STUDI KASUS ATAS PUTUSAN PENGADILAN NOMOR 1148/Pdt.G/2008.PA.BDG TENTANG HAK ISTERI ATAS GUGATAN HARTA BERSAMA YANG BELUM TERBAGI SETELAH PERCERAIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILAS.
STUDI KASUS ATAS PUTUSAN PENGADILAN NOMOR
1148/Pdt.G/2008.PA.BDG TENTANG HAK ISTERI ATAS GUGATAN
HARTA BERSAMA YANG BELUM TERBAGI SETELAH PERCERAIAN
MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI
HUKUM ISLAM
Lidya Rahmawati
110110060115
ABSTRAK
Salah satu akibat perceraian adalah adanya timbul permbagian
harta bersama antara suami dan istri yang telah bercerai
yang
menimbulkan hak istri atau suami yang cerai mati/hidup memiliki hak atas
harta bersama tersebut selama masa perkawinanya menurut Undangundang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam
seperti contoh dalam studi kasus 1148/Pdt.G/2008.PA.BDG. Namun
sering kali dalam pembagian harta bersama menimbulkan sengketa
perselisihan. Tujuan penulisan studi kasus ini untuk mengetahui
perubahan nilai harta bersama masa perkawinan terhadap suami istri
yang telah bercerai dan untuk memberikan informasi kepada istri terhadap
hak nya dalam pembagian harta bersama serta upaya hukum yang akan
ditempuh.
Analisis dan pemecahan masalah dalam perkara ini adalah dengan
menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu dengan memaparkan faktafakta beberapa data, dengan melakukan pendekatan yuridis-normatif
dengan mengkaji dan menerapkan kaidah hukum serta peraturanperaturan hukum yang terkait dengan perkawinan, harta bersama,
gugatan dan perceraian. Teknik yang dipergunakan adalah studi
kepustakaan serta penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah
terkumpul dilakukan dengan menggunakan metode yuridis-kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pembagian
harta bersama sesuai dengan pasal 37 UU no 1 tahun 1974 dan pasal 96
dan 97 Kompilasi Hukum Islam cara pembagian harta gono-gini adalah
masing-masing mendapatkan separoh dari harta kekayaan bersama.
Perlindungan hukum atas masalah harta bersama dapat ditempuh dengan
cara permohonan gugatan harta bersama meletakkan sita marital dalam
gugatan harta bersama. Tujuannya adalah agar mencegah terjadinya
penyalahgunaan harta bersama oleh pihak suami, sehingga tidak
merugikan keluarga dapat juga dilakukan perjanjian perkawinan yang
mengatur sampai dimana batas-batas tanggung jawab pribadi masingmasing seperti yang disebut dalam Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.
iv
1148/Pdt.G/2008.PA.BDG TENTANG HAK ISTERI ATAS GUGATAN
HARTA BERSAMA YANG BELUM TERBAGI SETELAH PERCERAIAN
MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI
HUKUM ISLAM
Lidya Rahmawati
110110060115
ABSTRAK
Salah satu akibat perceraian adalah adanya timbul permbagian
harta bersama antara suami dan istri yang telah bercerai
yang
menimbulkan hak istri atau suami yang cerai mati/hidup memiliki hak atas
harta bersama tersebut selama masa perkawinanya menurut Undangundang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam
seperti contoh dalam studi kasus 1148/Pdt.G/2008.PA.BDG. Namun
sering kali dalam pembagian harta bersama menimbulkan sengketa
perselisihan. Tujuan penulisan studi kasus ini untuk mengetahui
perubahan nilai harta bersama masa perkawinan terhadap suami istri
yang telah bercerai dan untuk memberikan informasi kepada istri terhadap
hak nya dalam pembagian harta bersama serta upaya hukum yang akan
ditempuh.
Analisis dan pemecahan masalah dalam perkara ini adalah dengan
menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu dengan memaparkan faktafakta beberapa data, dengan melakukan pendekatan yuridis-normatif
dengan mengkaji dan menerapkan kaidah hukum serta peraturanperaturan hukum yang terkait dengan perkawinan, harta bersama,
gugatan dan perceraian. Teknik yang dipergunakan adalah studi
kepustakaan serta penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah
terkumpul dilakukan dengan menggunakan metode yuridis-kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pembagian
harta bersama sesuai dengan pasal 37 UU no 1 tahun 1974 dan pasal 96
dan 97 Kompilasi Hukum Islam cara pembagian harta gono-gini adalah
masing-masing mendapatkan separoh dari harta kekayaan bersama.
Perlindungan hukum atas masalah harta bersama dapat ditempuh dengan
cara permohonan gugatan harta bersama meletakkan sita marital dalam
gugatan harta bersama. Tujuannya adalah agar mencegah terjadinya
penyalahgunaan harta bersama oleh pihak suami, sehingga tidak
merugikan keluarga dapat juga dilakukan perjanjian perkawinan yang
mengatur sampai dimana batas-batas tanggung jawab pribadi masingmasing seperti yang disebut dalam Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.
iv