KONVENSI SENJATA KIMIA (KSK) DALAM PENGGUNAAN SENJATA KIMIA DI IRAK PADA ERA REZIM SADDAM HUSSEIN DAN IMPLEMENTASI KSK DI INDONESIA.
3
Konvensi Senjata Kimia (KSK) dalam Penggunaan Senjata Kimia di
Irak pada Era Rezim Saddam Hussein dan Implementasi KSK di
Indonesia
ABSTRAK
Konvensi Senjata Kimia (KSK) sebagai perjanjian multilateral dan
non-diskriminatif melarang pengembangan produksi penimbunan
(stockpiling) dan penggunaan senjata kimia serta pengancuran senjata
kimia. Pada era rezim Saddam Hussein, Irak memproduksi, menimbun
bahkan menggunakan senjata kimia tetapi tidak menjadi negara pihak
KSK. Indonesia telah meratifikasi KSK dan tidak melakukan kegiatan yang
dilarang KSK. Produksi dan importasi bahan kimia yang diatur dalam KSK
hanya dipergunakan untuk tujuan damai atau kepentingan komersial.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan
menguraikan perjanjian internasional, dikaitkan dengan teori hukum dalam
praktik, dan pelaksanaannya menyangkut permasalahan yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis-normatif yaitu meneliti
data sekunder dan implementasinya dalam praktik. Data yang diperoleh
baik primer maupun sekunder dianalisis dengan menggunakan metode
analisis normatif-kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, sekalipun Irak bukan negara pihak
KSK pada era rezim Saddam Hussein, prinsip pelarangan
pengembangan, produksi, penimbunan dan penggunaan senjata kimia
dalam KSK merupakan hukum kebiasaan humaniter internasional.
Justifikasi keluarnya Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1441 tahun
2002 merupakan bukti adanya pelanggaran norma hukum ini yang
didasarkan atas dasar Bab VII Piagam PBB. Indonesia mengimpor
prekursor Bahan Kimia Daftar 3 yaitu TEA, MDEA, dan Fosfor Triklorida
serta memproduksi sejumlah Bahan Kimia Non-Daftar DOC khususnya
Urea dan Metanol, hanya digunakan untuk kepentingan komersial. Sejak
tahun 2004, Indonesia telah menyampaikan deklarasi tahunan ke OPCW
dan atas dasar itu, the Organisation for the Prohibition of Chemical
Weapons (OPCW) melakukan verifikasi dalam bentuk inspeksi setempat
(on-site inspection) sejak tahun 2004-2012 ke sembilan fasilitas produksi
Metanol dan Urea, dengan kesimpulan tidak terdapat aktivitas yang
dilarang KSK. Terjadinya diskrepansi (perbedaan) data antara deklarasi
yang disampaikan Indonesia sebagai pengimpor TEA, MDEA dan Fosfor
Triklorida dengan deklarasi yang disampaikan negara pihak pengekspor
ke OPCW disebabkan karena Harmonized System Code (HS Code) yang
tidak selalu tepat untuk mengidentifikasi bahan kimia tersebut, kesalahan
pengisian aplikasi impor dan karena penggunaan nama dagang yang tidak
terekam dalam database pengawasan.
4
Chemical Weapons Convention (CWC) in the Use of Chemical
Weapons in Iraq by Saddam Hussein's Regime Era and the
Implementation of CWC in Indonesia
ABSTRACT
Chemical Weapons Convention (CWC) is a multilateral and nondiscriminative treaty and non-discrimination prohibits all activities related
to chemical weapons as well as destruction of chemical weapons. In the
era of Saddam Hussein's regime, Iraq engaged in production, stockpiling
and even using chemical weapons but did not become a state party to
CWC. Indonesia has ratified the CWC and not performed any activities
prohibited by CWC. Production and importation of schedule and
Unschedule Chemicals are only used for peaceful or commercial
purposes.
This research uses descriptive-analytical method by outlining the
international treaties explanation in connection with the legal theory in
practice, and its implementation on problems in question. This study uses
the juridical-normative approach with which the secondary data is
investigated and its implementation in practice. Data obtained by both
primary and secondary sources were then analyzed using qualitative
methods-normative analysis.
Based on the results of the study, although Iraq was not a state
party to the CWC under the era of Saddam Hussein regime, the principle
of prohibition of the development, production, stockpiling and use of
chemical weapons in the CWC has been a customary international
humanitarian law. Justification for the issuance of the UN Security Council
Resolution 1441 of 2002 for Iraq was evidence of violations of legal norms
on the basis of Chapter VII of the UN Charter. As the case of Indonesia, a
number of precursor chemicals for the Schedule 3 Chemicals i.e. TEA,
MDEA, and Phosphorus Trichloride were imported. The country also
produced a number of Unschedule DOC Chemicals, especially Urea and
Methanol and all these chemicals were used only for commercial
purposes. Since 2004, Indonesia has submitted annual declarations to the
OPCW and on the basis of such declarations, the Organisation for the
Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) conducted verification in the
form of on-site inspections since 2004-2012 to nine production facilities of
Methanol and Urea, concluding that there were no activity prohibited by
CWC. The occurrence of data discrepancies among declarations
submitted by Indonesia for TEA, MDEA and Phosphorus Trichloride, in
comparison to declarations of the exporting countries submitted to the
OPCW was because the Harmonized System Code (HS Code) is not
always precisely identify the individual chemical, error in filling importation
applications form and the use of trade names not yet recorded in the
control database.
Konvensi Senjata Kimia (KSK) dalam Penggunaan Senjata Kimia di
Irak pada Era Rezim Saddam Hussein dan Implementasi KSK di
Indonesia
ABSTRAK
Konvensi Senjata Kimia (KSK) sebagai perjanjian multilateral dan
non-diskriminatif melarang pengembangan produksi penimbunan
(stockpiling) dan penggunaan senjata kimia serta pengancuran senjata
kimia. Pada era rezim Saddam Hussein, Irak memproduksi, menimbun
bahkan menggunakan senjata kimia tetapi tidak menjadi negara pihak
KSK. Indonesia telah meratifikasi KSK dan tidak melakukan kegiatan yang
dilarang KSK. Produksi dan importasi bahan kimia yang diatur dalam KSK
hanya dipergunakan untuk tujuan damai atau kepentingan komersial.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan
menguraikan perjanjian internasional, dikaitkan dengan teori hukum dalam
praktik, dan pelaksanaannya menyangkut permasalahan yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis-normatif yaitu meneliti
data sekunder dan implementasinya dalam praktik. Data yang diperoleh
baik primer maupun sekunder dianalisis dengan menggunakan metode
analisis normatif-kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, sekalipun Irak bukan negara pihak
KSK pada era rezim Saddam Hussein, prinsip pelarangan
pengembangan, produksi, penimbunan dan penggunaan senjata kimia
dalam KSK merupakan hukum kebiasaan humaniter internasional.
Justifikasi keluarnya Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1441 tahun
2002 merupakan bukti adanya pelanggaran norma hukum ini yang
didasarkan atas dasar Bab VII Piagam PBB. Indonesia mengimpor
prekursor Bahan Kimia Daftar 3 yaitu TEA, MDEA, dan Fosfor Triklorida
serta memproduksi sejumlah Bahan Kimia Non-Daftar DOC khususnya
Urea dan Metanol, hanya digunakan untuk kepentingan komersial. Sejak
tahun 2004, Indonesia telah menyampaikan deklarasi tahunan ke OPCW
dan atas dasar itu, the Organisation for the Prohibition of Chemical
Weapons (OPCW) melakukan verifikasi dalam bentuk inspeksi setempat
(on-site inspection) sejak tahun 2004-2012 ke sembilan fasilitas produksi
Metanol dan Urea, dengan kesimpulan tidak terdapat aktivitas yang
dilarang KSK. Terjadinya diskrepansi (perbedaan) data antara deklarasi
yang disampaikan Indonesia sebagai pengimpor TEA, MDEA dan Fosfor
Triklorida dengan deklarasi yang disampaikan negara pihak pengekspor
ke OPCW disebabkan karena Harmonized System Code (HS Code) yang
tidak selalu tepat untuk mengidentifikasi bahan kimia tersebut, kesalahan
pengisian aplikasi impor dan karena penggunaan nama dagang yang tidak
terekam dalam database pengawasan.
4
Chemical Weapons Convention (CWC) in the Use of Chemical
Weapons in Iraq by Saddam Hussein's Regime Era and the
Implementation of CWC in Indonesia
ABSTRACT
Chemical Weapons Convention (CWC) is a multilateral and nondiscriminative treaty and non-discrimination prohibits all activities related
to chemical weapons as well as destruction of chemical weapons. In the
era of Saddam Hussein's regime, Iraq engaged in production, stockpiling
and even using chemical weapons but did not become a state party to
CWC. Indonesia has ratified the CWC and not performed any activities
prohibited by CWC. Production and importation of schedule and
Unschedule Chemicals are only used for peaceful or commercial
purposes.
This research uses descriptive-analytical method by outlining the
international treaties explanation in connection with the legal theory in
practice, and its implementation on problems in question. This study uses
the juridical-normative approach with which the secondary data is
investigated and its implementation in practice. Data obtained by both
primary and secondary sources were then analyzed using qualitative
methods-normative analysis.
Based on the results of the study, although Iraq was not a state
party to the CWC under the era of Saddam Hussein regime, the principle
of prohibition of the development, production, stockpiling and use of
chemical weapons in the CWC has been a customary international
humanitarian law. Justification for the issuance of the UN Security Council
Resolution 1441 of 2002 for Iraq was evidence of violations of legal norms
on the basis of Chapter VII of the UN Charter. As the case of Indonesia, a
number of precursor chemicals for the Schedule 3 Chemicals i.e. TEA,
MDEA, and Phosphorus Trichloride were imported. The country also
produced a number of Unschedule DOC Chemicals, especially Urea and
Methanol and all these chemicals were used only for commercial
purposes. Since 2004, Indonesia has submitted annual declarations to the
OPCW and on the basis of such declarations, the Organisation for the
Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) conducted verification in the
form of on-site inspections since 2004-2012 to nine production facilities of
Methanol and Urea, concluding that there were no activity prohibited by
CWC. The occurrence of data discrepancies among declarations
submitted by Indonesia for TEA, MDEA and Phosphorus Trichloride, in
comparison to declarations of the exporting countries submitted to the
OPCW was because the Harmonized System Code (HS Code) is not
always precisely identify the individual chemical, error in filling importation
applications form and the use of trade names not yet recorded in the
control database.