ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD.
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES
OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP
PENCEGAHAN FRAUD
(Studi Kasus Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana ekonomi program studi akuntansipada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas
Pendidikan Indonesia
Disusun Oleh: Dila Silvana Lestari
1105839
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
(2)
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
(Studi Kasus pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk)
Oleh:
Dila Silvana Lestari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
©2015 Dila Silvana Lestari Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
DILA SILVANA LESTARI
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
(Studi Kasus pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk)
Telah disetujui oleh: Pembimbing,
Denny Andriana, SE, MBA, Ak, CMA NIP. 19811101 201012 1 022
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi
Dr. H. Nono Supriatna, Msi NIP. 19610405 198609 1 001
(4)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
(Studi Kasus pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.)
Oleh:
Dila Silvana Lestari
Pembimbing: Denny Andriana, SE, MBA, Ak, CMA
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penerapan
Sarbanes Oxley Act section 404 terhadap pencegahan fraud pada PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Informan dalam penelitian ini adalah unit Internal audit, keuangan dan Compliance and Risk management. Data yang digunakan adalah data primer dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan Sarbanes Oxley Act section 404 di PT. Telkom sudah berjalan dengan baik, setiap unit sudah membangun dan memelihara pengendalian internal perusahaan sesuai dengan Sarbanes Oxley Act section 404 dan melaporkan hasil evaluasi setiap satu tahun sekali hal ini membuat PT. Telkom mempunyai pengendalian internal yang lebih efektif sehingga mencegah akan terjadinya resiko fraud.
(5)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
ANALYSIS THE EFFECT OF IMPLEMENTATION OF SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TO PREVENT FRAUD
(Study Case on PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.)
By:
Dila Silvana Lestari
Supervisor: Denny Andriana, SE, MBA, Ak, CMA
The purpose of this study is to analysis the effect of implementation of Sarbanes Oxley Act section 404 to prevent fraud at PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. The informan are units of internal audit, financial and compliance and risk management.Primary data has been applied with the methode of study case. Based on the research study has shown that implementation of Sarbanes Oxley Act section 404 worked effectivelly at PT. Telkom. Each units has build and maintain the company's internal controls in accordance with Sarbanes Oxley Act section 404 and evaluation result once in a year. This is makes PT . Telkom has a more effective internal control that can prevent fraud.
(6)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ABSTRACT
KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian... 6
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 6
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Kajian Pustaka ... 7
2.1.1 Sarbanes Oxley Act ... 7
2.1.1.1 Pengertian Sarbanes Oxle y Act ... 7
2.1.1.2 Komponen Sarbanes Oxley Act 2002 ... 7
2.1.1.3 Sarbanes Oxley Act 2002 Section 404 ... 11
2.1.1.4 Implikasi Section 404 terhadap perusahaan ... 14
2.1.2 Kcurangan (Fraud) ... 15
2.1.2.1 Pengertian Kecurangan ... 15
2.1.2.2 Faktor-faktor terjadinya Kecurangan (Fraud) ... 15
2.1.2.3 Kecurangan Menurut Beberapa Perspektif ... 16
(7)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
2.1.2.5 Pengaruh Sarbanes Oxley Act section 404 terhadap pencegahan
Fraud ... 21
2.2 Penelitian Terdahulu ... 21
2.3 Kerangka Pemikiran ... 23
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Objek Penelitian ... 26
3.2 Metode Penelitian ... 26
3.2.1 Desain Penelitian ... 27
3.2.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 27
3.2.2.1 Sumber Data ... 27
3.2.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 27
3.2.3 Instrumen Penelitian ... 30
3.2.4 Teknik Analisis Data ... 31
3.2.5 Pengujian Kredibilitas Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1 Hasil Penelitian ... 35
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk ... 35
4.1.2 Visi dan Misi PT. Telekomunikasi Indonesia ... 39
4.1.3 Unit Internal Audit PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk ... 39
4.1.4 Unit Compliance and Risk Management ... 41
4.1.5 Unit Keuangan ... 41
4.1.6 Data Informan ... 42
4.2 Pembahasan ... 42
4.2.1 Penerapan Sarbanes Oxley Act di PT. Telkom ... 42
4.2.2 Penerapan Sarbanes Oxley Act Section 404 di PT. Telkom ... 49
4.2.2.1 Pendokumentasian ... 52
4.2.2.2 Pengevaluasian ... 56
4.2.2.3 Pelaporan Hasil Evaluasi ... 59
4.2.3 Gejala Fraud pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk ... 62
4.2.4 Pencegahan Fraud di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. ... 64
(8)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
4.2.4.2 Menghambat Terjadinya Kolusi ... 67
4.2.4.3 Fungsi Pengawasan ... 69
4.2.4.4 Gambaran Hukuman ... 71
4.2.4.5 Pemeriksaan Secara Proaktif ... 72
4.2.5 Pengaruh Penerapan Sarbanes Oxley Act section 404 terhadap pencegahan fraud di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79
5.1 Kesimpulan ... 79
(9)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
1.1 Tabel Daftar tingkat Korupsi di Dunia ... 2
2.1 Tabel Ringkasan Penelitian Terdahulu... 25
3.1 Tabel Narasumber Divisi Pengguna Sarbanes Oxley Act section 404 ... 28
4.1 Tabel Data Informan ... 46
4.2 Tabel Reduksi Data Sarbanes Oxley Act 2002 menurut para Informan.... 43
4.3 Tabel Reduksi Data Dampak Penerapan Sarbanes Oxley Act 2002 ... 47
4.4 Tabel Reduksi Data Kendala Penerapan Sarbanes Oxley Act 2002 ... 48
4.5 Tabel Reduksi Data Perkembangan Tanggungjawab perusahaan pada Sarbanes Oxley Act pada seksi 404 ... 50
4.6 Tabel Reduksi Prosedur Pelaporan Keuangan ... 51
4.7 Tabel Reduksi Data Laporan Pengendalian Intern Tingkat Entitas ... 54
4.8 Tabel Reduksi Data Laporan Pengendalian Intern tingkat Transaksional 56 4.9 Tabel Reduksi Data Pengevaluasian Pengendalian Intern secara Berkala an Tepat Waktu ... 58
4.10 Tabel Reduksi Data Tanggungjawab Perusahaan pasa section 404 ... 60
4.11 Tabel Reduksi Data Keefektifan Pengendalian Internal Perusahaan sesuai dengan Sarbanes Oxley Act menurut para informan ... 62
4.12 Tabel Reduksi Data Gejala Fraud ... 63
4.13 Tabel Reduksi Data Gambaran Umum Pencegahan Fraud di PT. Telekomunikasi, Tbk. ... 65
4.14 Tabel Reduksi DataPengendalian yang Baik untuk mencegah terjadinya Fraud ... 67
4.15 Tabel Reduksi Data Menghambat Terjadinya Kolusi untuk Mencegah terjadinya Fraud ... 68
4.16 Tabel Reduksi Data Fungsi Pengawasan untuk mencegah terjadinya Fraud ... 70
4.17 Tabel Reduksi Data Gambaran Hukuman ... 71
(10)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
4.19 Tabel Reduksi Data Hubungan antara arbanes Oxley Act section 404 dengan pencegahan Fraud ... 75 4.20 Tabel Reduksi Data Keefektifan Pengendalian Internal perusahaan
(11)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambar Sebelum Sarbanes Oxley Act Section 404 diberlakukan ... 13
2.2 Gambar Sesudah Sarbanes Oxley Act Section 404 diberlakukan... 13
2.3 Model Kerangka Teoritis ... 25
3.1 Gambar Triangulasi Sumber ... 34
(12)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSekarang ini perkembangan dunia usaha di Indonesia mengalami persaingan yang cukup ketat di segala bidang. Persaingan tersebut disebabkan oleh kemajuan teknologi dan perekonomian yang semakin berkembang dengan pesat. Persaingan ini mengakibatkan perusahaan berupaya mengatasinya dengan strategi yang tepat dalam menghasilkan sebuah produk dalam bentuk barang maupun jasa. Oleh karena itu perusahaan harus bersaing untuk dapat bertahan dan berkembang serta dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sehingga tujuan perusahaan akan tercapai. Perusahaan dapat bertahan dan mencapai tujuannya apabila dikelola dengan baik dan mempunyai pengendalian intern yang baik.
Menurut Hiro Tugiman (2002:1) pengendalian intern adalah terdiri dari rencana organisasi dan keseluruhan metode atau cara serta ukuran yang dikoordinasikan dengan tujuan untuk mengamanan harta kekayaan, meneliti, keakuratan dan dapat dipercayanya data akuntansi, meningkatnya efisiensi operasi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
Kendati pengendalian intern tetap dijaga kestabilannya, kemungkinan terjadinya kecurangan masih tetap ada. Kecurangan tersebut dapat terjadi di dalam kegiatan atau aktivitas yang ada dalam perusahaan yang di presentasikan dalam sistem dan prosedur. Kecuragan terkadang tidak mudah di temukan, biasanya kecurangan ditemukan karena kebetulan maupun karena sesuatu hal yang di sengaja. Manajemen harus berhati hati akan potensi timbulnya kecurangan yang mungkin terjadi di perusahaan yang dikelolanya.
Kecurangan (Fraud) adalah setiap tindakan (Action) ataupun pembiaran (Omission) yang dilakukan/didesain/direkayasa untuk menipu/mengelabui /memanipulasi pihak lain sehingga menjadi korban dan mederita kerugian dan/atau pelakunya memperoleh keuntungan, semua organisasi berisiko dan rentan menjadi sasaran dari Fraud. Masih menurut Salman fraud dalam skala
(13)
2
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
besar menjadikan organisasi dan perusahaan menderita kerugian besar yang dapat
berbentuk kerugian dalam investasi, “legal cost” yang tinggi, terbelenggunya
individu kunci, atau hilangnya kepercayaan masyarakat di pasar modal, terpublikasinya prilaku curang para eksekutif sungguh akan berpengaruh terhadap citra dan reputasi dari perusahaan yang pada gilirannya akan menjadi beban dari pemilik atau pemegang saham perusahaan (Salman, 2011).
Menurut artikel yang diambil dari www.kapanlagi.com, indikasi penyimpangan dan kecurangan ditemukan di PT. Telkom ketika terjadi kerja sama antara PT. Telkom dan PT. Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI). Kerjasama yang dilakukan oleh PT. Telkom dan PT MGTI adalah kerja sama operasional dalam menyediakan sarana telekomunikasi. PT. MGTI sendiri awalnya milik PT Indosat dan Indosat pun awalnya berkeinginan menjual PT.MGTI ke PT Telkom. Pada tahun 2004 PT. Alberta Telecommunication melakukan pembelian terhadap PT. MGTI. Berdasarkan amandemen surat perjanjian kerja sama operasi yang dilakukan PT.Telkom dan PT.Alberta pada 24 Oktober 2003, BUMN ini langsung mngambil alih seluruh pembangunan infrastruktur di Jawa Tengah dan Yogyakarta dari tangan PT.MGTI. hasilnya PT. Telkom membayar fee yang cukup besar dan kewajiban bulanan. Menurut perkiraan, negara akan mengalami kerugian besar akibat perjanjian antara PT Telkom dan PT MGTI ini.
Negara Indonesia termasuk suatu negara dengan paringkat tertinggi di dunia yaitu peringkat 114 dari 182 negara (Transparancy International, 2013).
Tabel 1.1
Daftar Peringkat Korupsi Di Dunia
Rank country Score
106 Gabon 34
106 Mexico 34
106 Niger 34
111 Tanzania 33
(14)
3
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
114 Indonesia 32
Sumber : Transparancy International
Kondisi ini menunjukkan bahwa korupsi di Indonesia belum banyak berubah. Di Indonesia, kecurangan akuntansi dibuktikan dengan adanya :
1. kecurangan dalam laporan keuangan 2. penggelapan pajak
3. penggelapan aktiva 4. pencurian informasi 5. penyuapan
Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktifitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan komisaris, manajemen dan personil lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan yang memadai dalam mencapai 3 tujuan pokok yaitu keandalan pelaporan keuangan, efektifitas dan efisiensi oprasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. (COSO:2004). Guna mencegah kecurangan yang biasanya ditemukan secara kebetulan dalam pelaksanaan audit, maupun dari pihak lain. Perlunya aturan yang di terapkan guna diharapkan dapat membantu menekan kesempatan yang luas dalam melakukan tindakan kecurangan tersebut.
Adanya indikasi kecurangan ini mendorong peneliti untuk mengkaitkan dengan rencana dan pelaksanaan PT. Telkom dalam penerapan aturan Sarbanes
Oxley Act Section 404, karena dalam seksi ini menyangkut mengenai
tanggungjawab perusahaan atas dilaksanakannya dan dipeliharanya pengendalian internal dan kinerja auditor internal dalam membantu kepatuhan perusahaan terhadap Sarbanes-Oxley Act 404 agar menjaga perusahaan dari tindakan kecurangan.
Sarbanes OxleyAct 2002 adalah hukum federal Amerika Serikat yang di
tetapkan pada 30 Juli 2002 sebagai tanggapan terhadap sejumlah skandal akuntansi perusahaam besar yang termasuk diantaranya adalah kasus Worldcom yang merupakan perusahaan komunikasi terbesar kedua di Amerika terpaksa harus dinyatakan pailit pada tahun 2002 setelah ketahuan melakukan kecurangan dalam laporan keuangannya. Kebangkrutan Worldcom merupakan kebangkrutan
(15)
4
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
terbesar dalam sejarah Amerika pada saat itu dengan nilai asetnya sebesar 103,9 miliar dolar US.
Kasus serupa terjadi pada Enron Corporation sebuah perusahaan bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan kertas yang berbasis di Houston,Texas, Amerika Serikat, berdiri sejak tahun 1930,merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia. Sebelum bangkrut pada akhir 2001, Enron mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan mengaku penghasilannya pada tahun 2000 berjumlah $101 milyar. Penghasilan yang besar tersebut berasal dari manipulasi laporan keuangan, penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Dikenal juga dengan istilahfinancial engeneering. Kebangkrutan Enron tersebut menyebabkan dibubarkannya Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen, yang berdiri sejak tahun 1913, sehingga karyawannya sebanyak 85.000 kehilangan pekerjaan. Kesalahan yang ditimpakan kepada Athur Andersen, KAP yang mengaudit Laporan Keuangan Enron karena memberikan Opini Wajar, tidak menemukan atau bahkan dengan sengaja menutupi kecurangan penipuan akuntansi yang dilakukan Enron.
Sarbanes Oxley Act 2002 terdiri dari 11 title dan setiap title nya terbagi
dalam beberapa section. Tujuan undang-undang Sarbanes Oxley ini adalah mengembalikan keyakinan dan kepercayaan publik terhadap laporan keuangan perusahaan. Untuk melakukan itu, Sarbanes Oxley Act menekankan pentingnya pengendalian internal yang efektif . Sarbanes oxley act mengharuskan perusahaan mempertahankan pengendalian internal yang kuat dan efektif terhadap pencatatan transaksi dan pembuatan laporan keuangan. Pengendalian seperti itu sangat penting karena dapat mencegah kecurangan dan pembuatan laporan keuangan yang menyesatkan.
Dalam salah satu pasalnya (Section 404), disebutkan bahwa manajemen perusahaan diwajibkan untuk membangun, memelihara serta melakukan pengujian atas efektifitas pengendalian intern dalam rangka pelaporan keuangan dan memberikan pernyataan tertulis (asersi manajemen) atas hasil pengujian yang dilakukan. Asersi manajemen tersebut harus diaudit oleh auditor eksternal dengan memberikan opini atas efektifitas pengendalian intern dalam rangka pelaporan keunagan yang dilaksanakan dalam perusahaan.
(16)
5
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Sarbanes Oxley Act mengharuskan perusahaan yang ada di Indonesia
terutama bagi perusahaan yang mendaftarkan sahamnya di New York Stock
Exchange (NYSE) untuk menjalankan berbagai ketentuan yang ditetapkan dalam Sarbanes Oxley Act 2002. Peraturan Sarbanes Oxley Act 2002 ini juga harus
diterapkan oleh ouditor internal karena pada section 404 ini mengharuskan untuk menilai, mengevaluasi pengendalian yang ada di perusahaan yang dilakukan oleh audit internal.
PT. Telekomunikasi Indonesia merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah Indonesia dan karenanya tunduk pada hukum dan peraturan yang berlaku, sehingga PT Telkom mengimplementasikan aturan Sarbanes Oxley Act 2002 pada 1 Januari 2006 khususnya section 404.
Penelitian mengenai penerapan Sarbanes Oxley Act masih sangat sedikit dan beberapa penelitian menegenai penerapan Sarbanes Oxley Act section 404 dengan menujukan hasil yang tidak konsisten. Yeshhy Nahampun (2010) menemukan hubungan yang positif signifikan anatara hubungan penerapan
Sarbanes Oxley Act section 404 dengan efektifitas pengendalian interm hasil
senada juga diperoleh dalam penelitian penelitian lainnya seperti yang di teliti Annisa (2012) yang menyatakan bahwa penerapan Sarbanes Oxley Act section
404 mempunyai kekuatan hubungan yang cukup kuat dan positif dengan
pencegahan fraud. Sedangkan hasil yang tidak signifikan seperti dalam penelitian Luki Prastiyanti (2012) yang menyatakan efektifitas pengendalian intern masih belum efektif dengan adanya penerapan Sarbanes Oxley Act section 404.Hal itu menjadi alasan dalam penelitian ini untuk memilih kembali topik tersebut, pada PT Telekomunikasi Indonesia.
Berdasarkan latar belakang masalah, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat penelitian ini dengan judul “Analisis Pengaruh Penerapan Sarbanes Oxley Act Section 404 terhadap Pencegahan Fraud”.
(17)
6
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan di teliti adalah analisis pengaruh penerapan Sarbanes Oxley Act section 404 terhadap pencegahan fraud.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan Sarbanes Oxley Act section 404 di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dari data dan informasi serta hasil yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama bagi :
1. Dapat menambah wawasan dalam bidang auditing khusunya pada penerapan Sarbanes Oxley Act section 404.
2. Khususnya lingkungan perguruan tinggi, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan dapat dijadikan referensi atau bahan penelitian lebih lanjut.
1.4 Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan haruslah mengandung manfaat baik secara teoritis maupun praktis, khususnya bagi peneliti sendiri dan umumnya bagi pihak lain yang membutuhkan makalah ini. Adapun manfaatnya adalah :
1.4.1 Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan di bidang akuntansi khususnya mengenai Sarbanes Oxley Act dan pencegahan fraud. Sehingga dapat menjadi bahan pembelajaran dan acuan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian pada bidang yang sama.
1.4.2 Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan saran-saran dalam penerapan Sarbanes Oxley Act khusunya pada section 404 di
(18)
7
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dan perusahaan-perusahaan yang belum menerapkan Sarbanes Oxley Act.
(19)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek PenelitianObjek penelitian merupakan apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Sesuai dengan judul penelitian, objek yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 2. Pencegahan Fraud
Penelitian ini dilaksanakan pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah Indonesia dan karenanya tunduk pada hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia.Dengan statusnya sebagai Perusahaan milik negara yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham.Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebagai salah satu perusahaan yang telah menerapkan aturan Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 dalam menjalankan tugasnya.
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian
Sugiyono (2012: 14) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang berlandasan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kuatatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Sedangkan menurut Nazir (2005:84) desain penelitian adalah suatu cetak biru bagi pengumpulan, pengukuran dan penganalisian data yang membantu ilmuan dalam mengalokasikan sumber daya penelitian yang terbatas dengan mengemukakan
(20)
27
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pilihan-pilihan penting. Dalam pengertian yang lebih sempit desain penelitian terkait dengan pengumpulan dan analisis data.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian studi kasus atau yang disebut juga penelitian case study. Penelitian studi kasus dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu (perseorangan), kelompok, institusi atau masyarakat.
Berdasakan tujuan yang ingin dicapai penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan seting yang alamiah yang bertujuan menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan berbagai metode yang ada.
3.2.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.2.1 Sumber Data
Data adalah fakta-fakta yang dikumpulkan, dicatat, disimpan dan diproses oleh suatu system informasi (Rommey, 2009:27). Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2007: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena sumber data berpengaruh langsung terhadap kualitas penelitian. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data kata-kata dan tindakan yang diamati/ diwawancara merupakansumber data utama. Sumber data utama dicatat melaui catatan tertulis dan pengambilan foto. Pencatatan sumber data utama merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya (Moleong, 2007:112). Penentuan sumber data dalam penelitian kualitatif menggunakan informan sebagai sumber data primer. 3.2.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Ada beberapa teknik atau metode
(21)
28
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pengumpulan data yang biasanya dilakukan oleh peneliti. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan dari metode yang ada tergantung masalah yang dihadapi (Kriyantono, 2009: 93). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu dengan cara mengumpulkan data yang ada mengenai permasalahan dalam penelitian dengan membaca literatur yang relevan untuk mendukung, seperti buku-buku, jurnal, dan internet mengenai kecemasan berkomunikasi, ketidakpastian, komunikasi antarpribadi dalam bimbingan skripsi.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
1. Wawancara mendalam (depth interview)
Wawancara mendalam (depth interview) merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus-menerus (lebih dari satu kali) untuk menggali informasi dari responden (Kriyantono, 2009:63). Wawancara mendalam adalah wawancara secara intensif untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam.
Tabel 3.1
Daftar Narasumber Divisi Pengguna Sarbanes Oxley Act Section 404
No. Divisi Jumlah Alasan
1. Internal Audit 1 Divisi ini mengetahui segala permasalahan yang terjadi disetiap divisi sehingga mengetahui bagaimana pengaruh penerapan Sarbanes Oxley
Act terhadap kinerja efektifitas
(22)
29
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
internal. Manajer orang yang bertanggung jawab melaporkan setiap kelemahan dan kekurangan dari penerapan Sarbanes Oxley Act.
2. Compliance and Risk Management
1 Divisi ini yang mempunyai prosedur, kebijakan, bisnis proses perusahaan sehingga mengetahui bagaimana pengaruh Sarbanes Oxley Act terhadap efektifitas pengendalian intern dan kinerja audit internal. Manajer orang yang bertanggungjawab melaporkan setiap kekurangan dan kelemahan dari penerapan Sarbanes Oxley Act ini. 3. Keuangan 1 Divisi ini merupakan pusat pencatatan
dan penerimaan yang berhubungan dengan keuangan dan juga bagian yang menerbitkan laporan keuangan. Manajer orang yang bertanggung jawab melaporkan setiap kelemahan dan kekurangan dari penerapan Sarbanes
Oxley Act ini.
4. Internal Audit 1 Staf Internal Audit merupakan pengguna dilapangan yang bekerja melaksanakan apa yang telah dirancang designer, sehingga akan mengetahui bagaimana pengaruh Sarbanes Oxley
Act.
Sumber: data diolah
(23)
30
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung, tanpa mediator, subjek penelitian untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan subjek tersebut. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan pada riset kualitatif. Yang diobservasi adalah interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi antara subjek yang diteliti (Kriyantono, 2009:108). Sedangkan observasi yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, yang merupakan metode observasi tanpa ikut terjun melakukan aktivitas seperti yang dilakukan kelompok yang diteliti, baik kehadirannya diketahui atau tidak (Kriyantono, 2009: 110)
Tempat : PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Lama observasi : 3 bulan
Target : a. Mewawancarai beberapa pihak terkait
b. Mendapatkan data mengenai penerapan Sarbanes Oxley Act di PT Telkom
3.2.3 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peeliti harus memahami bagaimana metode penelitian kualitatif, mempunyai wawasan pada bidang yang diteliti serta siap untuk memasuki objek penelitian dan harus memiliki kesiapan secara logistic maupun akademik.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya (Sugiyono, 2012: 399).
Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat Bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu :
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya
(24)
31
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasrkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara. 3.2.4 Teknik Analisis Data
Dalam hal analisis data kualitatif Maleong (dalam Kriyantono, 2009:165) mendefinisikan analisis data sebagai proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Bodgan & Biklen mengemukakan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Tahap analisis data memegang peran penting dalam riset kualitatif, yaitu sebagai faktor utama penilaian kualitas riset. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dimana analisis data yang digunakan bila data-data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif berupa kata-kata, kalimat-kalimat, atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi Melalui data kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang berifat khusus kepada yang bersifat umum kemudian disajikan dalam bentuk narasi. (Kriyantono, 2009: 194).
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode Miles dan Huberman. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam
(25)
32
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
periode tertentu. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012: 430) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Pada tahap ini, data dari interview transcript, field notes, observationdan lain-lain diseleksi dan diorganisisr melalui condig/ tulisan ringkas.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman (1984) yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Namun selain teks juga dapat berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja) dan chart. Penyajian data ini akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
(26)
33
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
3.2.5 Pengujian Kredibilitas Data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2012: 460). Uji kredibilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. William Wiersma dalam Sugiyono (2012: 264) mengemukakan bahwa triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Dalam penelitian ini triangulasi yang akan digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Setelah data dianalisis oleh peneliti maka akan dihasilkan suatu kesimpulan dengan adanya kesamaan pendapat beberapa sumber, baik informan yang berbeda profesi, maupun informan yang berprofesi sama.
(27)
34
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 Triangulasi Sumber
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang bersangkutan atau yang lain.
Wawancara
mendalam Manajer
Keuangan Manajer Compliance
and risk management
Manajern internal
audit
Staf internal
(28)
35
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Observasi
Wawancara mendalam
Sumber data sama
(29)
78
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Mengenai Analisis Pengaruh Penerapan
Sarbanes Oxley Act Section 404 terhadap Pencegahan Fraud. maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa Penerapan mengenai Sarbanes Oxley Act section 404 di PT. Telkom, Tbk dapat dikatakan baik, hal ini berdasarkan hasil wawancara para informan yang mengatakan bahwa dengan menerapkan Sarbanes Oxley Act 2002 khususnya pada section 404 yang mengharuskan untuk membangun dan memelihara pengendalian internal, perusahaan sudah efektif dilakukan satu tahun sekali hal ini membuat PT. Telkom mempunyai pengendalian internal yang lebih efektif sehingga mencegah fraud. PT. Telkom sudah melakukan pendokumentasian, pengevaluasian dan pelaporan hasil evaluasi sesuai dengan
Sarbanes Oxley Act Section 404. Pelaksanaan pencegahan fraud (kecurangan)
yang dilakukan PT. Telekomunikasi Indonesia. Antara lain dengan menetapkan standar kriteria mengenai kategori tindak kecurangan. Pengelolaan kecurangan di PT. Telkom sendiri berpedoman pada kebijakan perusahaan yang merupakan kelengkapan dari kebijakan perusahaan. Pencegahan fraud di PT. Telkom terjadi karena adanya resiko fraud, sehingga internal audit membuat control untuk mencegah terjadinya fraud. Untuk mencegah terjadinya fraud PT. Telkom memperhatikan sistem pengendalian yang baik, menghambat terjadinya kolusi, meningkatkan fungsi pengawasan, membuat hukuman dan melakukan pemeriksaan secara proaktif.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis berkenan mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Ketidakpatuhan terhadap aturan akan mengganggu kelancaran aktifitas perusahaan sehingga kepatuhan terhadap peraturan dan undang-undang
(30)
79
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
yang berlaku harus selalu dikontrol oleh perusahaan. Salah satu cara dengan pemberian teguran atau sanksi yang tegas terhadap pihak yang melanggarsecara sengaja, dan kerja sama dengan pihak eksternal yang independen dalam menilai kesesuaian antara peraturan yang dipakai diperusahaan dengan peraturan yang berlaku secara umum.
2. Rancangan pengendalian di perushaan harus bisa menghilangkan fraud. setidaknya dapat mencegahterjadinya tindakan kecurangan. Hal tersebut dapat diatasi dengan dilakukan pemilihan terhadap kontrol-kontrol yang akan diuji dalam audit lebih rinci dan berkala.
3. Bagi para peneliti, yang akan meneliti pada bidang yang sama, jika ingin menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi, sebaiknya perlu dikaji kembali, karena dalam penelitian yang penulis lakukan masih terdapat kekurangan, seperti masih terbatasnya unit yang diteliti dan diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menyoroti tentang penerapan Sarbanes Oxley Act 2002 section 302, karena pada section 302 juga diterapkan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dimana pada
section 302 membehas mengenai mewajibkan Direktur Utama dan
Direktur Keuangan untuk melakukan sertifikasi terhadap laporan keuangan perusahaan kepada United States Securities and Exchange
(31)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, w. steve. dan conan c. Albrecht, chad o. Albrecht, Mark F.Zimbelman.(2009). Fraud Examination. Edisi 3.. Mason ohio
Arens, Alvin A., et al. (2008). Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Erlangga. Alih bahasa: Herman Wibowo. Editor:Wibi Hardani, dan Suryadi Saat Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek.
Jakarta:Rineka Cipta
Asikin, Bachtiar. (2006). “Pengaruh sikap Profesionalisme Auditor Internal terhadap Peranan Internal Auditor dalam Pengungkapan Temuan Audit”. Jurnal
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). (2008). “The Commisionon Auditors Responsibilities: Report, Conclusion, and Recomandations. ” New York:AICPA
Amin Widjaja Tunggal. (2010). Teori dan Praktek Auditing. Jakarta: Harvindo Amin Widjaja Tunggal. (2000), Auditing Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta
Annisa. (2012). Pengaruh Penerapan Sarbanes Oxley Act section 404 terhadap
pencegahan fraud. Skripsi Universitas Widyatama. Tidak Dipublikasikan
Brian J. Perry, (2002) Is Information a Commodity?; British Library Research and Development Department
Casyasumirat, Gunawan. (2006). Pengaru Profesionalisme dan Komitmen
Organisasi terhadap Kinerja Internal Audit. Tesis Universitas Diponogoro.
Dibulikasikan
COSO. (2004). Enterprise Risk Management - Integrated Framework. the Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission
(32)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Ghozali, Imam. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Penerbit Universitas Diponogoro
Husein, Umar. (2008), Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Seri Desain Penelitian Bisnis – No 1, PT Rajagrafindo Persada Jakarta.
Iman Sjahputra tunggal, dan Amin Widjaja Tunggal.2008 “Auditing dan Undang
-undang Sarbanes Oxley Act”
Kriyantono, Rachmat. (2009). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kumaat, Valery. (2011). internal audit. Jakarta: perenbit erlangga
Lexy J., Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Lukman, Ari. (2011),Analisis Hubungan antara penerapan Sarbanes Oxley Act
Section 404 Dengan kinerja auditor internal. Skripsi Universitas Padjajaran.
Tidak dipublikasikan
Prastiyanti, Luki. (2012),Evaluasi Pengendalia Intern sesuai Sarbanes Oxle Act
section 404(Studi kasus pada Pt. Telekomunikasi Indonesia). Skripsi
Universitas Indonesia. Dipublikasikan
M. Nazir (1998). Metode penelitian. PT. Ghalia Indonesia, Jakarta
Rahayu, Siti. dan Suhayati Ely. (2010) Auditing Konsep Dasar dan Pedoman
Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rosalina(2013), Pengaruh audit internal dan pengendalian internal terhadap
kecurangan
Soejono Karni, 2000, Auditing, Audit Khusus dan Audit Forensik. Jakarta: LPFE UI
(33)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Suharyadi dan Purwanto. (2009). Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta:Salemba Empat
Tugiman, Hiro.(1997). standar profesional audit internal,Yogyakarta: kanisius Tugiman, Hiro. (2002). Audit Internal. Kumpulan bahan pelatihan di yayasan
pendidikan internal audit
Tugiman, Hiro. 2006. Standar Profesional Audit Internal. Edisi Kelima. Yogyakarta: Kanisius
Ulum Ihyaul. (2009) Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Yeshhy Nahampun. (2010). Pengaruh Undang-undang Sarbanes Oxley Act
terhadap pengendalian internal, pengendalian aplikasi dan laporan keungan pada perusahaan jasa telekomunikasi.Skripsi Universitas
Widyatama. Dipublikasikan Website:
http://www.sox-online.com/act_section_404.html [02 Maret 2015] http://www.sarbanes-oxley.com/[02 Maret 2015]
http://www.computesta.com/blog/2012/05/worldcom-kebangkrutan-besar-yang-penuh-skandal/#.VQJ3unyUcZM [07 Maret 2015]
http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/palembang/attachments/146_ARTIKEL-SOA-WEB.pdf [07 Maret 2015]
wikipedia.com [25 Maret 2015] kapanlagi.com [25 Maret 2015]
(1)
35
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Observasi
Wawancara mendalam
Sumber data sama
(2)
78
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Mengenai Analisis Pengaruh Penerapan
Sarbanes Oxley Act Section 404 terhadap Pencegahan Fraud. maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa Penerapan mengenai Sarbanes Oxley Act section 404 di PT. Telkom, Tbk dapat dikatakan baik, hal ini berdasarkan hasil wawancara para informan yang mengatakan bahwa dengan menerapkan Sarbanes Oxley Act 2002 khususnya pada section 404 yang mengharuskan untuk membangun dan memelihara pengendalian internal, perusahaan sudah efektif dilakukan satu tahun sekali hal ini membuat PT. Telkom mempunyai pengendalian internal yang lebih efektif sehingga mencegah fraud. PT. Telkom sudah melakukan pendokumentasian, pengevaluasian dan pelaporan hasil evaluasi sesuai dengan
Sarbanes Oxley Act Section 404. Pelaksanaan pencegahan fraud (kecurangan)
yang dilakukan PT. Telekomunikasi Indonesia. Antara lain dengan menetapkan standar kriteria mengenai kategori tindak kecurangan. Pengelolaan kecurangan di PT. Telkom sendiri berpedoman pada kebijakan perusahaan yang merupakan kelengkapan dari kebijakan perusahaan. Pencegahan fraud di PT. Telkom terjadi karena adanya resiko fraud, sehingga internal audit membuat control untuk mencegah terjadinya fraud. Untuk mencegah terjadinya fraud PT. Telkom memperhatikan sistem pengendalian yang baik, menghambat terjadinya kolusi, meningkatkan fungsi pengawasan, membuat hukuman dan melakukan pemeriksaan secara proaktif.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis berkenan mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Ketidakpatuhan terhadap aturan akan mengganggu kelancaran aktifitas perusahaan sehingga kepatuhan terhadap peraturan dan undang-undang
(3)
79
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
yang berlaku harus selalu dikontrol oleh perusahaan. Salah satu cara dengan pemberian teguran atau sanksi yang tegas terhadap pihak yang melanggarsecara sengaja, dan kerja sama dengan pihak eksternal yang independen dalam menilai kesesuaian antara peraturan yang dipakai diperusahaan dengan peraturan yang berlaku secara umum.
2. Rancangan pengendalian di perushaan harus bisa menghilangkan fraud. setidaknya dapat mencegahterjadinya tindakan kecurangan. Hal tersebut dapat diatasi dengan dilakukan pemilihan terhadap kontrol-kontrol yang akan diuji dalam audit lebih rinci dan berkala.
3. Bagi para peneliti, yang akan meneliti pada bidang yang sama, jika ingin menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi, sebaiknya perlu dikaji kembali, karena dalam penelitian yang penulis lakukan masih terdapat kekurangan, seperti masih terbatasnya unit yang diteliti dan diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menyoroti tentang penerapan Sarbanes Oxley Act 2002 section 302, karena pada section 302 juga diterapkan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dimana pada
section 302 membehas mengenai mewajibkan Direktur Utama dan
Direktur Keuangan untuk melakukan sertifikasi terhadap laporan keuangan perusahaan kepada United States Securities and Exchange
(4)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, w. steve. dan conan c. Albrecht, chad o. Albrecht, Mark F.Zimbelman.(2009). Fraud Examination. Edisi 3.. Mason ohio
Arens, Alvin A., et al. (2008). Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Erlangga. Alih bahasa: Herman Wibowo. Editor:Wibi Hardani, dan Suryadi Saat Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek.
Jakarta:Rineka Cipta
Asikin, Bachtiar. (2006). “Pengaruh sikap Profesionalisme Auditor Internal terhadap Peranan Internal Auditor dalam Pengungkapan Temuan Audit”. Jurnal
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). (2008). “The Commisionon Auditors Responsibilities: Report, Conclusion, and Recomandations. ” New York:AICPA
Amin Widjaja Tunggal. (2010). Teori dan Praktek Auditing. Jakarta: Harvindo Amin Widjaja Tunggal. (2000), Auditing Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta
Annisa. (2012). Pengaruh Penerapan Sarbanes Oxley Act section 404 terhadap
pencegahan fraud. Skripsi Universitas Widyatama. Tidak Dipublikasikan
Brian J. Perry, (2002) Is Information a Commodity?; British Library Research and Development Department
Casyasumirat, Gunawan. (2006). Pengaru Profesionalisme dan Komitmen
Organisasi terhadap Kinerja Internal Audit. Tesis Universitas Diponogoro.
Dibulikasikan
COSO. (2004). Enterprise Risk Management - Integrated Framework. the Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission
(5)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Ghozali, Imam. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Penerbit Universitas Diponogoro
Husein, Umar. (2008), Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Seri Desain Penelitian Bisnis – No 1, PT Rajagrafindo Persada Jakarta.
Iman Sjahputra tunggal, dan Amin Widjaja Tunggal.2008 “Auditing dan Undang
-undang Sarbanes Oxley Act”
Kriyantono, Rachmat. (2009). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kumaat, Valery. (2011). internal audit. Jakarta: perenbit erlangga
Lexy J., Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Lukman, Ari. (2011),Analisis Hubungan antara penerapan Sarbanes Oxley Act
Section 404 Dengan kinerja auditor internal. Skripsi Universitas Padjajaran.
Tidak dipublikasikan
Prastiyanti, Luki. (2012),Evaluasi Pengendalia Intern sesuai Sarbanes Oxle Act
section 404(Studi kasus pada Pt. Telekomunikasi Indonesia). Skripsi
Universitas Indonesia. Dipublikasikan
M. Nazir (1998). Metode penelitian. PT. Ghalia Indonesia, Jakarta
Rahayu, Siti. dan Suhayati Ely. (2010) Auditing Konsep Dasar dan Pedoman
Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rosalina(2013), Pengaruh audit internal dan pengendalian internal terhadap
kecurangan
Soejono Karni, 2000, Auditing, Audit Khusus dan Audit Forensik. Jakarta: LPFE UI
(6)
Dila Silvana Lestari, 2015
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Suharyadi dan Purwanto. (2009). Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta:Salemba Empat
Tugiman, Hiro.(1997). standar profesional audit internal,Yogyakarta: kanisius Tugiman, Hiro. (2002). Audit Internal. Kumpulan bahan pelatihan di yayasan
pendidikan internal audit
Tugiman, Hiro. 2006. Standar Profesional Audit Internal. Edisi Kelima. Yogyakarta: Kanisius
Ulum Ihyaul. (2009) Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Yeshhy Nahampun. (2010). Pengaruh Undang-undang Sarbanes Oxley Act
terhadap pengendalian internal, pengendalian aplikasi dan laporan keungan pada perusahaan jasa telekomunikasi.Skripsi Universitas
Widyatama. Dipublikasikan Website:
http://www.sox-online.com/act_section_404.html [02 Maret 2015]
http://www.sarbanes-oxley.com/[02 Maret 2015]
http://www.computesta.com/blog/2012/05/worldcom-kebangkrutan-besar-yang-penuh-skandal/#.VQJ3unyUcZM [07 Maret 2015]
http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/palembang/attachments/146_ARTIKEL-SOA-WEB.pdf [07 Maret 2015]
wikipedia.com [25 Maret 2015] kapanlagi.com [25 Maret 2015]