KONTRIBUSI PENGASUH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL IHSAN Kontribusi Pengasuh Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri Di Pondok Pesantren Al Ihsan Tanjungsari Ngesrep Ngemplak Boyolali

KONTRIBUSI PENGASUH DALAM MENINGKATKAN
HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL IHSAN
TANJUNGSARI NGESREP NGEMPLAK BOYOLALI
TAHUN 2014

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh :
Hidayatul Muniroh
NIM. G000110039
NIRM: 11/X/02.2.1/0912

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

2


Kontribusi Pengasuh dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri
di Pondok Pesantren Al-Ihsan Tanjungsari Ngesrep Ngemplak Boyolali
Tahun 2014.
Hidayatul Muniroh
G 000 110 039
Fakultas Agama Islam
ABSTRAK
Menghafal al-Qur‟an merupakan hal yang tidak mudah. Dalam
menyelesaikan hafalan 30 juz dibutuhkan waktu yang lama, ketekunan dan
kesungguhan sangat diperlukan sekali, usaha keras, dan banyak problem yang
dihadapi. Jika motivasi dan minat yang dimiliki santri lemah, maka problem
tersebut akan menjadi faktor kegagalan dalam menghafal al-Qur‟an. Karenanya
dibutuhkan sekali pengasuh yang bisa membantu untuk selalu memberi motivasi
dan mengontrolnya secara terus menerus agar santri selalu menjaga hafalannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui dan mendeskripsikan kontribusi apa yang diberikan pengasuh untuk
meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri di Pondok Pesantren Al-Ihsan. Adapun
manfaat penelitian ini sebagai sumbangan wawasan dan khasanah keilmuan
mengenai kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri,
sebagai referensi bagi penelitian sejenis, dan memberi masukan dan bahan

pertimbangan bagi Pondok Pesantren Al-Ihsan dalam meningkatkan hafalan alQur‟an santri.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan
menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, dan aktivitas sosial.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknis analisis data dilakukan
dengan cara deskriptif kualitatif, serta menggunakan metode induktif.
Berdasarkan analisis data penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kontribusi pengasuh dalam meningkatkan hafalan al-Qur‟an santri di Pondok
Pesantren Al-Ihsan tidak hanya memberi motivasi, mentashih hafalan,
memberikan tips cara cepat menghafal, memberikan tips menjaga hafalan,
memberikan tips memahami isi al-Qur‟an, serta model pengasuhan setor hafalan
baru (talaqqī), model menghafal Al-Qosimi dan Murāja„ah. Tetapi peneliti
menemukan kontribusi lain yang diberikan oleh pengasuh yang belum ada pada
teori yaitu kontribusi berupa konseling bagi santri yang kesulitan menghafal.
Kontribusi dalam bentuk konseling tersebut sangatlah diperlukan untuk
memberikan arahan dan solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi santri.
Kata Kunci: Kontribusi Pengasuh, Hafalan Al-Qur’an, Santri

3


Hafalan Al-Qur‟an Santri di Pondok
Pesantren Al-Ihsan Tanjungsari,
Ngesrep, Ngemplak Boyolali Tahun
2014”.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah Kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai mukjizat
yang ditulis pada mushaf, yang turun
secara mutawatir dan
yang
membacanya merupakan ibadah.1
Menghafal al-Qur‟an merupakan
pekerjaan yang cenderung sulit dari
pada membaca dan memahaminya.
Proses
menghafal

al-Qur‟an
membutuhkan waktu yang lama,
ketekunan dan kesungguhan sangat
dibutuhkan sekali, usaha keras,
ingatan yang kuat serta minat dan
motivasi. Sehingga kebanyakan
santri berhenti di tengah jalan
sebelum menyelesaikan hafalan 30
juz.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
penulis
utarakan
diatas,
permasalahan
yang
dapat
dirumuskan adalah “Apa kontribusi
pengasuh

dalam
meningkatkan
hafalan al-Qur‟an santri di Pondok
Pesantren Al-Ihsan?”
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah: “Untuk
mengetahui dan mendeskripsikan
kontribusi
pengasuh
dalam
meningkatkan hafalan al-Qur‟an
santri di Pondok Pesantren AlIhsan”.

Dalam menghafal al-Qur‟an
santri memiliki kendala yaitu
lemahnya tekat, motivasi, serta malas
dalam melakukan murāja„ah yaitu
mengulang kembali ayat-ayat yang
telah dihafal sehingga beban menjaga

hafalan terasa berat karena terlalu
banyak yang telah lupa hingga
akhirnya berhenti menjadi pilihan
bagi mereka yang merasa tidak
mampu lagi.

Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat di ambil
dari penelitian ini adalah sebagai
baerikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan dan
khasanah keilmuan mengenai
kontribusi
pengasuh
dalam
meningkatkan hafalan al-Qur‟an
santri, serta dapat dijadikan
bahan

pertimbangan
dan
referensi bagi penelitian sejenis.

Berdasarkan paparan di atas
pengasuh memiliki peran penting
untuk memberikan sesuatu yang
mampu
meningkatkan
prestasi
menghafal al-Qur‟an santri Al-Ihsan.
Dengan demikian penulis tertarik
mengambil
judul
“Kontribusi
Pengasuh Dalam Meningkatkan

2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan
dapat

memberi
masukan,
sumbangan, pemikiran dan
sebagai bahan pertimbangan
bagi Pondok Pesantren Al-Ihsan

Sa‟ad Abdul Wahid, Studi Ulang
Ilmu Al-Qur’an & Ilmu Tafsir (Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah, 2011), hlm. 12.
1

4

Pengasuh dalam Meningkatkan
Prestasi Menghafal Al-Qur‟an
Santri Pondok Pesantren Nurul
Ummahat
Kota
Gede
Yogyakarta”.

Menyimpulkan
dengan adanya semaan dan
bimbingan
secara
continue
dilakukan oleh pengasuh, hasil
hafalan santri berdasarkan dari
nilai semaan rutin menunjukkan
bahwa santri
menunjukkan
peningkatan
dalam
hal
kelancaran dalam mengulang
kembali hafalannya yang telah
lalu.

dalam meningkatkan hafalan alQur‟an santri.
Tinjauan Pustaka
Ada beberapa hasil penelitian

yang berkaitan dengan judul dan
masalah yang akan penulis teliti,
antara lain:
1. Skripsi Layli Fauziyah (UIN
Yogyakarta 2010) “Motivasi
sebagai
Upaya
Mengatasi
Problematika Santri Menghafal
Al-Qur‟an
di
Madrasah
Tahfizhul
Qur‟an
Pondok
Pesantren
Al-Munawwir
Komplek
Q
Krapyak

Yogyakarta”.
Menyimpulkan
bahwa motivasi mempunyai
peran penting dalam upaya
menjadikan santri Madrasah
tahfizhul
Qur‟an
serius
menghafal al-Qur‟an.

Tinjauan Teoritik
Teori Kontribusi
1. Pengertian Kontribusi
Kontribusi dalam kamus
bahasa
inggris
yaitu
contribution, maknanya adalah
keikutsertaan,
keterlibatan,
melibatkan
diri
maupun
2
sumbangan.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
dijelaskan bahwa kontribusi
adalah
uang
iuran
dan
3
sumbangan.

2. Skripsi Maidatul Faizah (STAIN
Sala Tiga 2012) “Metode
Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an
Pondok Pesantren Daarul Qur‟an
(Santri Usia Sekolah Menengah
Pertama)
Colomadu
Karanganyar Tahun 2012”.
Menyimpulkan
metode
pembelajaran tahfidzul Qur‟an
pada
siswa
SMP
dapat
menggunakan metode waddah
(menghafal per ayat), metode
sima’i (menyimak bacaan alQur‟an), metode menghafal per
hari satu muka/halaman, dan
metode pengulangan umum.
Metode-metode tersebut dapat
digunakan untuk menambah
hafalan siswa.

Kontribusi adalah segala hal
yang menambah nilai atau
manfaat yang berwujud atau

2

Jhon M. Echols dan Hassan
Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta:
P.T. Gramedia), hlm.144-145
3

Departemen Pendidikan Nasional.
2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Hal. 730

3. Skripsi Umu Hani (UIN
Yogyakarta
2014)
“Peran
5

tidak berwujud.4 Kontribusi
merupakan kata keterlibatan diri
yang
mendalam
yaitu
melibatkan
diri
dengan
kompetensi yang dimiliki untuk
digunakan dengan baik dalam
gejala sosial tersebut selain dari
itu bahwa motivasi intrinsik
lebih berperan dalam hal ini,
orang tersebut melibatkan diri
karena paham dan mengerti
bahwa energinya dibutuhkan dan
digunakan oleh orang lain dan
berkontribusi
semata-mata
karena
keikhlasan
dalam
kemajuan tujuan organisasi atau
kehidupan.5

motivasi serta menjadi muwajjih
(penerima setor hafalan) bagi
santri yang menghafal al-Qur‟an.
Jadi, kontribusi pengasuh
adalah keterlibatan Kiai dan
ustāż-ustāżah baik dalam bentuk
tindakan, pemikiran, maupun
materi
untuk
memajukan
maupun mewujudkan tujuan
bersama dalam meningkatkan
hafalan al-Qur‟an.
2. Bentuk Kontribusi pengasuh
Dari pengertian di atas, maka
bentuk kontribusi pengasuh
dapat berupa: Tindakan, yaitu
pengasuh langsung melibatkan
diri dalam proses menghafal alQur‟an santri. Pemikiran, yaitu
pengasuh memberikan arahan
pada
santri
tetapi
tidak
melibatkan diri secara langsung
dalam proses menghafal alQur‟an. Seperti cara cepat
menghafal al-Qur‟an, menjaga
hafalan, dan memahami isi alQur‟an.

Berdasarkan
berbagai
pendapat
di
atas,
dapat
disimpulkan bahwa kontribusi
adalah
suatu
keterlibatan
seseorang baik dalam bentuk
tindakan, pemikiran, maupun
materi
untuk
memajukan
maupun mewujudkan tujuan
bersama.
Sedangkan pengasuh dalam
kamus besar bahasa Indonesia
dijelaskan yaitu orang yang
mengasuh, wali (orang tua).6
Pengasuh yang dimaksud adalah
Kiai (pemimpin pondok), ustāżustāżah yang berperan sebagai
pembimbing
dan
pemberi

3. Fungsi Kontribusi Pengasuh
Dalam hal menghafal alQur‟an, pengasuh sangatlah
diperlukan untuk membantu
melancarkan
usaha
bagi
seseorang yang menghafal alQur‟an. Seperti mengayomi,
memberi arahan, menunjukkan
cara,
memotivasi
serta
mentashih hafalan.

4

Charles Doyle, Kamus Pemasaran
(Jakarta: P.T. Indeks, 2013), hlm. 153.
5

http://yusdismile.blogspot.com
/2008/11/partisipasi-dan-kontribusi.html di
akses pada tanggal 2 Maret 2015

Apabila pengasuh dapat
membantu memudahkan urusan
mereka, maka pengasuh tersebut
sudah
berkontribusi
dalam
meningkatkan hafalan al-Qur‟an

6

Departemen Pendidikan Nasional,
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, hlm. 96

6

untuk pelajaran, Maka Adakah
orang
yang
mengambil
pelajaran?.
(QS.
Al10
Qamar:17).

bagi orang-orang yang berusaha
untuk menghafalnya.7
Menghafal Al-Qur’an
1. Pengertian Menghafal Al-Qur‟an

Ayat di atas menjelaskan
kepada kita bahwa Allah telah
memudahkan lafaż al-Qur‟an
untuk dibaca dan dihafalkan
serta mudah untuk dipahami
maknanya. Juga mudah untuk
dihayati bagi siapa saja yang
ingin
mengambil
pelajaran
darinya.

Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dijelaskan bahwa
menghafal adalah berusaha
meresapkan ke dalam pikiran
agar
selalu
ingat.8
Kata
menghafal dapat disebut juga
sebagai memori. Dimana apabila
mempelajarinya maka membawa
seseorang
pada
psikologi
kognitif, terutama bagi manusia
sebagai pengolah informasi.
Secara singkat memori melewati
tiga proses yaitu perekaman,
penyimpanan dan pemanggilan.9

2. Cara Cepat
Qur‟an

Menghafal

Al-

Cara cepat menghafal alQur‟an
yaitu:
Membuat
perencanaan yang jelas, bawalah
musḥaf al-Qur‟an kecil dalam
saku, mulailah dari juz-juz alQur‟an yang mudah dihafal,
jangan
berpindah
hafalan
sebelum benar-benar hafal,
membagi
surat-surat
yang
11
panjang. Dan memperhatikan
ayat-ayat mutasyabihat (ayatayat yang serupa).12

Jadi
yang
di
maksud
menghafal al-Qur‟an yaitu usaha
meresapkan ayat-ayat al-Qur‟an
ke dalam pikiran agar selalu
ingat.

    

  

3. Menjaga Hafalan Al-Qur‟an
Hal-hal
yang
harus
diperhatikan untuk menjaga
hafalan,
yaitu:
murāja„ah

Artinya: Dan Sesungguhnya
telah Kami mudahkan Al-Quran
7

10

Departemen Agama RI. AlQur’an dan Terjemah. (Jakarta: Maghfirah
Pustaka, 2006), hlm. 539.

Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi,
Revolusi Menghafal Al-Qur’an (Surakarta:
Insan Kamil, 2013), hlm. 8-10
8

11

Raghib As-Sirjani dkk, Cara
Cerdas Hafal Al-Qur’an (Solo: Aqwa,
2007), hlm. 86-105

Departemen Pendidikan Nasional,
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, hlm. 473
9

12

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi
Komunikasi, Edisi Revisi Cet. 22 (Jakarta:
Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 63.

Bahirul Amali Herry, Agar
Orang Sibuk Bisa Menghafal Al-Qur’an
(Yogyakarta: ProYou, 2013), hlm. 149-151

7

membimbing
langsung.16

(mengulang bacaan ayat atau
surat yang telah kita hafal),
bertakwa kepada Allah dan
menjauhi maksiat, membaca
hafalan
dalam
salat,
memperdengarkan hafalan pada
orang lain, dan membawa alQur‟an ukuran saku.13

secara

Sistem pengajaran model
talaqqī yaitu: pertama, seorang
guru
membaca
atau
menyampaikan
ilmunya
di
depan
murid-muridnya.
Sedangkan
para
murid
menyimak
sambil
memperhatikan
al-Qur‟an.
Kedua, murid menghafal di
depan guru, kemudian guru
tersebut membenarkan jika ada
kesalahan dalam hafalan.17

4. Memahami Isi Al-Qur‟an
Di dalam ayat-ayat dan suratsurat al-Qur‟an terdapat pokokpokok
ajarannya,
seperti:
Masalah akidah, masalah ibadah,
masalah wa‟du dan wa‟id,
masalah akhlak, masalah hukum,
masalah kisah, dan masalah ilmu
pengetahuan dan teknologi.14

Cara Bertalaqqī
Untuk memudahkan pengasuh
dalam mengidentifikasi calon ḥafiż
dalam
bertalaqqī,
dapat
menggunakan kartu bimbingan. kartu
tersebut diajukan kepada pengasuh
saat murid akan menyetorkan
hafalannya, apabila murid tidak
mampu menghafal dengan lancar
sesuai ayat atau surat yang telah
ditentukan,
maka
pembimbing
sebaiknya tidak memberi tanda paraf.
Tetapi
apabila
murid
lancar
menghafal, maka pembimbing bisa
memberikan tanda paraf dalam kartu
tersebut. Cara tersebut digunakan
untuk memberi kebebasan pada
murid dalam menghafal dari ayat
satu sampai ayat yang lainnya sesuai
dengan komitmen dan target yang
telah ditentukan.

Model Pengasuhan
1. Model Talaqqī
Talaqqī yaitu presentasi
hafalan murid kepada gurunya.
Sedangkan talqīn yaitu cara
pengajaran
hafalan
yang
dilakukan oleh seorang guru
dengan membaca suatu ayat, lalu
ditirukan oleh sang murid secara
berulang-ulang hingga hafal.15
Tujuan talaqqī digunakan
dalam proses menghafal alQur‟an yaitu untuk mengetahui
hasil hafalan seorang calon ḥafiż
dan
memudahkan
pengajar
mengawasi
murid
karena
13

mereka

Ibid, hlm. 153-166
16

Ahmad Zainal Abidin, Kilat dan
Mudah Hafal Juz ‘amma, (Yogyakarta:
sabil, 2015), hlm. 37

14

Muhammad Amin Suma, Ulumul
Qur’an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013), hlm. 100-111

17
15

Bahirul Amali Herry, Agar orang
sibuk Bisa Menghafal Al-Qur’an, hlm. 83-88

8

Ibid, hlm. 38

hafal ayatnya pendek-pendek
(banyak), kelompokanlah setiap
5 ayat menjadi satu kelompok.
Jika pada halaman yang akan
dibaca ayat-ayatnya ada sekitar
10 ayat atau ayatnya tidak
banyak, maka dibagi menjadi 2
bagian atau kelompok. Satu
bagian disebut setengah halaman
atas, dan yang selanjutnya
disebut
setengah
halaman
20
bawah.

2. Model Al-Qosimi
Al-Qosimi adalah metode
menghafal al-Qur‟an yang dalam
pelaksanaannya
membeca
minimal 40 kali sebelum proses
menghafal. 40 kali sebelum
menghafal tanpa kita sadari
sebenarnya sudah termasuk
dalam proses menghafal. Setelah
40 kali kita menghafalnya,
kemudian
mengulanginya
sampai ajal menjemput kita.
Menghafal
dengan
menggunakan
metode
ini
biasanya
digunakan
untuk
jangka panjang.

3. Model Murāja„ah
Murāja„ah adalah metode
menghafal al-Qur‟an yang dalam
pelaksaannya mengulang bacaan
ayat atau surat gyang kita hafal
dengan baik. Membaca alQur‟an
secara
rutin
dan
berulang-ulang akan membuat
hafalan
tetap
melekat
dipikiran.21

Tujuan Model Al-Qosimi
yaitu: untuk memudahkan cara
kerja otak, untuk mukadimah
atau
pemanasan
sebelum
menghafal, untuk memudahkan
hafal nomor halaman dan nomor
ayat, serta untuk menjadikan
hafalan “High Quality”.18

Rasulullah saw menentukan
waktu
yang
tepat
untuk
murāja„ah al-Qur‟an, yaitu pada
malam hari. Dan yang paling
afdhal adalah membaca alQur‟an ketika shalat malam
dengan cara menghafal, atau
membaca ayat yang dihafalkan
saat siang hari. Sebagaimana
dalam firmn-Nya:

Dalam model Al-Qosimi ada
3 fase untuk menghafal alQur‟an, fase pertama membaca
40 kali, fase kedua menghafal,
dan fase ketiga mengulangi. 19
Metode
ini
dalam
pelaksanaannya mempunyai tiga
tahapan atau putaran. Putaran
pertama dibaca 20 kali, putaran
kedua dibaca 10 kali, dan
putaran ketiga dibaca 10 kali.
Jika pada halaman yang akan di
18

20

21

Ibid, hlm. 37

Bahirul Amali Herry, Agar orang
sibuk Bisa Menghafal Al-Qur’an, hlm. 154

Ibid, hlm. 56-57

19

Abu Hurrri Al-Qosimi Al hafizh,
Anda Pasti Bisa Hafal Al-Qur’an Metode
Al-Qosimi.
(Solo:
Al-Hurri
Media
Qur‟anuna, 2014), hlm. 36

9

     

suatu tulisan yang bersifat naratif.
Artinya, data dan fakta yang
dihimpun berbentuk kata atau
gambar dari pada angka-angka.24

      

Tempat dan Subjek Penelitian

  

Tempat penelitian ini terletak di
pondok pesantren Al-Ihsan yang
berada di Tanjungsari Ngesrep
Ngemplak Boyolali, sedangkan
subjek penelitian ini adalah pengasuh
beserta jajarannya dan santri pondok
pesantren Al-Ihsan.

Artinya:
Sesungguhnya
bangun di waktu malam adalah
lebih tepat (untuk khusyuk) dan
bacaan di waktu itu lebih
berkesan. Sesungguhnya kamu
pada siang hari mempunyai
urusan yang panjang (banyak).
(QS. Al-Muzammil: 6-7).22

Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:

METODE PENELITIAN
Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode Observasi

Jika ditinjau dari tempat
penelitian maka penelitian ini
termasuk dalam penelitian lapangan
(field research). Penelitian ini
dilaksanakan
pada
kehidupan
sebenarnya,
metode
penelitian
lapangan ini pada hakikatnya
merupakan
metode
untuk
menemukan secara spesifik dan
realis tentang apa yang terjadi pada
suatu saat ditengah-tengah kehidupan
masyarakat.23

Metode observasi adalah
pengamatan langsung terhadap suatu
objek untuk mengetahui keberadaan
objek,
situasi,
konteks,
dan
maknanya
dalam
upaya
mengumpulkan data penelitian.25
Metode observasi dalam penelitian
ini dipakai untuk mengamati dan
mengambil data kontribusi apa yang
diberikan
pengasuh
untuk
meningkatkan hafalan al-Qur‟an
santri.

Dalam
penelitian
ini
menggunakan pendekatan kualitatif
bersifat deskriptif yaitu langkah kerja
untuk mendeskripsikan suatu objek,
fenomena, atau setting sosial dalam

Metode Wawancara
Metode wawancara adalah
suatu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi yang digali
dari sumber data langsung melalui

22

Departemen Agama RI. AlQur’an dan Terjemah, hlm. 574.

Djam‟an Satori & Aan Komariah,
Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 28
24

23

Mardalis, Metode Penelitian
Suatu Pendekatan Proposa.( Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006), hlm: 28

25

10

Ibid, hlm. 105

percakapan atau tanya jawab.
Wawancara
dalam
penelitian
kualitatif sifatnya mendalam karena
ingin mengeksplorasi informasi
secara jelas dari informan.26 Metode
wawancara dalam penelitian ini
dilakukan kepada pengasuh beserta
jajarannya dan santri pondok
pesantren
Al-Ihsan
untuk
memperoleh informasi dan data
tentang
bagaimana
kontribusi
pengasuh
dalam
meningkatkan
hafalan al-Qur‟an santri.

penarikan kesimpulan dari data yang
telah disajikan.28
Penarikan kesimpulan dari
hasil analisis data digunakan metode
metode induktif.
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN

DAN

Kontribusi
Pengasuh
dalam
Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an
Santri
Bentuk Kontribusi Pengasuh

Metode Dokumentasi
Sesuai dengan data yang
diperoleh pada Bab IV halaman 2024 bahwa pengasuh yang ada di
pondok pesantren Al-Ihsan bentuk
kontribusinya berupa:

Metode
dokumentasi
yaitu
mengumpulkan
data-data
yang
diperlukan dalam permasalahan
penelitian lalu ditelaah secara intens
sehingga dapat mendukung dan
menambah
kepercayaan
dan
pembuktian
suatu
kejadian.27
Dokumentasi digunakan penulis
untuk mendapat data tentang letak
geografis, jadwal kegiatan, namanama santri dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan penelitian ini.

Tindakan Terlibat Langsung
Pengasuh
yang
terlibat
langsung dalam menghafal al-Qur‟an
yaitu Ustāż Abu Bakar dan Ustāż
Abdul.
Ustāż
Abu
bagian
membimbing santri yang baru masuk
pondok dengan cara memberikan tips
bagaimana cara cepat menghafal alQur‟an, menjaga hafalan dan
memberi motivasi kepada santri.
Selain itu beliau juga pentashih dan
penerima setor hafalan baru.
Sedangkan Ustāż Abdul tugasnya
membantu Ustāż Abu mentashih dan
menerima setor hafalan bagi santri
yang
baru-baru
dan
sebagai
pengawas saat santri melaksanakan
murāja„ah, baik murāja„ah hafalan

Metode Analisis Data
Teknis yang penulis gunakan
dalam menganalisis data penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif yang
terdiri dari empat tahapan. Pertama,
mengumpulkan data. Kedua adalah
melakukan reduksi data yaitu
menggolongkan, membuang data
yang
tidak
diperlukan
dan
mengorganisasikan sehingga data
terpilah-pilah. Ketiga, data yang
sudah direduksi akan disajikan dalam
bentuk narasi, kemudian keempat

28

26

Ibid, hlm. 130

27

Ibid, hlm. 149

Sugiyono, Metode Penelitian
Pendidikan
pendekatan
Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm. 335

11

Dalam kegiatan setor hafalan
baru (talaqqi) fungsi pengasuh
menerima
setor
hafalan,
mentashih
hafalan
(membenarkan apabila ada ayatayat yang salah saat dihafalkan)
dan membantu memberi arahan.

yang baru maupun hafalan yang
lama.
Tindakan Tidak Langsung
Kontribusi dalam Bentuk Pemikiran.
Pengasuh yang berkontribusi
dalam bentuk pemikiran adalah
semua pengasuh yang ada di pondok,
tidak
hanya
pengasuh
yang
membimbing
dalam
proses
menghafal al-Qur‟an saja. Semua
pengasuh
berdiskusi
untuk
meningkatkan hafalan al-Qur‟an
santri,
seperti:
dalam
proses
meningkatkan hafalan, memperbagus
qiro‟ah, memperbaiki tajwid, cara
mempertahankan
atau
menjaga
hafalan, dan konseling bagi santri
yang kesulitan menghafal.

Pada
saat
santri
mempersiapkan setor hafalan alQur‟an fungsi pengasuh adalah
menunjukkan
cara
cepat
menghafal
al-Qur‟an
dan
memberi motivasi kepada santri
supaya santri semangat dalam
menghafal al-Qur‟an dan tidak
mudah putus asa.
Sedangkan Pada kegiatan
murāja„ah, baik murāja„ah
hafalan baru maupun hafalan
lama fungsi pengasuh adalah
menunjukkan bagaimana cara
menjaga hafalan supaya hafalan
yang sudah diperoleh santri tetap
terjaga dan tidak mudah hilang
dalam ingatan serta istiqomah
untuk bermurāja„ah.

Sementara itu teori yang telah
disusun pada Bab II halaman 8-11,
yaitu bentuk kontribusi berupa:
tindakan langsung, yaitu pengasuh
langsung melibatkan diri atau ikut
serta dalam proses menghafal alQur‟an santri dan tindakan tidak
langsung
berupa
pemikiran.
Pemikiran yang didiskusikan oleh
pengasuh
untuk
meningkatkan
hafalan al-Qur‟an bagi santri, seperti
cara cepat menghafal al-Qur‟an,
mempertahankan/menjaga hafalan,
dan memahami isi al-Qur‟an.
Fungsi
Kontribusi
kepada Penghafal

2. Kegiatan Diluar Menghafal AlQur‟an
Pada
kegiatan
diniyyah
fungsi dari pengasuh adalah
membimbing
santri
dalam
belajar kitab, dengan belajar
kitab
dapat
membantu
memudahkan
santri
dalam
menghafal ayat-ayat al-Qur‟an
dan memahami isi al-Qur‟an.
Sedangkan kegiatan furusiyyah
dan hadroh, dalam pengasuh
berfungsi
memberikan
keterampilan
kepada
santri
dalam bidang olah raga untuk
kesehatan para santri dan
memberikan hiburan supaya

Pengasuh

Sesuai dengan data yang
diperoleh pada Bab IV halaman 2729 bahwa fungsi kontribusi pengasuh
yang ada di pondok pesantren AlIhsan berupa:
1. Kegiatan Meningkatkan Hafalan
Al-Qur‟an
12

Tambah Ustāż Abu Bakar.
Dalam proses kegiatan ini santri
harus
berbaris
di
depan
pengasuh. Sebelum menyetorkan
hafalan
baru,
santri
menyerahkan kartu bimbingan
untuk mengetahui mulai dari
mana santri harus setor hafalan
barunya, dan sebagai tanda
apakah santri sudah baik dan
lancar dalam menghafal atau
belum.

santri tidak putus asa dalam
menghafal al-Qur‟an karena
merasa jenuh.
Maka dengan penjabaran data
di atas dapat diperoleh kesimpulan
bahwa pengasuh memiliki tugas dan
fungsinya masing-masing sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
oleh pengasuh. Dengan begitu dalam
usaha untuk meningkatkan hafalan
al-Qur‟an santri maupun kegiatan
lain, pengasuh sudah berkontribusi
sesuai dengan bagian masing-masing
sesuai dengan teori yang telah
dikutip pada Bab II halaman 8,
bahwa dalam hal menghafal alQur‟an,
pengasuh
sangatlah
diperlukan
untuk
membantu
membantu melancarkan usaha bagi
seseorang yang menghafal al-Qur‟an.
Seperti mengayomi, memberi arahan,
menunjukkan cara, memotivasi serta
mentashih hafalan.
Model
Pengasuhan
Menghafal Al-Qur’an

2. Murāja„ah hafalan lama
Kegiatan murāja„ah hafalan
lama dimulai pada jam 08.0010.00. Kegiatan ini dilaksanakan
di aula utama pondok dengan
santri saling berpasangan dengan
tujuan untuk saling menyimak
supaya ayat-ayat yang sudah
dihafal tidak hilang dari pikiran
atau dalam kata lain untuk
menjaga hafalan al-Qur‟an agar
tetap melekat dalam pikiran.
Dalam kegiatan ini pengasuh
tetap memberi bimbingan berupa
arahan dan motivasi kepada
santri sebelum kegiatan selesai
dan dibubarkan.

dalam

Untuk meningkatkan hafalan
Al-Qur‟an santri perlu adanya model
pengasuhan yang sesuai, maka model
pengasuhan yang di terapkan di
Pondok
Pesantren
Al-Ihsan
sebagaimana telah dipaparkan pada
Bab IV halaman 24-27, yaitu:

3. Murāja„ah hafalan baru
Murāja„ah
hafalan
baru
dilaksanakan malam hari jam
20.00-21.00.
Kegiatan
ini
dilakukan di mushola pondok.
Dalam kegiatan ini santri
bermuraja‟ah
sendiri-sendiri
tetapi tetap dalam pengawasan
pengasuh. “ini dilakukan untuk
menanamkan rasa istiqomah
kepada
santri
dalam
bermuraja‟ah, itu dilakukan
untuk
memperkuat
hafalan
santri” ujar Amir. (santri)

1. Setor hafalan baru (talaqqī)
Setor
hafalan
baru
dilaksanakan habis shalat subuh
sampai jam 07.00. Dalam
kegatan ini santri harus sudah
memiliki modal hafalan yang
akan
disetorkan
kepada
pengasuh.
“Model
ini
laksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui hasil hafalan santri”.
13

hafalan al-Qur‟an bagi santri baik
dari bentuk, fungsi, maupun model
pengasuhannya
yaitu,
memberi
motivasi,
mentashih
hafalan,
memberikan
tips
cara
cepat
menghafal, memberikan tips menjaga
hafalan, memberikan tips memahami
isi
al-Qur‟an,
serta
model
pengasuhan setor hafalan baru
(talaqqī), model menghafal AlQosimi dan Murāja„ah.

4. Proses menghafal al-Qur‟an
Pada saat santri mulai
menghafal
al-Qur‟an,
ada
metode yang diberitahukan oleh
pengasuh untuk memudahkan
santri dalam menghafal alQur‟an, yaitu metode membaca
ayat atau surat secara berulangulang sebanyak 40 kali (AlQosimi),
karena
dengan
membaca berulang-ulang secara
tidak langsung santri akan
mengingat ayat atau surat yang
dibaca.

Akan tetapi yang perlu
diketahui bahwasanya kontribusi
pengasuh
dalam
meningkatkan
hafalan al-Qur‟an bagi santri di
Pondok Pesantren Al-Ihsan lebih
banyak
dibandingkan
dengan
kontribusi pengasuh yang ada pada
teori Bab II. Kontribusi pengasuh
dalam meningkatkan hafalan
alQur‟an santri tersebut adalah
konseling bagi santri yang kesulitan
menghafal. Kontribusi dalam bentuk
konseling
tersebut
sangatlah
diperlukan untuk memberikan arahan
dan solusi dalam memecahkan
masalah yang dihadapi santri.
Masalah yang biasanya dihadapi
santri adalah masalah yang berasal
dari dalam diri santri sendiri, yaitu
malas murāja„ah, tidak fokus, dan
berpindah ayat sebelum benar-benar
hafal.

Selain itu, bagi santri yang
baru masuk pondok akan
mendapat
bimbingan
dari
pengasuh
terlebih
dahulu,
bimbingan itu berupa memberi
arahan pada santri dengan
menunjukkan bagaimana cara
cepat menghafal menghafal alQur‟an, bagaimana menjaga
hafalan supaya tidak mudah
lupa, serta memberi motivasi
supaya santri semangat dan
istiqomah dalam menghafal alQur‟an.
Model pengasuhan dalam
menghafal al-Qur‟an yang telah
dipaparkan diatas sesuai dengan teori
yang dikutip pada Bab II halaman 913, yaitu model pengasuhan setor
hafalan baru (talaqqī), metode
menghafal
Al-Qosimi
dan
Murāja„ah. Dan sesuai juga dengan
teori pada Bab II halaman 13-15,
yaitu cara cepat menghafal al-Qur‟an
dan menjaga hafalan agar tetap
melekat dipikiran.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Ahmad Zainal. 2015. Kilat
dan Mudah Hafal Juz ‘Amma.
Yogyakarta: Sabil.
Al-Hafizh, Abu Hurrri Al-Qosimi.
2014. Anda Pasti Bisa Hafal
Al-Qur’an Metode Al-Qosimi.
Solo:
Al-Hurri
Media
Qur‟anuna

Jadi secara teoritik dapat
disebutkan
bahwa
kontribusi
pengasuh
dalam
meningkatkan
14

As-Sirjani, Raghib dkk. 2007. Cara
Cerdas Hafal Al-Qur’an.
Solo: Aqwam.

Suma, Muhammad Amin. 2013.
Ulumul Qur’an. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Az-Zawawi, Yahya Abdul Fattah.
2013. Revolusi Menghafal AlQur’an. Surakarta: Insan
Kamil.

Wahid, Sa‟ad Abdul. 2011. Studi
Ulang Ilmu Al-Qur’an &
Ilmu Tafsir. Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah.

Charles. 2013. Kamus
Pemasaran. Jakarta: PT.
Indeks.

http://yusdismile.blogspot.com/2008/
11/partisipasi-dankontribusi.html di akses pada
tanggal 2 Maret 2015.

Doyle,

Departemen Agama RI. 2006. AlQur’an
dan
Terjemah.
Jakarta: Maghfirah Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional.
2014. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat.
Jakarta:
PT
Gramedia Pustaka Utama.
Echols, Jhon M. dan
Hassan.
2007.
Inggris-Indonesia.
PT. Gramedia.

Shadily,
Kamus
Jakarta:

Herry, Bahirul Amali. 2013. Agar
orang sibuk Bisa Menghafal
Al-Qur’an.
Yogyakarta:
ProYou.
Mardalis. 2006. Metode penelitian
suatu pendekatan proposal.
Jakarta. PT Bumi aksara .
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi
Komunikasi, Edisi Revisi Cet.
22. Jakarta: Remaja Rosda
Karya.
Satori, Djam‟an & Komariah, Aan.
2013. Metodologi Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Alfabeta.

15

Dokumen yang terkait

Komunikasi antarpribadi pengasuh dan santri pondok pesantren Al-Idrus KalangAnyar Lebak Banten

10 69 64

Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Santri Dalam Menjalankan Kedisiplinan Shalat Dhuha Di Yayasan Pendidikan Islam Pondok Pesantren Modern Alfa Sanah Cisauk – Tangerang

2 45 85

KEGIATAN SIMA’AN AL-QUR’AN SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN HAFALAN SANTRI TAḤFῙẒ PUTRI DI PONDOK Kegiatan Sima’an Al-Qur’an Sebagai Sarana Meningkatkan Hafalan Santri TaḥfῙẓ Putri Di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyy Mangkuyudan Surakarta Tahun 2015/2016.

0 4 17

KEGIATAN SIMA’AN AL-QUR’AN SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN HAFALAN SANTRI TAḤFῙẒ PUTRI DI PONDOK Kegiatan Sima’an Al-Qur’an Sebagai Sarana Meningkatkan Hafalan Santri TaḥfῙẓ Putri Di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyy Mangkuyudan Surakarta Tahun 2015/2016.

0 5 18

PENDAHULUAN Kegiatan Sima’an Al-Qur’an Sebagai Sarana Meningkatkan Hafalan Santri TaḥfῙẓ Putri Di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyy Mangkuyudan Surakarta Tahun 2015/2016.

0 8 4

KONTRIBUSI PENGASUH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL IHSAN Kontribusi Pengasuh Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri Di Pondok Pesantren Al Ihsan Tanjungsari Ngesrep Ngemplak Boyolali

0 3 17

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DAN PRESTASI HAFALAN AL-QUR’AN DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN MAHFUZHAT: (Studi Korelasi terhadap Santri Tahfizh Al-Qur’an di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung Tahun 2014).

0 0 48

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA SANTRI KELAS VII MTs PONDOK PESANTREN AL IHSAN RINGINPITU Budaya Belajar Matematika Santri Kelas Vii Mts Pondok Pesantren Al Ihsan Ringinpitu Sine, Ngawi, Jawa Timur.

0 1 15

PENGARUH HAFALAN AL QURAN PADA PRESTASI AKADEMIK SANTRI PONDOK PESANTREN DI KABUPATEN KAMPAR

0 1 12

KONTRIBUSI PENGASUH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL IHSAN TANJUNGSARI NGESREP NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN 2014

0 0 65