Hubungan menopause dengan obesitas pada perempuan postmenopause di Kelurahan Jebres, Surakarta rima
commit to user
HUBUNGAN LAMA MENOPAUSE DENGAN OBESITAS PADA PEREMPUAN POSTMENOPAUSE DI KELURAHAN JEBRES, SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Oleh
RIMA ANDRIYANI R 0108036
D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
(2)
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN LAMA MENOPAUSE DENGAN OBESITAS PADA PEREMPUAN POSTMENOPAUSE
DI KELURAHAN JEBRES, SURAKARTA
Oleh:
RIMA ANDRIYANI R0108036
Telah disetujui oleh Pembimbing untuk diujikan di hadapan Tim Penguji KTI Pada Rabu, 26 Juni 2012
Pembimbing Utama
Lilik Wijayanti,dr.,M.Kes NIP. 19690305 199802 2 001
Pembimbing Pendamping
Muthmainah,dr.,M.Kes NIP. 19660702 199802 2 001
Ketua Tim KTI
(Erindra Budi Cahyanto, S.Kep, Ns, M.Kes) NIP.19780220 200501 1 001
(3)
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN LAMA MENOPAUSE DENGAN OBESITAS PADA PEREMPUAN POSTMENOPAUSE DI KELURAHAN JEBRES, SURAKARTA
Oleh:
RIMA ANDRIYANI R0108036
Telah dipertahankan dan disetujui di hadapan Tim Penguji KTI Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran UNS
Pada Hari Senin, 2 Juli 2012
Pembimbing Utama
Nama : Lilik Wijayanti,dr.,M.Kes. ... NIP : NIP. 19690305 199802 2 001
Pembimbing Pendamping
Nama : Muthmainah,dr.,M.Kes ... NIP : 19660702 199802 2 001
Ketua Penguji
Nama : Suhanantyo, drg.,MSi.,Med.PGK ... NIP : 19510606 198601 1 001
Sekretaris
Nama : M. Nur Dewi K, A.Md, SST, M.Kes ...
Surakarta, Juli 2012
Ketua Tim KTI Ketua Program Studi
D IV Bidan Pendidik FK UNS
Erindra Budi C., S.Kep, Ns, M.Kes dr. Tri Budi Wiryanto, Sp.OG (K) NIP. 197802202005011001 NIP. 195104211980111002
(4)
commit to user
iv ABSTRAK
Rima Andriyani. R0108036. 2012. Hubungan Lama Menopause Dengan Obesitas Pada Perempuan Postmenopause Di Kelurahan Jebres. Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Setiap perempuan pasti akan mengalami periode berhentinya siklus menstruasi yang disebut menopause. Perempuan dalam masa transisi menopause sering melaporkan mengalami kenaikan berat badan yang lebih cepat dibandingkan sebelum menopause. Dengan demikian akan meningkatkan tingkat obesitas pada perempuan usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama menopause dengan obesitas pada perempuan postmenopause.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2012. Subjek dalam
penelitian ini adalah peserta posyandu lansia di Kelurahan Jebres, Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dan diambil 30 peserta yang memenuhi kriteria restriksi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan pemeriksaan antopometri yang meliputi pengukuran berat badan dengan alat ukur timbangan dan pengukuran tinggi badan dengan alat ukur microtoise. Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS 16.0 for windows dengan uji statistik korelasi Pearson Product Moment.
Hasil analisis uji korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa lama menopause berhubungan dengan obesitas pada perempuan postmenopause dengan korelasi positif dan kekuatan korelasi sedang yang ditunjukkan secara statistik dengan p<0,05 dan nilai korelasi 0,448. Koefisien determinan variabel sebesar 20,07%.
Lama menopause berhubungan dengan obesitas yang terjadi pada perempuan postmenopause.
(5)
commit to user
v ABSTRACT
Rima Andriyani. R0108036. 2012. Association Between Long of Menopause and Obesity in Postmenopausal Women on Jebres Region, Surakarta. DIV Midwife Teacher Studies Program Faculty of Medicine, Sebelas Maret University.
Every woman will experience a cessation of menstrual periods or menstruation or menopause can also be called. Women in menopausal transition often reports having weigt gain higher than before menopause. So it will increase obesity level in elderly women.This research aims to evaluate the relationship between long of menopause and obesity in postmenopausal women.
This research was an analytical observational study with cross sectional approach that held on March - July 2012. Subject in this research were participants of elderly Integrated Service Post in Jebres Region of Surakarta. There were 30 sample collected by simple random sampling method based on restriction criteria. Data aggregation were done by interview and antopometric examination consist of measuring weight by weight measurement and measuring height by microtoise. The acquired data were analyzed by counting Pearson Product Moment correlation test using SPSS 16.0 for windows.
The result of Pearson Product Moment test indicated that there was a relation between long of menopause and obesity in postmenopausal women. The correlation was positif and the power of correlation was intermediate which statistically proved by p<0,05 and Pearson correlation 0,448. The variable determinat coefficient showed 20,07%.
Long of menopause is assosiated with obesity incident in postmenopausal women. Keywords : Menopause, long of menopause, obesity.
(6)
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Hubungan Lama Menopause dengan Obesitas pada Perempuan Postmenopause di Kelurahan Jebres, Surakarta.
Selama penyusunan karya tulis imiah ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG(K), Kepala Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Sri Mulyani, S.Kep.Ns, M.Kes., Sekretaris Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Erindra Budi, S. Kep Ns, M. Kes., Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
4. Lilik Wijayanti,dr., M. Kes. pembimbing utama atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis
5. Muthmainah, dr, M. Kes pembimbing pendamping atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis
6. Penguji atas segala petunjuk, motivasi dan saran bagi penulis
7. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
(7)
commit to user
v
Penulis menyadari keterbatasan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, sehingga kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Akhirnya, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, 2012
(8)
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN a... Latar Belakang ... 1
b. ... Rum usan Masalah ... 2
c.... Tuju an Penelitian ... 3
d. ... Manf aat Penelitian ... 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A.... Teori Medis
(9)
commit to user
xiii Menopause
Pengertian .4
Fisiologi Menopause. ... 5 Usia Menopause. ... 7 Gejala Menjelang Menopause. ... 8 a. ... Dam
pak Menopause. ... 9 b. ... Fakto
r-Faktor yang Mempengaruhi Menopause. ... 10 1. ... Obes
itas
a. ... Peng ertian. ... 11 b. ... Peny
ebab Obesitas. ... 12 c. ... Fakto
r Risiko Obesitas. ... 12 d. ... Penil
aian Obesitas. ... 12 2. ... Hubu
ngan Lama Menopause dan Tingkat Obesitas. ... 14 B.... Kera
(10)
commit to user
xiii
C.... Hipot esis. ... 17 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. ... Desai n Penelitian ... 18 B. ... Tem
pat dan Waktu Penelitian ... 18 C. ... Popu
lasi Penelitian ... 18 D. ... Samp
el dan Teknik Sampling ... 19 E. ... Esti
masi Besar Sampel ... 19 F... Krite
ria Restriksi ... 19 G. ... Tekn
ik Pengumpulan Data ... 20 H. ... Defin
isi Operasional ... 21 I. ... Instr
umen Penelitian ... 22 J. ... Renc
ana Analisis Data... 23 BAB IV. HASIL PENELITIAN
(11)
commit to user
xiii A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Data Geografi ... 25
2. Data Demografi ... 25
B. Karakteristik Sampel 1. Usia ... 27
2. Tingkat Pendidikan ... 28
3. Pekerjaan ... 28
4. Usia Menopause ... 28
5. Lama Menopause ... 29
6. Statistik Deskriptif Variabel Sampel ... 29
C. Uji Pra Syarat (Normalitas Sebaran Sampel) ... 30
D. Uji Korelasi Pearson Product Moment ... 30
BAB V. PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 32
B. Hubungan Lama Menopause dengan Obesitas pada Perempuan Post Menopause ... 33
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 37
B. Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN
(12)
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan yang Diusulkan Berdasarkan IMT pada Penduduk Asia Dewasa ... 13 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara ... 22 Tabel 3.2 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 23 Tabel 4.1 Distribusi Penduduk menurut Usia dan Jenis Kelamin di Kelurahan
Jebres Kecamatan Jebres Juni 2011 ... 26 Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pendidikan di Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres
Juni 2011 ... 26 Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia di Posyandu Lansia Kelurahan
Jebres Surakarta Tahun 2012 ... 27 Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Posyandu Lansia Kelurahan Jebres Surakarta Tahun 2012 ... 28 Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Mulai Menopause di Posyandu
Lansia Kelurahan Jebres Surakarta Tahun 2012 ... 28 Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Menopause di Posyandu Lansia
Kelurahan Jebres Surakarta Tahun 2012 ... 29 Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel Sampel... 29 Tabel 4.8 Hasil Uji Shapiro-Wilks pada data IMT dan Lama Menopause Sampel ... 30 Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Pearson pada Lama Menopause dan IMT ... 31
(13)
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi Pembimbing I Lampiran 2 Lembar Konsultasi Pembimbing II Lampiran 3 Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 4 Daftar Pertanyaan untuk Mengukur Lama Menopause Lampiran 5 Daftar Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan Lampiran 6 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7 Persetujuan sebagai Responden Penelitian Lampiran 8 Data Subjek Penelitian
Lampiran 9 Hasil Perhitungan SPSS
Lampiran 10 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian Lampiran 11 Tabel Nilai r Product Moment
(14)
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan termasuk pembangunan kesehatan telah meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain meningkatnya umur harapan hidup (UHH) di Indonesia dari tahun ke tahun.Hasil sensus penduduk oleh badan pusat statistik (BPS) menunjukkan bahwa UHH di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 69 tahun, sedangkan pada tahun 2006 dan 2007 sebesar 68,5 tahun dan 68,7 tahun (Depkes RI, 2010).
Pada sebagian perempuan menjadi tua seringkali menjadi momok yang menakutkan. Kekhawatiran ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi. Kehidupan menjelang dan setelah menopause sering disebut sebagai masa senja. Padahal masa menopause merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang perempuan dalam kehidupannya (Kasdu, 2002).
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara tetap sebagai akibat dari hilangnya aktivitas folikuler ovarium. Menopause alami diakui terjadi setelah mengalami amenore selama 12 bulan berturut-turut, tanpa penyebab patologi maupun fisiologi lain (Schneider and Naftolin, 2005). Perubahan hormon setelah menopause memberikan dampak di kemudian hari pada perempuan(Fox-Spencer dan Brown, 2007). Perempuan dalam masa transisi menopause sering melaporkan
(15)
commit to user
2
mengalami nyeri sendi, mudah lupa, suasana hati yang berubah-ubah, dan kenaikan berat badan (Grady, 2006).
Peningkatan berat badan selama menopause disebabkan oleh penurunan beberapa jenis hormon yang mengakibatkan sedikitnya olahraga, otot tidak aktif, dan metabolisme yang lambat. Rendahnya kadar hormon estrogen dan progesteron setelah menopause meningkatkan nafsu makan perempuan dan mempengaruhinya untuk makan lebih banyak. Peningkatan intake kalori yang diikuti dengan sedikitnya olahraga serta kurangnya keaktifan otot mengakibatkan tubuh membakar kalori lebih sedikit sehingga kelebihan kalori disimpan dalam sel lemak dan jika semakin menumpuk dapat mengakibatkan obesitas (Fox-Spencer dan Brown, 2007 ; Donelly, 2010).
Hal ini juga terbukti dari data Depkes RI tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pada kelompok umur 40-49 tahun, obesitas mencapai puncaknya, dengan angka 24,4% pada laki-laki dan 30,4% pada perempuan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin meneliti lebih jauh mengenai hubungan antara lama menopause dengan obesitas pada perempuan postmenopause.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan lama menopause dengan obesitas pada perempuan post menopause di Kelurahan Jebres, Surakarta?”
(16)
commit to user
3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan lama menopause dengan obesitas pada perempuan postmenopause di Kelurahan Jebres, Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui rata-rata lama menopause sampel di Kelurahan Jebres, Surakarta. b. Mengetahui rata-rata obesitas pada postmenopause di Kelurahan Jebres,
Surakarta.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan ilmiah mengenai hubungan lama menopause dengan obesitas pada perempuan postmenopause. 2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Perempuan
Diharapkan mulai memperhatikan pertambahan berat badan semenjak pre-menopause dan khususnya postmenopause.
b. Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk perencanaan kesehatan reproduksi perempuan dan mulai memperhatikan peningkatan berat badan pada perempuan memasuki usia menopause untuk mengurangi angka morbiditas maupun mortalitas perempuan setelah memasuki usia menopause.
(17)
commit to user
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Teori Medis 1. Menopause
a. Pengertian Menopause
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara tetap sebagai akibat dari hilangnya aktivitas folikuler ovarium. Menopause alami diakui terjadi setelah mengalami amenore selama 12 bulan berturut-turut, tanpa penyebab patologi maupun fisiologi lain (Schneider and Naftolin, 2005).
Cutler (2009) mendeskripsikan menopause sebagai bagian dari siklus hidup perempuan yang terjadi pada akhir siklus menstruasi, tidak hanya terkait dengan berhentinya menstruasi, tapi juga berubahnya sekresi hormon ovarium yang merangsang siklus menstruasi (terutama estrogen dan progesteron). Semakin terlambat permulaan menopause, semakin panjang kemungkinan hidup perempuan. Efek lebih lanjut dari berkurangnya hormon postmenopause terutama estrogen, meliputi menurunnya kekuatan tulang dan sistem kardiovaskuler.
Menopause pada dasarnya adalah tingkat akhir dari penipisan ovarium karena terbatasnya persediaan folikel. Masa peralihan menopause dimulai dari tidak teraturnya siklus menstruasi dan berakhir 12 bulan setelah tidak mengalami menstruasi (Santoro and Chervenak, 2004).
(18)
commit to user
5
Kuntjoro (2002) mendefinisikan menopause sebagai suatu tahap dimana perempuan tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan perempuan untuk bereproduksi. Secara normal perempuan akan mengalami menopause antara usia 40 tahun sampai 50 tahun. Pada saat menopause, perempuan akan mengalami perubahan-perubahan di dalam organ tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia. Usia dari hari ke hari akan terus berjalan dan setiap orang seiring dengan bertambahnya usia tidak akan lepas dari predikat tua.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menopause adalah masa setahun setelah berhentinya siklus menstruasi sebagai akibat dari semakin menurunnya sekresi hormon ovarium estrogen dan progesteron yang merangsang siklus menstruasi sehingga masa subur perempuan menjadi terhenti (Schneider and Naftolin, 2005 ; Cutler, 2009; Santoro and Chervenak, 2004; Kuntjoro, 2002).
b. Fisiologi Menopause
1) Kegagalan ovarium primer
Ovarium merupakan alasan dan fungsi dari terjadinya menopause. Kegagalan ovarium primer disebabkan karena ovarium tidak mampu merespons lagi berbagai rangsangan dari hormon-hormon gonadotropin sebagai akibat bertambahnya usia (Fox-Spencer dan Brown, 2007)
Sel primordial bermigrasi ke alat genital pada saat gestasi berusia 5 minggu. Sel mitotic berturut-turut membelah membentuk oogonium yang
(19)
commit to user
6
kemudian menjadi oocyte. Meskipun ada sekitar 7 juta oogonium yang terbentuk pada saat fetus berusia 20 minggu, jumlah tersebut berangsur-angsur menurun, tersisa 2 juta saat lahir, dan hanya tinggal 300.000 saat pubertas. Penurunan ini terus berlanjut hingga menopause (Pernoll, 2001).
Penyebab menopause adalah burning out ovarium (ovarium berhenti menghasilkan sel telur). Sepanjang kehidupan reproduksi perempuan, kira-kira 400 folikel primordial tumbuh menjadi folikel yang matang dan berovulasi, sementara beratus-ratus dari ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tersisa sedikit folikel primordial untuk di stimulasi oleh FSH dan
luteinizing hormone (LH). Produksi estrogen oleh ovarium menurun sebagai
akibat folikel primordial mendekati nol. Ketika produksi estrogen turun hingga titik kritis, estrogen tidak dapat lagi menghambat produksi FSH dan LH.Sehingga akibatnya hormon gonadotropin FSH dan LH (khususnya FSH) ini diproduksi dalam jumlah yang besar dan secara berkelanjutan setelah menopause, tetapi jika folikel primodial telah atresia, produksi estrogen oleh ovarium pun semakin berkurang bahkan hingga nol (Guyton and Hall, 2006).
Gambar 2.1 Sekresi estrogen selama fase hidup perempuan (Guyton and Hall, 2006)
(20)
commit to user
7
Menopause terjadi ketika ovarium berhenti memberikan respons terhadap hormon-hormon tertentu dari otak, sehingga pematangan sel telur berhenti secara teratur. Keadaan ini menurunkan kadar estrogen dan progesteron, dua hormon seks perempuan yang diproduksi ovarium. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan gejala-gejala menopause (Adams, 2006).
2) Kegagalan Ovarium Sekunder
Kegagalan ovarium sekunder disebabkan karena ovarium tidak mampu merespons lagi sebagai akibat masalah lain atau akibat pengobatan. Pengobatan ini umumnya dikerjakan untuk medikasi endometriosis atau kanker yang selain dapat mengobati penyakitnya juga merusak ovarium (Fox-Spencer dan Brown, 2007)
c. Usia Menopause
Usia menopause antara seorang perempuan dan perempuan lainnya tidaklah sama dan bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa pendapat mengemukakan bahwa menopause terjadi pada usia 48-50 tahun, termasuk dalam masa klimakterium yang merupakan sindrom perubahan endokrin, somatik, dan psikik pada akhir masa subur atau reproduktif (Siswono, 2004).
Fox-Spencer dan Brown (2007) menyebutkan bahwa rata-rata usia perempuan yang mengalami menopause adalah 51 tahun. Namun jika perempuan mengalami menstruasi terakhir pada rentang usia 45-55 tahun masih dianggap normal.
(21)
commit to user
8
Pernolls (2001) menyatakan bahwa, secara normal menopause terjadi pada usia 49-50 tahun. Namun, tindakan medis, radiasi, ataupun intervensi bedah dapat menyebabkan menopause pada usia yang lebih awal.
d. Gejala Menjelang Menopause
Seorang perempuan harus mengatur kembali hidupnya dari yang awalnya secara fisiologis distimulasi oleh produksi estrogen dan progesteron menjadi sama sekali tidak mempunyai hormon tersebut pada saat menopause (Guyton and Hall, 2006).
Hilangnya estrogen sering menyebabkan tanda-tanda perubahan fisiologis pada fungsi tubuh, meliputi hot flushes yang ditandai dengan rasa panas pada kulit, sensasi psikologis dispnea, iritabilita, fatigue, gelisah dan penurunan kepadatan dan kalsifikasi tulang (Guyton and Hall, 2006)
Grady (2006) mengelompokkan gejala menopause menjadi beberapa bagian, yaitu:
1) Vasomotor symptoms: hot flush (rasa panas yang hebat terutama di wajah,
leher, dan dada. Rata-rata berdurasi sekitar 4 menit dan sering diikuti keringat dingin)
2) Vaginal symptoms : rasa kering, gatal, tidak nyaman, dispareunia,
penurunan aliran darah dan sekresi cairan vagina, proliferasi jaringan penghubung vagina, dan cairan vagina menjadi lebih netral (pH)
(22)
commit to user
9
e. Dampak Menopause
Banyak perempuan melewati menopause tanpa perlu nasihat atau pengobatan medis untuk menghilangkan gejala-gejalanya. Akan tetapi perubahan kadar hormon, khususnya estrogen dapat memberikan beberapa dampak di kemudian hari (Fox-Spencer dan Brown, 2007).
Dampak jangka panjang tersebut meliputi: 1) Osteoporosis
Estrogen menghambat aktivitas osteoclastic pada tulang dan oleh karena itu pertumbuhan tulang dapat terstimulasi. Setelah menopause, hampir tidak ada estrogen yang disekresi oleh ovarium (Guyton and Hall, 2006).
Osteoporosis adalah salah satu kondisi kesehatan mayor yang berkontribusi terhadap angka kesakitan dan kematian pada perempuan post menopause (Mirza and Prestwood, 2004). Kepadatan tulang semakin berkurang dan perempuan akan sangat mudah merasa nyeri dan sangat berpotensi mengalami patah tulang (Fox-Spencer dan Brown, 2007)
2) Masalah urogenital
Perempuan kemungkinan akan mengalami masalah seksual, ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air kecil (inkontinensia), dan infeksi dalam saluran kemih selama masa perimenopause, tetapi tidak seperti gejala menopause lainnya, hal ini mungkin menjadi masalah kesehatan jangka panjang setelah munculnya menopause. Oleh karena itu perlu ditangani dengan baik (Fox-Spencer dan Brown, 2007).
(23)
commit to user
10
3) Penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular ini dapat berupa penyakit jantung dan sistem pembuluh darah, di dalamnya termasuk permasalahan seperti angina, serangan jantung, dan stroke (Fox-Spencer dan Brown, 2007).
4) Obesitas
Memasuki menopause mengubah cara tubuh perempuan menyimpan lemak. Setelah menopause, kelebihan lemak pada perempuan lebih cenderung disimpan di sekitar pinggang dan perut yang meningkatkan risiko terkena penyakit jantung, ,kanker tertentu (misalnya kanker payudara), dan diabetes tipe 2 (Fox-Spencer dan Brown, 2007).
5) Demensia
Munculnya menopause memiliki peran pada kemunduran memori pada perempuan karena penurunan estrogen ( Fox-Spencer dan Brown, 2007 ; Guyton and Hall, 2006).
6) Kanker Payudara
Risiko kanker payudara semakin meningkat pada postmenopause daripada premenopause (AICR, 2008 ; Reeves et al., 2006).
f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menopause
Menopause secara alami terjadi karena penurunan aktivitas ovarium yang diikuti dengan penurunan produksi hormon reproduksi yaitu estrogen dan progesteron. Menopause dini dapat disebabkan karena merokok, infeksi, kemoterapi alkylating agents, radiasi, prosedur bedah yang mengganggu atau
(24)
commit to user
11
mengurangi suplai darah ovarium, tumor, atau pengangkatan ovarium (Pernoll, 2001).
Menjalani histerektomi ataupun ovariektomi dapat mempercepat perempuan memasuki usia menopause. Pada saat ovarium diangkat (ovariektomi) hal ini berarti pabrik pembuat estrogen dan progesteron telah diangkat, sehingga mempercepat proses menua dan menopause sebagai akibat dari berkurangnya hormon-hormon ovariutm (Cutler, 2009).
Fox-Spencer dan Brown (2007) mengelompokkan beberapa penyebab menopause berdasarkan cepat lambatnya terjadinya menopause, yaitu:
1) Menopause dini ( < 45 tahun ) : kelainan pada kromosom, mengidap penyakit autoimun, histerektomi dan atau
ooforektomi, kemoterapi, dan perokok.
2) Menopause normal ( 45-55 tahun )
3) Menopause terlambat ( >55 tahun): obesitas
2. Obesitas a. Pengertian
National Institutes of Health mengartikan obesitas sebagai jumlah jaringan lemak yang berlebihan (NIH, 1998). Obesitas juga dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Ketika kuantitas energi dalam bentuk makanan yang masuk dalam tubuh lebih besar daripada yang dikeluarkan, maka berat tubuh akan meningkat, dan sebagian besar dari kelebihan energi ini disimpan dalam
(25)
commit to user
12
bentuk lemak (Guyton and Hall, 2006). b. Penyebab Obesitas
Obesitas merupakan hasil dari ketidakseimbangan energi. Tubuh membutuhkan energi dalam jumlah tertentu dari makanan untuk menopang fungsi kehidupan dasar. Berat badan dipertahankan ketika jumlah kalori yang masuk sama dengan jumlah kalori yang dikeluarkan atau terbakar. Ketika kalori yang dikonsumsi lebih banyak dari yang dikeluarkan, keseimbangan energi dinaikkan ke arah pertambahan berat, overweight, dan obesitas (NIH, 2008).
Faktor-faktor yang dapat memudahkan terjadinya obesitas meliputi genetik, lingkungan, kebiasaan, sosioekonomi, usia tua, menopause, diabetus mellitus (DM), dan gangguan metabolik (NIH, 2008 ; Astrup, 1999; Brochu et al., 2001).
c. Faktor Risiko Obesitas
Orang obesitas berisiko menderita diabetes tipe 2, penyakit jantung koroner, dislipidemi, stroke, hipertensi, osteoarthritis, beberapa jenis kanker (kanker pankreas, colorectum, payudara, endometrium, ginjal, dan
adenokarsinoma esofagus), komplikasi pada kehamilan, dan ketidakteraturan
siklus menstruasi (NIH, 2008; Reeves et al., 2006; AICR, 2008). d. Penilaian Obesitas
Para dokter dan ilmuwan biasanya menggunakan dua metode untuk menaksir lemak tubuh dan risiko seseorang terhadap penyakit yang
(26)
commit to user
13
IMT =
2(m) badan Tinggi (kg) badan Berat
berkembang. Mereka menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang (AICR, 2008).
Metoda yang paling berguna dan banyak digunakan untuk mengukur obesitas adalah IMT, yang didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). IMT adalah metode yang paling umum untuk menilai status obesitas di sarana klinik meskipun tidak dapat mengukur lemak tubuh relatif (Kuczmarksi and Flegal, 2000).
Para ahli sedang memikirkan untuk membuat klasifikasi IMT tersendiri untuk penduduk Asia. Hasil studi di Singapura memperlihatkan bahwa orang Singapura dengan IMT >27 – 28 kg/m2 mempunyai lemak tubuh yang sama dengan orang-orang kulit putih dengan IMT >30 kg/m2. Pada orang India, peningkatan IMT dari 22 kg/m2 menjadi 24 kg/m2 dapat meningkatkan prevalensi DM menjadi 2 kali lipat, dan prevalensi ini naik menjadi 3 kali lipat pada orang dengan IMT 28 kg/m2.
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan yang diusulkan berdasarkan IMT pada Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)
Kategori IMT (kg/m2) Risk of Co-morbidities
Underweight < 18.5 kg/m2
Rendah (tetapi risiko terhadap masalah-masalah klinis lain meningkat) Batas Normal 18.5 - 22.9 kg/m2 Rata rata
Overweight: > 23
At Risk 23.0 – 24.9 kg/m2 Meningkat
Obese I 25.0 - 29.9kg/m2 Sedang
Obese II > 30.0 kg/m2 Berbahaya
(27)
commit to user
14
Walaupun IMT mempunyai banyak kelebihan pada pemakaian klinis khususnya pada populasi, IMT juga memiliki beberapa kekurangan. IMT memiliki keterbatasan dalam subjek pengukuran yaitu tidak dapat digunakan untuk mengukur bayi usia kurang dari dua tahun, perempuan hamil dan olahragawan. Hal ini disebabkan, IMT tidak bisa membedakan antara massa lemak dengan massa otot ataupun cairan. Selain itu, IMT juga hanya bisa digunakan untuk menentukan obesitas general, bukan obesitas sentral atau abdominal. IMT juga memiliki keterbatasan dalam nilai cut off point, karena tiap ras atau etnik mempunyai karakteristik antropometri yang berbeda (Ezqueda et al., 2004; Shils et al., 2006;Katz and Friedman, 2008).
3. Hubungan Lama Menopause dan Obesitas pada Perempuan Postmenopause Perempuan dalam masa transisi menopause sering melaporkan mengalami nyeri sendi, mudah lupa, suasana hati yang berubah-ubah, dan kenaikan berat badan (Grady, 2006). Ketika seseorang bertambah tua, persentase cairan dari berat badan total secara berangsur-angsur menurun. Oleh karena itu, penuaan sering dihubungkan dengan peningkatan persentase lemak tubuh. Perempuan mempunyai lemak tubuh lebih banyak dibandingkan laki-laki, sehingga mereka lebih sedikit mengandung air dalam tubuh mereka (Guyton and Hall, 2006).
Peningkatan berat badan selama menopause disebabkan oleh sedikitnya olahraga, otot tidak aktif, dan metabolisme yang lambat (Fox-Spencer dan Brown, 2007). Berdasarkan penelitian, rendahnya kadar estrogen dan progesteron setelah menopause juga dapat meningkatkan nafsu makan perempuan dan
(28)
commit to user
15
mempengaruhinya untuk makan lebih banyak. Perempuan menopause lebih cenderung mengalami penumpukan lemak di perut (Donelly, 2010).
Ketika kadar hormon perempuan berubah-ubah sebelum menopause, untuk menyiapkan penurunan kadar hormon yang permanen, maka perempuan tersebut akan mengalami kenaikan berat badan (Donelly, 2010).
Donelly (2010) menyampaikan ada beberapa hormon yang berpengaruh terhadap kenaikan berat badan pada perempuan menopause, yaitu:
a. Estrogen
Ketika ovarium perempuan memproduksi lebih sedikit estrogen, tubuh mencoba untuk menemukan hormon tersebut selain di ovarium. Sel lemak dapat memproduksi estrogen, sehingga tubuh bekerja lebih keras untuk mengubah kalori yang masuk menjadi lemak untuk meningkatkan kadar estrogen. Sel lemak tidak membakar kalori seperti yang sel otot lakukan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kenaikan berat badan (Donelly, 2010). b. Progesteron
Menurunnya kadar progesteron pada perempuan menopause menyebabkan terjadinya retensi air. Retensi air membuat kandungan air pada tubuh lebih tinggi dan membuat tubuh lebih menggembung, serta berat badan menjadi bertambah (Jayne, 2008 ; Donelly, 2010).
c. Testosteron
(29)
commit to user
16
kalori yang dikonsumsi. Ketika kadar hormon testosteron turun, hanya sedikit kalori yang diubah menjadi sel otot. Hal ini mengakibatkan laju metabolisme perempuan menurun karena sel otot membakar lebih banyak kalori daripada yang dilakukan oleh sel lemak (Donelly, 2010).
d. Insulin Resistance
Resistensi terhadap hormon insulin dapat terjadi pada tahun-tahun setelah menopause. Hal ini akan mengakibatkan tubuh perempuan salah mengubah setiap kalori yang masuk menjadi lemak (Donelly, 2010).
Meskipun hormon memiliki peran yang besar terhadap kenaikan berat badan selama menopause, tetapi ada juga faktor lain yang dapat mengakibatkan hal yang sama. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kenaikan berat badan adalah usia dan gaya hidup (Donelly, 2010).
(30)
commit to user
17
B.Kerangka Konseptual
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
C.Hipotesis
Semakin lama menopause perempuan, semakin tinggi potensi perempuan untuk mengalami obesitas.
(31)
commit to user
18 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan rancangan
cross-sectional untuk mempelajari hubungan antara lama menopause sebagai
variabel bebas dengan tingkat obesitas sebagai variabel terikat (Taufiqurrohman, 2008).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Jebres, Surakarta. Waktu penelitian selama lima bulan, mulai Maret 2012 sampai Juli 2012.
C. Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah perempuan postmenopause, yaitu perempuan yang sudah berhenti menstruasinya, minimal selama 12 bulan (Schneider and Naftolin, 2005).
2. Populasi Aktual
Populasi aktual dalam penelitian ini adalah perempuan postmenopause di Kelurahan Jebres, Surakarta yang memenuhi kriteria restriksi pada bulan Maret 2012 hingga Juli 2012.
(32)
commit to user
19
D. Sampel dan Teknik Sampling 1. Sampel
Sampel diambil berdasarkan populasi aktual yaitu perempuan postmenopause yang memenuhi kriteria restriksi.
2. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling yaitu mengambil sampel anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi dan dianggap homogen. Pengambilan sampel secara simple random sampling dilakukan dengan undian. Setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi. Setelah satu nomor diambil dan dicatat, maka nomor tersebut akan dikembalikan lagi agar semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama. Bila yang telah diambil keluar lagi, maka dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi (Sugiyono, 2011).
E. Estimasi Besar Sampel
Murti (2010) menyatakan ukuran besar sampel minimal suatu penelitian dengan analisis bivariat adalah 30.
F. Kriteria Restriksi 1. Kriteria Inklusi
a. Perempuan postmenopause yang memiliki IMT > 25 kg/m2. b. Berada pada lokasi penelitian saat dilakukan pengambilan data.
(33)
commit to user
20
c. Tingkat pendidikan SD s.d. SMP. 2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak bersedia menjadi responden.
b. Dari anamnesis pernah atau sedang menderita penyakit yang berhubungan dengan metabolisme seperti hipertiroidisme, diabetes melitus (DM).
c. Menjalani terapi kortikosteroid jangka panjang.
d. Memiliki pekerjaan atau profesi sebagai atlet atau olahragawan. e. Merokok.
G. Teknik Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini diperoleh dengan cara memohon responden mengisi daftar pertanyaan yang dipandu dengan wawancara, dan melakukan pemeriksaan antopometri yang berupa pengukuran berat badan serta tinggi badan.
(34)
commit to user
21
H. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi
Operasional
Pengukuran
Alat Ukur Skala 1. Variabel bebas:
lama menopause dalam tahun
Waktu dari sejak dimulainya menopause (tidak adanya menstruasi selama 12 bulan tanpa didahului kehamilan) hingga penelitian dilakukan. Lama menopause diambil dengan satuan tahun dimana jika usia melebihi atau sama dengan enam bulan
dianggap satu tahun.
daftar pertanyaan yang dipandu dengan wawancara
rasio
2. Variabel terikat: tingkat obesitas (kg/m2)
Besar indeks massa tubuh (IMT) yang melebihi 25 kg/m2 yang diperoleh dengan cara memasukkan data mengenai berat badan (kg) dan tinggi badan (m) ke dalam rumus IMT
Rumus IMT :
2(m) badan Tinggi (kg) badan Berat rasio
I. Instrumen Penelitian 1. Lama Menopause
Dengan menggunakan daftar pertanyaan, setiap sampel ditanya apakah mereka masih mendapat menstruasi dalam 12 bulan terakhir. Lama menopause dihitung sejak sampel tidak mengalami menstruasi terakhir sampai dengan saat dilakukan pengambilan data. Lama menopause
(35)
commit to user
22
dihitung dalam satuan tahun dimana jika kelebihan usia ≥ 6 bulan dianggap 1 tahun.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara
No. Indikator Aspek yang dinilai No.Item
1. Identitas a. Nama.
b. Usia.
c. Pendidikan terakhir. d. Pekerjaan.
1, 2,3, 4
2. Lama menopause Waktu berhentinya menstruasi
(dalam tahun). 5, 6
3. Riwayat kesehatan dan kebiasaan
a. Penyakit yang berhubungan dengan metabolisme seperti
DM, hipertiroidisme.
b. Riwayat penggunaan steroid jangka panjang
c. Riwayat merokok.
7, 8
2. Tingkat Obesitas
Diukur dengan menggunakan rumus IMT, yaitu
2(m) badan Tinggi (kg) badan Berat
Untuk mendapatkan nilai IMT dilakukan pemeriksaan antopometri pada sampel, yang meliputi :
a. Berat badan diukur menggunakan timbangan berat badan dengan tingkat kepekaan 0,1 kg. Responden ditimbang dalam keadaan memakai pakaian tanpa sepatu, hasil pengukuran merupakan rata-rata 3 kali pengukuran.
b. Tinggi badan diukur menggunakan mikrotoise dengan tingkat kepekaan 0,1cm. Responden diukur tanpa alas kaki, tumit menempel dinding dan kepala tegak. Angka dibaca sampai dengan milimeter. Pengukuran
(36)
commit to user
23
dilakukan 3 kali dan hasilnya adalah rata-rata ketiganya. J. Analisis Data
Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan statistik parametrik. Statistik parametrik mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus terdistribusi normal (Sugiyono, 2011). Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan program SPSS versi 16 dengan nilai signifikansi (α) = 0,05. Jika sebaran data tidak terdistribusi normal (nilai signifikansi < α), maka dilakukan transformasi data. Bila data hasil tranformasi tetap terdistribusi tidak normal maka dilakukan uji korelasi nonparametrik menggunakan uji Spearman Rank. Adapun jika data sebaran terdistribusi normal (nilai signifikansi > α) maka akan menggunakan analisis statistik parametrik dengan metode korelasi. Analisis ini digunakan untuk memprediksi bagaimana hubungan lama menopause terhadap tingkat obesitas pada perempuan postmenopause. Adapun teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi product moment (Sugiyono, 2011).
Sugiyono (2012) menyampaikan bahwa untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan kedua variabel, maka dapat digunakan pedoman seperti yang tertera pada tabel 3.
Tabel 3.2 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Lemah
0,20-0,399 Lemah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
(37)
commit to user
24
Untuk menguji signifikansi hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi, maka perlu diuji signifikansinya. Uji signifikansi korelasi product moment secara praktis dapat langsung dikonsultasikan pada tabel r product moment. Ketentuannya bila r hitung lebih besar dari r tabel maka hipotesis kerja diterima (Sugiyono, 2011). Analisis statistik menggunakan program komputer dengan tingkat kemaknaan yang dapat diterima bila p < 5 %. Seluruh perhitungan statistik dilakukan dengan program SPSS versi 16.
Selanjutnya untuk menentukan besar kecilnya sumbangan variabel lama menopause terhadap obesitas pada perempuan postmenopause dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan berikut:
(38)
commit to user
25 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Data Geografi
Kelurahan Jebres merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Jebres, dengan luas 317 Ha.
Batas wilayah Kelurahan Jebres adalah: a. Sebelah utara : Kelurahan Mojosongo b. Sebelah selatan : Kelurahan Purwodiningratan c. Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar d. Sebelah barat : Kelurahan Tegalrejo 2. Data Demografi
Jumlah penduduk di Kelurahan Jebres pada bulan Juni 2011 sebanyak 31025 jiwa yang terdiri dari penduduk pria sebanyak 15384 jiwa dan wanita sebanyak 15641 jiwa, serta kepala keluarga (KK) adalah sebanyak 8858 KK.
(39)
commit to user
26
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk menurut Usia dan Jenis Kelamin di Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres Juni 2011
Kelompok
Usia Laki-laki % Perempuan %
0 - 4 510 3,32 509 3,25 1019
5 - 9 1191 7,74 1151 7,36 2342
10 -14 1287 8,37 1222 7,81 2509
15 -19 1287 8,37 1173 7,50 2460
20 - 24 1127 7,33 1249 7,99 2376
25 - 29 1461 9,50 1431 9,15 2892
30 - 39 2963 19,26 2893 18,50 5856
40 - 49 2353 15,30 2449 15,66 4802
50 - 59 1836 11,93 1847 11,81 3683
≥ 60 1369 8,90 1717 10,98 3086
Jumlah 15384 100,00 15641 100,00 31025
Jenis Kelamin
Jumlah
Sumber : Profil Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres Tahun 2011
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan di Kelurahan Jebres lebih banyak daripada laki-laki, yaitu sebanyak 15641 jiwa (50,41%). Sedangkan berdasarkan kelompok usia terbanyak adalah usia 30-39 tahun yaitu sebanyak 5856 jiwa (18,88%). Dari tabel dapat juga diketahui bahwa jumlah perempuan memasuki usia menopause dan telah menopause dengan kelompok usia >40 tahun di kelurahan Jebres sebanyak 6013 jiwa (19,38%).
Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pendidikan di Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres Juni 2011
Tingkat Pendidikan Jumlah %
Tidak sekolah/tidak tamat SD 7123 23,74
Tamat SD/sederajat 5756 19,18
Tamat SMP/sederajat 5235 17,45
Tamat SMA/sederajat 8740 29,13
Tamat Diploma/Perguruan Tinggi 3152 10,50
Jumlah 30006 100,00
(40)
commit to user
27
Dari tabel 4.2 diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir ditamatkan yang paling banyak terdapat di Kelurahan Jebres pada tahun 2011 adalah tamat SMA/sederajat, yaitu 8740 orang (29,13%).
B.Karakteristik Sampel
Penelitian telah dilaksanakan di 10 posyandu lansia di Kelurahan Jebres pada bulan April sampai dengan Mei 2012. Pengambilan data dilakukan pada peserta kegiatan posyandu lansia yang hadir pada saat penelitian dilaksanakan. Pada pelaksanaan penelitian seluruh peserta dicatat data IMT-nya. Dari hasil penelitian diperoleh 60 peserta dengan kriteria obesitas, tetapi hanya 35 peserta yang memenuhi kriteria restriksi yang diambil sebagai sampel penelitian. Dari 35 sampel dipilih kembali secara acak sebanyak 30 sampel untuk dijadikan sebagai sampel penelitian.
Karakteristik subyek penelitian dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, IMT, dan lama menopause sampel.
1. Usia
Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Jebres Surakarta Tahun 2012
Karakteristik Usia Responden Frekuensi Persentase
52-55 3 10,00 %
56-59 8 26,67 %
60-63 10 33,33%
64-67 7 23,33 %
68-71 1 3,33 %
72-75 1 3,33 %
Total 30 100 %
(41)
commit to user
28
Dari tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa sampel terbanyak pada kelompok usia 60-63 tahun yaitu 10 orang (33,33%).
2. Tingkat Pendidikan
Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Posyandu Lansia Kelurahan Jebres Surakarta Tahun 2012
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 13 43.33 %
SMP 17 56.67 %
Total 30 100 %
Sumber: Data Primer, 2012
Dari tabel 4.4 diketahui bahwa sampel yang tamat SMP/sederajat lebih banyak dibandingkan yang tamat SD/sederajat, yaitu sebesar 17 orang (56,67%).
3. Pekerjaan
Berdasarkan data yang diperoleh, 100% responden bekerja sebagai ibu rumah tangga.
4. Usia Menopause
Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Mulai Menopause di Posyandu Lansia Kelurahan Jebres Surakarta Tahun 2012
Usia Menopause Frekuensi Persentase
45-47 tahun 4 13,33 %
48-50 tahun 12 40,00 %
51-53 tahun 9 30,00 %
54-56 tahun 2 6,67 %
57-59 tahun 1 3,33 %
60-62 tahun 2 6,67 %
Total 30 100 %
(42)
commit to user
29
Usia mulai menopause sebagian besar sampel adalah sekitar usia 48-50 tahun, yaitu sebanyak 12 orang (40%).
5. Lama Menopause
Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Menopause di Posyandu Lansia Kelurahan Jebres Surakarta Tahun 2012
Lama menopause Frekuensi Persentase
1-3 tahun 6 20,00 %
4-6 tahun 4 13,33 %
7-9 tahun 5 16,67 %
10-12 tahun 10 33,33 %
13-15 tahun 2 6,67 %
16-18 tahun 3 10,00 %
Total 30 100%
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.6 sampel paling banyak telah mengalami menopause selama 10-12 tahun yaitu sebanyak 10 orang (33,33%).
6. Statistik Deskriptif Variabel Sampel
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel Sampel
N Mean ± SD
Usia (tahun) 30 0, 0 ± ,
Usia mulai menopause (tahun) 30 51,07 ± 3,74 Lama menopause (tahun) 30 8,63 ± 4,64
IMT (kg/m2) 30 28,09 ± 2,09
Jenis Variabel Deskripsi Sampel
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.7, rata-rata sampel yang didapat berusia 60,70 tahun dengan rata-rata IMT adalah 28,09 kg/m2. Rata-rata usia mulai menopause sampel adalah 51,07 tahun dan telah mengalami menopause selama 8,63 tahun.
(43)
commit to user
30
C.Uji Pra Syarat (Normalitas Sebaran Sampel)
Normalitas data diperlukan untuk menjamin validitas penelitian dan keakuratan dalam penarikan kesimpulan. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah Shapiro-Wilks karena jumlah sampel yang digunakan kecil (n≤50) dengan ketentuan bahwa suatu data dikatakan mempunyai sebaran normal jika nilai p>0,05 (Dahlan, 2009).
Berikut ini adalah tabel hasil uji normalitas tersebut :
Tabel 4.8 Hasil Uji Shapiro-Wilks pada data IMT dan Lama Menopause Sampel
Variabel p
IMT 0,099
Lama menopause 0,074
Sumber : Data Primer, 2012
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa secara statistika sebaran sampel normal karena p>0,05.
Syarat uji parametrik adalah data mempunyai sebaran normal dan berskala numerik (Dahlan, 2009). Data dalam penelitian ini telah mempunyai sebaran normal dan berskala numerik, maka uji parametrik dapat dilakukan untuk analisis data. Dalam penelitian ini digunakan uji parametrik korelasi Pearson Product Moment.
D.Uji Korelasi Pearson Product Moment
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Pearson product
moment, karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara variabel
(44)
commit to user
31
perhitungan SPSS 16.0 for windows untuk uji korelasi Pearson product
moment dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Pearson pada Lama Menopause dan IMT
Lama menopause imt Lama
menopause
Pearson
Correlation 1 .448
*
Sig. (2-tailed) .013
imt Pearson
Correlation .448
*
1
Sig. (2-tailed) .013
Sumber : Data Primer, 2012
Hasil uji statistik menggunakan Pearson product moment menunjukkan bahwa nilai r hitung = 0,448 serta p = 0,013. Nilai r tabel pada tingkat kepercayaan α = 0,05 dengan besar sampel 30 adalah 0,361. Analisis Pearson
product moment menunjukkan bahwa nilai r hitung (0,448) lebih besar dari r
tabel (0,361). Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga lama menopause berhubungan dengan obesitas pada perempuan postmenopause. Selanjutnya untuk menentukan besar kecilnya sumbangan variabel lama menopause terhadap obesitas pada perempuan postmenopause dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan berikut:
KP = r2x 100% = (0,448)2 x 100% = 20,07%
Artinya variabel lama menopause memberikan konstribusi terhadap obesitas pada perempuan post menopause sebesar 20,07%.
(45)
commit to user
32 BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diterangkan bahwa terdapat hubungan antara lama menopause dengan obesitas pada perempuan post menopause di Kelurahan Jebres Kota Surakarta.
A.Karakteristik Responden
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang yang dapat mengarah kepada obesitas. Pendidikan seseorang yang tinggi akan diikuti dengan sikap dan perilaku yang baik tentang kesehatan dan pola hidup yang lebih baik (Notoatmodjo, 2007). Agar diperoleh keseragaman pada sikap dan perilaku sampel pada penelitian ini maka hanya diambil sampel yang memiliki pendidikan terakhir SD dan SMP. Tingkat pendidikan sampel dalam penelitian ini paling banyak adalah SMP yaitu sebesar 17 orang (56,67%).
Sampel terbanyak berusia 60-63 tahun yaitu sebesar 33,33% (10 orang). Hal ini dikarenakan peserta posyandu lansia yang hadir pada saat penelitian dilaksanakan dan memenuhi kriteria restriksi sebagian besar perempuan yang usianya >55 tahun.
Mayoritas sampel mengalami menopause pada usia 48-50 tahun (40%). Hal ini merupakan hal yang normal jika perempuan mengalami menstruasi terakhir pada rentang 45-55 tahun (Fox-Spencer dan Brown, 2007).
(46)
commit to user
33
Pada penelitian yang dilakukan di posyandu lansia Kelurahan Jebres, Surakarta seluruh sampel penelitian telah mengalami menopause dan mayoritas sampel telah mengalami menopause selama 10-12 tahun (33,33%). Karena sampel dari peserta posyandu lansia yang hadir sebagian besar berusia >55 tahun, sehingga sebagian besar mereka telah mengalami menopause cukup lama.
Seluruh sampel merupakan perempuan post menopause dengan IMT > 25 kg/m2. Kriteria ini digunakan berdasarkan klasifikasi berat badan WHO pada penduduk Asia dewasa pada tahun 2000 (NIH, 2008). Untuk melihat klasifikasi persebaran obesitas berdasarkan lama menopause maka dibutuhkan sampel dengan kriteria obesitas pula.
B.Hubungan Lama Menopause dengan Obesitas pada Perempuan Post Menopause
Hasil uji statistik dengan menggunakan Pearson product moment
menunjukkan hubungan yang signifikan dimana r hitung (0,448) lebih besar dibandingkan dengan r tabel (0,361) dan p = 0,013 lebih kecil dari α =0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan obesitas pada perempuan post menopause, serta nilai r hitung positif menunjukkan bahwa semakin besar nilai lama menopause maka semakin besar pula obesitas (yang diukur dengan IMT) perempuan post menopause (Sugiyono, 2011).
(47)
commit to user
34
Dengan demikian menandakan bahwa lama menopause merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada perempuan postmenopause (Fox-Spencer dan Brown, 2007).
Obesitas sebelum menopause juga cukup berpengaruh terhadap berat badan setelah menopause. Perempuan yang sebelum menopause telah mengalami obesitas, akan memiliki berat badan di atas rata-rata di awal menopause dan begitu pula sebaliknya. Hal ini menyebabkan terdapat beberapa sampel yang baru memasuki menopause memiliki IMT yang lebih tinggi daripada perempuan yang telah lama mengalami menopause pada penelitian.
Dari hasil hitung koefisien determinan diperoleh kesimpulan bahwa lama menopause memberikan kontribusi terhadap terjadinya obesitas pada perempuan postmenopause sebesar 20,07% dan sisanya 79,93% ditentukan oleh faktor lain diantaranya pola makan atau asupan kalori, asupan lemak, sosial ekonomi, tradisi, genetik, lingkungan, dan keluarga (Astrup, 1999; Brochu et al., 2001; Deckelbaum, 2001; NIH, 2008).
Sebuah studi kohort pernah dilakukan oleh Janssen dkk di beberapa kota di United State pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 yang meliputi perempuan dari ras Kaukasia, Afrika-Amerika, Cina, Jepang, dan Hispanic
origins untuk melihat hubungan menopause dengan sindrom metabolik .
Penelitian dilakukan pada 3302 perempuan pada masa transisi menopause yaitu rentang 6 tahun sebelum menopause dan 6 tahun setelah menopause. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil rata-rata IMT perempuan setelah
(48)
commit to user
35
mengalami menopause pada saat dilakukan follow up mengalami peningkatan 1,49 (1.32-1.67) kg/m2.
Penelitian yang hampir serupa juga pernah dilakukan oleh Jacobson dkk terhadap 51637 perempuan post menopause yang mendaftarkan diri di Nurses’s Health Study (NHS) pada tahun 1978-2002 dimana follow up
dilakukan setiap 2 tahun, untuk mencari hubungan penggunaan
postmenopausal hormone (PMH) dan gejala gastroesophagel reflux. Pada
penelitian tersebut juga membahas tentang perbedaan kenaikan berat badan perempuan post menopause yang menggunakan PMH dengan yang tidak menggunakan PMH. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa perempuan yang menggunakan PMH sedikit lebih muda dan lebih kurus, sedangkan perempuan yang tidak menggunakan PMH mengalami kenaikan yang lebih banyak setelah menopause .
Adanya persamaan hasil dengan dua penelitian yang hampir sejenis dalam hal adanya peningkatan berat badan pada perempuan postmenopause dibandingkan sebelum menopause menunjukkan bahwa memang ada hubungan yang positif antara lama menopause dengan obesitas pada perempuan post menopause.
Kelemahan penelitian ini, karena jumlah sampel yang kecil untuk penelitian yang bersifat population based maka tidak cukup alasan untuk memberikan kesimpulan yang berlaku menyeluruh. Untuk memperoleh suatu hubungan yang sangat spesifik seyogyanya dilakukan penelitian lebih lanjut yang memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas
(49)
commit to user
36
seperti jenis asupan makanan, perilaku makan, aktifitas fisik, dan faktor lainnya.
(50)
commit to user
37 BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara lama menopause dengan obesitas pada perempuan post menopause.
2. Rata-rata sampel di Kelurahan Jebres, Surakarta telah mengalami menopause selama 8,63 ± 4,64 tahun.
3. Rata-rata sampel postmenopause di Kelurahan Jebres, Surakarta mempunyai indeks massa tubuh 28,09 ± 2,09 kg/m2.
B.Saran
Dengan mempertimbangkan hasil penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Puskesmas Kelurahan Jebres, Surakarta.
Puskesmas sebaiknya meninjau ulang program kesehatan dalam bidang kesehatan reproduksi perempuan. Alangkah baiknya jika menambahkan bahasan tentang menopause dalam program kesehatan reproduksi perempuan sehingga keluhan-keluhan setelah memasuki usia menopause dapat dikurangi karena pencegahan semenjak belum menopause.
2. Tenaga Kesehatan Kelurahan Jebres, Surakarta
(51)
commit to user
38
mengenai perubahan fisiologi perempuan setelah mengalami menopause. Tingginya potensi mengalami obesitas pada post menopause, membuat perlu dilakukan penyuluhan pada masyarakat mengenai perubahan gaya hidup dengan diit dan menjaga berat badan yang ideal semenjak bayi dan balita. Karena beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa peningkatan IMT pada masa anak-anak merupakan prediktor keadaan obesitas di kemudian hari.
3. Sampel
Sampel sebaiknya mulai merubah gaya hidup mereka, khususnya dalam hal diit makanan karena potensi peningkatan berat badan akan semakin lebih cepat sebagai akibat dari menopause.
4. Penelitian berikutnya
Dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan pada penelitian lebih lanjut yang berkaitan pengaruh menopause terhadap pertambahan berat badan dalam hitungan bulan setelah mengalami menopause dengan menggunakan sampel yang lebih besar.
(1)
Pada penelitian yang dilakukan di posyandu lansia Kelurahan Jebres, Surakarta seluruh sampel penelitian telah mengalami menopause dan mayoritas sampel telah mengalami menopause selama 10-12 tahun (33,33%). Karena sampel dari peserta posyandu lansia yang hadir sebagian besar berusia >55 tahun, sehingga sebagian besar mereka telah mengalami menopause cukup lama.
Seluruh sampel merupakan perempuan post menopause dengan IMT > 25 kg/m2. Kriteria ini digunakan berdasarkan klasifikasi berat badan WHO pada penduduk Asia dewasa pada tahun 2000 (NIH, 2008). Untuk melihat klasifikasi persebaran obesitas berdasarkan lama menopause maka dibutuhkan sampel dengan kriteria obesitas pula.
B.Hubungan Lama Menopause dengan Obesitas pada Perempuan Post
Menopause
Hasil uji statistik dengan menggunakan Pearson product moment
menunjukkan hubungan yang signifikan dimana r hitung (0,448) lebih besar dibandingkan dengan r tabel (0,361) dan p = 0,013 lebih kecil dari α =0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama menopause dengan obesitas pada perempuan post menopause, serta nilai r hitung positif menunjukkan bahwa semakin besar nilai lama menopause maka semakin besar pula obesitas (yang diukur dengan IMT) perempuan post
(2)
commit to user
Dengan demikian menandakan bahwa lama menopause merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada perempuan postmenopause (Fox-Spencer dan Brown, 2007).
Obesitas sebelum menopause juga cukup berpengaruh terhadap berat badan setelah menopause. Perempuan yang sebelum menopause telah mengalami obesitas, akan memiliki berat badan di atas rata-rata di awal menopause dan begitu pula sebaliknya. Hal ini menyebabkan terdapat beberapa sampel yang baru memasuki menopause memiliki IMT yang lebih tinggi daripada perempuan yang telah lama mengalami menopause pada penelitian.
Dari hasil hitung koefisien determinan diperoleh kesimpulan bahwa lama menopause memberikan kontribusi terhadap terjadinya obesitas pada perempuan postmenopause sebesar 20,07% dan sisanya 79,93% ditentukan oleh faktor lain diantaranya pola makan atau asupan kalori, asupan lemak, sosial ekonomi, tradisi, genetik, lingkungan, dan keluarga (Astrup, 1999; Brochu et al., 2001; Deckelbaum, 2001; NIH, 2008).
Sebuah studi kohort pernah dilakukan oleh Janssen dkk di beberapa kota di United State pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 yang meliputi perempuan dari ras Kaukasia, Afrika-Amerika, Cina, Jepang, dan Hispanic
origins untuk melihat hubungan menopause dengan sindrom metabolik .
Penelitian dilakukan pada 3302 perempuan pada masa transisi menopause yaitu rentang 6 tahun sebelum menopause dan 6 tahun setelah menopause. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil rata-rata IMT perempuan setelah
(3)
mengalami menopause pada saat dilakukan follow up mengalami peningkatan 1,49 (1.32-1.67) kg/m2.
Penelitian yang hampir serupa juga pernah dilakukan oleh Jacobson dkk terhadap 51637 perempuan post menopause yang mendaftarkan diri di
Nurses’s Health Study (NHS) pada tahun 1978-2002 dimana follow up
dilakukan setiap 2 tahun, untuk mencari hubungan penggunaan
postmenopausal hormone (PMH) dan gejala gastroesophagel reflux. Pada
penelitian tersebut juga membahas tentang perbedaan kenaikan berat badan perempuan post menopause yang menggunakan PMH dengan yang tidak menggunakan PMH. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa perempuan yang menggunakan PMH sedikit lebih muda dan lebih kurus, sedangkan perempuan yang tidak menggunakan PMH mengalami kenaikan yang lebih banyak setelah menopause .
Adanya persamaan hasil dengan dua penelitian yang hampir sejenis dalam hal adanya peningkatan berat badan pada perempuan postmenopause dibandingkan sebelum menopause menunjukkan bahwa memang ada hubungan yang positif antara lama menopause dengan obesitas pada perempuan post menopause.
Kelemahan penelitian ini, karena jumlah sampel yang kecil untuk penelitian yang bersifat population based maka tidak cukup alasan untuk memberikan kesimpulan yang berlaku menyeluruh. Untuk memperoleh suatu hubungan yang sangat spesifik seyogyanya dilakukan penelitian lebih lanjut
(4)
commit to user
seperti jenis asupan makanan, perilaku makan, aktifitas fisik, dan faktor lainnya.
(5)
commit to user
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara lama menopause dengan obesitas pada perempuan post menopause.
2. Rata-rata sampel di Kelurahan Jebres, Surakarta telah mengalami menopause selama 8,63 ± 4,64 tahun.
3. Rata-rata sampel postmenopause di Kelurahan Jebres, Surakarta mempunyai indeks massa tubuh 28,09 ± 2,09 kg/m2.
B.Saran
Dengan mempertimbangkan hasil penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Puskesmas Kelurahan Jebres, Surakarta.
Puskesmas sebaiknya meninjau ulang program kesehatan dalam bidang kesehatan reproduksi perempuan. Alangkah baiknya jika menambahkan bahasan tentang menopause dalam program kesehatan reproduksi perempuan sehingga keluhan-keluhan setelah memasuki usia menopause dapat dikurangi karena pencegahan semenjak belum menopause.
2. Tenaga Kesehatan Kelurahan Jebres, Surakarta
(6)
commit to user
mengenai perubahan fisiologi perempuan setelah mengalami menopause. Tingginya potensi mengalami obesitas pada post menopause, membuat perlu dilakukan penyuluhan pada masyarakat mengenai perubahan gaya hidup dengan diit dan menjaga berat badan yang ideal semenjak bayi dan balita. Karena beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa peningkatan IMT pada masa anak-anak merupakan prediktor keadaan obesitas di kemudian hari.
3. Sampel
Sampel sebaiknya mulai merubah gaya hidup mereka, khususnya dalam hal diit makanan karena potensi peningkatan berat badan akan semakin lebih cepat sebagai akibat dari menopause.
4. Penelitian berikutnya
Dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan pada penelitian lebih lanjut yang berkaitan pengaruh menopause terhadap pertambahan berat badan dalam hitungan bulan setelah mengalami menopause dengan menggunakan sampel yang lebih besar.