PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XI DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA.

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XI

DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kimia

Oleh

Nur Esa Fauziah 0905808


(2)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XI

DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA

Oleh Nur Esa Fauziah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nur Esa Fauziah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

NUR ESA FAUZIAH

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XI

DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dra. Wiwi Siswaningsih, M. Si NIP : 196203011987032001

Pembimbing II

Dr. Sjaeful Anwar NIP : 196208201987031002


(4)

ii

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI dalam Memahami Materi Larutan

Penyangga”. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah menghasilkan instrumen tes

two-tier yang baik yang sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi

miskonsepsi siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pengembangan instrumen tes two-tier dianggap sebagai tahap perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Pengembangan instrumen tes dilakukan melalui tahap wawancara dan tes essay, tahap tes pilihan ganda beralasan bebas dan tahap tes two-tier. Tahap wawancara, tes essay dan tes pilihan ganda beralasan bebas menyumbang miskonsepsi siswa untuk dikembangkan sebagai opsi pada soal tes two-tier. Soal tes two-tier yang dikembangkan dihitung nilai validasinya menggunakan CVR, dengan nilai CVR 0,43 – 1. Hasil CVR menunjukkan 16 butir soal diterima dan 2 butir soal ditolak. Dari 16 butir soal yang valid, terdapat 3 soal yang memiliki konsep yang sama dengan soal lainnya, sehingga hanya 13 butir soal tes two-tier yang digunakan untuk diujikan. Berdasarkan KR20, diperoleh nilai reliabilitas 0,72 dengan kriteria tinggi. Soal tes two-tier diujicobakan kembali secara terbatas terhadap 25 siswa kelas XI

kemudian hasilnya dianalisis sehingga diperoleh beberapa miskonsepsi siswa pada materi larutan penyangga.


(5)

ABSTRACT

The title of this research is “Development of Two-Tier Diagnostic Test Instrument for Identifying XIth Grade-Students’ Misconseptions”. The purpose of this research is development qualified two-tier test instrument for identifying

students’ misconceptions. The metode of this research is qualitative descriptive method. Development of two-tier test instrument is assumed as preparation and execution step. Development of instrument through three steps, they are interviews, paper and pencil test, and two-tier test. Interviews and paper and

pencil test steps give students’ misconceptions which will be used as options in

two-tier test. Two-tier test is analyzed by the validity, use CVR. They have CVR from 0,43 – 1. The results of calculations by CVR shows that 16 questions are valid and the other are invalid. From 16 questions which are valid, there are 3 questions have same concepts with the other questions, so only 13 questions of two-tier test are tried. Reliability of test, which are analyzed by KR20, is 0,72 and

belong to high criterion. The two-tier test instrument is tried to 25 of students then

the results are analyzed so that to be found students’ misconceptions in buffer

solutions.


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Struktur Organisasi ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tes Diagnostik ... 7

B. Tes Two-Tier ... 11

C. Miskonsepsi ... 13

D. Tinjauan Materi Larutan Penyangga ... 16

E. Miskonsepsi dalam Materi Larutan Penyangga ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian... 29

C. Definisi Operasional... 30

D. Instrumen Penelitian... 31

E. Prosedur Penelitian... 32


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Miskonsepsi Siwa dalam Materi Larutan Penyangga ... 41

B. Konstribusi Tahap Pengembangan Tes Two-Tier ... 70

C. Kualitas Butir Soal ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 81


(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Data Hasil Pengukuran pH NH3(aq) 0,1 M dan Perubahan pH ... 17

2.2 Data Hasil Pengukuran pH Larutan Penyangga A (50 mL CH3COOH 0,1 M dan 50 mL CH3COONa 0,1 M) dan Perubahan ... 17

3.1 Kriteria Penilaian Validitas Butir Soal ... 38

3.2 Kriteria Penilaian Reliabilitas Butir Soal ... 39

4.1 Interpretasi Jawaban Siswa ... 42


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Posisi tes diagnostik ... 9

2.2 Cara kerja penambahan asam pada larutan penyangga asam lemah dan basa konjugasinya ... 19

2.3 Cara kerja penambahan basa pada larutan penyangga asam lemah dan basa konjugasinya ... 20

2.4 Cara kerja penambahan asam pada larutan penyangga basa lemah dan basa konjugasinya ... 21

2.5 Cara kerja penambahan basa pada larutan penyangga basa asam lemah dan basa konjugasinya... 22

2.6 Miskonsepsi representasi cara kerja larutan penyangga ... 27

3.1 Diagram alur penelitian ... 33

3.2 Bagan contoh cara penyusunan instrumen tes two-tier ... 36


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN ... 81

A.1 Pedoman Wawancara Kebutuhan Guru ... 83

A.2 Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 84

A.3 Pedoman Wawancara (Tahap Pertama) ... 90

A.4 Jawaban Ideal Wawancara ... 92

A.5 Hasil Validasi Tes Essay ... 95

A.6 Kisi-Kisi Tes Essay ... 98

A.7 Lembar Soal Tes Essay (Tahap Pertama) ... 101

A.8 Jawaban Tes Essay ... 103

A.9 Hasil Validasi Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 108

A.10 Kisi-Kisi Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 116

A.11 Lembar Soal Pilihan Ganda Beralasan Bebas (Tahap Kedua) . 125 A.12 Hasil Validasi Soal Tes Two-Tier ... 128

A.13 Kisi-Kisi Soal Tes Two-Tier ... 145

A.14 Lembar Soal Two-Tier (Tahap Ketiga) ... 152

LAMPIRAN B PENGOLAHAN DATA ... 155

B.1 Hasil Wawancara Kebutuhan Guru ... 156

B.2 Hasil Wawancara (Tahap Pertama) ... 158

B.3 Rekapitulasi Jawaban Hasil Tes Essay ... 175

B.4 Miskonsepsi Hasil Wawancara dan Tes Essay ... 184

B.5 Rekapitulasi Jawaban Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 190

B.6 Miskonsepsi Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas ... 195

B.7 Rekapitulasi Jawaban Hasil Tes Diagnostik Two-Tier ... 207

B.8 Validitas Soal ... 210


(11)

LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN ... 217

C.1 Foto-Foto Penelitian ... 218

C.2 Surat Izin Penelitian ... 220


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Konsep kimia merupakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa dengan berbagai alasan, diantaranya karena konsep kimia bersifat kompleks dan abstrak. Pada kenyataannya, keberhasilan siswa dalam memahami materi kimia bergantung pada informasi yang mereka peroleh berdasarkan hasil pembelajaran sebelumnya atau prakonsepsi (Chandrasegaran, Treagust, dan Mocerino, 2007; Wood dalam Orgill dan Sutherland, 2008). Sebagian besar siswa akan merasa nyaman dengan prakonsepsi mereka dan hanya sedikit menerima informasi baru, sehingga kemungkinan terdapat beberapa ide dan penjelasan dalam pemahaman siswa yang tidak sesuai dengan sudut pandang para ilmuwan yang disebut dengan miskonsepsi atau konsepsi alternatif (Osborne dalam Tüysüz, 2009). Hal ini sering terjadi dalam pembelajaran, terutama pada materi yang dianggap sulit oleh siswa, seperti kimia.

Salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh siswa yaitu materi larutan penyangga. Menurut Johnstone, untuk memahami materi larutan penyangga, diperlukan pemahaman makroskopis, mikroskopis, dan simbolik yang bersifat abstrak serta integrasi antar konsep tersebut. Selain itu, penguasaan konsep kesetimbangan kimia dan asam-basa juga harus dikuasai dengan baik (Orgill dan Sutherland, 2008). Pada kenyataannya, dalam memahami konsep kesetimbangan kimia dan asam-basa tersebut siswa masih banyak mengalami miskonsepsi (Barke, 2009). Oleh karena itu, banyak siswa yang menganggap materi larutan penyangga sulit, padahal materi larutan penyangga sangat penting untuk dipahami oleh siswa karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi larutan penyangga. Orgill dan Sutherland (2008) menemukan banyak miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga. Turyasni (2008) mengungkapkan hanya sebagian kecil siswa (1,2%) yang memiliki pemahaman penuh pada materi larutan penyangga. Hal ini didukung dengan hasil


(13)

penelitian Dahlia (2011) yang menyatakan sekitar 58% siswa di kelas XI reguler SMA Negeri mengalami kesulitan pada konsep larutan penyangga.

Pada umumnya bentuk soal yang sering digunakan untuk mengevaluasi siswa berbentuk pilihan ganda biasa (traditional multiple choice) dan essay. Bentuk soal essay dan pilihan ganda biasa ini hanya dapat mengukur pemahaman siswa, tetapi tidak dapat mengidentifikasi kesulitan ataupun miskonsepsi siswa. Analisis kesulitan siswa umumnya dilihat berdasarkan jawaban uraian siswa atau hanya sebatas analisis soal secara sekilas, namun diagnosis yang dilakukan melalui jawaban uraian siswa ini pun seringkali diabaikan. Hal ini dikarenakan diperlukan waktu yang cukup lama untuk mendiagnosis kesulitan setiap siswa, sedangkan waktu efektif yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar sangat terbatas. Di sisi lain, instrumen tes yang mampu mengidentifikasi miskonsepsi siswa secara praktis belum banyak tersedia. Pengembangan instrumen tes standar yang tidak hanya mampu mengukur kedalaman pemahaman siswa namun dapat juga mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam materi kimia dibutuhkan. Dengan demikian, perlu dikembangkan suatu tes diagnostik.

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat (Arikunto, 2012). Salah satu jenis tes diagnostik yang banyak digunakan adalah

tes diagnostik two-tier. Tes diagnostik two-tier yang digambarkan oleh Treagust (dalam Tüysüz, 2009) dikembangkan dalam dua tingkat yang disusun melalui wawancara, tes tulis dan tes two-tier. Setiap pertanyaan tes two-tier terdapat dua hingga lima pilihan jawaban untuk tier pertama dan satu set alasan untuk tier kedua. Dalam alasan harus sudah termasuk jawaban yang benar dengan dua sampai lima pilihan pengecoh. Pilihan pengecoh ini berasal dari miskonsepsi


(14)

3

kesulitan dan miskonsepsi siswa dalam memahami ikatan kimia. Tan, Goh, Chia, dan Treagust (2001) menyatakan pemahaman siswa dalam analisis kualitatif kimia anorganik dapat diukur menggunakan tes diagnostik two-tier. Pernyataan tersebut didukung oleh Tüysüz (2009) yang menemukan bahwa tes diagnostik two-tier dapat efektif untuk menentukan miskonsepsi siswa serta dapat digunakan sebagai alternatif dari penggunaan tes pilihan ganda tradisional. Efisiensi instrumen tes diagnostik two-tier ini akan memberikan hasil yang signifikan terhadap evaluasi kemampuan pemahaman konsep dan identifikasi konsepsi alternatif siswa SMA dalam area konten yang terbatas (Tan, Taber, Goh, dan Chia, 2005; Chandrasegaran, Treagust, dan Mocerani, 2007).

Instrumen tes two-tier yang digunakan untuk mengukur pemahaman dan mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMA telah dikembangkan dalam beberapa materi kimia, diantaranya pada materi hidrolisis garam, kelarutan dan hasil kali kelarutan, stoikiometri serta hidrokarbon (Astuti, 2012; Purnamasari, 2012; Anugrah, 2013; Annisa, 2013). Secara umum, keempat instrumen yang telah dikembangkan tersebut memiliki kriteria cukup dan baik secara validitas dan reliabilitas. Instrumen tes two-tier yang dikembangkan dalam materi hidrolisis garam serta kelarutan dan hasil kelarutan masih belum dapat mengukur pemahaman konsep siswa sepenuhnya (Astuti, 2012; Purnamasari, 2012), sedangkan instrumen tes two-tier dalam materi stoikiometri dan hidrokarbon telah berhasil mengungkap miskonsepsi siswa (Anugrah, 2013; Annisa, 2013). Instrumen tes two-tier pada materi larutan penyangga belum tersedia, padahal miskonsepsi siswa dalam memahami larutan penyangga bukan suatu permasalahan yang dapat diabaikan begitu saja. Dengan demikian, diperlukan pengembangan instrumen tes two-tier pada materi larutan penyangga.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, penelitian mengenai

Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI dalam Memahami Materi Larutan Penyangga” perlu dilakukan. Melalui penelitian ini, miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga diharapkan dapat teridentifikasi menggunakan instrumen tes diagnostik two-tier yang dikembangkan.


(15)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Miskonsepsi dalam materi larutan penyangga apa yang dapat diidentifikasi dari siswa kelas XI melalui tes diagnostik two-tier?

Rumusan masalah tersebut dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apa saja miskonsepsi siswa yang dapat diidentifikasi melalui tes diagnostik

two-tier pada materi larutan penyangga?

2. Bagaimana konstribusi tahap-tahap pengembangan terhadap instrumen tes diagnostik two-tier yang dihasilkan ?

3. Apakah soal-soal pada instrumen tes diagnostik two-tier yang dikembangkan pada materi larutan penyangga memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas yang baik?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga.

2. Memaparkan konstribusi tahap-tahap pengembangan terhadap instrumen tes diagnostik two-tier yang dihasilkan.

3. Menghasilkan instrumen tes diagnostik two-tier yang baik secara validitas dan reliabilitas.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pihak-pihak dalam dunia pendidikan, diantaranya:


(16)

5

2. Bagi Siswa

a. Dapat mengetahui kedalaman pemahaman siswa sehingga dapat melanjutkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

b. Melatih siswa untuk tidak menjawab soal pilihan ganda dengan cara menebak. 3. Bagi Sekolah

Dapat memberikan sumbangan yang baik dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah, khususnya dalam evaluasi pembelajaran kimia.

4. Bagi Peneliti

Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya sehingga menjadi suatu acuan yang menjadi titik tolak untuk melakukan penyempurnaan atau mengembangkan instrumen tes diagnostik lainnya.

5. Bagi Peneliti Lain

a. Memperoleh informasi baru mengenai tes diagnostik two-tier dalam materi larutan penyangga.

b. Sebagai referensi acuan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

E. Struktur Organisasi

Penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bagian yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dan saran penulis.

1. Pendahuluan

Bagian pendahuluan memuat latar belakang penelitian yang mengungkapkan alasan peneliti mengembangkan instrumen tes two-tier, rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dilakukan, manfaat penelitian serta struktur organisasi penulisan skripsi.

2. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka membahas definisi, ciri-ciri dan sumber miskonsepsi. Selain itu, kajian mengenai tes diagnostik dan tes two-tier yang dikembangkan, dibahas dalam bab ini. Tinjauan materi dan miskonsepsi larutan penyangga turut dijadikan rujukan referensi dalam penelitian ini.


(17)

3. Metode Penelitian

Metode penelitian menguraikan secara rinci mengenai prosedur penelitian yang dilakukan. Dalam bab metode penelitian, dicantumkan lokasi dan obyek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, jenis-jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian, teknik pengumpulan dan teknik pengolahan data. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan pembahasan atau hasil temuan berdasarkan data hasil penelitian. Miskonsepsi siswa diidentifikasi menggunakan instrumen tes diagnostik two-tier. Tahap-tahap pengembangan tes

two-tier diuraikan untuk mengetahui konstribusi tahap pengembangan terhadap

instrumen tes two-tier yang dikembangkan. Nilai validitas dan reliabilitas soal dibahas untuk mengetahui kualitas soal tes two-tier yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.

5. Kesimpulan dan Saran

Penulis menuliskan kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan. Penulis juga mengungkapkan saran untuk penelitian selanjutnya.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Obyek Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Obyek penelitian ini adalah miskonsepsi siswa kelas XI dalam materi larutan penyangga. Secara keseluruhan, penelitian ini melibatkan 122 siswa, dengan rincian 10 orang siswa pada untuk wawancara, 33 orang untuk tahap tes essay, 29 orang untuk tahap tes pilihan ganda beralasan bebas, 25 orang untuk uji reliabilitas soal tes

two-tier dan 25 orang untuk uji coba tes two-tier.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas dan berbagai fenomena yang terjadi, yang menjadi subyek penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat dan model dari fenomena tersebut (Sanjaya, 2013). Dengan kata lain, dengan metode deskriptif peneliti hendak menggambarkan suatu gejala (fenomena), atau suatu sifat tertentu, tidak untuk menerangkan antarvariabel.

Penelitian desktiptif tidak berkenaan dengan menjawab permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi. Penelitian ini merupakan penelitian yang berupaya untuk menjelaskan masalah-masalah yang aktual, yakni masalah yang sedang terjadi atau masalah yang muncul pada saat sekarang. Oleh sebab itu masalah yang layak diteliti dengan metode deskriptif adalah masalah yang relevan dengan keadaan dewasa ini, baik masalah yang mengandung aspek yang banyak, maupun masalah yang hanya mengandung satu aspek saja.

Secara umum, tahapan penelitian yang dilakukan meliputi tahap pendahuluan, tahap persiapan dan pelaksanaan serta tahap analisis data. Untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa, diperlukan soal tes two-tier. Pengembangan tes two-tier dianggap sebagai bagian dari tahap persiapan dan pelaksanaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengembangkan tes diagnostik two-tier


(19)

diadopsi berdasarkan langkah-langkah yang diungkapkan Treagust (dalam Tüysuz, 2009) meliputi wawancara dan tes essay, tes pilihan ganda beralasan bebas serta tes two-tier. Wawancara, tes essay dan tes pilihan ganda beralasan bebas dilakukan untuk mengumpulkan miskonsepsi siswa sebagai bahan penyusunan tes two-tier, sedangkan tes two-tier dilakukan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran mengenai sejumlah istilah yang ada pada penelitian ini, maka peneliti menjelaskan definisi operasional istilah-istilah berikut ini:

1. Pengembangan Tes

Pengembangan tes dapat diartikan sebagai suatu proses perancangan alat ukur (tes) agar menjadi suatu alat ukur (tes) yang berkualitas (Firman, 2000).

2. Tes diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat (Arikunto, 2012).

3. Tes two-tier

Tes two-tier adalah tes diagnostik yang dikembangkan bertingkat dua dengan terdapat satu set jawaban pada tier pertama dan satu set alasan (dua hingga lima alasan) pada tier kedua untuk setiap satu butir soal (Tüysüz, 2009).

4. Miskonsepsi


(20)

31

D. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data penelitian, instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi pedoman wawancara, soal tes essay, soal tes pilihan ganda beralasan bebas dan soal tes two-tier.

1. Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi larutan penyangga. Hasil dari wawancara ini akan digunakan untuk menemukan miskonsepsi atau konsepsi alternatif yang dimiliki oleh siswa. Miskonsepsi siswa ini akan menjadi pengecoh pada pilihan dalam soal pilihan ganda.

2. Soal Tes Essay

Soal essay diberikan kepada siswa melalui tes tertulis. Jawaban dari tes ini berupa pemahaman siswa mengenai materi larutan penyangga yang dapat digunakan untuk melengkapi hasil wawancara sebagai pengecoh dalam soal pilihan ganda.

3. Soal Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas

Soal tes pilihan ganda dikembangkan berdasarkan hasil wawancara dan tes essay. Soal pilihan ganda ini diberikan kepada siswa untuk dijawab disertai dengan alasan siswa menjawab pilihan tersebut. Alasan dari jawaban siswa ini akan dikembangkan menjadi pilihan alasan pada tes two-tier.

4. Soal Tes Two-Tier

Soal pilihan ganda two-tier yang dikembangkan terdiri dari dua tingkat pilihan jawaban, tier pertama terdiri dari dua hingga empat pilihan jawaban dan

tier kedua terdiri dari empat pilihan jawaban. Soal tes two-tier ini diujikan

terhadap siswa untuk memperoleh jawaban siswa sehingga dapat dilakukan identifikasi miskonsepsi siswa.


(21)

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilakukan melalui tiga tahap utama yaitu tahap perndahuluan, tahap persiapan dan pelaksanaan dan tahap analisis data. Prosedur penelitian ini dapat digambarkan melalui bagan alir sebagai berikut (ditunjukkan pada halaman 32):


(22)

33

Gambar 3.1 Diagram alur penelitian

Tahap Pendahuluan

Studi literatur mengenai miskonsepsi, tes diagnostik two-tier, materi larutan penyangga dan SKKD larutan penyangga

Penyusunan butir soal tes essay dan pedoman wawancara

Revisi Validasi butir soal tes essay dan pedoman wawancara

Pelaksanaan tes essay dan wawancara

Revisi Penyusunan butir soal pilihan ganda beralasan bebas

Validasi butir soal pilihan ganda beralasan

Pelaksanaan tes pilihan ganda beralasan

Validasi isi butir soal tes two-tier oleh ahli Penyusunan butir soal tes two-tier Tahap Persiapan dan

Pelaksanaan

Identifikasi Miskonsepsi Pelaksaan tes two-tier

Kesimpulan

Uji reliabilitas soal tes two-tier Perhitungan CVR setiap butir soal CVR < 0,99

Butir soal ditolak

CVR > 0,99 Butir soal diterima

Tahap analisis data


(23)

Tahapan penelitian secara umum terdiri dari tiga tahap utama, yaitu tahap pendahuluan, tahap perencanaan dan pelaksanaan, serta tahap analisis data. 1. Tahap Pendahuluan

Pada tahap pendahuluan, penelitian melakukan penelusuran studi literatur dan wawancara kebutuhan guru di sekolah. Penelusuran studi literatur dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai tes diagnostik dan pengembangannya, tes

two-tier, miskonsepsi, materi larutan penyangga dan SKKD yang berlaku di

sekolah yang sesuai dengan KTSP 2006. Materi larutan penyangga terdapat pada SK 4 yaitu “Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan penerapannya” dan KD 4.4 yaitu “Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh manusia” untuk kelas XI semester 2.

Wawancara kebutuhan guru dilakukan untuk mengetahui ketersediaan instrumen tes diagnostik yang mampu mengidentifikasi miskonsepsi siswa. Setelah dilakukan wawancara, pada umumnya guru di sekolah tidak memiliki instrumen tes diagnostik yang mampu mengidentifikasi miskonsepsi siswa, sehingga perlu dilakukan pengembangan instrumen tes two-tier terlebih dahulu.

2. Tahap Persiapan dan Pelaksanaan

Persiapan dan pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tiga langkah utama untuk menyusun dan melaksanakan tes two-tier yaitu, wawancara dan tes essay, tes pilihan ganda beralasan bebas serta tes two-tier.

a. Wawancara dan Tes Essay

Sebelum dilakukan wawancara dan tes essay, panduan wawancara dan soal tes essay disusun terlebih dahulu berdasarkan SKKD materi larutan penyangga. Pedoman wawancara ini divalidasi terlebih dahulu oleh dua orang


(24)

35

Tes essay dilakukan untuk melengkapi hasil wawancara. Hal ini bertujuan agar siswa yang kurang mampu berkomunikasi secara lisan dapat menuangkan pemahaman materi larutan penyangga dalam bentuk tes tulis. Siswa yang disertakan dalam tes essay sekitar 33 orang. Dari hasil tes essay ini, jawaban siswa yang mengandung miskonsepsi juga digunakan sebagai pengecoh pada tes pilihan ganda.

b. Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas

Tes pilihan ganda beralasan bebas disusun berdasarkan miskonsepsi siswa yang dihimpun dari hasil wawancara dan tes essay serta miskonsepsi yang diperoleh berdasarkan hasil studi literatur. Miskonsepsi tersebut digunakan sebagai pilihan pengecoh pada tes pilihan ganda beralasan bebas. Soal pilihan ganda beralasan bebas ini divalidasi terlebih dahulu oleh dosen pembimbing.

Pada tes ini, siswa diharuskan memilih satu jawaban yang paling tepat kemudian menjelaskan alasannya memilih jawaban tersebut. Siswa yang diikusertakan dalam tes pilihan ganda beralasan bebas ini terdiri dari 29 siswa. c. Tes Two-Tier

Pada tahap penyusunan tes two-tier, miskonsepsi siswa yang dihimpun dari studi literatur, tes wawancara, tes essay dan tes pilihan ganda beralasan bebas diolah soal tes two-tier. Miskonsepsi tersebut kemudian disusun menjadi pilihan pada pilihan ganda tier pertama soal tes two-tier dan alasan pada tier kedua soal tes two-tier. Dengan demikian, draft soal tes two-tier telah tersusun.

Jadi, secara umum penyusunan tes two-tier dirangkum dalam bagan (Annisa, 2013) sebagai berikut (ditunjukkan pada halaman 36):


(25)

Gambar 3.2 Bagan contoh cara penyusunan instrumen tes two-tier

Berdasarkan bagan di atas, secara umum langkah penyusunan tes two-tier diawali dengan dilakukan wawancara dan tes essay untuk menjaring miskonsepsi berdasarkan jawaban siswa kemudian miskonsepsi tersebut digunakan sebagai opsi pada tier pertama soal tes two-tier. Pada tahap selanjutnya dilakukan tes pilihan ganda beralasan bebas untuk memperoleh miskonsepsi yang terdapat pada alasan dari jawaban siswa. Miskonsepsi pada alasan jawaban siswa tersebut digunakan sebagai opsi pengecoh pada tier kedua soal tes two-tier. Dengan demikian soal tes two-tier dapat disusun.

Soal tes two-tier yang dikembangkan sebanyak 18 soal. Soal tes two-tier ini divalidasi oleh beberapa ahli. Validasi isi dilakukan oleh 5 orang dosen pendidikan kimia (2 dosen pembimbing, 2 dosen ahli evaluasi pendidikan dan 1

Campuran 100 mL larutan asam cuka 0,1 M dan 50 mL larutan natrium hidroksida 0,1 M jika ke dalamnya ditambahkan 1 mL larutan HCl 0,1 M, maka pH campuran

larutan …

a. berubah semakin asam

b. berubah menjadi netral

c. relatif tetap

d. tidak berubah

Alasan

1) HCl merupakan asam

2) HCl tidak mempengaruhi pH larutan

3) larutan tersebut bukan larutan

penyangga

4) larutan tersebut merupakan larutan

penyangga

Tier pertama disusun berdasarkan miskonsepsi yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan tes essay mengenai sifat larutan penyangga.

Tier kedua disusun

berdasarkan hasil tes pilihan ganda beralasan bebas mengenai sifat larutan penyangga.


(26)

37

soal telah reliabel, selanjutnya soal tes two-tier siap untuk diterapkan pada uji coba terbatas.

3. Tahap Analisis Data

Soal tes two-tier diujikan terhadap siswa yang telah mempelajari materi larutan penyangga. Siswa yang mengikuti tes two-tier adalah 25 orang. Hasil dari tes two-tier tersebut diinterpretasi sehingga diperoleh miskonsepsi-miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga berdasarkan hasil tes two-tier.

F. Teknik Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Data Hasil Wawancara dan Tes Essay

Pengolahan data hasil wawancara dan tes essay dilakukan sebagai berikut: a. Mencatat hasil wawancara.

b. Menganalisis hasil wawancara. c. Mencatat hasil tes essay. d. Menganalisis hasil tes essay.

e. Menyusun hasil wawancara dan hasil tes essay menjadi pilihan pada soal pilihan ganda beralasan bebas.

f. Validasi soal pilihan ganda beralasan bebas.

2. Data Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Bebas

Pengolahan data untuk tes pilihan ganda beralasan bebas sebagai berikut: a. Mencatat hasil tes pilihan ganda beralasan bebas.

b. Menganalisis hasil tes pilihan ganda beralasan bebas.

c. Menyusun alasan yang dijawab oleh siswa sebagai pilihan tier kedua pada soal tes


(27)

3. Uji Butir Soal Tes Two-Tier

Butir soal tes two-tier diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya. a. Validitas

Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut. Dengan kata lain, validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur memenuhi fungsinya (Firman, 2000). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis validitas isi yaitu content validity ratio atau CVR.

Sebelum dilakukan perhitungan nilai CVR, setiap butir soal two-tier yang telah disusun dinilai oleh ahli apabila seorang ahli menyatakan butir soal tersebut valid maka butir soal tersebut diberi bobot 1 dan jika tidak valid maka bobot butir soal tersebut 0. Selanjutnya, nilai CVR masing-masing butir soal dihitung.

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Validitas Butir Soal

Kriteria Bobot

Valid 1

Tidak Valid 0

CVR dihitung berdasarkan rumus berikut :

ne = jumlah validator yang menyatakan valid

N = jumlah keseluruhan validator

(Lawshe, 1975) Keterangan :

1) Jika jumlah validator yang menyatakan valid kurang dari ½ jumlah keseluruhan validator, maka nilai CVR adalah negatif.


(28)

39

Jumlah validator yang disertakan untuk memvalidasi soal tes two-tier adalah 7 orang. Menurut Lawshe (1975) apabila validator yang disertakan berjumlah 7 orang, maka nilai minimum CVR soal yang diterima adalah 0,99. b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda (Arifin, 2013). Uji reabilitas soal yang digunakan adalah teknik Kuder-Richardson atau Kr20. Teknik ini dipilih karena cocok untuk tes yang menggunakan soal dua

pilihan dengan salah satu jawaban benar (Arifin, 2013).

Sebelum dilakukan perhitungan nilai reliabilitas instrumen tes two-tier, setiap jawaban siswa diberi skor terlebih dahulu. Apabila siswa menjawab kedua

tier pada setiap soal, maka akan mendapat skor 1, namun apabila salah satu tier

atau kedua tier salah, maka mendapat skor 0.

Untuk menghitung reliabilitas, digunakan persamaan Kr20 sebagai

berikut:

(Arifin, 2013) Keterangan :

p = proporsi jumlah siswa yang menjawab betul q = 1  p

∑ k = jumlah butir soal

Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Reliabilitas Soal Koefisien Reliabilitas Tafsiran

0,81 – 1, 00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah


(29)

4. Data Hasil Tes Two-Tier

Tüysüz (2009) menjelaskan suatu butir soal tes two-tier dinyatakan benar apabila jawaban dan pilihan alasan siswa benar. Dengan demikian, miskonsepsi siswa dapat dianalisis berdasarkan jawaban yang diberikan siswa pada tes

two-tier. Apabila siswa menjawab benar pada pilihan ganda tier pertama maupun

pilihan alasan pada tier kedua maka siswa telah paham terhadap konsep tersebut, namun apabila jawaban dan atau alasan siswa salah, maka dilakukan analisis pada setiap jawaban siswa tersebut untuk menemukan miskonsepsi siswa.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan yang dirangkum berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah disusun sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil uji coba soal tes two-tier secara umum diperoleh miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga, yaitu :

a. Larutan penyangga selalu dapat mempertahankan pH terhadap penambahan asam, basa maupun pengenceran.

b. Campuran larutan asam lemah dan basa kuat selalu dapat membentuk larutan penyangga.

c. Campuran larutan asam lemah dan basa kuat berlebih dapat membentuk larutan penyangga sehingga mampu mempertahankan pH larutan terhadap penambahan sedikit asam, basa maupun pengenceran.

d. Campuran larutan asam lemah berlebih dan basa kuat tidak membentuk larutan penyangga sehingga tidak mampu mempertahankan pH terhadap penambahan sedikit asam, basa maupun pengenceran.

e. Tidak ada kesetimbangan reaksi yang terjadi pada sistem larutan penyangga.

2. Setiap tahap pengembangan soal tes two-tier memiliki konstribusi dalam mengidentifikasi miskonsepsi siswa sebagai rujukan dalam penyusunan soal tes two-tier. Berdasarkan hasil wawancara dan tes essay, diperoleh miskonsepsi siswa yang digunakan sebagai opsi pengecoh dalam tes pilihan ganda berlasan bebas, sedangkan berdasarkan hasil tes pilihan ganda beralasan bebas, diperoleh miskonsepsi yang digunakan sebagai opsi pengecoh untuk alasan dalam tes two-tier. Dengan demikian, miskonsepsi yang diperoleh dari wawancara dan tes essay digunakan sebagai opsi pengecoh untuk tier pertama, sedangkan miskonsepsi yang diperoleh dari tes pilihan ganda beralasan bebas digunakan sebagai opsi pengecoh pada tier kedua tes two-tier.


(31)

77

3. Secara validitas, berdasarkan nilai CVR, terdapat 22 soal yang valid dari 24 soal yang divalidasi. Berdasarkan reliabilitas KR20, soal tes two-tier yang

dikembangkan memiliki nilai reliabilitas 0,72. dengan kriteria tinggi. Secara keseluruhan soal tes two-tier yang disusun telah memenuhi kriteria baik sehingga soal tes two-tier berfungsi dengan baik dan konsisten dalam mengevaluasi pemahaman siswa.

B. SARAN

1. Pemilihan miskonsepsi sebagai pilihan alasan pada tier kedua (tier alasan) sebaiknya menggunakan alasan yang lebih umum sehingga tidak menimbulkan adanya pasangan opsi yang tidak bersesuaian satu sama lain. 2. Soal tes two-tier yang dikembangkan sebaiknya diujicobakan lebih dari satu

kali dan direvisi kembali hingga diperoleh kualitas soal tes two-tier yang lebih baik lagi, baik dilihat dari segi validitas maupun reliabilitas.

3. Jumlah soal tes two-tier yang dikembangkan lebih banyak lagi agar dapat mengukur setiap konsep dari materi larutan penyangga secara rinci.

4. Sebelum diterapkan, sebaiknya soal tes two-tier disesuaikan dengan pembelajaran yang dilakukan di sekolah agar memiliki fungsi ganda, selain digunakan untuk mengukur pemahaman siswa, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.

5. Sebaiknya dilakukan pengembangan soal tes two-tier pada setiap materi kimia untuk memudahkan guru dalam mengidentifikasi miskonsepsi siswa.


(32)

78

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Annisa, N. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice

Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X Pada Materi Hidrokarbon. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Anugrah, IR. (2013). Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri Pada Siswa

Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Astuti, L. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik Two–Tier Untuk Mengukur Pemahaman Konsep Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Barke, H.D, Al-Hazari, dan Yitbarek, S. (2009). Misconception in Chemistry. Berlin: Springer.

Chandrasegaran, A.L., Treagust, D.F. dan Mocerino,M. (2007). “The Development of a Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument for Evaluating Secondary School Students’ Ability to Describe and Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels of Representation.” Chem. Educ. Res Practice, 8 (3), 293-307.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Jakarta: Erlangga.

Dahlia, C. (2011). Analisis Kesulitan Pemahaman Materi Larutan Penyangga

pada Siswa Kelas XI Reguler dan Kelas XI RSBI SMA Negeri 1 Kudus.

Tesis Magister pada UNS: tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2007). Tes Diagnostik. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.


(33)

Firman, H. (2000).Penilaian Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Lawshe, CH. (1975). “a Quantitative Approach to Content Validity”. Phrsonnhl Psychoi.Ogy. 28, 563-575.

Orgill, M.K dan Sutherland, A. (2008). “Undergraduate Chemistry Students’ Perceptions of and Misconceptions about Buffers and Buffer Problems.”

Chem. Ed. Res. Prac. 9, 131 – 142.

Purnamasari, R. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik Two-Three Mutiple

Choice Untuk Mengukur Pemahaman Konsep Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: tidak

diterbitkan.

Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan . Jakarta: Kencana Predana Media. Sumarna, O, Mulyani, S dan Hernani. (2006). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI.

Bogor: Regina.

Sutresna, N. (2007). Buku Kimia SMA Kelas XI. Jakarta: Grafindo.

Tan, K.C.D., Goh N.K., Chia L.S., dan Treagust D.F. (2001). “Development and Application of a Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument to Assess High School Students’ Understanding of Inorganic Qualitative Analysis”, J. Res. Sci. Teach. 39, (4), 283-301.

Tan, K.C.D. dan Treagust, D.F. (1999). “Evaluating Students' Understanding of Chemical Bonding”. Sch. Sci. Rev. 81, (294), 75-83.

Tan, K.D, Taber K., Goh N.K., dan Chia L.S.(2005). “The ionization energy diagnostic instrument: a two-tier multiple-choice instrument to determine high school students’ understanding of ionisation energy.”

Chem. Educ. Res. Pract. 6, (4), 180-197.


(34)

80

Underwood, AL dan Day, RA.2002. Analisis Kimia Kuantitatif diterjemahkan oleh Simarmata L dan Hilarius Wibi H. Jakarta: Erlangga.

Whitten, Davis, Peck dan Stanley.(2004). General Chemistry 7th Edition [e-book]

Brodscole ISBN : 0534408605. Tersedia di : http://www.ebook3000.com. Zakaria, E. (2007). Trend Pengajaran dan Pembelajaran Matematik. Kuala

Lumpur: Prin-ad Sdn Bhd. .


(1)

40

4. Data Hasil Tes Two-Tier

Tüysüz (2009) menjelaskan suatu butir soal tes two-tier dinyatakan benar apabila jawaban dan pilihan alasan siswa benar. Dengan demikian, miskonsepsi siswa dapat dianalisis berdasarkan jawaban yang diberikan siswa pada tes

two-tier. Apabila siswa menjawab benar pada pilihan ganda tier pertama maupun

pilihan alasan pada tier kedua maka siswa telah paham terhadap konsep tersebut, namun apabila jawaban dan atau alasan siswa salah, maka dilakukan analisis pada setiap jawaban siswa tersebut untuk menemukan miskonsepsi siswa.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan yang dirangkum berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah disusun sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil uji coba soal tes two-tier secara umum diperoleh miskonsepsi siswa dalam materi larutan penyangga, yaitu :

a. Larutan penyangga selalu dapat mempertahankan pH terhadap penambahan asam, basa maupun pengenceran.

b. Campuran larutan asam lemah dan basa kuat selalu dapat membentuk larutan penyangga.

c. Campuran larutan asam lemah dan basa kuat berlebih dapat membentuk larutan penyangga sehingga mampu mempertahankan pH larutan terhadap penambahan sedikit asam, basa maupun pengenceran.

d. Campuran larutan asam lemah berlebih dan basa kuat tidak membentuk larutan penyangga sehingga tidak mampu mempertahankan pH terhadap penambahan sedikit asam, basa maupun pengenceran.

e. Tidak ada kesetimbangan reaksi yang terjadi pada sistem larutan penyangga.

2. Setiap tahap pengembangan soal tes two-tier memiliki konstribusi dalam mengidentifikasi miskonsepsi siswa sebagai rujukan dalam penyusunan soal tes two-tier. Berdasarkan hasil wawancara dan tes essay, diperoleh miskonsepsi siswa yang digunakan sebagai opsi pengecoh dalam tes pilihan ganda berlasan bebas, sedangkan berdasarkan hasil tes pilihan ganda beralasan bebas, diperoleh miskonsepsi yang digunakan sebagai opsi pengecoh untuk alasan dalam tes two-tier. Dengan demikian, miskonsepsi yang diperoleh dari wawancara dan tes essay digunakan sebagai opsi pengecoh untuk tier pertama, sedangkan miskonsepsi yang diperoleh dari tes pilihan ganda beralasan bebas digunakan sebagai opsi pengecoh pada tier kedua tes two-tier.


(3)

77

3. Secara validitas, berdasarkan nilai CVR, terdapat 22 soal yang valid dari 24 soal yang divalidasi. Berdasarkan reliabilitas KR20, soal tes two-tier yang dikembangkan memiliki nilai reliabilitas 0,72. dengan kriteria tinggi. Secara keseluruhan soal tes two-tier yang disusun telah memenuhi kriteria baik sehingga soal tes two-tier berfungsi dengan baik dan konsisten dalam mengevaluasi pemahaman siswa.

B. SARAN

1. Pemilihan miskonsepsi sebagai pilihan alasan pada tier kedua (tier alasan) sebaiknya menggunakan alasan yang lebih umum sehingga tidak menimbulkan adanya pasangan opsi yang tidak bersesuaian satu sama lain. 2. Soal tes two-tier yang dikembangkan sebaiknya diujicobakan lebih dari satu

kali dan direvisi kembali hingga diperoleh kualitas soal tes two-tier yang lebih baik lagi, baik dilihat dari segi validitas maupun reliabilitas.

3. Jumlah soal tes two-tier yang dikembangkan lebih banyak lagi agar dapat mengukur setiap konsep dari materi larutan penyangga secara rinci.

4. Sebelum diterapkan, sebaiknya soal tes two-tier disesuaikan dengan pembelajaran yang dilakukan di sekolah agar memiliki fungsi ganda, selain digunakan untuk mengukur pemahaman siswa, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.

5. Sebaiknya dilakukan pengembangan soal tes two-tier pada setiap materi kimia untuk memudahkan guru dalam mengidentifikasi miskonsepsi siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Annisa, N. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice

Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X Pada Materi Hidrokarbon. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Anugrah, IR. (2013). Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri Pada Siswa

Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier. Skripsi Sarjana pada FPMIPA

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Astuti, L. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik Two–Tier Untuk Mengukur Pemahaman Konsep Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Materi

Hidrolisis Garam. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Barke, H.D, Al-Hazari, dan Yitbarek, S. (2009). Misconception in Chemistry. Berlin: Springer.

Chandrasegaran, A.L., Treagust, D.F. dan Mocerino,M. (2007). “The Development of a Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument for Evaluating Secondary School Students’ Ability to Describe and Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels of Representation.” Chem. Educ. Res Practice, 8 (3), 293-307.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Jakarta: Erlangga.

Dahlia, C. (2011). Analisis Kesulitan Pemahaman Materi Larutan Penyangga

pada Siswa Kelas XI Reguler dan Kelas XI RSBI SMA Negeri 1 Kudus.

Tesis Magister pada UNS: tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2007). Tes Diagnostik. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.


(5)

79

Firman, H. (2000).Penilaian Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Lawshe, CH. (1975). “a Quantitative Approach to Content Validity”. Phrsonnhl Psychoi.Ogy. 28, 563-575.

Orgill, M.K dan Sutherland, A. (2008). “Undergraduate Chemistry Students’ Perceptions of and Misconceptions about Buffers and Buffer Problems.”

Chem. Ed. Res. Prac. 9, 131 – 142.

Purnamasari, R. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik Two-Three Mutiple

Choice Untuk Mengukur Pemahaman Konsep Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: tidak

diterbitkan.

Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan . Jakarta: Kencana Predana Media. Sumarna, O, Mulyani, S dan Hernani. (2006). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI.

Bogor: Regina.

Sutresna, N. (2007). Buku Kimia SMA Kelas XI. Jakarta: Grafindo.

Tan, K.C.D., Goh N.K., Chia L.S., dan Treagust D.F. (2001). “Development and Application of a Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument to Assess High School Students’ Understanding of Inorganic Qualitative Analysis”, J. Res. Sci. Teach. 39, (4), 283-301.

Tan, K.C.D. dan Treagust, D.F. (1999). “Evaluating Students' Understanding of Chemical Bonding”. Sch. Sci. Rev. 81, (294), 75-83.

Tan, K.D, Taber K., Goh N.K., dan Chia L.S.(2005). “The ionization energy diagnostic instrument: a two-tier multiple-choice instrument to

determine high school students’ understanding of ionisation energy.”

Chem. Educ. Res. Pract. 6, (4), 180-197.

Thompson, F dkk. (2006). An exploration of common student misconceptions in

science. International Education Journal,. 7, (4): 553-559.

Turyasni, I. (2008). Analisis Level Mikroskopik dalam Buku Teks Kimia

SMA, Pembelajaran, dan Pemahaman Siswa pada Materi Larutan Penyangga. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.

Tüysüz, C. (2009). “Development of Two-Tier Diagnostic Instrument and

Assess Students’ Understanding in Chemistry”. Academic Journal. 4, (6): 626-631.


(6)

Underwood, AL dan Day, RA.2002. Analisis Kimia Kuantitatif diterjemahkan oleh Simarmata L dan Hilarius Wibi H. Jakarta: Erlangga.

Whitten, Davis, Peck dan Stanley.(2004). General Chemistry 7th Edition [e-book]

Brodscole ISBN : 0534408605. Tersedia di : http://www.ebook3000.com. Zakaria, E. (2007). Trend Pengajaran dan Pembelajaran Matematik. Kuala

Lumpur: Prin-ad Sdn Bhd. .