PERANAN KAUM SYI’AH DALAM POLITIK IRAK PASCA TUMBANGNYA REZIM SADDAM HUSSEIN 2003-2005

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Irak merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji lebih mendalam, karena merupakan salah satu negara Timur Tengah yang sering menghadapi peperangan. Pada masa pemerintahan Saddam Hussein, konflik lebih banyak bersifat vertikal antara rakyat dengan pemerintah. Konflik terjadi antara kelompok syiah melawan pemerintah sunni dan suku kurdi melawan pemerintah di Irak utara. Hal ini berbeda dengan yang terjadi pada masa transisi dimana konflik horisontal semakin intens terjadi antara kelompok Sunni melawan Syiah, Syi'ah menjadi kekuatan politik terbesar di Iraq, sesudah dua kekuatan partai politik Syi'ah yang didukung Iran, dimana kekuatan politik terbesar di Iraq dengan suara 159 kursi di parlemen. Koalisi Nasional Iraq merupakan gabungan dua partai Syi'ah, yaitu Dewan Mahkamah Islam (ISCI) dengan gerakan Sadr yang anti Amerika.1 Dewan Mahkamah Islam (ISCI) merupakan kelompok Syi'ah yang memiliki Ulama terkemuka yaitu Ayatollah al Sistani yang tidak sepenuhnya mendukung Al Sadr. Sistani menyerukan semua pasukan bersenjata, agar menjaga kesucian tempat suci kaum Syiah, seperti mesjid Imam Ali, yang kini digunakan pasukan Al Mahdi sebagai benteng pertahanan terakhir. Sedangkan kelompok Al Sadr yang melawan pendudukan Amerika dan selalu menunjukkan perlawanan terbuka kepada Amerika.

1

Syiahindonesia, Syi'ah menjadi kekuatan politik terbesar di Iraq.

http://syiahindonesia.com/index.php/akhbar-syiah/syiah-iraq/243-syiah-menjadi-kekuatan-politik-terbesar-di-iraq. Diakses14 Mei 2010


(2)

Dengan bergabungnya dua kekuatan politik utama Syi'ah ini, menandakan kebangkitan kembali Syi'ah di Iraq, yang berkuasa sejak tahun 2005, dan ini telah menciptakan situasi yang tidak kondusif bagi stabilitas di Iraq. Karena kebijakan pemerintah yang di dominasi Syi'ah ini, menyingkirkan kekuatan politik kelompok Sunni. Di Irak, konflik vertikal berskala amat luas, mengingat sisa-sisa rezim Saddam akan memanfaatkan momentum penarikan pasukan AS-Inggris untuk mengobarkan perang. Apalagi AS mengklaim telah mendapatkan bukti adanya kelompok yang menyiapkan skenario perang saudara dahsyat.2

Konflik horizontal yang semakin intens terjadi di Irak tahun 2004 diwarnai oleh dua faktor penting. Pertama, ketidakbisaan kelompok Sunni untuk menerima kenyataan bahwa sekarang mereka tidak lagi memiliki kekuasaan. Hal ini semakin diperparah dengan tidak adanya rekonsiliasi nasional dimana tidak ada pengampunan bagi Saddam dan juga para pengikut setianya. Hukuman mati bagi Saddam berimplikasi pada semakin kerasnya aksi-aksi kelompok Sunni terhadap Syiah. Kedua, campur tangan asing dalam kehidupan politik dan keamanan Irak. Tidak bisa dipungkiri pengaruh AS terhadap pemerintah Irak telah mengobarkan kebencian orang-orang Syaih garis keras terhadap pemerintahan sekarang.

Selain itu, AS telah kehilangan salah satu sekutu utamanya, yaitu Jose Maria Aznar yang kalah dalam pemilu di Spanyol tahun 2004. Karena Jose Maria Aznar adalah salah satu sekutu AS selain PM Inggris, Tony Blair yang ikut menjatuhkan Saddam. Kekalahan Aznar, menjadim permasalahan tersendiri bagi AS, karena dengan bergantinya PM tentu akan berganti pula kebijakan yang akan

2


(3)

diambil oleh pemimpin Spanyol yang baru. Akhirnya AS terpaksa menyerahkan Irak sepenuhnya ke PBB, maka strategi untuk rekonstruksi di Irak tidak dapat berjalan dengan lancar.3 Tokoh utama Syiah di Irak, tidak mampu membendung situasi Irak yang kini menjurus pada perang saudara. Para pengikut Syiah cenderung lebih memberikan loyalitasnya pada milisi bersenjata yang dianggap melindungi mereka (kaum Syiah) dari ancaman kekerasan yang dilakukan oleh para kelompok Sunni dan mampu melakukan balas dendam. Ribuan pengikut Sistani yang lebih memilih untuk mengikuti pemimpin Syiah Muqtadha Shadr, yang memiliki pengaruh kuat dalam kaitan kelompok bersenjata syiah.

Jika di zaman Saddam yang sangat keras dan menggunakan “tangan besi”, jauh masih lebih baik dibandingkan dengan kondisi sekarang. Kekacauan yang tak terkendali, dan konflik yang mengarah pada perang sipil (saudara) antara kelompok Syiah dengan Sunni. Saddam mengendalikan negara secara otoriter, dan dapat menciptakan situasi yang stabil, dan tetap mengakomodasi kelompok Syiah di dalam pemerintahannya. Meski kaum Syiah tetap berkomitmen untuk membentuk aliansi yang membuat mereka punya kesempatan untuk membangun pemerintahan berikutnya di Iraq.

Syiah yang menjadi kelompok mayoritas secara kuantitas di Irak, dalam pemerintahan ternyata Syiah tidak mendominasi, sama halnya dengan Etnis Kurdi, Persia, Turki, serta kelompok Nasrani dan Yahudi. Mereka juga mengalami penindasan dominasi rezim Sunni Arab di Irak. Pertikaian yang terjadi antara Syiah dan Sunni penyebab utamanya adalah politik, bukan budaya.

3


(4)

Sejak masa Saddam berkuasa, acara-acara yang berhubungan dengan kaum Syi’ah dilarang. Seperti diketahui, pada waktu Saddam berkuasa, kaum Syi'ah sama sekali tidak diberi ruang dikarenakan penyimpangan aqidah mereka. Sudah sejak lama Saddam menyadari Syiah melenceng dari ajaran Islam. Ketika Saddam jatuh, maka kaum Syi'ah seolah-olah membalas dendam kepada kaum Sunni.

Jumlah kaum Syi’ah di Iraq sebenarnya sangat besar mencapai sekitar 60 persen dari jumlah total 24 juta penduduknya. Sisanya adalah penganut Sunni yang menguasai politik Iraq. Setelah masa kependudukan Arab, bahkan Iran mempunyai pengaruh lebih buruk lagi terhadap Iraq. Keberadaan kaum syi'ah yang ada di Iraq menjadi salah satu penyebabnya. Kaum Syi’ah Iraq dipercayai lebih loyal terhadap Iran daripada Iraq sendiri. Untuk proses rekonstruksi di Irak pasca invasi Amerika Serikat, memang bukan pekerjaan mudah. Sebab, ada sejumlah negara Arab yang disukai rakyat Irak namun tidak disukai Amerika, seperti Suriah dan Libya. Sebaliknya, ada negara Arab yang menjadi sekutu Washington namun tidak disukai rakyat Irak, seperti Kuwait dan Arab Saudi. Untuk itu, pentingnya peranan PBB dalam proses pembentukan pemerintahan transisi di Irak dan pelaksanaan proses rekonstruksi Negeri Irak. Hal terpenting, pemerintahan harus tetap dijalankan oleh rakyat Irak secara bersama-sama.4

Sebelum Saddam jatuh, sebenarnya Syiah dari Iran sudah bersiap-siap masuk di pintu depan. Orang-orang Iran serta merta memperbaiki hubungan dengan Irak. Selain ramai oleh invasi AS, di Iraq juga terjadi asimilasi

4

Sekjen Liga Arab Amr Mussa: Kembalikan Irak Kepada Rakyatnya http://www.tempo.co.id/harian/wawancara/waw-AmrMussa01.html.


(5)

kebudayaan, politik, dan ekonomi orang-orang Syiah. Sekarang, menjelang AS meninggalkan Iraq, kader-kader Syiah siap menduduki berbagai posisi penting di berbagai instansi penting pemerintahan. Bahkan, tidak mustahil, presiden Iraq berikutnya berasal dari kaum Syiah.

Kelompok Syiah menuntut rezim yang sedang berkuasa (Sunni), agar memberi peran politik dan pemerintahan yang lebih besar sesuai dengan kapasitas dan persentase populasi penduduk Syiah. Minimal kelompok Syiah ingin mengembalikan peran politik mereka seperti pada era monarki karena pada era tersebut Syiah terlibat aktif dalam pemerintahan Irak dari masa ke masa dan Kaum Syiah Irak dikenal memainkan peranan sangat penting dalam revolusi melawan kolonialisme Inggris pada masa revolusi. Pasca runtuhnya sistem monarki di Irak tahun 1958, banyak tokoh-tokoh Syiah yang menjadi pemimpin Partai Komunis Irak dan sebagian lagi bergabung dengan Partai Ba’ath. Kondisi ini menyebabkan peran politik Syiah menjadi menyusut tajam setelah berkuasanya Partai Ba’ath dan penumpasan Partai Komunis Irak. Keadaan itu membuat peran politik kaum Syiah semakin lemah. Akhirnya, Partai Ba’ath yang berkuasa saat itu berhasil meredam sikap oposisi Syiah terhadap pemerintah dengan memberi perhatian lebih pada pembangunan dan proyek renovasi tempat-tempat ibadah di Kota Najaf dan Karbala. Sikap politik Partai Ba’ath ini dilakukan untuk mencari simpati dari kaum Syiah. Akan tetapi, kaum Syiah Irak tetap merasakan kepahitan karena diperlakukan sebagai anak tiri oleh negara Irak dan merasa dizalimi oleh rezim Saddam Hussein.5

5 Ibid


(6)

Setelah Saddam dihukum mati pada bulan Desember 2006, Sunni melihat Amerika dan pemerintah Irak yang didominasi Syiah sebagai sisa-sisa terakhir dari nasionalisme Arab. Meskipun Saddam pernah menjadi sekutu yang diandalkan Barat, di tahun 1990-an, ia merupakan orang di antara beberapa pemimpin Arab yang menentang Amerika Serikat dan kekuatan Eropa. Dalam pandangan Sunni, Amerika dan sekutunya memberantas gagasan masa lalu Arab yang mulia tanpa menawarkan pengganti, selain sektarianisme.6

Dari uraian latar belakang di atas terlihat bahwa, salah satu penyebab kesulitan yang dialami rakyat Irak dalam melawan pendudukan Amerika di Irak karena sejak dulu mereka sulit diintegrasikan sehingga mereka tidak mudah bersatu meskipun telah muncul musuh bersama yang potensial mengancam semua golongan di Irak. Problem utama integrasi nasional Irak yaitu penduduknya yang sangat heterogen dan terkonsentrasi di wilayah tertentu serta adanya campur tangan asing yang seringkali menghasut dan membantu kelompok tertentu untuk memberontak pada pemerintah pusat. Di sisi lain, Islam Syiah selalu diidentikkan dengan militansi, gerakan anti-Amerika, dan terorisme yang diilhami oleh Revolusi Iran dan kelompok Hizbullah di Libanon. Akibatnya, pemahaman terhadap kekayaan tradisi agama dan spiritualitas Syiah menjadi kabur sehingga timbul kesalahpahaman terhadap sikap dan pengalaman kelompok Syiah yang beragam mengenai isu perang dan damai.

6

Heru, siapakah-yang-memenangkan-perang-di-irak-iran .


(7)

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana peran politik Syi’ah di Irak pasca tumbangnya rezim Saddam Hussein tahun 2003-2005?“

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1.3.1 Untuk mengetahui peran politik Kaum Syi’ah di Irak pasca tumbangnya rezim Saddam Hussein tahun 2003-2005.

1.4. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat dari penelitian ini yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis, berikut ini adalah penjelasan dari dua manfaat tersebut:

1.4.1. Manfaat Akademis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian dalam ilmu hubungan internasional yang fokus pada peran politik Kaum Syi’ah dalam dinamika politik di Irak pasca tumbangnya rezim Saddam Hussein.

1.4.2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini peneliti mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan bagi negara maju maupun berkembang dalam kebijakannya yang berhubungan dengan adanya konflik dan stabilitas politik.

1.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Riawati, Ambivalensi Kaum


(8)

penelitian dapat disimpulkan: (1) Peranan kaum Syi’ah Irak pada masa sebelum partai Ba’ath berkuasa memiliki andil yang cukup baik dalam perpolitikan di Irak, tetapi setelah partai Ba’ath (Saddam Hussein) berkuasa kaum Syi’ah Irak mulai terpinggirkan dari kancah politik dan pemerintahan, bahkan sering mendapat tekanan dari pemerintah; (5) Peran kaum Syi’ah terhadap tumbangnya Saddam Hussein dapat dilihat dari peran mereka sebagai oposisi pemerintah dan melakukan pemberontakan pada tahun 1991, tetapi tumbangnya rezim Saddam Hussein pada tahun 2003 oleh serangan militer Amerika Serikat tidak memperoleh respon yang baik dari kaum Syi’ah Irak karena mereka menginginkan tumbangnya Saddam Hussein (partai Ba’ath) adalah dengan kekuatan mereka sendiri bukan campur tangan asing yang sedikit banyak telah memporak-porandakan beberapa kota suci kaum Syi’ah. Di sisi lain tumbangnya Saddam Hussein menjadikan kaum Syi’ah Irak mendapatkan peran yang bagus dalam pemerintahan.7

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hidayat, Failed States dalam Perang

Irak, Hubungan Internasional. Perang Irak pada awalnya karena PBB menganggap Irak tidak mematuhi resolusinya masih menggunakan kekuatan Nuklir. Dan Amerika mencari dalang Al Qaeda yang dianggap sebagai teroris dunia bersembunyi di negara Irak. Padahal diketahui bahwa serangan Amerika ke Irak adalah untuk mendapatkan “kontrol" atas sumber-sumber minyak. 8 Selain banyak sumber yang menyatakan bahwa alasan invasi AS ke Irak hanya merupakan

7

Riawati, Ambivalensi Kaum Syi'ah Irak terhadap Tumbangnya Rezim Saddam Hussein

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2065607-ambivalensi-kaum-syi-ah-irak/Diakses 22 Oktober, 2010

8

Dinasulaeman Yaman: Perang Obama Selanjutnya? http://dinasulaeman. com/2010/01/15/yaman-perang-obama. Diakses 15 January 2010


(9)

tendensi pribadi Bush. Banyak pengamat politik mengkritik sikap Partai Demokrat yang tidak keras menentang invasi tersebut dan mengharapkan pertanggung jawaban Partai Republik sebagai pendukung Bush. Oleh karena itu dibutuhkan agar negara-negara di dunia membentuk aliansi untuk menyatakan Amerika sudah tidak mampu memimpin dunia.

Kontribusi dari kedua penelitian terdahulu bagi penelitian yang penulis lakukan adalah dapat mengetahui gambaran peran politik kaum Syi’ah yang sebelum masa Rezim Saddam Hussein sangatlah signifikan. Namun pada masa Rezim Saddam Hussein peran politiknya sangat tersingkir meskipun menjadi kaum mayoritas. Oleh karena itu yang menjadi kajian menarik adalah masalah peran politik kaum Syi’ah di Irak pasca tumbangnya rezim Saddam Hussein. 1.6 Landasan Konseptual

Dalam melakukan suatu penelitian yang bersifat ilmiah, diperlukan seperangkat konsep sebagai pijakan dasar untuk memulainya. Tentu saja konsep yang digunakan harus relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Untuk yang menjadi landasan konseptual dalam penelitian ini adalah:

1.6.1 Definisi Budaya Politik

Budaya politik menurut Gabriel A. Almond dan Sidney Verba adalah sikap individu terhadap sistem politik dan komponen-komponennya, selain itu juga berkaitan dengan sikap individu terhadap peran yang dapat dimainkannya dalam proses politik sistem politik yang sedang berjalan.9

9

Afan Gaffar, 2004. Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi, Jakarta: Pustaka Pelajar, hal. 99.


(10)

Lebih lanjut Almond dan Verba menyatakan bahwa budaya politik tidak lain dari orientasi yang bersifat psikologis terhadap objek sosial, dalam hal ini sistem politik kemudian, yang mengalami proses internalisasi ke dalam bentuk yang bersifat cognitive, affective, dan evaluative. Orientasi yang bersifat kognitif

menyangkut pemahaman dan keyakinan individu terhadap sistem politik beserta atributnya, misalnya seperti bentuk Negara, bendera, mata uang yang digunakan, kepala Negara, batas-batas Negara, ibu kota Negara, dan lain-lain. Sementara orientasi yang bersifat afektif, menyangkut ikatan emosional (perasaan) yang dimiliki oleh individu terhadap sistem politik. Jadi, orientasi yang bersifat afektif adalah orientasi yang bersifat feelings terhadap sistem politik. Sedangkan untuk

orientasi yang bersifat eveluatif adalah menyangkut kapasitas individu dalam rangka memberikan penilaian terhadap sistem politik yang sedang berjalan dan bagaimana peran individu tersebut dalam prosesnya.10

1.6.2 Peran Politik

Peran politik adalah perilaku yang dilakukan oleh para aktor dalam menjalankan peran politiknya. Untuk membentuk suatu peranan adalah harapan atau dugaan yang datang dari diri sendiri ataupun orang lain, tujuannya adalah untuk menjelaskan dan meramalkan perilaku politik.11

KJ. Holsti, mengungkapkan ada tiga variabel penjelas mengenai konsepsi peran, diantaranya adalah:

1) Beberapa kondisi ekstern yang mencakup persepsi ancaman dan perubahan penting dalam kondisi luar negeri

10

Ibid, hal: 100 11

Mas’oed. Mochtar, 1989Studi Hubungan Internasional, Tigkat Analisis dan Teorisasi, Yogyakarta: Universitas Gadja Mada, hal:44


(11)

2) Atribut nasional, yaitu yang berkaitan dengan kemampuan negara (lemah atau kuat), pendapat dan sikap umum, kebutuhan ekonomi dan komposisi etnis negara

3) Atribut ideologis dan sikap yang menecakup kebijakan atau peran tradisional, pendapat dan sikap umum, urusan humaniter, prinsip ideologis dan identifikasi kawasan (kesesuaian nilai dengan negara lain)

Ketiga variabel di atas menurut Holsti, dapat menguji penjelasan mengenai tujuan, keputusan dan tindakan dalam FPA (Foreign Policy Analysis)12

Dengan demikian maksud dari peran politik kaum Syiah merupakan suatu masalah yang sifatnya intra state, masalah dalam negeri. Namun, ketika gerakan

politik tersebut melibatkan sentimen keagamaan yang tidak terbatasi oleh batasan geografis, maka gerakan tersebut menimbulkan konflik internasional yang bersifat inter state. Akhirnya, konflik inter state yang dipicu oleh masalah intra state

tersebut secara langsung menjadi penyebab pecahnya konflik internasional yang bersifat multi state, yang melibatkan Irak, negara-negara anggota NATO dan negara-negara Arab selain Irak.

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang utama dan sistematis yang diperlukan untuk mengerjakan suatu penelitian dalam suatu hal dengan usaha untuk mencapai dan mendukung keberhasilan dalam suatu penelitian.

12


(12)

1.7.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Sanapiah Faisal, penelitian deskriptif disebut juga penelitian taksomonik yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti13.

1.7.2 Tingkat Analisis

Dalam proses penelitian dibutuhkan unit analisa untuk dapat menetapkan tingkatan analisa, yaitu perilaku yang hendak dideskripsikan dan diramalkan, serta unit eksplanasi, yaitu dampak terhadap unit analisa yang hendak diamati.14 Terdapat beberapa tingkatan analisa, menurut Mochtar Mas’oed terdapat 5 tingkat analisa, yakni : (1) individu ; (2) kelompok individu ; (3) negara-bangsa ; (4) kelompok negara-negara dalam suatu region ; (5) sistem global.15

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tingkatan atau level analisis perilaku kelompok individu. Pada level ini, muncul asumsi bahwa individu umumnya melakukan tindakan internasional dalam kelompok. Hubungan internasional pada dasarnya hubungan antar berbagai kelompok kecil di berbagai negara. Artinya peristiwa internasional sebenarnya ditentukan bukan oleh individu, tetapi oleh kelompok kecil (seperti kabinet, dewan penasehat keamanan, politbiro dan sebagainya) dan oleh organisasi birokrasi, departemen, badan-badan pemerintahan dan sebagainya. Dengan demikian untuk memahami hubungan

13

Sanapiah, Faisal. Format-format Penelitian Sosial Cetakan keenam, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal 107

14

Mas’oed, Mochtar, 1990, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi,Jakarta : LP3ES,. hal 35

15


(13)

internasional kita harus mempelajari perilaku kelompok-kelompok kecil dan organisasi-organisasi yang terlibat dalam hubungan internasional.16

1.7.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakaan metode pengumpulan data studi kepustakaan yang didapatkan melalui buku, referensi, literature, surat kabar, website dan sumber-sumber lain. Data mengenai penelitian ini sendiri peneliti dapatkan dari perpustakan pusat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), perpustakaan AR. Fachrudin (UMM), Lab HI UMM dan website yang terkait dengan topik yang peneliti teliti.17

1.7.4 Metode Analisis Data dan Logika Penelitian

Analisa data dilakukan dengan metode kualitatif, yaitu:

1. Pemeriksaan, yaitu dilakukan untuk melihat apakah data-data yang diperlukan sudah lengkap dan benar atau salah, bila ternyata ada kesalahan atau bahkan kekurangan maka peneliti akan berusaha membenarkan dan melengkapi data yang kurang

2. Pengolahan, yaitu dilakukan dengan cara memilah-milah sesuai dengan kategorinya masing-masing.

3. Analisa dan interpretasi, yaitu data yang telah dipilah-pilah selanjutnya di interpretasikan oleh peneliti.

Logika penelitian ini bersifat deduktif karena dalam tulisan ini peneliti menggambarkan terlebih dahulu tentang Irak dengan berbagai macam bentuk

16

Mas’oed. Mochtar, 1990, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi,Jakarta : LP3ES. hal:41

17

Sonhadji, Ahmad, 1994. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data Dalam Peneltian Kualitatif (Dalam buku Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-Ilmu Sosial Keagamaan). Kalimasahada Press Malang. hal: 74


(14)

politiknya dan kemudian diakhir pembahasan peneliti baru mengemukakan tentang inti dari peran politik Syi’ah di Irak pasca tumbangnya Saddam Hussein. 1.7.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini akan membahas masalah peran politik Syi’ah di Irak pasca tumbangnya rezim Saddam Hussein sejak tahun 2003 sampai 2005. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2011

1.8. Sistematika Penulisan

Secara garis besar jika dideskripsikan penulisan dari bab per bab dalam penelitian ini akan menjadi sebagai berikut:

1. Pendahuluan

Dalam Bab ini peneliti mancantumkan latar belakang masalah, Rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, baik secara akademis maupun secara praktis, penelitian terdahulu, landasan konseptual. Akhir dari bab ini berisi tentang metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu antara lain: tipe penelitian, tingkat analisis, metode pengumpulan data, metode analisis data dan logika penelitian, batasan penelitian serta sistematika penulisan.

2. Gambaran Umum Politik Irak

Pembahasan pada bab ini akan menunjukkan tentang peran politik kaum Syi’ah di Irak yang terukur (tangible) baik dari sisi pembentukan/ sejarah

kelompok, maupun peran politiknya. kemudian pembahasan dilanjutkan dengan munculnya konflik, baik konflik intern maupun ekstern sekaligus peran politik kaum Syi’ah Irak terhadap kondisi politik Irak. Pada akhir bab ini juga akan dibahas mengenai latar belakang tumbangnya Saddam Hussein.


(15)

3. Peran Politik Syi’ah di Irak pasca tumbangnya rezim Saddam Hussein Bab ini peneliti awali dengan menjelaskan tentang peran politik kaum Syi’ah yang tidak terukur (intangible) terhadap kondisi politik Irak dan apa saja

yang menjadi rencana terkait dengan stabilitas politik Irak. Untuk memperjelas hal ini maka dalam pembahasan berikutnya dari bab ini peneliti mencantumkan tentang peran politik kaum Syi’ah pasca tumbangnya rezim Saddam Hussein. Kemudian di akhir pembahasan bab ini peneliti menunjukkan tentang bagaimana pencapaian kepentingan kaum Syi’ah pasca tumbangnya Saddam Hussein.

4. Penutup

Bab ini terdiri dari dua sub bab yaitu Kesimpulan dan Temuan/Diskusi, sekaligus berisi saran-saran serta masukan kepada penulis. Kesimpulan sebagai jawaban atau hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan. Sedangkan saran merupakan pendapat ilmiah tambahan dari penulis mengenai hal-hal ideal atau konkret yang telah atau dapat ditempuh untuk melengkapi penelitian-penelitian selanjutnya, sehingga penelitian ini benar-benar dapat menjadi karya penelitian yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait.


(16)

(17)

SKRIPSI

Di Susun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

OLEH:

MARIA FITRI IROLLA 06260114

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FALUKTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLIIIK

UNIVERSITAS MUHAMADDIYAH MALANG 2011


(18)

NIM : 06260114

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Peranan Kaum Syi’ah dalam Politik Irak Pasca Tumbangnya Rezim Saddam Hussein 2003-2005

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Hubungan Internasional

Dan dinyatakan LULUS

Pada hari: Sabtu Tanggal: 02 April 2011

Mengesahkan, Dekan FISIP-UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji

1. Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos, M.Si ( )

2. Amaria Qori’ula, S.Ip ( )

3. M. Qobidl ’Ainul Arif., MA ( )


(19)

Nama : Maria Fitri Irolla

NIM : 06260114

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Peranan Kaum Syi’ah dalam Politik Irak Pasca Tumbangnya Rezim Saddam Hussein 2003-2005

Disetujui

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

M. Qobidl ’Ainul Arif., MA M. Syaprin Zahidi, S.IP

Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan

FISIP UMM Hubungan Internasional


(20)

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama `: Maria Fitri Irolla

NIM : 06260114

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan Judul: PERANAN KAUM SYI’AH DALAM POLITIK IRAK PASCA

TUMBANGNYA REZIM SADDAM HUSSEIN 2003-2005

Adalah bukan karya tulis ilmiah (Skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 02 April 2011 Yang menyatakan


(21)

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang hanya dengan ridho dan rahmat-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Peranan Kaum Syi’ah dalam Politik Irak Pasca Tumbangnya

Rezim Saddam Hussein 2003-2005dengan lancar.

Hasil dari penelitian ini peneliti harapkan dapat menjadi masukan bagi Mahasiswa-Mahasiswi Hubungan Internasional berikutnya dalam meneliti fenomena-fenomena terkini dalam kajian hubungan internasional, yang tentunya peneliti harapkan harus lebih baik dari penelitian ini.

Dalam Penyusunan Penelitian ini tentunya tidak akan lepas dari segala kekurangan dan kelemahan yang tidak dengan sengaja atau kesadaran. Oleh karenanya dalam perbaikan dan penyempurnaan kedepan, alangkah baiknya saran dan kritik yang membangun dari pihak-pihak yang tertarik terhadap hal ini sangat peneliti nantikan.

Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti, sehingga penelitian ini bisa peneliti selesaikan tepat pada waktunya.

1. M. Qobidl ’Ainul Arif., MA, selaku Dosen Pembimbing pertama yang banyak memberikan masukan dan saran untuk perbaikan penulisan skripsi ini.


(22)

3. Amaria Qori’ula, S.Ip dan Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos. M.Si selaku penguji terimakasi atas masukannya untuk perbaikan skripsi ini

4. Kepada kedua orang tua peneliti, yang selalu mendoakan peneliti, sehingga penelitian ini dapat selesai dengan lancar

5. Teman-teman seperjuangan di jurusan Hubungan Internasional angkatan 2006. thanks friends for all.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan seluruh pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan sempurna, Amin.

Akhirnya peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya khususnya bagi mahasiswa hubungan internasional dan kalangan yang tertarik dengan kajian HI.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Malang, 02 April 2011


(23)

PERANAN KAUM SYI’AH DALAM POLITIK IRAK PASCA TUMBANGNYA REZIM SADDAM HUSSEIN 2003-2005

Pembimbing: M. Qobidl ’Ainul Arif., MA & M. Syaprin Zahidi, S.IP

Keywords: Peranan Kaum Syi’ah, Politik Irak

Jumlah kaum Syi’ah di Iraq sebenarnya sangat besar mencapai sekitar 60 persen dari jumlah total 24 juta penduduknya, dimana kelompok Syiah menuntut rezim yang sedang berkuasa (Sunni), agar memberi peran politik dan pemerintahan yang lebih besar sesuai dengan kapasitas dan persentase populasi penduduk Syiah. Minimal kelompok Syiah ingin mengembalikan peran politik mereka seperti pada era monarki karena pada era tersebut Syiah terlibat aktif dalam pemerintahan Irak dari masa ke masa dan Kaum Syiah Irak dikenal memainkan peranan sangat penting dalam revolusi melawan kolonialisme Inggris pada masa revolusi. Maka yang menjadi permasalahan adalah: bagaimana peran politik Syi’ah di Irak pasca tumbangnya rezim Saddam Hussein tahun 2003-2005? Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu untuk mengeksplorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah peristiwa yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa peran politik Syi’ah di Irak pasca tumbangnya rezim Saddam Hussein ternyata tidak dapat berpengaruh banyak dalam pemerintahan. Bagi Syi’ah untuk mewujudkan peran politiknya yaitu bekerja sama dengan AS. Untuk itu Syi’ah berusaha meminimalkan resistensi kepada pasukan AS. Peran politik kaum Syiah di Irak merupakan suatu masalah yang sifatnya intra state, masalah dalam negeri. Namun, ketika gerakan politik tersebut melibatkan sentimen keagamaan yang tidak terbatasi oleh batasan geografis, maka gerakan tersebut menimbulkan konflik internasional. Dengan fakta ini, penulis dapat membuat kesimpulan akhir dengan menyatakan bahwa masalah-masalah peran politik Syi’ah dan konflik-konflik politik di Irak sangat mempengaruhi stabilitas keamanan regional Timur Tengah dan kemanan global.

Malang, 02 April 2011 Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


(24)

Maria Fitri Irolla, 06260114

ROLE SYI’AH POLITICS IN IRAQ AFTER THE FALL OF SADDAM HUSSEIN'S REGIME 2003-2005

Advisor: M. Qobidl 'Ainul Arif., MA & M. Syaprin Zahidi, S. IP Keywords: The Role of Syi’ah, Iraqi Politics

The number of Syi’ah in Iraq are actually very large reaching about 60 percent of the total 24 million inhabitants, where Syi’ah groups are demanding that the ruling regime (Sunni), for giving political role and a bigger government in accordance with the capacity and the percentage of Syi’ah population . Minimal Syi’ah group wants to restore their political role as the era of the monarchy because in that era Syi’ah are actively involved in the Iraqi government from time to time and The Syi’ah of Iraq are known to play an important role in the revolution against British colonialism during the revolution. So the problem is: how political role in Iraq's Syi’ah after the fall of Saddam Hussein's regime in 2003-2005?

The research approach used in this study is a qualitative descriptive approach is to explore and classification of a phenomenon or social reality, by describing a number of events related to the problem and the unit under study.

The result showed that the political role of the Syi’ah in Iraq after the fall of Saddam Hussein's regime was unable to affect many in the government. For the Shiites to realize its political role is working with the U.S.. To the Syi’ah try to minimize the resistance to U.S. forces. Syi’ah political role in Iraq is a problem that its intra-state, domestic issues. However, when the political movement that involves religious sentiments which are not constrained by geographic boundaries, then the movement of international conflict. With these facts, the author can make a final conclusion by stating that problems of Syi’ah political role and political conflicts in Iraq greatly affect the stability of the Middle East regional security and global security.

Malang, April 02, 2011 Approved,

Supervisor I Supervisor II


(25)

Lembar Cover/Sampul Dalam ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Surat Pernyataan Orisinalitas ... iii

Abstraksi ... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi...vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Akademis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Penelitian Terdahulu ... 7

1.6Landasan Konsep ... 9

1.7Metode Penelitian ... 11

1.8 Sistematika Penulisan ... 14

BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK IRAK 2.1 Sejarah Kelompok Syi’ah di Irak ... 16

2.2 Konflik Syi’ah di Irak ... 24

2.3 Peran Politik Kaum Syi’ah Irak ... 30


(26)

3.1.1 Keterlibatan Syi’ah dalam Pembentukan Pemerintahan Irak ... 40

3.1.2 Tantangan Syi’ah di Irak dalam Pembentukan Pemerintahan ... 43

3.2 Peran Politik Kaum Syi’ah Pasca Tumbangnya Saddam Hussein ... 47

3.2.1 Kemampuan Syi’ah dalam Tatanan Politik dan Pemerintahan Baru di Iraq ... 47

3.2.2 Kebangkitan Kaum Syi’ah Pasca Saddam Hussein ... 51

3.3 Pencapaian Kepentingan Kaum Syi’ah pasca Saddam Hussein ... 53

3.3.1 Perwujudan Impian Syi’ah dalam Persaingan Kekuasaan ... 53

3.3.2 Perebutan Kekuasaan Pasca Saddam Hussein ... 57

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan. ... 63

4.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(27)

Buku:

Faisal, Sanapiah, 2003. Format-format Penelitian Sosial Cetakan keenam, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Fukuyama, Francis, 2004. Memperkuat Negara, Tata Pemerintahan dan Tata

Dunia Abad 21, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Held, David, 2006. Models of Democracy, Terjemahan Dalam Bahasa Indonesia, Edisi III, Akbar Tandjung Institute, Jakarta.

Mansfield, Edward, D. dan Jack Snyder, 1995. Democratization and the Danger

of War, (International Security, Vol. 20, No.1

Mochtar, Mas’oed, 1990. Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan

Metodologi,Jakarta : LP3ES.

Markoff, John, 2002. Gelombang Demokrasi Dunia, Gerakan Sosial dan

Perubahan Politik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Raimondo, Justin, A U-Turn in Iraq, antiwar.com, 22/09/2004

Shihab, M. Quraish, 2007. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?:

Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran, Tangerang: Penerbit

Lentera Hati.

Sihbudi, Riza. 2007. Menyandera Timur Tengah. PT Mizan. Bandung,

Snyder, Jack, 2003. Dari Pemungutan Suara Ke Pertumpahan Darah

Demokratisasi dan Konflik Nasionalis,Kepustakaan Populer Gramedia,

Jakarta. Jurnal:

Galbraith, Peter, How to Get Out of Iraq, nybooks.com, 13/05/2004

Setiawati, Muti'ah Siti, dkk. 2004. Irak dibawah Kekuasaan Amerika, Dampaknya

bagi Stabilitas Politik Timur Tengah dan Reaksi (rakyat) Indonesia,


(28)

dukung-milisi-bersenjata.htm.Diakses 04/09/2006

http://www.eramuslim.com/berita/analisa/syiah-ancaman-lain-berikutnya-di-iraq.htm.Diakses 20/01/2010

http://dinasulaeman. com/2010/01/15/yaman-perang-obama

http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2010/03/02/perjuangan-moqtada-al-%e2%80%93-sadr-pasca-k ejatuhan-rezim-sadam-hussein/

http://m.kompas.com/news/read/data/2010.11.12.03205123. Diakses 12 November 2010

http://www.voanews.com/indonesian/Regions.cfm?CatRegName=Indonesia http://www.rsi.sg/html/malay/mengenai.htm

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0403/29/01.htm

http://old.nabble.com/-sastra-pembebasan--Bayang-Bayang-Masa-Depan-Konflik-Sunni-Syi%E2%80%99ah-p12771679.html.Diakses 16/09/2007


(1)

ABSTRAKSI

Maria Fitri Irolla, 06260114

PERANAN KAUM SYI’AH DALAM POLITIK IRAK PASCA TUMBANGNYA REZIM SADDAM HUSSEIN 2003-2005

Pembimbing: M. Qobidl ’Ainul Arif., MA & M. Syaprin Zahidi, S.IP

Keywords: Peranan Kaum Syi’ah, Politik Irak

Jumlah kaum Syi’ah di Iraq sebenarnya sangat besar mencapai sekitar 60 persen dari jumlah total 24 juta penduduknya, dimana kelompok Syiah menuntut rezim yang sedang berkuasa (Sunni), agar memberi peran politik dan pemerintahan yang lebih besar sesuai dengan kapasitas dan persentase populasi penduduk Syiah. Minimal kelompok Syiah ingin mengembalikan peran politik mereka seperti pada era monarki karena pada era tersebut Syiah terlibat aktif dalam pemerintahan Irak dari masa ke masa dan Kaum Syiah Irak dikenal memainkan peranan sangat penting dalam revolusi melawan kolonialisme Inggris pada masa revolusi. Maka yang menjadi permasalahan adalah: bagaimana peran politik Syi’ah di Irak pasca tumbangnya rezim Saddam Hussein tahun 2003-2005? Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu untuk mengeksplorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah peristiwa yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa peran politik Syi’ah di Irak pasca tumbangnya rezim Saddam Hussein ternyata tidak dapat berpengaruh banyak dalam pemerintahan. Bagi Syi’ah untuk mewujudkan peran politiknya yaitu bekerja sama dengan AS. Untuk itu Syi’ah berusaha meminimalkan resistensi kepada pasukan AS. Peran politik kaum Syiah di Irak merupakan suatu masalah yang sifatnya intra state, masalah dalam negeri. Namun, ketika gerakan politik tersebut melibatkan sentimen keagamaan yang tidak terbatasi oleh batasan geografis, maka gerakan tersebut menimbulkan konflik internasional. Dengan fakta ini, penulis dapat membuat kesimpulan akhir dengan menyatakan bahwa masalah-masalah peran politik Syi’ah dan konflik-konflik politik di Irak sangat mempengaruhi stabilitas keamanan regional Timur Tengah dan kemanan global.

Malang, 02 April 2011 Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


(2)

ABSTRACT

Maria Fitri Irolla, 06260114

ROLE SYI’AH POLITICS IN IRAQ AFTER THE FALL OF SADDAM HUSSEIN'S REGIME 2003-2005

Advisor: M. Qobidl 'Ainul Arif., MA & M. Syaprin Zahidi, S. IP Keywords: The Role of Syi’ah, Iraqi Politics

The number of Syi’ah in Iraq are actually very large reaching about 60 percent of the total 24 million inhabitants, where Syi’ah groups are demanding that the ruling regime (Sunni), for giving political role and a bigger government in accordance with the capacity and the percentage of Syi’ah population . Minimal Syi’ah group wants to restore their political role as the era of the monarchy because in that era Syi’ah are actively involved in the Iraqi government from time to time and The Syi’ah of Iraq are known to play an important role in the revolution against British colonialism during the revolution. So the problem is: how political role in Iraq's Syi’ah after the fall of Saddam Hussein's regime in 2003-2005?

The research approach used in this study is a qualitative descriptive approach is to explore and classification of a phenomenon or social reality, by describing a number of events related to the problem and the unit under study.

The result showed that the political role of the Syi’ah in Iraq after the fall of Saddam Hussein's regime was unable to affect many in the government. For the Shiites to realize its political role is working with the U.S.. To the Syi’ah try to minimize the resistance to U.S. forces. Syi’ah political role in Iraq is a problem that its intra-state, domestic issues. However, when the political movement that involves religious sentiments which are not constrained by geographic boundaries, then the movement of international conflict. With these facts, the author can make a final conclusion by stating that problems of Syi’ah political role and political conflicts in Iraq greatly affect the stability of the Middle East regional security and global security.

Malang, April 02, 2011 Approved,

Supervisor I Supervisor II


(3)

DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Surat Pernyataan Orisinalitas ... iii

Abstraksi ... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi...vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Akademis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Penelitian Terdahulu ... 7

1.6 Landasan Konsep ... 9

1.7 Metode Penelitian ... 11

1.8 Sistematika Penulisan ... 14

BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK IRAK 2.1 Sejarah Kelompok Syi’ah di Irak ... 16

2.2 Konflik Syi’ah di Irak ... 24

2.3 Peran Politik Kaum Syi’ah Irak ... 30


(4)

BAB III PERAN POLITIK SYI’AH DI IRAK PASCA TUMBANGNYA REZIM SADDAM HUSSEIN

3.1 Peran Politik Kaum Syi’ah terhadap Stabilitas Politik Irak ... 40

3.1.1 Keterlibatan Syi’ah dalam Pembentukan Pemerintahan Irak ... 40

3.1.2 Tantangan Syi’ah di Irak dalam Pembentukan Pemerintahan ... 43

3.2 Peran Politik Kaum Syi’ah Pasca Tumbangnya Saddam Hussein ... 47

3.2.1 Kemampuan Syi’ah dalam Tatanan Politik dan Pemerintahan Baru di Iraq ... 47

3.2.2 Kebangkitan Kaum Syi’ah Pasca Saddam Hussein ... 51

3.3 Pencapaian Kepentingan Kaum Syi’ah pasca Saddam Hussein ... 53

3.3.1 Perwujudan Impian Syi’ah dalam Persaingan Kekuasaan ... 53

3.3.2 Perebutan Kekuasaan Pasca Saddam Hussein ... 57

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan. ... 63

4.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Faisal, Sanapiah, 2003. Format-format Penelitian Sosial Cetakan keenam, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Fukuyama, Francis, 2004. Memperkuat Negara, Tata Pemerintahan dan Tata

Dunia Abad 21, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Held, David, 2006. Models of Democracy, Terjemahan Dalam Bahasa Indonesia, Edisi III, Akbar Tandjung Institute, Jakarta.

Mansfield, Edward, D. dan Jack Snyder, 1995. Democratization and the Danger

of War, (International Security, Vol. 20, No.1

Mochtar, Mas’oed, 1990. Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan

Metodologi,Jakarta : LP3ES.

Markoff, John, 2002. Gelombang Demokrasi Dunia, Gerakan Sosial dan

Perubahan Politik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Raimondo, Justin, A U-Turn in Iraq, antiwar.com, 22/09/2004

Shihab, M. Quraish, 2007. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?:

Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran, Tangerang: Penerbit

Lentera Hati.

Sihbudi, Riza. 2007. Menyandera Timur Tengah. PT Mizan. Bandung,

Snyder, Jack, 2003. Dari Pemungutan Suara Ke Pertumpahan Darah

Demokratisasi dan Konflik Nasionalis,Kepustakaan Populer Gramedia,

Jakarta. Jurnal:

Galbraith, Peter, How to Get Out of Iraq, nybooks.com, 13/05/2004

Setiawati, Muti'ah Siti, dkk. 2004. Irak dibawah Kekuasaan Amerika, Dampaknya

bagi Stabilitas Politik Timur Tengah dan Reaksi (rakyat) Indonesia,


(6)

Kurniawan, Wawan, 2005. IRAQ: PUSARA PERTARUNGAN ANEKA KEPENTINGAN. Kajian Internasional Strategis (KAINSA)

Internet:

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/kaum-syiah-irak-terbelah-mayoritas-dukung-milisi-bersenjata.htm.Diakses 04/09/2006

http://www.eramuslim.com/berita/analisa/syiah-ancaman-lain-berikutnya-di-iraq.htm.Diakses 20/01/2010

http://dinasulaeman. com/2010/01/15/yaman-perang-obama

http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2010/03/02/perjuangan-moqtada-al-%e2%80%93-sadr-pasca-k ejatuhan-rezim-sadam-hussein/

http://m.kompas.com/news/read/data/2010.11.12.03205123. Diakses 12 November 2010

http://www.voanews.com/indonesian/Regions.cfm?CatRegName=Indonesia http://www.rsi.sg/html/malay/mengenai.htm

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0403/29/01.htm

http://old.nabble.com/-sastra-pembebasan--Bayang-Bayang-Masa-Depan-Konflik-Sunni-Syi%E2%80%99ah-p12771679.html.Diakses 16/09/2007