4 4 3 4 3 3 2 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4
26 1 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 1 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 1 3 1 4 4 3 3 4 4 1 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3
27 3 3 4 3 3 1 3 2 3 3 4 1 3 1 2 3 3 4 2 4 2 1 3 3 3 1 4 2 2 4 2 2 2 3 1 3 1 3 3 4 2 2 3 4 3
28 3 3 4 3 4 1 3 2 4 4 3 2 4 2 1 3 3 4 2 3 1 2 4 3 4 2 4 2 2 4 2 2 1 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 4 4
29 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4
30 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
31 1 3 4 4 4 2 4 4 4 1 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 1 1 4 4 3 1 4 4 4 4 4 1 4 4 1 1 4 4 4 4 2 4 4 4 3
32 2 2 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 3 1 2 4 4 3 1 3 1 4 4 3 4 1 4 2 1 2 2 4 2 4 2 4 4 4 4 3 1 3 3 2 2
33 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4
34 2 2 2 2 2 1 3 1 2 3 4 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 4 1 3 3 2 4 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 4 4
35 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3
36 4 4 4 4 4 4 4 3 1 2 3 4 4 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3 3
37 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3
38 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3
39 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3 3
40 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3
41 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3
42 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3
43 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3
44 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3
45 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3
46 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 3 2
47 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3
48 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
(38)
LAMPIRAN 5:
Hasil Matrix Korelasi
Antara
Kecerdasan Emosional Dan Sindroma burnout dengan
fackor-faktor sindroma Burnout.(39)
Lampiran 5
5.1. Hasil SPSS korelasi antara Kecerdasan Emosional dengan Sindroma Burnout
Correlations
teq tbo Spearman's rho teq Correlation Coefficient 1,000 -,427**
Sig. (2-tailed) . ,002
N 49 49
tbo Correlation Coefficient -,427** 1,000 Sig. (2-tailed) ,002 .
N 49 49
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
5.2. Matrix Korelasi Kecerdasan emosional dan Sindroma Burnout dengan fackor-faktor
sindroma Burnout.
Correlations
em.q burnout usia pend.akr jabatan lama.ker status Spearman's rho em.q Correlation
Coefficient
1,000 -,427** ,337* ,196 ,338* -,193 -,101 Sig. (2-tailed) . ,039 ,052 ,203 ,123 ,219 ,492
N 49 49 49 49 49 49 49
burnout Correlation Coefficient
-,427** 1,000 -,394* -,063 -,079 -,335* ,141 Sig. (2-tailed) ,039 . ,411 ,705 ,590 ,750 ,332
N 49 49 49 49 49 49 49
usia Correlation Coefficient
,337* -,394* 1,000 ,127 ,098 ,502** -,476** Sig. (2-tailed) ,052 ,411 . ,386 ,504 ,000 ,001
N 49 49 49 49 49 49 49
pend.akr Correlation Coefficient
,196 -,063 ,127 1,000 ,211 ,011 -,063 Sig. (2-tailed) ,203 ,705 ,386 . ,146 ,939 ,666
(40)
5.3. Hasil korelasi antara kecerdasan emosional dan sindroma Burnout dengan data penunjang
5.3.1. Hasil korelasi antara kecerdasan emosional dengan data penunjang Correlations
em.q usia pend.akr jabatan lama.ker status em.q Spearman’s rho
Correlation
1 ,337*
,196 ,338* -,193 -,101 Sig. (2-tailed) ,153 ,176 ,017 ,185 ,492
N 49 49 49 49 49 49
usia Spearman’s rho Correlation
,337* 1 ,058 ,155 ,518** ,141 Sig. (2-tailed) ,153 ,691 ,288 ,000 ,332
N 49 49 49 49 49 49
pend.akr Spearman’s rho Correlation
,196 ,058 1 ,139 ,007 -,476** Sig. (2-tailed) ,176 ,691 ,341 ,961 ,001
N 49 49 49 49 49 49
jabatan Spearman’s rho Correlation
,338* ,155 ,139 1 ,131 -,063 Sig. (2-tailed) ,017 ,288 ,341 ,371 ,666
N 49 49 49 49 49 49
jabatan Correlation Coefficient
,338* -,079 ,098 ,211 1,000 ,063 ,005 Sig. (2-tailed) ,123 ,590 ,504 ,146 . ,665 ,974
N 49 49 49 49 49 49 49
lama.ker Correlation Coefficient
-,193 -,335* ,502** ,011 ,063 1,000 -,560** Sig. (2-tailed) ,219 ,750 ,000 ,939 ,665 . ,000
N 49 49 49 49 49 49 49
status Correlation Coefficient
-,101 ,141 -,476** -,063 ,005 -,560** 1,000 Sig. (2-tailed) ,492 ,332 ,001 ,666 ,974 ,000 .
N 49 49 49 49 49 49 49
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
(41)
lama.ker Spearman’s rho Correlation
-,193 ,518** ,007 ,131 1 ,005 Sig. (2-tailed) ,185 ,000 ,961 ,371 ,974
N 49 49 49 49 49 49
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
5.3.1. Hasil korelasi antara sindroma burnout dengan data penunjang lCorrelations
burnout usia pend.akr jabatan lama.ker status burnout Spearman’s rho
Correlation
1 -,394* -,063 -,003 -,335* -,101 Sig. (2-tailed) ,519 ,669 ,982 ,812 ,492
N 49 49 49 49 49 49
usia Spearman’s rho Correlation
-,394* 1 ,058 ,155 ,518** ,141 Sig. (2-tailed) ,519 ,691 ,288 ,000 ,332
N 49 49 49 49 49 49
pend.akr Spearman’s rho Correlation
-,063 ,058 1 ,139 ,007 -,476** Sig. (2-tailed) ,669 ,691 ,341 ,961 ,001
N 49 49 49 49 49 49
jabatan Spearman’s rho Correlation
-,003 ,155 ,139 1 ,131 -,063 Sig. (2-tailed) ,982 ,288 ,341 ,371 ,666
N 49 49 49 49 49 49
lama.ker Spearman’s rho Correlation
-,335* ,518** ,007 ,131 1 ,005 Sig. (2-tailed) ,812 ,000 ,961 ,371 ,974
N 49 49 49 49 49 49
(42)
LAMPIRAN 6:
(43)
Lampiran 6
Kisi-kisi alat ukur kecerdasan emosional
aspek indikator item
Mengenali emosi diri
o Mampu mengenali dan merasakan emosi nya sendiri
o Mampu memahami penyebab perasaan yang timbul
o Mengenali perbedaan perasaan dan tindakan
(+)
Saya menyadari kemarahan saya ketika sedang menangani pasien yang kurang kooperatif. (1)
Saya mengenali segala perasaan yang sedang saya rasakan dikala sedih atau senang. (39)
(-)
Saya sulit mengenali bagaimana perasaan saya ketika saya sedang dilanda masalah. (15)
(+)
Saya paham dalam keadaan tertentu (lelah, banyak pikiran) saya merasa kesal jika bertemu dengan pasien yang banyak menuntut. (10)
Saya tahu dengan jelas apa yang dapat membuat saya marah. (25)
(-)
Kadang saya merasa bingung mengapa saya bisa marah dengan pasien (31) (+)
Saya tahu yang harus saya lakukan saat menangani pasien yang membuat saya kesal. (11)
(-)
Saya tahu bahwa tindakan yang kurang menyenangkan akan saya muculkan ke pasien yang banyak menuntut. (35) Saya sulit menyadari bahwa perasaan
saya yang sedang kesal dapat mempengaruhi pelayanan saya terhadap pasien (seperti mengeluarkan nada suara
(44)
yang tinggi). (19) Mengelola
emosi diri
o Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah
o Mampu mengungkapkan amarah dengan tepat
(+)
Saat melayani pasien, saya berusaha untuk sabar walaupun sedang dihadapi oleh situasi yang dapat membuat saya marah. (13)
Saya adalah orang yang tegas dan mampu membuat keputusan yang baik, meskipun dalam keadaan tidak pasti dan tertekan. (40)
(-)
Saya merasa marah dan kesal pada saat menghadapi pasien yang kurang dapat diajak bekerja sama (seperti tidak mau meminum obatnya, tidak mau mandi dll). (26)
(+)
Saya dapat mengungkapkan rasa tidak suka saya dengan perilaku pasien dengan cara yang sopan dan sedapat mungkin tetap menjaga perasaan pasien. (2)
(-)
Dalam keadaan emosi yang tertekan (banyak pekerjaan), saya dapat membentak pasien secara spontan pada pasien yang membuat saya kesal. (12) Ketika perasaan saya sedang kesal karena
sesuatu hal (masalah intern), tanpa saya sadari saya menunjukkan
ekspresi marah saya dengan para pasien. (41)
(45)
o Perasaan yang lebih positif terhadap diri sendiri dan oranglain
(+)
Saya merasa senang ketika pasien merasa puas dengan pelayanan yang saya berikan. (24)
Saya dapat memahami bahwa sebagai pasien mereka membutuhkan bantuan dan pelayanan dari saya. (42)
(-)
Saya merasa kecewa dengan pasien yang kurang dapat mengikuti tata tertib yang ada pada Rumah Sakit ini. (32)
Memotivasi diri
o Bertanggungjawab
o Mampu memusatkan perhatian pada pelaksanaan tugas
(+)
Meskipun sudah berada di luar jam kerja, saya akan tetap bersedia menolong pasien yang sedang membutuhkan pertolongan. (3)
Saya akan bertanggung jawab bila saya telah melakukan kesalahan dalam memberi pelayanan pasien. (27)
(-)
Pada saat saya mendapat shift malam saya kurang maksimal dalam bekerja. (14)
(+)
Saya berusaha untuk tidak membawa masalah yang sedang saya hadapi jika saya sedang bertugas. (4)
Saya merasa kalau kinerja saya tidak akan terganggu oleh lingkungan kerja yang tidak mendukung. (38)
(-)
Saya sulit melakukan tugas dengan baik ketika saya sedang merasa kesal. (28)
(46)
o Peningkatan kinerja
(+)
Saya akan terus belajar untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan saya dalam bekerja. (5) Saya aktif bertanya hal-hal yang tidak
saya mengerti mengenai penyakit kepada dokter ataupun kepada perawat yang lebih senior. (16)
(-)
Saya kurang tertarik untuk mencari informasi yang lebih lengkap mengenai penyakit-penyakit yang kurang saya mengerti. (29)
Mengenali emosi orang lain
o Mampu menerima sudut pandang oranglain
o Peka terhadap perasaan oranglain
(+)
Saya menghargai kritikan dan saran dari pasien yang merasa tidak puas dengan pelayanan saya. (17)
Saya dapat bersedia menjadi pendengar yang baik, dan berusaha saling memahami, berbagi saran atau informasi secara utuh dengan orang lain. (43) (-)
Saya sulit menerima pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat saya. (37) (+)
Saya dapat memahami apa yang dirasakan oleh pasien-pasien saya. (18) Saya dapat merasakan ketidaknyamanan
pasien terhadap penyakitnya. (30) (-)
Saya kurang dapat memahami apa yang pasien rasakan ketika penyakitnya sedang kambuh. (6)
(47)
o Lebih baik dalam
mendengarkan oranglain
(+)
saya bersedia mendengarkan keluhan-keluhan, kritik atau saran yang pasien utarakan. (7)
Saya akan meluangkan waktu jika ada pasien yang membutuhkan teman cerita mengenai persoalan pribadinya maupun penyakitnya. (13)
(-)
Saya kurang tertarik mendengarkan pasien yang bercerita baik tentang perasaannya maupun keluhannya. (21) Membina
hubungan dngan orang lain
o Terampil dalam berkomunikasi
o Lebih menaruh perhatian dan tenggang rasa
(+)
Jika sedang berkomunikasi dengan pasien, saya berusaha untuk bersikap simpati. (23)
(-)
Saya kurang mahir dalam memberikan informasi yang mudah dimengerti kepada pasien maupun keluarga pasien. (8) Saya merasa sulit dalam memberikan
saran yang jelas kepada para pasien. (22) (+)
Meskipun saya merasa kurang nyaman dengan pasien tertentu, saya dapat memperlakukan pasien tersebut sama dengan pasien yang lainnya. (20)
Saya berusaha memperhatikan dan menanyakan keadaan pasien sehingga mereka pun merasa diperhatikan oleh saya. (34)
(-)
Saya tidak perduli dengan pasien yang sulit untuk diajak bekerja sama. (33)
(48)
o Lebih menyukai
bekerjasama dan menolong
(+)
Saya tertarik menjadi perawat karena saya suka membantu orang yang sedang sakit. (9)
Pada saat berhadapan dengan pasien yang rewel, saya bersedia menolongnya meskipun pada saat itu saya sedang sibuk dengan tugas. (45)
(-)
Sebelum terjadi hubungan yang kurang menyenangkan dengan pasien, saya akan membicarakan terlebih dahulu hal-hal apa yang diharapkan pasien dari pelayanan saya. (36)
(49)
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia (Depkes RI,2002).
Dalam bisnis rumah sakit, pasien sebagai konsumen berkesempatan untuk memilih rancangan kesehatan yang lebih lengkap dan memadai yang ditawarkan pada masing-masing rumah sakit yang sedang bersaing. Misalnya fasilitas berupa alat-alat kesehatan dan sarana yang disediakan oleh pihak rumah sakit, dokter-dokter yang ahli dalam bidangnya, dan juga melibatkan peran perawat yang berhubungan langsung dengan pasien
(http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_sakit).
Tingkat kepuasan dan tanggapan-tanggapan yang positif dari pasien akan mempengaruhi perkembangan rumah sakit dan juga keberadaan rumah
(50)
2
Universitas Kristen Maranatha
sakit tersebut untuk masa yang akan datang. Maka tidak diragukan lagi bahwa tingkat kenyamanan pasien akan menjadi sangat penting demi kelangsungan bisnis rumah sakit. Pengalaman yang kurang menyenangkan dalam hal pelayanan dapat membuat pasien pindah ke rumah sakit lain, sedangkan pengalaman menyenangkan akan meningkatkan kesetiaan pasien. Perawat merupakan salah satu unsur yang penting dan menentukan untuk mencapai tujuan rumah sakit, sehingga pelayanan perawatan memiliki beban kerja paling besar dalam sebuah rumah sakit jika dibandingkan dengan bagian administrasi dan pemeliharaan.
Dalam prakteknya di rumah sakit, perawat menghadapi tuntutan tugas yang cukup berat karena tuntutan tugasnya lebih banyak berhubungan dengan pasien yang kadang-kadang tingkah lakunya menjengkelkan perawat, tetapi perawat dituntut untuk tetap memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya agar pasien merasa nyaman sehingga dapat mempercepat proses kesembuhannya. Pada umumnya perawat akan disenangi oleh pasien bila perawat dapat bertingkah laku dengan cara berbicara yang sopan, ramah dan mudah tersenyum, memperlihatkan sikap berminat dan mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikemukakan atau dikeluhkan oleh pasien (Gunarsa,1995).
Rumah sakit ‘X’ kota Bekasi merupakan rumah sakit siaga 24 jam yang dilengkapi dengan apotik, laboratorium, kamar rawat inap dan ruang UGD, dan juga memiliki beberapa poli untuk pasien yang berobat jalan. Rumah sakit “X” kota Bekasi ini berada ditempat yang strategis sehingga
(51)
3
Universitas Kristen Maranatha
banyak pasien yang datang berobat, dan hal tersebut membuat perawat kewalahan juga. Rumah sakit “X” kota Bekasi mencoba mengupayakan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat pada salah satu misi dari tujuan Rumah sakit “X” kota Bekasi, yaitu memberikan kepuasan konsumen yang optimal secara terus-menerus dan mengusahakan standar kualitas pelayanan yang tinggi dengan menjadikan kedekatan pada konsumen sebagai prioritas utama. Perawat di Rumah sakit ‘X’ kota Bekasi ini hanya berjumlah 50 orang dengan tingkat pendidikan D3–S1 dengan masa kerja yang berbeda, perawat-perawat ini telah dibagi tugasnya sesuai dengan keahlian mereka, perawat pelaksana, tim ruangan, kepala perawat dan perawat bidan.
Rumah sakit ‘X’ kota Bekasi ini memiliki 20 ruang rawat inap yang terbagi dari 3 kelas, yaitu kelas utama sebanyak 4 kamar yang berisi 2 orang pasien untuk setiap kamar, kelas II terdapat 6 kamar yang berisi untuk 4 pasien dan kelas III terdapat 10 kamar yang masing-masing kamar ditempati oleh 6 orang. Data pasien inap di Rumah sakit ini pada bulan Oktober 2010 sampai saat ini rata-rata berkisar antara 72-98 pasien dan ± 3 orang yang masuk ke ruang UGD tiap harinya. Karena kapasitas ruang inap yang cukup banyak dan selalu dipenuhi oleh para pasien yang berobat juga, maka hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara jumlah perawat dengan pasien yang ada, karena 1 orang perawat ditugaskan untuk mengontrol ± 9 pasien pada setiap ruang rawat inap. Banyaknya jumlah pasien yang masuk dengan bermacam-macam jenis penyakit, memerlukan tindakan medis yang
(52)
4
Universitas Kristen Maranatha
harus segera dilakukan oleh perawat. Karena ada pengalaman perawat yang tidak menyenangkan ketika menangani pasien UGD. Mereka menceritakan bahwa ada beberapa keluarga pasien yang menyalahkan kinerja mereka karena lambat dalam menangani pasien, contohnya ketika sedang banyak pasien yang harus ditangani tetapi karena jumlah perawat yang ada kurang, maka pasien yang baru masuk UGD tidak segera ditangani dan harus menunggu.
Menurut Kepala Perawat rumah sakit “X” kota Bekasi, dalam melakukan tugasnya seorang perawat dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih memperhatikan kepentingan pasien. Kepentingan pasien yang dimaksud adalah melayani dengan ramah, mendengarkan keluhannya, cepat dan tanggap dalam memberikan pelayanan, bersedia menerima kondisi pasien apa adanya, memiliki fokus perhatian terhadap kesejahteraan pasien yaitu membantu mereka untuk mendapatkan rasa aman dan nyaman, jika dokter sedang tidak berada ditempat maka perawat harus bertindak mewakili dokter, menyampaikan anjuran-anjuran dari dokter untuk pasien dan berusaha agar anjuran tersebut dilaksanakan pasien.
Pengalaman dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pasien diakibatkan oleh perlakuan yang kurang baik dari perawat. Hasil observasi terhadap perawat RS “X” kota Bekasi memperlihatkan sebagian perawat yang menampilkan tingkah laku yang tidak semestinya, misalnya kurang mampu mengendalikan amarahnya bila menghadapi pasien yang marah-marah,
(53)
5
Universitas Kristen Maranatha
menggerutu jika pasien memerlukan bantuan, bersikap masa bodoh terhadap keluhan pasien, kurang memberikan penjelasan mengenai fungsi alat dan fasilitas kepada pasien, perawat mengandalkan dan melimpahkan tugas kepada keluarga atau penunggu pasien seperti menyuapi atau memandikan.
Dalam memberikan pelayanan yang berhubungan langsung dengan pasien, perawat dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih dalam pekerjaannya, seperti bagaimana strategi menghadapi pasien dalam menyampaikan keluhannya, bagaimana mengatasi pasien yang emosional, serta bagaimana perawat dapat berempati terhadap apa yang disampaikan oleh pasien mengenai penyakitnya. Kemampuan lebih yang dimaksud diatas adalah kemampuan dalam kecerdasan emosional (Emotional Inteligence).
Kemampuan intelektual yang dimiliki oleh seorang perawat belumlah cukup untuk dapat menangani pasien, tetapi harus didukung oleh kemampuan dalam membina hubungan dengan pasien, berempati terhadap penyakit yang diderita, mendengarkan keluhan, memberikan pelayanan yang cepat dan baik dalam memenuhi kebutuhan pasien. Keterampilan-keterampilan inilah yang dimaksud dengan kecerdasan emosional (Goleman, 1996).
Kecerdasan emosional menurut Goleman (1996), adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu untuk memotivasi diri sendiri, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan penuh harapan. Goleman (1996),
(54)
6
Universitas Kristen Maranatha
kemudian mengembangkan dimensi-dimensi dari kelima dimensi kecerdasan emosional yaitu kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati) dan membina hubungan dengan orang lain.
Keluhan pasien mengenai sikap perawat yang menggerutu jika pasien membutuhkan bantuan darinya, seharusnya tidak terjadi. Karena dalam dimensi kemampuan mengenali emosi diri pada perawat akan membuat mereka memantau reaksi-reaksi yang mereka berikan pada saat berhubungan dengan pasien sehingga mereka akan penuh pertimbangan dalam bereaksi terhadap stimulus lingkungan. Perawat seharusnya bisa memberikan pelayanan yang profesional kepada pasien.
Kemudian keluhan pasien mengenai perawat yang kurang ramah terhadap pasien ketika memberikan pelayanan seperti membentak, atau menutup pintu dengan keras, bersikap kurang lembut. Seharusnya perawat mampu untuk menahan emosinya, karena dalam dimensi mengelola emosi dilandasi oleh pengenalan terhadap emosi yang dialami saat itu akan membantu perawat untuk dapat menampilkan perilaku yang wajar saat mengungkapkan emosinya, sehingga meskipun perilaku pasien memancing emosinya, perawat dapat menghadapinya dengan respon yang tepat.
Keluhan pasien mengenai perawat yang kurang jelas ketika memberikan penjelasan mengenai penyakit pasien seharusnya tidak terjadi karena perawat juga berperan untuk memberikan penjelasan mengenai penyakit yang diderita oleh pasien. Dalam dimensi kemampuan memotivasi
(55)
7
Universitas Kristen Maranatha
diri akan mempermudah perawat dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaannya sehingga menimbulkan kinerja yang tinggi dalam segala bidang.
Perawat seharusnya bisa menjadi seorang pendengar yang baik bagi pasien. Karena ketika pasien sedang sakit, dia membutuhkan perhatian yang lebih dari orang lain. Dalam dimensi kemampuan mengenali emosi orang lain (empati) memungkinkan seorang perawat menangkap maksud pasien dan apa yang mereka kehendaki. Selain itu pengenalan terhadap emosi pasien akan mengarahkan pemilihan tindakan yang tepat. Jika perawat mampu berempati terhadap apa yang dirasakan oleh pasien, keluhan mengenai perhatian dan sikap tanggap seorang perawat yang masih dirasakan kurang tidak akan terjadi.
Pasien juga mengeluhkan bahwa perawat kurang bisa berkomunikasi dengan baik dengan pasien. Terkadang perawat hanya menjawab seperlunya ketika pasien bertanya pada perawat atau terkadang perawat bertanya pada perawat lain untuk menjawab pertanyaan pasien. Pada dimensi kemampuan membina hubungan dengan orang lain, akan menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi pasien untuk berurusan dengan perawat. Perawat dengan kemampuan ini akan memiliki fleksibilitas dalam berinteraksi dengan berbagai macam pasien.
Dalam Kompas Cyber Media (jum’at 10 desember 2008) dijelaskan bahwa menjadi seorang perawat tidak semudah yang dibayangkan. Selain sarana kerja dan kesejahteraan terbatas, perawat sering menjadi bumper.
(56)
8
Universitas Kristen Maranatha
Dimana mereka seringkali dimarahi oleh pasien jika dokter tidak segera datang, atau disalahkan oleh keluarga pasien ketika pasien tidak kunjung sembuh. Banyaknya beban tugas yang harus dijalankan oleh perawat inilah yang akhirnya bisa memicu stress. Pekerjaan seorang perawat sangatlah berat. Dari satu sisi, seorang perawat harus menjalankan tugas yang menyangkut kelangsungan hidup pasien yang dirawatnya. Disisi lain, keadaan psikologis perawat itu sendiri juga harus tetap terjaga sehingga dapat menangani pasien dengan baik. Kondisi seperti inlah yang dapat menimbulkan rasa tertekan pada perawat sehingga ia mudah sekali mengalami stress. Stress yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama dengan intesitas yang cukup tinggi akan mengakibatkan ketegangan mental yang mengganggu kondisi emosional, proses berpikir, dan kondisi fisik seseorang (Davis, 1996).
Stress yang berlebihan akan berakibat buruk terhadap individu untuk berhubungan dengan lingkungannya secara normal. Akibatnya kinerja mereka menjadi buruk dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya. Apabila keadaan stress terjadi dalam jangka waktu yang lama dengan intensitas yang cukup tinggi, ditandai dengan kelelahan fisik, kelelahan emosional dan kelelahan mental maka akan mengakibatkan perawat mengalami sindroma burnout yaitu suatu kondisi dimana individu mengalami kelelahan emosional yang terjadi karena tuntutan kerja yang tinggi dan terjadi dalam jangka waktu yang lama dan didalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi (maslach & Jackson, 1981).
(57)
9
Universitas Kristen Maranatha Burnout adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh orang-orang
yang berkerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya. Seperti perawatan, pendidikan, kepolisian, keagamaan dan sebagainya. Reaksi terhadap pekerjaan ini meliputi reaksi-reaksi sikap dan emosional sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan. Seringkali tanda awal dari burnout adalah suatu perasaan bahwa dirinya mengalami kelelahan emosional terhadap pekerjaannya.
Burnout biasanya terjadi bukan karena satu atau dua kejadian yang
traumatis tetapi karena akumulasi yang bertahap dari tekanan kerja yang berat (dalam Santrock, 2002).
Russel dan Velsen pada tahun 1987 (dalam Rohman dkk, 1997) meneliti hubungan job stress dengan burnout di kalangan perawat. Mereka menemukan bahwa perawat-perawat yang mendapatkan dukungan sosial dari para atasan mereka secara berulang kali merasakan berkurangnya kelelahan emosional, perawat-perawat menjadi bersifat lebih positif terhadap pekerjaan, pasien-pasiennya, dan semakin meningkat prestasi kerjanya. Hal ini didukung oleh Davis dan Newstroom (dalam Andriani dan Subekti, 2004) yang menyatakan bahwa beberapa orang yang mengalami
burnout disebabkan karena mereka merasa sendirian, kehilangan hubungan
hangat dengan orang disekitarnya seperti keluarga dan rekan kerjanya. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti melalui wawancara kepada 10 orang responden dari perawat dari Rumah Sakit ’X’ kota Bekasi, 60% responden mengatakan bahwa saat menghadapi para
(58)
10
Universitas Kristen Maranatha
pasien yang berperilaku tidak menyenangkan seperti, pasien yang rewel dan mengeluh terus menerus membuat si perawat menjadi mudah tersinggung, merasa tidak dihargai, merasa kurang sabar dan menjadi tidak nyaman untuk melayani pasien sehingga memberikan mimik muka yang tidak enak kepada pasien, mereka juga tidak kuat menghadapi pasien tersebut sehingga mereka pergi meninggalkan pasien yang seharusnya mereka layani, ada juga perawat yang sampai membanting pintu saat menghadapi pasien yang sedang marah-marah karena pelayanannya tidak memuaskan. Hal ini disebabkan karena keadaan emosi mereka yang kurang stabil, menurut survey 25% perawat sedang mengalami masalah eksternal dan kelelahan mental sehingga ia tidak dapat berprilaku profesional, 35% mengaku sedang mengalami kejenuhan pada pekerjaan mereka dan merasakan lelah secara fisik. Kemudian 40% lainnya menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa menghadapi para pasien-pasien yang rewel sehingga dapat bertindak lebih sabar dan menguasai diri, serta tidak mudah terpancing emosinya apabila menghadapi para pasien yang banyak mengeluh walaupun perawat tersebut mengaku kesal, tapi mereka berusaha untuk profesional dan menahan kesabaran mereka saat mengahadapi pasien yang banyak maunya. Adapun masalah komunikasi dengan para pasien, mereka berupaya untuk menarik simpati para pasien untuk meredam terjadinya salah paham dengan cara pendekatan persuasif.
Perawat yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi biasanya mudah berempati, mampu mengendalikan emosi, gigih, mudah beradaptasi,
(59)
11
Universitas Kristen Maranatha
disukai dan mampu mencari jalan keluar serta berkerja dengan tim (dalam Efiati, 2004). Sehingga akan meminimalkan kecendrungan burnout yang dialami oleh perawat tersebut. Kondisi burnout muncul bukan hanya dipengaruhi oleh kondisi organisasi, namun merupakan hasil antara kondisi organisasi dengan karakteristik individu.
Kecerdasan emosional juga menuntut perawat untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri dan orang lain (dalam Yen dkk,2003). Namun pada kenyatannya di banyak rumah sakit masih saja terdapat kasus perawat yang bertindak tidak sopan dengan para pasiennya. Hal ini terjadi karena individu kurang mampu mengelola emosinya sehingga menimbulkan stress yang berulang terjadi atau sering disebut dengan sindroma burnout.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada perawat yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka akan mampu mengatasi masalah-masalahnya dan semakin rendah pula untuk mengalami gejala burnout dan pada perawat yang memiliki kecerdasan emosi yang rendah maka kemungkinan untuk mengalami gejala burnout pun semakin tinggi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana hubungan antara kecerdasan emosi yang dimiliki perawat wanita rumah sakit ”X” Bekasi dan sindroma burnout yang dialami selama bekerja.
(60)
12
Universitas Kristen Maranatha
1.2. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka pada penelitian ini ingin diketahui sejauh mana hubungan antara kecerdasan emosi dengan sindroma burnout pada perilaku perawat wanita dalam melayani pasien di Rumah sakit “X” kota bekasi.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian
Untuk memperoleh gambaran sejauh mana hubungan antara kecerdasan emosional dan sindroma burnout pada perilaku perawat wanita dalam melayani pasien di Rumah Sakit ‘X’ kota Bekasi.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara kecerdasan emosi dan sindroma burnout pada perawat wanita di Rumah Sakit ‘X’ kota Bekasi.
1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoretis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Ilmu Psikologi khususnya bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai hubungan Kecerdasan Emosional dan sindroma burnout pada perilaku perawat wanita dalam melayani pasien.
(61)
13
Universitas Kristen Maranatha
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi peneliti lain yang akan mengadakan atau melanjutkan peneleitian mengenai Kecerdasan Emosional dan sindroma burnout perilaku pada perawat wanita di Rumah Sakit ’X’ kota Bekasi.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Memberi informasi pada pihak rumah sakit “X” Bekasi melalui kepala perawat untuk dapat memahami taraf kecerdasan emosional dan kemungkinan terjadinya sindroma burnout pada perawat-perawatnya dan melakukan bimbingan serta melatih mereka untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya serta menjaga agar sindroma burnout tidak terjadi.
Memberi informasi kepada perawat rumah sakit “X” Bekasi untuk dapat mengetahui taraf kecerdasan emosional mereka dan memperbaiki diri dengan mengikuti bimbingan dan pelatihan yang disediakan oleh rumah sakit.
(62)
14
Universitas Kristen Maranatha
1.5. Kerangka Pemikiran
Seorang perawat memiliki tuntutan yang tinggi untuk berhasil dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dengan baik, sebagaimana perawat memiliki peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, sebagai
advokat klien, sebagai educator, sebagai koordinator, sebagai konsultan
dan sebagai pembaharu. Melihat banyak dan beratnya fungsi serta peran seorang perawat, maka dibutuhkan keterampilan-keterampilan khusus dan kemampuan-kemampuan tertentu bagi seorang perawat agar mampu menghadapi berbagai hambatan dan tantangan sehingga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan.
Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan: mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa (Goleman,2005:45). Goleman mengembangkan kelima dimensi-dimensi yang telah diungkapkan oleh Peter Salovey (1983), yaitu memiliki kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), dan membina hubungan dengan orang lain.
Pengertian dari mengenali emosi diri intinya adalah kesadaran diri, mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Hal ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Dengan memiliki kesadaran diri, seseorang
(63)
15
Universitas Kristen Maranatha
akan mempunyai kepekaan lebih tinggi tentang perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi (Goleman, 1996). Dalam pelaksanaan tugasnya di Rumah Sakit, perawat yang mampu menganali emosinya maka mereka akan bersikap sopan, mampu mempertahankan situasi tertib, dan tetap ramah walaupun pada pasien yang rewel dan banyak mengeluh. Sedangkan perawat yang lemah akan kemampuan ini maka mereka akan lebih mudah terpancing dan terprovokasi amarahnya oleh pasien yang tidak disukainya. Kemampuan mengenali emosi diri sendiri ini sangat penting untuk perawat demi memperoleh kesejahteraan bagi dirinya sendiri dalam memenuhi sebagai tanggung jawab perawat maupun pasien.
Dimensi pengelolaan emosi dilandasi oleh pengenalan terhadap emosi yang dialami saat itu akan membantu perawat untuk dapat menampilkan perilaku yang wajar saat mengungkapkan emosinya, sehingga meskipun perilaku pasien memancing emosinya, perawat dapat menghadapinya dengan respon yang tepat. Selain itu dapat membantu perawat dalam mengatasi suasana hati yang tidak menyenangkan, sehingga perawat akan tetap memberikan kenyamanan kepada pasien saat berhubungan dengannya. Ketika pasien menolak meminum obat dengan marah, perawat harus bersabar dan jangan terpancing emosi karena sikap pasien tersebut. Perawat harus bisa menciptakan suasana agar tetap nyaman bagi pasien sehingga pasien mau meminum obatnya. Sebaliknya perawat yang tidak memiliki kemampuan ini cenderung akan mudah
(64)
16
Universitas Kristen Maranatha
terpancing emosinya dan melepaskan emosinya tanpa berpikir panjang, seperti langsung meninggalkan pasiennya dan bersikap acuh.
Pengertian dari memotivasi diri adalah kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan, dasar untuk memotivasi diri sendiri, menguasai diri dan berkreasi (Goleman, 1996). Seorang perawat harus dapat bertanggung jawab dengan pekerjaannya, mematuhi segala peraturan Rumah Sakit yang telah ditetapkan, fokus dan adanya kemauan dalam menjalani tugas yang telah diberikan. Perawat Rumah Sakit harus dapat mengolah emosinya dengan baik agar menjadi suatu motivasi untuk lebih berprestasi dalam pekerjaannya, memenuhi segala tuntutan tugasnya serta harus merasa optimis dalam mencapai keberhasilannya dalam bekerja. Kemampuan memotivasi diri perawat akan menjadi modal utama dalam keterampilan menjalani profesinya, karena dengan adanya kemauan dan tujuan yang ingin dicapai dari dalam dirinya maka segala apa yang menjadi hambatan bagi mereka akan mereka lewati dengan professional, contohnya apabila ada kesalahan ketika memberikan obat pada pasien, maka di lain waktu ia tidak akan melakukan hal yang sama lagi dan ketika dihadapi situasi darurat maka mereka akan langsung tanggap dan inisiatif untuk langkah apa saja yang harus mereka lakukan. Sebaliknya bagi perawat yang kurang mampu memotivasi diri, terdapat kecenderungan kurang terampil dalam menjalani tugasnya, cenderung menjadi perawat yang malas, kurang bersemangat dan menjadi tidak bertanggung jawab sehingga ketika dihadapi dituasi darurat mereka tidak tahu dan menjadi
(65)
17
Universitas Kristen Maranatha
gugup. Oleh karena itu sangat diperlukan untuk memiliki kemampuan ini sehingga dapat memanfaatkan emosinya agar mampu melayani pasien lebih dari apa yang bias mereka lakukan.
Pengertian dari mengenali emosi orang lain intinya adalah empati. Kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan keterampilan dalam bergaul. Empati akan menuntun seseorang untuk menangkap sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dikehendaki atau dibutuhkan orang lain (Goleman, 1996). Dimensi kemampuan mengenali emosi orang lain, memungkinkan seorang perawat menangkap maksud pasien dan apa yang mereka kehendaki. Selain itu pengenalan terhadap emosi pasien akan mengarahkan pemilihan tindakan yang tepat. Melihat pasien yang tidak mau meminum obat sebagai perawat selain membujuk pasien agar mau meminum obatnya, perawat juga harus mampu mengetahui apa yang menyebabkan pasien tidak mau melakukan hal itu. Perawat dapat bertanya dengan pasien apa yang dirasakannya saat itu sehingga pasien tidak mau meminum obatnya. Karena proses penyembuhan seorang pasien tidak hanya dari obat, tetapi juga suasana hati pasien akan mempercepat proses penyembuhannya. Perawat harus dapat menjadi seorang pendengar yang baik bagi pasien.
Pengertian dari membina hubungan adalah keterampilan untuk membuka relasi pada orang lain. Keterampilan ini menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antarpribadi (Goleman, 1996). Dimensi kemampuan membina hubungan dengan orang lain, akan menciptakan
(66)
18
Universitas Kristen Maranatha
suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi pasien untuk berurusan dengan perawat. Perawat dengan kemampuan ini akan memiliki fleksibilitas dalam berinteraksi dengan berbagai macam pasien. Ketika perawat mau mendengarkan keluhan pasien, akan membuat pasien merasa nyaman berhubungan dengannya. Dengan hubungan yang baik antara perawat dan pasien, perawat akan mengetahui apa yang diinginkan oleh pasien. Perawat akan dapat mengurangi kemungkinan kesalahan yang akan terjadi ketika dia mengurus pasiennya. Apabila perawat tidak memiliki kemampuan ini, maka dia tidak akan berhasil dalam pekerjaannya terutama pekerjaan yang membutuhkan sikap persuasif dalam membujuk pasien dan pesan yang ingin disampaikan cenderung disalahartikan oleh pasien sehingga bias terjadi salah pahan dan salah pengertian.
Hubungan yang baik dengan kepala perawat juga perlu dibina karena akan memudahkan perawat ketika menghadapi hambatan dalam pekerjaannya. Perawat akan lebih mudah bertanya pada kepala perawat dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalahnya. Selain dengan kepala perawat, hubungan dengan sesama rekan kerja juga perlu dibina karena akan mempengaruhi hasil kerja yang akan dicapai. Dalam hal inilah, peran kecerdasan emosional seseorang dibutuhkan guna dapat berhubungan baik dengan rekan kerja yang lain.
Seorang perawat yang tidak mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi dapat ditandai dengan hal-hal berikut: mempunyai emosi yang
(67)
19
Universitas Kristen Maranatha
tinggi, cepat bertindak berdasarkan emosinya, dan tidak sensitif dengan perasaan orang lain. Orang yang tidak mempunyai kecerdasan emosional tinggi, biasanya mempunyai kecenderungan untuk menyakiti dan memusuhi orang lain. Dalam dunia kerja, orang-orang yang mempunyai kecerdasan emosional yang sangat tinggi diperlukan, terlebih dalam tim untuk mencapai tujuan tertentu.
Para perawat dalam pekerjaan sehari-hari hampir selalu melibatkan perasaan dan emosi, sehingga setiap memberikan perawatan dituntut untuk dapat mengelola emosi dalam dirinya agar dapat memiliki stabilitas emosi yang baik dalam bekerja sehingga dapat mempertahankan kinerjanya dengan baik, serta dapat mengekspresikan perasaan yang ada dalam dirinya pada situasi dan kondisi yang tepat.
Dalam pencapaian sikap emosional, individu juga harus memperhatikan perkembangan sosio-emosional yang terjadi pada tahap dewasa awal, dimana pada tahap ini individu harus mampu mempertahankan hubungan emosional yang erat dengan orang lain, tidak cepat marah, dan harus dapat diterima dalam lingkungan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada para perawat dimana dalam setiap tugasnya akan selalu terjun dan bersentuhan langsung dengan para pasien. Disatu sisi, banyaknya tekanan terhadap pekerjaannya, ketika sedang menghadapi suatu permasalahan yang intern terhadap para pasien yang dianggapnya tidak dapat bekerjasama, seperti perilaku pasien yang rewel atau banyak mengeluh pada perawat yang sedang bertugas, senior-senior
(1)
memicu perasaan positif, dan disaat yang sama dapat menekankan perasaan negatif. Sehingga perawat dapat menyelesaikan masalahnya tanpa harus menimbulkan stres yang nantinya akan menghambat semangat kerja perawat terutama produktivitas dan kegiatan berinteraksi dengan pasien, rekan kerja maupun dengan atasan.
2.Bagi subjek
Diharapkan dapat mengurangi burnout yang tergolong tinggi dengan cara: a. Melibatkan diri secara aktif dalam semua kegiatan atau acara yang diadakan
oleh rumah sakit baik yang bersifat formal maupun informal yang dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan dan kerjasama antar rekan kerja yang dapat menciptakan kecintaan pada perusahaan. Melakukan evaluasi terhadap hasil kerja yang telah dilakukan, berusaha menemukan hal-hal baru (ide, metode, alat/produk, dll), meningkatkan kemampuan kognitif melalui kerjasama dengan semua rekan kerja ataupun pimpinan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan
b. Memahami kondisi Rumah Sakit yang sebenarnya dengan baik sehingga mampu menilai secara objektif resiko-resiko pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya serta berani dalam mengungkapkan ide, gagasan kepada pimpinan perusahaan apabila ditemukan lingkungan atau suasana kerja yang tidak sehat.
(2)
89
c. Berkonsultasi dengan kepala perawat atau bagian HRD jika mengalami gejala-gejala burnout sehingga dapat ditangani dan diberikan solusi yang cepat dan tepat sesuai dengan gejala yang dialami.
3.Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti lain diharapkan menyempurnakan hasil penelitian ini dengan cara menutupi beberapa kelemahan yang ada pada penelitian ini. Meski sah secara metode, namun evaluasi terhadap sikap dan perilaku oleh subjek sendiri tidak bisa lepas dari kemungkinan terjadinya bias subyektivitas. Disarankan sebaiknya mengungkap variabel lain yang belum diungkap oleh peneliti.
(3)
Atkinson, Rita, L; et. al. 1993. Introduction to Psychology, 11th.ed. terjemahan Pengantar Psikologi, Edisi Kesebelas, jilid 2. Dr. Widjaja Kusuma. Jakarta: Interaksana.
Ali, Zaidin. 2002. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC
Ardani T. & Rahayu I. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayu Media.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (rev.ed VI. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifudin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Cooper and Sawaf. 1999. Executive EQ: Kecerdasan Emotional Dalam Kepemimpinan dan Organisasi (terjemahan Widodo). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Depkes RI. 2006. Pedoman Kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan, Direktorat Bina Pelayanan Medik.
Edwin, Mustafa. 2007. Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Fanani, M, Asnan. 2009. Modul Pelatihan SPSS. Malang: Center Laboratory And ICT. Malang: Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
(4)
91
Goleman, Daniel.1996. Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EI Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EI Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, Daniel. 2005. Kecerdasan Emosional Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Goliszek, Andrew. 2005. 60 second manajemen stress. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Popular
Gunarsa, Singgih D.2003. Psikologi Perawatan. Jakarta: PT PBK Gunung Mulia.
Hadi, Sutrisno. 1994. Metodologi Research I.
Maslach, C. (1993). Burnout: A Multidimensional Perspective. Dilemma W.B Schaufeli, C. Maslach, & T. Marek (Eds), Professional Burnout: Recent Developments in Theory and Research (pp 1-6). Washington DC: Taylor& Francis.
Martin, Anthony Dio.2007. Smart Emotion Volume 1: Membangun kecerdasan Emosi. Jakarta: Penerbit Arga.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Santrock, John. W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja.
Wipperman, Jean, PH. D. 2007. Meningkatkan Kecerdasan Emosional Program Praktis Untuk Merangsang Kecerdasan Emosional Anda. Jakarta: Prestasi Pustaka.
(5)
Andarika, Rita. 2004. Burnout pada Perawat Puteri RS. St. Elizabeth Semarang
Ditinjau dari Dukungan Sosial.
http://psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_rita. Diakses: 15 oktober 2009.
Arifianti, Ranti, P. 2008. Hubungan Antara Kecenderungan Kepribadian Ekstrovert Introvert Dengan Burnout Pada Perawat. http://library.gunadarma.ac.id/10504145-skripsi_fpsi. Diakses: 15 oktober 2009.
Dadi. 2008. Pengertian Sindroma Burnout.
http://cacariosan.multiply.com/journal/item/3. Diakses: 15 oktober 2009.
Ema, Anrilia. 2004. Peranan Dimensi-Dimensi Birokrasi Terhadap Burnout Pada
Perawat Rumah Sakit Di Jakarta.
http://PSIKOLOGI.BINADARMA.AC.ID/JURNAL/JURNAL_ANRILIA . Diakses: 15 oktober 2009.
http:www.google.com, diakses 8 Desember 2009. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Komunikasi Teraupetik Perawat Pada Pasien di Rumah Sakit Pandang Arang Boyolali.
Pratiwi, 2008. Studi Deskriptif mengenai Kecerdasan Emosional pada Anggota Polri Satuan Massa di Kepolisian Resort kota Bandung Tengah, Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Kristen Maranatha.
Rochmatus, Z, S. 2008. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Strategi Coping Stres Dalam Mengalami Kesulitan Belajar Pada Siswa MAN Malang 1. Malang: Skripsi Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
(6)
93
Rohman, T.N., Prihartanti. N, & Rosyid, H.F. 1996. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Burnout pada Perawat putrid di Rumah Sakit Swasta. Psikologika. Th II. No.4, 51-59. Yogyakarta: Universitas Gajahmada.
Santoso, Eko Djalu. 2007. Emosi Dasar Manusia. (Online). (http:www.google.com, diakses tanggal 8 Desember 2010).
Shalimow, Yunan. 2008. Strategi Menghindar Burnout Ditempat Kerja. http://www.shalimow.com/html. Diakses: 15 Oktober 2009.
Sutjipto. 2001. Apakah anda mengalami burnout. Artikel ilmiah. http://www.depdiknas.go.id. Diakses: 15 oktober 2009
Ubaydillah. 2008. Menangani Masalah Burnout di Tempat Kerja http://www.epsikologi.com/epsi/industri_detail.asp?id=479. Diakses: 15 oktober 2009.
www.kompas.co.id