APLIKASI HASIL PELATIHAN PAMONG BELAJAR DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH: Studi kasus di BPKB Jayagiri Bandung Jawa Barat.
APLIKASI HASIL PELATIHAN PAMONG BELAJAR
DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
(Studi kasus di BPKB Jayagiri Bandung Jawa Barat)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Penyelesaian Studi
Pada Program Pascasarjana Program Studi PLS
Konsentrasi Pelatihan
Oleh
M. LUTFI
NIM. 989512
e^D/o/^
£•
CO
4i£i
o
o
^
'O
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
Dengan ini menyatakan bahwa karya talis dengan judui "Aplikasi Hasii
Pelatihan Pamong Beiajar daiam Pengembangan Program Pendidikan Luar
Sekolah di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri Bandung"
beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan ciri-ciri yang tidak sesuai dengan
etika yang berlaku dalam masyarakat ke ilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika ke
ilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung,
Agustus 2000
Yang Membuat Pernyataan,
M. Lutfi
Teiah Disetujui Oieh Pembimbing:
Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed.
Pembimbing I
;y
Prof. Dr. H. Diudiu Sudiana. M.Ed.
Pembimbing II
ABSTRAK
Setiap orang tidak kecuali Pamong Belajar, sesungguhnya memiliki rasa
bangga apabila organisasinya semakin baik dalam menjalankan tugas dan fungsi
yang diembannya, dalam arti diperhitungkan dan dirasakan ada manfaatnya oleh
masyarakat. Keberhasilan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri
Bandung yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Pendidikan Luar
Sekolah Pemuda dan Olahraga Depdiknas, salah satunya sangat bergantung dari
unsur tenaga kependidikan, dalam hal ini Pamong Belajar. Menyadari pentingnya
Pamong Belajar sebagai ujung tombak dalam pengembangan model, bimbingan
dan ujicoba program pendidikan luar sekolah yang di emban oleh Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), maka baik pusat maupun daerah selalu
berupaya mengembangkan kemampuan Pamong Belajar melalui berbagai
kegiatan yang dapat mengarah pada peningkatan kemampuan, agar dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Peningkatan kemampuan Pamong Belajar
dengan mengikuti pelatihan, pendidikan, lokakarya, seminar dll merupakan upaya
strategis dalam menjawab tantangan yang dihadapinya.
Untuk mengungkap berbagai kegiatan peningkatan kemampuan Pamong
Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri, penelitian ini
mengajukan lima pertanyaan sebagi berikut: (1) Bagaimanakah Pimpinan Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) meningkatkan kemampuan Pamong
Belajar, (2) Bagaimanakah peranan Pamong Belajar mengaplikasikan hasil
peningkatan kemampuan/pelatihan dalam program-program pendidikan luar
sekolah di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), (3) Bagaimanakah
persepsi Pamong Belajar dalam mengaplikasikan hasil pelatihan, (4) Faktor-faktor
apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan peningkatan
kemampuan/pelatihan Pamong Belajar, dan (5) Faktor-faktor apa saja yang
mendukung dan menghambat dalam mengaplikasikan hasil peningkatan
kemampuan/pelatihan.
Sebagai bahan kajian dalam penelitian ini merujuk pada bahan-bahan
pustaka, guna membahas teori-teori yang relevan, yakni konsep pendidikan luar
sekolah, pengembangan sumber daya manusia, konsep pelatihan dan undangundang sistem pendidikan nasional.
Untuk mendapatkan data, penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatifdengan pendekatan studi kasus. Subjek penelitian adalah Kepala BPKB,
Kepala Subbag TU, danPamong Belajar. Pengumpulan data dilakukan melalui (1)
vvawancara, (2) observasi, (3) studi dokumentasi. Data dianalisis dengan cara: (1)
reduksi data, (2) penyajian data {display), dan (3) verifikasi. Paparan disajikan
dengan memadukan perspektifemic dan etic.
Dari temuan penelitian atas dasar rumusan masalah dan pertanyaan
penelitian, menunjukkan: (1) kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan Pamong Belajar dilakukan secara berkelanjutan, (2) dalam
peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar tidak bergantung dari Kepala
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, tetapi Pamong Belajar dituntut untuk
IV
mempunyai inisiatif sendiri, (3) persepsi dan motivasi Pamong Belajar dalam
dalam berbagai upaya peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar sangat
berpengaruh, (4) model-model program pendidikan luar sekolah yang dihasilkan
belum seluruhnya dapat diadopsi dan diterapkan oleh Sanggar Kegiatan Belajar
dan jajaran Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga, (5) dalam aplikasi
hasil peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar memberikan kontribusi
yang sangat besar dalam pengembangan program-program pendidikan luar
sekolah, dan (6) peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar dan
aplikasinya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal, dimana kedua
faktor tersebut saling mendukung dan menghambat, (7) lemahnya unsur supervisi
dari pusat (Ditdiktentis), (8) Staf Tata Usaha turut menentukan keberhasilan
peningkatan kemampuan Pamong Belajar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan beberapa rekomendasi antara
lain: (1) para pengambil kebijakan di tingkat pusat (Ditdiktentis) dan daerah
(BPKB) hendaknya lebih memberikan kesempatan dan selalu mendorong kepada
Pamong Belajar untuk selalu aktif dalam berbagai kegiatan peningkatan
kemampuannya sehingga kinerja mereka akan semakin meningkat, (2) Kepala
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) hendaknya selalu berorientasi
pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada Pamong Belajar untuk aktif dalam berbagai kegiatan
guna peningkatan kemampuan dan mengaplikasikannya dalam program-program
pendidikan luar sekolah, (3) Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis dan Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) diharapkan selalu mengkaji dan
menganalisis berbagai faktor sehubungan dengan model-model pembelajaran
yang telah dihasilkan oleh Pamong Belajar, apakah dapat diadopsi dan diterapkan
oleh masyarakat, sehingga bukan hanya berorientasi pada kuantitas tetapi lebih
kepada kualitas, (4) diharapkan pada pihak Ditdiktentis agar materi supervisi perlu
dilatihkan secara mendalam dan perlu kajian tersediri, sehingga Pamong Belajar
dapat mebedakan hakekat yang benar dari supervisi, (5) peningkatan kemampuan
staf perlu menjadi kajian mendalam untuk memperkaya khasanah ilmu, khususnya
pendidikan luar sekolah, dan (6) dalam mengaplikasikan hasil peningkatan
kemampuan/pelatihan Pamong Belajar perlu mendapat dukungan dari semua
komponen yang ada di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), dengan
dukungan semua pihak, maka hasil pengembangan program pendidikan luar
sekolah akan menghasilkan model yang baik sehingga dapat diadopsi dan
diterapkan oleh masyarakat yang membutuhkan.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
ii
A nCTD A V
,».
KATA PENGANTAR
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
vii
n u v j i iv-tvi^.
IV
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMP1RAN
xiv
BAB
1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
II
1
Rumusan Masalah
8
C. Pertanyaan Penelitian
8
D. Defini Operasional
9
E. Tujuan Penelitian
12
F.
Manfaat Penelitian
13
STUDI KEPUSTAKAAN
14
A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah
14
B.
BAB
1
1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah
14
2.
22
Kedudukan Pendidikan Luar Sekolah dalam UUSPN
3. Pengembangan Program Pendidikan Luar Sekolah
26
B. Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui Pelatihan
31
C. Peningkatan Kemampuan Pamong Belajar
35
1. Pentingnya Peningkatan Kemampuan
35
2. Berbagai Kegiatan Pengembangan
38
3. Kemampuan Pamong Belajar
40
4. Konsep tentang Program
41
BAB 111 METODOLOGI PENELITIAN
43
A. Metode Penelitian
43
BAB
B. Subjek Penelitian
44
C. Teknik Pengumpulan Data
44
D. Pengolahan dan Analisa Data
47
E. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian
49
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Desknpsi BPKB Jayagiri
BAB
53
53
1. Sejarah Berdirinya BPKB Jayagiri
53
2. Geografi
53
3. WilayahKerja
54
4. Struktur Organisasi
55
5. Tugas dan Fungsi
56
6. Ketenagaan BPKB Jayagiri
57
7.
58
Sarana dan Prasarana
8. Program BPKB Jayagiri Tahun 1999/2000
59
9. Kegiatan Lintas Sektoral
60
10. Konsep tentang Program BPKB Jayagiri
61
B. Deskripsi Hasil Penelitian
64
C. Pembahasan Hasil Penelitian
105
D. Temuan Penelitian
132
V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
144
A. Kesimpulan
144
B. Rekomendasi
147
DAFTAR KEPUSTAKAAN
149
LAMPIRAN-LAMPIRAN
XI
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1 Keadaan Ketenagaan Administrasi BPKB Jayagiri
55
4.2 Keadaan Ketenagaan Fungsional BPKB Jayagiri
57
4.3 Tenaga Potensial BPKB Jayagiri
57
xn
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Keterkaitan antara Kedua Sistem Pendidikan
25
2.2 Hubungan Fungsional antara Komponen-Komponen PLS
30
2.3 Model Proses Peningkatan SumberDaya Manusia
34
4.1
55
Struktur Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB)
4.2 Upaya PeningkatanKemampuan Pamong Belajar
73
4.3 Pelatihan Menggunakan Pola Datang
134
4.4 Pelatihan Menggunakan Pola Pergi
134
4.5
135
Pelatihan Menggunakan Pola Sel
4.6 Pelatihan Menggunakan Kelompok
136
4.7 Bimbingan Teknik Menggunakan Pola Kelompok
136
4.8 Bimbingan Teknik dengan Pola Individu
136
4.9
137
Seminar dan Loka Karya dengan Pola Terpadu
4.10 Pola Peningkatan Kemampuan Pamong Belajar dalam
Kaitannya dengan Penemuan Model
138
4.11 Pola Peningkatan Kemampuan Pamong Belajar atas Inisiatif
Pamong Belajar sendiri
140
xm
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat ijin penelitian dari Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung
2. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian di Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar Jayagiri Bandung Jawa Barat
xiv
BAB I
PENDAHULUAN /fYJfc
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan suatu
bangsa, sehingga pendidikan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi.
Bahwa investasi pendidikan sebagai kegiatan inti dalam pengembangan sumber
daya manusia
terbukti memiliki kontribusi yang positif terhadap tingkat
keuntungan ekonomi, sehingga disimpulkan bahwa keuntungan dalam investasi
pendidikan lebih tinggi dari pada investasi fisik. Dilihat dari fungsinya ada tiga
hal yang mendasar dari pendidikan yaitu: (1) mencerdaskan kehidupan bangsa, (2)
mempersiapkan tenaga kerja terampil dan ahli, dan (3) membina dan
mengembangkan penguasaan teknologi.
Dalam sistem pendidikan nasional Nomor 2 Tahun 1989, dimana
pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional, Departemen Pendidikan
Nasional telah menetapkan empat sasaran strategi yang menjadi orientasi
perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan program pendidikan nasional yaitu
(1) pemerataan pendidikan, (2) peningkatan mutu, (3) peningkatan relevansi
pendidikan, dan (4) peningkatan efisiensi pelaksanaan pendidikan nasional
(Soedijarto, 1995). Keempat strategi Depdiknas tersebut dijabarkan dan
dilaksanakan baik melalui jalur pendidikan persekolahan maupun melalui jalur
pendidikan luar sekolah. Pelaksanaan pendidikan melalui jalur pendidikan
persekolahan telah diatur mulai dari jenjang sekolah tingkat dasar sampai dengan
jenjang pendidikan tinggi. Sedang padajalur pendidikan luar sekolah telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991, yaitu (1) melayani warga
belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang
hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2) membina
warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang
diperlukan untuk pengembangan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke
jenjang tingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan (3) memenuhi
kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan
sekolah.
Agar dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut dapat berjalan dan berhasil
dengan baik, maka tidak terlepas dari kemampuan dan keterampilan sumber daya
manusianya. Karena manusia sebagai unsur penting dalam mengelola pendidikan
maka harus selalu ditingkatkan dan dikembangkan agar potensi yang terdapat
dalam dirinya dapat diaktualisasikan.
Pengembangan sumber daya manusia sangat penting dalam suatu
organisasi atau lembaga apapun. Pengembangan manusia dapat dilihat dua aspek,
yakni kualitas dan kuantitas. Kuantitas menunjuk pada jumlah, sedang kualitas
menyangkut pada kemampuan, baik kemampuan fisik yaitu kesehatan dan gizi
maupun kemampuan non fisik seperti kemampuan bekerja, berpikir dan
keterampilan-keterampilan lain (Notoatmojo, 1992:4). Lebih jauh dijelaskan
bahwa apabila ditinjau secara mikro, dalam arti lingkungan suatu unit kerja, maka
sumber daya manusia dimaksud adalah karyawan atau pegawai yang sangat
penting peranannya dalam mencapai keberhasilan suatu lembaga atau organisasi.
Agar seluruh tugas dan fungsi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
(BPKB) dapat berjalan dengan baik, maka perlu dikembangkan sumber daya
manusia pada lembaga tersebut. Sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan
Olahraga di
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Adapun
adalah
melaksanakan
pengembangkan,
bimbingan
dan
lingkungan
tugas BPKB
ujicoba
program
pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga (Kepmendikbud Nomor
022/0/1997). Lebih jauh mengenai kedudukan BPKB:
1. Secara teknis edukatif bertanggung jawab kepada dan dibina oleh Direktur
Pendidikan Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora.
2. Secara administratif bertanggung jawab dan dibina oleh Kepala Kantor
Wilayah Depdiknas Propinsi setempat.
Untuk merealisasikan tugas-tugas tersebut, pada balai terdapat sejumlah
kelompok tenaga fungsional yang disebut Pamong Belajar. Pamong Belajar
memiliki tugas yang sangat berat, karena harus mampu
melaksanakan tugas-
tugas di bidang pendidikan masyarakat, kepemudaan dan keolahragaan. Untuk
dapat melaksanakan tugas pengembangan dan uji coba model agar dapat
dihasilkan suatu model pembelajaran bagi masyarakat, maka Pamong Belajar
harus memiliki bekal tentang bagaimana melaksanakan penelitian, merencanakan
berbagai kegiatan, melaksanakannya dan mengevaluasi
serta memikirkan
bagaimana tindak lanjut dari program-program yang telah dilaksanakan.
Disamping tugas pokok Pamong Belajar
sebagaimana tersebut dalam
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 127/Menpan/1989,
Pamong Belajar BPKB juga memiliki tugas untuk membina Pamong Belajar yang
ada di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang berada di tingkat Kodya/Kabupaten.
Melihat tugas-tugas
berat yang harus dilakukan oleh Pamong Belajar
BPKB, maka agar program-program pendidikan luar sekolah, pemuda dan
olahraga dapat berjalan dan berhasil dengan baik, maka diperlukan tenaga-tenaga
pelaksana maupun tenaga penunjang yang handal, profesional dan berdedikasi
tinggi dalam melaksanakan tugasnya (Ditdiktentis, 1996:17). Sejalan dengan itu
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan luar sekolah perlu peningkatan
secara profesional dan prestasi kerja Pamong Belajar yang salah satunya melalui
menetapan angka kredit (SE Mendikbud Nomor 125/MPK/1991).
Berkaitan dengan pengembangan kemampuan Pamong Belajar sebagai
bagian dari tenaga kependidikan, telah ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 1993, khususnya pada pasal 31 bahwa tenaga kependidikan
berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai
dengan
perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta
pembangunan bangsa. Dengan demikian BPKB harus memiliki sumber daya
manusia yang terampil dan siap (Ditdiktentis, 1996:8). Lebih dipertegas lagi oleh
Mendikbud dan BAKN bahwa Pamong Belajar agar meningkatkan kemampuan
profesional dan prestasi kerja secara optimal (SEB Mendikbud dan BAKN,
1994:2).
Dalam rangka pengembangan model-model pendidikan luar sekolah
pemuda, dan olahraga Pamong Belajar BPKB merujuk pada tugas pokok Pamong
Belajar, sehingga kemampuan yang harus dimiliki dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bagian, yakni kemampuan untuk: (I) melakukan identifikasL, (2)
memotivasi, (3) membimbing, (4) menentukan kebutuhan belajar, (5) menyusun
rencana kegiatan, (6) membuat bahan belajar, (7) mengajar, (8) memantau
kegiatan belajar, (9) menilai, (10) melatih, (11) membimbing, (12) membuat karya
ilmiah, (13) mengembangkan kurikulum PLS.
Soedomo (1992) mengatakan bahwa seorang pengembang pendidikan luar
sekolah harus mampu untuk: (1) mengidentifikasi masalah dan kebutuhan melalui
penelitian, (2) merencanakan dan merumuskan tujuan, (3) mendeskripsikan dan
menentukan tujuan, (4) mengidentifikasi hambatan dan pendukung/analisis, (5)
memecahkan masalah, (6) memilih strategi, (7) membuat program, (8) melakukan
ujicoba, (9) melaksanakan program, (10) melakukan penilaian, dan (11)
melakukan feedback serta (12) menyebarluaskan hasil.
Agar tugas-tugas pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik maka
peranan pimpinan dalam membina dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan baik
yang menyangkut sumber daya manusia maupun sumber daya material. Sebagai
ujung tombak dalam mengemban tugas-tugas Diklusepora, Pamong Belajar
dituntut memiliki kemampuan profesional.
Sebagai pembina teknis edukatif BPKB, Direktur Pendidikan Tenaga
Teknis melihat bahwa kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa programprogram pendidikan luar sekolah saat ini yang dilaksanakan oleh Pamong Belajar
kebanyakan masih belum sesuai atau belum mencapai hasil yang maksimal
dibandingkan dengan target atau sasaran yang ditentukan dalam buku pedoman
operasional BPKB. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian antara
pelaksanaan program atau tugas yang dilakukan Pamong Belajar BPKB dengan
perencanaan yang terdapat di dalam pedoman operasional BPKB, disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri Pamong Belajar,
seperti;
motivasi dalam bekerja, pendidikan dan pengalaman yang dimiliki, potensi dan
penguasaan keterampilan. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar
individu
seperti;
kepemimpinan
Kepala
BPKB,
lingkungan
bekerja,
sarana/prasarana, dan kondisi dalam masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor diatas
menyebabkan perbedaan-perbedaan kinerja Pamong Belajar BPKB, faktor
tersebut perlu dikaji secara lebih mendalam sehingga akan ditemukan sumbersumber masalah yang benar-benar menjadi penyebabnya.
Selama ini tugas-tugas pengembangan kemampuan profesional Pamong
Belajar telah dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis Ditjen
Dikusepora Depdiknas melalui
berbagai
kegiatan pelatihan, kendatipun
intensitasnya sedikit, dan belum seluruh Pamong Belajar mendapat giliran untuk
mengikuti pelatihan. Akan tetapi tugas pembinaan Pamong Belajar bukan semata-
mata tanggung jawab Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis, tetapi Pimpinan
BPKB juga
berkewajiban ikut memimpin, mengkoordinasikan dan membina
Pamong Belajar agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Menjadi Pamong Belajar profesional tidak mudah karena harus ditempuh
melalui berbagai kegiatan secara terus menerus. Pamong Belajar profesional dapat
dipandang dari tiga dimensi yaitu (1) Pamong Belajar sebagai ekspert/tenaga ahli
yang ciri-cirinya adalah menguasai materi, mampu menanamkan konsep,
memahami psikologi belajar dan sebagai pemberi inspirasi, (2) Pamong Belajar
harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap semua yang diajarkan, (3) Pamong
Belajar harus memiliki rasa kesejawatan.
Dalam penelitian ini ditentukan latar Balai Pengembangan Kegiatan
Belajar (BPKB) Jayagiri Lembang, melihat keberhasilan yang telah dicapai oleh
BPKB Jayagiri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, barangkali tidak
terlepas dari peran Pimpinan dan Pamong Belajar. Untuk itu dalam penelitian ini
peneliti tertarik untuk mengungkap bagaimana mengapilikasikan hasil pelatihan
Pamong Belajar dalam pengembangan program-program pendidikan luar sekolah
di BPKB Jayagiri.
Penelitian terhadap kemampuan staf dalam hal ini Pamong Belajar BPKB
Jayagiri dianggap penting, karena dilihat dari filosofinya pengembangan staf
berorientasi pada masa depan untuk pertumbuhan individu yang sedang bekerja
maupun organisasi (Nadler, 1982). Pengembangan adalah proses untuk
memperoleh pengalaman dan keterampilan oleh seseorang untuk menyelesaikan
pekerjaan sekarang dengan baikdan tugas-tugas dimasa mendatang.
B. Rumusan Masalah
Secara kuantitatif keberadaan Pamong Belajar terus bertambah sejalan
upaya peningkatan mutu melalui pelatihan, lokakarya, bimbingan teknis, seminar
dan Iain-lain, baik yang bersifat regional yang dilaksanakan oleh BPKB maupun
yang bersifat nasional yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Tenaga
Teknis. Harapannya yaitu terletak pada upaya menyukseskan pelaksanaan
pendidikan pada umumnya, khususnya pendidikan luar sekolah.
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini
difokuskan pada bagaimana upaya peningkatan kemampuan Pamong Belajar dan
mengaplikasikan hasil pelatihan Pamong Belajar dalam pengembangan program
pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri Lembang. Dari fokus penelitian
tersebut maka dapat dijabarkan ke dalam beberapa fokus yang lebih kecil dan di
rumuskan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana upaya peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar yang
dilakukan oleh Pimpinan BPKB Jayagiri?
2. Bagaimana peranan Pamong Belajar mengaplikasikan hasil peningkatan
kemampuan/pelatihan dalam program-program pendidikan luar sekolah di
BPKB Jayagiri?
3. Bagaimana persepsi Pamong Belajar BPKB Jayigiri mengaplikasikan hasil
peningkatan
kemampuan/pelatihan
pendidikan luar sekolah?
dalam
mengembangkan
program
4. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan
kegiatan peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar?
5. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat mengaplikasikan
hasil peningkatan kemampuan/pelatihan ke dalam pengembangan program
pendidikan luar sekolah?
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari interpretasi yang berbeda pada setiap istilah yang
terdapat dalam judul penelitian ini, maka dapat dijelaskan batasan dari istilahistilah tersebut sebagai berikut:
1. Aplikasi adalah pelaksanaan atau penerapan dengan kesanggupan, kecakapan,
dan kekuatan dalam menerapkan hasil pelatihan. Terkait dalam penelitian ini
adalah
kemampuan
dalam
melaksanakan
tugas-tugas
kepamongan
berdasarkan SK Menpan Nomor 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999
Tentang
Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kredit. Sedangkan program
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berbagai kegiatan BPKB Jayagiri
baik yang sudah maupun yang akan dilaksanakan.
2. Peningkatan kemampuan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan
menuju sasaran yang hendak dicapai. Peningkatan kemampuan adalah upaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan
sifat-sifat kepribadian. Sedang yang dimaksud dengan upaya peningkatan
kemampuan adalah berbagai contoh kegiatan tindakan atau usaha ke arah
peningkatan kemampuan para Pamong Belajar dalam melaksanakan tugas
sehari-hari.
N
3. Pamong Belajar sebagaimana dimaksudkan dalam SK Menpan Nomor
25/KEP/MK.WASPAN/6/1999
adalah
Pegawai
Negeri
Sipil
dalam
lingkungan Departemen Pendidikan Nasional yang diberi tugas, tanggung
jawab dan hak oleh pejabat yang berwenang untuk menyuluh, mendidik warga
belajar, dan mengembangkan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan
olahraga. Dengan demikian jelas bahwa Pamong Belajar sebagai petugas
lapangan yang selain berhubungan langsung dengan sasaran layanan
pendidikan luar sekolah, juga sebagai penentu dalam mengimplementasikan
dan memadukan keseluruhan program pendidikan luar sekolah baik secara
horizontal maupun secara vertikal.
4. Peranan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Depdikbud tahun
1988. Yakni bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan, atau perbuatan
memahami perilaku yang diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan
seseorang. Dalam hal ini bagaimana peran Pamong Belajar sesuai dengan
tugas pokok dan mengaplikasikan hasil pelatihan dalam pengembangan
program pendidikan luar sekolah pada unit kerjanya.
5. Persepsi, menurut Kamus Besar bahasa Indonesia terbitan Depdikbud 1988.
Yakni tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan, atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Dalam hal ini
bagaimana persepsi Pamong Belajar dalam mengaplikasikan hasil pelatihan
dalam pengembangan program pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri.
6. Pendidikan
Luar
Sekolah,
adalah
kegiatan
belajar
membelajar,
diselenggarakan di luar jalur pendidikan sekolah dengan tujuan untuk
11
membantu peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi diri berupa
pengetahuan, sikap keterampilan, dan aspirasi yang bermanfaat bagi dirinya,
keluarga, masyarakat, lembaga, bangsa dan negara. (H.D. Sudjana, 1996).
Adapun ciri pendidikan luar sekolah yaitu memiliki bentuk dan isi program
yang bervariasi, diselenggarakan dalam waktu yang relatif singkat dan tidak
terus menerus, proses belajar mengajar berkaitan dengan kehidupan peserta
didik dan masyarakat. Selain hal di atas sebagaian besar program pendidikan
luar sekolah diikuti oleh remaja dan orang-orang dewasa secara terbatas pada
kehidupan dan pekerjaan.
Untuk memperdalam pehaman tentang pengertian pendidikan luar sekolah,
berikut ini dikemukakan beberapa ciri-cirinya yaitu :
a. The diverse types o out-of school education are designed to accomplish many
purposes.
b. Responsibility for the runing of out-of school educational institution is
diffused, consisting of public control or combinations of these.
c. Documentation-on imrollments, teachers and leaders credentials, suceer of
chose
involved
in
learning,
their
conseqwent
increreased
economic
productivity or improved well-being and the costs to the learmersan the
sponsors is rare.
d. Investement in particular types of out-of school education many have more
pronounced effects on economic productivity and social change in the short
run than is rare.
12
e. Investment in particular types of out-of school education many have more
pronounced effects on economic productivity and social change in the short
run than is the case with formal school.
Dari ciri-ciri pendidikan luar sekolah diatas terkandung makna yang
esensial dalam pelaksanaannya yaitu ditandai untuk mencapai bermacam-macam
tujuan, tanggung jawab penyelenggaraannya diawasi oleh masyarakat, pribadi
atau kombinasi keduanya. Selanjutnya pencatatan tentang pemasukan warga
belajar, sumber belajar dan keberhasilan pimpinan, kesuksesan latihan, membawa
akibat peningkatan produksi ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan pendapatan
peserta, dan terakhir dengan pemantapan bentuk pendidikan luar sekolah
mempunyai dampak pada produksi ekonomi dan perubahan sosial dalam waktu
singkat dari pada pendidikan persekolahan.
E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan Umum:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya peningkatan
kemampuan Pamong Belajar dan aplikasi hasil pelatihan Pamong Belajar dalam
pengembangan program pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri.
b. Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan kemampuan Pamong
Belajar yang dilakukan oleh pimpinan BPKB Jayagiri.
13
2. Untuk mengetahui bagaimana peranan Pamong Belajar mengaplikasikan
hasil pelatihan dalam program-program pendidikan luar sekolah di BPKB
Jayagiri.
3. Untuk mengetahui bagaimana persepsi Pamong Belajar BPKB Jayigiri
mengaplikasikan
hasil
pelatihan
dalam
mengembangkan
program
pendidikan luar sekolah4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam
pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan Pamong Belajar.
5. Untuk
mengetahui
menghambat
dalam
faktor-faktor
apakah
mengaplikasikan
yang
hasil
mendukung
pelatihan
dan
ke
pengembangan program pendidikan luar sekolah.
F.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna baik
teoritis dan bersifat praktis. Secara teoritis temuan yang diperoleh diharapkan
mampu memberikan nilai yang berarti untuk dijadikan masukan bagi
pengembangan program pendidikan luar sekolah baik dari mulai perencanaan dan
menyusun berbagai jenis dan bentuk kegiatan belajar membelajarkan pada Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri. Ini dimaksudkan untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Manfaat lain bagi ilmu
pengetahuan adalah untuk mengembangkan khasanah model-model pelatihan.
Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan
peluang pada Pamong Belajar untuk mengaplikasikan hasil pelatihan dengan baik
dalam upaya mengembangkan program-program pendidikan luar sekolah.
o^D'O/^
BAB III
METODOLOGI PENELITIA/^Kjl*
(( $&
A. Metode Penelitian
Agar peneliti dapat mendeskripsikan secara jelas dan
rinci serta
mendapatkan data yang mendalam dari fokus penelitian ini, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen, penelitian
kualitatif memiliki beberapa ciri yaitu:
(1) Dilakukan pada latar yang alami, karena yang merupakan alat penting adalah
adanya sumber data yang langsung.
(2) Bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata atau
gambar dari pada angka.
(3) Lebih memperhatikan proses daripada hasil atau produk semata.
(4) Dalam mengalisis data cenderung secara induktif
(5) Lebih mementingkan makna (esensial). Sedangkan menurut Nawawi (1994)
disebutkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan dengan menghimpun data
dalam keadaan sewajarnya, mempergunakan cara kerja yang sistematis,
terarah dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak kehilangan sifat
ilmiahnya.
Karena peneliti ingin mendeskripsikan secara jelas tentang upaya
peningkatan kemampuan/pelatihan pamong belajar dan mengaplikasikan hasil
peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar
dalam pengembangan
program pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri Lembang. Maka dalam
43
44
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk itu peneliti melakukan
berbagai kegiatan dilapangan mulai dari studi pendahuluan di lokasi penelitian
dan dilanjutkan dengan studi secara terfokus.
Peneliti juga mengajukan berbagai pertanyaan melalui wawancara yang
berkaitan dengan fokus-fokus dalam penelitian ini. Untuk melengkapi data
peneliti juga mencari data-data melalui studi dokumentasi dan seluruh rangkaian
kegiatan dilakukan sendiri oleh peneliti sebagai instrumen utama.
Dari berbagai data yang telah dikumpulkan bukan dimaksudkan untuk
menguji hipotesis, melainkan merupakan studi yang bersifat deskriptif dengan
cara memaparkan secarajelas dan rinci data yang berkaitan dengan fokus dalam
penelitian ini.
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Pamong
Belajar BPKB Jayagiri Bandung, untuk mendapatkan data secara lengkap dalam
penelitian ini tidak terlepas pula melalui Kepala BPKB dan Kepala Sub Bagian
Tata Usaha.
C. Teknik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui instrumen
penelitian yaitu diri peneliti sendiri, karena peneliti merupakan instrumen utama
dan merupakan segalanya dari keseluruhan penelitian. Untuk mendapatkan data
dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpul data yang relevan, yaitu:
45
a.
Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan untuk memperoleh
konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi,
perasaan, motivasi pengakuan dan kerisauan (Arifin, 1996: 69-70).
Agar wawancara dapat dilaksanakan dengan baik maka hubungan peneliti
dengan subjek hendaknya merupakan suatu patnersip (Bogdan dan Taylor dalam
Furchan, 1992:182). Lebih jauh juga disebutkan bahwa peneliti hendaknya
bersedia untuk berpartisipasi dalam kehidupan subjek sehari-hari, ini akan
meningkatkan hubungan baik peneliti dengan subjek dan membuat peneliti lebih
mengenal orang-orang dan tempat yang ada dalam kehidupan subjek.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam melakukan
wawancara, antara lain: (1) jangan memotong pembicaraan, artinya walaupun
peneliti tidak tertarik dengan apa yang disampaikan subjek tetapi hendaknya
peneliti tetap mendengarkan apa yang dikatakan oleh subjek, setelah ada
kesempatan baru mengalihkan pembicaraan itu secara halus, (2) berikan perhatian,
artinya walaupun peneliti membawa berbagai peralatan perekam, tetapi harus
tetap memperhatikan dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh subjek, (3)
jangan bersifat evaluatif, (4) bersikap bijaksana (Bogdan dan Taylor dalam
Furchan, 1992:188-191).
Ada dua jenis wawancara yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu
terstruktur dan tidak terstruktur. Berdasarkan jenisnya dalam wawancara tidak
terstruktur tidak digunakan instrumen yang standar. Sebelum peneliti melakukan
wawancara dipersiapkan lebih dulu tentang garis-garis besar pertanyaan yang
46
memuat hal-hal pokok sebagai pedoman dalam pelaksanaanya. Pada prinsipnya
pertanyaan tersebut disusun berdasarkan fokus dan rumusan masalah dalam
penelitian ini, baru kemudian dilakukan wawancara.
Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan wawancara dengan Pamong
Belajar, Kepala BPKB, Kepala Subbag Tatausaha dan petugas perpustakaan.
b.
Observasi
Observasi dimaksudkan untuk memperoleh data yang lengkap dan rinci
melalui pengamatan yang seksama dengan melibatkan diri dan berpartisipasi
dalam fokus yang sedang diteliti, sehingga dapat memberikan informasi yang
berguna sesuai dengan fokus penelitian.
Alasan metodologis menggunakan metode observasi ini dikemukakan oleh
Moleong (1998) ialah: (1) pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari
segi motif, kepercayaan, perhatian dan perilaku lainnya, (2) pengamatan
memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagai yang dilihat oleh subjek
penelitian, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap
kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaaan
waktu itu, (3) pengamatan memungkinkan peneliti untuk merasakan apa yang
dirasakan dan dihayati oleh subjek, (4) pengamatan memungkinkan pembentukan
pengetahuan yang diketahui bersama baik dari pihaknya maupun dari pihak
subjek.
Dalam penelitian ini peneliti akan mencoba observasi partisipasi secara
aktif, dimana peneliti mencoba untuk mempelajari dan mamahami perilaku
47
Pamong Belajar yang terlibat didalam pengembangan program pendidikan luar
sekolah.
c.
Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari wawancara
dan observasi, dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat administrasi dan
tata kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi. Dokumentasi bisa beruna surat-surat,
gambar, atau catatan lain yang berhubungan dengan fokus penelitian.
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber
non insani, dimana sumber ini terdiri dari rekaman dan dokumen (Arifin,
1996:82). Dokumen telah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data,
karena dalam banyak hal dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji,
manafsirkan dan bahkan untuk meramalkan (Moleong, 1998).
Ada beberapa alasan dari penggunaan dokumentasi, menurut Linconl dan
Guba (1981) dengan studi dokumentasi antara lain: (1) dokumen dan record
merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (2) berguna sebagai bukti
untuk suatu kejadian, (3) memiliki sifat yang alamiah, sesuai dengan konteks,
lahir dan berada dalam konteks, (4) murah, (5) tidak sukar untuk ditemukan.
D. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisa data merupakan proses mencari dan mengatur
secara sistematik transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain
yang telah dihimpun untuk menambah pemahaman untuk dilaporkan (Bogdan dan
Biklen, 1982:145).
48
Dalam penelitian ini data yang berwujud kata-kata, kalimat, paragraf yang
dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat desknpsi rnengenai situasi, kegiatan
atau peristiwa, pernyataan dan perilaku yang sudah dikumpulkan dalam cacatan
lapangan, transkrip wawancara. Akan dianalisis dengan teknik deskriptif Menurut
Nasution (1996), analisis deskriptif dilakukan dengan tiga cara yaitu: (1) reduksi
data, (2) penyajian data (display), dan (3) penarikan kesimpulan (verifikasi).
Reduksi data dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan
lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan dan studi
dokumentasi. Telaahan ini dilakukan untuk menemukan hal-hal yang pokok atau
penting yang berkenaan dengan fokus penelitian. Data yang diredukdi akan
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan juga
mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila
diperlukan
Pada tahap penyajian data (display data) merupakan kelanjutan dari tahap
reduksi, dimana pada tahap ini hal-hal pokok selanjutnya dirangkum dalam
susunan yang lebih sistematis sehingga dapat dengan mudah melihat gambaran
penelitian secara menyeluruh atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian.
Penyajian data dapat disajikan dalam berbagai macam matriks, grafik, atau dalam
bentuk gambar
Kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya untuk mencari makna dari
data yang dikumpulkan. Upaya ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution
(1996) dilakukan dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal
yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya. Kesimpulan ini mula-mula masih
49
sangat tentatif dan kabur. Agar diperoleh kesimpulan yang mantap, kesimpulan
harus senantiasa divenfikasi selama penelitian berlangsung. Sedang penankan
kesimpulan daiam penelitian mi berdasarkan pada teks naratif dan beberapa
matrik yang telah dibuat.
E. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap pralapangan, pada tahap ini peneliti melakukan studi
pendahuluan untuk mehhat kemungkman peneliti dapat melakukan penelitian.
Dan hasil studi pendahuluan ke BPKB Jayagin, dimana lembaga ini merupakan
lembaga pengembang model-model pembelajaran pendidikan luar sekolah.
Program-program yang dilaksanakan membutuhkan sumber daya manusia yang
tinggi. Personal yang melaksanakan program-program BPKB Jayagiri dilakukan
oleh kelompok tenaga fungsional dalam hal ini Pamong Belajar. Agar Pamong
Belajar lebih meningkat dalam menjalankan tugas pokoknya perlu ditingkatkan
kemampuannya melalui berbagai kegiatan peningkatan kemampuan Pamong
Belajar, seperti mengikuti pelatihan, pendidikan, seminar, lokarya dan sebagainya.
Oleh karena itu peneliti tertank untuk meneliti mengenai upaya peningkatan
kemampuan Pamong Belajar dan mengaplikasikan dalam pengembangan program
pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri.
Berdasarkan maksud penelitian di atas maka dirancanglah proposal
penelitian yang memuat judul, latar belakang masalah, rumusan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian, dan studi kepustakaan digunakan sebagai dasar dalam mengumpulan
data. Kemudian proposal diseminarkan dengan tim dosen dari program studi,
50
setelah ,tu ditentukan pembimbing. Selanjutnya desain yang telah dikonsultasikan
dan disetujui oleh pembimbing dapat mengajukan surat ijin penelitian dan
permohonan melaksanakan penelitian ke Program Pascasarjana.
2. Tahap Pelaksanaan, pada tahap ini terlebih dulu dilakukan orientasi
lapangan antara lam (1) menemui Kepala BPKB Jayagin untuk menyampaikan
maksud dan tujuan penelitian berdasarkan surat dari PPS UPI Bandung. Kepala
BPKB dengan sepenuh hati bersedia menerima dan akan membantu pelaksanaan
penelitian, (2) mengadakan sosialisasi baik dengan Pamong Belajar maupun
tenaga administrasi. Hal ini dimaksudkan agar terjalin hubungan yang harmonis.
Dalam proses sosialisasi ini ada beberapa Pamong Belajar yang memang ingm
mengetahui secara detail tentang keberadaan peneliti di lokasi penelitian, akan
tetapi ada juga Pamong Belajar dan tenaga administrasi yang mengira bahwa
peneliti adalah pegawai baru. Memang peneliti sengaja merahasiakan status
sebaga, peneliti, sehingga benar-benar terjalin hubungan yang harmonis. Prinsip
utama dari peneliti adalah mgin mendapatkan data dan informasi sebanyakbanyaknya berkenaan dengan fokus dalam penelitian mi. Kegiatan orientasi
dilakukan selama lima hari.
Selesai mengadakan orientasi, lalu peneliti mulai mengadakan wawancara,
wawancara pertama dilakukan dengan Kepala BPKB, namun masih bersifat
umum. Karena kesibukan Kepala BPKB, peneliti dipersilahkan menemui
Pimpinan Pamong Belajar. Kepala BPKB berjanji akan wawancara pada aktu lam.
Sesua, dengan petunjuk Kepala BPKB peneliti mencoba untuk menemui
Pimpinan Pamong Belajar untuk melakukan wawancara. Mula-mula peneliti
51
mengajukan pertanyaan yang bersifat umum, kemudian semakin mengkhusus dan
akhirnya terfokus. Sebelum rnengakhiri wawancara, peneliti minta agar Pimpinan
Pamong Belajar dapat menunjukkan Pamong Belajar lain yang dianggap dapat
memberikan informasi berkenaan dengan hal-hal yang telah peneliti ajukan sebagi
informan ke tiga. Akhirnya wawancara dengan informan ke tigapun dilakukan.
Demikian seterusnya sampai data-data yang berkaitan dengan fokus dalam
penelitian ini dianggap cukup. Data hasil wawancara direkam dan dicatat untuk
selanjutnya dibuat dalam transkrip wawancara.
Untuk mendapatkan data yang lengkap dan terpercaya, selain wawancara,
peneliti juga melakukan observasi. Mula-mula peneliti hanya melihat-lihat
berbagai kegiatan yang sedang dilakukan oleh Pamong Belajar dan objek-objek
yang ada dilokasi penelitian dengan tanpa mengajukan pertanyaan. Tahap
berikutnya peneliti
mulai melibatkan diri secara terbatas dan mengajukan
beberapa pertanyaan serta melibatkan diri dalam beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh Pamong Belajar. Disamping kegiatan observasi, peneliti juga
melalukan studi dokumentasi untuk melengkapi data-data hasil wawancara dan
observasi.
3. Tahap Analisa Data, tahap ini dilakukan selama pengumpulan data
berlangsung, hal ini dimaksudkan untuk (1) mengkaji kembali apakah data-data
yang dihasilkan sesuai dengan fokus, (2) membuat rencana pengumpulan data
berikutnya, (3) mengembangkan pertanyaan-pertanyaan berikutnya, dan (4)
secepat mungkin membuat transkrip wawancara, lembar pengamatan serta
menganilis dokumen-dokumen yang telah ditemukan agar tidak mudah lupa.
52
Proses analis data dilakukan dengan cara (1) melakukan reduksi data. Dalam
mereduksi data peneliti mencoba membuat ringkasan, membuat kode-kode
tertentu, menelusuri tema, membuat matrik dan membuat memo, (2) menyajikan
data. Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat
dan paragraf-paragraf yang bersifat naratif. (3) penarikan kesimpulan. Penarikan
kesimpulan dilakukan setelah data dianalisis secara terus menerus, baik pada
waktu pengumpulan data, dalam proses dan setelah selesai di lapangan.
Sedangkan untuk menjamin keterpercayaan data dan kesimpulan yang dihasilkan,
dilakukan pengecekan keabsahan data dengan cara melakukan triangulasi sumber.
4. Tahap Penyusunan Laporan, penyusunan laporan dilakukan setelah
data-data hasil penelitian selesai dianalis. Naskah laporan kemudian diberikan
kepada dosen pembimbing untuk diaudit dan direvisi. Berdasarkan masukanmasukan dari dosen pembimbing kemudian direvisi kembali oleh peneliti.
Kegiatan ini terus dilakukan dan dinyatakan siap untuk mengikuti dalam laporan
kemajuan.
0\ D/0//t
SJAD \T
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, maka dapat ditank kesimpulan
yang mengacu pada mmusan masalah dan pertanyaan penelitian sebagaimana
tersebut dalam bab I pendahuluan, sebagai berikut:
1. Upaya yang dilakukan oleh Pimpinan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
Jayagiri berkenaan dengan kegiatan peningkatan kemampuan Pamong Belajar
dilakukan secara berkelanjutan dan di mulai sejak Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar berdiri, baik yang dilakukan di tingkat pusat dalam hal ini
Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis maupun di tingkat regional dalam hal ini
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar. Peningkatan kemampuan tersebut
dilakukan melalui pelatihan-pelatihan, studi lanjut (pendidikan S2 dan S3),
lakakarya, seminar, kerjasama dengan perguruan tinggi, studi banding,
bimbingan teknis, pembinaan angka kredit, dan pekan olahraga Sanggar
Kegiatan Belajar-Balai Pengembangan Belajar. Upaya tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Pamong
Belajar dalam melaksanakan tugas-tugas pengembangan dibidang pendidikan
luar sekolah. Kegiatan tersebut akan ditindak lanjuti untuk tahun-tahun
mendatang, karena dapat memberikan kontribusi positif dalam pelaksanaan
program pendidikan luar sekolah.
144
TIT
2. Dalam melaksanakan upaya peningkatan kemampuan Pamong Belajar, bukan
hanya tanggung jawab pimpinan, akan tetapi Pamong Belajar juga ikut
bertanggung jawab. Bebagai kegiatan peningkatan kemampuan yang telah
dilaksanakan oleh Pamong Belajar ada yang berdasarkan perintah pimpinan
dan adajuga atas inisiatifdiri Pamong Belajar.
3. Untuk meningkatkan kemampuannya, Pamong Belajar dapat mengusulkan
kembali kepada pimpinan tentang berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuannya, juga menganalisis dan mengkaji model-model yang telah
disusun. Analisis juga dilakukan terhadap masalah-masalah yang sedang
dihadapi oleh masyarakat. Melalui kegiatan ini diharapkan model-model yang
akan disusun dapat sesuai dengan apa yang di butuhan oleh masyarakat.
4. Pamong Belajar mempunyai persepsi yang positif dan mendukung terhadap
berbagai kegiatan peningkatan kemampuannya, atas dasar pertimbangan
bahwa Pamong Belajar sebagai tenaga pengembang pendidikan luar sekolah,
tenaga pelatih, pelaksana bimbingan teknis terhadap Sanggar Kegiatan
Belajar, serta pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Dalam hal motivasi, Pamong Belajar mempunyai motivasi yang tinggi dalam
meningkatkan kemampuannya. Motivasi tersebut muncul sebagai akibat
adanya pengaruh dari luar maupun dari dalam dirinya.
6. Berbagai kegiatan peningkatan kemampuan Pamong Belajar dapat
memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat, baik bagi Pamong Belajar
sendiri maupun bagi pelaksanaan program-program Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar.
T4o~
7. Peningkatan kemampuan Pamong Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang bersumber dari Pamong Belajar sendiri maupun yang berasal dan
luar. Faktor-faktor tersebut dapat mendukung maupun menghambat. Faktor-
faktor yang mendukung meliputi: adanya tuntutan dari lembaga sebagai
lembaga pengembang pendidikan luar sekolah, adanya persepsi dan motivasi
yang positif dan tinggi, adanya kesempatan yang di berikan oleh pimpinan
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar dan Direktorat pendidikan Tenaga
Teknis sehingga Pamong Belajar ada yang dapat melanjutkan pendidikan S2
dan S3, serta adanya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar. Sedangkan faktor penghambat meliputi.
waktu yang dimiliki terbatas karena jam kerja pukul 07.00 - 14.00, sering
terjadi jadwal yang kurang pas antara kegiatan peningkatan dan pelaksanaan
tugas.
8. Pelaksanaan program-program Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jayagiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang bersumber dari dalam
maupun faktor dari luar, dimana kedua faktor tersebut dapat saling
mendukung dan dapat menjadi penghambat. Faktor yang menjadi pendukung
meliputi: adanya tenaga yang cukup dan kerjasama yang baik sesama Pamong
Belajar, adanya kerja sama dengan perguruan tinggi, adanya fasilitas yang
dimiliki oleh Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, adanya idealisme yang
tinggi dari Pamong Belajar, adanya dukungan dan jajaran Diklusepora dan
adanya Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) yang jelas. Sedang faktor-faktor
yang menjadi hambatan meliputi: model yang dihasilkan belum seluruhnya
w
dapat diadopsi dan diterapkan baik oleh Sanggar Kegiatan Belajar maupun
jajaran Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga, motivasi belajar dari
kelompok sasaran (warga belajar) rendah, adanya sistem paket dan pagu,
lemahnya supervisi, belum semua Pamong Belajar memiliki kemampuan
dalam hal problem solving.
B. Rekomendasi
Agar Pamong Belajar dapat melaksanakan tugas pokok dengan baik, maka
perlu ditingkatkan kemampuannya. Kegiatan peningkatan membutulikan
keteriibatan berbagai pihak, tersedianya tenaga, waktu dan dana. Kendatipun
demikian, kegiatan itu hams selalu diupayakan.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ada, maka
rekomendasi/saran yang kiranya dapat diberikan sebagai berikut:
1. Seyogyanya kegiatan pengembangan pendidikan luar sekolah di Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar yang sudah dilaksanakan, dapat disebarkan
kepada masyarakat melalui bimbingan teknis yang dilakukan Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar terhadap Sanggar Kegiatan Belajar di
wilayah binaannya, dengan harapan natinya dapat diterapkan dan diadopsi
oleh masyarakat. Untuk itu para pengambil kebijakan di tingkat pusat dalam
hal ini Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis maupun di tingkat regional dalam
hal mi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jayagiri hendaknya lebih
memberikan kesempatan dan selalu mendorong kepada Pamong Belajar untuk
selalu aktif dalam berbagai kegiatan peningkatan kemampuan, apakah itu
melalui pelatihan-pelatihan, lokakarya, seminar, mengikuti pendidikan (S2
nrr
dan S3), dan studi banding sehingga kinerja Pamong Belajar dapat lebih
meningkat.
2. Peningkatan kemampuan Pamong Belajar di tingkat Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar sangat ditentukan oleh pimpinan dan Pamong Belajar itu
sendiri. Oleh karena itu kepada pimpin
DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
(Studi kasus di BPKB Jayagiri Bandung Jawa Barat)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Penyelesaian Studi
Pada Program Pascasarjana Program Studi PLS
Konsentrasi Pelatihan
Oleh
M. LUTFI
NIM. 989512
e^D/o/^
£•
CO
4i£i
o
o
^
'O
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
Dengan ini menyatakan bahwa karya talis dengan judui "Aplikasi Hasii
Pelatihan Pamong Beiajar daiam Pengembangan Program Pendidikan Luar
Sekolah di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri Bandung"
beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan ciri-ciri yang tidak sesuai dengan
etika yang berlaku dalam masyarakat ke ilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika ke
ilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung,
Agustus 2000
Yang Membuat Pernyataan,
M. Lutfi
Teiah Disetujui Oieh Pembimbing:
Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed.
Pembimbing I
;y
Prof. Dr. H. Diudiu Sudiana. M.Ed.
Pembimbing II
ABSTRAK
Setiap orang tidak kecuali Pamong Belajar, sesungguhnya memiliki rasa
bangga apabila organisasinya semakin baik dalam menjalankan tugas dan fungsi
yang diembannya, dalam arti diperhitungkan dan dirasakan ada manfaatnya oleh
masyarakat. Keberhasilan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri
Bandung yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Pendidikan Luar
Sekolah Pemuda dan Olahraga Depdiknas, salah satunya sangat bergantung dari
unsur tenaga kependidikan, dalam hal ini Pamong Belajar. Menyadari pentingnya
Pamong Belajar sebagai ujung tombak dalam pengembangan model, bimbingan
dan ujicoba program pendidikan luar sekolah yang di emban oleh Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), maka baik pusat maupun daerah selalu
berupaya mengembangkan kemampuan Pamong Belajar melalui berbagai
kegiatan yang dapat mengarah pada peningkatan kemampuan, agar dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Peningkatan kemampuan Pamong Belajar
dengan mengikuti pelatihan, pendidikan, lokakarya, seminar dll merupakan upaya
strategis dalam menjawab tantangan yang dihadapinya.
Untuk mengungkap berbagai kegiatan peningkatan kemampuan Pamong
Belajar di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri, penelitian ini
mengajukan lima pertanyaan sebagi berikut: (1) Bagaimanakah Pimpinan Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) meningkatkan kemampuan Pamong
Belajar, (2) Bagaimanakah peranan Pamong Belajar mengaplikasikan hasil
peningkatan kemampuan/pelatihan dalam program-program pendidikan luar
sekolah di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), (3) Bagaimanakah
persepsi Pamong Belajar dalam mengaplikasikan hasil pelatihan, (4) Faktor-faktor
apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan peningkatan
kemampuan/pelatihan Pamong Belajar, dan (5) Faktor-faktor apa saja yang
mendukung dan menghambat dalam mengaplikasikan hasil peningkatan
kemampuan/pelatihan.
Sebagai bahan kajian dalam penelitian ini merujuk pada bahan-bahan
pustaka, guna membahas teori-teori yang relevan, yakni konsep pendidikan luar
sekolah, pengembangan sumber daya manusia, konsep pelatihan dan undangundang sistem pendidikan nasional.
Untuk mendapatkan data, penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatifdengan pendekatan studi kasus. Subjek penelitian adalah Kepala BPKB,
Kepala Subbag TU, danPamong Belajar. Pengumpulan data dilakukan melalui (1)
vvawancara, (2) observasi, (3) studi dokumentasi. Data dianalisis dengan cara: (1)
reduksi data, (2) penyajian data {display), dan (3) verifikasi. Paparan disajikan
dengan memadukan perspektifemic dan etic.
Dari temuan penelitian atas dasar rumusan masalah dan pertanyaan
penelitian, menunjukkan: (1) kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan Pamong Belajar dilakukan secara berkelanjutan, (2) dalam
peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar tidak bergantung dari Kepala
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, tetapi Pamong Belajar dituntut untuk
IV
mempunyai inisiatif sendiri, (3) persepsi dan motivasi Pamong Belajar dalam
dalam berbagai upaya peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar sangat
berpengaruh, (4) model-model program pendidikan luar sekolah yang dihasilkan
belum seluruhnya dapat diadopsi dan diterapkan oleh Sanggar Kegiatan Belajar
dan jajaran Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga, (5) dalam aplikasi
hasil peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar memberikan kontribusi
yang sangat besar dalam pengembangan program-program pendidikan luar
sekolah, dan (6) peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar dan
aplikasinya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal, dimana kedua
faktor tersebut saling mendukung dan menghambat, (7) lemahnya unsur supervisi
dari pusat (Ditdiktentis), (8) Staf Tata Usaha turut menentukan keberhasilan
peningkatan kemampuan Pamong Belajar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan beberapa rekomendasi antara
lain: (1) para pengambil kebijakan di tingkat pusat (Ditdiktentis) dan daerah
(BPKB) hendaknya lebih memberikan kesempatan dan selalu mendorong kepada
Pamong Belajar untuk selalu aktif dalam berbagai kegiatan peningkatan
kemampuannya sehingga kinerja mereka akan semakin meningkat, (2) Kepala
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) hendaknya selalu berorientasi
pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada Pamong Belajar untuk aktif dalam berbagai kegiatan
guna peningkatan kemampuan dan mengaplikasikannya dalam program-program
pendidikan luar sekolah, (3) Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis dan Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) diharapkan selalu mengkaji dan
menganalisis berbagai faktor sehubungan dengan model-model pembelajaran
yang telah dihasilkan oleh Pamong Belajar, apakah dapat diadopsi dan diterapkan
oleh masyarakat, sehingga bukan hanya berorientasi pada kuantitas tetapi lebih
kepada kualitas, (4) diharapkan pada pihak Ditdiktentis agar materi supervisi perlu
dilatihkan secara mendalam dan perlu kajian tersediri, sehingga Pamong Belajar
dapat mebedakan hakekat yang benar dari supervisi, (5) peningkatan kemampuan
staf perlu menjadi kajian mendalam untuk memperkaya khasanah ilmu, khususnya
pendidikan luar sekolah, dan (6) dalam mengaplikasikan hasil peningkatan
kemampuan/pelatihan Pamong Belajar perlu mendapat dukungan dari semua
komponen yang ada di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), dengan
dukungan semua pihak, maka hasil pengembangan program pendidikan luar
sekolah akan menghasilkan model yang baik sehingga dapat diadopsi dan
diterapkan oleh masyarakat yang membutuhkan.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
ii
A nCTD A V
,».
KATA PENGANTAR
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
vii
n u v j i iv-tvi^.
IV
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMP1RAN
xiv
BAB
1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
II
1
Rumusan Masalah
8
C. Pertanyaan Penelitian
8
D. Defini Operasional
9
E. Tujuan Penelitian
12
F.
Manfaat Penelitian
13
STUDI KEPUSTAKAAN
14
A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah
14
B.
BAB
1
1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah
14
2.
22
Kedudukan Pendidikan Luar Sekolah dalam UUSPN
3. Pengembangan Program Pendidikan Luar Sekolah
26
B. Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui Pelatihan
31
C. Peningkatan Kemampuan Pamong Belajar
35
1. Pentingnya Peningkatan Kemampuan
35
2. Berbagai Kegiatan Pengembangan
38
3. Kemampuan Pamong Belajar
40
4. Konsep tentang Program
41
BAB 111 METODOLOGI PENELITIAN
43
A. Metode Penelitian
43
BAB
B. Subjek Penelitian
44
C. Teknik Pengumpulan Data
44
D. Pengolahan dan Analisa Data
47
E. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian
49
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Desknpsi BPKB Jayagiri
BAB
53
53
1. Sejarah Berdirinya BPKB Jayagiri
53
2. Geografi
53
3. WilayahKerja
54
4. Struktur Organisasi
55
5. Tugas dan Fungsi
56
6. Ketenagaan BPKB Jayagiri
57
7.
58
Sarana dan Prasarana
8. Program BPKB Jayagiri Tahun 1999/2000
59
9. Kegiatan Lintas Sektoral
60
10. Konsep tentang Program BPKB Jayagiri
61
B. Deskripsi Hasil Penelitian
64
C. Pembahasan Hasil Penelitian
105
D. Temuan Penelitian
132
V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
144
A. Kesimpulan
144
B. Rekomendasi
147
DAFTAR KEPUSTAKAAN
149
LAMPIRAN-LAMPIRAN
XI
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1 Keadaan Ketenagaan Administrasi BPKB Jayagiri
55
4.2 Keadaan Ketenagaan Fungsional BPKB Jayagiri
57
4.3 Tenaga Potensial BPKB Jayagiri
57
xn
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Keterkaitan antara Kedua Sistem Pendidikan
25
2.2 Hubungan Fungsional antara Komponen-Komponen PLS
30
2.3 Model Proses Peningkatan SumberDaya Manusia
34
4.1
55
Struktur Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB)
4.2 Upaya PeningkatanKemampuan Pamong Belajar
73
4.3 Pelatihan Menggunakan Pola Datang
134
4.4 Pelatihan Menggunakan Pola Pergi
134
4.5
135
Pelatihan Menggunakan Pola Sel
4.6 Pelatihan Menggunakan Kelompok
136
4.7 Bimbingan Teknik Menggunakan Pola Kelompok
136
4.8 Bimbingan Teknik dengan Pola Individu
136
4.9
137
Seminar dan Loka Karya dengan Pola Terpadu
4.10 Pola Peningkatan Kemampuan Pamong Belajar dalam
Kaitannya dengan Penemuan Model
138
4.11 Pola Peningkatan Kemampuan Pamong Belajar atas Inisiatif
Pamong Belajar sendiri
140
xm
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat ijin penelitian dari Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung
2. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian di Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar Jayagiri Bandung Jawa Barat
xiv
BAB I
PENDAHULUAN /fYJfc
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan suatu
bangsa, sehingga pendidikan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi.
Bahwa investasi pendidikan sebagai kegiatan inti dalam pengembangan sumber
daya manusia
terbukti memiliki kontribusi yang positif terhadap tingkat
keuntungan ekonomi, sehingga disimpulkan bahwa keuntungan dalam investasi
pendidikan lebih tinggi dari pada investasi fisik. Dilihat dari fungsinya ada tiga
hal yang mendasar dari pendidikan yaitu: (1) mencerdaskan kehidupan bangsa, (2)
mempersiapkan tenaga kerja terampil dan ahli, dan (3) membina dan
mengembangkan penguasaan teknologi.
Dalam sistem pendidikan nasional Nomor 2 Tahun 1989, dimana
pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional, Departemen Pendidikan
Nasional telah menetapkan empat sasaran strategi yang menjadi orientasi
perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan program pendidikan nasional yaitu
(1) pemerataan pendidikan, (2) peningkatan mutu, (3) peningkatan relevansi
pendidikan, dan (4) peningkatan efisiensi pelaksanaan pendidikan nasional
(Soedijarto, 1995). Keempat strategi Depdiknas tersebut dijabarkan dan
dilaksanakan baik melalui jalur pendidikan persekolahan maupun melalui jalur
pendidikan luar sekolah. Pelaksanaan pendidikan melalui jalur pendidikan
persekolahan telah diatur mulai dari jenjang sekolah tingkat dasar sampai dengan
jenjang pendidikan tinggi. Sedang padajalur pendidikan luar sekolah telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991, yaitu (1) melayani warga
belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang
hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2) membina
warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang
diperlukan untuk pengembangan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke
jenjang tingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan (3) memenuhi
kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan
sekolah.
Agar dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut dapat berjalan dan berhasil
dengan baik, maka tidak terlepas dari kemampuan dan keterampilan sumber daya
manusianya. Karena manusia sebagai unsur penting dalam mengelola pendidikan
maka harus selalu ditingkatkan dan dikembangkan agar potensi yang terdapat
dalam dirinya dapat diaktualisasikan.
Pengembangan sumber daya manusia sangat penting dalam suatu
organisasi atau lembaga apapun. Pengembangan manusia dapat dilihat dua aspek,
yakni kualitas dan kuantitas. Kuantitas menunjuk pada jumlah, sedang kualitas
menyangkut pada kemampuan, baik kemampuan fisik yaitu kesehatan dan gizi
maupun kemampuan non fisik seperti kemampuan bekerja, berpikir dan
keterampilan-keterampilan lain (Notoatmojo, 1992:4). Lebih jauh dijelaskan
bahwa apabila ditinjau secara mikro, dalam arti lingkungan suatu unit kerja, maka
sumber daya manusia dimaksud adalah karyawan atau pegawai yang sangat
penting peranannya dalam mencapai keberhasilan suatu lembaga atau organisasi.
Agar seluruh tugas dan fungsi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
(BPKB) dapat berjalan dengan baik, maka perlu dikembangkan sumber daya
manusia pada lembaga tersebut. Sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan
Olahraga di
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Adapun
adalah
melaksanakan
pengembangkan,
bimbingan
dan
lingkungan
tugas BPKB
ujicoba
program
pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga (Kepmendikbud Nomor
022/0/1997). Lebih jauh mengenai kedudukan BPKB:
1. Secara teknis edukatif bertanggung jawab kepada dan dibina oleh Direktur
Pendidikan Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora.
2. Secara administratif bertanggung jawab dan dibina oleh Kepala Kantor
Wilayah Depdiknas Propinsi setempat.
Untuk merealisasikan tugas-tugas tersebut, pada balai terdapat sejumlah
kelompok tenaga fungsional yang disebut Pamong Belajar. Pamong Belajar
memiliki tugas yang sangat berat, karena harus mampu
melaksanakan tugas-
tugas di bidang pendidikan masyarakat, kepemudaan dan keolahragaan. Untuk
dapat melaksanakan tugas pengembangan dan uji coba model agar dapat
dihasilkan suatu model pembelajaran bagi masyarakat, maka Pamong Belajar
harus memiliki bekal tentang bagaimana melaksanakan penelitian, merencanakan
berbagai kegiatan, melaksanakannya dan mengevaluasi
serta memikirkan
bagaimana tindak lanjut dari program-program yang telah dilaksanakan.
Disamping tugas pokok Pamong Belajar
sebagaimana tersebut dalam
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 127/Menpan/1989,
Pamong Belajar BPKB juga memiliki tugas untuk membina Pamong Belajar yang
ada di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang berada di tingkat Kodya/Kabupaten.
Melihat tugas-tugas
berat yang harus dilakukan oleh Pamong Belajar
BPKB, maka agar program-program pendidikan luar sekolah, pemuda dan
olahraga dapat berjalan dan berhasil dengan baik, maka diperlukan tenaga-tenaga
pelaksana maupun tenaga penunjang yang handal, profesional dan berdedikasi
tinggi dalam melaksanakan tugasnya (Ditdiktentis, 1996:17). Sejalan dengan itu
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan luar sekolah perlu peningkatan
secara profesional dan prestasi kerja Pamong Belajar yang salah satunya melalui
menetapan angka kredit (SE Mendikbud Nomor 125/MPK/1991).
Berkaitan dengan pengembangan kemampuan Pamong Belajar sebagai
bagian dari tenaga kependidikan, telah ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 1993, khususnya pada pasal 31 bahwa tenaga kependidikan
berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai
dengan
perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta
pembangunan bangsa. Dengan demikian BPKB harus memiliki sumber daya
manusia yang terampil dan siap (Ditdiktentis, 1996:8). Lebih dipertegas lagi oleh
Mendikbud dan BAKN bahwa Pamong Belajar agar meningkatkan kemampuan
profesional dan prestasi kerja secara optimal (SEB Mendikbud dan BAKN,
1994:2).
Dalam rangka pengembangan model-model pendidikan luar sekolah
pemuda, dan olahraga Pamong Belajar BPKB merujuk pada tugas pokok Pamong
Belajar, sehingga kemampuan yang harus dimiliki dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bagian, yakni kemampuan untuk: (I) melakukan identifikasL, (2)
memotivasi, (3) membimbing, (4) menentukan kebutuhan belajar, (5) menyusun
rencana kegiatan, (6) membuat bahan belajar, (7) mengajar, (8) memantau
kegiatan belajar, (9) menilai, (10) melatih, (11) membimbing, (12) membuat karya
ilmiah, (13) mengembangkan kurikulum PLS.
Soedomo (1992) mengatakan bahwa seorang pengembang pendidikan luar
sekolah harus mampu untuk: (1) mengidentifikasi masalah dan kebutuhan melalui
penelitian, (2) merencanakan dan merumuskan tujuan, (3) mendeskripsikan dan
menentukan tujuan, (4) mengidentifikasi hambatan dan pendukung/analisis, (5)
memecahkan masalah, (6) memilih strategi, (7) membuat program, (8) melakukan
ujicoba, (9) melaksanakan program, (10) melakukan penilaian, dan (11)
melakukan feedback serta (12) menyebarluaskan hasil.
Agar tugas-tugas pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik maka
peranan pimpinan dalam membina dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan baik
yang menyangkut sumber daya manusia maupun sumber daya material. Sebagai
ujung tombak dalam mengemban tugas-tugas Diklusepora, Pamong Belajar
dituntut memiliki kemampuan profesional.
Sebagai pembina teknis edukatif BPKB, Direktur Pendidikan Tenaga
Teknis melihat bahwa kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa programprogram pendidikan luar sekolah saat ini yang dilaksanakan oleh Pamong Belajar
kebanyakan masih belum sesuai atau belum mencapai hasil yang maksimal
dibandingkan dengan target atau sasaran yang ditentukan dalam buku pedoman
operasional BPKB. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian antara
pelaksanaan program atau tugas yang dilakukan Pamong Belajar BPKB dengan
perencanaan yang terdapat di dalam pedoman operasional BPKB, disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri Pamong Belajar,
seperti;
motivasi dalam bekerja, pendidikan dan pengalaman yang dimiliki, potensi dan
penguasaan keterampilan. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar
individu
seperti;
kepemimpinan
Kepala
BPKB,
lingkungan
bekerja,
sarana/prasarana, dan kondisi dalam masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor diatas
menyebabkan perbedaan-perbedaan kinerja Pamong Belajar BPKB, faktor
tersebut perlu dikaji secara lebih mendalam sehingga akan ditemukan sumbersumber masalah yang benar-benar menjadi penyebabnya.
Selama ini tugas-tugas pengembangan kemampuan profesional Pamong
Belajar telah dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis Ditjen
Dikusepora Depdiknas melalui
berbagai
kegiatan pelatihan, kendatipun
intensitasnya sedikit, dan belum seluruh Pamong Belajar mendapat giliran untuk
mengikuti pelatihan. Akan tetapi tugas pembinaan Pamong Belajar bukan semata-
mata tanggung jawab Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis, tetapi Pimpinan
BPKB juga
berkewajiban ikut memimpin, mengkoordinasikan dan membina
Pamong Belajar agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Menjadi Pamong Belajar profesional tidak mudah karena harus ditempuh
melalui berbagai kegiatan secara terus menerus. Pamong Belajar profesional dapat
dipandang dari tiga dimensi yaitu (1) Pamong Belajar sebagai ekspert/tenaga ahli
yang ciri-cirinya adalah menguasai materi, mampu menanamkan konsep,
memahami psikologi belajar dan sebagai pemberi inspirasi, (2) Pamong Belajar
harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap semua yang diajarkan, (3) Pamong
Belajar harus memiliki rasa kesejawatan.
Dalam penelitian ini ditentukan latar Balai Pengembangan Kegiatan
Belajar (BPKB) Jayagiri Lembang, melihat keberhasilan yang telah dicapai oleh
BPKB Jayagiri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, barangkali tidak
terlepas dari peran Pimpinan dan Pamong Belajar. Untuk itu dalam penelitian ini
peneliti tertarik untuk mengungkap bagaimana mengapilikasikan hasil pelatihan
Pamong Belajar dalam pengembangan program-program pendidikan luar sekolah
di BPKB Jayagiri.
Penelitian terhadap kemampuan staf dalam hal ini Pamong Belajar BPKB
Jayagiri dianggap penting, karena dilihat dari filosofinya pengembangan staf
berorientasi pada masa depan untuk pertumbuhan individu yang sedang bekerja
maupun organisasi (Nadler, 1982). Pengembangan adalah proses untuk
memperoleh pengalaman dan keterampilan oleh seseorang untuk menyelesaikan
pekerjaan sekarang dengan baikdan tugas-tugas dimasa mendatang.
B. Rumusan Masalah
Secara kuantitatif keberadaan Pamong Belajar terus bertambah sejalan
upaya peningkatan mutu melalui pelatihan, lokakarya, bimbingan teknis, seminar
dan Iain-lain, baik yang bersifat regional yang dilaksanakan oleh BPKB maupun
yang bersifat nasional yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Tenaga
Teknis. Harapannya yaitu terletak pada upaya menyukseskan pelaksanaan
pendidikan pada umumnya, khususnya pendidikan luar sekolah.
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini
difokuskan pada bagaimana upaya peningkatan kemampuan Pamong Belajar dan
mengaplikasikan hasil pelatihan Pamong Belajar dalam pengembangan program
pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri Lembang. Dari fokus penelitian
tersebut maka dapat dijabarkan ke dalam beberapa fokus yang lebih kecil dan di
rumuskan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana upaya peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar yang
dilakukan oleh Pimpinan BPKB Jayagiri?
2. Bagaimana peranan Pamong Belajar mengaplikasikan hasil peningkatan
kemampuan/pelatihan dalam program-program pendidikan luar sekolah di
BPKB Jayagiri?
3. Bagaimana persepsi Pamong Belajar BPKB Jayigiri mengaplikasikan hasil
peningkatan
kemampuan/pelatihan
pendidikan luar sekolah?
dalam
mengembangkan
program
4. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan
kegiatan peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar?
5. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat mengaplikasikan
hasil peningkatan kemampuan/pelatihan ke dalam pengembangan program
pendidikan luar sekolah?
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari interpretasi yang berbeda pada setiap istilah yang
terdapat dalam judul penelitian ini, maka dapat dijelaskan batasan dari istilahistilah tersebut sebagai berikut:
1. Aplikasi adalah pelaksanaan atau penerapan dengan kesanggupan, kecakapan,
dan kekuatan dalam menerapkan hasil pelatihan. Terkait dalam penelitian ini
adalah
kemampuan
dalam
melaksanakan
tugas-tugas
kepamongan
berdasarkan SK Menpan Nomor 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999
Tentang
Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kredit. Sedangkan program
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berbagai kegiatan BPKB Jayagiri
baik yang sudah maupun yang akan dilaksanakan.
2. Peningkatan kemampuan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan
menuju sasaran yang hendak dicapai. Peningkatan kemampuan adalah upaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan
sifat-sifat kepribadian. Sedang yang dimaksud dengan upaya peningkatan
kemampuan adalah berbagai contoh kegiatan tindakan atau usaha ke arah
peningkatan kemampuan para Pamong Belajar dalam melaksanakan tugas
sehari-hari.
N
3. Pamong Belajar sebagaimana dimaksudkan dalam SK Menpan Nomor
25/KEP/MK.WASPAN/6/1999
adalah
Pegawai
Negeri
Sipil
dalam
lingkungan Departemen Pendidikan Nasional yang diberi tugas, tanggung
jawab dan hak oleh pejabat yang berwenang untuk menyuluh, mendidik warga
belajar, dan mengembangkan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan
olahraga. Dengan demikian jelas bahwa Pamong Belajar sebagai petugas
lapangan yang selain berhubungan langsung dengan sasaran layanan
pendidikan luar sekolah, juga sebagai penentu dalam mengimplementasikan
dan memadukan keseluruhan program pendidikan luar sekolah baik secara
horizontal maupun secara vertikal.
4. Peranan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Depdikbud tahun
1988. Yakni bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan, atau perbuatan
memahami perilaku yang diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan
seseorang. Dalam hal ini bagaimana peran Pamong Belajar sesuai dengan
tugas pokok dan mengaplikasikan hasil pelatihan dalam pengembangan
program pendidikan luar sekolah pada unit kerjanya.
5. Persepsi, menurut Kamus Besar bahasa Indonesia terbitan Depdikbud 1988.
Yakni tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan, atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Dalam hal ini
bagaimana persepsi Pamong Belajar dalam mengaplikasikan hasil pelatihan
dalam pengembangan program pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri.
6. Pendidikan
Luar
Sekolah,
adalah
kegiatan
belajar
membelajar,
diselenggarakan di luar jalur pendidikan sekolah dengan tujuan untuk
11
membantu peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi diri berupa
pengetahuan, sikap keterampilan, dan aspirasi yang bermanfaat bagi dirinya,
keluarga, masyarakat, lembaga, bangsa dan negara. (H.D. Sudjana, 1996).
Adapun ciri pendidikan luar sekolah yaitu memiliki bentuk dan isi program
yang bervariasi, diselenggarakan dalam waktu yang relatif singkat dan tidak
terus menerus, proses belajar mengajar berkaitan dengan kehidupan peserta
didik dan masyarakat. Selain hal di atas sebagaian besar program pendidikan
luar sekolah diikuti oleh remaja dan orang-orang dewasa secara terbatas pada
kehidupan dan pekerjaan.
Untuk memperdalam pehaman tentang pengertian pendidikan luar sekolah,
berikut ini dikemukakan beberapa ciri-cirinya yaitu :
a. The diverse types o out-of school education are designed to accomplish many
purposes.
b. Responsibility for the runing of out-of school educational institution is
diffused, consisting of public control or combinations of these.
c. Documentation-on imrollments, teachers and leaders credentials, suceer of
chose
involved
in
learning,
their
conseqwent
increreased
economic
productivity or improved well-being and the costs to the learmersan the
sponsors is rare.
d. Investement in particular types of out-of school education many have more
pronounced effects on economic productivity and social change in the short
run than is rare.
12
e. Investment in particular types of out-of school education many have more
pronounced effects on economic productivity and social change in the short
run than is the case with formal school.
Dari ciri-ciri pendidikan luar sekolah diatas terkandung makna yang
esensial dalam pelaksanaannya yaitu ditandai untuk mencapai bermacam-macam
tujuan, tanggung jawab penyelenggaraannya diawasi oleh masyarakat, pribadi
atau kombinasi keduanya. Selanjutnya pencatatan tentang pemasukan warga
belajar, sumber belajar dan keberhasilan pimpinan, kesuksesan latihan, membawa
akibat peningkatan produksi ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan pendapatan
peserta, dan terakhir dengan pemantapan bentuk pendidikan luar sekolah
mempunyai dampak pada produksi ekonomi dan perubahan sosial dalam waktu
singkat dari pada pendidikan persekolahan.
E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan Umum:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya peningkatan
kemampuan Pamong Belajar dan aplikasi hasil pelatihan Pamong Belajar dalam
pengembangan program pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri.
b. Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan kemampuan Pamong
Belajar yang dilakukan oleh pimpinan BPKB Jayagiri.
13
2. Untuk mengetahui bagaimana peranan Pamong Belajar mengaplikasikan
hasil pelatihan dalam program-program pendidikan luar sekolah di BPKB
Jayagiri.
3. Untuk mengetahui bagaimana persepsi Pamong Belajar BPKB Jayigiri
mengaplikasikan
hasil
pelatihan
dalam
mengembangkan
program
pendidikan luar sekolah4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam
pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan Pamong Belajar.
5. Untuk
mengetahui
menghambat
dalam
faktor-faktor
apakah
mengaplikasikan
yang
hasil
mendukung
pelatihan
dan
ke
pengembangan program pendidikan luar sekolah.
F.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna baik
teoritis dan bersifat praktis. Secara teoritis temuan yang diperoleh diharapkan
mampu memberikan nilai yang berarti untuk dijadikan masukan bagi
pengembangan program pendidikan luar sekolah baik dari mulai perencanaan dan
menyusun berbagai jenis dan bentuk kegiatan belajar membelajarkan pada Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Jayagiri. Ini dimaksudkan untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Manfaat lain bagi ilmu
pengetahuan adalah untuk mengembangkan khasanah model-model pelatihan.
Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan
peluang pada Pamong Belajar untuk mengaplikasikan hasil pelatihan dengan baik
dalam upaya mengembangkan program-program pendidikan luar sekolah.
o^D'O/^
BAB III
METODOLOGI PENELITIA/^Kjl*
(( $&
A. Metode Penelitian
Agar peneliti dapat mendeskripsikan secara jelas dan
rinci serta
mendapatkan data yang mendalam dari fokus penelitian ini, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen, penelitian
kualitatif memiliki beberapa ciri yaitu:
(1) Dilakukan pada latar yang alami, karena yang merupakan alat penting adalah
adanya sumber data yang langsung.
(2) Bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata atau
gambar dari pada angka.
(3) Lebih memperhatikan proses daripada hasil atau produk semata.
(4) Dalam mengalisis data cenderung secara induktif
(5) Lebih mementingkan makna (esensial). Sedangkan menurut Nawawi (1994)
disebutkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan dengan menghimpun data
dalam keadaan sewajarnya, mempergunakan cara kerja yang sistematis,
terarah dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak kehilangan sifat
ilmiahnya.
Karena peneliti ingin mendeskripsikan secara jelas tentang upaya
peningkatan kemampuan/pelatihan pamong belajar dan mengaplikasikan hasil
peningkatan kemampuan/pelatihan Pamong Belajar
dalam pengembangan
program pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri Lembang. Maka dalam
43
44
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk itu peneliti melakukan
berbagai kegiatan dilapangan mulai dari studi pendahuluan di lokasi penelitian
dan dilanjutkan dengan studi secara terfokus.
Peneliti juga mengajukan berbagai pertanyaan melalui wawancara yang
berkaitan dengan fokus-fokus dalam penelitian ini. Untuk melengkapi data
peneliti juga mencari data-data melalui studi dokumentasi dan seluruh rangkaian
kegiatan dilakukan sendiri oleh peneliti sebagai instrumen utama.
Dari berbagai data yang telah dikumpulkan bukan dimaksudkan untuk
menguji hipotesis, melainkan merupakan studi yang bersifat deskriptif dengan
cara memaparkan secarajelas dan rinci data yang berkaitan dengan fokus dalam
penelitian ini.
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Pamong
Belajar BPKB Jayagiri Bandung, untuk mendapatkan data secara lengkap dalam
penelitian ini tidak terlepas pula melalui Kepala BPKB dan Kepala Sub Bagian
Tata Usaha.
C. Teknik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui instrumen
penelitian yaitu diri peneliti sendiri, karena peneliti merupakan instrumen utama
dan merupakan segalanya dari keseluruhan penelitian. Untuk mendapatkan data
dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpul data yang relevan, yaitu:
45
a.
Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan untuk memperoleh
konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi,
perasaan, motivasi pengakuan dan kerisauan (Arifin, 1996: 69-70).
Agar wawancara dapat dilaksanakan dengan baik maka hubungan peneliti
dengan subjek hendaknya merupakan suatu patnersip (Bogdan dan Taylor dalam
Furchan, 1992:182). Lebih jauh juga disebutkan bahwa peneliti hendaknya
bersedia untuk berpartisipasi dalam kehidupan subjek sehari-hari, ini akan
meningkatkan hubungan baik peneliti dengan subjek dan membuat peneliti lebih
mengenal orang-orang dan tempat yang ada dalam kehidupan subjek.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam melakukan
wawancara, antara lain: (1) jangan memotong pembicaraan, artinya walaupun
peneliti tidak tertarik dengan apa yang disampaikan subjek tetapi hendaknya
peneliti tetap mendengarkan apa yang dikatakan oleh subjek, setelah ada
kesempatan baru mengalihkan pembicaraan itu secara halus, (2) berikan perhatian,
artinya walaupun peneliti membawa berbagai peralatan perekam, tetapi harus
tetap memperhatikan dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh subjek, (3)
jangan bersifat evaluatif, (4) bersikap bijaksana (Bogdan dan Taylor dalam
Furchan, 1992:188-191).
Ada dua jenis wawancara yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu
terstruktur dan tidak terstruktur. Berdasarkan jenisnya dalam wawancara tidak
terstruktur tidak digunakan instrumen yang standar. Sebelum peneliti melakukan
wawancara dipersiapkan lebih dulu tentang garis-garis besar pertanyaan yang
46
memuat hal-hal pokok sebagai pedoman dalam pelaksanaanya. Pada prinsipnya
pertanyaan tersebut disusun berdasarkan fokus dan rumusan masalah dalam
penelitian ini, baru kemudian dilakukan wawancara.
Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan wawancara dengan Pamong
Belajar, Kepala BPKB, Kepala Subbag Tatausaha dan petugas perpustakaan.
b.
Observasi
Observasi dimaksudkan untuk memperoleh data yang lengkap dan rinci
melalui pengamatan yang seksama dengan melibatkan diri dan berpartisipasi
dalam fokus yang sedang diteliti, sehingga dapat memberikan informasi yang
berguna sesuai dengan fokus penelitian.
Alasan metodologis menggunakan metode observasi ini dikemukakan oleh
Moleong (1998) ialah: (1) pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari
segi motif, kepercayaan, perhatian dan perilaku lainnya, (2) pengamatan
memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagai yang dilihat oleh subjek
penelitian, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap
kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaaan
waktu itu, (3) pengamatan memungkinkan peneliti untuk merasakan apa yang
dirasakan dan dihayati oleh subjek, (4) pengamatan memungkinkan pembentukan
pengetahuan yang diketahui bersama baik dari pihaknya maupun dari pihak
subjek.
Dalam penelitian ini peneliti akan mencoba observasi partisipasi secara
aktif, dimana peneliti mencoba untuk mempelajari dan mamahami perilaku
47
Pamong Belajar yang terlibat didalam pengembangan program pendidikan luar
sekolah.
c.
Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari wawancara
dan observasi, dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat administrasi dan
tata kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi. Dokumentasi bisa beruna surat-surat,
gambar, atau catatan lain yang berhubungan dengan fokus penelitian.
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber
non insani, dimana sumber ini terdiri dari rekaman dan dokumen (Arifin,
1996:82). Dokumen telah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data,
karena dalam banyak hal dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji,
manafsirkan dan bahkan untuk meramalkan (Moleong, 1998).
Ada beberapa alasan dari penggunaan dokumentasi, menurut Linconl dan
Guba (1981) dengan studi dokumentasi antara lain: (1) dokumen dan record
merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (2) berguna sebagai bukti
untuk suatu kejadian, (3) memiliki sifat yang alamiah, sesuai dengan konteks,
lahir dan berada dalam konteks, (4) murah, (5) tidak sukar untuk ditemukan.
D. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisa data merupakan proses mencari dan mengatur
secara sistematik transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain
yang telah dihimpun untuk menambah pemahaman untuk dilaporkan (Bogdan dan
Biklen, 1982:145).
48
Dalam penelitian ini data yang berwujud kata-kata, kalimat, paragraf yang
dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat desknpsi rnengenai situasi, kegiatan
atau peristiwa, pernyataan dan perilaku yang sudah dikumpulkan dalam cacatan
lapangan, transkrip wawancara. Akan dianalisis dengan teknik deskriptif Menurut
Nasution (1996), analisis deskriptif dilakukan dengan tiga cara yaitu: (1) reduksi
data, (2) penyajian data (display), dan (3) penarikan kesimpulan (verifikasi).
Reduksi data dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan
lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan dan studi
dokumentasi. Telaahan ini dilakukan untuk menemukan hal-hal yang pokok atau
penting yang berkenaan dengan fokus penelitian. Data yang diredukdi akan
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan juga
mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila
diperlukan
Pada tahap penyajian data (display data) merupakan kelanjutan dari tahap
reduksi, dimana pada tahap ini hal-hal pokok selanjutnya dirangkum dalam
susunan yang lebih sistematis sehingga dapat dengan mudah melihat gambaran
penelitian secara menyeluruh atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian.
Penyajian data dapat disajikan dalam berbagai macam matriks, grafik, atau dalam
bentuk gambar
Kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya untuk mencari makna dari
data yang dikumpulkan. Upaya ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution
(1996) dilakukan dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal
yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya. Kesimpulan ini mula-mula masih
49
sangat tentatif dan kabur. Agar diperoleh kesimpulan yang mantap, kesimpulan
harus senantiasa divenfikasi selama penelitian berlangsung. Sedang penankan
kesimpulan daiam penelitian mi berdasarkan pada teks naratif dan beberapa
matrik yang telah dibuat.
E. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap pralapangan, pada tahap ini peneliti melakukan studi
pendahuluan untuk mehhat kemungkman peneliti dapat melakukan penelitian.
Dan hasil studi pendahuluan ke BPKB Jayagin, dimana lembaga ini merupakan
lembaga pengembang model-model pembelajaran pendidikan luar sekolah.
Program-program yang dilaksanakan membutuhkan sumber daya manusia yang
tinggi. Personal yang melaksanakan program-program BPKB Jayagiri dilakukan
oleh kelompok tenaga fungsional dalam hal ini Pamong Belajar. Agar Pamong
Belajar lebih meningkat dalam menjalankan tugas pokoknya perlu ditingkatkan
kemampuannya melalui berbagai kegiatan peningkatan kemampuan Pamong
Belajar, seperti mengikuti pelatihan, pendidikan, seminar, lokarya dan sebagainya.
Oleh karena itu peneliti tertank untuk meneliti mengenai upaya peningkatan
kemampuan Pamong Belajar dan mengaplikasikan dalam pengembangan program
pendidikan luar sekolah di BPKB Jayagiri.
Berdasarkan maksud penelitian di atas maka dirancanglah proposal
penelitian yang memuat judul, latar belakang masalah, rumusan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian, dan studi kepustakaan digunakan sebagai dasar dalam mengumpulan
data. Kemudian proposal diseminarkan dengan tim dosen dari program studi,
50
setelah ,tu ditentukan pembimbing. Selanjutnya desain yang telah dikonsultasikan
dan disetujui oleh pembimbing dapat mengajukan surat ijin penelitian dan
permohonan melaksanakan penelitian ke Program Pascasarjana.
2. Tahap Pelaksanaan, pada tahap ini terlebih dulu dilakukan orientasi
lapangan antara lam (1) menemui Kepala BPKB Jayagin untuk menyampaikan
maksud dan tujuan penelitian berdasarkan surat dari PPS UPI Bandung. Kepala
BPKB dengan sepenuh hati bersedia menerima dan akan membantu pelaksanaan
penelitian, (2) mengadakan sosialisasi baik dengan Pamong Belajar maupun
tenaga administrasi. Hal ini dimaksudkan agar terjalin hubungan yang harmonis.
Dalam proses sosialisasi ini ada beberapa Pamong Belajar yang memang ingm
mengetahui secara detail tentang keberadaan peneliti di lokasi penelitian, akan
tetapi ada juga Pamong Belajar dan tenaga administrasi yang mengira bahwa
peneliti adalah pegawai baru. Memang peneliti sengaja merahasiakan status
sebaga, peneliti, sehingga benar-benar terjalin hubungan yang harmonis. Prinsip
utama dari peneliti adalah mgin mendapatkan data dan informasi sebanyakbanyaknya berkenaan dengan fokus dalam penelitian mi. Kegiatan orientasi
dilakukan selama lima hari.
Selesai mengadakan orientasi, lalu peneliti mulai mengadakan wawancara,
wawancara pertama dilakukan dengan Kepala BPKB, namun masih bersifat
umum. Karena kesibukan Kepala BPKB, peneliti dipersilahkan menemui
Pimpinan Pamong Belajar. Kepala BPKB berjanji akan wawancara pada aktu lam.
Sesua, dengan petunjuk Kepala BPKB peneliti mencoba untuk menemui
Pimpinan Pamong Belajar untuk melakukan wawancara. Mula-mula peneliti
51
mengajukan pertanyaan yang bersifat umum, kemudian semakin mengkhusus dan
akhirnya terfokus. Sebelum rnengakhiri wawancara, peneliti minta agar Pimpinan
Pamong Belajar dapat menunjukkan Pamong Belajar lain yang dianggap dapat
memberikan informasi berkenaan dengan hal-hal yang telah peneliti ajukan sebagi
informan ke tiga. Akhirnya wawancara dengan informan ke tigapun dilakukan.
Demikian seterusnya sampai data-data yang berkaitan dengan fokus dalam
penelitian ini dianggap cukup. Data hasil wawancara direkam dan dicatat untuk
selanjutnya dibuat dalam transkrip wawancara.
Untuk mendapatkan data yang lengkap dan terpercaya, selain wawancara,
peneliti juga melakukan observasi. Mula-mula peneliti hanya melihat-lihat
berbagai kegiatan yang sedang dilakukan oleh Pamong Belajar dan objek-objek
yang ada dilokasi penelitian dengan tanpa mengajukan pertanyaan. Tahap
berikutnya peneliti
mulai melibatkan diri secara terbatas dan mengajukan
beberapa pertanyaan serta melibatkan diri dalam beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh Pamong Belajar. Disamping kegiatan observasi, peneliti juga
melalukan studi dokumentasi untuk melengkapi data-data hasil wawancara dan
observasi.
3. Tahap Analisa Data, tahap ini dilakukan selama pengumpulan data
berlangsung, hal ini dimaksudkan untuk (1) mengkaji kembali apakah data-data
yang dihasilkan sesuai dengan fokus, (2) membuat rencana pengumpulan data
berikutnya, (3) mengembangkan pertanyaan-pertanyaan berikutnya, dan (4)
secepat mungkin membuat transkrip wawancara, lembar pengamatan serta
menganilis dokumen-dokumen yang telah ditemukan agar tidak mudah lupa.
52
Proses analis data dilakukan dengan cara (1) melakukan reduksi data. Dalam
mereduksi data peneliti mencoba membuat ringkasan, membuat kode-kode
tertentu, menelusuri tema, membuat matrik dan membuat memo, (2) menyajikan
data. Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat
dan paragraf-paragraf yang bersifat naratif. (3) penarikan kesimpulan. Penarikan
kesimpulan dilakukan setelah data dianalisis secara terus menerus, baik pada
waktu pengumpulan data, dalam proses dan setelah selesai di lapangan.
Sedangkan untuk menjamin keterpercayaan data dan kesimpulan yang dihasilkan,
dilakukan pengecekan keabsahan data dengan cara melakukan triangulasi sumber.
4. Tahap Penyusunan Laporan, penyusunan laporan dilakukan setelah
data-data hasil penelitian selesai dianalis. Naskah laporan kemudian diberikan
kepada dosen pembimbing untuk diaudit dan direvisi. Berdasarkan masukanmasukan dari dosen pembimbing kemudian direvisi kembali oleh peneliti.
Kegiatan ini terus dilakukan dan dinyatakan siap untuk mengikuti dalam laporan
kemajuan.
0\ D/0//t
SJAD \T
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, maka dapat ditank kesimpulan
yang mengacu pada mmusan masalah dan pertanyaan penelitian sebagaimana
tersebut dalam bab I pendahuluan, sebagai berikut:
1. Upaya yang dilakukan oleh Pimpinan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
Jayagiri berkenaan dengan kegiatan peningkatan kemampuan Pamong Belajar
dilakukan secara berkelanjutan dan di mulai sejak Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar berdiri, baik yang dilakukan di tingkat pusat dalam hal ini
Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis maupun di tingkat regional dalam hal ini
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar. Peningkatan kemampuan tersebut
dilakukan melalui pelatihan-pelatihan, studi lanjut (pendidikan S2 dan S3),
lakakarya, seminar, kerjasama dengan perguruan tinggi, studi banding,
bimbingan teknis, pembinaan angka kredit, dan pekan olahraga Sanggar
Kegiatan Belajar-Balai Pengembangan Belajar. Upaya tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Pamong
Belajar dalam melaksanakan tugas-tugas pengembangan dibidang pendidikan
luar sekolah. Kegiatan tersebut akan ditindak lanjuti untuk tahun-tahun
mendatang, karena dapat memberikan kontribusi positif dalam pelaksanaan
program pendidikan luar sekolah.
144
TIT
2. Dalam melaksanakan upaya peningkatan kemampuan Pamong Belajar, bukan
hanya tanggung jawab pimpinan, akan tetapi Pamong Belajar juga ikut
bertanggung jawab. Bebagai kegiatan peningkatan kemampuan yang telah
dilaksanakan oleh Pamong Belajar ada yang berdasarkan perintah pimpinan
dan adajuga atas inisiatifdiri Pamong Belajar.
3. Untuk meningkatkan kemampuannya, Pamong Belajar dapat mengusulkan
kembali kepada pimpinan tentang berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuannya, juga menganalisis dan mengkaji model-model yang telah
disusun. Analisis juga dilakukan terhadap masalah-masalah yang sedang
dihadapi oleh masyarakat. Melalui kegiatan ini diharapkan model-model yang
akan disusun dapat sesuai dengan apa yang di butuhan oleh masyarakat.
4. Pamong Belajar mempunyai persepsi yang positif dan mendukung terhadap
berbagai kegiatan peningkatan kemampuannya, atas dasar pertimbangan
bahwa Pamong Belajar sebagai tenaga pengembang pendidikan luar sekolah,
tenaga pelatih, pelaksana bimbingan teknis terhadap Sanggar Kegiatan
Belajar, serta pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Dalam hal motivasi, Pamong Belajar mempunyai motivasi yang tinggi dalam
meningkatkan kemampuannya. Motivasi tersebut muncul sebagai akibat
adanya pengaruh dari luar maupun dari dalam dirinya.
6. Berbagai kegiatan peningkatan kemampuan Pamong Belajar dapat
memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat, baik bagi Pamong Belajar
sendiri maupun bagi pelaksanaan program-program Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar.
T4o~
7. Peningkatan kemampuan Pamong Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang bersumber dari Pamong Belajar sendiri maupun yang berasal dan
luar. Faktor-faktor tersebut dapat mendukung maupun menghambat. Faktor-
faktor yang mendukung meliputi: adanya tuntutan dari lembaga sebagai
lembaga pengembang pendidikan luar sekolah, adanya persepsi dan motivasi
yang positif dan tinggi, adanya kesempatan yang di berikan oleh pimpinan
Balai Pengembangan Kegiatan Belajar dan Direktorat pendidikan Tenaga
Teknis sehingga Pamong Belajar ada yang dapat melanjutkan pendidikan S2
dan S3, serta adanya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar. Sedangkan faktor penghambat meliputi.
waktu yang dimiliki terbatas karena jam kerja pukul 07.00 - 14.00, sering
terjadi jadwal yang kurang pas antara kegiatan peningkatan dan pelaksanaan
tugas.
8. Pelaksanaan program-program Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jayagiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang bersumber dari dalam
maupun faktor dari luar, dimana kedua faktor tersebut dapat saling
mendukung dan dapat menjadi penghambat. Faktor yang menjadi pendukung
meliputi: adanya tenaga yang cukup dan kerjasama yang baik sesama Pamong
Belajar, adanya kerja sama dengan perguruan tinggi, adanya fasilitas yang
dimiliki oleh Balai Pengembangan Kegiatan Belajar, adanya idealisme yang
tinggi dari Pamong Belajar, adanya dukungan dan jajaran Diklusepora dan
adanya Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) yang jelas. Sedang faktor-faktor
yang menjadi hambatan meliputi: model yang dihasilkan belum seluruhnya
w
dapat diadopsi dan diterapkan baik oleh Sanggar Kegiatan Belajar maupun
jajaran Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga, motivasi belajar dari
kelompok sasaran (warga belajar) rendah, adanya sistem paket dan pagu,
lemahnya supervisi, belum semua Pamong Belajar memiliki kemampuan
dalam hal problem solving.
B. Rekomendasi
Agar Pamong Belajar dapat melaksanakan tugas pokok dengan baik, maka
perlu ditingkatkan kemampuannya. Kegiatan peningkatan membutulikan
keteriibatan berbagai pihak, tersedianya tenaga, waktu dan dana. Kendatipun
demikian, kegiatan itu hams selalu diupayakan.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ada, maka
rekomendasi/saran yang kiranya dapat diberikan sebagai berikut:
1. Seyogyanya kegiatan pengembangan pendidikan luar sekolah di Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar yang sudah dilaksanakan, dapat disebarkan
kepada masyarakat melalui bimbingan teknis yang dilakukan Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar terhadap Sanggar Kegiatan Belajar di
wilayah binaannya, dengan harapan natinya dapat diterapkan dan diadopsi
oleh masyarakat. Untuk itu para pengambil kebijakan di tingkat pusat dalam
hal ini Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis maupun di tingkat regional dalam
hal mi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jayagiri hendaknya lebih
memberikan kesempatan dan selalu mendorong kepada Pamong Belajar untuk
selalu aktif dalam berbagai kegiatan peningkatan kemampuan, apakah itu
melalui pelatihan-pelatihan, lokakarya, seminar, mengikuti pendidikan (S2
nrr
dan S3), dan studi banding sehingga kinerja Pamong Belajar dapat lebih
meningkat.
2. Peningkatan kemampuan Pamong Belajar di tingkat Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar sangat ditentukan oleh pimpinan dan Pamong Belajar itu
sendiri. Oleh karena itu kepada pimpin