Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Germo dan Ayam Kampus: Studi Komunikasi interpersonal T1 362010070 BAB VI

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Di Salatiga terdapat beberapa germo yang selain menaungi serta
menjual jasa dari Pekerja Seks Komersial (PSK), juga mempunyai “ayam
kampus”. Tidak semua germo bisa mendapatkan “ayam kampus” untuk dijual.
Karena, sulitnya mencari “ayam kampus” sebab, mereka benar-benar menjaga
identitasnya.
Sulitnya pelanggan untuk melacak keberadaan “ayam kampus” karena
sulitnya untuk mengenali ciri-ciri dari “ayam kampus”, dimana mereka
berpenampilan lebih sopan seperti mahasiswa pada umumnya, membuat
pelanggan membutuhkan jasa germo untuk bisa mendapatkan “ayam kampus”.
Tujuan dari germo yang mempunyai “ayam kampus” adalah menjaga
“ayam kampus” tersebut tetap bekerjasama atau berada dibawah naungannya.
Karena, “ayam kampus” ini memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan
dengan PSK atau Pemandu Karaoke (PK), dengan status mereka sebagai
mahasiswi.
Dalam mencapai tujuannya tersebut, germo melakukan strategi dalam
menyampaikan pesannya. Strategi yang dilakukan oleh germo dalam penelitian ini
berupa strategi yang berkaitan dengan bisnis, yaitu manajemen yang terbuka

dengan melakukan transparansi pendapatan, tip merupakan hak penuh dari “ayam
kampus”, melakukan seleksi terhadap pelanggan, memberikan perlindungan; baik
perlindungan kesehatan dengan mewajibkan kondom bagi pelanggan, antar
jemput ayam kampus dalam bekerja, dan bekerjasama dengan aparat yang
memiliki kedudukan penting sebagai back up bila terjadi masalah, menerapkan
hubungan kekeluargaan atau pertemanan dalam bekerja. Selain itu juga
melakukan strategi yang tidak berkaitan dalam bisnisnya, yaitu hang out dengan
“ayam kampus” dan Arisan.

64

Strategi yang berkaitan dengan bisnis merupakan komunikasi
interpersonal dalam bentuk verbal yang dilakukan oleh germo kepada “ayam
kampus” melalui percakapan langsung tatap muka, telepon, SMS, dan BBM.
Karena disini germo membutuhkan feedback secara langsung saat itu juga untuk
menjalankan bisnis. Seperti menelepon “ayam kampus” ketika ada pelanggan,
bertatap muka dalam pembagian pendapatan, dan mengirim pesan singkat atau
SMS untuk mengajak VCT atau tes HIV/AIDS.
Sedangkan strategi yang tidak berkaitan dengan bisnis merupakan
komunikasi interpersonal nonverbal yang dilakukan oleh germo kepada “ayam

kampus”.

Karena

disini

germo

tidak

menggunakan

kata-kata

untuk

menyampaikan pesannya, tetapi menggunakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
secara bersama-sama. Disini germo mencoba menciptakan suasana yang
menyenangkan dan nyaman melalui makan bersama, karaoke, berenang, dan
arisan. Sehingga “ayam kampus” merasakan kenyamanan dan hubungan mereka

semakin dekat. Dapat dilihat dengan seringnya “ayam kampus” menginap di
tempat tinggal si germo.
Strategi-strategi tersebut, berhasil menghasilkan rasa aman dan
nyaman bagi “ayam kampus”. Sehingga menghasilkan feedback yang baik bagi
germo yang berupa Modal Sosial yang berisi Kepercayaan (Trust), Timbal Balik
(Reciprocal), dan Jaringan Sosial.
Modal sosial ini bisa digunakan oleh germo untuk meningkatkan dan
menjaga hubungan kerjasama dengan “ayam kampus”, dan dapat memajukan
bisnisnya.

6.2 Saran
Fenomena “ayam kampus” sudah ada sejak lama. Adanya anggapan
bahwa di setiap kampus pasti juga terdapat “ayam kampus”, merupakan mindset
yang ada dalam masyarakat. Padahal belum tentu di setiap kampus terdapat “ayam
kampus”.
Germo dan “ayam kampus” merupakan sebuah pekerjaan yang
berkaitan dengan prostitusi, dimana pekerjaan ini dilarang dan pandang negatif

65


oleh masyarakat. Bahkan agama melarang pekerjaan ini. Tapi kenyataanya,
meraka ada di tengah-tengah masyarakat, bahkan hidup berdampingan dengan
masyarakat, baik disadari maupun tidak. Germo dan “ayam kampus” menyadari
betul resiko dari pekerjaan yang dipilihnya. Terlepas dari resiko dan pandangan
masyarakat, peneliti mempunyai saran sebagai berikut:
1. Untuk germo, menjaga dan menggali strategi komunikasi yang
lain, agar pekerja seks yang berada di bawah naungannya memiliki
variasi lain dalam treatment yang diterima, sehingga mereka
nyaman bekerja dan memungkinkan akan bergabung pekerja seks
yang lain dan lebih banyak di bawah naungannya. Selain itu, akan
membuat para pekerja seks tidak memiliki pikiran untuk pindah
atau bergabung dengan germo lain. Karena pekerja seks merupakan
asset berharga bagi germo.
2. Untuk “ayam kampus”, masa “keemasan” seorang pekerja seks itu
terbatas, tidak bisa selamanya. Jadi, ketika “ayam kampus” yang
bersangkutan mengalami masa “keemasan” gunakan kesempatan
tersebut untuk dapat meraih penghasilan yang banyak. Dan mulai
memikirkan investasi dari penghasilan tersebut untuk masa depan.
Karena “ayam kampus” tidak selamanya menjadi “ayam kampus”.
Akan ada masa dimana tidak laku dan mungkin meninggalkan

dunia prostitusi. Setelah lepas dari masa itu, bisa menikmati
investasi yang telah ditanam dari hasil menjadi “ayam kampus”.
3. Saran untuk penelitian berikutnya, yaitu para peneliti lain dapat
meneliti tentang “Strategi komunikasi yang dilakukan oleh ayam
kampus kepada germo agar germo tersebut tidak membuka atau
membocorkan identitasnya”.

66