PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI PADA REMAJA YANG OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT Perbedaan Pengetahuan Gizi Dan Kebugaran Jasmani Pada Remaja Yang Overweight Dan Non-Overweight Di SMK Batik 2 Surakarta.
PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI
PADA REMAJA YANG OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT
DI SMK BATIK 2 SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
RAHMADHANI NUR HIDAYANTI
J 300 120 017
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI
PADA REMAJA YANG OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT
DI SMK BATIK 2 SURAKARTA
Oleh:
Rahmadhani Nur Hidayanti*, Endang Nur W**, Elida Soviana***
*Mahasiswa DIII Prodi Ilmu Gizi FIK UMS, **Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS,
***Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS
*Email: [email protected]
ABSTRACT
THE DIFFERENCE INNUTRITIONAL
KNOWLEDGEANDPHYSICALFITNESSINOVERWEIGHT AND NOT
OVERWEIGHT ADOLESCENTSAT VOCATIONAL HIGH SCHOOL OF BATIK 2
SURAKARTA.
Introduction: Overweight is an imbalance of nutrient intake. Diets of adolescents
today lead to the selection of fast food which is high in calories consisting of
carbohydrates and fats. These foods if are consumed in excess can lead to
overweight.
Objective: This study aimed to determine differences in nutritional knowledge
and physical fitness in adolescents who were overweight and non-overweight at
vocational high school of Batik 2 Surakarta.
Methods: This observational study used cross sectional design. The
respondents werestudents at vocational high school of Batik 2 Surakarta grade X
and XI which were divided into two group overweight and non-overweight with 30
students in each. Retrieval of respondents by simple random sampling. Nutrition
knowledge date were obtained by filling out a questionnaire while physical fitness
date were measured using the Harvard Step test.
Results: The results showed that most adolescents 53%had sufficient
knowledge about nutrition in each group.Most adolencents who were overweight
(73%) had poor physical fitness, mearwhile those who were non-overweight had
sufficient physical fitness (40%).
Conclusions: There was no difference in nutrition knowledge in adolescents who
were overweight and non-overweight but there was difference in physical fitness
in adolescents were overweight and non-overweight.
Keywords: knowledge of nutrition, physical fitness, overweight
Bibliography: 2000-2014
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan
masa yang rentan terhadap gizi,
oleh karena itu remaja perlu
mendapatkan
perhatian
yang
khusus. Pertumbuhan pada remaja
berlangsung secara cepat, sehingga
remaja memerlukan asupan gizi
yang seimbang untuk memenuhi
kebutuhan
didalam
tubuh.
Kebutuhan zat gizi berkaitan erat
dengan masa pertumbuhan remaja
dalam meningkatkan pertumbuhan
fisik dan perkembangan yang
drastis. Remaja yang asupan gizinya
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
maka pertumbuhannya akan optimal
(Almatsier, 2011). Secara nasional
prevalensi overweight pada usia 1618 tahun yaitu 5,7 %. Di Jawa
Tengah prevalensi overweight yang
terjadi pada remaja sebanyak 5.4
% (Riskesdas, 2013).
Overweight pada remaja
terjadi karena ketidakseimbangan
asupan zat gizi. Pola makan yang
terjadi pada remaja saat ini yaitu
pola makan tinggi energi yang
sebagian
besar
terdiri
dari
karbohidrat dan lemak. Asupan
energi yang tinggi akan berpengaruh
terhadap
terjadinya
overweight
(Gharib dan Rasheed, 2011).
Menurut
Misnadiarly
(2007)
menyatakan bahwa remaja yang
mengalami
overweight
akan
menimbulkan dampak fisik dan
psikologis. Overweight merupakan
salah satu faktor resiko yang dapat
menyebabkan penyakit degeneratif
seperti penyakit kardiovaskuler,
diabetes melitus, arthritis, penyakit
kantong empedu, gangguan fungsi
pernafasan dan berbagai gangguan
kulit.
Status gizi yang terjadi pada
remaja dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Pertama, faktor
internal mencakup genetik, asupan
makanan dan penyakit infeksi.
Kedua, faktor eksternal status gizi
remaja dapat dipengaruhi oleh
sektor budaya,
Remaja yang kebugarannya
menurun maka akan berdampak
pada munculnya penyakit seperti
kardiovaskuler,
kencing
manis,
obesitas dan jantung. Remaja
dikatakan memiliki status kebugaran
ekonomi,
sosial,
budaya
dan
pengetahuan gizi (Suhardjo, 2003).
Salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi remaja
adalah
pengetahuan
gizi.
Pengetahuan tentang gizi akan
berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku dalam pemilihan makanan.
Pada masa ini dalam pemilihan
makanan remaja dipengaruhi oleh
selera
dan
keinginan
yang
cenderung pada pemilihan makanan
yang tinggi kalori dan lemak
sehingga
dapat
memicu
pertumbuhan berat badan. Pada
remaja yang memiliki pengetahuan
yang baik maka akan lebih
memperhatikan asupan makan yang
seimbang sehingga status gizinya
baik (Rosa, 2011).
Penelitan yang dilakukan
Suryaputra et al (2012) di Surabaya
menyatakan
bahwa
terdapat
perbedaan yang bermakna antara
pengetahuan gizi dengan kejadian
non
overweightmempunyai
pengetahuan gizi yang cukup,
sedangkan
kelompok
overweightmempunyai pengetahuan
gizi yang kurang. Menurut Oktaviana
(2008), di Semarang ada hubungan
yangsignifikan
antara
tingkat
pengetahuan gizi dengan status gizi
remaja. Penelitian ini menunjukkan
bahwa remaja yang memiliki tingkat
pengetahuan gizi yang baik lebih
banyak yang memiliki status gizi
baik, sedangkan remaja dengan
tingkat pengetahuan gizi yang
kurang lebih banyak mengalami
status gizi kurang dan gizi lebih.
Faktor
lain
yang
mempengaruhi kebugaran jasmani
yaitu status gizi. Kebugaran jasmani
merupakan kemampuan seseorang
dalam melakukan aktifitas seharihari tanpa merasakan lelah. Remaja
yang mengalami overweight akan
merasakan sesak nafas, badan
terasa berat, sering sakit pada
bagian pinggang, pinggul, paha dan
lutut (Suharjono, 2004).
TINJAUAN PUSTAKA
Overweight
merupakan
kondisi berat badan yang melebihi
berat badan normal yaitu 10-20%
dari berat badan ideal. Seseorang
yang kegemukan pasti mengalami
kelebihan berat badan, tetapi
seeorang yang menderita kelebihan
berat belum tentu mengalami
kegemukan.
FaktorPenyebab Overweight
1. Faktor genetik
Overweight
cenderung
dipengaruhi oleh faktor turunan
sehingga
diduga
memiliki
penyebab
genetik.Anggota
keluarga tidak hanya berbagi
gen tetapi juga makanan dan
kebiasaan gaya hidup yang bisa
menyebabkan
terjadinya
kegemukan.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan ini termasuk
perilaku/pola
gaya
hidup,
misalnya apa yang dimakan dan
berapa kali seseorang makan
serta bagaimana aktivitasnya.
Hasil penelitian menunjukkan
makanan siap saji di sekitar
sekolah akan mempengaruhi
pola dan kebiasaan makan dari
siswa disekolah tersebut yang
dapat menyebabkan overweight
(Farida, 2009).
3. Faktor pola makan
Faktor-faktor
yang
berpengaruh dari pola makan
adalah kuantitas, porsi perkali
makan,
kebiasaan
makan,
frekuensi makan, dan jenis
makanannya. Remaja dalam
mengkonsumsi
makanan
cenderung
mengandung
karbohidrat
seperti
gula,
fruktosa dan soft drink yang
dapat menyebabkan kelebihan
berat badan akibat konsumsi
karbohidrat yang berlebihan.
4. Faktor psikis
Remaja yang overweight
sering
sekali
mengatakan
cenderung makan lebih banyak
bila mereka tegang atau cemas.
Banyak
orang
memberikan
reaksi
terhadap
emosinya
dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah
persepsi diri yang negatif
(Farida, 2009).
5. Faktor Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik merupakan
salah satu faktor yang dapat
meningkatkan
kebutuhan
energi,
sehingga
apabila
aktifitas
rendah
maka
kemungkinan
terjadinya
kegemukan akan meningkat,
sedangkan pada aktifitas yang
sedang hingga tinggi akan
mengurangi.
Dampak Overweight
Remaja yang mengalami
overweight
akan
mengalami
masalah kesehatan yang dapat
dibawa ke masa dewasa. Remaja
yang overweight akan memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk
menderita dibaetes melitus tipe II,
sindrom
metabolisme,
asma,
masalah saluran pernafasan dan
infeksi kulit(Misnadiarly, 2007).
Kebugaran Jasmani Berhubungan
Dengan Kesehatan
1. Kekuatan
Kekuatan merupakan besarnya
tenaga yang digunakan oleh
otot yang diperlukan bagi setiap
orang dari segala usia untuk
melakukan aktifitas geraknya,
atau bisa disebut kekuatan otot.
2. Kelenturan (flexibility)
Kemampuan sendi untuk
melakukan
gerakan
dalam
ruang gerak sendi secara
maksimal
sesuai
dengan
kemungkinan
kemampuan
geraknya. Kelenturan yang baik
akan mengurangi penggunaan
tenaga yang berlebihan pada
saat melakukan suatu gerakan.
3. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh dinyatakan
dengan sebagai berikut :
a. Indeks masa tubuh (IMT)
adalah berat badan dalam
kilogram di bagi dengan
tinggi badan kuadrat dalam
meter.
b. Persentase lemak tubuh
adalah perbandingan antara
berat lemak tubuh dan berat
badan
yang
diperoleh
melalui
rumus
tertentu
berdasarkan
pengukuran
ketebalan lemak dengan
menggunakan alat skinfold
calliper.
4. Daya Tahan
Daya tahan dapat di bagi
menjadi dua komponen, yaitu :
Daya tahan kardiorespirasi atau
daya tahan jantung dan paruparu dan daya tahan otot.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kebugaran Jasmani
1. Genetik
Genetik merupakan sifatsifat spesifik yang ada dalam
tubuh sesorang sejak lahir. Sifat
genetik
ini
berpengaruh
terhadap
kemampuan
fisik
seseorang dalam kekuatan,
pergerakan anggota tubuh dan
kecepatan lari (Montgomery,
2001 dalam Ardania 2010).
2. Usia
Usia sangat berpengaruh
terhadap
kebugarannya
jasmani, misalnya daya tahan
jantung, pembuluh darah dan
kekuatan
otot
Tingkat
kebugaran
jasmani
akan
meningkat maksimal pada usia
30 tahun, setelah usia 30 tahun
akan
terjadi
penurunan
kebugaran
jasmani
secara
perlahan (Afriwardi, 2002).
3. Jenis Kelamin
Pada
usia
pubertas
biasanya
nilai
kebugaran
jasmani pada laki-laki dan
perempuan sama, tetapi setelah
usia
pubertas
laki-laki
mempunyai nilai jauh lebih
besar dibandingkan perempuan
yang disebabkan oleh pengaruh
hormon testoteron 10 kali lebih
banyak pada laki-laki dan pada
perempuan
memiliki
nilai
fleksibilitas lebih baik karena
mengandung hormon relaxin,
estrogen
dan
progesteron
(Afriwardi, 2001).
4. Status Gizi
Status gizi merupakan
bagian
dari
hasil
akhir
keseimbangan antara makanan
yang masuk ke dalam tubuh
dengan kebutuhan tubuh akan
zat gizi tertentu (Supariasa,
2002).
Menururt
Almatsier
(2005), zat gizi sendiri dapat
diartikan ikatan kimia yang
dibutuhkan untuk melakukan
fungsinya. Fungsi makanan
tersebut
dibutuhkan
agar
kebugaran jasmani baik yang
akan digunakan untuk tenaga
dan pembentukan sel.
5. Aktifitas Fisik
Peningkatan aktifitas fisik
dapat mengarahkan daya tahan
kardiorespiratori menjadi lebih
baik dan lemak tubuh menjadi
lebih sedikit. Pada aktifitas fisik
yang rendah menjadi penyebab
rendahnya
daya
tahan
kardiorespiratori (kemampuan
dari jantung, paru-paru dan
pembuluh
darah)
untuk
menghantarkan oksigen yang
cukup ke sel untuk memenuhi
kebutuhan aktifitas fisik yang
berkepanjangan (Hoeger dan
Boyle, 2001).
Pengetahuan Terhadap Status
Gizi
Pentingnya pengetahuan gizi
terhadap
konsumsi
makanan
didasarkan atas tiga kenyataan,
yaitu :
1. Status gizi cukup penting bagi
kesehatan dan kesejahteraan.
2. Zat gizi yang tercukupi jika
makanan
yang
dikonsumsi
mampu menyediakan zat gizi
yang diperlukan oleh tubuh.
3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta
yang
diperlukan,
sehingga
masyarakat
dapat
belajar
menggunakan bahan pangan
dengan baik bagi perbaikan gizi.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pengetahuan
Menurut Sukanto (2000)
faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan yaitu tingkat
pendidikan,
informasi,
budaya,
pengalaman dan sosial ekonomi.
Hipotesis
1. Terdapat
perbedaan
pengetahuan gizi pada remaja
yang overweight dan non
overweight
2. Terdapat perbedaan kebugaran
jasmani pada remaja yang
overweight dan non overweight
METODE PENELETIAN
Penelitian ini menggunakan
penelitian observasional pendekatan
cross sectional, dalam penelitian ini
dilakukan
survei
terhadap
pengetahuan gizi dan tingkat
kebugaran jasmani yang overweight
dan non overweight pada remaja,
dimana pengambilan datanya di
lakukan
dalam
waktu
yang
bersamaan.
Tempat penelitian dilakukan
di SMK Batik 2 Surakarta dipilih
berdasarkan
lokasinya
yang
berdekatan
dengan
pusat
perbelanjaan (mall) dan disekitar
sekolah banyak banyak menjual
makanan cepat saji.
Populasi dalam penelitian ini
adalah anak remaja di SMK Batik 2
Surakarta kelas X dan XI yang
berjumlah 339 siswa.
Besar
sampel
penelitian
ditentukan dengan populasi terbatas
dengan rumus Lamesshow 1997 :
N=
Keterangan :
n
=Besar sampel yang diperlukan
Z² – α/2= nilai distribusi normal pada (α)
0,05 : 1,96
d
= Presisi/derajat ketepatan (0,2)
P1
=Proporsi prevalensi overweight
di Jawa Tengah 0,054
P2
= Proporsi prevalensi overweight
studi pendahuluan 0,13
d = presisi yang ingin dicapai dinyatakan
dalam desimal
Cara pengambilan sampel
untuk masing-masing kelompok
dihitung
dengan
menggunakan
metode simpel random sampling,
yaitu dengan cara mengundi semua
populasi
(siswa)
kemudian
mengacak nama responden dengan
sistem undian.
Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Identitas
responden
:
diperoleh
dengan
cara
mengisi kuisioner yang
dibagikan, meliputi nama,
umur, alamat, kelas.
yangdiperoleh dari wakil kepala
b. Pengetahuan gizi: diperoleh
sekolah.
dari
pengisian
kuisioner
tentang pengetahuan gizi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Kebugaran
jasmani
:
SMK Batik 2 Surakarta
diperoleh dari tes naik turun
terletak di Kota Bengawan Tepatnya
bangku selama 5 menit
di Jl. Slamet Riyadi Kleco-Surakarta.
dengan
kecepatan
30
Letak SMK Batik II Surakarta ini
langkah per menit.
sangat
strategis
dan
sangat
d. Data antropometri : diperoleh
menunjang
kegiatan
belajar
dengan
mengukur
berat
mengajar, selain itu juga terletak di
badan
dan tinggi badan
antara Kota Solo dan perbatasan
secara
langsung
Sukoharjo yang mudah dilalui.
menggunakan
timbangan
SMK Batik II Surakarta
digital dengan skala tingkat
memiliki 20 kelas, yang terdiri dari 6
ketelitian
0.01
kg
dan
kelas untuk kelas X berjumlah
microtoice dengan skala 0.1
sebanyak 158 siswa, 6 kelas untuk
cm.
kelas XI berjumlah 181 siswa dan 8
2. Data Sekunder
kelas untuk kelas XII berjumlah
Data sekunder meliputi
sebanyak 210 siswa, sehingga total
data sekolah SMK, jumlah siswa
keseluruhan siswa 549 siswa.
SMK dan gambaran umum
1. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi Jenis Kelamin
Kategori Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Status Gizi
Overweight
Non Overweight
n
%
n
%
1
3
1
3
29
97
29
97
30
100
30
100
Berdasarkan
Tabel
diketahui bahwa sebagian besar
subjek yang berstatus gizi
overweight
dengan
jenis
kelamin
perempuan
yaitu
sebanyak 97%,
sedangkan
subjek dengan status gizi
overweight
dengan
jenis
kelamin laki-laki sebanyak 3%.
Menurut
Budiyanto
(2002), wanita lebih beresiko
overweight karena total lemak
pada tubuh wanita lebih besar
yaitu 30%, sedangkan pada pria
berkisar 20-25%.
Wanita mempunyai tempattempat penyimpanan khusus
untuk penimbunan jaringan
lemak, seperti yang terdapat
pada daerah pantat (glutal),
daerah dada dan bahu sehingga
wanita
lebih
beresiko
mengalami kegemukan.
2. Distribusi Pengetahuan Gizi Berdasarkan Status Gizi
Distribusi Pengetahuan Gizi Berdasarkan Status Gizi
Pengetahuan
Gizi
Kurang
Cukup
Baik
Total
Status Gizi
Overweight
Non Overweight
n
%
n
%
10
34
9
30
16
53
16
53
4
13
5
17
30
100
30
100
(2000), pengetahuan gizi juga
Berdasarkan
tabel
dapat dipengaruhi oleh adanya
menunjukkan bahwa subjek
faktor sosial budaya seperti
yang overweight dan non
tingkat pendapatan orang tua
overweight
memiliki
tingkat
serta tingkat pendidikan yang
pengetahuan gizi yang cukup
akan mempengaruhi seseorang
yaitu 53%. Pengetahuan gizi
dalam pemilihan makanan untuk
merupakan salah satu faktor
dikonsumsi.
yang mempengaruhi status gizi
pada remaja. Menurut Sukanto
3. Distribusi Kebugaran Jasmani Berdasarkan Status Gizi
Distribusi Kebugaran Jasmani Berdasarkan Status Gizi
Kebugaran
Jasmani
Kurang
Sedang
Cukup
Baik
Sangat Baik
Total
Overweight
N
%
22
73
2
7
5
17
0
0
1
3
30
100
Berdasarkan tabel 10
terlihat
bahwa
kejadian
overweight cenderung memiliki
kebugaran jasmani yang kurang
yaitu 73%, sedangkan pada
kejadian
non
overweight
cenderung memiliki kebugaran
jasmani yang cukup yaitu 40%.
Remaja
yang
mengalami overweight akan
Status Gizi
Non Overweight
N
%
8
27
4
13
12
40
2
7
4
13
30
100
merasakan sesak nafas, badan
terasa berat, sering sakit pada
bagian pinggang, pinggul, paha
dan lutut, sehingga pada remaja
yang overweight membutuhkan
usaha yang lebih keras untuk
melakukan kegiatan sehari-hari
(Suharjan, 2004).
Perbedaan Pengetahuan Gizi Antara Remaja Yang Overweight Dan Non
Overweight
Rerata Pengetahuan Gizi Antara Remaja
Overweight dan Non Overweight
Pengetahuan
Gizi
Mean
Median
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Status Gizi
p
Overweight
65
67
12
38
88
50
Overweight
tidak
hanya
dialami
oleh
remaja
dengan
pengetahuan gizi kurang, namun
juga
dialami
remaja
yang
mempunyai pengetahua gizi baik.
Hasil uji t test independent
menunjukkan nilai p 0.750 yang
berarti tidak terdapat perbedaan
pengetahuan gizi antara remaja
overweight dan non overweight di
SMK Batik 2 Surakarta. Secara
kuantitas nilai rerata pengetahuan
gizi pada remaja nonoverweight
lebih tinggi yaitu 66, sedangkan
remaja yang overweight yaitu 65.
Tidak terdapatnya perbedaan
pengetahuan gizi antara remaja
overweight dan non overweight ini
menunjukkan
bahwa
tingkat
pengetahuan gizi tidak hanya
dipengaruhi oleh status gizi tetapi
Perbedaan Kebugaran Jasmani Antara
Overweight
Non Overweight
66
69
12
35
85
50
0.750
dapat dipengaruhi oleh informasi
yang sering didapatkan oleh subjek,
baik dari media cetak maupun
elektronik yang dapat menyebabkan
remaja tidak memiliki sikap dan
perilaku yang baik dalam pemilihan
bahan makanan.
Seperti yang
dijelaskan oleh Nix (2005), bahwa
pada umumnya kebiasaan makan
remaja tidak dipengaruhi oleh zat-zat
gizi
yang
terkandung
dalam
makanan melainkan berasal dari
budaya kelompok yang diajarkan
oleh anggota kelompok keluarga.
Perubahan ini membuat seorang
remaja mengalami banyak ragam
gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali
pengalaman dalam menentukan
makanan apa yang akan dikonsumsi
(Proverawati, 2010).
Remaja Yang Overweight Dan Non
Rerata Kebugaran Jasmani Antara Remaja Putri
Yang Overweight dan Non Overweight
Kebugaran
Jasmani
Mean
Median
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Status Gizi
Overweight
Non Overweight
49
68
46
73
13
19
32
34
78
104
47
70
P
0.00
Hasil uji t test independent
menunjukkan nilai p
PADA REMAJA YANG OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT
DI SMK BATIK 2 SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
RAHMADHANI NUR HIDAYANTI
J 300 120 017
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI
PADA REMAJA YANG OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT
DI SMK BATIK 2 SURAKARTA
Oleh:
Rahmadhani Nur Hidayanti*, Endang Nur W**, Elida Soviana***
*Mahasiswa DIII Prodi Ilmu Gizi FIK UMS, **Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS,
***Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS
*Email: [email protected]
ABSTRACT
THE DIFFERENCE INNUTRITIONAL
KNOWLEDGEANDPHYSICALFITNESSINOVERWEIGHT AND NOT
OVERWEIGHT ADOLESCENTSAT VOCATIONAL HIGH SCHOOL OF BATIK 2
SURAKARTA.
Introduction: Overweight is an imbalance of nutrient intake. Diets of adolescents
today lead to the selection of fast food which is high in calories consisting of
carbohydrates and fats. These foods if are consumed in excess can lead to
overweight.
Objective: This study aimed to determine differences in nutritional knowledge
and physical fitness in adolescents who were overweight and non-overweight at
vocational high school of Batik 2 Surakarta.
Methods: This observational study used cross sectional design. The
respondents werestudents at vocational high school of Batik 2 Surakarta grade X
and XI which were divided into two group overweight and non-overweight with 30
students in each. Retrieval of respondents by simple random sampling. Nutrition
knowledge date were obtained by filling out a questionnaire while physical fitness
date were measured using the Harvard Step test.
Results: The results showed that most adolescents 53%had sufficient
knowledge about nutrition in each group.Most adolencents who were overweight
(73%) had poor physical fitness, mearwhile those who were non-overweight had
sufficient physical fitness (40%).
Conclusions: There was no difference in nutrition knowledge in adolescents who
were overweight and non-overweight but there was difference in physical fitness
in adolescents were overweight and non-overweight.
Keywords: knowledge of nutrition, physical fitness, overweight
Bibliography: 2000-2014
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan
masa yang rentan terhadap gizi,
oleh karena itu remaja perlu
mendapatkan
perhatian
yang
khusus. Pertumbuhan pada remaja
berlangsung secara cepat, sehingga
remaja memerlukan asupan gizi
yang seimbang untuk memenuhi
kebutuhan
didalam
tubuh.
Kebutuhan zat gizi berkaitan erat
dengan masa pertumbuhan remaja
dalam meningkatkan pertumbuhan
fisik dan perkembangan yang
drastis. Remaja yang asupan gizinya
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
maka pertumbuhannya akan optimal
(Almatsier, 2011). Secara nasional
prevalensi overweight pada usia 1618 tahun yaitu 5,7 %. Di Jawa
Tengah prevalensi overweight yang
terjadi pada remaja sebanyak 5.4
% (Riskesdas, 2013).
Overweight pada remaja
terjadi karena ketidakseimbangan
asupan zat gizi. Pola makan yang
terjadi pada remaja saat ini yaitu
pola makan tinggi energi yang
sebagian
besar
terdiri
dari
karbohidrat dan lemak. Asupan
energi yang tinggi akan berpengaruh
terhadap
terjadinya
overweight
(Gharib dan Rasheed, 2011).
Menurut
Misnadiarly
(2007)
menyatakan bahwa remaja yang
mengalami
overweight
akan
menimbulkan dampak fisik dan
psikologis. Overweight merupakan
salah satu faktor resiko yang dapat
menyebabkan penyakit degeneratif
seperti penyakit kardiovaskuler,
diabetes melitus, arthritis, penyakit
kantong empedu, gangguan fungsi
pernafasan dan berbagai gangguan
kulit.
Status gizi yang terjadi pada
remaja dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Pertama, faktor
internal mencakup genetik, asupan
makanan dan penyakit infeksi.
Kedua, faktor eksternal status gizi
remaja dapat dipengaruhi oleh
sektor budaya,
Remaja yang kebugarannya
menurun maka akan berdampak
pada munculnya penyakit seperti
kardiovaskuler,
kencing
manis,
obesitas dan jantung. Remaja
dikatakan memiliki status kebugaran
ekonomi,
sosial,
budaya
dan
pengetahuan gizi (Suhardjo, 2003).
Salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi remaja
adalah
pengetahuan
gizi.
Pengetahuan tentang gizi akan
berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku dalam pemilihan makanan.
Pada masa ini dalam pemilihan
makanan remaja dipengaruhi oleh
selera
dan
keinginan
yang
cenderung pada pemilihan makanan
yang tinggi kalori dan lemak
sehingga
dapat
memicu
pertumbuhan berat badan. Pada
remaja yang memiliki pengetahuan
yang baik maka akan lebih
memperhatikan asupan makan yang
seimbang sehingga status gizinya
baik (Rosa, 2011).
Penelitan yang dilakukan
Suryaputra et al (2012) di Surabaya
menyatakan
bahwa
terdapat
perbedaan yang bermakna antara
pengetahuan gizi dengan kejadian
non
overweightmempunyai
pengetahuan gizi yang cukup,
sedangkan
kelompok
overweightmempunyai pengetahuan
gizi yang kurang. Menurut Oktaviana
(2008), di Semarang ada hubungan
yangsignifikan
antara
tingkat
pengetahuan gizi dengan status gizi
remaja. Penelitian ini menunjukkan
bahwa remaja yang memiliki tingkat
pengetahuan gizi yang baik lebih
banyak yang memiliki status gizi
baik, sedangkan remaja dengan
tingkat pengetahuan gizi yang
kurang lebih banyak mengalami
status gizi kurang dan gizi lebih.
Faktor
lain
yang
mempengaruhi kebugaran jasmani
yaitu status gizi. Kebugaran jasmani
merupakan kemampuan seseorang
dalam melakukan aktifitas seharihari tanpa merasakan lelah. Remaja
yang mengalami overweight akan
merasakan sesak nafas, badan
terasa berat, sering sakit pada
bagian pinggang, pinggul, paha dan
lutut (Suharjono, 2004).
TINJAUAN PUSTAKA
Overweight
merupakan
kondisi berat badan yang melebihi
berat badan normal yaitu 10-20%
dari berat badan ideal. Seseorang
yang kegemukan pasti mengalami
kelebihan berat badan, tetapi
seeorang yang menderita kelebihan
berat belum tentu mengalami
kegemukan.
FaktorPenyebab Overweight
1. Faktor genetik
Overweight
cenderung
dipengaruhi oleh faktor turunan
sehingga
diduga
memiliki
penyebab
genetik.Anggota
keluarga tidak hanya berbagi
gen tetapi juga makanan dan
kebiasaan gaya hidup yang bisa
menyebabkan
terjadinya
kegemukan.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan ini termasuk
perilaku/pola
gaya
hidup,
misalnya apa yang dimakan dan
berapa kali seseorang makan
serta bagaimana aktivitasnya.
Hasil penelitian menunjukkan
makanan siap saji di sekitar
sekolah akan mempengaruhi
pola dan kebiasaan makan dari
siswa disekolah tersebut yang
dapat menyebabkan overweight
(Farida, 2009).
3. Faktor pola makan
Faktor-faktor
yang
berpengaruh dari pola makan
adalah kuantitas, porsi perkali
makan,
kebiasaan
makan,
frekuensi makan, dan jenis
makanannya. Remaja dalam
mengkonsumsi
makanan
cenderung
mengandung
karbohidrat
seperti
gula,
fruktosa dan soft drink yang
dapat menyebabkan kelebihan
berat badan akibat konsumsi
karbohidrat yang berlebihan.
4. Faktor psikis
Remaja yang overweight
sering
sekali
mengatakan
cenderung makan lebih banyak
bila mereka tegang atau cemas.
Banyak
orang
memberikan
reaksi
terhadap
emosinya
dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah
persepsi diri yang negatif
(Farida, 2009).
5. Faktor Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik merupakan
salah satu faktor yang dapat
meningkatkan
kebutuhan
energi,
sehingga
apabila
aktifitas
rendah
maka
kemungkinan
terjadinya
kegemukan akan meningkat,
sedangkan pada aktifitas yang
sedang hingga tinggi akan
mengurangi.
Dampak Overweight
Remaja yang mengalami
overweight
akan
mengalami
masalah kesehatan yang dapat
dibawa ke masa dewasa. Remaja
yang overweight akan memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk
menderita dibaetes melitus tipe II,
sindrom
metabolisme,
asma,
masalah saluran pernafasan dan
infeksi kulit(Misnadiarly, 2007).
Kebugaran Jasmani Berhubungan
Dengan Kesehatan
1. Kekuatan
Kekuatan merupakan besarnya
tenaga yang digunakan oleh
otot yang diperlukan bagi setiap
orang dari segala usia untuk
melakukan aktifitas geraknya,
atau bisa disebut kekuatan otot.
2. Kelenturan (flexibility)
Kemampuan sendi untuk
melakukan
gerakan
dalam
ruang gerak sendi secara
maksimal
sesuai
dengan
kemungkinan
kemampuan
geraknya. Kelenturan yang baik
akan mengurangi penggunaan
tenaga yang berlebihan pada
saat melakukan suatu gerakan.
3. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh dinyatakan
dengan sebagai berikut :
a. Indeks masa tubuh (IMT)
adalah berat badan dalam
kilogram di bagi dengan
tinggi badan kuadrat dalam
meter.
b. Persentase lemak tubuh
adalah perbandingan antara
berat lemak tubuh dan berat
badan
yang
diperoleh
melalui
rumus
tertentu
berdasarkan
pengukuran
ketebalan lemak dengan
menggunakan alat skinfold
calliper.
4. Daya Tahan
Daya tahan dapat di bagi
menjadi dua komponen, yaitu :
Daya tahan kardiorespirasi atau
daya tahan jantung dan paruparu dan daya tahan otot.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kebugaran Jasmani
1. Genetik
Genetik merupakan sifatsifat spesifik yang ada dalam
tubuh sesorang sejak lahir. Sifat
genetik
ini
berpengaruh
terhadap
kemampuan
fisik
seseorang dalam kekuatan,
pergerakan anggota tubuh dan
kecepatan lari (Montgomery,
2001 dalam Ardania 2010).
2. Usia
Usia sangat berpengaruh
terhadap
kebugarannya
jasmani, misalnya daya tahan
jantung, pembuluh darah dan
kekuatan
otot
Tingkat
kebugaran
jasmani
akan
meningkat maksimal pada usia
30 tahun, setelah usia 30 tahun
akan
terjadi
penurunan
kebugaran
jasmani
secara
perlahan (Afriwardi, 2002).
3. Jenis Kelamin
Pada
usia
pubertas
biasanya
nilai
kebugaran
jasmani pada laki-laki dan
perempuan sama, tetapi setelah
usia
pubertas
laki-laki
mempunyai nilai jauh lebih
besar dibandingkan perempuan
yang disebabkan oleh pengaruh
hormon testoteron 10 kali lebih
banyak pada laki-laki dan pada
perempuan
memiliki
nilai
fleksibilitas lebih baik karena
mengandung hormon relaxin,
estrogen
dan
progesteron
(Afriwardi, 2001).
4. Status Gizi
Status gizi merupakan
bagian
dari
hasil
akhir
keseimbangan antara makanan
yang masuk ke dalam tubuh
dengan kebutuhan tubuh akan
zat gizi tertentu (Supariasa,
2002).
Menururt
Almatsier
(2005), zat gizi sendiri dapat
diartikan ikatan kimia yang
dibutuhkan untuk melakukan
fungsinya. Fungsi makanan
tersebut
dibutuhkan
agar
kebugaran jasmani baik yang
akan digunakan untuk tenaga
dan pembentukan sel.
5. Aktifitas Fisik
Peningkatan aktifitas fisik
dapat mengarahkan daya tahan
kardiorespiratori menjadi lebih
baik dan lemak tubuh menjadi
lebih sedikit. Pada aktifitas fisik
yang rendah menjadi penyebab
rendahnya
daya
tahan
kardiorespiratori (kemampuan
dari jantung, paru-paru dan
pembuluh
darah)
untuk
menghantarkan oksigen yang
cukup ke sel untuk memenuhi
kebutuhan aktifitas fisik yang
berkepanjangan (Hoeger dan
Boyle, 2001).
Pengetahuan Terhadap Status
Gizi
Pentingnya pengetahuan gizi
terhadap
konsumsi
makanan
didasarkan atas tiga kenyataan,
yaitu :
1. Status gizi cukup penting bagi
kesehatan dan kesejahteraan.
2. Zat gizi yang tercukupi jika
makanan
yang
dikonsumsi
mampu menyediakan zat gizi
yang diperlukan oleh tubuh.
3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta
yang
diperlukan,
sehingga
masyarakat
dapat
belajar
menggunakan bahan pangan
dengan baik bagi perbaikan gizi.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pengetahuan
Menurut Sukanto (2000)
faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan yaitu tingkat
pendidikan,
informasi,
budaya,
pengalaman dan sosial ekonomi.
Hipotesis
1. Terdapat
perbedaan
pengetahuan gizi pada remaja
yang overweight dan non
overweight
2. Terdapat perbedaan kebugaran
jasmani pada remaja yang
overweight dan non overweight
METODE PENELETIAN
Penelitian ini menggunakan
penelitian observasional pendekatan
cross sectional, dalam penelitian ini
dilakukan
survei
terhadap
pengetahuan gizi dan tingkat
kebugaran jasmani yang overweight
dan non overweight pada remaja,
dimana pengambilan datanya di
lakukan
dalam
waktu
yang
bersamaan.
Tempat penelitian dilakukan
di SMK Batik 2 Surakarta dipilih
berdasarkan
lokasinya
yang
berdekatan
dengan
pusat
perbelanjaan (mall) dan disekitar
sekolah banyak banyak menjual
makanan cepat saji.
Populasi dalam penelitian ini
adalah anak remaja di SMK Batik 2
Surakarta kelas X dan XI yang
berjumlah 339 siswa.
Besar
sampel
penelitian
ditentukan dengan populasi terbatas
dengan rumus Lamesshow 1997 :
N=
Keterangan :
n
=Besar sampel yang diperlukan
Z² – α/2= nilai distribusi normal pada (α)
0,05 : 1,96
d
= Presisi/derajat ketepatan (0,2)
P1
=Proporsi prevalensi overweight
di Jawa Tengah 0,054
P2
= Proporsi prevalensi overweight
studi pendahuluan 0,13
d = presisi yang ingin dicapai dinyatakan
dalam desimal
Cara pengambilan sampel
untuk masing-masing kelompok
dihitung
dengan
menggunakan
metode simpel random sampling,
yaitu dengan cara mengundi semua
populasi
(siswa)
kemudian
mengacak nama responden dengan
sistem undian.
Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Identitas
responden
:
diperoleh
dengan
cara
mengisi kuisioner yang
dibagikan, meliputi nama,
umur, alamat, kelas.
yangdiperoleh dari wakil kepala
b. Pengetahuan gizi: diperoleh
sekolah.
dari
pengisian
kuisioner
tentang pengetahuan gizi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Kebugaran
jasmani
:
SMK Batik 2 Surakarta
diperoleh dari tes naik turun
terletak di Kota Bengawan Tepatnya
bangku selama 5 menit
di Jl. Slamet Riyadi Kleco-Surakarta.
dengan
kecepatan
30
Letak SMK Batik II Surakarta ini
langkah per menit.
sangat
strategis
dan
sangat
d. Data antropometri : diperoleh
menunjang
kegiatan
belajar
dengan
mengukur
berat
mengajar, selain itu juga terletak di
badan
dan tinggi badan
antara Kota Solo dan perbatasan
secara
langsung
Sukoharjo yang mudah dilalui.
menggunakan
timbangan
SMK Batik II Surakarta
digital dengan skala tingkat
memiliki 20 kelas, yang terdiri dari 6
ketelitian
0.01
kg
dan
kelas untuk kelas X berjumlah
microtoice dengan skala 0.1
sebanyak 158 siswa, 6 kelas untuk
cm.
kelas XI berjumlah 181 siswa dan 8
2. Data Sekunder
kelas untuk kelas XII berjumlah
Data sekunder meliputi
sebanyak 210 siswa, sehingga total
data sekolah SMK, jumlah siswa
keseluruhan siswa 549 siswa.
SMK dan gambaran umum
1. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi Jenis Kelamin
Kategori Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Status Gizi
Overweight
Non Overweight
n
%
n
%
1
3
1
3
29
97
29
97
30
100
30
100
Berdasarkan
Tabel
diketahui bahwa sebagian besar
subjek yang berstatus gizi
overweight
dengan
jenis
kelamin
perempuan
yaitu
sebanyak 97%,
sedangkan
subjek dengan status gizi
overweight
dengan
jenis
kelamin laki-laki sebanyak 3%.
Menurut
Budiyanto
(2002), wanita lebih beresiko
overweight karena total lemak
pada tubuh wanita lebih besar
yaitu 30%, sedangkan pada pria
berkisar 20-25%.
Wanita mempunyai tempattempat penyimpanan khusus
untuk penimbunan jaringan
lemak, seperti yang terdapat
pada daerah pantat (glutal),
daerah dada dan bahu sehingga
wanita
lebih
beresiko
mengalami kegemukan.
2. Distribusi Pengetahuan Gizi Berdasarkan Status Gizi
Distribusi Pengetahuan Gizi Berdasarkan Status Gizi
Pengetahuan
Gizi
Kurang
Cukup
Baik
Total
Status Gizi
Overweight
Non Overweight
n
%
n
%
10
34
9
30
16
53
16
53
4
13
5
17
30
100
30
100
(2000), pengetahuan gizi juga
Berdasarkan
tabel
dapat dipengaruhi oleh adanya
menunjukkan bahwa subjek
faktor sosial budaya seperti
yang overweight dan non
tingkat pendapatan orang tua
overweight
memiliki
tingkat
serta tingkat pendidikan yang
pengetahuan gizi yang cukup
akan mempengaruhi seseorang
yaitu 53%. Pengetahuan gizi
dalam pemilihan makanan untuk
merupakan salah satu faktor
dikonsumsi.
yang mempengaruhi status gizi
pada remaja. Menurut Sukanto
3. Distribusi Kebugaran Jasmani Berdasarkan Status Gizi
Distribusi Kebugaran Jasmani Berdasarkan Status Gizi
Kebugaran
Jasmani
Kurang
Sedang
Cukup
Baik
Sangat Baik
Total
Overweight
N
%
22
73
2
7
5
17
0
0
1
3
30
100
Berdasarkan tabel 10
terlihat
bahwa
kejadian
overweight cenderung memiliki
kebugaran jasmani yang kurang
yaitu 73%, sedangkan pada
kejadian
non
overweight
cenderung memiliki kebugaran
jasmani yang cukup yaitu 40%.
Remaja
yang
mengalami overweight akan
Status Gizi
Non Overweight
N
%
8
27
4
13
12
40
2
7
4
13
30
100
merasakan sesak nafas, badan
terasa berat, sering sakit pada
bagian pinggang, pinggul, paha
dan lutut, sehingga pada remaja
yang overweight membutuhkan
usaha yang lebih keras untuk
melakukan kegiatan sehari-hari
(Suharjan, 2004).
Perbedaan Pengetahuan Gizi Antara Remaja Yang Overweight Dan Non
Overweight
Rerata Pengetahuan Gizi Antara Remaja
Overweight dan Non Overweight
Pengetahuan
Gizi
Mean
Median
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Status Gizi
p
Overweight
65
67
12
38
88
50
Overweight
tidak
hanya
dialami
oleh
remaja
dengan
pengetahuan gizi kurang, namun
juga
dialami
remaja
yang
mempunyai pengetahua gizi baik.
Hasil uji t test independent
menunjukkan nilai p 0.750 yang
berarti tidak terdapat perbedaan
pengetahuan gizi antara remaja
overweight dan non overweight di
SMK Batik 2 Surakarta. Secara
kuantitas nilai rerata pengetahuan
gizi pada remaja nonoverweight
lebih tinggi yaitu 66, sedangkan
remaja yang overweight yaitu 65.
Tidak terdapatnya perbedaan
pengetahuan gizi antara remaja
overweight dan non overweight ini
menunjukkan
bahwa
tingkat
pengetahuan gizi tidak hanya
dipengaruhi oleh status gizi tetapi
Perbedaan Kebugaran Jasmani Antara
Overweight
Non Overweight
66
69
12
35
85
50
0.750
dapat dipengaruhi oleh informasi
yang sering didapatkan oleh subjek,
baik dari media cetak maupun
elektronik yang dapat menyebabkan
remaja tidak memiliki sikap dan
perilaku yang baik dalam pemilihan
bahan makanan.
Seperti yang
dijelaskan oleh Nix (2005), bahwa
pada umumnya kebiasaan makan
remaja tidak dipengaruhi oleh zat-zat
gizi
yang
terkandung
dalam
makanan melainkan berasal dari
budaya kelompok yang diajarkan
oleh anggota kelompok keluarga.
Perubahan ini membuat seorang
remaja mengalami banyak ragam
gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali
pengalaman dalam menentukan
makanan apa yang akan dikonsumsi
(Proverawati, 2010).
Remaja Yang Overweight Dan Non
Rerata Kebugaran Jasmani Antara Remaja Putri
Yang Overweight dan Non Overweight
Kebugaran
Jasmani
Mean
Median
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Status Gizi
Overweight
Non Overweight
49
68
46
73
13
19
32
34
78
104
47
70
P
0.00
Hasil uji t test independent
menunjukkan nilai p