hal 2 dst bintek KTI PTK guru Jateng

(1)

penyebab permasalahan tersebut. 4) melakukan studi awal (kegiatan prapenelitian). 5) meng-identifikasi solusi pemecahan masalah. 6) merumuskan judul penelitian dalam rangka langkah – langkah menyusun proposal PTK dengan fokus bagaimana cara membuat latar belakang, penentuan permasalahan, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian yang siap dilanjutkan dengan kajian teori, kajian hasil penelitian, kerangka pikir, hipotesis dan rancangan PTK.

MASALAH DALAM PTK BESERTA PENENTUANNYA

Penelitian didasarkan pada situasi praktis yang secara langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Hal ini berkenaan dengan diagnosis suatu masalah dalam konteks itu. Kelas yang memiliki masalah berupaya memecahkan masalah yang timbul dengan penerapan berbagai perbaikan sesuai kondisi kelas secara nyata. Masalah berasal dari guru, dan tujuannya untuk memperbaiki pembelajaran. Tindakan perbaikan berupa sesuatu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh siswa sebagai subjek tindakan dan tindakan itu menjadi pengarah kepada siswa untuk melakukan perbaikan.

Mengingat permasalahan-permasalahan yang diteliti adalah permasalahan-per-masalahan yang dirasakan dan dialami guru sendiri, maka PTK dapat menjadi jembatan kesenjangan antara teori dan praktek. Karena setelah PTK guru akan memperoleh umpan balik yang sistematik mengenai kesesuaian antara teori pembelajaran dengan praktek yang mereka lakukan. Guru akan mengetahui teori yang tidak sesuai (tidak tepat) dengan praktek yang mereka lakukan. Selanjutnya guru dapat memilih teori yang cocok dan dapat diterapkan di kelasnya.

Berdasarkan karakteristik penelitian tindakan kelas yang telah dipaparkan diatas, maka sejumlah masalah penting yang dapat dijadikan bahan kajian dalam penelitian tindakan kelas adalah: 1) Masalah belajar siswa di sekolah misalnya: rendahnya motivasi belajar siswa, rendahnya minat baca, kurangnya kemampuan siswa memahami teks, kurangnya menguasai konsep hitungan, rendahnya keaktifan belajar siswa, pengembangan sikap dan kebiasaan belajar siswa. 2) Desain dan strategi pembelajaran dikelas, misalnya: inovasi dan implementasi model pembelajaran atau metode pembelajaran tertentu sebagai implementasi kurikulum. 3) Pemanfaatan media, alat peraga, dan sumber belajar lainnya, untuk mendukung implementasi inovasi pembelajaran atau implementasi kurikulum. 4) Sistem evaluasi proses dan hasil pembelajaran serta 5) pengembangan profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan mutu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pembelajaran (Asrori, 2007).

PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas dapat dilakukan dalam rangka: 1) me-ningkatkan kegiatan belajar-mengajar, 2) meme-ningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, 3) menerapkan pendekatan belajar-mengajar inovatif, dan 4) mengikutsertakan pihak ketiga dalam proses belajar-mengajar. PTK yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar dapat dilakukan dalam rangka: 1) menerapkan berbagai metode mengajar, 2) mengembangkan kurikulum, 3) meningkatkan peranan siswa dalam belajar, dan 4) memperbaiki metode evaluasi. PTK yang dikaitkan dengan pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar dapat dilakukan dalam rangka pengembangan pemanfaatan 1) model atau peraga, 2) sumber-sumber lingkungan, dan 3) peralatan tertentu. PTK sebagai wahana peningkatan personal dan


(2)

profesional dapat dilakukan dalam rangka 1) meningkatkan hubungan antara siswa, guru, dan orang tua, 2) meningkatkan “konsep diri” siswa dalam belajar, 3) meningkatkan sifat dan kepribadian siswa, serta 4) meningkatkan kompetensi guru secara profesional. Jadi, masalah penelitian yang dipilih hendaknya memenuhi kriteria “dapat diteliti”, dapat “ditindaki”, dan “ditindak-lanjuti”.

Sebagai guru, pasti sering menjumpai permasalahan pembelajaran di kelas. Permasalahan tersebut bisa berupa tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran yang rendah ataupun antusiasme siswa mengikuti KBM yang kurang. Yang tak kalah pentingnya adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat pencapaian kompetensi yang diajarkan. Selama ini kita menyadarai dalam satu atau beberapa kelas tertentu terdapat permasalahan. Keaktifan dan antusiasme siswa yang kurang selama proses pembelajaran kita anggap sebagai fenomena yang wajar sehingga kita tidak perlu mencarikan jalan keluar per-masalahan. Yang lebih parah lagi rendahnya pencapaian daya serap siswa kita perbaiki dengan cara yang tidak bijaksana yaitu memberikan tugas tambahan sebagai kegiatan remidi. Kurang berkualitasnya proses pembelajaran tersebut apakah hanya terjadi pada satu-dua siswa? Berapa persenkah siswa yang melakukan hal tersebut? Berapa persentase ketuntasan dalam kelas tersebut? Apakah kita telah benar-benar menilai mereka dengan objektif? Beberapa pertanyaan tersebut mungkin dapat kita jadikan sebagai patokan apakah per-masalahan tersebut pantas kita angkat sebagai perper-masalahan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) atau tidak. Apabila persentase ketidakaktifan siswa melebihi 15% dari jumlah siswa yang ada, maka permasalahan tersebut sangat pantas diangkat sebagai tema atau per-masalahan penelitian tindakan kelas kita.

Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan keberani-an untuk mempertkeberani-anyakkeberani-an, misalnya tentkeberani-ang kualitas proses dkeberani-an hasil pembelajarkeberani-an ykeberani-ang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.

1. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai? 2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?

3. Apakah sarana pembelajaran cukup memadai? 4. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?

5. Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi inovatif tertentu?

Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut.

1. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas untuk melaksanakan PTK.

2. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk menentukan alternatif solusi.

3. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.


(3)

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah PTK.

1. Banyaknya Masalah yang Dihadapi Guru

Setiap hari guru mengahadapi banyak masalah, seakanakan masalah itu tidak ada putusputusnya. Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk PTK sungguh ironis. Merenunglah barang sejenak, atau ngobrollah dengan teman sejawat, Bapak/Ibu akan segera menemukan kembali seribu satu masalah yang telah merepotkan Bapak/Ibu selama ini.

2. Tiga Kelompok Masalah Pembelajaran

Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Bapak/Ibu berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersamasama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendirisendiri, Bapak/Ibu sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Bapak/Ibu suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Bapak/Ibu sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Bapak/Ibu menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Bapak/Ibu berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting.

3. Masalah yang Berada di Bawah Kendali Guru

Jika Bapak/Ibu yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Bapak/Ibu tidak perlu melakukan PTK untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain yakinkan bahwa masalah yang akan Bapak/Ibu pecahkan cukup layak (feasible), berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Bapak/Ibu kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Bapak/Ibu adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya.

4. Masalah yang Terlalu Besar

Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk Bapak/Ibu pecahkan.

5. Masalah yang Terlalu Kecil

Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Bapak/Ibu misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.

6. Masalah yang Cukup Besar dan Strategis

Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup


(4)

besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas.

7. Masalah yang Bapak/Ibu Senangi

Akhirnya Bapak/Ibu harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang Bapak/Ibu teliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran Bapak/Ibu terhadap masalah itu dan keinginan Bapak/Ibu untuk segera tahu hasilhasil setiap perlakukan yang diberikan. 8. Masalah yang Riil dan Problematik

Jangan mencari-cari masalah hanya karena Bapak/Ibu ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Bapak/Ibu sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar).

Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi keberhasilan pem-belajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih antara lain seperti di bawah ini.

1. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan dengan benar?

2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan?

3. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?

Sekali lagi, untuk menentukan masalah yang akan dipilih, haruslah: merupakan masalah pembelajaran yang aktual, tingkat kepentingan masalah yang ada cukup tinggi, juga tingkat kebermanfaatan dari pemecahan masalah tersebut (nilai strategis) serta dapat ditemukan penyebab dan alternatif tindakannya. Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat menarik perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran. Cara melakukan identifikasi masalah antara lain sebagai berikut.

(1) Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu diperhatikan karena akan mem-punyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran. (2) Memilah dan mengklasisfikasikan permasalahan menurut jenis/ bidangnya, jumlah

siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah tersebut.

(3) Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.

(4) Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis maupun teoretis.

Setelah mengidentifikasi permasalahan di kelas dan telah menentukan permasalahan yang akan diteliti, langkah selanjutnya adalah mengidentifasi penyebab permasalahan tersebut terjadi: kita gali semua kemungkinan yang bisa menimbulkan permasalahan. Permasalahan pembelajaran di kelas disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor siswa,


(5)

faktor guru, dan juga faktor sarana pendukungnya. Dalam langkah ini catatlah semua yang memungkinkan munculnya permasalahan dari faktor tersebut.

Setelah menentukan penyebab permasalahan tersebut, cobalah mencari data pen-dukung untuk memastikan bahwa permasalahan tersebut memang disebabkan oleh satu atau dua faktor yang telah kita tentukan. Di sini kita bisa melakukan studi awal dengan melakukan wawancara pada siswa dan atau teman sejawat, penyebaran angket, mengkaji daya serap siswa, atau melakukan pretes. Setelah memperoleh sederet permasalahan, dilanjut kan dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masalah juga dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat diajukan antara lain pertanyaan sebagai berikut.

(1) Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana masalah terjadi? (2) Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah?

(3) Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen dalam terjadinya masalah? (4) Bagaimana kemungkinan alternatif pemecahan yang dapat diajukan?

(5) Bagaimana ketepatan waktu, dan lama atau durasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah?

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa permasalahan yang terjadi itu memang benar-benar terjadi, bukan hanya menurut perasaan guru semata. Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait lainya dengan pemecahan yang diajukan.

Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas me-mungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Dari hasil analisis tersebut, kita akan memastikan permasalahan dan penyebabnya sehingga kita dapat melangkah ke tingkat selanjutnya yaitu penentuan solusi.

Penentuan solusi atau jalan keluar pemecahan masalah harus mempertimbangkan faktor-faktor penyebabnya. Dengan demikian solusi yang dipilih akan bisa lebih efektif. Beberapa hal yang memungkinkan dijadikan solusi adalah: Penggunaan media pembelajaran; Penggunaan metode, teknik, atau model pembelajaran inovatif; Penggunaan bahan pen-dukung lain seperti buku, diktat, atau lainnya yang inovatif. Dalam penentuan solusi, hendaknya didasarkan pada hal-hal berikut: 1) efektivitas dan efisiensi sumber daya yang ada, 2) kemampuan daya dukung (guru, sarana, kurikulum, dll.) dan 3) kemudahan pe-laksanaan.

Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.

(1) Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru, kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan pendidikan/pembelajaran.

(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukan bahwa pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya.


(6)

(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat per-tanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka pengembangan keprofesionalannya.

Setelah permasalahan dan solusinya ditentukan, hal yang harus dilakukan adalah pembuatan judul. Syarat judul yang baik adalah: harus sudah menggambarkan isi PTK; ada tindakan untuk mengatasi masalah, menarik untuk dibaca isinya. Subjek penelitian sudah tergambar pada judul. Panjang diusahakan tidak lebih dari 15 kata (kalau terpaksa max 20 kata).

LANGKAH MENYUSUN PROPOSAL PTK

Sebelum melaksanakan PTK, guru dapat memulai dengan menyusun proposal PTK. Proposal merupakan bahan dasar dari laporan penelitian. Laporan PTK akan menjadi lebih mudah disusun apabila guru telah memiliki proposal yang disusun di awal pelaksanaan. Pertama adalah menyusun judul, kalimat judul harus mengandung setidaknya 3 aspek, yakni masalah yang dipecahkan, cara mengatasi atau rencana tindakan, dan sasaran atau subyek penelitian.

Kerangka proposal PTK terdiri dari 3 babyaitu pendahuluan, kajian teori dan metode penelitian. Sebelum menuliskan pendahuluan, peneliti perlu mengawali dengan gagasan atau ide-ide, gagasan itu memungkinkan harus optimis dapat dikerjakan atau dilaksanakan. Ide awal yang melekat di dalam PTK adalah terdapatnya suatu permasalahan di suatu kelas. Ide awal tersebut diantaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan penerapan PTK itu guru yang akan meneliti mau berbuat apa demi suatu perubahan dan perbaikan? Tentunya perbaikan dalam proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu. Untuk itu mungkin diperlukan prasurvey.

Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti. Bagi guru yang sudah menjadi pengajar senior yang bermaksud melakukan penelitian di kelas sesuai mata pelajarannya tidak harus melaksanakan prasurvei. Permasalahan yang sering dihadapinya bisa terkait dengan kemajuan siswa dalam belajar, sarana pengajaran maupun sikap dan prilaku siswanya. Sekalipun para guru sudah menge-tahui kondisi kelas yang sebenarnya, namun ketelitian dan kepekaan guru dituntut; bagian-bagian mana saja dari proses pembelajaran yang sering menjadi kendala dalam mencapai keberhasilan belajar siswa. Disitulah letak permasalahan penelitian yang akan dibahas melalui PTK.

Diagnosis dilakukan oleh guru yang belum terbiasa melakukan proses pembelajaran di suatu kelas yang dijadikan sasaran penelitian. Sebagai peneliti dari “luar” perlu melakukan


(7)

diagnosis atau dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, peneliti PTK dapat menentukan berbagai hal misalnya: strategi pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat. Simpulan semacam ini perlu dikemukakan mengingat awal tindakan sampai sejauhmana guru memahami treatmen yang dikehendakinya bisa dilaksanakan sebagai bahan kaji ulang pemunculan permasalahan yang akan segera dipaparkan dalam rencana tindakan. BAB 1 PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang permasalahan termasuk identifikasi dan cara pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.

a) Latar Belakang Masalah

Latar belakang permasalahan menguraikan urgensi permasalahan yang diajukan, serta kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Kesenjangan yang dimaksud adalah kesenjangan antara yang ideal/harapan dengan kenyataan yang terjadi. Untuk itu, harus ditunjukkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan beberapa hasil penelitian–penelitian terdahulu (apabila ada) juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan.

Latar belakang masalah perlu dilengkapi identifikasi masalah. Permasalahan-permasalahan pembelajaran yang muncul atau ditemukan, uraikan tentang kemungkinan-kemungkinan penyebabnya beserta dampaknya jika masalah tersebut tidak segera diatasi. Identifikasi masalah pada umumnya berupa pertanyaan, banyaknya pertanyaan selalu lebih dari satu sehingga banyaknya pertanyaan lebih banyak dari banyaknya rumusan masalah. Kalimat tanya tersebut harus mengandung variabel pokok penelitian (Y). Uraikan tentang penyebab masalah serta dampaknya jika tidak segera dilakukan perbaikan.

Bagian penting yang harus nampak juga dalam latar belakang masalah adalah cara pemecahan masalah tersebut. Alternatif pemecahan yang diajukan merupakan pem-belajaran inovatif baik menyangkut pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan, belum pernah dilakukan, atau program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan; bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Program pembalajaran dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Perlu diyakinkan bahwa tindakan tersebut memang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan mempunyai landasan yang mantap bertolak dari hasil analisis masalah. Sehingga pemecahan masalah yang dipilih punya alasan yang kokoh baik secara teoritis maupun secara empirik.

Jika dibutuhkan, perlu ada pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus. Misalnya: membatasi banyaknya variabel yang diteliti, variabel apa saja. Membatasi atau menjelaskan variabel terikat, misalnya untuk peserta didik mana, kelas berapa, semester kapan, tahun kapan, materi apa dan sebagainya. Membatasi atau menjelaskan variabel


(8)

bebas (X) yaitu tindakan guru, misalnya, alat peraganya apa, apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, kapan tindakan itu akan dilakukan.

b) Rumusan Masalah

Rumusan masalah dikembangkan dari identifikasi dan pembatasan masalah; Umumnya berbentuk kalimat tanya. Kalimat tanya pada rumusan masalah lebih terinci karena telah melalui identifikasi dan pembatasan masalah. Kalimat tanya yang diajukan minimal dua dan mengacu ke variabel pada masalah pokok (Y) dan variabel pada masalah lain yang diteliti (X) yaitu tindakan guru. Kalimat tanya pada rumusan masalah kelak harus terjawab dalam pembahasan hasil penelitian. Kualitas penelitian sangat dipengaruhi oleh kualitas jawaban bukan hanya banyaknya rumusan masalah. Rumusan masalah akan dipakai sebagai dasar untuk penentuan teori yang akan digunakan; Selain itu juga sebagai arah dalam menentukan judul penelitian, sebagai arah dalam menentukan metode penelitian dan sebagai arah dalam menentukan jenis penelitian.

c) Tujuan Penelitian

Tujuan hendaknya dirumuskan secara jelas sejajar dengan rumusan masalahnya. Artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan penelitian non PTK. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang inovatif, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK.

d) Manfaat Penelitian

Di samping tujuan, juga perlu diuraikan kemungkinan manfaat penelitian. Dalam su bab ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan–keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi peserta didik sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil penelitian, bagi guru pelaksana, bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru maupun bagi lembaga.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini berisi kajian teori, penelitian yang relevan (bila ada), kerangka berpikir dan hipotesis tindakan. Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir kemukakan hipotesis tindakan yang juga menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.

a) Kajian Teori

Pada kajian teori dipaparkan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative yang akan diimplementasikan. Tinjauan pustaka berisi falsafah dasar, teori, dan konsep yang sangat erat kaitannya dengan scope penelitian yang akan didilakukan. Teori-teori yang diambil harus relevan dengan: (1) permasalahan dilihat dari isinya, dan (2) variabel yang diteliti dilihat dari judul/sub judul yang ditulis pada kajian teori. Tinjauan pustaka diambil dari teori-teori yang terbaru terbitan tahun 2000 dan seterusnya dari berbagai aliran dari minimal 5 sumber termasuk jurnal. Setelah itu dilanjutkan dengan kajian/ulasan teoritik


(9)

(mulai dari membaca secara cermat, menelaah, menganalisis dan mensintesis, me-ngomentari dan pada akhirnya memunculkan gagasan baru dari sudut pandang pengkaji).

Kajian teori secara berturut-turut memaparkan kajian mata pelajaran yang diteliti, teori pembelajaran mata pelajaran yang bersangkutan, teori variabel tindakan guru (X), teori variabel pokok yang akan ditingkatkan (Y), dan teori kaitan X dan Y.

Kajian teori variabel tindakan (X) memuat: apa (menjelaskan tentang pengertian, hakikat, definisi, jenis, ilustrasi, atau contoh), mengapa (menjelaskan tentang latar belakang, rasional, atau alas an), dan bagaimana (menjelaskan tentang prosedur, fase, tahapan, langkah-langkah, kegiatan apa saja) atau sintak yang harus dilakukan dalam penerapan X, dan diakhiri langkah-langkah penerapan X dalam pembelajaran ... sesuai standar proses.

Kajian teori Variabel Y memuat: apa (menjelaskan tentang pengertian, hakikat, definisi, jenis, ilustrasi, atau contoh), mengapa/pentingnya (menjelaskan tentang latar belakang, rasional, atau alas an), faktor-faktor yang mempengaruhinya (termasuk didalamnya variabel x), dan bagaimana pengukuran (menjelaskan tentang prosedur, fase, tahapan, atau langkah-langkah dan teknik/instrumen yang dipakai).

b) Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang telah ada/dilakukan sebelumnya, relevan dengan permasalahan dan variabel yang diteliti perlu dikaji untuk menghindari duplikasi. Penelitian yang relevan yang perlu dikaji adalah penelitian yang dilakukan oleh orang lain minimal 2. Kajian ini menjadi dasar ulasan penelitian-penelitian embpiris yang berkaitan dengan teori yang digunakan sebagai landasan. Argumentasi logis dan teoretik diperlukan bukan hanya untuk membuat ulasan, tetapi juga untuk menyusun kerangka teori/konseptual. Dari sini akan nampak celah atau kesempatan yang membedakan penelitian guru yang bersangkutan dan penelitian sebelum/lainnya.

c) Kerangka Pikir

Dalam kerangka teori/pikir, peubah dicantumkan sebatas yang diteliti dan bersumber dari dua atau lebih karya tulis/bacaan. Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu. Semakin banyak sumber bacaan, semakin baik, dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) sumber, baik dari teks book atau sumber lain misalnya jurnal, artikel dari majalah, Koran, internet dan lain-lain.

Kerangka pemikiran yang berisi penjelasan teoritik digunakan untuk mendiagnosis masalah. Dari diagnosis ini, kemudian dilanjutkan dengan memodelkan penelitian yang kita buat. Di sini terkandung teori dasar dan referensi penelitian terdahulu. Kerangka pemikiran bisa juga dibantu dengan menampilkan bagan yang akan membantu mempermudah pembaca mengetahui arah penelitian dan bagi peneliti bisa sebagai petunjuk penguraian variabel dan indikator instrument penelitian.

Pada akhir kerangka teori penulis menyusun model teori dengan memberi keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang berdasarkan teori-teori pendukung yang ada. Dalam kerangka pikir skema yang dipaparkan belum masuk siklus2, tetapi bagaimana nalarnya jika tindakan guru diterapkan, bisa terjadi perbaikan variabel Y; (beda dengan alur PTK


(10)

yg harusnya ada di Bab III). Dari kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika dianggap perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus dicantumkan.

d) Hipotesis Tindakan

Hipotesis diturunkan dari kerangka pikir. Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tinjauan pustaka, dan kerangka pikir, maka dapat diturunkan hipotesis atau dugaan. Hipotesis berisi hipotesis tindakan, bukan hipotesis statistik maupun hipotesis penelitian; Dengan demikian merupakan jawaban sementara berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir; Selain itu hipotesis menjawab rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis yang dirumuskan adalah hipotesis tindakan.

BAB 3. METODE PENELITIAN

Metode yang juga sering dipakai istilah “rencana penelitian” ini dipaparkan: setting peneliti-an dpeneliti-an karakteristik subjek penelitipeneliti-an, variabel ypeneliti-ang akpeneliti-an diselidiki, rencpeneliti-ana tindakpeneliti-an, teknik dan instrument pengumpulan data, indikator kinerja dan analisis data yang akan dilakukan. a) Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

Pada bagian setting penelitian dan karakteristik subjek ini disebutkan di mana penelitian tersebut akan dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi peserta didik pria dan wanita, latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan, juga dikemukakan pada bagian ini.

b) Variabel yang Akan Diteliti

Pada bagian variabel yang akan diselidiki ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik-titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Rumuskan variabel yang diselidiki secara operasional berdasarkan definisi teoritis yang saudara rumuskan di Bab 2, uraikan dimensi/unsur dari setiap variabel, tetapkan indikatornya kemudian lanjutkan dengan menyusun Kisi-kisi baik Variabel X maupun Y. Kisi-kisi tersebut menjadi dasar penyusunan RPP,instrumen penelitian dan lain-lain.

c) Rencana Tindakan

Pada bagian rencana tindakan ini digambarkan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran; kegiatannya mencakup: penyusunan rencana tindakan (skenario pembelajaran/RP), penyusunan media, penyusunan materi, penyusun-an instrumen, simulasi rencpenyusun-ana tindakpenyusun-an (RP).

1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelacakan tes diagnostik untuk men-spesifikasi masalah. Pembuatan skenario pembelajaran tiap siklus dengan minimal 3 kali pertemuan tatap muka (penyajian materi, penerapan tindakan pembelajaran yang inovatif (X) sesuai satandar proses, penilaian hasil belajar peserta didik, analisis hasil penilaian, dan tindak lanjut yang dapat berupa pengajaran remedial dan atau pengaya-an), pengadaan alat–alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain–lain yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang perlu ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative–alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.


(11)

2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. Sebelum peneliti melaksanakan tindakan, perlu menyusun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam proposal, yaitu:

a) Melatih guru untuk melaksanakan penelitian sesuai dengan rancangan yang dibuatnya

b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas

c) Mempersiapkan contoh-contoh perintah dan/atau tugas, melakukannya secara jelas

d) Mempersiapkan cara mengobservasi hasil beserta alatnya

e) Membuat skenario apa yang dilakukan guru dan apa yang dilakukan siswa dalam melakukan penelitian tindakan yang direncanakan.

3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman/ observasi dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang beserta respon siswa terhadap tindakan guru/peneliti.

4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil observasi dan pemantauan serta refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar setiap pertemuan, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan pertemuan dan atau daur berikutnya.

d) Teknik dan instrumen Pengumpulan Data

Pada bagian ini berisi teknik dan instrumen pengumpulan data yang diperlukan. Uraikan dengan jelas teknik dan instrumen untuk setiap variabel. Apakah teknik non tes seperti pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), ataupun pengukuran proses dan hasil belajar dengan teknik tes berupa soal-soal dan atau non tes.

Dalam PTK minimal terdapat 2 variabel yaitu yaitu Variabel tindakan guru (X) dan Variabel yang akan ditingkatkan dari tindakan guru itu pada siswa (Y); Maka dari itu instrumen PTK minimal ada 2 macam: 1) Instrumen tindakan guru (X) dan respon siswa harus menggunakan teknik observasi, karena sesuai 4 daur siklus PTK, dan Instrumen untuk Variabel Y, yang harus sesuai dasar teori tentang pengukuran variabel Y yang sudah dipaparkan di bab 2.

Pengembangan instrumen Observasi tindakan guru terlebih dulu dibuat kisi-kisi berdasarkan teori X yaitu penerapan X dalam pembelajaran ... sesuai standar proses; Berdasarkan Kisi-kisi tersebut dibuat instrumen yang berupa panduan/ lembar observasi. Dalam lembar observasi terhadap tindakan guru juga harus di observasi respond siswa mengikuti PBM terkait dengan poin-poin dalam kerangka berpikir!

Uji Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Validitas yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan data yang akan dikumpulkan. Untuk data kuantitatif (berbentuk angka) umumnya yang divalidasi instrumennya. Validitas yang digunakan, validitas teoretik maupun validitas empirik. Untuk itulah diperlukan kisi-kisi agar terpenuhinya validitas teoretik. Data kualitatif (misalnya observasi, wawancara), dapat divalidasi melalui triangulasi: triangulasi sumber, data berasal dari beberapa sumber; atau triangulasi metode, data berasal dari beberapa metode.


(12)

Pada bagaian Indikator kinerja ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan yang akan dipakai, ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK; jika bertujuan mengurangi kesalahan konsep peserta didik, misalnya, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah jenis dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.

f) Analisis Data

Tahap-tahap analisis data penelitian meliputi:

1. validasi hipotesis dengan menggunakan teknik yang sesuai (triangulasi, atau jika memang perlu uji statistik);

2. interpretasi dengan acuan teori, menumbuhkan praktik, atau pendapat guru;

3. tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga dimonitor dengan teknik penelitian kelas.

Analisis data yang akan digunakan sesuai dengan metode dan jenis data yang dikumpulkan untuk setiap variabel. Pada PTK, data yang dikumpulkan dapat berbentuk kuantitatif maupun kualitatif; tidak harus menggunakan uji statistik, tetapi bisa juga cukup dengan deskriptif. Data kuantitatif menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan misalnya nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2. Data kualitatif hasil pengamatan maupun wawancara menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.

BAGIAN AKHIR

Bagian akhir dari proposal dilengkapi dengan jadwal penelitian, disusun dalam bentuk Gantt Chart dan daftar rujukan/pustaka sesuai ketentuan. Selain itu dilampirkan RPP serta instrumen penelitian yang berupa lembar/pedoman observasi dan teknik penilaian variabel Y.

SUMBER

Arikunto, S. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Ashori, M. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima. Suhardjono, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjen Dikti.

Direktorat Tenaga Kependidikan, 2010. Membimbing Guru Dalam Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan Nasional.


(1)

diagnosis atau dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, peneliti PTK dapat menentukan berbagai hal misalnya: strategi pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat. Simpulan semacam ini perlu dikemukakan mengingat awal tindakan sampai sejauhmana guru memahami treatmen yang dikehendakinya bisa dilaksanakan sebagai bahan kaji ulang pemunculan permasalahan yang akan segera dipaparkan dalam rencana tindakan. BAB 1 PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang permasalahan termasuk identifikasi dan cara pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.

a) Latar Belakang Masalah

Latar belakang permasalahan menguraikan urgensi permasalahan yang diajukan, serta kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Kesenjangan yang dimaksud adalah kesenjangan antara yang ideal/harapan dengan kenyataan yang terjadi. Untuk itu, harus ditunjukkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan beberapa hasil penelitian–penelitian terdahulu (apabila ada) juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan.

Latar belakang masalah perlu dilengkapi identifikasi masalah. Permasalahan-permasalahan pembelajaran yang muncul atau ditemukan, uraikan tentang kemungkinan-kemungkinan penyebabnya beserta dampaknya jika masalah tersebut tidak segera diatasi. Identifikasi masalah pada umumnya berupa pertanyaan, banyaknya pertanyaan selalu lebih dari satu sehingga banyaknya pertanyaan lebih banyak dari banyaknya rumusan masalah. Kalimat tanya tersebut harus mengandung variabel pokok penelitian (Y). Uraikan tentang penyebab masalah serta dampaknya jika tidak segera dilakukan perbaikan.

Bagian penting yang harus nampak juga dalam latar belakang masalah adalah cara pemecahan masalah tersebut. Alternatif pemecahan yang diajukan merupakan pem-belajaran inovatif baik menyangkut pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan, belum pernah dilakukan, atau program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan; bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Program pembalajaran dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Perlu diyakinkan bahwa tindakan tersebut memang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan mempunyai landasan yang mantap bertolak dari hasil analisis masalah. Sehingga pemecahan masalah yang dipilih punya alasan yang kokoh baik secara teoritis maupun secara empirik.

Jika dibutuhkan, perlu ada pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus. Misalnya: membatasi banyaknya variabel yang diteliti, variabel apa saja. Membatasi atau menjelaskan variabel terikat, misalnya untuk peserta didik mana, kelas berapa, semester kapan, tahun kapan, materi apa dan sebagainya. Membatasi atau menjelaskan variabel


(2)

bebas (X) yaitu tindakan guru, misalnya, alat peraganya apa, apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, kapan tindakan itu akan dilakukan.

b) Rumusan Masalah

Rumusan masalah dikembangkan dari identifikasi dan pembatasan masalah; Umumnya berbentuk kalimat tanya. Kalimat tanya pada rumusan masalah lebih terinci karena telah melalui identifikasi dan pembatasan masalah. Kalimat tanya yang diajukan minimal dua dan mengacu ke variabel pada masalah pokok (Y) dan variabel pada masalah lain yang diteliti (X) yaitu tindakan guru. Kalimat tanya pada rumusan masalah kelak harus terjawab dalam pembahasan hasil penelitian. Kualitas penelitian sangat dipengaruhi oleh kualitas jawaban bukan hanya banyaknya rumusan masalah. Rumusan masalah akan dipakai sebagai dasar untuk penentuan teori yang akan digunakan; Selain itu juga sebagai arah dalam menentukan judul penelitian, sebagai arah dalam menentukan metode penelitian dan sebagai arah dalam menentukan jenis penelitian.

c) Tujuan Penelitian

Tujuan hendaknya dirumuskan secara jelas sejajar dengan rumusan masalahnya. Artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan penelitian non PTK. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang inovatif, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK.

d) Manfaat Penelitian

Di samping tujuan, juga perlu diuraikan kemungkinan manfaat penelitian. Dalam su bab ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan–keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi peserta didik sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil penelitian, bagi guru pelaksana, bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru maupun bagi lembaga.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini berisi kajian teori, penelitian yang relevan (bila ada), kerangka berpikir dan hipotesis tindakan. Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir kemukakan hipotesis tindakan yang juga menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.

a) Kajian Teori

Pada kajian teori dipaparkan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative yang akan diimplementasikan. Tinjauan pustaka berisi falsafah dasar, teori, dan konsep yang sangat erat kaitannya dengan scope penelitian yang akan didilakukan. Teori-teori yang diambil harus relevan dengan: (1) permasalahan dilihat dari isinya, dan (2) variabel yang diteliti dilihat dari judul/sub judul yang ditulis pada kajian teori. Tinjauan pustaka diambil dari teori-teori yang terbaru terbitan tahun 2000 dan seterusnya dari berbagai aliran dari minimal 5 sumber termasuk jurnal. Setelah itu dilanjutkan dengan kajian/ulasan teoritik


(3)

(mulai dari membaca secara cermat, menelaah, menganalisis dan mensintesis, me-ngomentari dan pada akhirnya memunculkan gagasan baru dari sudut pandang pengkaji).

Kajian teori secara berturut-turut memaparkan kajian mata pelajaran yang diteliti, teori pembelajaran mata pelajaran yang bersangkutan, teori variabel tindakan guru (X), teori variabel pokok yang akan ditingkatkan (Y), dan teori kaitan X dan Y.

Kajian teori variabel tindakan (X) memuat: apa (menjelaskan tentang pengertian, hakikat, definisi, jenis, ilustrasi, atau contoh), mengapa (menjelaskan tentang latar belakang, rasional, atau alas an), dan bagaimana (menjelaskan tentang prosedur, fase, tahapan, langkah-langkah, kegiatan apa saja) atau sintak yang harus dilakukan dalam penerapan X, dan diakhiri langkah-langkah penerapan X dalam pembelajaran ... sesuai standar proses.

Kajian teori Variabel Y memuat: apa (menjelaskan tentang pengertian, hakikat, definisi, jenis, ilustrasi, atau contoh), mengapa/pentingnya (menjelaskan tentang latar belakang, rasional, atau alas an), faktor-faktor yang mempengaruhinya (termasuk didalamnya variabel x), dan bagaimana pengukuran (menjelaskan tentang prosedur, fase, tahapan, atau langkah-langkah dan teknik/instrumen yang dipakai).

b) Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang telah ada/dilakukan sebelumnya, relevan dengan permasalahan dan variabel yang diteliti perlu dikaji untuk menghindari duplikasi. Penelitian yang relevan yang perlu dikaji adalah penelitian yang dilakukan oleh orang lain minimal 2. Kajian ini menjadi dasar ulasan penelitian-penelitian embpiris yang berkaitan dengan teori yang digunakan sebagai landasan. Argumentasi logis dan teoretik diperlukan bukan hanya untuk membuat ulasan, tetapi juga untuk menyusun kerangka teori/konseptual. Dari sini akan nampak celah atau kesempatan yang membedakan penelitian guru yang bersangkutan dan penelitian sebelum/lainnya.

c) Kerangka Pikir

Dalam kerangka teori/pikir, peubah dicantumkan sebatas yang diteliti dan bersumber dari dua atau lebih karya tulis/bacaan. Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu. Semakin banyak sumber bacaan, semakin baik, dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) sumber, baik dari teks book atau sumber lain misalnya jurnal, artikel dari majalah, Koran, internet dan lain-lain.

Kerangka pemikiran yang berisi penjelasan teoritik digunakan untuk mendiagnosis masalah. Dari diagnosis ini, kemudian dilanjutkan dengan memodelkan penelitian yang kita buat. Di sini terkandung teori dasar dan referensi penelitian terdahulu. Kerangka pemikiran bisa juga dibantu dengan menampilkan bagan yang akan membantu mempermudah pembaca mengetahui arah penelitian dan bagi peneliti bisa sebagai petunjuk penguraian variabel dan indikator instrument penelitian.

Pada akhir kerangka teori penulis menyusun model teori dengan memberi keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang berdasarkan teori-teori pendukung yang ada. Dalam kerangka pikir skema yang dipaparkan belum masuk siklus2, tetapi bagaimana nalarnya jika tindakan guru diterapkan, bisa terjadi perbaikan variabel Y; (beda dengan alur PTK


(4)

yg harusnya ada di Bab III). Dari kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika dianggap perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus dicantumkan.

d) Hipotesis Tindakan

Hipotesis diturunkan dari kerangka pikir. Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tinjauan pustaka, dan kerangka pikir, maka dapat diturunkan hipotesis atau dugaan. Hipotesis berisi hipotesis tindakan, bukan hipotesis statistik maupun hipotesis penelitian; Dengan demikian merupakan jawaban sementara berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir; Selain itu hipotesis menjawab rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis yang dirumuskan adalah hipotesis tindakan.

BAB 3. METODE PENELITIAN

Metode yang juga sering dipakai istilah “rencana penelitian” ini dipaparkan: setting peneliti-an dpeneliti-an karakteristik subjek penelitipeneliti-an, variabel ypeneliti-ang akpeneliti-an diselidiki, rencpeneliti-ana tindakpeneliti-an, teknik dan instrument pengumpulan data, indikator kinerja dan analisis data yang akan dilakukan. a) Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

Pada bagian setting penelitian dan karakteristik subjek ini disebutkan di mana penelitian tersebut akan dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi peserta didik pria dan wanita, latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan, juga dikemukakan pada bagian ini.

b) Variabel yang Akan Diteliti

Pada bagian variabel yang akan diselidiki ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik-titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Rumuskan variabel yang diselidiki secara operasional berdasarkan definisi teoritis yang saudara rumuskan di Bab 2, uraikan dimensi/unsur dari setiap variabel, tetapkan indikatornya kemudian lanjutkan dengan menyusun Kisi-kisi baik Variabel X maupun Y. Kisi-kisi tersebut menjadi dasar penyusunan RPP,instrumen penelitian dan lain-lain.

c) Rencana Tindakan

Pada bagian rencana tindakan ini digambarkan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran; kegiatannya mencakup: penyusunan rencana tindakan (skenario pembelajaran/RP), penyusunan media, penyusunan materi, penyusun-an instrumen, simulasi rencpenyusun-ana tindakpenyusun-an (RP).

1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelacakan tes diagnostik untuk men-spesifikasi masalah. Pembuatan skenario pembelajaran tiap siklus dengan minimal 3 kali pertemuan tatap muka (penyajian materi, penerapan tindakan pembelajaran yang inovatif (X) sesuai satandar proses, penilaian hasil belajar peserta didik, analisis hasil penilaian, dan tindak lanjut yang dapat berupa pengajaran remedial dan atau pengaya-an), pengadaan alat–alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain–lain yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang perlu ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative–alternative solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.


(5)

2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. Sebelum peneliti melaksanakan tindakan, perlu menyusun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam proposal, yaitu:

a) Melatih guru untuk melaksanakan penelitian sesuai dengan rancangan yang dibuatnya

b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas

c) Mempersiapkan contoh-contoh perintah dan/atau tugas, melakukannya secara jelas

d) Mempersiapkan cara mengobservasi hasil beserta alatnya

e) Membuat skenario apa yang dilakukan guru dan apa yang dilakukan siswa dalam melakukan penelitian tindakan yang direncanakan.

3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman/ observasi dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang beserta respon siswa terhadap tindakan guru/peneliti.

4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil observasi dan pemantauan serta refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar setiap pertemuan, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan pertemuan dan atau daur berikutnya.

d) Teknik dan instrumen Pengumpulan Data

Pada bagian ini berisi teknik dan instrumen pengumpulan data yang diperlukan. Uraikan dengan jelas teknik dan instrumen untuk setiap variabel. Apakah teknik non tes seperti pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), ataupun pengukuran proses dan hasil belajar dengan teknik tes berupa soal-soal dan atau non tes.

Dalam PTK minimal terdapat 2 variabel yaitu yaitu Variabel tindakan guru (X) dan Variabel yang akan ditingkatkan dari tindakan guru itu pada siswa (Y); Maka dari itu instrumen PTK minimal ada 2 macam: 1) Instrumen tindakan guru (X) dan respon siswa harus menggunakan teknik observasi, karena sesuai 4 daur siklus PTK, dan Instrumen untuk Variabel Y, yang harus sesuai dasar teori tentang pengukuran variabel Y yang sudah dipaparkan di bab 2.

Pengembangan instrumen Observasi tindakan guru terlebih dulu dibuat kisi-kisi berdasarkan teori X yaitu penerapan X dalam pembelajaran ... sesuai standar proses; Berdasarkan Kisi-kisi tersebut dibuat instrumen yang berupa panduan/ lembar observasi. Dalam lembar observasi terhadap tindakan guru juga harus di observasi respond siswa mengikuti PBM terkait dengan poin-poin dalam kerangka berpikir!

Uji Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Validitas yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan data yang akan dikumpulkan. Untuk data kuantitatif (berbentuk angka) umumnya yang divalidasi instrumennya. Validitas yang digunakan, validitas teoretik maupun validitas empirik. Untuk itulah diperlukan kisi-kisi agar terpenuhinya validitas teoretik. Data kualitatif (misalnya observasi, wawancara), dapat divalidasi melalui triangulasi: triangulasi sumber, data berasal dari beberapa sumber; atau triangulasi metode, data berasal dari beberapa metode.


(6)

Pada bagaian Indikator kinerja ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan yang akan dipakai, ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK; jika bertujuan mengurangi kesalahan konsep peserta didik, misalnya, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah jenis dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.

f) Analisis Data

Tahap-tahap analisis data penelitian meliputi:

1. validasi hipotesis dengan menggunakan teknik yang sesuai (triangulasi, atau jika memang perlu uji statistik);

2. interpretasi dengan acuan teori, menumbuhkan praktik, atau pendapat guru;

3. tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga dimonitor dengan teknik penelitian kelas.

Analisis data yang akan digunakan sesuai dengan metode dan jenis data yang dikumpulkan untuk setiap variabel. Pada PTK, data yang dikumpulkan dapat berbentuk kuantitatif maupun kualitatif; tidak harus menggunakan uji statistik, tetapi bisa juga cukup dengan deskriptif. Data kuantitatif menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan misalnya nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2. Data kualitatif hasil pengamatan maupun wawancara menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.

BAGIAN AKHIR

Bagian akhir dari proposal dilengkapi dengan jadwal penelitian, disusun dalam bentuk Gantt Chart dan daftar rujukan/pustaka sesuai ketentuan. Selain itu dilampirkan RPP serta instrumen penelitian yang berupa lembar/pedoman observasi dan teknik penilaian variabel Y.

SUMBER

Arikunto, S. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Ashori, M. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima. Suhardjono, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjen Dikti.

Direktorat Tenaga Kependidikan, 2010. Membimbing Guru Dalam Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan Nasional.