PERANCANGAN PELINDUNG SEPATU SKATEBOARD YANG ERGONOMIS.

PERANCANGAN PELINDUNG SEPATU
SKATEBOARD YANG ERGONOMIS

SKRIPSI

Disusun oleh :
CHOIRUL TOHFIFIN
0832015004

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Lembar Pengesahan
SKRIPSI


PERANCANGAN PELINDUNG SEPATU
SKATEBOARD YANG ERGONOMIS
Oleh :

CHOIRUL TOHFIFIN
NPM. 0832015004
Telah Disetujui untuk mengikuti Ujian Negar a Lisan
Gelombang IV Tahun Ajaran 2011/2012

Surabaya, 13 Februar i 2012

Mengetahui,
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Enny Ar yani, ST.MT

Ir.Iriani, MMT


NIP. 370099500411

NIP. 19621126 198803 2 001

Mengetahui,
Ketua J ur usan Teknik Industr i
UPN “Veter an” J awa Timur

Dr . Ir . Minto Waluyo, MM
NIP. 19611130 199003 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan InayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Perancangan Pelindung Sepatu Skateboard
Yang Ergonomis”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menempuh gelar

sarjana Teknik Program studi S-1 jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penelitian skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, saran dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada:
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. Selaku Ketua Jurusan Teknologi
Industri
3. Ibu Enny Ariyani, ST.MT. Selaku Dosen Pembimbing I yang sudah
memberikan bimbingan dan selalu memberi saran kepada penulis
4. Ibu Ir. Iriani, MMT. Selaku Dosen Pembimbing II yang sudah
memberikan bimbingan dan selalu memberi saran kepada penulis
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Industri.
6. Orang Tuaku tercinta yang telah memberikan do’a dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tak
dapat penulis sebutkan semua disini

i


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Akhirnya tiada kata lain yang menjadi harapan, kecuali kritik serta saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan peulis semoga
skripsi ini dapat menjadikan referensi bagi pembacanya, dapat bermanfaat serta
menambah wawasan bagi kita semua.

Surabaya, 10 Februari 2012

Penulis

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI


Halaman
KATA PENGANTAR .........................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. .viii
ABSTRAKSI.........................................................................................................ix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2

Perumusan Masalah....................................................................................... 2


1.3

Batasan Masalah............................................................................................ 2

1.4

Asumsi........................................................................................................... 2

1.5

Tujuan............................................................................................................ 3

1.6

Manfaat.......................................................................................................... 3

1.7

Sistematika Penulisan.................................................................................... 4


BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1

Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk........................... 5
2.1.1 Perancangan Produk…………………………………………………. 5
2.1.2 Pengembangan Produk....................................................................... 10
2.1.3 Inovasi Produk…………………………………………………….. 12

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2

Ergonomi ................................................................................................ 14
2.2.1 Definisi Ergonomi .......................................................................... 14
2.2.2 Bidang Kajian Ergonomi ................................................................ 15

2.3


Anthropometri......................................................................................... 17
2.3.1 Definisi Anthropometri................................................................... 17
2.3.2 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya ................................ 18
2.3.3 Penggunaan Data Anthropometri .................................................... 23
2.3.4 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam Penetapan Data
Anthropometri ................................................................................ 25

2.4

Sepatu Skateboard...………………………………………………………29
2.4.1 Sejarah Sepatu Skateboard ............................................................. 29
2.4.2 Komponen dan Bahan Sepatu ......................................................... 30
2.4.3 Rancangan Pelindung Sepatu Untuk Bermain Skateboard............... 33

2.5

Pengujian Data ........................................................................................ 34
2.5.1 Uji Keseragaman Data .................................................................... 34
2.5.2 Uji Kecukupan Data ....................................................................... 35


2.6

Penelitian Terdahulu ............................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 39
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ......................................... 39
3.8 Metode Pengolahan Data .......................................................................... 40
3.4 Langkah – langkah Pemecahan Masalah................................................... 41

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data ................................................................................... 47
4.2 Pengolahan Data ...................................................................................... 48
4.2.1 Desain Pelindung Sepatu Skateboard Usulan .................................. 48

4.2.1.1 Uji Keseragaman Data ........................................................ 48
4.2.1.2 Uji Kecukupan Data ............................................................ 52
4.2.1.3 Menentukan Persentil .......................................................... 54
4.2.1.4 Uji Coba Produk Desain Pelindung Sepatu Skateboard ....... 56
4.3 Hasil dan Pembahasan .............................................................................. 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 59
5.2 Saran ........................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI


Pengertian umum tentang Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang
sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan
dan keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat
hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang
diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari
ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas,
prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana
penekanannya adalah pada faktor manusia. Disini akan dibahas mengenai konsep
perancangan dan pengembangan produk inovasi pelindung sepatu skateboard
yang mengacu pada konsep ergonomi.
Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum bermain skateboard, antara lain
menggunakan sepatu khusus skateboard. Biasanya sepatu yang disarankan adalah
sedikit lebih tebal guna melindungi kaki.
Keasyikan bermain skateboard kadang berujung pada sepatu rusak atau
robek akibat gesekan dengan pelataran, sehingga para skater sering mengganti
sepatunya dan secara tidak langsung skater sering mengeluarkan biaya untuk
membeli sepatu skateboard yang baru. Dengan adanya permasalahan tersebut,
maka dilakukan penelitian perancangan pelindung sepatu skateboard.
Spesifikasi akhir desain produk inovasi pelindung sepatu skateboard yang
digunakan pada sepatu skateboard dengan ukuran 38-40, yaitu dimensi panjang
kerenggangan antara 26cm-32cm, lebar 10cm, produk ini berbahan kulit, dan
sebagai bemper depan dan belakang produk ini berbahan karet mentah.
Kata Kunci : Desain Produk, Ergonomis, dan Inovasi

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT

Common understanding of Ergonomics is a branch of the systematic use of
information on the properties, capabilities and limitations of humans to design a
working system, so that humans can live and work on it with a good system, which
is to achieve the desired goal through the job effectively, safe, and comfortable.
The focus of ergonomics is human interaction with products, equipment, facilities,
procedures and environment and workers as well as everyday life in which the
emphasis is on human factors. Here will be discussed on the concept design and
product development innovation skateboard shoe protector which refers to the
concept of ergonomics.
The things that have to be prepared prior to skateboarding, such as using
special shoes skateboard. Usually the recommended shoe is a little thicker in
order to protect the feet.
Preoccupations of skateboarding shoes sometimes lead to damage or tear
due to friction with the court, so that the skaters often change his shoes and skater
often indirect cost to buy a new skateboard shoes. Given these problems, then do
the research design of protective skateboard shoes.
Specification of the final product design innovation skateboard shoe
protectors 38-40, namely the long dimension of 26cm-32cm estrangement
between, 10cm wide, leather products, and as the front and rear bumpers are
made from raw rubeber products.
Keyword: Product Design, Ergonomics, and Innovation

x

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Sejarah mengenai skateboard diawali pada 1950. Saat itu di California,

Amerika Serikat sedang berkembang Era surfing, dan hal ini pula yang menjadi
faktor pendukung ditemukannya skateboard. Istilah “skateboard” awalnya belum
populer, pada era terdahulu banyak orang menyebutnya dengan “sidewalk
surfing”. Kini skateboard tampil dengan lebih ringan dan praktis, desain maupun
motif menambahkan kebanggaan bagi penggunanya.
Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum bermain skateboard, antara lain
menggunakan sepatu khusus skateboard. Biasanya sepatu yang disarankan adalah
sedikit lebih tebal guna melindungi kaki.
Keasyikan bermain skateboard kadang berujung pada sepatu rusak atau
robek akibat gesekan dengan pelataran, sehingga para skater sering mengganti
sepatunya dan secara tidak langsung skater sering mengeluarkan biaya untuk
membeli sepatu skateboard yang baru .
Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian
perancangan pelindung sepatu skateboard. Pelindung sepatu skateboard ialah
suatu produk yang dirancang untuk aktifitas bermain skateboard dengan
pendekatan dari fungsi dan eksplorasi, material produk ini dapat dilepas
pasangkan pada sepatu skater, dan apabila sedang dipakaipun produk ini tidak
mengganggu bahkan akan meningkatkan performa berskateboard. Dengan
memakai produk ini para skater tidak akan was-was atau takut akan sepatunya

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

yang akan rusak akibat bermain skateboard karena sepatu mereka akan
terlindungi.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang

dihadapi, yaitu :
“Bagaimana merancang

pelindung sepatu skateboard yang ergonomis

sehingga mampu memberikan kenyamanan dalam penggunaannya ?”

1.3

Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1.

Perancangan tidak melakukan perbandingan kualitas produk.

2.

Perancangan hanya melakukan pada ukuran produk pelindung sepatu
skateboard.

3.

Pendekatan ergonomi sebatas kenyamanan pemakaian pada produk pelindung
sepatu skateboard.

4.

Perancangan pelindung sepatu skateborard dengan sepatu ukuran 38-40.

5.

Persentil 5%, 50%, dan 95%.

6.

Tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5%.

1.4

Asumsi
Asumsi yang dibahas adalah :

1.

Kondisi pengguna diukur dalam keadaan normal.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

2.

Sampel yang diambil bisa mewakili seluruh pengguna pelindung sepatu
skateboard dengan sepatu ukuran 38 sampai 40.

1.5

Tujuan
Merancang pelindung sepatu skateboard yang ergonomis sehingga mampu

memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.

1.6

Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :

a. Bagi Peneliti
Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah
dalam permasalahan nyata diperusahaan.
b. Bagi Pengguna (penguna pelindung sepatu skateboard)
-

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi perusahaan
tentang faktor-faktor apa saja yang dapat digunakan untuk merancang
sebuah produk.

-

Mengetahui pengaruh-pengaruh apa saja yang dihasilkan dari kombinasi
beberapa faktor dominan tersebut.

-

Dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor
konsumen dalam pengembangan produk dengan pendekatan ergonomi.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis
dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan terhadap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat dikembangkan
dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

1.7

Sistematika Penulisan Lapor an
Dalam hal ini sistematika penulisan laporan pada makalah skripsi yang

dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, perumusan masalah,
batasan masalah, asumsi, tujuan, manfaat dan ruang lingkup sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori
mengenai desain produk pelindung sepatu skateboard dengan pendekatan
ergonomi.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan lokasi penelitian ,metode pengumpulan data dan
langkah pemecahan masalah.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan pelindung sepatu
skateboard dengan pendekatan ergonomi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas
serta memberikan saran yang bermanfaat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Per ancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk

2.1.1

Per ancangan Pr oduk
Perancangan produk merupakan kunci inovasi baru dan juga kelancaran

berlangsungnya perusahaan, karena semakin banyak perusahaan yang harus terus
memperbanyak inovasi, modifikasi dan terus memperbaiki produksinya dengan
macam yang berbeda, dalam era globalisasi di dunia industri yang sangat ketat
dalam pemasarannya, dengan demikian untuk terus melangsungkan hidup banyak
yang muncul untuk memperkenalkan suatu produk yang baru yang bisa laris
dalam penjualannya dan oleh sebab itu promosi atau pendekatan terhadap
konsumen harus di perkenalkan secara maksimal.

Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat
yang tinggi saat ini, sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan
dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan
jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli
teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tersebut adalah dalam kegiatan
mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia,
karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk
dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak
merusak lingkungan, hemat energi dan lain sebagainya.

6
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar
dari kegiatan teknik yang ada. Kegiatan perancangan dimulai dengan
didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh
perancangan

konsep

produk,

disusul

kemudian

dengan

perancangan,

pengembangan dan penyempurnaan produk.

Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam
proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan tersebut dibuat keputusankeputusan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya.
Diantara keputusan penting tersebut, termasuk keputusan yang membawa akibat
apakah industri dalam negeri dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu
pembangunan proyek.

Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah
sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Dalam hal si
pembuat produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang
dibuat cukup sederhana saja asalkan dapat dimengertinya sendiri.

Menurut Pressman (2010), perancangan adalah langkah pertama dalam
fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses
penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan
sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan
dilakukan realisasi fisik (Taylor dalam Pressman,2001).

1. Langkah - langkah Perancangan Produk
a. Fase Informasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Fase yang bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan dengan
produk yang hendak dikembangkan dengan cara mengumpulkan seluruh
informasi yang dibutuhkan secara akurat diantaranya (Imam Djati 2001) :
- Gambar produk awal dan spesifikasi.
- Kriteria keinginan konsumen terhadap produk.
- Kriteria keinginan relatif konsumen.
- Kriteria manufaktur yang mencakup diagram mekanisme pembuatan
struktur dan fungsi.
- Kriteria buying.
Dasar

Kemampuan

pembelian

produk

dengan

pertimbangan

kualitas,maupun performance produk.
- Kriteria finance produk awal.
b. Fase kreatif
Fase yang bertujuan untuk menampilkan alternatif yang dapat memenuhi
fungsi yang dibutuhkan diantaranya :
- Penentuan kriteria atribut yang menggunakan diagram pohon.
- Penentuan prioritas perancangan.
- Pembuatan alternatif model produk.
c. Fase analisa
Fase yang bertujuan untuk menganalisa alternatif yang dihasilkan pada fase
kreatif dan memberikan rekomendasi terhadap alternatif terbaik dan analisa
yang dilakukan antara lain :
- Analisa kriteria atribut yang akan dikembangkan.
- Penilaian kriteria atribut antar model.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

- Pembobotan kriteria atribut produk.
- Value analysis.
d. Fase pengembangan
Fase yang bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa
alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan output
dari fase analisa. Data data tentang alternatif yang terpilih atau yang
digunakan adalah :
- Alternatif terpilih.
- Gambar produk terpilih dan spesifikasinya.
e. Fase rekomendasi
Fase yang bertujuan untuk mengkomunikasikan secara baik dan menarik
terhadap hasil pengembangan produk.
2. Model Perancangan Produk
Dalam model perancangan produk terdefinisikan menjadi dua jenis model yang
sangat dominan dalam awal perancangan produk yaitu model deskriptif dan
model perspektif (Ginting R, 2009).
a. Model deskriptif
Dalam model ini pentingnya menghasilkan suatu konsep solusi sejak dini
dalam proses perancangan dan berfokus pada solusi heuristic (pengalaman
sebelumnya bersifat umum).
b. Model perspektif
Model yang bersifat sistematik dan penekanan berada pada semakin
meningkatnya kebutuhan yang lebih analitik sebelum aktifitas pembangkitan
alternatif alternatif solusi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

2.1.2

Pengembangan Pr oduk
Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang

atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan
konsumen. Dari pengertian pengembangan produk tersebut tampak sekali bahwa
segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan
konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan
akurat yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran
usaha pada perusahaan maka diperlukan suatu biaya yang maksimal, sehingga ada
pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume
penjualan.
Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat
memenangkan persaingan terhadap barang sejenis, sehingga volume penjualan
dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya. Pengembangan produk
dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada
(modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara:
perbaikan mutu/kualitas, perbaikan segi/feature baru, dan perbaikan corak/motif.
Disamping menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen, perusahaan juga menciptakan suatu strategi pengembangan produk.
Usaha strategi pengembangan produk diharapkan dapat mengikuti
perubahan teknologi yang dipakai dalam perusahaan. Hal ini bagi perusahaan
sangat penting karena suatu saat akan mengalami peralihan teknologi. Pada
peralihan teknologi perusahaan akan menggunakan teknologi lebih maju guna

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

menjaga kedinamisan perusahaan. Oleh karena itu diperlukan strategi bagi
perusahaan agar dapat menciptakan suatu produk baru.
Menurut Urlich (2001), pengembangan produk merupakan serangkaian
aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri
dengan tahap produksi, penjualan, dan pengiriman produk.
Sedangkan menurut Yamit (30:1996) pengembangan produk merupakan
keharusan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Keharusan ini dikarenakan tidak ada satupun produk yang dapat bertahan untuk
selamanya.
1. Tahap - Tahap Dalam Pengembangan Produk
Menurut Swastha (1997:184-186), ada beberapa tahap dalam pengembangan
produk, yaitu :
a. Tahap Penyaringan
Tahap Penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang produk
telah tersedia, Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari
berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari manager
perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para penyalur,
langganan, atau lembaga lain.
b. Tahap Analisa Bisnis
Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan ide tersebut dapat menghasilkan laba.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

c. Tahap Pengembangan
Pada tahap ini, ide-ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena ideide tersebut lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus sesuai
dengan kemampuan perusahaan.
d. Tahap Pengujian
Tahap pengujian merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan, meliputi :
- Pengujian tentang konsep produk.
- Pengujian terhadap kesukaan konsumen.
- Penelitian laboratorium.
- Test penggunaan.
- Operasi pabrik percontohan.
- Tahap Komersialisasi.

2.1.3

Inovasi Produk
Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna

‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai
penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau
invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah
ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua
Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru
ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi
adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya
teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa
hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.
Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktikpraktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru
oleh individu atau masyarakat sasaran. Pengertian baru di sini, mengandung
makna bukan sekadar baru diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga
baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat
dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan
diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil
produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan
menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi,
secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi,
kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang belum banyak
diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga
masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong
terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi
terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang
bersangkutan.
Fullan mengemukakan bahwa tahun 1960-an adalah era banyak inovasi
pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia, fisika baru, mesin
belajar (teaching

machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu,

pengajaran secara tim (team teaching), termasuk sistem belajar mandiri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2.2

Ergonomi.

2.2.1

Definisi Er gonomi
Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan

dan keterbatasan manusia (Sutalaksana, 2006), dimana secara hakiki akan
berhubungan dengan segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menunjukkan
performansinya yang terbaik. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat
bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan
stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat
kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk fitting
the job to the worker, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan
biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan
kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan
produktivitasnya. Fokus utama pertimbangan ergonomi menurut Cormick dan
Sanders (1992) adalah mempertimbangkan unsur manusia dalam perancangan obyek,
prosedur kerja dan lingkungan kerja. Sedangkan metode pendekatannya adalah
dengan mempelajari hubungan manusia, pekerjaan dan fasilitas pendukungnya,
dengan harapan dapat sedini mungkin mencegah kelelahan yang terjadi akibat sikap
atau posisi kerja yang keliru. Untuk itu, dibutuhkan adanya data pendukung seperti
ukuran bagian-bagian tubuh yang memiliki relevansi dengan tuntutan aktivitas,
dikaitkan dengan profil tubuh manusia, baik orang dewasa, anak-anak atau orang tua,
laki-laki dan perempuan, utuh atau cacat tubuh, gemuk atau kurus. Jadi, karakteristik
manusia sangat berpengaruh pada desain dalam meningkatkan produktivitas kerja

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

manusia untuk mencapai tujuan yang efektif, sehat, aman dan nyaman. Tujuan
tersebut dapat tercapai dengan adanya pengetahuan tentang kesesuaian, kepresisian,
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan manusia dalam menggunakan hasil produk
desain, yang kemudian dikembangkan dalam penyelidikan di bidang ergonomi.
Penyelidikan ergonomi dibedakan menjadi empat kelompok, yakni :
1. Penyelidikan tentang tampilan/display Penyelidikan pada suatu perangkat
(interface)

yang

menyajikan

informasi

tentang

lingkungan

dan

mengkomunikasikannya pada manusia antara lain dalam bentuk tanda-tanda,
angka, dan lambing.
2. Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia Penyelidikan dengan mengukur
kekuatan serta ketahanan fisik manusia pada saat kerja, termasuk perancangan
obyek serta peralatan yang sesuai dengan kemampuan fisik manusia beraktivitas.
3. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja Penyelidikan ini bertujuan untuk
mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan ukuran atau dimensi
tubuh manusia.
4. Penyelidikan tentang lingkungan kerja Meliputi penyelidikan mengenai kondisi
lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas kerja, misalnya pengaturan cahaya,
kebisingan, temperatur, dan suara.

2.2.2

Bidang Kajian Er gonomi
Pada berbagai sumber literatur, bidang kajian Ergonomi tidak berbeda

secara signifikan, perbedaan hanya menyangkut pengelompokan bidang kajian.
Pengelompokan bidang kajian yang lengkap dan mencakup seluruh prilaku
manusia dalam bekerja adalah kajian Ergonomi yang dikelompokkan oleh Dr. Ir.
Iftikar Z. Sutalaksana sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

1. Anthropometri
Anthropometri adalah cabang ergonomi yang mengkaji masalah dimensi tubuh
manusia, Informansi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk merancang
sistem kerja yang ergonomis. Data Anthropometri selalu berbeda untuk setiap
individu. Perbedaan itu merupakan suatu kodrat bahwa tidak ada manusia
yang sama dalam segala hal.
2. Faal Kerja
Perilaku manusia yang dibahas dalam Faal kerja adalah reaksi tubuh selama
bekerja, khususnya mengenai energi yang dikeluarkannya. Hal-hal yang
banyak dibahas dalam Faal kerja manusia adalah kelelahan (fatique) kerja
otot.
3. Biomekanika Kerja
Biomekanika kerja mengkaji perilaku manusia dalam aspek-aspek mekanika
gerakan. Objek penelitian sehubungan dengan masalah biomekanika ini
adalah kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota badan,
serta daya tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap beban.
4. Penginderaan.
Manusia pada dasarnya memiliki lima indera utama, yaitu indera penglihatan
(mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera
perasa (kulit), serta indera perasa (lidah). Dalam ergonomi, penglihatan dan
pendengaran dikaji untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan indera
tersebut dalam merespon informasi dari sitem kerja.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

5. Psikologi Kerja
Psikologi kerja membahas masalah-masalah kejiwaan yang ditemukan
ditempat kerja, yakni menyangkut faktor diri manusia, termasuk didalamnya:
kebiasaan, jenis kelamin, usia, sifat dan kepribadian, sistem nilai, karakteristik
fisik, minat, motivasi, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Masalah
faktor diri ini dikaji sebagai bagian dari ergonomi Karena pada setiap individu
manusia terdapat faktor diri yang khas sebagai bawaan lahir. Ketidakcocokan
seorang pekerja dan tuntunan pekerjaan yang dihadapinya dapat menimbulkan
tekanan

(stress)

dan

rendahnya

motivasi

untuk

bekerja,

sehingga

mengakibatkan rendahnya produktivitas yang dihasilkan.

2.3

Anthr opometr i

2.3.1

Definisi Anthropometr i
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri

berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran.
Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan
dengan pengukurandimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki
bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Antropometri secara luasakan digunakan sebagai pertimbanganpertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun
sistem kerja yang akan memerlukan interaks imanusia. Data antropometri yang
berhasil diperoleh akan di aplikasikan secara luas antara lain dalam hal :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll ).
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan
sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer
dll.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yangdirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/menggunakan produk
tersebut.

Dalam

kaitan

ini

maka

perancangan

produk

harus

mampu

mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan
produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90 % - 95
% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk
haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.

2.3.2

Data Anthropometr i dan Car a Pengukur annya
Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan

dimensi ukuran tubuhnya.
Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia ,
yaitu (Stevenson, 1989; Nurmianto, 2003) :
1. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan
umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian ysng dilakukan oleh A. F. Roche

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan
tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan
wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi
sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak
lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi
pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40
tahunan (Wignjosoebroto, 1995).
2. Jenis kelamin (sex)
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,
dan sebagainya.
3. Suku bangsa (etnic)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara
Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi
tubuh suku bangsa negara Timur.
4. Keacakan / Random
Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok
populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia
dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan
antara berbagai macam masyarakat.

5. Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawan. Misalnya, buruh dermaga harus mempunyai postur tubuh yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.
Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
6. Pakaian
Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan
memberikan varisi berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi
pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu
tempat dengan tempat yang lainnya.
7. Faktor Kehamilan
Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khususnya
bagi perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap
produk-produk yang dirancang bagi segmen seperti ini.
8. Tubuh Cacat
Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak
terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.
9. Posisi tubuh (posture)
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh
karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei
pengukuran.
Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:
a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions)
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap
tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi
tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang
lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

b. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions)
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang
harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 1995) .
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat
diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan
pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran
dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada
gambar 2.1.

Gambar 2.1. Antropometr i Untuk Per ancangan Pr oduk
(Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2003)

Gambar 2.2. Antr opometr i Tinggi Badan Ber dir i Dan Duduk
(Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2003)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Keterangan gambar 2.1. di atas, yaitu:
1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala).
2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat
sampai dengan kepala).
7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.
8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 : Tebal atau lebar paha.
11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut betis.
13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 : Lebar pinggul ataupun pantat.
17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam
gambar).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

18 : Lebar perut.
19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.
20 : Lebar kepala.
21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 : Lebar telapak tangan.
23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.
25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.
26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai
dengan ujung jari tangan.

2.3.3

Penggunaan Data Anthropometr i
Sebelum membahas lebih jauh mengenai penggunaan data ini maka ada

baiknya kita bahas istilah ini “The Fallacy of the Average Man or Average
Woman”.
Istilah ini mengatakan bahwa merupakan suatu kesalahan dalam
perancangan suatu tempat kerja ataupun produk jika berdasar pada dimensi yang
hipotesis yaitu menganggap bahwa semua dimensi adalah merupakan rata-rata.
Walaupun hanya dalam penggunaan 1 dimensi saja, misalnya jangkauan kedepan
(forward reach), maka penggunaan rata-rata (50 persentil) dalam penyesuaian
pemasangan suatu alat control akan menghasilkan bahwa 50% populasi akan tidak
mampu menjangkaunya. Selain dari itu, jika seseorang mempunyai dimensi pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

rata-rata populasi, katakanlah tinggi badan, maka belum tentu, bahwa dia berada
pada rata-ratapopulasi untuk dimensi lainnya.
Dimana : Panjang telapak kaki = 15,2% tinggi badan pria dan 14,7% tinggi badan
wanita. Dari pendekatan tersebut diusahakan interpolasi antropometri
dengan koefisien variansi yang sesuai
Tabel 2.1. Antropometr i Kaki Orang Indonesia Yang Didapat Dar i
Interpolasi Data Dempster v(1955), Reynolds (1978), dan Nur mianto (1991)

(Sumber : Eko Nurmianto, 2008)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Gambar 2.3. Antropometr i Kaki
(Sumber : Eko Nurmianto, 2008)

2.3.4

Aplikasi Distr ibusi Nor mal dan Per sentil Dalam Penetapan Data

Anthr opometr i
Data anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa
sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang
diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara
individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana
kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu
suai” dengan suatu ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri,
pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data
yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang
menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal.
Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi
yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai batasbatasnya (Wignjosoebroto, 2003).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Gambar 2.4. Distr ibusi Nor mal Yang Mengakomodasi 95% Dari Populasi
(Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2003)

Menurut Panero dan Zelnik (2003) disamping berbagai variasi, pola umum
dari suatu distribusi data anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya
dapat diduga dan diperkirakan seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi
semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang
muncul terhadap besaran, biasanya berbentuk kurva simetris atau berbentuk
lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase
pada bagian tengah dengan sediki saja perbedaan yang mencolok pada bagian
ujung dari skala grafik tersebut.
Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh
manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa
sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian
tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan
terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk
kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis.
Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang
berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis
untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan
hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata)
dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan
bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan
atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau
lebih rendah dari 5 persentil (Nurmianto, 2008).
Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari
suatu kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalah artikan
sama dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki
ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu
diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap
invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat
dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5,
untuk keseluruhan dimensi tubuhnya (Panero dan Zelnik, 2003).
Pemakaian

nilai-nilai persentil

yang

umum diaplikasikan

dalam

perhitungan data anthropometri, ditunjukan dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2. Macam Persentil Dan Cara Per hitungan Dalam Distr ibusi Nor mal.
Per sentile

Per hitungan

1 – st
2,5 – th
5 – th
10 – th
50 – th
90 – th
95 – th
97,5 – th
99 – th

̅ - 2,325
̅ – 1,96
̅ – 1,645
̅ – 1,28
̅
̅ + 1,28
̅ + 1,645
̅ + 1,96
̅ + 2,325

x
x
x
x
x
x
x
x

(Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

Keterangan tabel 2.2. di atas, yaitu:
x = mean data

σ = standar deviasi dari data x
Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data
anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan
dimensi dari perancangan fasilitas kerja.
Sedangkan pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan
dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini
berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95 (Panero dan Zelnik,
2003).
Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang
diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan
pembuatan

rancangan

berdasarkan

ukuran

hasil

rancangan.

Menurut

Wignjosoebroto (1995), untuk menghitung persentil 5 dan persentil 95
menggunakan rumus pehitungan yang terdapat pada tabel 2.2. sebelumnya.
P5 = x - 1,645 σ x ......................................................... Persamaan 2.4.
P50 = x .............................................................................. Persamaan 2.5.
P95 = x + 1,645 σ x ........................................................ Persamaan 2.6.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

2.4

Sepatu Skateboar d

2.4.1

Sejarah Sepatu Skateboar d
Sejarah mengenai skateboard diawali pada 1950. Saat itu di California,

Amerika Serikat sedang berkembang Era surfing, dan hal ini pula yang menjadi
faktor pendukung ditemukannya skateboard. Istilah