Pengaruh profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi sarbanes oxley act 2002 section 404 terhadap pengungkapan kecurangan (studi empiris pada akuntan publik wilayah DKI Jakarta)

(1)

1

PENGARUH PROFESIONALISME, KEAHLIAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI KECURANGAN DAN ADAPTASI SARBANES OXLEY ACT 2002 SECTION 404

TERHADAP PENGUNGKAPAN KECURANGAN (Studi Empiris pada Akuntan Publik Wilayah DKI Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Irna Nadya Siregar NIM: 107082003694

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

2

PENGARUH PROFESIONALISME, KEAHLIAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI KECURANGAN DAN ADAPTASI SARBANES OXLEY ACT 2002 SECTION 404

TERHADAP PENGUNGKAPAN KECURANGAN (Studi Empiris pada Akuntan Publik Wilayah DKI Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Irna Nadya Siregar NIM: 107082003694 Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amilin, S.E.,Ak.,M.Si. Hepi Prayudiawan, S.E.,Ak.,MM. NIP: 197306152005011009 NIP: 197205162009011006

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

3

Hari ini Rabu Tanggal 02 Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Irna Nadya Siregar NIM: 107082003694 dengan judul Skripsi “PENGARUH PROFESIONALISME, KEAHLIAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI KECURANGAN DAN ADAPTASI SARBANES OXLEY ACT 2002 SECTION 404 TERHADAP PENGUNGKAPAN KECURANGAN (Studi Empiris pada Akuntan Publik Wilayah DKI Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 02 Maret 2011

Dr. Amilin., S.E., M.Si., Ak. Drs. Abd. Hamid Cebba., MBA., Ak., CPA

Penguji II Penguji III

Prof. Dr. Azzam Jasin., MBA Penguji I


(4)

4

Hari ini Selasa Tanggal Lima Belas Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Irna Nadya Siregar NIM: 107082003694 dengan judul Skripsi “PENGARUH PROFESIONALISME, KEAHLIAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI KECURANGAN DAN ADAPTASI SARBANES OXLEY ACT 2002 SECTION 404 TERHADAP PENGUNGKAPAN KECURANGAN (Studi Empiris pada Akuntan Publik Wilayah DKI Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Maret 2011 Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Amilin., S.E., M.Si., Ak. Hepi Prayudiawan., S.E., MM., Ak.

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Rahmawati., S.E., MM.

Ketua Sekretaris

Reskino., S.E., M.Si., Ak Penguji Ahli


(5)

5

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Irna Nadya Siregar NIM : 107082003694 Jurusan : Akuntansi / Audit

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan plagiat dan/atau saduran dari hasil karya atau hasil penelitian pihak lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat dan/atau saduran maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 13 Januari 2011


(6)

6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama Lengkap : Irna Nadya Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/20 Juni 1989

Alamat Rumah : Jl. Abd. Wahab No. 12 RT/RW 001/06, Kel. Sawangan Lama, Kec. Sawangan, Depok 16511

Email : mojojojouw@yahoo.com

II. Riwayat Pendidikan a. Pendidikan Formal 1. SD Kartini II Batam

2. SMP Islam Al Azhar 8 Bekasi (Juli 2001 s.d.Juni 2004) 3. SMA Islam Al Azhar 4 Bekasi (Juli 2004 s.d. Juni 2007)

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (September 2007 s.d. Maret 2011) b. Pendidikan Informal

1. Lembaga Pendidikan Komputer Nurul Fikri (Juli 2005 s.d. Juni 2006)

2. English for Business (Conversation in English): Elementary Level, LBPP LIA 3. English for Business (Conversation in English): Pre-Intermediate Level, LBPP LIA 4. TOEFL Preparation Course: Intermediate Level, LBPP LIA

III. Prestasi Akademik dan Non Akademik

1. Juara I Lomba Debat Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta, Juni 2009)

2. Exclusive Participant dalam SYOG (Singapore Youth Olympic Games) 2010 bersama tim Tari Saman FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Singapore, Agustus 2010)

3. 2nd Winner of GRLI & Net Impact: National Paper Competition of Youth Leadership (Jakarta, Desember 2010)

4. GRLI (Globally Responsible Leadership Initiative) Ambassador for Leadership Initiative Campaign (Masa Bakti Desember 2010 s.d. Juni 2011).


(7)

7

INFLUENCE OF PROFESSIONALISM, EXPERTISE, KNOWLEDGE ABILITY TO DETECT FRAUD AND ADAPTATION OF SARBANES OXLEY ACT 2002 SECTION 404

TOWARDS FRAUD EXPOSURE

(Empirical Study on Public Accountant DKI Jakarta Region)

By: Irna Nadya Siregar

ABSTRACT

This research aimed to analyze influence of professionalism, expertise, knowledge ability to detect fraud and adaptation of Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 towards fraud exposure. This research used primary data obtained by distributing questionnaires to independent auditors in DKI Jakarta. They have minimum occupation as senior auditor whom work in Public Accountant Firm (KAP) big four and non big four listed on KAP Directory issued by Indonesian Institute of Public Accountants (IAPI) on 2010.

The sampling process was done using purposive sampling method with prospector’s judgment. 140 questionnaires were distributed. Total returned questionnaires were 108 (77,14%) and only 83 questionnaires (76,85%) were able to process. The analyzing method to examine hypothesis was multiple regression analysis which professionalism, expertise, knowledge ability to detect fraud and adaptation of Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 were independent variables and fraud exposure was dependent variable.

The result of this research show that professionalism, expertise, knowledge ability to detect fraud and adaptation of Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 were simultaneously significant influenced fraud exposure. Professionalism, expertise, and adaptation of Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 were influencing fraud exposure on positive significant affect, thus knowledge ability to detect fraud was influencing fraud exposure on negative significant affect.

Keywords: Professionalism, Expertise, Knowledge Ability To Detect Fraud, Adaptation Of Sarbanes Oxley Act 2002 section 404, Fraud Exposure.


(8)

8

PENGARUH PROFESIONALISME, KEAHLIAN, PENGETAHUAN MENDETEKSI KECURANGAN DAN ADAPTASI SARBANES OXLEY ACT2002 SECTION 404

TERHADAP PENGUNGKAPAN KECURANGAN (Studi Empiris pada Akuntan Publik Wilayah DKI Jakarta)

Oleh: Irna Nadya Siregar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 terhadap pengungkapan kecurangan. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang dilakukan di DKI Jakarta dengan responden auditor independen dengan kedudukan minimum auditor senior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) big four dan non big four yang tercatat di Direktori KAP yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2010.

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan judgment. Kuesioner yang disebar berjumlah 140 kuesioner. Kuesioner yang kembali berjumlah 108 (77,14%) dan yang bisa diolah berjumlah 83 kuesioner (76,85%). Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda dimana profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 merupakan variabel independen sedangkan pengungkapan kecurangan merupakan variabel dependen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme, keahlian dan adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pengungkapan kecurangan. Secara parsial variabel profesionalisme, keahlian dan adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan kecurangan sementara variabel pengetahuan mendeteksi kecurangan berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan kecurangan.

Kata Kunci: Profesionalisme, Keahlian, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan, Adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404, Pengungkapan Kecurangan.


(9)

9

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia tak pernah putus untuk peneliti. Hanya karena izin dan anugerah luar biasa dari-Nya maka penulis dapat melalui proses penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada pemimpin abadi umat manusia Rasulullah SAW yang telah memberikan teladan dan inspirasi hingga akhir zaman.

Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi sejumlah syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada sejumlah pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut:

1. Kedua orangtua yang telah mengabdikan hidup untuk membesarkan dan mendidik peneliti. No matter how adult I will be, I’m still daddy & mommy little girl whom need u’re blessing in lifetime

2. Adik peneliti Irfan Kamil Siregar, Ketua BEMJ Ilmu Hukum yang telah menjadi teman dialog paling inspiratif. Together we conquer the world, dude!

3. Bapak Dr. Amilin., S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk konsultasi dan memberikan pengarahan hingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik

4. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., M.M., Ak. selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk konsultasi dan memberikan pengarahan hingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik

5. Ibu Rahmawati, S.E., M.M selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

6. Ibu Yessi Fitri, S.E., M.Si., Ak., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

7. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

8. Seluruh responden penelitian yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan mengembalikannya tepat waktu 


(10)

10

9. Paman peneliti Bapak Ilham W.B. Siregar, S.E., M.M dan rekan peneliti Wandha Benny, S.H., yang telah memudahkan akses ke seluruh KAP Big Four. Thanks a bunch

10. My Audit best mates Sinta, Sophie, Zia dan Karina: nothing can intrude ur way to success, darlaa. See you on the career women fabulous world!

11. Teman-teman seperjuangan proses skripsi: Rahma, Risthy, Chici, Kartika, Kabul, Iis dan Apprina. Best luck for your future, fellas .

12. Teman-teman Akuntansi E 2007 dan Audit A 2010: Barbies dan yang lainnya. Kalian benar-benar memberi saya dua tahun penuh warna!

13. SEIS Dance, nothing can portrays you except gorgeous!

14. Last but not least, Muhammad Kharisma. Tell the world who really you are, brilliant guy

.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih mengandung banyak kekurangan karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 13 Januari 2011


(11)

11 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ……. i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ………. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF ...………. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI ... iv

SURAT PERNYATAAN ...……… v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………. vi

ABSTRACT ……….. vii

ABSTRAK ... .….. viii

KATA PENGANTAR ... …… ix

DAFTAR ISI ……… xi

DAFTAR TABEL ……… xvi

DAFTAR GAMBAR ………... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ……… 1

B. Perumusan Masalah ………. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 8

1. Tujuan Penelitian ………. 8


(12)

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur ………... 11

1. Profesionalisme ……… 11

a. Pengertian Profesionalisme ……….. 11

b. Konsep Profesionalisme ………... 12

2. Keahlian ……….. 17

a. Pengertian Keahlian ………. 17

b. Kriteria Keahlian ………. 18

3. Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan ……… 23

4. Sarbanes Oxley Act (SOA) 2002 section 404 ……… 24

a. Pedoman Audit dalam SOA 2002 section 404 ……….. 24

b. Adaptasi SOA 2002 section 404 ……… 27

5. Kecurangan Pelaporan Keuangan ………... 28

a. Definisi Kecurangan Pelaporan Keuangan ……….. 28

b. Tanggung Jawab Auditor Dalam Menilai Risiko Kecurangan …… 29

c. Tanggung Jawab Auditor Atas Eksistensi Kecurangan …………... 32

d. Tanggung Jawab Auditor Untuk Mengungkap Kecurangan …….. 33

B. Penelitian Terdahulu ……… 34

C. Keterkaitan Antar Variabel ……….. 40

D. Kerangka Pemikiran ………. 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ……… 46


(13)

13

C. Metode Pengumpulan Data ………... 48

D. Metode Analisis Data ………... 49

1. Statistik Deskriptif ……… 49

2. Uji Kualitas Data ………. 49

a. Uji Validitas ……….... 49

b. Uji Reliabilitas ……… 49

3. Uji Asumsi Klasik ……… 50

a. Uji Multikolonieritas ………. 50

b. Uji Normalitas ……….. 51

c. Uji Heteroskedastisitas ……….. 51

4. Uji Hipotesis ………. 52

a. Koefisien Determinasi ……… 53

b. Uji Statistik t ………. 54

c. Uji Statistik F ………. 54

E. Operasional Variabel Penelitian ……… 55

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………. 64

1. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 64

2. Karakteristik Profil Responden ……… 66

a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………….. 66

b. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ……. 67

c. Deskripsi Responden Berdasarkan Kedudukan di KAP …….. 68


(14)

14

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ……… 69

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ………... 69

2. Hasil Uji Kualitas Data ……… 72

a. Hasil Uji Validitas ……….. 72

b. Hasil Uji Reliabilitas ……….. 73

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ………. 75

a. Hasil Uji Multikolonieritas ………. 75

b. Hasil Uji Normalitas ……… 76

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ……….. 77

4. Hasil Uji Hipotesis ……… 78

a. Hasil Uji Koefisien Determinasi ……….. 78

b. Hasil Uji Statistik t ……….. 79

c. Hasil Uji Statistif F ……….. 86

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 89

B. Implikasi ……… 91

C. Keterbatasan ………. 92

D. Saran ………. 93

DAFTAR PUSTAKA ……….. 95


(15)

15

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman 1.1 Fenomena Kecurangan Pelaporan Keuangan Yang Melibatkan

Auditor Independen ……….. 3

2.1 Tingkat dan Tanggung Jawab Staf Kantor Akuntan Publik …… 20

2.2 Penelitian Terdahulu ………. 35

3.1 Operasionalisasi Variabel ………... 59

4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ………. 65

4.2 Data Sampel Penelitian ……….. 66

4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …… 66

4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 67 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Kedudukan di KAP 68 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja … 69 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ………. 70

4.8 Hasil Uji Validitas ………. 72

4.9 Hasil Uji Reliabilitas ………. 74

4.10 Hasil Uji Multikolonieritas ……… 75

4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi ……… 78

4.12 Hasil Uji Statistik t ………. 80


(16)

16

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ………... 45 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ……….. 76 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot .. 77


(17)

17

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Dokumentasi Penelitian ……….. 99

a. Surat Izin Penelitian ……… 100

b. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari KAP …. 101 2 Kuesioner Penelitian ………... 104

3 Daftar Jawaban Responden ……… 113

4 Hasil Uji Statistik SPSS ……….. 121

a. Hasil Uji Statistik Deskriptif ………... 122

b. Hasil Uji Validitas ……….. 123

c. Hasil Uji Reliabilitas ……….. 131

d. Hasil Uji Statistik Multikolonieritas ……….. 146

e. Hasil Uji Statistik Normalitas ……… 147

f. Hasil Uji Statistik Heteroskedastisitas ………... 148


(18)

18 BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penelitian

Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (misstatement) yang material dan juga memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan. Salah saji terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Fraud diterjemahkan sebagai kecurangan sesuai dengan Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 70, demikian pula error dan irregularities masing-masing diterjemahkan sebagai kekeliruan dan ketidakberesan sesuai dengan PSA sebelumnya yaitu PSA No. 32 (Koroy, 2008:22).

Terjadinya kecurangan yang merupakan suatu tindak disengaja yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberikan efek merugikan dan cacat bagi pelaporan keuangan. Berdasarkan data dari Xinhua News Agency tahun 2008, terdapat Kantor Akuntan Publik ternama Singapura yang dinyatakan bersalah dan dihukum denda sebesar SGD 775,000 karena terbukti gagal memberikan peringatan kepada kliennya tentang tindak kecurangan yang dilakukan oleh mantan manajer keuangan klien tersebut sepanjang tahun 2002 dan 2004.

Berdasarkan laporan yang disusun oleh ACFE (Association of Certified Fraud Examiners) pada tahun 2007, kerugian yang diakibatkan oleh kecurangan di Amerika Serikat berjumlah sekitar 6% dari pendapatan atau US$600 milyar termasuk kerugian akibat kecurangan pendapatan oleh Xerox Corporation. Berdasarkan laporan tersebut, jenis kecurangan yang paling sedikit terjadi adalah kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent


(19)

19

financial reporting), sejumlah 5%. Walaupun demikian kecurangan pelaporan keuangan membawa kerugian paling besar ditunjukkan dengan median kerugian yang mencapai US$4,25 juta (Ziegenfuss, 2008:23).

Indonesia juga tidak luput dari meningkatnya tindak kecurangan pelaporan keuangan yang melibatkan auditor independen. Pada 30 September 2009, auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Bagindo Quirino dihukum tiga tahun penjara dan denda Rp150 juta subsider tiga bulan kurungan. Bagindo Quirino terbukti menerima suap Rp500 juta dalam audit laporan keuangan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam proyek pengadaan alat balai latihan kerja untuk menutupi kerugian negara pada Anggaran Belanja Tambahan Daftar Isian Proyek (ABTDIP) tahun 2004 (Nilawaty, 2009:57).

Salah satu kasus kecurangan pelaporan keuangan skala besar di Indonesia adalah kasus PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan indikasi Kementerian BUMN dan pemeriksaan Bapepam, telah ditemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan yang mengakibatkan lebih saji (overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar. Salah saji ini melibatkan peran auditor dalam pencatatan ganda atas penjualan pada 2 (dua) unit usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan pada unit-unit yang tidak di-sampling oleh auditor. Bapepam mengemukakan proses audit tersebut tidak berhasil mengungkap adanya penggelembungan laba (Koroy, 2008:25).


(20)

20

Tabel 1.1 menunjukkan rincian fenomena kecurangan tersebut: Tabel 1.1

Fenomena Kecurangan Pelaporan Keuangan yang Melibatkan Auditor Independen

No. Klien

(Tahun) Tindak Kecurangan Auditor yang Terlibat Keterlibatan Auditor Sanksi bagi Auditor

1 Xerox

Corporation (2002)

Kesalahan disengaja atas pendapatan

leasing yang lebih-saji. Tim Auditor KPMG Memanipulasi lease equipment sehingga nilai penjualan terakumulasi. Penghentian kerjasama oleh klien dan digantikan oleh Pricewaterhouse, LLP.

2 PT. Kimia

Farma Tbk. (2002) Penyajian laba bersih yang overstatement Ludovicus Sensi W., partner KAP Hans Tuanakotta &Mustofa Tidak melakukan

sampling atas unit bahan baku dan unit logistik sentral. Peringatan tertulis dari BAPEPAM dan denda sebesar Rp100 juta.

3 Asian

Realty., Co. (2008) Kekurangan dana setoran pada laporan bank akibat korupsi Tim Auditor Patrick Lee Public Accounting Tidak mengungkap temuan audit tersebut pada manajemen Denda sebesar SGD775,000

4 Depnaker

(2009) Kerugian material dari anggaran yang ditutupi Bagindo Quirino, mantan Auditor BPK Menerima suap atas permohonan manipulasi dari klien. Tiga tahun penjara dan denda Rp150juta subsider tiga bulan kurungan.

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

Dalam pengungkapan kecurangan, yang menjadi masalah bukanlah ketiadaan standar pengauditan tetapi kurang memadainya standar tersebut memberikan arah yang tepat dibuktikan dengan semakin meningkatnya kasus kecurangan pelaporan keuangan perusahaan publik. Atas kesadaran tersebut lahirlah Sarbanes-Oxley Act (SOA), sebuah produk hukum di Amerika Serikat yang mengatur tentang akuntabilitas, praktik akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di perusahaan go public. Ketentuan-ketentuan dalam Undang Undang ini berlaku untuk perusahaan terbuka serta kantor akuntan yang mengauditnya, dan mencakup persyaratan dalam section 404 bahwa


(21)

21

auditor eksternal harus mengeluarkan laporan mengenai efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan (Arens, Elder, dan Beasley, 2010:370). SOA section 404 telah diadaptasi oleh IAI dan berlaku secara efektif tahun 2009. Manfaat SOA secara langsung berdampak positif dalam rangka implementasi CG di perusahaan publik di berbagai belahan dunia lainnya termasuk Indonesia (Effendi, 2008:5).

Penelitian yang dilakukan Keinath dan Walo (2008) membuktikan bahwa sebanyak 81% auditor eksternal telah mematuhi persyaratan untuk mengungkap berbagai aktivitas ilegal kepada komite audit setelah SOA efektif diberlakukan di perusahaan publik AS dibandingkan dengan sebelum SOA efektif diberlakukan. Dengan bukti peningkatan kredibilitas tersebut, ditemukan fakta bahwa mayoritas komite audit melakukan hiring-process auditor eksternal dengan menggunakan pedoman dari NYSE (New York Stock Exchange), yang mensyaratkan bahwa dalam memilih auditor eksternal, komite audit harus mengkaji berbagai kualifikasi auditor, termasuk profesionalisme dan keahlian individual. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Wahyudi dan Mardiyah (2006) serta Ziegenfuss (2008) yang menyatakan bahwa profesionalisme adalah hal yang perlu dimiliki oleh auditor karena tanggung jawabnya yang semakin besar dengan tuntutan keyakinan atas laporan keuangan, dan keahlian individu tidak dapat dilepaskan dari diri auditor untuk tujuan pengungkapan kecurangan.

Penelitian yang dilakukan Wilopo (2006) membuktikan serta mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan efektivitas pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Penelitian ini didukung oleh penelitian Zhang dan Pany (2008) yang menyatakan bahwa metode


(22)

22

penilaian efektivitas pengendalian internal yang telah memenuhi persyaratan compliance dari SOA section 404 merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk membongkar kecurangan.

Penelitian yang dilakukan Herawaty dan Susanto (2009) mendukung semua hipotesis dan konsisten dengan penelitian Wahyudi dan Mardiyah (2006). Hasil penelitian Herawaty dan Susanto (2009) tersebut menyatakan bahwa profesionalisme dan pengetahuan mendeteksi kecurangan secara simultan berpengaruh positif dalam menjamin keyakinan pengguna laporan keuangan atas ketepatan penyajiannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena ingin mengetahui sejauh mana profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi Sarbanes Oxley Act section 404 dapat mempengaruhi pengungkapan kecurangan.

Dengan adanya hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme, Keahlian, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan dan Adaptasi Sarbanes Oxley Act2002 section 404terhadap Pengungkapan Kecurangan”.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Penambahan dua variabel independen yaitu variabel Keahlian sebagai variabel independen kedua dan variabel Adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 sebagai variabel independen keempat. Variabel independen kedua berupa karakteristik personal lain dari auditor yaitu Keahlian yang diperoleh dari penelitian Zhang dan Pany (2008) serta Ziegenfuss (2008). Variabel independen keempat dalam penelitian ini berupa faktor


(23)

23

eksternal yaitu variabel adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 yang diperoleh dari penelitian Zhang dan Pany (2008) serta Keinath dan Walo (2008). Penambahan kedua variabel independen tersebut selain merupakan saran dari peneliti sebelumnya, juga dikarenakan adanya hasil penelitian di Indonesia yang mendukung hipotesis dan sejalan dengan kedua penelitian tersebut, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006). Penelitian sebelumnya hanya menguji pengaruh dua karakteristik personal auditor berupa profesionalisme dan pengetahuan mendeteksi kecurangan terhadap tingkat materialitas akuntan publik, sedangkan penelitian ini menguji pengaruh karakteristik personal auditor lain yang juga menjadi isu kritis dan faktor eksternal saat proses pengauditan berlangsung terhadap pengungkapan kecurangan.

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan kecurangan yang diperoleh dari Krambia-Kapardis (2003) dan Ziegenfuss (2008). Pengujian variabel independen dari penelitian sebelumnya hanya berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik, sedangkan penelitian ini menguji pengaruh profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 sebagai variabel independen terhadap pengungkapan kecurangan sebagai variabel dependen.

B.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan?


(24)

24

3. Apakah pengetahuan mendeteksi kecurangan berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan?

4. Apakah adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan?

5. Apakah profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pengungkapan kecurangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang:

a. Pengaruh profesionalisme terhadap pengungkapan kecurangan b. Pengaruh keahlian terhadap pengungkapan kecurangan

c. Pengaruh pengetahuan mendeteksi kecurangan terhadap pengungkapan kecurangan d. Pengaruh adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 terhadap pengungkapan

kecurangan

e. Pengaruh profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi Sarbanes Oxley Act 2002 section 404 terhadap pengungkapan kecurangan 2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya: a. Kantor Akuntan Publik (KAP)

Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan preventif dan prosedur pelaksanaan audit agar tindak kecurangan pelaporan keuangan dapat dicegah dan


(25)

25

diungkapkan secara transparan, dengan tetap meningkatkan kualitas audit melalui peningkatan informasi.

b. Auditor

Menghindari praktik terjadinya kegagalan mengungkap tindak kecurangan pelaporan keuangan dengan cara meningkatkan profesionalisme dan pembinaan keahlian personal yang sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

c. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

Menambah pengetahuan auditor mengenai pengaruh faktor lingkungan pada saat melakukan audit terhadap pengungkapan kecurangan, sehingga dapat dijadikan acuan akan pentingnya prosedur audit yang ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) untuk meningkatkan kualitas audit, dan sebagai pedoman bagi auditor untuk tetap memelihara profesionalisme dan independensinya.

d. Pemakai Laporan Keuangan yang telah diaudit (klien)

Melalui pelaporan keuangan yang bebas dari tindak kecurangan penyebab salah saji material, klien dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan keuangan klien yang berkualitas, handal dan dapat dipercaya yang telah dihasilkan oleh auditor. e. Ilmu Auditing

Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang auditing, terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengungkapan kecurangan.


(26)

26 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur 1. Profesionalisme

a. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme menurut The Institute Of Chartered Accountants In Australia (2009) adalah sebagai berikut:

A vocation or occupation requiring advanced training and usually involving mental rather than manual work. Extensive training must be undertaken to be able to practice in the profession. A significant amount of the training consists of intellectual component. The profession provides a valuable service to the community”.

Artinya profesionalisme adalah suatu karakteristik individu dalam bidang khusus atau pekerjaan yang mensyaratkan serangkaian pembinaan tingkat lanjut terutama pembinaan yang berhubungan dengan mentalitas dan tidak hanya mencakup pembinaan mekanisme pekerjaan. Pembinaan mutu yang ditingkatkan secara berkelanjutan tersebut harus diaplikasikan pada profesi. Komponen paling signifikan dari pembinaan berkelanjutan tersebut adalah komponen pembinaan intelektual. Auditor yang profesional dalam pekerjaannya mampu menyediakan sejumlah jasa bernilai tinggi untuk lingkungan sekitarnya.


(27)

27

Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:105) definisi profesionalisme adalah sebagai berikut:

“Tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekadar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Auditor independen, sebagai profesional, mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, meskipun itu berarti pengorbanan diri”.

Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Herawaty dan Susanto, 2009:15).

Berdasarkan uraian di atas, pengertian profesionalisme adalah atribut individual yang mencakup kualitas personal dan kepemilikan memadai atas sejumlah keahlian yang didapat dari serangkaian pembinaan berkelanjutan yang didominasi oleh pembinaan intelektual. Profesionalisme dibuktikan dengan cara menggunakan segenap kualifikasi tersebut untuk menghasilkan jasa-jasa bernilai tinggi bagi masyarakat di sekitarnya. b. Konsep Profesionalisme

Menurut Lekatompessy (2003:74), konsep profesionalisme modern bagi auditor berkaitan dengan 2 (dua) dimensi umum, yaitu dimensi struktural dan dimensi sikap. Adapun penjelasan dari kedua dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Dimensi Struktural

Dimensi struktural memiliki karakteristik berupa pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional meningkat jika profesi


(28)

28

menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi.

b. Dimensi Sikap

Dimensi sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme. Seorang auditor yang profesional harus bertanggung jawab kepada masyarakat, klien, dan rekan seprofesi untuk berperilaku terhormat sekalipun hal tersebut merupakan pengorbanan pribadi.

Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:108), konsep dasar profesionalisme yang berasal dari AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) diidentifikasikan kedalam 6 (enam) prinsip etis, yaitu tanggung jawab, kepentingan publik, integritas, objektivitas dan independensi, keseksamaan, dan ruang lingkup dan sifat jasa. Adapun penjelasan dari keenam prinsip etis tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tanggung Jawab

Sikap auditor yang melaksanakan pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam setiap aktivitas.

b. Kepentingan Publik

Sikap auditor yang menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan publik, serta menunjukkan komitmennya pada profesionalisme.

c. Integritas

Sikap auditor yang mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, para auditor harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat integritas tinggi.


(29)

29 d. Objektivitas dan Independensi

Sikap auditor yang mempertahankan objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. Auditor harus independen dalam fakta dan penampilan ketika menyediakan jasa audit dan jasa atestasi lainnya. e. Keseksamaan

Sikap auditor yang memperhatikan standar teknis dan etis profesi, berusaha keras meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang diberikan.

f. Ruang Lingkup dan Sifat Jasa

Sikap fokus pada prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan.

Sedangkan Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006:5), menguraikan 5 (lima) dimensi profesionalisme yang terdiri dari pengabdian pada profesi (dedication), kewajiban sosial (social obligation), kemandirian (autonomy demands), keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), dan hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation). Adapun penjelasan dari kelima dimensi profesionalisme tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengabdian pada profesi (dedication)

Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudia kepuasan materi.


(30)

30 b. Kewajiban Sosial (social obligation)

Yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik untuk masyarakat maupun bagi rekan sesama profesi karena adanya pekerjaan tersebut.

c. Kemandirian (autonomy demands)

Yaitu suatu pandangan bahwa seorang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional. Banyak orang yang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus.

d. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation)

Yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. Keyakinan akan menjadi motor bagi auditor untuk memberikan hasil pekerjaan serta pertimbangan-pertimbangan yang dapat dipertanggung-jawabkan karena kesalahan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat akan memberikan hasil yang berbeda. Bila yang menilai pekerjaan mempunyai pengetahuan yang sama, maka kesalahan akan dapat diketahui.

e. Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation)

Berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional. Dengan


(31)

31

seringnya berkumpul dan berdiskusi dengan sesama profesi akan mendapat banyak masukan dari sumber yang lebih profesional lagi. Dengan banyaknya tambahan masukan akan menambah akumulasi pengetahuan auditor sehingga dapat lebih bijaksana dalam membuat perencanaan dan pertimbangan dalam proses pengauditan.

Berdasarkan uraian diatas, konsep profesionalisme dapat diartikan sebagai serangkaian prinsip dasar yang harus terintegrasi dalam individu auditor dan dapat diukur dari beberapa dimensi yang mencerminkan karakteristik profesionalisme yaitu dimensi struktural dan dimensi sikap. Jika ditinjau dari sudut pandang prinsip etis maka terdapat 6 (enam) dimensi yang dapat dijadikan indikator profesionalisme yaitu tanggung jawab, kepentingan public, integritas, objektivitas dan independensi, keseksamaan, serta ruang lingkup dan sifat jasa. Identifikasi konsep profesionalisme dapat dituangkan dalam 5 (lima) dimensi, yaitu pengabdian pada profesi (dedication), kewajiban sosial (social obligation), kemandirian (autonomy demands), keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), dan hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation).

2. Keahlian

a. Pengertian Keahlian

Keahlian secara etimologi diartikan oleh Webster’s North New Collegiate Dictionary (2009) sebagai keterampilan dari seorang ahli. Keahlian secara istilah didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman (Abdolmohammadi et al., 2004:3)


(32)

32

Ziegenfuss (2008:26) mendefinisikan keahlian sebagai pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas dalam pribadi auditor yang ditunjukkan dengan hasil kerja audit.

Sedangkan GAAS (Generally Accepted Auditing Standards) yang dikembangkan oleh AICPA dalam Statement on Auditing Standards 103 dan 105 mendefinisikan Keahlian sebagai kepemilikan atas sejumlah pendidikan formal dan berkelanjutan yang diiringi dengan pengalaman kerja yang cukup (AICPA, 2009). Dalam Standar Umum pertama, diinterpretasikan bahwa seorang auditor harus memiliki latar belakang pendidikan formal auditing dan akuntansi, pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuni selain mengikuti pendidikan profesi yang berkelanjutan (Arens, Elder dan Beasley, 2010:42).

Berdasarkan definisi diatas, pengertian keahlian adalah penguasaan menyeluruh atas pendidikan formal dan pelatihan tekhnis berkelanjutan yang menghasilkan sejumlah pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu dan keterampilan prosedural yang dibuktikan dengan hasil kerja audit.

b. Kriteria Keahlian

Keahlian Auditor dapat diukur melalui sejumlah kriteria personal yang dimiliki auditor tersebut. Menurut Ziegenfuss (2008:26), keahlian seorang auditor terdiri dari 5 (lima) kriteria yaitu komponen pengetahuan (knowledge component), karakteristik psikologis (psychology traits), kemampuan berfikir (cognitive abilities), strategi penentuan keputusan (decision strategies), kemampuan analisis tugas (chores analysis ability).


(33)

33

1) Komponen pengetahuan (knowledge component)

Meliputi fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan pengalaman audit yang didapat auditor saat menempuh pendidikan formal, pelatihan tekhnis berkelanjutan dan pengalaman bekerja.

2) Karakteristik Psikologis (psychology traits)

Meliputi kemampuan dalam berkomunikasi, kreatifitas, kemampuan bekerjasama dengan orang lain, dan kepercayaan pada keahlian. Ciri psikologis ini melekat dalam diri auditor dan signifikansi perolehannya bukan berdasarkan pendidikan formal semata.

3) Kemampuan Berpikir (cognitive abilities)

Kemampuan berfikir merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi. Beberapa karakter yang dapat dimasukkan kedalam komponen ini antara lain kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru, kemampuan untun memfokuskan pada fakta-fakta yang relevan dan kemampuan untuk mengabaikan fakta-fakta yang tidak relevan, serta kemampuan untuk dapat menghindari berbagai tekanan.

4) Strategi Penentuan Keputusan (decision strategies)

Kemampuan seorang auditor dalam membuat keputusan secara sistematis baik formal maupun informal akan membantu dalam mengatasi keterbatasan individu auditor tersebut.

5) Kemampuan Analisis Tugas (Chores Analysis Ability)

Kemampuan melakukan analisis tugas akan berpengaruh terhadap penentuan keputusan. Kemampuan ini dipengaruhi oleh tingkat pengalaman auditor.


(34)

34

Menurut Arens, Elder dan Beasley (2010:37), tingkat dan tanggung jawab staf Kantor Akuntan Publik yang menjadi dasar penentu tingkat kedudukan dan pengalaman auditor diklasifikasikan kedalam empat tingkatan yaitu auditor junior (0-2 tahun); auditor senior dan supervisor (2-5 tahun); manajer (5-10 tahun); dan partner (10 tahun keatas). Tabel 2.1 menunjukkan klasifikasi yang menjadi dasar tingkat kedudukan dan pengalaman auditor:

Tabel 2.1

Tingkat dan Tanggung Jawab Staf Kantor Akuntan Publik

Tingkat Staf Pengalaman

Rata-rata

Tanggung Jawab Utama

Auditor Junior 0-2 tahun Melakukan sebagian

besar pekerjaan audit yang terinci

Auditor senior dan

supervisor

2-5 tahun Mengoordinasi dan

bertanggung jawab atas pekerjaan lapangan audit, termasuk mengawasi dan menganalisa kembali pekerjaan staf

Manajer 5-10 tahun Membantu penanggung

jawab merencanakan dan mengelola audit,

menganalisa kembali pekerjaan supervisor

serta membina hubungan dengan klien.


(35)

35

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Tingkat Staf Pengalaman Rata-

Rata

Tanggung Jawab Utama

Partner 10 tahun ke atas Mengamati kembali

keseluruhan pekerjaan audit dan terlibat dalam keputusan-keputusan audit yang signifikan. Seorang partner adalah pemilik KAP dan pengemban tanggung jawab akhir dalam melaksanakan audit dan melayani klien.

Sumber: Arens, Elder dan Beasley (2010:37)

Sedangkan Abdolmohammadi et al., (2004:4) menyatakan adanya 5 (lima) karakteristik keahlian auditor, yaitu motivasi (motives), karakter (traits), pengendalian diri (self-control), pengetahuan (knowledge), dan kemampuan (skills). Adapun penjelasan dari kelima karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

1) Motivasi (motives)

Sesuatu dimana seseorang secara konsisten berpikir, sehingga ia melakukan tindakan. Seseorang yang memiliki motivasi akan berprestasi secara konsisten untuk mengembangkan tujuannya yang memberi tantangan lebih dan mengharapkan feedback.

2) Karakter (traits)

Watak yang membuat seseorang berperilaku atau bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu.

3) Pengendalian diri (self-control)

Merupaka serangkaian sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan nilai diukur melalui sejumlah hal yang menarik bagi seseorang untuk melakukan sesuatu dan bagaimana orang tersebut mengelolanya hingga mencapai tujuan diri.


(36)

36 4) Pengetahuan (knowledge)

Merujuk pada informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu. Pengetahuan merupakan keahlian yang kompleks, pengetahuan berperan penting dalam pengerjaan audit.

5) Kemampuan (skill)

Kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, baik secara fisik maupun mental. Keahlian selalu mengandung maksud dan tujuan yang merupakan dorongan motivasi atau karakter yang menyebabkan suatu tindakan untuk memperoleh hasil.

Berdasarkan penjelasan di atas, kriteria keahlian auditor terdiri dari 5 (lima) dimensi pengukuran yaitu komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, dan kemampuan analisis tugas. Sedangkan 5 (lima) karakteristik keahlian adalah motivasi, karakter, pengendalian diri, pengetahuan, dan kemampuan. Adapun tingkat dan tanggung jawab auditor sebagai staf KAP (Kantor Akuntan Publik) yang menjadi dasar penentu tingkat kedudukan dan pengalaman auditor diklasifikasikan kedalam 4 (empat) tingkatan yaitu auditor junior, auditor senior dan supervisor, manajer dan partner.

3. Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan

Seorang auditor dinyatakan memiliki pengetahuan dalam mendeteksi kecurangan ketika auditor tersebut melakukan pertimbangan penting untuk mengungkap kecurangan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan risiko kecurangan. Faktor risiko yang dimaksud adalah sejumlah ketidakberesan (irregularities) yang terjadi atau


(37)

37

akan terjadi ketika kondisi kecurangan berupa insentif, kesempatan dan rasionalisasi sedang berlangsung (Arens, Elder dan Beasley, 2010:432).

Pengertian Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan menurut BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) Deputi Investigasi adalah kecakapan yang dimiliki auditor independen dalam menilai risiko kecurangan (fraud risk assessment), meningkatkan kesadaran organisasi yang dikelola klien (organization awareness), dan merancang sistem pelaporan (reporting system) sesuai dengan Peraturan yang berlaku (BPKP, 2010).

Sedangkan menurut Herawaty dan Susanto (2009:16), definisi pengetahuan mendeteksi kecurangan adalah perolehan informasi memadai tentang pendeteksian kecurangan yang didapat dari berbagai pelatihan formal dan pengalaman khusus yang dapat membuat auditor menjadi lebih ahli dalam mendeteksi kecurangan. Pengetahuan auditor tentang pendeteksian kecurangan yang semakin berkembang karena pengalaman kerja diaplikasikan untuk menilai faktor risiko kecurangan, meningkatkan kesadaran klien akan eksistensi kecurangan tersebut dan menyusun mekanisme pelaporan untuk mengungkap kecurangan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, seorang auditor dinyatakan memiliki pengetahuan memadai dalam mendeteksi kecurangan jika auditor tersebut cakap dalam menilai risiko kecurangan (fraud risk assessment), meningkatkan kesadaran organisasi yang dikelola klien (organization awareness), dan merancang sistem pelaporan (reporting system) sesuai dengan Peraturan yang berlaku. Pengetahuan mendeteksi kecurangan tersebut sendiri adalah perolehan informasi memadai dalam mendeteksi kecurangan yang diaplikasikan untuk menilai faktor risiko kecurangan, meningkatkan kesadaran klien akan


(38)

38

eksistensi kecurangan tersebut dan menyusun sistem pelaporan untuk mengungkap kecurangan tersebut.

4. Sarbanes Oxley Act (SOA) 2002 section 404

a. Pedoman Audit dalam SOA 2002 section 404

Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:63), penjelasan substantif tentang pedoman audit yang dimuat dalam SOA section 404 yang berasal dari GAO (The U.S. General Accounting Office) adalah sebagai berikut:

“Section 404 is one part of the landmark Sarbanes-Oxley Act that was signed into law on July 30, 2002. Responding to a number of high-profile corporate reporting scandals, the law established new requirements for public companies and their independent auditors in order to restore confidence in corporate governance and the accounting profession and to improve the quality and accuracy of financial reporting. Section 404 calls for annual reports filed with the SEC to include a statement from the company's management of its responsibility for creating and maintaining adequate internal controls over financial reporting. In addition, the company's independent auditor must provide its own opinion on whether it believes the company's controls are effective, and must indicate whether it agrees with management's assessment”.

Artinya, SOA section 404 adalah satu bagian dari Undang Undang Pokok SOA yang disahkan secara hukum tanggal 30 Juli 2002. Sebagai reaksi dari meningkatnya tindak kecurangan pelaporan keuangan skala besar, regulasi ini membangun sejumlah persyaratan dan ketentuan baru bagi perusahaan terbuka dan auditor independen yang bertugas mengaudit perusahaan tersebut dalam rangka mengembalikan kepercayaan publik pada penereapan corporate governance dan profesi akuntan, serta untuk meningkatkan kualitas dan akurasi pelaporan keuangan. Section 404 mensyaratkan laporan tahunan yang dipublikasikan melalui SEC (Securities and Exchange Comission) yang memuat laporan manajemen atas tanggung jawabnya dalam membangun dan meningkatkan pengendalian internal yang cukup atas pelaporan keuangan secara berkelanjutan. Auditor independen perusahaan harus mengeluarkan opini tersendiri yang


(39)

39

menyatakan kepercayaannya bahwa pengendalian internal telah efektif dan harus mengindikasikan apakah auditor tersebut setuju dengan penilaian manajemen yang tertuang dalam laporan manajemen.

IIA (The Institute of Internal Auditor) telah menerbitkan pedoman resmi yang khusus membahas section 404 dari SOA 2002. Pedoman ini memuat acuan bagi auditor independen dalam menilai proses manajemen dalam menilai ICFR (Internal Control Financial Reporting), dan ketentuan yang sama berlaku bagi defisiensi yang signifikan dan kelemahan material dari proses manajemen tersebut (The Institute of Internal Auditors, 2008:5).

Berdasarkan uraian di atas, SOA 2002 section 404 mensyaratkan ketentuan-ketentuan baru yaitu proses penilaian formal manajemen atas pengendalian internal, laporan tahunan manajemen, dan opini terpisah yang diterbitkan auditor independen. Adapun penjelasan dari ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Manajemen menjalankan proses penilaian formal dari pengendalian internalnya atas pelaporan keuangan termasuk pengujian yang memastikan bahwa rancangan dan operasi pengendalian tersebut telah berjalan efektif (Auditing Standards No.5, IIA, 2008:15)

2) Manajemen harus menyertakan laporan tahunan yang memuat penilaian atas ICFR (Auditing Standards No. 5, IIA, 2008:15)

3) Auditor eksternal dapat menerbitkan dua jenis opini sebagai bagian dari satu audit menyeluruh dari suatu perusahaan terbuka. Dua jenis opini tersebut adalah: a. Opini independen atas efektivitas dari sistem ICFR


(40)

40 (Auditing Standards No. 5, IIA, 2008:15) b. Adaptasi SOA 2002 section 404

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas profesi akuntan publik di Indonesia agar terus sesuai dan memenuhi kriteria profesional di tingkat internasional. Sebagian besar Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh IAI dan dikembangkan oleh Institut Akuntan Publik (IAPI) telah mengacu pada kriteria profesional auditor yang bertanggung jawab atas Laporan Audit Standar Amerika Serikat dimana kriteria profesional tersebut telah memuat beberapa pasal dari ISA (International Standard Audit) yang dikembangkan oleh IAASB (International Auditing and Assurance Standards Board), termasuk pasal 404 dari SOA 2002. Berdasarkan laporan penilaian Bank Dunia atas praktek akuntansi dan audit di Indonesia tahun 2005, IAI memutuskan untuk mengimplementasikan ISA secara efektif mulai tahun 2009 (Financial Standards Foundation, 2009).

PT Telkom Indonesia Tbk telah mengimplementasikan section 404 dari SOA 2002 secara utuh kepada tim auditor independen yang mengaudit Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2005. Section 404 menjadi standar baru bagi perusahaan publik karena pengujian atas pengendalian internal yang menjadi esensi fungsional pasal tersebut merupakan media pengungkap kecurangan paling andal (Oberholtzer, 2009:6).

Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa Sarbanes Oxley Act (SOA) 2002 section 404 dengan esensi fungsionalnya berupa pengujian atas efektivitas pengendalian internal secara lebih khusus oleh auditor independen telah diimplementasikan secara


(41)

41

efektif di Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang mengacu pada kriteria profesional ISA (International Standard Audit) mulai tahun 2009.

5. Kecurangan Pelaporan Keuangan (Fraudulent Financial Reporting) a. Definisi Kecurangan Pelaporan Keuangan

Kecurangan pelaporan keuangan adalah sebuah proses pencurian dari sesuatu yang berharga, konversi dan pengelabuan tindak kriminal atas unsur-unsur yang tersaji di laporan keuangan yang menimbulkan kerugian nyata bagi pengguna laporan keuangan (Krambia-Kapardis, 2003:267).

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2009:110.1) kecurangan (fraud) mengacu pada kesalahan akuntansi yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan menyesatkan pengguna laporan keuangan. Tindakan ini dilakukan dengan motivasi negatif guna mengambil keuntungan sepihak.

Arens, Elder dan Beasley (2010:432) menguraikan sejumlah faktor yang menjadi pemicu fraud, yaitu tekanan, kesempatan dan rasionalisasi. Adapaun penjelasan dari ketiga faktor pemicu tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tekanan

Tekanan berbentuk menurunnya prospek keuangan sehingga menekan manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan

2) Kesempatan

Situasi yang membuat manajemen merasa bebas untuk memanipulasi laporan keuangan


(42)

42 3) Rasionalisasi

Terdapat sejumlah sifat dan serangkaian nilai etis yang membuat manajemen merasa logis untuk bertindak tidak jujur.

b. Tanggung Jawab Auditor Dalam Menilai Risiko Kecurangan

SAS (Statement on Auditing Standards) 99 yang diterbitkan oleh ASB (Auditing Standards Board) dibawah standar Code of Professional Conduct AICPA (American Institute of Public Accountants) revisi 2008 telah memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko kecurangan (Arens, Elder dan Beasley, 2010:436). SAS 99 mengharuskan auditor untuk mempertahankan tingkat skeptisisme profesional ketika mempertimbangkan faktor-faktor risiko kecurangan untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan. Adapun penjelasan mengenai ketentuan menilai risiko kecurangan menurut SAS 99 tersebut adalah sebagai berikut:

1) Skeptisisme Profesional

Auditor ditekankan untuk mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan tanpa mempedulikan bagaimana keyakinan auditor tentang kemungkinan kecurangan serta kejujuran dan integritas manajemen (SAS 99, Codification of Auditing Standards, AU 316, 2008)

2) Sumber Informasi Untuk Menilai Kecurangan a. Komunikasi Di Antara Tim Audit

Tim audit diwajibkan untuk berdiskusi dengan anggota yang lebih

berpengalaman menyangkut beberapa hal terkait keyakinan timtentangkerentanan laporan keuangan terhadap salah saji material akibat kecurangan; bagaimana manajemen melakukan dan menutupi pelaporan keuangan yang curang; dan bagaimana


(43)

43

tanggapan terhadap kerentanan salah saji material akibat kecurangan tersebut (SAS 99, Codification of Auditing Standards, AU 316, 2008).

b. Pengajuan Pertanyaan Kepada Manajemen

Auditor diharuskan untuk mengajukan pertanyaan spesifik tentang kecurangan dalam setiap audit. Auditor harus menanyakan apakah manajemen mengetahui atau mencurigai adanya kecurangan dalam perusahaan; proses yang ditempuh manajemen dalam menilai risiko kecurangan, sifat risiko kecurangan yang diidentifikasi oleh manajemen, setiap pengendalian internal yang diimplementasikan untuk mengatasi risiko kecurangan, serta setiap informasi tentang risiko kecurangan dan pengendalian terkait yang telah dilaporkan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan. Auditor wajib mengajukan pertanyaan pada komite audit mengenai pandangan terhadap risiko kecurangan dan kecurigaan terhadap eksistensi kecurangan. Auditor juga diharuskan untuk mengajukan pertanyaan pada pihak-pihak lain dalam entitas yang tugasnya berada di luar garis tanggung jawab pelaporan keuangan yang normal untuk mempelajari berbagai risiko kecurangan (SAS 99, Codification of Auditing Standards, AU 316, 2008).

c. Faktor-faktor Risiko

Auditor diharuskan untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko kecurangan mengindikasikan adanya tekanan untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk berbuat curang atau rasionalisasi yang digunakan untuk


(44)

44

membenarkan kecurangan (SAS 99, Codification of Auditing Standards, AU 316, 2008).

d. Prosedur Analitis

Auditor diwajibkan untuk melaksanakan prosedur analitis atas akun-akun pendapatan karena pelaporan keuangan yang melibatkan salah saji material seringkali diakibatkan oleh manipulasi pendapatan (SAS 99, Codification of Auditing Standards, AU 316, 2008).

e. Dokumentasi PenilaianKecurangan

Auditor wajib mendokumentasikan beberapa hal terkait pertimbangan mengenai salah saji material akibat kecurangan, yaitu diskusi antar personil tim penugasan tentang kerentanan laporan keuangan terhadap kecurangan material; prosedur yang ditempuh untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kecurangan material; hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen; dan sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan ke manajemen, komite audit atau pihak lainnya (SAS 99, Codification of Auditing Standards, AU 316, 2008).

c. Tanggung Jawab Auditor Atas Eksistensi Kecurangan

Menurut Arens, Elder dan Beasley (2010:456), apabila auditor mencurigai tindak kecurangan telah terjadi dalam entitas klien, auditor harus mengumpulkan informasi tambahan untuk menentukan apakah kecurangan tersebut memang nyata. Pengumpulan informasi tambahan dapat melalui pengajuan pertanyaan tambahan kepada manajemen dan pihak terkait lainnya yang bersifat informatif dan interogatif. Auditor dapat pula menggunakan perangkat lunak audit sebagai alat mengumpulkan informasi tambahan


(45)

45

karena dapat digunakan untuk mencari transaksi fiktif, ketepatan dan kelengkapan alur dokumen dan memilah transaksi tidak biasa yang melampaui ukuran standar.

SAS (Statement on Auditing Standards) 99 mengharuskan auditor memperoleh bukti tambahan untuk menentukan apakah kecurangan yang material memang sudah terjadi. Auditor dapat memperluas prosedur substantif untuk menanggapi risiko kecurangan yang lebih tinggi yang disebabkan oleh kesalahan asumsi manajemen dalam mengestimasi saldo akun laporan keuangan. Auditor dapat meminta spesialis bidang terkait untuk membantu mengevaluasi keakuratan dan kelayakan asumsi-asumsi kunci (Arens, Elder dan Beasley, 2010:461).

d. Tanggung Jawab Auditor Untuk Mengungkap Kecurangan

SAS (Statement on Auditing Standards) 99, Codification of Auditing Standards AU 316 Tahun 2008 mengharuskan auditor membahas temuan kecurangan serta pendekatan audit untuk investigasi lebih lanjut dengan tingkat manajemen yang tepat apabila auditor telah menetapkan bahwa kecurangan telah terjadi. Pembahasan tersebut bersifat wajib meskipun temuan dianggap tidak penting. Tingkat manajemen yang tepat setidaknya harus satu tingkat di atas orang-orang yang terlibat, serta manajemen senior dan komite audit. Namun jika auditor yakin bahwa manajemen senior mungkin terlibat dalam kecurangan, auditor harus membahas temuan tersebut langsung dengan komite audit.

PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) Standard No. 2 menyatakan bahwa kecurangan sebesar berapa pun oleh setidaknya manajemen senior harus dianggap sebagai defisiensi yang signifikan dan mungkin merupakan kelemahan yang material dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Hal ini mencakup tindak kecurangan yang dilakukan manajemen senior meskipun tidak menimbulkan salah


(46)

46

saji material. Jika auditor memutuskan bahwa kecurangan oleh manajemen senior merupakan kelemahan yang material, laporan auditor mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan akan memuat opini tidak wajar (non unqualified opinion)

(Arens, Elder dan Beasley, 2010:461).

Berdasarkan uraian di atas, kecurangan pelaporan keuangan dilakukan dengan tujuan merugikan pengguna laporan keuangan. Kerugian yang ditimbulkan dari tindak tersebut merupakan jumlah yang material dan menyesatkan pengambil keputusan saat menggunakan laporan keuangan. SAS 99 (AU 316) Codification on Auditing Standards Tahun 2008 telah mengatur standar pekerjaan lapangan mengenai tanggung jawab auditor dalam menilai risiko kecurangan, tanggung jawab auditor atas eksistensi kecurangan dan tanggung jawab auditor dalam mengungkap kecurangan.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengungkapan kecurangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi SOA 2002 section 404 telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta kontribusi bagi auditor untuk mengungkap temuan atau indikasi kecurangan. Tabel 2.2 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai pengungkapan kecurangan.


(47)

47 Tabel 2.2

Tabel Penelitian Terdahulu Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Yang Diteliti Metodologi Penelitian Hasil Penelitian (Kesimpulan) Krambia-Kapardis (2003) Wilopo (2006)

A fraud exposure model: A must for Auditors Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara

1. Auditor’s Professionalism (profesionalisme auditor) (X1) 2. Psychology

Traits

(Karakteristik Psikoligis) (X2) 3. Knowledge

Ability to detect fraud

(Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan) (X3)

4. Fraud Exposure (Pengungkapan Kecurangan) (Y) 1. Efektivitas Pengendalian Internal (X1) 2. Asimetri Informasi (X2) 3. Etika Manajemen (X3) 4. Profesionalisme (X4) 5. Struktur Organisasi (X5) 6. Tindak Kecurangan Akuntansi (Y) Sampel: auditor dengan minimum kedudukan senior di KAP Australia. Metode analisis data menggunaka n Multiple Regression Sampel: Manajemen Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara Metode: Analisis data menggunaka n Regresi berganda Auditor’s professionalism (X1) dan Psychology Traits (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap fraud exposure (Y), sedangkan Knowledge Ability to detect fraud (X3) memiliki hubungan negatif signifikan dengan fraud exposure (Y). Efektivitas pengendalian internal (X1) dan etika manajemen (X3) berpengaruh negatif signifikan pada tindak kecurangan, sedangkan asimetri informasi (X3) berpengaruh positif signifikan terhadap tindak kecurangan. Bersambung pada halaman selanjutnya


(48)

48

Tabel 2.2 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Yang Diteliti Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Wahyudi dan Mardiyah (2006) Pengaruh Profesionalism e Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan

1. Pengabdian profesi (X1) 2. Kewajiban

Sosial (X2) 3.Kemandirian

(X3)

4.Keyakinan Pada Profesi (X4) 5.Hubungan

Dengan Sesama Profesi (X5) 6. Materialitas

dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan (Y)

Sampel: auditor yang bekerja di KAP Supria dan Rekan di Malang Metode analisis data menggunaka n Regresi Berganda Pengabdian profesi (X1), Kemandirian (X3), Keyakinan Pada Profesi (X4), Dan Hubungan Dengan Sesama Profesi (X5) berpengaruh secara signifikan terhadap materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan. Keinath dan Walo (2008)

The Analysis of Audit Committee Responsibilitie s Disclosed since

Sarbanes-Oxley Act (SOA)

1. The

Comprehensive Implementation of SOA

(Implementasi SOA secara menyeluruh) (X1)

2. Audit Comittee Governance prior SOA (Kinerja Komite Audit sebelum implementasi SOA) (Y1) 3. Audit Committe

Responsibilities under SOA (Kinerja Komite Audit setelah SOA) (Y2) Sampel: Komite Audit Perusahaan Publik di New Zealand. Metode analisis data menggunaka n

Uji beda t-test

The

Comprehensive Implementation of SOA (X1) berpengaruh signifikan terhadap Audit Committe Responsibilities under SOA (Y2).


(49)

49

Tabel 2.2 (Lanjutan)

Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Yang Diteliti Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Zhang dan Pany

(2008)

Ziegenfuss (2008)

Current

Research on

Internal Control Over Financial Reporting Under Sarbanes Oxley Section 404 Lessons For Auditors

An Examination Of TheExpertise OfFraud

Examiners

1. Implementation of SOX Section 404

(Implementasi SOX Section 404) (X1) 2. Auditor’s

expertise

(Keahlian Auditor (X2) 3. Disclose of

Material Weaknesses in internal control (Pengungkapan Kelemahan Material dalam Pengendalian Internal (X3) 4. Effectiveness of

Major Fraud Exposure Methods (Efektivitas Metode Membongkar Kecurangan) (Y1)

5. Investor Impact

(Pengaruh pada Investor) (Y2) 1.Knowledge Component (Komponen Pengetahuan) (X1) Sampel: Auditor yang bekerja pada KAP di New York, USA. Metode analisis data menggunakan Multiple Regression Sampel: auditor senior yang dilantik khusus sebagai Fraud Examiners di Amerika Serikat

Implementation of SOX Section 404 (X1) dan

Auditor’s

Expertise (X2) berpengaruh positif signifikan terhadap Effectiveness of Major Fraud Exposure Methods (Y1)

Disclose of Material Weaknesses in internal control berpengaruh negatif terhadap Investor Impact (Y2)


(50)

50

Tabel 2.2 (Lanjutan)

Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Yang Diteliti Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Herawaty dan Susanto (2009) Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi

Kecurangan Dan Etika

Profesi Terhadap

Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

2.Psychology Traits (Karakter Psikologis) (X2)

3.Cognitive Ability

(Kemampuan Kognitif) (X3) 4.Decision Strategics (Strategi Pengamilan Keputusan) (X4) 5.Chores Analysises Ability (Kemampuan Analisis Tugas) (X5)

6.Fraud Disclosure

(Pengungkapan Kecurangan) (Y) 1.Profesionalisme (X1) 2.Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X2) 3. Etika Profesi

(X3) 4. Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik (Y) Metode analisis data menggunakan Logistic Regression Sampel: Auditor senior dan partner KAP Wilayah DKI Jakarta. Metode analisis data menggunakan Regresi Berganda. Knowledge Component (X1), Psychology Traits (X2) dan

Decision Strategics (X4) berpengaruh signifikan terhadap Fraud Disclosure (Y)

Chores Analysises Ability berpengaruh secara tidak langsung pada Fraud

Disclosure (Y) Profesionalisme (X1),

Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X2) dan Etika Profesi (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik (Y)


(51)

51

Tabel 2.2 (Lanjutan)

Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Yang Diteliti Metodologi Penelitian Hasil Penelitian (Kesimpulan) Hirschey, Smith dan Wilson (2010) Financial Reporting Credibility after Sarbanes Oxley Act (SOX): Evidence from Earnings Restatements 1.Implementation of SOX on Financial

Reporting Process

(Implementasi SOX dalam proses Pelaporan Keuangan) (X1) 2. Restatement-induced contagion price effects (Perubahan harga saham akibat penyajian kembali LaporanKeuangan) (X2)

3. The information content of post-restatement earnings (Kualitas Informasi dari penyajian kembali atas laba) (X3)

4. Investors’ assessments of Financial Reporting Credibility (Penilaian Investor atas Kredibilitas Pelaporan Keuangan) (Y) Sampel: Perusahaan yang tercatat di Bursa Saham New York (New York Stock Exchange (NYSE) Metode analisis data menggunakan Cross-Sectional Regression Implementation of SOX on Financial Reporting Process (X1),

Restatement-induced

contagion price effects (X2), dan

The information content of post-restatement earnings (X3) berpengaruh signifikan pada Investors’ assessments of Financial Reporting Credibility (Y)

Gold,

Gronewold dan Salterio

(2011)

The Impact of Fraud-Management Climate, Fraud Type and Fraud Originator on Auditors’ Reporting Fraud on Working Paper 1.Fraud Management Climate (Iklim Kecurangan Manajemen Klien) (X1)

2. Fraud Type

(Jenis

Kecurangan) (X2)

Sampel: Auditor KAP

Big Four di Jerman

Fraud management climate (X1); dan

Fraud Type (X2) berpengaruh signifikan pada

Auditors’

Reporting Fraud on Working Paper (Y)


(52)

52

Tabel 2.2 (Lanjutan)

Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Variabel Yang Diteliti

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian (Kesimpulan)

Metode analisis data menggunakan full-factorial design (Analisis Faktor)

Fraud Originators

(X3) tidak berpengaruh signifikan pada

Auditors’

Reporting Fraud on Working Paper

(Y)

Sumber: Diolah dari berbagai referensi C. Keterkaitan Antar Variabel

Krambia-Kapardis (2003) menyatakan bahwa EFEM (Eclectic Fraud Exposure Model) yang diujikan dalam penelitiannya berpengaruh positif dan signifikan terhadap peran auditor dalam mengungkap kecurangan dengan variable independen profesionalisme auditor. Auditor yang profesional akan menggunakan segenap kemampuannya dalam mengungkap temuan ketidakwajaran yang material (material irregularities) meskipun berada dibawah tekanan klien karena memegang teguh tanggung jawab hukum kepada masyarakat. Profesionalisme yang diukur melalui lima dimensi termasuk dimensi ketaatan terhadap peraturan profesi menguatkan hipotesis bahwa variabel pengalaman secara individu saja tidaklah cukup untuk meningkatkan peran auditor dalam pengungkapan kecurangan (Krambia-Kapardis, 2003:267).

Penelitian Keinath dan Walo (2008) menunjukkan pengaruh signifikan dari profesionalisme auditor yang direkrut oleh Komite Audit Perusahaan Terbuka di New Zealand terhadap penyampaian berbagai tindakan ilegal yang mengarah pada kecurangan pelaporan keuangan secara langsung kepada Komite Audit.

Penelitian Herawaty dan Susanto (2009) menunjukkan bahwa profesionalisme auditor menciptakan situasi komitmen dari dalam diri auditor yang membuatnya dapat


(53)

53

menilai indikasi ketidakwajaran dan salah saji material akibat kecurangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

HaД: Profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan.

Menurut Zhang dan Pany (2008) metode yang efektif untuk membongkar kecurangan mencakup sembilan metode, dan metode yang paling sering digunakan adalah pengujian pada efektivitas pengendalian internal. Efektivitas pengendalian internal dapat mengurangi kuantitas tindak kecurangan manajemen dan karyawan perusahaan go public.

Dalam penelitiannya, Zhang dan Pany (2008) membuktikan hipotesis keahlian auditor berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan kecurangan. Efektivitas pengendalian internal menjadi metode yang paling banyak digunakan untuk membongkar kecurangan disebabkan oleh adanya faktor keahlian auditor independen yang diminta untuk mengaudit laporan keuangan sekaligus laporan efektivitas pengendalian internal yang dibuat manajemen, sehingga efektivitas pengendalian internal tidak hanya dipandang dan diuji dari sudut pandang manajemen semata, melainkan adanya opini independen dari auditor yang menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal telah layak untuk mencegah kecurangan pelaporan keuangan dari salah saji material.

Penelitian lain yang dilakukan Ziegenfuss (2008) menghasilkan temuan bahwa keahlian auditor mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengungkapan kecurangan perusahaan go public. Keahlian yang mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik psikologis dan strategi pengambilan keputusan menjadi alat bantu ideal bagi auditor


(54)

54

dalam mengungkap kecurangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

HaЕ: Keahlian berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan.

Penelitian yang dilakukan Krambia-Kapardis (2003) menghasilkan temuan bahwa seorang auditor dengan kedudukan minimum senior atau supervisor walaupun memiliki pengetahuan mendeteksi kecurangan yang sangat memadai, mereka lebih memilih untuk tidak mengungkapkan temuan kecurangan kepada klien. Hal ini dibuktikan dengan pengaruh negatif signifikan pengetahuan mendeteksi kecurangan terhadap pengungkapan kecurangan. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian sesudahnya yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan maka semakin baik pula kualitas pengungkapan kecurangan karena kegagalan dalam mendeteksi kecurangan yang material akan berpengaruh signifikan terhadap keterbatasan informasi handal yang dapat mempengaruhi kesimpulan pengguna laporan keuangan. Gold, Gronewold dan Salterio (2011) menyatakan bahwa auditor dengan pengetahuan mendeteksi kecurangan yang relevan dan didukung oleh iklim terbuka manajemen atas eksistensi kecurangan akan berpengaruh baik pada kualitas pelaporan temuan kecurangan dalam kertas kerja audit di akhir penugasan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

HaЖ: Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan.


(55)

55

Penelitian yang dilakukan Wilopo (2006) memuat esensi SOA 2002 section 404 yaitu efektivitas pengendalian internal yang telah dinilai secara layak berhasil menurunkan tindak kecurangan akuntansi karena pengungkapannya yang berhasil. Keinath dan Walo (2008) menyatakan bahwa dengan adanya SOA yang menjadi legitimasi auditor independen untuk bergerak lebih bebas dalam mengaudit pengendalian internal, terdapat peningkatan signifikan atas pengungkapan kecurangan dibandingkan dengan sebelum SOA diberlakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Zhang dan Pany (2008) menghasilkan pernyataan bahwa SOA 2002 section 404 tentang pengujian efektivitas pengendalian internal dan penerbitan opini terpisah atas kelayakan laporan efektivitas pengendalian internal yang disusun manajemen klien oleh auditor independen yang direkrut perusahaan publik telah meningkatkan kualitas mengungkap kecurangan. Hirschey, Smith dan Wilson (2010) menyatakan bahwa SOA yang diimplementasikan dengan baik akan meningkatkan kualitas penilaian investor atas kredibilitas pelaporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

HaЗ: Adaptasi SOA section 404 berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan kecurangan.

Berdasarkan uraian keterkaitan antar variabel yang menjelaskan tentang profesionalisme dengan pengungkapan kecurangan, keahlian dengan pengungkapan kecurangan, pengetahuan mendeteksi kecurangan dengan pengungkapan kecurangan dan adaptasi Sarbanes Oxley Act (SOA) 2002 section 404 dengan pengungkapan kecurangan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:


(56)

56

Ha5: Profesionalisme, Keahlian, Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan dan Adaptasi SOA section 404 berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pengungkapan kecurangan.

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang pengaruh profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi Sarbanes Oxley Act (SOA) 2002 section 404 terhadap pengungkapan kecurangan yang merupakan kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran Adaptasi Sarbanes Oxley Act

(SOA) section 404 (X4) (Wilopo (2006) Keinath dan Walo (2008) Zhang dan Pany

(2008) serta Hirschey, Smith dan Wilson (2010))

Keahlian (X2) (Zhang dan Pany (2008) serta Ziegenfuss (2008))

Pengungkapan kecurangan (Y)

(Krambia-Kapardis (2003)

dan Ziegenfuss (2008)) Profesionalisme (X1)

(Krambia-Kapardis (2003) Keinath dan Walo (2008) serta Herawaty dan Susanto (2009))

Pengetahuan Mendeteksi Kecurangan (X3) (Krambia-Kapardis (2003) Herawaty dan Susanto (2009)

serta Gold, Gronewold dan Salterio (2011))


(57)

57 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu profesionalisme, keahlian, pengetahuan mendeteksi kecurangan dan adaptasi SOA (Sarbanes Oxley Act) 2002 section 404 terhadap variabel dependen, yaitu pengungkapan kecurangan. Populasi dari penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada KAP (Kantor Akuntan Publik) di wilayah DKI Jakarta.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan judgment peneliti yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. (Indriantoro dan Supomo, 2002:131). Metode purposive sampling dengan judgment digunakan karena peneliti akan memperoleh sampel yang memenuhi syarat untuk mencapai tujuan penelitian. Syarat sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sampel adalah auditor independen yang bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah DKI Jakarta dan terdaftar di directory KAP yang diterbitkan IAPI tahun 2010

2. Sampel adalah auditor independen yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dengan masa kerja sebagai auditor minimal 2 (dua) tahun. Auditor dengan masa kerja


(1)

152

Hasil Uji Statistik Heteroskedastistitas

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN /DEPENDENT PNG

/METHOD=ENTER PRO KEA PMK ADP /SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)

/RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID) /SAVE RESID.


(2)

153 COMPUTE PNG

EXECUTE.

Hasil Uji Hipotesis

Regression [DataSet1]

Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 ADP, PMK,

PRO, KEAa

. Enter a. All requested variables entered.


(3)

154

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .800a .641 .622 .04341

a. Predictors: (Constant), ADP, PMK, PRO, KEA b. Dependent Variable: PNG

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .259 4 .065 34.333 .000a

Residual .145 77 .002

Total .404 81

a. Predictors: (Constant), ADP, PMK, PRO, KEA b. Dependent Variable: PNG

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.038 .067 15.385 .000

PRO .006 .002 .234 2.866 .005 .700 1.429

KEA .007 .002 .267 2.937 .004 .563 1.776

PMK -.005 .002 -.174 -2.475 .016 .947 1.056

ADP .012 .002 .461 5.229 .000 .600 1.668


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh profesionalisme akuntan publik terhadap peran akuntan publik dalam penggungkapan kecurangan

1 18 135

Pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendektesian kecurangan: studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta

1 8 87

Pngaruh pengalaman audit, indenpendensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan; studi empiris pada kantor akuntansi publik di DKI Jakarta

1 10 154

Pengaruh penerapan aturan etika, pengalaman dan skeptisme profesional auditor terhadap pendekteksian kecurangan : studi empiris beberapa kantor akuntan publik di dki jakarta

2 24 126

Analisis pengaruh profesionalisme, independensi, keahlian, dan pengalaman auditor dalam mendeteksi kekeliruan (studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta)

0 4 118

Kontribusi pengendalian internal dan keahlian auditor terhadap pemeriksaan (fraud Auditing) : studi empiris pada auditor internal dan eksternal di jakarta dan bandung

1 10 90

ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS PIUTANG DAN SIKLUS PENDAPATAN USAHA (Studi Kasus pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan)

1 32 145

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD.

0 5 33

Pengaruh Penerapan Sarbanes Oxley Act Section 404 terhadap Efektivitas Pengendalian Internal: Studi Kasus pT Telekomunikasi, Tbk.

0 1 18

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD - repository UPI S PEA 1105839 Title

0 0 3