PEMBELAJARAN ANGKLUNG MELALUI METODE HANDSIGN PADA MATA PELAJARAN ANGKLUNG DI MI AL-LATHIF BANDUNG.

(1)

PEMBELAJARAN ANGKLUNG MELALUI METODE HANDSIGN PADA MATA PELAJARAN ANGKLUNG

DI MI AL-LATHIF BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Seni Musik

Oleh : Hadi Zukaida

1002151

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI MUSIK

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul PENERAPAN

METODE HANDSIGN PADA MATA PELAJARAN ANGKLUNG DI MI

AL-LATHIF BANDUNG ini beserta seluruh isinya adalah benar benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini

Bandung, November 2015


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN ANGKLUNG MELALUI METODE HANDSIGN PADA MATA PELAJARAN ANGKLUNG DI MI AL-LATHIF BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Dr. Phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd. NIP.197303262000031003

Pembimbing II,

Henri Nusantara,M.Pd. NIP.197209162003121001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Seni Musik Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Agus Firmansyah, M.Pd NIP.196208301995121001


(4)

ABSTRAK

Fokus utama dalam penelitian berjudul Pembelajaran Angklung Melalui Metode Handsign Pada Mata Pelajaran Angklung Di MI Al-Lathif Bandung

ini adalah untuk melihat bagaimana metode handsign dilakukan pada pembelajaran angklung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik melalui pendekatan kualitatif, sehingga temuan beserta pembahasannya dipaparkan lebih detail. Teknik pengumpulan data yang digunakan di antaranya melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Subjek penelitian difokuskan pada siswa dan pengajar angklung yang melakukan metode handsign

sebagai strategi pembelajaran yang dilakukan di MI Al-Lathif Bandung. Berdasarkan temuan dan pembahasan maka dapat diketahui bahwa pembelajaran angklung dengan menggunakan metode handsign secara cepat dapat meningkatkan kompetensi bermain angklung siswa karena siswa dapat lebih mudah memahami apa yang harus dimainkan dibandingkan dengan membaca notasi balok yang rumit.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ...

KATA PENGANTAR ...

UCAPAN TERIMA KASIH ...

ABSTRAK ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Struktur Organisasi Skripsi ...

BAB II LANDASAN TEORETIS ... A. Konsep Pembelajaran Musik ... B. Metode Handsign ... C. Tahapan Pembelajaran Kodaly ... D. Sekilas Mengenai Alat Musik Angklung ...

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Desain Penelitian ... B. Partisipan dan tempat penelitian ... C. Instrumen Penelitian ... D. Pengumpulan Data ... E. Analisis Data ...

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Temuan Penelitian ... B. Pembahasan ...

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... A. Simpulan ... B. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA ...

i ii iii v vi vii viii ix 1 1 4 5 5 6 7 7 14 16 18 23 24 26 27 28 33 35 35 56 63 63 64 65


(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan musik di dunia sangatlah pesat dilihat dari berbagai warna dan gaya bermusik, dibuktikan melalui kemunculan aliran musik baru dan teknik baru,

atau kemunculan beberapa efek digital untuk memperkaya bunyi. Lain halnya dengan perkembangan musik tradisional di Indonesia yang kurang berkembang, hal ini dikarenakan generasi muda di Indonesia yang lebih menggemari instrumen barat ketimbang alat musik dalam negri. Padahal Indonesia memiliki instrumen musik yang beragam. Dilatar belakangi oleh hal ini, demi melestarikan kebudayaan Indonesia khususnya instrumen asli Indonesia yaitu angklung, Yayasan Al-Lathif Bandung mengadakan pembelajaran angklung dalam kegiatan ekstrakulikuler demi meningkatkan kecintaan siswa terhadap budaya sendiri.

Belajar dalam lingkup pendidikan identik dengan adanya proses kegiatan siswa di sekolah. Belajar merupakan hal yang umum, dari sisi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Proses belajar terlihat melalui perilaku, dan perilaku belajar itu tampak pada tindakan hasil belajar berbagai mata pelajaran di sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar, minat, kecerdasan, dan berbagai kemampuan siswa merupakan potensi yang akan berharga dan dihormati sebagai manusia apabila diolah, diproses, dibina, dibentuk, dan dikembangkan menjadi sesuatu yang bernilai dan berguna untuk manusia. Belajar identik dengan adanya proses kegiatan siswa di sekolah, tetapi kenyataannya belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Bahkan sebelum, sejak, dan setelah lahir kita sudah melakukan proses belajar, kita belajar beradaptasi dengan lingkungan sekitar bahkan mungkin sampai sekarang kita masih harus belajar untuk mengetahui hal-hal yang baru untuk bertahan hidup. Pigaet (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009, hlm.13) berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan, sedangkan lingkungan tersebut terus mengalami perubahan sehingga dengan adanya interaksi dengan lingkungan yang terus-menerus maka fungsi intelek individu semakin berkembang.


(7)

Keberhasilan proses pembelajaran, baik di pendidikan sekolah maupun di luar sekolah ditentukan oleh berbagai unsur yang terdapat di dalamnya diantaranya: guru, sarana dan prasarana, baik fisik maupun non fisik, kurikulum, sumber belajar, dan sebagainya. Dengan kata lain, keberhasilan proses pembelajaran tersebut tidak hanya ditentukan oleh kesungguhan guru dan siswa di dalam melakukan proses pembelajaran, atau ketersediaannya sarana dan prasarana yang memadai, tetapi lebih ditentukan oleh kesatuan semua unsur pembelajaran untuk menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas.

Berdasarkan pada observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, sarana dan prasarana di Yayasan Al-Lathif Bandung mendukung untuk melaksanakan pembelajaran angklung dengan baik, sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Untuk mencapai hal ini, maka diperlukan pemahaman tentang optimalisasi kegiatan pembelajaran. Pendidik dapat memberikan materi pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa. Salah satu upaya untuk meningkat kan kualitas pembelajaran adalah melakukan implementasi metode pembelajaran yang tepat. Metode adalah cara atau jalan yang ditempuh, fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, atau dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sanjaya, 2007, hlm. 164).

Dari sekian banyaknya metode pembelajaran yang ada, maka salah satunya adalah metode handsign yang dianggap efektif dalam pembelajaran musik khususnya untuk pemula seperti yang digunakan oleh Yayasan Al-Lathif Bandung dalam pembelajaran angklung. Metode ini adalah sebuah konsep pendekatan pendidikan musik yang dikembangkan di Hungaria pada pertengahan abad ke-20 oleh Zoltan Kodaly. Filsafatnya mengenai pendidikan menjadi inspirasi bagi metode ini, yang kemudian dikembangkan selama beberapa tahun oleh rekan-rekannya (29 Juni 2013) diakses dari id.m.wikipedia.org/wiki/Metode_kodály.

Meski sebenarnya bukan metode pendidikan, ajaran-ajarannya berada dalam kerangka kerja yang menyenangkan dan mendidik yang dibangun kuat pada teori musik dasar dan notasi musik dalam berbagai bentuk verbal, tujuan utama kodaly


(8)

adalah menciptakan rasa cinta terhadap musik dalam diri pelajar dan merasa bahwa sudah menjadi tugas sekolah anak untuk menyediakan elemen pendidikan yang vital ini.

Pembelajaran angklung dirasa sangat cocok untuk mengenalkan dan merangsang rasa musikal siswa karena memiliki beberapa keunggulan yaitu jika dilihat dari harga, angklung memiliki harga yang murah dan terjangkau sehingga untuk memilikinya tidak terlalu memerlukan biaya lebih. Alat musik angklung dapat dimainkan dengan mudah oleh setiap anak dalam artian tidak memerlukan manipulasi tangan dan jari yang sulit (fingering), cukup dengan memegang dan menggoyangkannya maka angklung akan berbunyi. Dengan demikian angklung dapat dimainkan oleh anak mulai dari usia 5 tahun sampai 80 tahun sekalipun sehingga membuat pemain terhindar dari rasa cepat putus asa saat memainkannya. Selain itu, alat musik angklung dimainkan secara masal sehingga siapapun dapat ikut serta, tidak ada batasan jumlah untuk memainkan alat musik ini selama alatnya tersedia yang penting adalah pengaturan dan pengorganisasiannya saja. Dalam memainkan alat musik angklung, terdapat unsur sosial yang meliputi beberapa aspek yaitu disiplin, tanggung jawab, kerja sama, kecermatan, dan konsentrasi sehingga menarik untuk dimainkan karena ternyata musik angklung ini telah berhasil menarik minat dan rasa kagum tidak hanya anak-anak, tetapi juga orang dewasa karena sifat alat musik ini yang sederhana dan dapat dengan mudah memainkan banyak lagu.

Pembelajaran musik angklung dapat turut mencerdaskan kemampuan intelektual, kemampuan emosional dan kemampuan sosial dalam mengembangkan lifeskill peserta didik seperti yang dikemukakan oleh Wiramihardja (2010, hlm.11). Secara khusus kompetensi peserta didik angklung memiliki kemampuan apresiasi, kreativitas, dan kemampuan berekspresi sehingga mereka mempunyai nilai dasar humaniora untuk menerapkan kebersamaan, tenggang rasa, disiplin dan tanggung jawab. Dengan demikian pembelajaran musik angklung akan berorientasi pada pendekatan prinsip-prinsip keseimbangan etika, logika, dan estetika. Maka pembelajaran angklung diharapkan dapat merangsang potensi intelektual ,emosional, bahkan spiritual.


(9)

Perubahan yang terjadi dalam sebuah pembelajaran pada umumnya adalah dalam bentuk sikap, kecerdasan, ataupun emosionalnya. Ketiga sikap tersebut akan diubah ke arah yang lebih baik lagi oleh setiap guru mata pelajaran, karena dengan adanya perubahan ke arah yang lebih baik itulah pembelajaran dianggap berhasil. Perubahan tersebut dilakukan oleh semua guru, baik guru yang mengajar di sekolah pada umumnya (Uno, 2010, hlm. 35).

Berdasarkan uraian sebagaimana dikemukakan di atas, penulis menuangkan rasa ketertarikan pada metode yang diajarkan di Yayasan Al-Lathif Bandung dalam bentuk sebuah karya tulis ilmiah berupa skripsi yang berjudul

“PEMBELAJARAN ANGKLUNG MELALUI METODE HANDSIGN PADA MATA PELAJARAN ANGKLUNG DI MI AL-LATHIF BANDUNG.

B. Rumusan Masalah

Dalam suatu proses pembelajaran, penyampaian materi sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan sebuah pembelajaran yang baik penyampaian materi yang baik ditentukan oleh metode yang baik pula. Khususnya untuk pembelajaran angklung, dibutuhkan penguasaan kelas dari guru untuk mencapai pembelajaran yang optimal.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini mengarah pada keefektifitasan metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi, dalam hal ini metode yang dipakai adalah metode

handsign, karena hal ini penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap metode yang di ajarkan di sekolah dan bagaimana metode ini berlangsung.

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan pokok berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Tahapan dalam menerapkan metode handsign di Yayasan Al-Lathif Bandung?

2. Bagaimana kaitan antara materi dengan metode yang dipakai di yayasan Al-lathif Bandung?


(10)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan pertanyaan penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui langkah apa saja yang dilakukan guru saat memberikan metode handsign dan apa hasil dari penerapan metode ini pada siswa yang mempelajari angklung dengan metode handsign. Adapun tujuan penelitian terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut:

1. Umum

Untuk menganalisis, mendeskripsikan, menggambarkan langkah-langkah dalam menerapkan metode handsign dan kaitan antara materi dengan metode yang dipakai di MI Al-lathif Bandung

2. Khusus

Untuk mengungkap dan memahami hasil dari penerapan metode handsign di MI Al-lathif Bandung

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian tidak hanya dilakukan demi mencapai suatu tujuan tertentu saja, tapi jauh lebih penting adalah dapat memberi manfaat. hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dalam bidang musik terutama musik angklung, dan untuk memberikan alternatif dalam pengajaran musik angklung.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: a. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan baru yang berguna bagi perkembangan pendidikan seni di Indonesia khususnya pendidikan untuk usia dini terkait dengan pengunaan metode yang efektif dalam meningkatkan pembelajaran musik pada usia dini


(11)

1) Bagi guru seni budaya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam memilih metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam memahami materi.

2) Bagi calon guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi ketika terjun ke sekolah sebagai guru dan menjalankan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi melalui metode pembelajaran yang efektif.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab diantaranya, bab I tentang pendahuluan, bab II tentang kajian pustaka, bab III tentang metode penelitian, bab IV tentang hasil penelitian, dan bab V tentang kesimpulan dan saran, secara rinci dipaparkan sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN, ha-hal yang diungkap meliputi bahasan tentang: latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi

2. BAB II LANDASAN TEORETIS, ruang lingkupnya terdiri dari teori-teori yang menjadi acuan penelitian dengan harapan semua teori yang dianggap relevan dapat menjadi pemecah permasalahan yang dimunculkan dalam bentuk pertanyaan penelitian

3. BAB III METODE PENELITIAN, meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode dan pendekatan penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, membahas hasil dari penelitian yang dilakukan, sehingga hasil penelitian diolah dan mendapatkan jawaban dari rumusan masalah penelitian

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, membahas tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, mengenai tahapan penerapan metode kodaly


(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pemilihan metode penelitian yang digunakan merupakan hal yang penting karena akan mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian secara efektif. Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011, hlm. 3). Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat dan menganalisis bagaimana penerapan metode handsign di sekolah, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktiptif dengan pendekatan kualitatif, karena meneliti langsung bagaimana proses pembelajaran berlangsung sebagaimana yang terjadi di lapangan dan memperoleh temuan yang sesuai sebagaimana yang terjadi di lapangan secara alamiah. Temuan dari penelitian ini dideskripsikan kedalam kalimat-kalimat yang kemudian dianalisis lalu disimpulkan hingga dapat dikembangkan di kemudian hari. Seperti yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2005, hlm.72) yaitu,

“Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain”. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti secara rinci, dengan bentuk kalimat bukan hitungan statistika. Penelitian kualitatif mengutamakan latar, metode dan orang yang meneliti secara alamiah sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan artinya dalam penelitian kualitatif tidak ada rekayasa sama sekali. Tindakan pengamatan dilakukan secara berkala dan rinci hal ini dimaksudkan untuk keabsahan data yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh David Williams dalam Moeleong (2010, Hlm.5) yaitu,

“Penelitian kulitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah,

dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti

yang tertarik secara alamiah”.

Dari Kajian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena-fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan,dll


(13)

alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan serta menganalisis suatu kejadian yang terjadi. Sesuai dengan tujuan peneliti, pendekatan kualitatif digunakan untuk mengkaji masalah yang sedang terjadi ketika penelitian dilakukan, maka berikutnya peneliti mengumpulkan data, setelah semua data didapatkan kemudian peneliti menyusun data secara sistematis, diolah dan dituangkan kedalam sebuah kaya ilmiah berbentuk skripsi.

A. Desain Penelitian

Dalam pembuatan desain penelitian, maka terlebih dahulu disusun prosedur penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data berupa gambaran proses pembelajaran angklung di MI Al-Lathif. Melalui proses pengamatan yang sering dilakukan, peneliti mampu menerangkan apa yang terjadi, apa dan siapa saja yang terlibat dalam kejadian tersebut, dimana kejadian itu berlangsung, bagaimana terjadinya, dan mengapa bisa terjadi seperti itu. Pengamatan dalam metode penelitian kualitatif meliputi keseluruhan kejadian, kelakuan, dan benda-benda yang ada pada latar penelitian tempat subjek berada sebagaimana yang diamati oleh peneliti sendiri. Cara ini sangat baik untuk mempelajari proses terjadinya suatu peristiwa, mencari hubungan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya, hubungan orang-orang tersebut dengan hal-hal yang ada di sekelilingnya. Pengumpulan data selalu dapat diperbarui selama proses pengolahan data jika ditemukan temuan-temuan baru terkait penelitian ini

seperti yang dikemukakan oleh Alwasilah (2009, hlm.102) “prinsip penelitian

kualitatif menekankan bahwa setiap temuan (sementara) dilandaskan pada data, sehingga temuan itu semakin tersahihkan sebelum dinobatkan sebagai teori”. Secara garis besar, peneliti membagi prosedur penelitian yang akan dilaksanakan menjadi tiga tahapan antara lain:

Gambar 3.1 Desain Penelitian (Dokumentasi Probadi)

TAHAP PRA PENELI TI AN

•OBSERVASI AWAL

•MERUMUSKAN MASALAH •MERUMUSKAN ASUMSI TAHAP PELAKSANAAN •PELAKSANAAN PENELITIAN

ANALI SI S DATA

•PEMBELAJARAN ANGKLUNG

•TAHAPAN METODE

HANDSIGN

KAITAN ANTARA MATERI DAN METODE

PENYUSUNAN LAPORAN PENELI TI AN


(14)

1. Tahap pra penelitian

Pada tahap ini, peneliti mencoba menyusun rancangan penelitian terlebih dahulu dengan melakukan pra-survei ke MI Al-Lathif Bandung dengan maksud untuk mengetahui terlebih dahulu kondisi objektif di tempat tersebut. Hal ini dilakukan guna untuk mendapatkan data tentang keadaan pembelajaran dan metode yang digunakan di MI Al-Lathif Bandung.

Setelah mengadakan pra-survei, selanjutnya peneliti mengajukan rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian, partisipan dan tempat penelitian dengan bimbingan dari dosen pembimbing, selanjutnya peneliti mengupayakan perizinan dari instansi yang terkait untuk kelancaran penelitian. 2. Tahap pelaksanaan penelitian

Setelah selesai tahap persiapan penelitian, maka peneliti terjun ke lapangan untuk memulai pelaksanaan penelitian dengan menekankan bahwa instrumen yang paling utama adalah peneliti sendiri melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen.

3. Tahap analisis data

Kegiatan analisis data ini dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul. Dengan demikian, pada tahap ini peneliti berusaha mengorganisasikan data yang diperoleh yang terdiri dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen. Dari hasil penelitian yang telah didapatkan di lapangan, peneliti terlebih dahulu membuat laporan atau catatan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan, lalu kemudian data hasil penelitian tersebut dianalisis dengan berbagai teknik analisis data.

4. Tahap Penyusunan Laporan

Setelah proses penelitian selesai dilaksanakan, tahapan yang terakhir ditempuh yaitu penulisan laporan. Setelah menganalisis data, hasil penelitian tersebut kemudian disusun dengan menggambarkan dan memaparkan atau mendeskripsikannya ke dalam bentuk tulisan yang dibuat secara sistematis dan akurat.


(15)

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

Pada penelitian ini, partisipan yang terlibat antara lain pengajar dan siswa adapun tempat penelitian ini dilakukan di MI Al-Lathif Jl. Cipedes Selatan No. 85 Bandung.

Gambar 3.2

Peta lokasi MI Al-Lathif Bandung

AL-LATHIF ISLAMIC SCHOOL adalah sekolah Islam yang diperkaya dengan kurikulum internasional. Al Lathif diselenggarakan oleh Yayasan Noor Rakhmah pimpinan K.H. Dahawanen, S.H, M.H. Perpaduan kurikulum yang kami gunakan memberikan ciri khas tersendiri dalam kehidupan pembelajaran di Al Lathif. Dengan didukung oleh tim pendidikan, psikolog, guru (ustadz), serta dokter yang profesional dan berpengalaman dalam bidangnya Al Lathif tumbuh dan berkembang menjadi sebuah sekolah yang mengedepankan ilmu pengetahuan, teknologi, dan Islam.

AL-LATHIF ISLAMIC INTERNATIONAL SCHOOL menyediakan lingkungan belajar yang menantang yang berpusat pada anak , seimbang dan bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak dengan dasar Islam yang kokoh dan mampu bersaing di dunia internasional . Sekolah kami adalah pusat penyelidikan, kreativitas dan pembelajaran yang menyenangkan , dengan berbagai macam latar belakang siswa yang datang bersama – sama untuk belajar, bermimpi, dan mencapai cita – citanya.


(16)

Sekolah kami menyediakan alat untuk belajar termasuk ruang belajar dengan ukuran kelas kecil memungkinkan setiap anak mendapat perhatian dan bimbingan yang baik untuk mencapai kompetensi mereka. Dengan sarana belajar yang lengkap, siswa dapat mengeksplorasi dan membangun pengetahuan mereka melalui proses inkuiri dan penemuan.

a. Filosofi

“Dan hendaklah takut kepada Allah, orang – orang yang meninggalkan dibelakang mereka anak – anak yang lemah (yang mereka khawatir terhadapnya). Oleh karena itu, hendaklah bertakwa kepada Allah dan mendidik anak – anaknya dengan didikan yang benar” (Q.S. An Nisaa:9)

b. Visi

Mengembangkan kecerdasan anak menuju generasi Qur’ani yang berakhlak

mulia dan berwawasan global untuk memenuhi peran mereka sebagai khalifah di muka bumi.

c. Misi

1) Menyediakan program – program pendidikan berkualitas yang berintegrasi Antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan Islam;

2) Membentuk generasi penghafal Al Qur’an, rajin ibadah, dan berakhlak mulia; 3) Membentuk kepribadian unggul, dinamis, kreatif, dan berdaya saing tinggi

dalam perkembangan global

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri atau human instrumen. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2011, hlm. 306). Fokus penelitiannya pun ada pada persepsi dan pengalaman informan dan cara mereka memandang kehidupannya, sehingga tujuannya bukan untuk memahami realita tunggal, tetapi realita majemuk. Penelitian kualitatif memusatkan perhatian proses yang berlangsung dan hasilnya (Patilima, 2011, hlm. 61).

Dalam Sugiyono (2011, hlm. 307-308), disebutkan ada beberapa ciri peneliti sebagai instrumen penelitian menurut Nasution, yaitu:


(17)

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada situasi instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan

pengetahuan semata.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. 6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan

data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelaksanaan.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam suatu penelitian. Karena melalui data itulah pertanyaan penelitian dapat dijawab. Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, pertama kualitas instrumen dan kedua kualitas pengumpulannya (Sugiyono, 2011, hlm. 187). Berdasarkan sumbernya, dalam pengumpulan data peneliti dapat menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Sedangkan data sekunder adalah data yang telah terdokumentasikan dan seringkali diperlukan oleh peneliti untuk melengkapi datanya (Suryabrata, 2010, hlm. 39). Data primer dalam penelitian ini adalah mengenai informasi tentang penerapan metode handsign pada pembelajaran angklung di MI Al-lathif Bandung diantaranya melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data sekunder dalam penelitian ini adalah berbagai macam dokumen yang dapat mendukung data primer. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Observasi

Pengertian observasi menurut Kartini Kartono (1986, hlm.42), adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena-fenomena special dan gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematis.


(18)

Sesuai dengan pernyataan di atas, berarti teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan data yang diperoleh dengan cara melihat dan mengamati suatu kegiatan dari dekat tentang gejala-gejala yang hendak diselidiki. Melalui teknik ini diharapkan dapat menghimpun informasi tentang penerapan metode handsign

pada pembelajaran angklung di MI Al-Lathif Bandung. Untuk mempermudah pengamatan, Peneliti menuangkan poin-poin aspek yang diobservasi dalam bentuk Tabel pedoman observasi sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tabel Pedoman Observasi Untuk Siswa

No. ASPEK YANG DIOBSERVASI Tingkatan SB B C K 1. Kemampuan siswa membaca handsign sesuai

dengan arahan guru 2.

Penguasaan teknik permainan angklung a. Teknik getaran panjang

b. Teknik staccato c. Teknik tengkep

3.

Disiplin dalam belajar 4.

Kemampuan menguasai materi 5.

Motivasi belajar

6. Siswa memiliki kerjasama, gotong royong, kecermatan, ketangkasan, dan tanggung jawab

Keterangan :

SB : Sangat Baik B : Baik

C : Cukup K : Kurang


(19)

Tabel 3.2

Tabel Pedoman Observasi Untuk Pengajar Butir item diadaptasi dari arsip IPKG 2014

No. Aspek yang diamati

Tingkatan

Ket. Muncul Tidak

muncul

I. PRA PEMBELAJARAN

1. Kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran 2. Memeriksa kesiapan siswa

II. MEMBUKA PEMBELAJARAN

1. Melakukan kegiatan aperspsi

2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan

III. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

Penguasaan materi pembelajaran

1. Menunjukan penguasaan materi pembelajaran

2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

3. Mengintegrasikan kerja ilmiah dalam pembelajaran 4. Mengintegrasikan keterampilan dasar laboratorium Pendekatan/ strategi pembelajaran

1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi tujuan yang akan dicapai

2. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3. Menguasai kelas

4. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

5. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect)

6. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan


(20)

1. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar/ media pembelajaran

2. Menghasilkan pesan yang menarik

3. Melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan sumber belajar/ media pembelajaran

Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru, siswa, dan sumber belajar

2. Merespon positif partisipasi siswa

3. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 4. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif

5. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar

Penilaian proses dan hasil belajar 1. Memantau kemajuan belajar

2. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi/tujuan

Penggunaan bahasa

1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar 2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar

IV. PENUTUP

1. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

2.

Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan


(21)

Tabel 3.3

Tabel Pedoman Observasi Metode Handsign untuk Pengajar

2. Wawancara

Pengertian wawancara menurut Kartini (1986, hlm.171) adalah sebagai berikut:

“Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; hal ini merupakan proses Tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik (interview dan berbincang-bincang, tanya jawab, asal katanya intervie = perjumpaan sesuai dengan perjanjian sebelumnya)”. Teknik wawancara ini merupakan pelengkap untuk memperoleh informasi (data) yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengajar. Dalam penelitian ini terdapat delapan poin pertanyaan yang diajukan kepada pengajar sebagai berikut:

a. Bagaimana keadaan kelas dan siswa tempat bapak mengajar? b. Bagaimana perencanaan bapak sebelum kelas dimulai?

c. Ketika melakukan pbm metode apa yang dipakai bapak untuk mengajar? d. Bagaimana langkah–langkah yg bapak lakukan ketika mererapkan metode

tersebut?

e. Kendala apa yang sering bapak temui dalam mengajar? f. Bagaimana rata-rata kemampuan siswa?

g. Bagaimana prestasi anak setelah diterapkan metode tersebut? h. Pernahkah siswa mengeluh tentang cara bapak mengajar? No. ASPEK YANG DIOBSERVASI

Tingkatan Muncul Tidak

Muncul 1. Kejelasan dalam memvisualisasikan handsign

2. Ketepatan memvisualisasikan handsign dengan ketukan

3. Keluwesan dalam mempraktekan handsign


(22)

i. Apa rencana bapak kedepannya untuk lebih meningkatkan keterampilan siswa, misalnya berinovasi dalam penerapan metode tersebut?

3. Studi dokumentasi

Teknik pengumpulan data berikutnya yang digunakan peneliti yaitu studi dokumentasi. Studi dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data peristiwa yang sudah berlalu. Penggunaan studi dokumentasi dalam penelitian ini guna melengkapi data yang tidak diperoleh melalui observasi dan wawancara. Studi dokumentasi ini bias berbentuk tulisan atau gambar. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

E. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengurutkan dan mengamati secara sistematis transkip wawancara, hasil observasi, dan bahan-bahan yang ditemukan untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang fenomena yang diamati dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.

Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2008, hlm. 337)

mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas”. Aktivitas dalam

analisis data yaitu: (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) conclusion drawing/verification atau menarik kesimpulan.

Reduksi data yaitu, menyingkat data-data ke dalam bentuk laporan yang lebih sistematis sehingga mudah dikendalikan. Data tersebut dirangkum, dipilih dan difokuskan pada hal yang pentint-penting saja, data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih tajan tentang hasil pengamatan dan mempermudah untuk mencari kembali data yang diperoleh dan yang diperlukan lagi. Menurut sugiyono

(2008, hlm.338) mereduksi data berarti “merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang

yang tidak perlu”.


(23)

yang telah dipahami tersebut. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bias dilakukan dalam bentuk uraian sungkat, Tabel, hubungan antar kategori, flow chart

dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (dalam sugiyono, 2008,

hlm.341) menyatakan “yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”.

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakakn bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih samar sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban-jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang diperoleh peneliti sebagai hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Kesimpulan yang diambil hanya bersifat sementara dan masih diragukan oleh karena itu kesimpulan senantiasa harus di verifikasi selama penelitian berlangsung hingga akhirnya tercapai kesimpulan akhir.


(24)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan metode

handsign pada mata pelajaran angklung di MI Al-Lathif Bandung, peneliti dapat melihat bahwa secara keseluruhan kemampuan penguasaan teknik-teknik dasar bermain angklung dan kemampuan siswa membaca handsign yang diarahkan guru cukup baik dan efisien dilakukan.

Langkah-langkah dalam menerapkan pada pembelajaran angklung ini meliputi teknik-teknik dasar bermain angklung dan penerapan metode handsign

setelah itu guru melakukan evaluasi. Dalam pembelajaran angklung dengan menggunakan metode handsign, siswa diajarkan mengenai simbol-simbol apa saja yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran angklung, simbol-simbol ini diajarkan untuk memudahkan siswa dalam menguasai materi lagu, dengan melihat simbol tangan yang diarahkan guru, siswa hanya menghafal simbol yang dipakai sesuai dengan angklung yang dia pegang, dengan begitu siswa tidak perlu mengingat keseluruhan lagu untuk dapat memainkan sebuah lagu.

Dalam proses pembelajarannya, metode handsign ini hanya mencakup satu tonalitas saja, maka simbol yang dipakai hanya berlaku pada materi karya yang menggunakan satu tonalitas saja tanpa adanya proses modulasi dan perubahan fungsi dasar akor.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, metode handsign

yang dipakai di di sekolah tersebut sudah efisien dan efektif dilakukan, karena selain siswa lebih cepat memahami materi, rasa musikal siswa akan tumbuh secara tidak disengaja, dalam empat pertemuan satu kelompok angklung dapat memainkan sebuah karya meskipun siswa sebelumnya masih belum mengasai teknik atau terbilang awam dalam bermain angklung.


(25)

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, peneliti merumuskan beberapa rekomendasi berupa pertimbangan-pertimbangan dan saran yang ditujukan untuk berbagai pihak. Adapun rekomendasi tersebut diantaranya adalah:

1. Pengajar

Setelah melihat secara langsung penerapan metode handsign, serta proses pembelajarannya, diharapkan subjek dapat melakukan eksplorasi lebih lanjut terhadap metode ini, serta lebih menata kembali cara penyampaian materi agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat lebih efektif karena akan memberikan dampak terhadap tercapainya tujuan pembelajaran

2. Siswa

Siswa hendaknya lebih disiplin dan berkonsentrasi saat proses pembelajaran berlangsung, supaya saat dalam penyampaian materi akan lebih mudah dipahami. Selanjutnya siswa diharapkan lebih aktif, sehingga faktor ketergantungan kepada pengajar bisa di minimalisir, hal tersebut bisa dilakukan dengan mencari dan mempelajari dari berbagai sumber baik dari buku, internet atau sumber lainnya.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Choksy, Dkk (1986). Teaching Musik In Twentieth Century, New Jersey : A Division & Simon & Schuster.inc

Masunah, Dkk. (2003). Angklung Di Jawa Barat. Bandung

Rahman. (2001). Perencanaan Pengajaran Bahasa. FPBS UPI Bandung

Rizkia, K. A. (2011). Pembelajaran Lagu-lagu Wajib Nasional Peserta Didik Kelas VII SMPN 3 Karawang. Bandung: Tidak diterbitkan

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Suprapti, (2006). Pengembangan kecerdasan musikal anak usia TK melalui musik, Skripsi FPBS Universitas Negeri Semarang : tidak diterbitkan

Sutikno, M. S. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect. Sutikno, M. S. (2005). Pembelajaran Efektif. Mataram: NTB press.

Wiramihardja, Obby A.R (2010). Panduan Bermain Angklung : Pusat penelitian dan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata kementrian kebudayaan dan pariwisata


(1)

Hadi Zukaida, 2015

Pembelajaran Angklung Melalui Metode Handsign Pada Mata Pelajaran Angklung D i MI Al -Lathif Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3

Tabel Pedoman Observasi Metode Handsign untuk Pengajar

2. Wawancara

Pengertian wawancara menurut Kartini (1986, hlm.171) adalah sebagai berikut:

“Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; hal ini merupakan proses Tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik (interview dan berbincang-bincang, tanya jawab, asal katanya intervie = perjumpaan sesuai dengan perjanjian sebelumnya)”. Teknik wawancara ini merupakan pelengkap untuk memperoleh informasi (data) yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengajar. Dalam penelitian ini terdapat delapan poin pertanyaan yang diajukan kepada pengajar sebagai berikut:

a. Bagaimana keadaan kelas dan siswa tempat bapak mengajar? b. Bagaimana perencanaan bapak sebelum kelas dimulai?

c. Ketika melakukan pbm metode apa yang dipakai bapak untuk mengajar? d. Bagaimana langkah–langkah yg bapak lakukan ketika mererapkan metode

tersebut?

e. Kendala apa yang sering bapak temui dalam mengajar? f. Bagaimana rata-rata kemampuan siswa?

g. Bagaimana prestasi anak setelah diterapkan metode tersebut? h. Pernahkah siswa mengeluh tentang cara bapak mengajar?

No. ASPEK YANG DIOBSERVASI

Tingkatan Muncul Tidak

Muncul 1. Kejelasan dalam memvisualisasikan handsign

2. Ketepatan memvisualisasikan handsign dengan ketukan

3. Keluwesan dalam mempraktekan handsign


(2)

Hadi Zukaida, 2015

Pembelajaran Angklung Melalui Metode Handsign Pada Mata Pelajaran Angklung D i MI Al -Lathif Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

i. Apa rencana bapak kedepannya untuk lebih meningkatkan keterampilan siswa, misalnya berinovasi dalam penerapan metode tersebut?

3. Studi dokumentasi

Teknik pengumpulan data berikutnya yang digunakan peneliti yaitu studi dokumentasi. Studi dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data peristiwa yang sudah berlalu. Penggunaan studi dokumentasi dalam penelitian ini guna melengkapi data yang tidak diperoleh melalui observasi dan wawancara. Studi dokumentasi ini bias berbentuk tulisan atau gambar. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

E. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengurutkan dan mengamati secara sistematis transkip wawancara, hasil observasi, dan bahan-bahan yang ditemukan untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang fenomena yang diamati dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.

Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2008, hlm. 337)

mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas”. Aktivitas dalam

analisis data yaitu: (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) conclusion drawing/verification atau menarik kesimpulan.

Reduksi data yaitu, menyingkat data-data ke dalam bentuk laporan yang lebih sistematis sehingga mudah dikendalikan. Data tersebut dirangkum, dipilih dan difokuskan pada hal yang pentint-penting saja, data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih tajan tentang hasil pengamatan dan mempermudah untuk mencari kembali data yang diperoleh dan yang diperlukan lagi. Menurut sugiyono

(2008, hlm.338) mereduksi data berarti “merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang

yang tidak perlu”.

Display data, dengan mendisplaykan data maka, akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya, berdasarkan apa


(3)

Hadi Zukaida, 2015

Pembelajaran Angklung Melalui Metode Handsign Pada Mata Pelajaran Angklung D i MI Al -Lathif Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

yang telah dipahami tersebut. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bias dilakukan dalam bentuk uraian sungkat, Tabel, hubungan antar kategori, flow chart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (dalam sugiyono, 2008,

hlm.341) menyatakan “yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”.

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakakn bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih samar sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban-jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang diperoleh peneliti sebagai hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Kesimpulan yang diambil hanya bersifat sementara dan masih diragukan oleh karena itu kesimpulan senantiasa harus di verifikasi selama penelitian berlangsung hingga akhirnya tercapai kesimpulan akhir.


(4)

Hadi Zukaida, 2015

Pembelajaran Angklung Melalui Metode Handsign Pada Mata Pelajaran Angklung D i MI Al -Lathif Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan metode handsign pada mata pelajaran angklung di MI Al-Lathif Bandung, peneliti dapat melihat bahwa secara keseluruhan kemampuan penguasaan teknik-teknik dasar bermain angklung dan kemampuan siswa membaca handsign yang diarahkan guru cukup baik dan efisien dilakukan.

Langkah-langkah dalam menerapkan pada pembelajaran angklung ini meliputi teknik-teknik dasar bermain angklung dan penerapan metode handsign setelah itu guru melakukan evaluasi. Dalam pembelajaran angklung dengan menggunakan metode handsign, siswa diajarkan mengenai simbol-simbol apa saja yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran angklung, simbol-simbol ini diajarkan untuk memudahkan siswa dalam menguasai materi lagu, dengan melihat simbol tangan yang diarahkan guru, siswa hanya menghafal simbol yang dipakai sesuai dengan angklung yang dia pegang, dengan begitu siswa tidak perlu mengingat keseluruhan lagu untuk dapat memainkan sebuah lagu.

Dalam proses pembelajarannya, metode handsign ini hanya mencakup satu tonalitas saja, maka simbol yang dipakai hanya berlaku pada materi karya yang menggunakan satu tonalitas saja tanpa adanya proses modulasi dan perubahan fungsi dasar akor.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, metode handsign yang dipakai di di sekolah tersebut sudah efisien dan efektif dilakukan, karena selain siswa lebih cepat memahami materi, rasa musikal siswa akan tumbuh secara tidak disengaja, dalam empat pertemuan satu kelompok angklung dapat memainkan sebuah karya meskipun siswa sebelumnya masih belum mengasai teknik atau terbilang awam dalam bermain angklung.


(5)

Hadi Zukaida, 2015

Pembelajaran Angklung Melalui Metode Handsign Pada Mata Pelajaran Angklung D i MI Al -Lathif Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, peneliti merumuskan beberapa rekomendasi berupa pertimbangan-pertimbangan dan saran yang ditujukan untuk berbagai pihak. Adapun rekomendasi tersebut diantaranya adalah:

1. Pengajar

Setelah melihat secara langsung penerapan metode handsign, serta proses pembelajarannya, diharapkan subjek dapat melakukan eksplorasi lebih lanjut terhadap metode ini, serta lebih menata kembali cara penyampaian materi agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat lebih efektif karena akan memberikan dampak terhadap tercapainya tujuan pembelajaran

2. Siswa

Siswa hendaknya lebih disiplin dan berkonsentrasi saat proses pembelajaran berlangsung, supaya saat dalam penyampaian materi akan lebih mudah dipahami. Selanjutnya siswa diharapkan lebih aktif, sehingga faktor ketergantungan kepada pengajar bisa di minimalisir, hal tersebut bisa dilakukan dengan mencari dan mempelajari dari berbagai sumber baik dari buku, internet atau sumber lainnya.


(6)

Hadi Zukaida, 2015

Pembelajaran Angklung Melalui Metode Handsign Pada Mata Pelajaran Angklung D i MI Al -Lathif Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Choksy, Dkk (1986). Teaching Musik In Twentieth Century, New Jersey : A Division & Simon & Schuster.inc

Masunah, Dkk. (2003). Angklung Di Jawa Barat. Bandung

Rahman. (2001). Perencanaan Pengajaran Bahasa. FPBS UPI Bandung

Rizkia, K. A. (2011). Pembelajaran Lagu-lagu Wajib Nasional Peserta Didik Kelas VII SMPN 3 Karawang. Bandung: Tidak diterbitkan

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Suprapti, (2006). Pengembangan kecerdasan musikal anak usia TK melalui musik, Skripsi FPBS Universitas Negeri Semarang : tidak diterbitkan

Sutikno, M. S. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect. Sutikno, M. S. (2005). Pembelajaran Efektif. Mataram: NTB press.

Wiramihardja, Obby A.R (2010). Panduan Bermain Angklung : Pusat penelitian dan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata kementrian kebudayaan dan pariwisata