TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA.
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN
SENYAWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Kimia
Oleh
Dinni Khairunnisa 1003363
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN
SENYAWA
Oleh Dinni Khairunnisa
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Dinni Khairunnisa 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis
(3)
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN
DINNI KHAIRUNNISA
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER PILIHAN GANDA UNTUK
MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I:
Dr. H. Kurnia
NIP. 195309061980021002
Pembimbing II:
Dr. Harry Firman, M.Si. NIP. 195210081974121001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Kimia
Dr. Rer. Nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP. 196611211991031002
(4)
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v
ABSTRAK
Penelitian “Tes Diagnostik Two-Tier untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas X pada Materi Kepolaran Senyawa” ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen tes diagnostik pilihan ganda two-tier yang dapat mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengembangan dan validasi. Pengembangan instrumen tes dilakukan melalui tahap tes esai yang menyumbangkan miskonsepsi yang dialami siswa dan dikembangkan menjadi opsi jawaban untuk tes butir soal two-tier. Butir soal tes
two-tier yang dikembangkan di uji validitas dengan menggunakan CVR yang menghasilkan nilai sama dengan 1 atau ≥0,99 yang menandakan butir soal baik dalam segi validitas isi. enam butir soal yang telah dinyatakan valid di uji reliabilitas dan diperoleh nilai alpha cronbach untuk keseluruhan butir soal sebesar 0,667 yang menandakan tingkat konsistensi yang dapat diterima dalam pengukuran. Soal tes two-tier ini diujicobakan kepada siswa SMA kelas X yang telah mempelajari materi kepolaran senyawa sebanyak 35 orang siswa dan didapatkan hasil miskonsepsi dengan persentase terbesar terdapat pada konsep ikatan polar: ikatan yang terjadi antara atom-atom dari unsur yang letaknya berjauhan di dalam tabel periodik adalah ikatan polar sebesar 34,28%, dan pada konsep sifat kelarutan: zat-zat yang fasanya cair akan sangat mudah larut dengan zat pelarut cair sebesar 28,57%.
Kata Kunci: miskonsepsi, tes diagnostik, tes two-tier pilihan ganda, kepolaran senyawa
(5)
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi
ABSTRACT
“Two-Tier Diagnostic for Identifying Misconception of Grade X Student in Polarity Compound Subject” research study aims to create a diagnostic test of two-tier multiple choice for identifying student misconception. The method for this study is using development and validation study. Instrument test is developed using essay test to trace student misconception and then created into answer options for two-tier multiple choice test items. Two-tier multiple choice test is tested using validity testing with CVR, and the result is 1 or ≥ 0,99 which means the multiple choice items is excellent. Six multiple choice items which are validated are tested for reliability test, and then the cronbach’s alpha for all multiple choice items is 0,667 which consistency measurement is acceptable. The two-tier test is tested to students of senior high school grade X which have studied polarity compound subject. The result is 35 students has majority misconception in polarity bound: bound between atoms of elements which the position of those elements is far in periodic table is polarity bound is 34,28% and concept of solubility behavior: liquid compound can be easily dissolve using liquid solvent is 28,57%.
Key words: misconception, diagnostic test, two-tier multiple choice test, polarity compound
(6)
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ...
i ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rerumusan Malasah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Strukur Organisasi Skripsi ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka ... 5
1. Miskonsepsi ... 5
2. Tes Diagnostik ... 8
3. Tes Diagnostik Two-tier Pilihan Ganda ... 9
4. Pengembangan Tes ... 11
5. Ruang Lingkup Materi Kepolaran Senyawa ... 14
B. Kerangka Pemikiran ... 19
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 21
(7)
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii
C. Metode Penelitian ... 22
D. Prosedur Penelitian ... 23
E. Teknik Analisis Data ... 27
BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29
1. Karakteristik Tes Diagnostik Two-tier ... 29
2. Validitas, Reliabilitas dan Kunci Determinasi ... 34
3. Hasil Diagnosis Miskonsepsi Siswa ... 43
B. Pembahasan ... 61
1. Kualitas Tes Diagnostik Two-tier ... 62
2. Pembaharuan Tes Diagnostik Two-tier ... 64
3. Miskonsepsi yang Teridentifikasi ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
(8)
1
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia merupakan cabang ilmu alam yang dipelajari di tingkat sekolah menengah atas (SMA). Siswa yang mengalami proses belajar kimia akan mengalami proses perubahan baik dari aspek tingkah laku, aspek pengetahuan maupun aspek keterampilannya (Usman, 2000). Tetapi, pelajaran kimia memiliki perhatian sendiri bagi para siswa yang dirasakan cukup sulit untuk dipelajari dari waktu ke waktu. Hal ini karena ilmu kimia memiliki karakteristik yang diantaranya berhubungan dengan rumus-rumus kimia, bahasa simbolik dan bersifat abstrak.
Dalam proses belajar kimia ini yang membuat para pelajar sangat rentan mengalami kesalahan konsep. Selama proses belajar tidak dapat terelakkan terjadinya suatu miskonsepsi. Sehingga, banyak sekali konsep-konsep kimia yang menimbulkan konsepsi yang berbeda-beda pada setiap siswanya dan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pemahaman konsep kimia. Kesalahan konsep atau miskonsepsi merupakan konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para ilmuwan di bidang yang bersangkutan (Suparno, 2005).
Pada pelajaran kimia, salah satu konsep yang dirasakan sulit bagi siswa adalah konsep kepolaran senyawa. Maka, pada materi ini dapat dirasakan siswa rentan mengalami miskonsepsi. Hal ini karena pada konsep kepolaran senyawa ini banyak berhubungan dengan konsep-konsep kimia lainnya, juga salah satu materi yang bersifat abstrak. Terdapat kajian yang membahas pasangan-pasangan elektron dan struktur Lewis, bentuk molekul yang menjelaskan sifat kepolaran dari ikatan dan molekulnya. Ini semua tidak akan tampak secara nyata yang memungkinkan para siswa akan memiliki pemahaman konsep-konsep yang berbeda.
Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa pada suatu konsep dapat digunakan dengan suatu tes diagnostik. Tes diagnostik digunakan untuk
(9)
2
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengetahui kelemahan-kelemahan siswa pada suatu konsep sehingga dapat dilakukan penempatan (placement) yang tepat (Arikunto, 2009:34). Hasil tes dapat digunakan sebagai dasar memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.
Suatu tes diagnostik yang akan digunakan dalam mengidentifikasi kesalahan konsep atau miskonsepsi siswa adalah tes diagnostik pilihan ganda
two-tier. Tes two-tier ini terdiri dari dua tier, dimana pada tier pertama merupakan jawaban isi dari pertanyaan, dan pada tier kedua berupa jawaban alasan (Chandrasegaran et al, 2007). Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui terkait pemahaman konsep para siswa, diantaranya penggunaan peta konsep, wawancara dan tes diagnostik pilihan ganda two-tier (Tuysuz, 2009). Tes diagnostik two-tier yang digambarkan oleh Treagust terdapat dua hingga lima pilihan jawaban untuk tier pertama, dan satu set alasan yang sudah termasuk jawaban benar dengan dua sampai lima pilihan pengecoh yang berasal dari miskonsepsi siswa yang dihimpun berdasarkan wawancara dan respon bebas untuk tier kedua (Tuysuz, 2009).
Pemilihan tes diagnostik pilihan ganda two-tier ini karena memiliki dua manfaat utama jika dibandingkan dengan konvensional one-tier. Pertama adalah penurunan kesalahan dalam pengukuran, dan kedua adalah memungkinkan untuk menyelidiki dua aspek dari fenomena yang sama (Tuysuz, 2009).
Suatu penelitian pengembangan tes diagnostik two-tier untuk mengidentifikasi suatu miskonsepsi diluar sana telah banyak dilakukan oleh peneliti lain di beberapa materi kimia. Namun, di Indonesia sendiri untuk penelitian tes diagnostik two-tier sebagai alat untuk mendiagnosis suatu miskonsepsi khususnya pada pelajaran kimia ini masih terbilang sedikit. Salah satu materi kimia yang akan dijadikan tes diagnostuk two-tier pada penelitian ini adalah materi kepolaran senyawa, dikarenakan pada materi ini rentan siswa mengalami kesalahan konsep. Juga belum adanya penelitian yang membahas mengenai pengembangan tes diagnostik two-tier untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada konsep kepolaran senyawa.
(10)
3
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan alasan tersebut, peneliti merasa untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada konsep kepolaran senyawa dengan tes diagnostik two-tier
ini dapat dilakukan, dimana tes diagnostik two-tier ini memiliki format pada
tier pertama yang terdiri dari tiga opsi pilihan jawaban dan pada tier kedua terdiri dari empat opsi pilihan alasan. Format ini dianggap cukup efektif karena apabila semakin banyak pilihan yang tersedia akan semakin banyak miskonsepsi yang teridentifikasi sehingga akan membutuhkan waktu yang cukup lama pula.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “seberapa jauh tes diagnostik two-tier pilihan ganda yang dikembangkan memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas serta mampu mengungkapkan miskonsepsi yang terjadi pada materi kepolaran senyawa
ini?”
Rumusan masalah tersebut dapat dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apakah tes diagnostik two-tier pilihan ganda yang dikembangkan memenuhi kriteria yang baik dilihat dari validitas dan reliabilitas?
2. Apa saja miskonsepsi yang dapat teridentifikasi melalui tes diagnostik
two-tier pilihan ganda pada materi kepolaran senyawa ini?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan tes diagnostik two-tier pilihan ganda yang dapat memenuhi kriteria yang benar berdasarkan validitas dan reliabilitas, serta dapat mengidentifikasikan miskonsepsi yang terjadi pada materi kepolaran senyawa.
(11)
4
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pihak-pihak dalam dunia pendidikan. Di antaranya adalah guru yang akan menentukan strategi pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa, juga bagi peneliti lainnya yang dapat mengembangkan tes diagnostik
two-tier di setiap materi kimia lainnya. .
E. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu bab I pendahuluan, bab II kajian pustaka dan kerangka pemikiran, bab III metode penelitian, bab IV hasil penelitian dan pembahasan, dan bab V kesimpulan dan saran.
Bab I pendahuluan terdiri dari lima bagian yang membahas tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. Bab II terdiri dari dua bagian yang membahas kajian pustaka dan kerangka pemikiran. Kajian pustaka terdiri dari miskonsepsi tes diagnostik two-tier pilihan ganda, pengembangan tes dan ruang lingkup materi kepolaran senyawa. Bab III terdiri dari empat bagian yang membahas tentang lokasi dan subyek penelitian, model butir soal kepolaran senyawa, prosedur penelitian dan teknik analisis data. Bab IV terdiri dari dua bagian yang membahas hasil penelitian dan pembahasan yang membahas mengenai hasil validitas, reliabilitas, kunci determinasi dan hasil aplikasi produk. Bab V yang membahas tentang kesimpulan dan saran.
(12)
21
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri di Bandung, yaitu SMA Negeri 14 Bandung yang melibatkan 36 orang siswa untuk enam soal tes esai, 36 orang siswa SMA Negeri 4 Bandung untuk tahap uji reliabilitas dan 35 orang siswa SMA Negeri 14 Bandung sebagai responden untuk tahap aplikasi produk. Tahap uji produk dilakukan guna untuk membuktikan bahwa produk yang dihasilkan dapat digunakan secara lebih luas.
Subyek dari penelitian ini adalah tes diagnostik two-tier pilihan ganda untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa. Instrumen tes diagnostik two-tier pilihan ganda ini terdiri dari enam soal yang pada tier pertama terdiri dari tiga pilihan jawaban dan pada tier kedua terdiri dari empat pilihan alasan.
B. Model Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier
Pada penelitian ini, instrumen tes diagnostik two-tier pilihan ganda ini untuk tier pertama yang terdiri dari tiga pilihan jawaban dan tier kedua terdiri dari empat jawaban alasan. Berikut adalah model butir soal kepolaran senyawa yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.
(13)
22
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Model Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier.
C. Metode Penelitian
Suatu metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan (Sugiyono, 2010). Penelitian ini didasari oleh metode pengembangan dan validasi ataumetode Development and Validation.
Metode ini merupakan metode untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada sebelumnya (Adams&Wieman, 2010). Berikut adalah langkah-langkah dari penelitian dengan metode ini, yaitu:
STEM
Opsi Tingkat Pertama a. Jawaban
b. Pengecoh c. pengecoh
Opsi Tingkat Kedua I. Jawaban II. Pengecoh III. Pengecoh IV. Pengecoh
Hasil analisis dan kajian literatur materi kepolaran senyawa.
Hasil jawaban siswa pada tes esai.
(14)
23
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Adam&Wieman, 2010)
Gambar 3.2. Desain Metode Penelitian Pengembangan dan Validasi.
Prosedur Penelitian
Secara garis besar tahapan pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Tahap
pengembangan produk
Validasi instrumen
Instrumen
Uji coba instrumen Analisis
Produk akhir
(15)
24
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.3. Tahap-Tahap Penelitian.
Potensi dan Masalah
Kajian pustaka mengenai tes diagnostik miskonsepsi materi kepolaran senyawa dan pembuatan peta konsep
Analisis miskonsepsi berdasarkan literatur tentang miskonsepsi pada materi kepolaran senyawa dari penelitian yang telah ada sebelumnya dan tes esai
Desain Produk tes diagnostik two-tier
pada materi kepolaran senyawa
Uji validasi oleh para ahli
Analisis data
Ditolak Revisi
Uji reliabilitas instrumen kepolaran senyawa
Pengembangan kunci determinsasi miskonsepsi
Aplikasi produk tes diagnostik
Analisis miskonsepsi dari hasil jawaban siswa pada uji coba produk menggunakan kunci
determinasi Tahap
Pengembangan Butir Soal
Tahap Validasi
Tahap Aplikasi Produk
(16)
25
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada tahap-tahap penelitian yang secara umum dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap pengembangan butir soal, tahap validasi dan tahap uji coba produk.
1. Tahap Pengembangan Butir Soal
Tahap pertama dalam pengembangan instrumen butir soal pada penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1). Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data (kajian pustaka mengenai tes diagnostik miskonsepsi materi kepolaran senyawa dan pembuatan peta konsep; Analisis miskonsepsi berdasarkan kajian literarur tentang miskonsepsi pada materi kepolaran senyawa dari penelitian yang telah ada sebelumnya dan tes esai, dan (3) Desain produk (pengembangan kepolaran senyawa).
Kajian pustaka mengenai materi kepolaran senyawa dilakukan guna untuk memperoleh konsep-konsep pada materi kepolaran senyawa yang akan dikembangkan menjadi kisi-kisi soal, juga dilakukan kajian pustaka mengenai pengembangan tes diagnostik dan miskonsepsi dari beberapa jurnal penelitian sebelumnya yang telah ada.
Selanjutnya untuk tahap tes esai ini telah disusun berdasarkan konsep-konsep yang telah dikembangkan di dalam peta konsep-konsep. Tes esai dilaksanakan di salah satu kelas X yang dipilih secara acak dengan murid sebanyak 36 orang siswa. Hasil dari jawaban siswa pada tes esai ini untuk digunakan sebagai pengecoh pada tier kedua di setiap butir soal tes diagnostik.
Setelah tahap kajian literatur dan tes esai, kemudian dilakukan pengembangan tes diagnostik materi kepolaran senyawa dua tier, dengan tier
pertama merupakan jawaban pertanyaan yang diberikan dan tier kedua merupakan alasan dari jawaban pertanyaan tersebut. Dengan demikian tes diagnostik two-tier pada materi kepolaran senyawa untuk tahap awal telah tersusun.
(17)
26
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tahap Validasi dan Reliabilitas
Butir soal tes diagnostik two-tier yang telah terbentuk harus diuji validitas setiap butir soalnya, maka butir soal tes diagnostik two-tier diuji oleh lima validator. Validator yang menilai adalah para ahli dibidang kimia. Dari kelima validator menyatakan bahwa enam butir soal yang diujikan dinyatakan valid serta catatan dan saran yang diberikan oleh para validator agar dihasilkan butir soal yang lebih baik lagi. Dengan dilakukan perbaikan dan saran validator ini akan dilanjutkan ke tahap uji reliabilitas yang diberikan kepada siswa. Pada uji reliabilitas, hasil jawaban siswa di setiap butir soalnya akan diolah dan diberi penilaian untuk didapatkan nilai dari alpha cronbach dengan menggunakan program SPSS 21. Apabila dari keseluruhan butir soal mendapatkan nilai alpha cronbach ≥ 0,6 maka butir soal tes diagnostik two-tier tersebut dapat diterima atau reliabel. Interpretasi reliabilitas berdasarkan nilai cronbach alpha menurut Bhatnagar et al (2004) telah dipaparkan pada tabel 2.2. Selanjutnya butir soal yang telah dinyatakan reliabel dapat diterapkan kepada siswa sebagai tahap aplikasi produk yang hasilnya nanti digunakan sebagai identifikasi miskonsepsi pada siswa. Di dalam tahap aplikasi produk juga dikembangkan kunci determinasi untuk menentukan miskonsepsi yang terjadi pada siswa di setiap konsepnya.
3. Tahap Aplikasi Produk
Tes diagnostik two-tier materi kepolaran senyawa yang telah dikembangkan akan diujikan kepada siswa SMA yang telah melewati atau mempelajari materi kepolaran senyawa. Hasil dari uji ini dianalisis sehingga akan diperoleh miskonsepsi-miskonsepsi pada siswa untuk materi kepolaran senyawa ini.
(18)
27
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Teknik Analisis Data
Untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini maka dilakukan pengolahan data terhadap instrumen penelitian. Teknik analisis data ini dibagi ke dalam dua tahap analisis, yaitu:
1. Analisis Instrumen Tes Diagnostik Kepolaran Senyawa
Analisis instrumen tes diagnostik untuk materi kepolaran senyawa ini menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
a. Uji Validitas
Untuk uji validasi dilakukan oleh lima orang ahli dengan cara memberikan pertimbangan kesesuaian butir soal dengan konsep-konsep materi kepolaran senyawa. Hasil dari validasi ini dinilai dengan cara perhitungan CVR berdasarkan persamaan Lawshe (1975) yang telah dipaparkan pada bab II. Jumlah validator sebanyak lima orang ahli, sehingga nilai minimum CVR adalah sebesar 0,99, sesuai dengan tabel minimum CVR pada Tabel 2.1. Butir soal yang memiliki nilai CVR sama dengan atau lebih dari 0,99 dinyatakan valid atau telah memenuhi kriteria validitas isi dan butir soal, sedangkan butir soal yang memiliki nilai CVR kurang dari 0,99 akan dinyatakan tidak valid atau tidak memenuhi kriteria validitas isi.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan sebagai alat ukur untuk memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya terhadap kemampuan seseorang. Pada penelitian ini, tahap uji reliabilitas dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di Bandung kepada siswa kelas X sebanyak 35 orang dan kelas dipilih secara acak. Uji reliabilitas ini menggunakan teknik cronbach’s alpha melalui program SPSS 21 dengan memberikan skor di setiap butir soal yang diujikan. Siswa yang menjawab benar pada kedua tier di setiap butir soalnya akan diberikan skor satu, namun apabila siswa menjawab salah di salah satu tier
(19)
28
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
skor ini akan didapatkan nilai alpha cronbach. Sesuai dengan yang dikemukakan Bhatnagar et al (2004) jika nilai alpha cronbach 0,6 ≤ α < 0,7 maka butir soal dinyatakan dapat diterima, apabila α ≥ 0,7 dinyatakan butir soal baik atau sangat baik. Interpretasi reliabilitas berdasarkan nilai alpha cronbach menurut Bhatnagar et al (2004) telah dipaparkan pada tabel 2.2.
2. Analisis Miskonsepsi dari Hasil Tes Diagnosis Materi Kepolaran Senyawa
Tarakci (1999) menjelaskan bahwa pada masing-masing butir soal dievaluasi sebagai berikut:
(a). Paham (jika siswa memberikan jawaban benar pada tier pertama dan tier
kedua)
(b). Pemahaman parsial dengan miskonsepsi spesifik (jika siswa memberikan jawaban benar pada salah satu tier dan jawaban salah pada tier lainnya) (c). Tidak paham (jika siswa memberikan jawaban salah pada tier pertama
dan tier kedua)
Pada siswa yang mengalami miskonsepsi, maka penentuan miskonsepsi tersebut menggunakan kunci determinasi miskonsepsi.
(20)
66
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengolahan data, maka penelitian ini dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Tes diagnostik two-tier yang dikembangkan telah memenuhi kriteria baik berdasarkan validitas isi dan tahap reliabilitas. Semua butir soal dinyatakan valid oleh lima validator karena memiliki nilai CVR dan CVI sebesar 1 atau lebih besar dari nilai CVR minimum. Pada uji reliabilitas, enam butir soal yang dikembangkan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,667 dengan kriteria cukup baik
2. Miskonsepsi materi kepolaran senyawa pada siswa yang memiliki presentase terbesar ada pada konsep ikatan polar dan konsep sifat kelarutan. Miskonsepsi terungkap dengan menggunakan acuan kunci determinasi sebagai berikut:
a. Ikatan yang terjadi antara atom-atom dari unsur yang letaknya berdekatan dalam tabel periodik selalu ikatan non polar
(21)
67
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran
Berdasarkan hasil dari pengolahan data, maka peneliti memberikan saran kepada guru untuk menggunakan tes diagnostik sebagai alat untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa untuk membantu para pendidik dalam meningkatkan pemahaman siswa pada konsep-konsep materi. Juga sebaiknya dilakukan pengembangan soal tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat ini di setiap materi kimia yang bertujuan agar memudahkan pendidik dalam mengidentifikasi suatu miskonsepsi siswa dalam setiap konsep materinya.
(22)
68
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Adam S, W. K. & Wieman, C. E. (2010). Development and validation of instruments to measure learning of expert-like thinking. International journal of Science Education, 33(9), 1-24.
Annisa, N. (2013). Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMA kelas X pada materi hidrokarbon. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Arikunto. (1999). Prosedur suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Bhatnagar, R., Kim, J., & Marry, J. E. (2014). Candidate surveys on program evaluatioin: Examining instrument reliability, validity and program effectiveness. American Journal of Educational Research, 2, 683-690.
Chan, R. (2004). Kimia dasar. Diterjemahkan oleh: Departemen kimia ITB. Jakarta: Penerbit Erlangga
Chandrasegaran, A.L. et al. ( 2007). The development of a two-tier multiple choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reaction using multiple level of representation. Chemistry Education Research and Practice, 8, 293-307
(23)
69
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cronbach, L. J. (1951). Coefficient alpha and the internal structure of tests Psychometrika, 16, 297-334.
Depdiknas. (2007). Tes diagnostik. Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Driver, R., & J. Easly (1978). Pupils and paradigsm: A review of literature related to concept development in adolscent science students. Studies in Science Education, 5, 61-84.
Firman, H. (2000). Penilaian hasil belajar dalam pengajaran kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Goh, N. K., Chia, L. S. (1992). Students’ learning difficulties on covalent bonding and structure concepts. Institute of Education Singapore, 12(2), 58-65.
Lawshe, C.H. (1975). A quantitative approach to content validity. Personnel Physichology, 28, 563-575
Mehrens, W. A. & Lehmann, I. J. (1973). Measurement and evaluation: an education and psychology. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Novak, J. D. (1985). Learning how to learn. Australia: Cambridge University Press Melborne.
Nuraeni, J. (2014). Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentikasi miskonsepsi siswa pada materi gaya antarmolekul. (Skripsi), Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
(24)
70
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peterson, R. F., & Treagust, D. F. (1998). Students’ understanding of covalent bonding and structure concepts. The Australian Science Teacher Journal, 33, (4). pp. 77-81.
Sekaran, U. (2006). Metodologi penelitian untuk bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sunarya, Yayan & Agus Setiabudi. (2007). Mudah dan aktif belajar. Bandung: Setia Purna Inves.
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan perubahan konsep dalam pendidikan fisika. Jakarta: Gramedia.
Taber, K. S. (1998). The sharing-out of nuclear attraction; or “I can’t think about physics in chemistry. International Journal of Science Educatioin, 20, 1001-1014.
Tan, D. K. C. And Treagust, D. F. (1999). Evaluating students’ understanding of chemical bonding. School Science Review. 81, (294), 75-83.
Tan, D. K. C., Goh, N. K., Chia, I. S., & Treagust , D. F. (2002). Development and application of a two-tier multiple choice diagnostic instrument to asses high school students’ understanding of inorganic chemistry qualitative analysis. J. Res. Sci. Teach. 39, (4), 283-301.
Tan, K. C. D., Taber K., Goh N. K., dan Chia L. S. (2005). The ionization energy diagnostic instrument: a two-tier multiple-choice instrument to determine high school students’ understanding of ionisation energy. Chem. Educ. Res. Pract. 6. (4). 180-197.
(25)
71
Dinni Khairunnisa, 2015
TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA MATERI KEPOLARAN SENYAWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tarakci, M., Hatipoglu, S., Tekkaya, C., & Ozdon, M. Y. (1999). A cross-age study of high school students’ understanding of diffusion and osmosis.
Hacettepe Univesitesi Egitim Fakultesi Dergisi, 15, 84-93
Treagust, D. F., Chandrasegaran, A. L., & Mouro, M. (2007). “The development of a two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reactions using multiple levels of representation”. Chemistry Education Research and Practice, 8, 293-307.
Treagust, D. F., Harikat S. D. (2009). Conceptual understanding of Bruneian tertiary students: Chemical bonding and structure. Brunei Int. J. Of Sci. & Math. Edu, 1, 33-51.
Treagust, D.F., et al. (1995). A cross-age study of high school student’s understanding of diffusion and osmosis. Hacettepe University Egitim Fakultesi Dergisi.
Tuysuz, C. (2009). Development of two-tier diagnostic instrument and assess students’ understanding in chemistry. Scientific Research and Essay. Usman, M. U., (2000). Menjadi guru profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zeilik, M, (1998). Classroom assessment techniques conceptual diagnostic test. Field Tested Learning Assessment Guide. Tersedia di http://www.flaguide.org/cat/diagnostic/diagnostic1.php. [15 September 2014]
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengolahan data, maka penelitian ini dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Tes diagnostik two-tier yang dikembangkan telah memenuhi kriteria baik berdasarkan validitas isi dan tahap reliabilitas. Semua butir soal dinyatakan valid oleh lima validator karena memiliki nilai CVR dan CVI sebesar 1 atau lebih besar dari nilai CVR minimum. Pada uji reliabilitas, enam butir soal yang dikembangkan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,667 dengan kriteria cukup baik
2. Miskonsepsi materi kepolaran senyawa pada siswa yang memiliki presentase terbesar ada pada konsep ikatan polar dan konsep sifat kelarutan. Miskonsepsi terungkap dengan menggunakan acuan kunci determinasi sebagai berikut:
a. Ikatan yang terjadi antara atom-atom dari unsur yang letaknya berdekatan dalam tabel periodik selalu ikatan non polar
(2)
B. Saran
Berdasarkan hasil dari pengolahan data, maka peneliti memberikan saran kepada guru untuk menggunakan tes diagnostik sebagai alat untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa untuk membantu para pendidik dalam meningkatkan pemahaman siswa pada konsep-konsep materi. Juga sebaiknya dilakukan pengembangan soal tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat ini di setiap materi kimia yang bertujuan agar memudahkan pendidik dalam mengidentifikasi suatu miskonsepsi siswa dalam setiap konsep materinya.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Adam S, W. K. & Wieman, C. E. (2010). Development and validation of instruments to measure learning of expert-like thinking. International journal of Science Education, 33(9), 1-24.
Annisa, N. (2013). Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMA kelas X pada materi hidrokarbon. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Arikunto. (1999). Prosedur suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Bhatnagar, R., Kim, J., & Marry, J. E. (2014). Candidate surveys on program evaluatioin: Examining instrument reliability, validity and program effectiveness. American Journal of Educational Research, 2, 683-690.
Chan, R. (2004). Kimia dasar. Diterjemahkan oleh: Departemen kimia ITB. Jakarta: Penerbit Erlangga
Chandrasegaran, A.L. et al. ( 2007). The development of a two-tier multiple choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reaction using multiple level of
(4)
Cronbach, L. J. (1951). Coefficient alpha and the internal structure of tests Psychometrika, 16, 297-334.
Depdiknas. (2007). Tes diagnostik. Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Driver, R., & J. Easly (1978). Pupils and paradigsm: A review of literature related to concept development in adolscent science students. Studies in Science Education, 5, 61-84.
Firman, H. (2000). Penilaian hasil belajar dalam pengajaran kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Goh, N. K., Chia, L. S. (1992). Students’ learning difficulties on covalent bonding and structure concepts. Institute of Education Singapore, 12(2), 58-65.
Lawshe, C.H. (1975). A quantitative approach to content validity. Personnel Physichology, 28, 563-575
Mehrens, W. A. & Lehmann, I. J. (1973). Measurement and evaluation: an education and psychology. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Novak, J. D. (1985). Learning how to learn. Australia: Cambridge University Press Melborne.
Nuraeni, J. (2014). Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentikasi miskonsepsi siswa pada materi gaya antarmolekul. (Skripsi), Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
(5)
Peterson, R. F., & Treagust, D. F. (1998). Students’ understanding of covalent bonding and structure concepts. The Australian Science Teacher Journal, 33, (4). pp. 77-81.
Sekaran, U. (2006). Metodologi penelitian untuk bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sunarya, Yayan & Agus Setiabudi. (2007). Mudah dan aktif belajar. Bandung: Setia Purna Inves.
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan perubahan konsep dalam pendidikan fisika. Jakarta: Gramedia.
Taber, K. S. (1998). The sharing-out of nuclear attraction; or “I can’t think about physics in chemistry. International Journal of Science Educatioin, 20, 1001-1014.
Tan, D. K. C. And Treagust, D. F. (1999). Evaluating students’ understanding of chemical bonding. School Science Review. 81, (294), 75-83.
Tan, D. K. C., Goh, N. K., Chia, I. S., & Treagust , D. F. (2002). Development and application of a two-tier multiple choice diagnostic instrument to asses high school students’ understanding of inorganic chemistry qualitative analysis. J. Res. Sci. Teach. 39, (4), 283-301.
Tan, K. C. D., Taber K., Goh N. K., dan Chia L. S. (2005). The ionization energy diagnostic instrument: a two-tier multiple-choice instrument to determine high school students’ understanding of ionisation energy. Chem. Educ. Res. Pract. 6. (4). 180-197.
(6)
Tarakci, M., Hatipoglu, S., Tekkaya, C., & Ozdon, M. Y. (1999). A cross-age study of high school students’ understanding of diffusion and osmosis.
Hacettepe Univesitesi Egitim Fakultesi Dergisi, 15, 84-93
Treagust, D. F., Chandrasegaran, A. L., & Mouro, M. (2007). “The development of a two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reactions using multiple levels of representation”. Chemistry Education Research and Practice, 8, 293-307.
Treagust, D. F., Harikat S. D. (2009). Conceptual understanding of Bruneian tertiary students: Chemical bonding and structure. Brunei Int. J. Of Sci. & Math. Edu, 1, 33-51.
Treagust, D.F., et al. (1995). A cross-age study of high school student’s understanding of diffusion and osmosis. Hacettepe University Egitim Fakultesi Dergisi.
Tuysuz, C. (2009). Development of two-tier diagnostic instrument and assess students’ understanding in chemistry. Scientific Research and Essay. Usman, M. U., (2000). Menjadi guru profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zeilik, M, (1998). Classroom assessment techniques conceptual diagnostic test. Field Tested Learning Assessment Guide. Tersedia di http://www.flaguide.org/cat/diagnostic/diagnostic1.php. [15 September 2014]