DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI SALAH ASUHAN” JEJAK LANGKAH ABDUL MUIS PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL 1912-1928.

(1)

“DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI SALAH ASUHAN” Jejak Langkah Abdul Muis Pada Masa Pergerakan Nasional

1912-1928

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

CIPTA S. SAJATI 0809254

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI SALAH

ASUHAN

Jejak Langkah Abdul Muis Pada Masa

Pergerakan Nasional 1912-1928

Oleh Cipta Sukma S

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Cipta Sukma 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

“DARI SAREKAT ISLAM SAMPAI SALAH ASUHAN”

Jejak Langkah Abdul Muis Pada Masa Pergerakan Nasional 1912-1928

CIPTA S. SAJATI (0809254)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum NIP. 1971010119990311003

Pembimbing II

Dr. Encep Supriatna, M.Pd NIP. 197601052005011001

Mengetahui


(4)

ABSTRAC

This research paper is titled "From Sarekat Islam to Salah Asuhan" Abdul

Muis Footsteps in Time of National Movement 1912-1928. The main issues

studied in this research is how Abdul Muis role in the National Movement 1913-1928. With the extent of the problem, namely how the gait Abdul Muis in the National Movement?, Why Abdul Muis was more interested in literature? and how the impact of the work of Abdul Muis to the development of literature in the National Movement?. Of the problems studied this study aims to describe the role of Abdul Muis in the National Movement, especially in the fields of literature, besides that, this research examines two works of Abdul Muis and connect with conditions that affect it.

Abdul Muis was a National Movement leader who has a background as a journalist and a politician until he became a writer. In this study, researchers used the historical method, which includes the heuristic is the process of collecting source, source criticism, interpretation and historiography. To aid analysis of the outcome literature Abdul Muis, researchers used a sociological approach to literature, to know the social reality Abdul Muis expressed in his work. Work that were examined in this study are novel Salah Asuhan dan Surapati.

As leader of National Movement Abdul Muis has a role in the national interest, such as when a member of Indie Weerbar generating technical school for Bumiputera and efforts in the formation of the Volksraad. Abdul Muis quit the national political stage after no longer be elected to the central committee of CSI in 1923. There are several factors that influence the cessation Abdul Muis from politics and prefers the literature. The first factor is the organization of the Union of Employees strike event Pawnshop Bumiputera (PPPB) in 1922. The second factor is the expulsion of the origin of Abdul Muis West Sumatra. The third factor is the presence of the figure Tjokroaminoto disappointment. The fourth factor due to the background as a journalist Abdul Muis.

Abdul Muis as a literary force Balai Pustaka (1920-1940), having an influence on the development of literature in the next period, namely in terms of Indonesian language is used, a theme that elevates social reality, and the value of the mentality and identity that must be owned by Bumiputera. The work of Abdul Muis in the Nationalist Movement in the form of a novel entitled Salah Asuhan, Surapati, Robert Anak

Surapati. Abdul Muis masterpiece containing Salah Asuhan of the criticisms of the

mentality of Bumiputera at the time, affects the idea of holding a forum to address the issue, it appears the Youth Congress in 1928.


(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul "Dari Sarekat Islam sampai Salah Asuhan” Jejak Langkah Abdul Muis pada Masa Pergerakan Nasional 1912-1928". Permasalahan utama

yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional 1913-1928. Dengan batasan masalah yaitu bagaimana kiprah Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional?, mengapa Abdul Muis lebih tertarik dalam bidang sastra? dan bagaimana dampak hasil karya Abdul Muis terhadap perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional?. Dari permasalahan yang dikaji penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional terutama dalam bidang sastra, selain itu penelitian ini mengkaji dua buah hasil karya Abdul Muis dan menghubungkan dengan kondisi yang mempengaruhinya.

Abdul Muis merupakan seorang tokoh Pergerakan Nasional yang memiliki latar belakang sebagai seorang jurnalis dan politikus sampai akhirnya menjadi seorang sastrawan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode historis, yang meliputi heuristik yaitu proses pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Untuk membantu analisis terhadap hasil karya sastra Abdul Muis, peneliti menggunakan pendekatan sosiologi sastra, untuk mengetahui realitas sosial yang diungkapkan Abdul Muis dalam karyanya. Hasil Karya yang dikaji dalam penelitian ini yaitu novel Salah Asuhan dan Surapati.

Abdul Muis sebagai tokoh Pergerakan Nasional memiliki peranan dalam memperjuangkan kepentingan nasional, seperti saat menjadi anggota Indie Weerbar yang menghasilkan sekolah teknik bagi para Bumiputera dan upayanya dalam pembentukan Volksraad. Abdul Muis berhenti dari pentas politik nasional setelah tidak lagi terpilih menjadi anggota pengurus pusat CSI pada tahun 1923. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berhentinya Abdul Muis dari bidang politik dan lebih memilih pada bidang sastra. Faktor yang pertama adalah adanya peristiwa pemogokan organisasi Persatuan Pegawai Pegadaian Bumiputera (PPPB) pada tahun 1922. Faktor yang kedua adalah adanya pengusiran dari daerah asal Abdul Muis yaitu Sumatera Barat. Faktor yang ketiga adalah adanya kekecewaan terhadap sosok Tjokroaminoto. Faktor yang keempat adalah latar belakang Abdul Muis sebagai seorang jurnalis.

Abdul Muis sebagai sastrawan angkatan Balai Pustaka (1920-1940), memiliki pengaruh terhadap perkembangan sastra pada periode selanjutnya yaitu dari segi bahasa Indonesia yang digunakan, tema yang mengangkat realitas sosial, dan nilai mengenai mentalitas serta identitas yang harus dimiliki oleh para Bumiputera. Hasil karya Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional yaitu berupa novel dengan judul

Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Surapati dan Robert Anak Surapati. Karya Abdul

Muis Salah Asuhan yang berisikan mengenai kritik terhadap mentalitas Bumiputera pada saat itu, berpengaruh pada gagasan diadakannya forum untuk menyikapi masalah tersebut, maka muncul Kongres Pemuda pada tahun 1928.


(6)

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH……… iii

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR GAMBAR………. viii

DAFTAR TABEL………. ix

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah……….. 8

1.3 Tujuan Penelitian………. 8

1.4 Manfaat Penelitian……… 9

1.5 Metode dan Teknik Penelitian………. 9

1.6 Sistematika Penulisan……….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 13

2.1Kiprah Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional……….... 14

2.2Peran Abdul Muis pada bidang sastra………. 25

2.3Novel-novel karya Abdul Muis……… 32

2.4 Landasan Konsep dan Pendekatan Sosiologi Sastra………. 35

BAB III METODE PENELITIAN……… 39

3.1 Persiapan Penelitian……… 41


(7)

BAB IV Peran Abdul Muis Sebagai Seorang Tokoh Pada Masa

Pergerakan Nasional ……… 57

4.1 Kiprah Abdul Muis pada Masa Pergerakan Nasional 1912-1924……… 57

4.1.1 Abdul Muis sebagai Jurnalis……… 57

4.1.2 Bergabung dengan Sarekat Islam (SI)……… 63

4.1.3 Bergabung dalam Volksraad……… 80

4.2 Latar Belakang Abdul Muis dari Politik ke Sastra………... 90

4.2.1 Pemogokan Organisasi Persatuaan Pegawai Pegadaian Bumiputera (PPPB)……… 91 4.2.2 Pengusiran dari Padang………... 94

4.2.3 Pengaruh dari Tjokroaminoto……….. 99

4.2.4 Latar belakang sebagai Seorang Jurnalis………. 103

4.3 Sastra Karya Abdul Muis……….. 105

4.3.1 Salah Asuhan……….. 107

4.3.2 Surapai……… 109

4.3.3 Dimensi Sosial pada Novel Hasil Karya Abdul Muis Salah Asuhan dan Surapati……… 112 4.3.4 Dampak Sastra Karya Abdul Muis bagi Perkembangan Sastra pada Masa Pergerakan Nasional……… 126 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 133

5.1 Kesimpulan………... 132

5.2 Rekomendasi……… 139

DAFTAR PUSTAKA……… 141

LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Kapal SS Sindoro yang membawa delegasi Komite Indie

Weerbar

71

Gambar 4.1. Pembukaan Volksraad oleh Gubernur Jenderal Van Limburg

Stirum………

81 Gambar 4.2 Abdul Muis saat menjadi Anggota Volksraad………... 83


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Komposisi Keanggotaan Volksraad……… 82


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah bangsa ini yang penting adanya. Karena pada masa ini meliputi berdirinya organisasi-organisasi modern memiliki cita-cita kemerdekaan bagi bangsa Indonesia telah melahirkan beberapa tokoh di dalamnya, yang ikut andil dalam membangun bangsa ini kearah yang lebih baik. Pergerakan Nasional memiliki sebuah arti yang luas dan besarnya aspek yang meliputinya, tidak saja pada pergerakan yang bersifat perbaikan derajat dari sisi politik, akan tetapi juga menuju perbaikan aspek-aspek lain seperti perekonomian, pendidikan, keagamaan, dan sebagainya (Pringgodigdo, 1977: VII).

Masa pergerakan nasional merupakan sebuah masa dimana munculnya intelektual-intelektual pribumi yang memiliki keinginan agar dapat merubah nasib bangsa ini. Organsasi-organisasi yang muncul pada masa ini juga turut melahirkan tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah bangsa ini, salah satunya organisasi Sarekat Islam (SI). Sarekat Islam merupakan salah satu organisasi yang menjadi wadah bagi ummat Islam pada masa itu untuk ikut serta dalam perpolitikan tanah air. Sarekat Islam bermula dari Sarekat Dagang Islam didirikan pada awalnya bertujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam (Pringgodigdo, 1977: 4). Setelah pendiriannya SI semakin berkembang dan memiliki anggota yang cukup banyak dan tersebar ke berbagai


(11)

daerah di Indonesia. Karena adanya hal ini maka Pemerintah Belanda khawatir akan terusik eksistensinya sebagai bangsa yang menduduki Hindia Belanda dengan menjalankan roda pemerintahnnya, maka pada Juni 1912, pemerintah Belanda menetapkan bahwa cabang-cabang SI harus berdiri sendiri untuk daerahnya masing-masing. Setelah adanya ketetapan tersebut maka pada saat kongres SI di Surabaya tahun 1913 didirikanlah Central Sarekat Islam (CSI), keputusan ini dimaksudkan untuk memajukan dan membantu serta berkoordinasi dengan SI di daerah. Oleh karena itu kongres SI di Surabaya ini menjadikan tiga kota besar yaitu Surabaya, Yogyakarta dan Bandung, difungsikan sebagai pusat penggerak kesadaran nasional dan sebagai pembina SI di daerah-daerah dengan pengurus-pengurus besarnya terdiri dari: H.O.S Tjokroaminoto, dibantu oleh H. Agus Salim, Abdul Muis, W. Wondoamiseno, Sosrokardono, Soerjopranoto (Suryanegara, 2009: 380).

Dari keputusan kongres Surabaya tersebut muncul satu nama yang cukup berpengaruh dalam kepengurusan CSI, yaitu Abdul Muis. Abdul Muis merupakan wakil ketua CSI pada tahun 1916. Peran Abdul Muis dalam Pergerakan Nasional melalui SI merupakan salah satu hal yang menarik, karena ada beberapa gagasan yang dilahirkan oleh Abdul Muis yang pada selanjutnya menjadi berkembang dan penting dalam perjalanan sejarah Indonesia.

Abdul Muis dalam awal periode berkembangnya SI merupakan salah satu tokoh yang diperhitungkan. Menurut Suryanegara (2009:393) Abdul Muis dikatakan sebagai salah satu tokoh pembangkit gerakan kesadaran berpolitik nasional. Abdul Muis bersama H.O.S Cokroaminoto, H. Agus Salim dan


(12)

Wignjadisastra mempelopori sosialisasi istilah Nasional melalui Kongres Nasional CSI di Bandung pada tahun 1916 (Suryanegara,2009:393). Abdul Muis pada selanjutnya merupakan salah satu anggota Komite Indie Weerbar perwakilan dari SI. Di dalam Indie Weerbaar ini Abdul Muis mengemukakan pendapat-pendapat yang berhubungan untuk kemajuan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah mengenai didirikannya Dewan Rakyat (Volksraad). Abdul Muis berpendapat bahwa Indie Werbaar bukan sebatas pada diikut sertakannya pribumi dalam bagian pertahanan Hindia Belanda, tetapi juga menuntut perbaikan dari segi ekonomi dan pendidikan, oleh karena itu Abdul Muis merupakan salah satu anggota utusan yang menghadap Ratu Belanda untuk menyampaikan hal ini.

Karier Abdul Muis di dalam organisasi Sarekat Islam merupakan sesuatu yang penting. Terutama pada saat SI cabang Semarang di bawah kepemimpinan Semaun dan Darsono yang merupakan pelopor menggunakan senjata baru dalam perjuangan melawan imprealisme dengan teori ajaran Marxis. Masuknya ajaran Marx ke tubuh SI Semarang menimbulkan krisis dan pertentangan antara pendukung paham Islam dan paham Marx (Sagimun, et al, 1986: 27). Abdul Muis bersama H Agus Salim tokoh SI yang menentang keras pola perjuangan baru dalam tubuh SI ini yang dibawa oleh Semaun dan Darsono. Dari sinilah dikenal dengan istilah SI Putih, yang mewakili asas perjuangan Islam dalam tubuh SI dan

SI merah yang mewakili asas ajaran Marx sebagai bentuk perjuangan SI.

Pergerakan Nasional yang menjadikan seorang Abdul Muis menjadi seorang politikus mengalami perubahan haluan kisaran tahun 1928. Perubahan haluan tersebut tidak hanya terjadi disaat Abdul Muis sudah menjadi seorang politikus..


(13)

Dimulai dari menjadi seorang siswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) yang notabene adalah sekolah dokter, namun pada perjalanan selanjutnya Abdul Muis beralih pada dunia jurnalistik dan pada akhirnya berkecimpung di dunia politik, yang justru membuat namanya besar dibandingkan dengan latar belakang pendidikannya sebagai seorang siswa STOVIA. Perubahan tidak terjadi hanya sampai situ pada sosok Abdul Muis. Kiprahnya di bidang politik ternyata tidak mampu membuat keinginan adanya perubahan dalam dirinya -terlepas dari faktor yang membuat perubahan kiprah Abdul Muis- hilang begitu saja. Perubahan ke arah lain, yang dianggap sesuai dengan idealis pemikiran yang dimilikinya, Abdul Muis merubah poros kiprah perjuangannya dari politik praktis, menjadi sorang sastrawan.

Peran Sastra pada masa Pergerakan Nasional merupakan sesuatu yang memiliki arti pada perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Selain pada perkembangan Sastra Indonesia, kehidupan sosial masyarakat dengan adanya hasil karya sastra ini menjadi faktor pendorong beberapa perubahan. Salah satu badan pada masa Pergerakan Nasional pada bidang kesusastraan yang didirikan adalah Balai Pustaka. Dengan berdirinya Balai Pustaka ini menjadi salah satu hal yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Suhendar dan Supinah (1993:135) memandang peran Balai Pustaka pada masyarakat sebagaimana dikemukakannya:

“Kedudukan Balai Pustaka makin besar peranannya, walaupun memberikan pengekangan pada pengarang. Misalnya para pengarang diberi jalan untuk mengarang lebih baik, sehingga bakatnya terpupuk begitu pula masyarakat diberi kebebasan untuk menikmati buku-buku terbitannya, yang dampaknya masyarakat bertambah pengetahuannya”.


(14)

Pada awal pertumbuhan kesustraan Indonesia, profesi pengarang tidak dapat terlepas dari profesi wartawan, guru sebagai kaum terpelajar, tokoh-tokoh intelektual dan tokoh Pergerakan Nasional (Yudiono, 2007:6). Abdul Muis yang merupakan seorang tokoh pergerakan nasional serta seorang wartawan termasuk ke dalam perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional dan Abdul Muis merupakan sastrawan yang terkenal disebut Angkatan Balai Pustaka, ini karena beberapa karyanya diterbitkan Balai Pustaka semasa pergerakan nasional.

Dalam bidang sastra, Abdul Muis diketahui sebagai sastrawan yang terkenal dan juga wartawan yang memiliki reputasi cukup tinggi, menurut Sumardjo dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (2004):

“Karena sepak terjangnya dalam Pergerakan Nasional, romannya yang berjudul Salah Asuhan mengalami sensor ketat dan penulisan ulang ketika diterbitkan Balai Pustaka. Romannya dinilai mengandung unsur Nasionalisme yang kuat”.

Dari kutipan di atas Abdul Muis memiliki reputasi yang perlu diperhitungkan sejak awal menulis sebuah karya. Dimulai dari buah pikirannya, telah lahir buku roman Salah Asuhan (1928) yang sangat terkenal pada masanya (Ricklefs, 2008: 413). Selain Salah Asuhan, ada juga karya lainnya yaitu Surapati (1943) yang menceritakan bagaimana keras dan susah payahnya serta sepak terjang perjuangan Untung Surapati dalam melawan kompeni Belanda. Melalui sastra Abdul Muis menuangkan renungan serta hasil pikirannya mengenai apa yang terjadi pada masa itu.

Perkembangan sastra pada masa pergerakan merupakan sesuatu yang menjadi pelopor dari dunia kesustraan Indonesia modern. Abdul Muis merupakan salah satu tokoh yang menjadi sastrawan pada masa pergerakan yang turut


(15)

melahirkan karya sastra Indonesia modern. Abdul Muis sebagai sastrawan pada masa pergerakan memiliki peran penting. Sebagaimana dikemukakan oleh Rosidi (1968:28) ”Roman terpenting yang diterbitkan Balai Pustaka pada tahun

duapuluhan ialah Salah Asuhan (1928) buah tangan Abdul Muis (1886-1959).”.

Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa Abdul Muis menjadi sosok yang menghasilkan karya sastra penting dalam perkembangan sastra Indonesia.

Menurut Tosh dalam (Sjamsuddin,2007:118) sastra kreatif memberikan pemahaman kedalam lingkungan sosial dan intelektual dimana penulisnya hidup, dan seringkali memberikan gambaran yang hidup mengenai setting fisik. Dalam hal ini karya sastra sering kali menyampaikan pesan dari penulis melalui bahasa serta penulisan yang indah. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial disekitarnya, sehingga kebenaran dalam karya sastra ialah kebenaran yang dianggap ideal oleh pengarangnya, kebenaran yang lebih tinggi sehingga sudah sepantasnya berlaku (Noor, 2005: 12).

Dalam karya yang dihasilkan Abdul Muis, buah pikiran atau renungan atas gejala sosial yang ada di lingkungan penulis merupakan sesuatu yang dapat ditemukan. Salah satu contohnya di dalam novel karya Abdul Muis yang berjudul

Salah Asuhan. Dari alasan inilah pada penelitian ini penulis mencoba untuk

melihat bagaimana kiprah Abdul Muis dalam bidang sastra Indonesia, namun tidak hanya sebatas memaparkan apa saja hasil karyanya namun mencoba untuk menafsirkan hasil karya Abdul Muis tersebut menggunakan pendekatan teori sastra yang ada. Dalam penelitian ini penulis mencoba menggunakan metode


(16)

pendekatan sosiologi sastra sebagai acuan untuk menafsirkan hasil karya Abdul Muis, dari beberapa hasil karya Abdul Muis, penulis memfokuskan dua buah karya sastra Abdul Muis yaitu novel Salah Asuhan dan Surapati. Hasil karya sastra Abdul Muis berkembang pada masa Pergerakan Nasional, hal ini menarik untuk dikaji karena periode ini merupakan periode dimana perkembangan Sastra Indonesia dimulai dan memiliki sebuah gagasan atau pemikiran dari sastrawan yang ada menanggap keadaan yang sedang mereka hadapi pada saat itu.

Pemilihan Sosok Abdul Muis untuk dikaji memiliki beberapa alasan.

Pertama karena beliau merupakan sosok yang mempunyai peran dalam perjalanan

bangsa ini khususnya pada saat masa Pergerakan Nasional. Peranan Abdul Muis menjadi seorang politikus sampai dengan menjadi seorang sastrawan yang disegani memiliki sebuah kontribusi tersendiri, apabila dilihat dari perpindahan dari dunia politik dan sastra yang memilki arah pandang yang cukup berbeda dari kedua dunia tersebut. Kedua hasil karya Abdul Muis memiliki karakteristik tersendiri dan menjadi sebuah pengejawantahan dari keadaan bangsa yang sedang di alami Abdul Muis Sampai saat ini penulisan mengenai sosok Abdul Muis masih sedikit. Alasan-alasan di ataslah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian agar menghasilkan sebuah tulisan mengenai sosok Abdul Muis dan dapat menjadi sumbangan bagi penulisan biografi pahlawan nasional Indonesia. Dari pemaparan alasan tersebut penulis mengangkat judul yaitu : Dari Sarekat Islam sampai Salah Asuhan: Jejak Langkah Abdul Muis pada


(17)

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi masalah utama adalah

“Bagaimana peranan Abdul Muis pada masa pergerakan nasional 1928-1945?”, sedangkan untuk menjawab rumusan masalah tersebut dibatasi dalam beberapa pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana kiprah Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional 1913-1924?

2. Mengapa Abdul Muis lebih tertarik dalam bidang sastra pada Masa Pergerakan Nasional?

3. Bagaimana dampak hasil karya sastra Abdul Muis terhadap perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah yang telah dibahas pada poin sebelumnya, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:.

1. Memaparkan peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional dari tahun 1912-1928

2. Mendeskripsikan latar belakang dan faktor yang mempengaruhi beralihnya pandangan Abdul Muis dari seorang politikus menjadi seorang sastrawan di lihat dari situasi dan kondisi yang berhubungan dengan hal tersebut .

3. Menganalisis dampak hasil karya sastra Abdul Muis terhadap perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional dan menganalisis hasil karya Abdul Muis dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.


(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari pengajuan penelitian ini adalah

1. Menghasilkan karya tulis yang mendeskripsikan serta menganalisis kiprah Abdul Muis dalam bidang sastra Indonesia pada masa pergerakan nasional

2. Memperkaya penulisan mengenai Biografi seorang pahlawan nasional pada masa pergerakan nasional.

3. Menambah pengayaan materi dalam SK/KD pada kelas XI Bahasa Standar Kompetensi: Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa kolonial dan tumbuhnya pergerakan kebangsaan Indonesia, dengan Kompetensi Dasar Menganalisis proses kelahiran dan perkembangan nasionalisme Indonesia

1.5 Metode dan Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode sejarah. Dimana metode ini digunakan untuk mengetahui jawaban atas permasalahan yang telah ditentukan.. Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Kuntowijoyo (2005: 90) :

1. Pemilihan Topik.

2. Pengumpulan Sumber atau Heuristik 3. Verifikasi atau Kritik.


(19)

4. Penafsiran atau Interpretasi 5. Penulisan atau Historiografi

6. Dalam upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan skripsi, penulis melakukan teknik penelitian dengan menggunakan studi literatur, dan studi pustaka,arsip, dan sumber lainnya yang relevan. Teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dapat menunjang penelitian. Penjelasan lebih lanjut mengenai metode serta teknik yang digunakan dalam peneltian ini dijelaskan dalam bab tersendiri, yaitu di Bab 3.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah:

Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan mengenai proses yang melatar belakangi munculnya seorang Abdul Muis sebagai seorang sastrawan di Indonesia tahun 1928-1945 Untuk memperinci dan membatasi permasalah agar tidak melebar maka dicantumkan perumusan dan pembatasan masalah sehingga permasalah dapat dikaji dalam penulisan skripsi. Pada bagian akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi kerangka dan pedoman penulisan skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka, memaparkan mengenai sumber-sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan.


(20)

Dijelaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian terdahulu mengenai Abdul Muis dan perkembangan sastra pada masa pergerakan nasional

Bab III Metode Penelitian, merupakan bab yang isinya menerangkan mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalah yang sedang dikaji oleh penulis. Diantaranya heuristic yaitu proses pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Setelah heuristik dilakukan kritik yaitu proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dari langkah sebelumnya sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan otentik, lalu interpretasi yaitu penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring, dan tahap akhir yaitu historiografi yaitu penyajian penelitian dalam bentuk tulisan yang enak dibaca dan mudah dimengerti.

Bab IV Pembahasan, di dalamnya penulis akan mendeskripsikan mengenai peran Abdul Muis dalam bidang sastra pada masa Pergerakan Nasional. Dalam bab ini pembahasan dibagi ke dalam beberapa sub-bab yang pertama membahas mengenai kiprah Abdul Muis dalam Pergerakan Nasional dari tahun 1912-1924. Kedua, mendeskripsikan latar belakang dan faktor yang mempengaruhi beralihnya pandangan Abdul Muis dari seorang politikus menjadi seorang sastrawan Ketiga membahas mengenai dampak hasil karya Abdul Muis dalam perjuangan pada masa Pergerakan Nasional dan, analisis hasil karya Abdul Muis yaitu novel Salah

Asuhan dan Surapati dibantu dengan pendekatan sosiologi sastra.

Bab V Kesimpulan, merupakan bab terakhir yang berisikan beberapa kesimpulan sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan serta sebagai inti dari


(21)

pembahasan pada bab-bab sebekumnya dan menguraikan hasil-hasil temuan penulis tentang permasalahan yang dikaji pada penulisan skripsi ini. Serta rekomendasi apa yang bisa diterapkan dari hasil penelitian ini terhadap pengembangan materi ajar sejarah di sekolah sesuai dengan SK dan KD.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan membahas mengenai metode serta teknik penelitian yang digunakan untuk proses penyusunan skripsi ini. Metode yang digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah metode sejarah, sedangkan untuk teknik penelitian yang digunakan adalah teknik literatur. Metode sejarah mengandung pengertian proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gotschalk, 2008:39). Dalam penyusunan penelitian ini dituntut menemukan fakta, menilai dan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh secara sistematis dan objektif untuk disimpulkan dari objek yang ditulis.

Teknik literatur dilakukan dengan cara mencari buku atau bacaan yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, setelah itu dibaca dan dikaji untuk menjadi kumpulan fakta-fakta yang selanjutnya di interpretasi untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya.

Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007: 89):

1. Pemilihan Topik.

2. Pengumpulan Sumber atau Heuristik. Menurut Carrad dan Cf. Gee dalam Sjamsuddin (2007: 86). Heuristik yaitu sebuah kegiatan mencari sumber-sumber dalam mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah. Tahap pengumpulan sumber-sumber sejarah yang dianggap relevan


(23)

dengan topik yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber, buku-buku dan artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber penelitian sejarah terbagi menjadi tiga yaitu sumber benda, sumber tertulis dan sumber lisan. Topik yang penulis pilih berbentuk studi literatur sehingga sumber yang diambil merupakan sumber tertulis.

3. Verifikasi atau Kritik. Langkah kritik dilakukan menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber tersebut. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal (Sjamsuddin,2007:132). Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk mendapatkan kebenaran sumber.

4. Penafsiran atau Interpretasi yaitu memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama lainnya. Pada tahapan ini penulis mencoba menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian. Dimana penafsiran meliputi fakta yang ditemukan mengenai peran Abdul Muis sebagai politikus dan juga sastrawan

5. Penulisan atau Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah. Menurut Gotschalk (2008: 39) Historiografi merupakan rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Pada tahapan ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya dengan cara menysun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang


(24)

sederhana menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar. Dalam penulisan atau Historiografi ini peneliti berusaha mengajukan laporan penelitian yang berjudul Dari Sarekat Islam sampai Salah Asuhan: Jejak Langkah Abdul Muis pada Masa Pergerakan Nasional 1913-1928.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti membagi metode historis yang digunakan ke dalam tiga tahapan penelitian, yaitu persiapan penelelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian

Dalam proses penentuan dan pengajuan topik ini merupakan langkah yang harus pertamakali ditempuh oleh peneliti sebelum ketahapan penelitian yang lebih lanjut. Proses penentuan topik penelitian ini berawal pada saat awal perkuliahaan Seminar Penulisan Karya Ilmiah dimana perkuliahan ini mewajibkan para mahasiswanya memilih topik untuk dijadikan sebagai bahasan proposal penelitian yang menjadi syarat dalam perkuliahan ini. Dari awal perkuliahan peneliti tertarik untuk membahas seorang tokoh yang memilki peran yang besar dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, pilihan pertama peneliti adalah sosok Ir H Djuanda, namun setelah dikonsultasikan dengan dosen, ternyata pembahasan mengenai Djuanda telah ada, maka dari itu peneliti mencari sosok lain untuk dibahas dalam proposal tersebut. Setelah membaca salah satu buku yaitu autobiografi Mohammad Hatta, ada salah satu nama yang menjadi inspirasi Hatta untuk terjun kedalam pentas politik nasional pada masa Pergerakan Nasional, tokoh tersebut


(25)

adalah Abdul Muis. Tokoh tersebut juga sering terdengar oleh peneliti dari kecil, karena ternyata tokoh tersebut pernah tinggal disekitar rumah peneliti, oleh karena itu diputuskanlah untuk membahas sosok Abdul Muis dalam proposal dan berlanjut menjadi proposal penelitian skripsi dan akhirnya menjadi topik dalam skripsi.

Setelah yakin akan membahas mengenai sosok Abdul Muis, peneliti berkonsultasi dengan dosen Seminar Penulisan Karya Ilmiah Ibu Dra. Murdiyah Winarti M.Hum, selanjutnya peneliti mengajukan judul skripsi serta proposal kepada TPPS awal Januari 2012 dengan judul, Jejak Langkah Abdul Muis dalam

Dunia Politik dan Sastra di Indonesia 1913-1958. Adapun isi dari proposal

tersebut antara lain : Judul, Latar Belakang Masalah, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode dan Teknik Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan, Daftar Pustaka.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Setelah mendaftarkan judul serta proposal penelitian kepada TPPS dengan judul Jejak Langkah Abdul Muis dalam Dunia Politik dan Sastra di Indonesia

1913-1958, peneliti diizinkan untuk melakukan presentasi proposal tersebut di

dalam seminar Pra-rancangan Penelitian yang diadakan TPPS pada tangal 16 Maret 2012.

Dalam seminar tersbut peneliti mendapat calon pembimbing yaitu Bapak Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum sebagai calon pembimbing 1 dan Bapak Dr. Encep Supriatna, M.Pd sebagai pembimbing 2. Setelah mempresentasikan proposal yang berjudul Jejak Langkah Abdul Muis dalam Dunia Politik dan


(26)

Sastra di Indonesia 1913-1958, para calon pembimbing satu maupun dua kurang

menyetujui judul serta rumusan masalah yang telah dipresentasikan peneliti, karena bahasan yang diajukan oleh peneliti terlalu luas meliputi dua bidang politik dan sastra, serta dari rumusan masalah yang diajukan tertalu luas karena tampak seperti menyusun sebuah biografi dan hal itu merupakan sesuatu yang sukar bagai mahasiswa dengan kapasitas masih S-1. Calon pembimbing 1 menyarankan agar peneliti memilih satu bidang saja yaitu sastra, karena dapat berhubungan serta mengembangkan materi ajar sejarah di tingkat SMA yaitu kelas jurusan bahasa, dan pembimbing 2 juga menyetujui hal tersebut.

Setelah mendapat masukan dari para calon pembimbing maka peneliti memutuskan untuk memilih bidang sastra sebagai kajian untuk membahas Abdul Muis, dengan judul Jejak Langkah Abdul Muis dalam Bidang Sastra Indonesia

1928-1958. Setelah mengajukan revisi proposal dengan judul tersebut, kembali

peneliti mendapat masukan dari calon Pembimbing 1 untuk merubah redaksi judul tersebut menjadi Peran Abdul Muis dalam Bidang Sastra pada Masa

Pergerakan Nasional 1928-1945. Penetapan penulisan skripsi dikeluarkan

melalui Surat Keputusan (SK) TPPS nomor 007/TPPS/JPS/PEM/2012 dengan judul skripsi Peran Abdul Muis dalam Bidang Sastra pada Masa Pergerakan

Nasional 1928-1945 yang ditandatangani oleh Ketua Jurusan serta Ketua TPPS

dan menunjuk Bapak Wawan Darmawan. S.Pd, M.Hum dan Bapak Dr. Encep Supriatna, M.Pd sebagai pembimbing I dan II.


(27)

Proses ini merupakan salah satu yang penting bagi peneliti dalan penyusunan penelitian skripsi ini. Karena dalam proses inilah peneliti mendapat masukan yang menunjang untuk penelitian. Dari setiap hasi penyusunan penelitian yang telah dilakukan selanjutnya peneliti menyerahkan kepada pembimbing untuk diberikan bimbingan serta konsultasi dari hal yang ditulis peneliti.

Rekomendasi yang dihasilkan dalam proses bimbingan dan konsultasi tersebut menjadi masukan dalam memperbaiki hal-hal yang kurang dalam penyusunan peneltian ini. Beberapa hal yang menjadi masukan dalam proses bimbingan dan konsultasi ini antara lain adalah masalah redaksi judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, serta fokus penelitian akan diarahkan kemana dan tata cara penulisan.

Proses bimbingan secara intens mulai dilakukan bulam April 2012, dan bimbingan dilakukan secara berkelanjutan dan bertahap. Dari proses tersebut peneliti mendapat masukan yang sangat berarti bagi penyusunan penelitian ini hingga akhirnya dapat terbentuk sebuah laporan peneltian.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kaidah metodologi sejarah yang berlaku. Seperti yang dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007:89) dan juga terdapat dalam Kuntowijoyo (2005: 90) penetian sejarah meliputi, pemilihan topik, pengumpulan sumber (Heuristic), verifikasi data (kritik internal dan eksternal), interpretasi, serta penulisan atau historiografi. Setelah melakukan poin yang pertama yaitu pemilihan topik, dalam pelaksanaan


(28)

penelitian ini meliputi tiga hal yang dilakukan, yaitu Heuristic, Kritik sumber, dan juga Interpretasi. Sedangkan untuk penulisan atau Historiografi akan dibahas dalam tahapan selanjutnya yaitu tahapan laporan penelitian.

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristic)

Dalam tahapan heuristic ini peneliti mencoba mencoba mengumpulkan sumber yang berkaitan dengan penelitian. Sesuai dengan teknik peneltian yang dipilih oleh penelti yaitu teknik literatur maka sumber-sumber yang dikumpulkan berupa buku ataupun artikel yang berhubungan dengan penelitian. Pengumpulan sumber tersebut diperoleh dari berbagai tempat dan media, yaitu perpustakaan, media internet, dan jurnal. Pengumpulan sumber ini telah dilakukan sejak pra peneltian, dimana pada saat itu peneliti mencari tempat-tempat yang terdapat sumber lalu pada saat peneltian kembali ke tempat-tempat tersebut. Adapun tempat-tempat yang dijadikan sebagai tempat pencarian sumber antara lain :

a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ditempat ini peneliti menemukan sumber sumber yang berkenaan dengan Sejarah Pergerakan Nasional yang dimana di dalamnya terdapat peran Abdul Muis pada saat itu dan juga sumber mengenai perkembangan sastra. Sumber yang berhasil ditemukan di tempat ini kebanyakan berupa buku, diantaranya : Parakitri T. Simbolon (2007) Menjadi Indonesia, Deliar Noer (1990)

Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1945, Ajip Rosidi (1968) Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, Jacob Sumardjo (1979) Masyarakat dan Sastra Indonesia, Sagimun (1986) Perlawanan dan Pengasingan Pejuang


(29)

Pergerakan Nasional, Maman S. Mahayana (2007) Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Khusus untuk buku Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1945 karya Deliar Noer, dijadikan peneliti sebagai sumber sekunder yang

utama, karena dalam penyusunan karyanya Deliar Noer melakukan wawancara langsung dengan Abdul Muis.

b. Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Padjajaran, di tempat ini peneliti menemukan beberapa sumber yang dijadikan sebagai referensi tambahan untuk proses penyusunan penelitian. Beberapa buku yang didapatkan di tempat ini tidak berhubungan langsung dengan penelitian, namun di dalam sumber yang ditemukan terdapat peranan Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional, buku-buku tersebut diantaranya, Maman S. Mahayana (2001) Akar Melayu: Sistem Sastra & Konflik Ideologi di

Indonesia, Suhatno, et al (1995) Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan: Haji Agus Salim dan Muhammmad Husni Thamrin, Soegeng

Reksodohardjo (1992) Dr. Cipto Mangunkusumo, Tashadi, et al. (1993)

Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan: HOS Cokroaminoto,

Mohammad Hatta, IJ Kasimo.

Selain sumber yang terdapat di perpustakaan, peneliti juga mengumpulkan sumber dari internet. Kualifikasi pemilihan sumber dari internet peneleliti melakukannya dengan ketat setelah melakukan pencarian sumber yang relevan di internet terdapatlah beberapa sumber yang dipakai sebagai bahan peneltian, diantaranya adalah dari situs http://mahayana-mahadewa.com, terdapat artikel karya Maman S. Mahayana berjudul Tafsir Sejarah dalam Novel Salah Asuhan,


(30)

http://www.sunangunungdjati.com/blog terdapat karya Safaat Slamet dengan judul Abdul Muis dan Pers Pribumi selain dari pada sumber diatas ada beberapa sumber

yang terdapat dari internet.

Sumber sumber yang ditemukan di berbagai tempat tersebut dibantu juga oleh sumber-sumber yang dimiliki oleh peneliti pribadi diantaranya, A.K Pringgodigdo Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Ahmad Mansyur Surya Negara (2009) Api Sejarah, Soe Hoek Gie (1999) Di Bawah Lentear Merah, Mohammad Hatta (2011) Untuk Negeriku Bukittinggi-Rotterdam lewat Betawi :

Sebuah Otobiografi,Ruth McVey (2010) Kemunculan Komunisme di Indonesia

serta beberapa karya Abdul Muis diantaranya Salah Asuhan, dan Surapati.

3.2.2 Verifikasi (Kritik Sumber)

Setelah melakukan Heuristic atau pengumpulan sumber, langkah selajutnya peneliti melakukan proses yaitu verifikasi atau kritik sumber. Sebagaimana dijelaskan oleh Kuntowijoyo (2005: 90) tahapan dalam penelitian sejarah setelah melakukan pengumpulan sumber, maka dilakukanlah verifikasi atau kritik sumber. Menurut Kuntwijoyo Verifikasi terdapat dua macam, yaitu otensitas atau keaslian sumber atau kritik ekstern, dan kredibilitas atau kritik intern. Hal ini dijelaskan pula oleh Sjamsudin bahwa setelah sejarawan berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, langkah selanjutnya yaitu harus menyaringnya secara kritis. Langkah langkah inilah yang disebut kritik sumber, yang dilakukan terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber (Sjamsuddin, 2007:131).


(31)

3.2.2.1 Kritik Ekstern

Dari penjelasan diatas, proses kritik sumber terdapat dua langkah yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Kritik Ekstern bertujuan untuk melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Jadi kritik eksternal dapat disimpulkan untuk menetahui otensitas dari sumber yang telah ditemukan. Kritik ekstern lebih banyak dilakukan terhadap sumber pertama atau sumber primer, untuk menilai keaslian dokumen tersebut atau kesaksian yang sesuai dengan pada zamannya. sebagaimana dijelaskan oleh Sjamsuddin bahwa kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber pertama (Sjamsuddin, 2007:132)

Temuan sumber dalam proses penyusunan penelitian ini lebih banyak berupa sumber sekunder. Objek kajian yang memiliki rentang watu yang cukup jauh dengan waktu yang dilakukan pada saat peneltian, membuat peneliti kesulitan menemukan sumber primer. Selain itu objek kajian yang dilakukan peneliti juga masih sedikit dalam meninggalkan sumber sejarah yang sejaman. Karena sumber temuan peneliti berupa sumber sekunder, maka proses kritik ekstern dalam penelitian ini tidak dilakukan. Hal tersebut tidak terlepas dari proses kritik ekstern yang memverifikasi sumber dari segi fisik sumber pertama. Sesuai dengan penjelasan yang telah dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007) di atas, bahwa kritik ekstern lebih banyak digunakan untuk memverifikasi sumber pertama.


(32)

3.2.2.2 Kritik Intern

Setelah proses kritik eksternal dilakukan, sesuai dengan yang telah dijelaskan diatas, proses kritik sumber dilanjutkan dengan kritik intern. Sebagaimana terlihat dari istilahnya, krikitik intern lebih menekankan aspek

“dalam” yaitu isi dari sumber (Sjamsuddin, 2007:143). Dalam penelitian ini kritik

intern dilakukan dengan mengkaji banding satu sumber buku dengan sumber buku yang lain.

Kaji banding terhadap sumber yang berkontribusi terhadap penelitian, peneliti lakukan terhadap beberapa permasalahan. Diantaranya peneliti melakukan kaji banding terhadap dua sumber buku, yaitu buku karya Ruth McVey,

Kemunculan Komunisme di Indonesia (2010) dengan buku Sejarah Indonesia Modern karya M.C Ricklefs. Dari kedua buku ini peneliti mengkaji permasalah

peran Abdul Muis pada msa Pergerakan Nasional terutama mengenai perisitiwa yang melibatkan Abdul Muis di dalamnya, yaitu mengenai latar belakang dari peristiwa Toli-toli.

Peristiwa Toli-toli terjadi setelah Abdul Muis meninggalkan daerah tersebut pada Juni 1919. Kerusuhan yang terjadi akiba adanya masalah rodi membuat terbunuhnya kontrolir Belanda berna De Kat Angelino, akibat hal tersebut Abdul Muis dianggap bersalah karena telah membakar emosi massa. Dalam buku Ricklefs Sejarah Indonesia Modern, dijelaskan bahwa latar belakang terjadinya peristiwa tersebut tidak lain karena kehadiran sosok Abdul Muis yang melakukan pidato keliling terhadap rakyat mengenai masalah rodi (Ricklefs,


(33)

2008:375). Latar belakang ini pula yang dijelaskan dalam buku A.K Pringgodigdo (1977) Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia yang mengatakan keadaan yang terjadi di Sulawesi Tengah (Toli-Toli) terjadi karena propaganda yang telah dilakukan oleh Abdul Muis (Pringgodigdo, 1977:8).

Sebagai pembandingnya, dalam buku McVey (2010) Kemunculan

Komunisme di Indonesia, dalam buku ini dijelaskan bahwa latar belakang

terjadinya Peristiwa Toli-toli tersebut bukan hanya karena hadirnya Abdul Muis ke daerah tersebut, namun ada pemicu utama dari perstiwa tersebut yaitu adanya sentiment agama yang melatarbelakangi sehingga peristiwa ini menjadi besar hingga terbunuhnya kontrolir Belanda De Kat Angelino. Seperti yang dijelaskan McVey (2010:84) mengenai latar belakang peristiwa ini :

Muis, berdasarkan laporan pemerintah, telah mendesak menghapuskan kerja rodi tapi ia juga memperingatkan pengikutnya untuk memenuhi peraturan selama itu disetujui oleh pemerintah. Kesalahan terbesar De Kat Angelino nampaknya terjadi karena ia melukai sentiment kaum Muslim militant di Toli-toli, di mana hubungan antara penguasa tradisional dengan rakyatnya telah diperlemah oleh perselisihan mengenai penggantian kekuasaaan ke kekuasaan lokal dengan mengadakan kunjungan selama Bulan Ramadhan dan menolak menunda pelaksanaan kerja rodi yang tak terpenuhi hingga akhir bulan puasa.

Berdasarkan kaji banding buku di atas, terdapat persamaan, yaitu mengenai hadirnya Abdul Muis di Toli-toli untuk mengadakan pidato kepada rakyat di sana mengenai masalah rodi. Perbedaan terltas pada latar belakang pemicu dari peristiwa Toli-toli tersebut. Dalam Ricklefs dikatakan bahwa kedatangan Abdul Muis kesana untuk pidato pada rakyat adalah menjadi pemicu peristiwa tersebut, namun McVey menjelaskan bahwa dalam pidatonya Abdul Muis justru meredam emosi rakyat dan menyuruh mereka jangan berbuat anarkis,


(34)

McVey menjelaskan pemicu utama peristiwa ini adalah adanya sentiment Agama yang telah dilakukan oleh De Kat Angelino. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa dalam masalah ini terdapat satu kesimpulan bahwa Abdul Muis memang hadir ke Toli-toli untuk mengadakan pidato-pidato kepada rakyat, namun hal tersebut bukan menjadi pemicu satu-satunya terhadap peristiwa Toli-toli tersebut, namun masih ada pemicu lain yang lebih besar pengaruhnya yaitu sentiment Agama yang dilakukan oleh Belanda di bawah kontrolir De Kat Angelino.

Proses kritik dilakukan untuk menemukan pandangan objektif dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan,dengan begitu maka dapat dihasilkan karya yang bersifat ilmiah jauh dari unsur subjektivitas di dalamnya. Peneliti mengakui bahwa dari sumber-sumber yang ditemukan, masih banyak kekurangan, terutama dari penemuan sumber primer yang dapat dibilang tidak ada. Namun dari sumber-sumber yang ditemukan lalu melalui proses kritik, dapat membantu dalam menyusun peneletian ini.

3.2.3 Interpretasi

Tahapan ini merupakan proses penafsiran dari fakta-fakta yang ditemukan dalam sumber yang telah melalui proses kritik, baik itu secara ekstern maupun secara intern. Peneliti melakukan penafisran dari fakta-fakta yang telah ditemukan dan dikritik secara ektern dan intern, setelah itu maka dijelaskan melalui proses penafsiran atas sumber-sumber tersebut. Fakta-fakta yang ditemukan dan ditafsirkan menjadi pondasi dalam penyususnan penelitian skripsi ini.


(35)

Penafsiran yang dilakukan peneliti terutama untuk menjelaskan mengenai objek penelitian yaitu peran Abdul Muis pada bidang sastra pada masa Pergerakan Nasional. Sjamsuddin (2007:158) menjelaskan ada dua dorongan utama mengapa sejarawan menulis sejarah, yaitu keinginan mencipta ulang (re-create) dan menafsirkan (Interpret). Dalam penelitian ini peneliti mencoba menafsirkan peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional, terutama dalam bidang sastra, dan mencipta ulang, karena sumber-sumber yang digunakan terdapat kesamaan dengan peneliian-peneltian sebelumnya dengan objek yang sama.

Melalui proses pengumpulan fakta peneliti melakukan proses interpretasi untuk mengemukakan hal-hal yang menjadi objek kajian. Salah satu proses interpretasi yang dilakukan oleh penelti adalah sebagai berikut. Dari sumber yang ditemukan dan melalui proses kritik, peneliti menafsirkan beberapa hal yang menjadi faktor berpalingnya Abdul Muis dari bidang politik ke bidang sastra. salah satunya yaitu kekecewaan Abdul Muis terhadap Tjokroaminoto setelah dirinya mendapat hukuman dari Belanda. Sebagaimana diungkapkan oleh Noer (1996:429) :

“Hubungan Muis dan Tjokro terbatas dalam ranga Sarekat Islam saja, tidak sampai bersifat pribadi. Ia agak menyesali Tjokroaminoto karena setelah Muis dikenakan passenstelsel yang mewajibkan ia bila berpergian, terutama keluar jawa setelah tahun 1920 untuk mengambik pas jalan, Tjokro bagai menjauh dan kurang peduli. Setelah ia memperjuangkan hak tanah rakyat di Minang, ia diusr dari tanah kelahirannya sendiri dan tak boleh kembali untuk waktu lama. Minatnya terhadap SI akibatnya berkurang, sampai ia tak muncul-muncul lagi dalam pergolakan politik nasional.”

Dari proses interpretasi berdasarkan sumber di atas maka peneliti mendapat pandangan bahwa faktor berpalingnya Abdul Muis dari pentas politik


(36)

nasional pada masa Pergerakan Nasional, terdapat faktor emosional yng mempengaruhinya. Hal ini menyebabkan ada kekecewaan dari Abdul Muis kepada sosok Tjokroaminoto yang menjadi ketua dalam organisasi SI dimana Abdul Muis bernaung secara politik. Dari proses interpretasi ini peneliti dapat menyususn penelitian ini berdasarkan sumbersumber yang ada. Sumber-sumber yang ditemukan banyak membantu dalam proses interpretasi hingga dapat tersusun sebuah laporan penelitian.

3.2.3.1 Pendekatan

Dalam proses penafisran, peneliti menggunakan salah satu pendekatan dalam metodenya. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti bersifat interdisipliner, atau dari ranah ilmu lain. Pendekatan yang digunakan yaitu dari ilmu sastra yaitu pendekatan Sosiologi Sastra.

Pendekatan ini digunakan untuk menafsirkan dimensi sosial yang terdapat dalam novel Abdul Muis yaitu Salah Asuhan dan Surapati. Sebagaimana dikemukakan oleh Tosh dalam (Sjamsuddin,2007:118) sastra kreatif memberikan pemahaman ke dalam lingkungan sosial dan intelektual dimana penulisnya hidup, dan seringkali memberikan gambaran yang hidup mengenai setting fisik. Dalam penelitian ini pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui makna yang berada dalam teks mengenai lingkungan sosial yang berada disekitar Abdul Muis pada saat menulis karyanya.


(37)

3.3 Laporan Penelitian

Tahapan ini merupakan proses akhir dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Proses ini dalam kaidah metodologi sejarah bernama Historiografi. Penulisan atau Historiografi yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah. Menurut Gotschalk (2008: 39) Historiografi merupakan rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Pada tahapan ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang sederhana menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.

Penyusunan laporan penelitian ini, peneliti sajikan dengan beracuan pada pedoman karya ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia, serta menggunakan bahasa baku serta EYD dalam merangkai kalimatnya. Laporan peneltian ini terdiri dari lima bab dan daftar pustaka serta beberapa lampiran yang menunjang pada proses penelitian ini.

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah:

Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan mengenai proses yang melatar belakangi munculnya seorang Abdul Muis sebagai seorang sastrawan di Indonesia tahun 1928-1945 Untuk memperinci dan membatasi permasalah agar tidak melebar maka dicantumkan perumusan dan pembatasan masalah sehingga permasalah dapat dikaji dalam penulisan skripsi.


(38)

Pada bagian akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi kerangka dan pedoman penulisan skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka, memaparkan mengenai sumber-sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan. Dijelaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian terdahulu mengenai Abdul Muis dan perkembangan sastra pada masa pergerakan nasional

Bab III Metode Penelitian, merupakan bab yang isinya menerangkan mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalah yang sedang dikaji oleh penulis. Diantaranya heuristic yaitu proses pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Setelah heuristik dilakukan kritik yaitu proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dari langkah sebelumnya sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan otentik, lalu interpretasi yaitu penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring, dan tahap akhir yaitu historiografi yaitu penyajian penelitian dalam bentuk tulisan yang enak dibaca dan mudah dimengerti.

Bab IV Pembahasan, di dalamnya penulis akan mendeskripsikan mengenai peran Abdul Muis dalam bidang sastra pada masa Pergerakan Nasional. Dalam bab ini pembahasan dibagi ke dalam beberapa sub-bab yang pertama membahas mengenai kiprah Abdul Muis dalam Pergerakan Nasional dari tahun 1912-1928. Kedua, mendeskripsikan latar belakang dan faktor yang mempengaruhi beralihnya pandangan Abdul Muis dari seorang politikus menjadi seorang sastrawan Ketiga


(39)

membahas mengenai dampak hasil karya Abdul Muis dalam perjuangan pada masa Pergerakan Nasional dan, analisis hasil karya Abdul Muis yaitu novel Salah

Asuhan dan Surapati dibantu dengan pendekatan sosiologi sastra.

Bab V Kesimpulan, merupakan bab terakhir yang berisikan beberapa kesimpulan sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan serta sebagai inti dari pembahasan pada bab-bab sebekumnya dan menguraikan hasil-hasil temuan penulis tentang permasalahan yang dikaji pada penulisan skripsi ini. Serta rekomendasi apa yang bisa diterapkan dari hasil penelitian ini terhadap pengembangan materi ajar sejarah di sekolah sesuai dengan SK dan KD.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang menjadi kesimpulan atas penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap permasalahan penelitian tersebut meliputi, peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional, faktor berpindahnya Abdul Muis dari bidang politik ke bidang sastra, serta dampak hasil karya Abdul Muis terhadap perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional.

Peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional dimulai saat menjadi seorang politikus yang berkecimpung pada pentas politik nasional melalui wadah organisasi pergerakan yaitu Sarekat Islam (SI). Abdul Muis bergabung dengan SI pada tahun 1913 dalam SI cabang Bandung atas ajakan Tjokroaminoto. Sebelum bergabung dengan SI, Abdul Muis mempunyai latar belakang sebagai seorang jurnalis, dan sempat bekerja pada beberapa surat kabar seperti Preanger Bode,

Bintang Hindia, Kaum Muda, dan Neraca. Setelah aktif dalam karier sebagai

jurnalis Abdul Muis aktif dalam pentas politik nasional. Dalam kiprahnya di SI dapat di lihat beberapa peran Abdul Muis dalam masa Pergerakan Nasional, yaitu Abdul Muis lebih memilih kooperatif dengan Belanda, hal tersebut tidak terlepas dari kepentingan nasional yang selalu diutamakannya. Sikap kooperatif di pilih Abdul Muis, karena memiliki anggapan bahwa untuk menempuh jalur perang secara langsung, Bumiputera belum pada keadaan yang siap.


(41)

Pada tahun 1916 Abdul Muis tepilih sebagai wakil presiden dari CSI (Central Sarekat Islam). Pada tahun yang sama Abdul Muis ikut bagian dalam komite yang dibentuk Belanda yang bernama Komite Indie Weerbar dimana tugas dari komite ini adalah untuk menyampaikan secara langsung kepada Ratu Belanda mengenai keinginan yang hendak dicapai oleh para Bumiputera. Dengan bergabungnya Abdul Muis dalam komite ini, ia berhasil mendesak pemerintah Belanda untuk segera membentuk Dewan Rakyat (Voolksraad), dalam bidang pendidikan Abdul Muis berhasil menegosiasikan untuk didirikannya sekolah tinggi teknik di Hindia Belanda yang kemudian didirikan dengan nama

Technische Hogeschool (THS) di Bandung pada tahun 1920.

Abdul Muis terpilih sebagai anggota Volksraad pada tahun 1918, dengan haluan politik yang bersifat kooperatif, Abdul Muis melihat Volksraad sebagai lembaga resmi yang dapat dijadikan sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi mengenai kesejahteraan rakyat. Dengan Volksraad maka aspirasi tersebut dapat terdengar bahkan hingga ke negeri Belanda di mana terdapat orang-orang yang simpati terhadap perjuangan para Bumiputera, sehingga proses pergerakan Indonesia mencapai kemerdekaan akan semakin cepat. Namun Abdul Muis juga tidak memungkiri bahwa Volksraad juga belum maksimal dalam menjalankan tugasnya. Bergabungnya Abdul Muis sebagai seorang anggota SI ke dalam Volksraad mendapat penentangan dari pihak komunis yang terdapat dalam tubuh SI. Pertentangan Abdul Muis dengan pihak komunis ini, menjadi salah satu faktor pemecah dalam tubuh SI, sehingga SI yang memiliki massa cukup banyak menjadi terpecah dalam mencapai tujuan pergerakan. Selain itu dengan adanya


(42)

pengaruh komunis dalam SI ini maka Abdul Muis mengusulkan adanya disiplin partai yang mengatur kerangkapan anggota. Hal ini menandai bahwa SI sudah masuk ke dalam struktrur organisasi modern pada masa Pergerakan Nasional, dan Abdul Muis ikut berperan di dalamnya. Secara tidak langsung hal ini mempengaruhi jalannya Peregerakan Nasional, dengan semakin banyaknya pemogokan-pemogokan yang dipengaruhi pihak komunis, sehingga pemerintah Belanda lebih bersikap represif terhadap pergerakan yang dilakukan oleh para Bumiputera.

Selanjutnya Abdul Muis lebih memilih dalam bidang sastra pada masa Pergerakan Nasional. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berhentinya Abdul Muis dari bidang politik dan lebih memilih pada bidang sastra. Faktor yang

pertama adalah adanya peristiwa pemogokan organisasi Persatuan Pegawai

Pegadaian Bumiputera (PPPB) pada tahun 1922. Dampak dari pemogokan ini adalah Abdul Muis ditangkap oleh Belanda karena dianggap bertanggung jawab terhadap peristiwa ini. Abdul Muis yang pada saat itu menjabat sebagai pelaksana tugas ketua, karena ketua PPPB pada saat itu Tjokroaminoto sedang menghadapi proses peradilan. Setelah keluar dari proses penangkapan akibat peristiwa ini, Abdul Muis dikeluarkan dari kepengurusan PPPB. Dia dianggap gagal dalam mempersatukan organisasi PPPB sehingga terpecah dan juga dianggap tidak mampu mencegah terjadinya peristiwa pemogokan yang dilakukan oleh anggota PPPB. Anggapan kegagalan tersebut tidak hanya muncul dari para anggota namun juga dari Tjokroaminoto, yang digantikan tugasnya sebagai ketua selama ia di


(43)

peradilan. Hal ini menyebabkan Abdul Muis kecewa dan akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pentas perpolitikan nasional.

Faktor yang kedua adalah adanya pengusiran dari daerah asal Abdul Muis yaitu Sumatera Barat. Pengusiran ini terjadi karena kedatangan Abdul Muis ke Padang pada tahun 1923, membuat Pemerintah Belanda khawatir terjadi peristiwa serupa seperti yang terjadi di Toli-toli, di mana kehadiran Abdul Muis di sana dapat memicu kesadaran rakyat akan kebijakan pemerintah. Kehadiran di Padang tersebut juga berpengaruh terhadap tidak terpilihnya Abdul Muis menjadi pengurus pusat CSI karena tidak hadir pada saat pemilihan pada tahun 1923. Hal ini membuat Abdul Muis kehilangan wadah organisasi yang dijadikan sebagai tempat berkiprah dalam pentas poltik nasional, hal tersebut membuat Abdul Muis berpindah haluan dari bidang politik menjadi seorang sastrawan. Pengusiran dari Sumatera Barat juga berdampak secara emosional, dimana Abdul Muis yang seorang putera daerah Sumatera Barat tidak boleh lagi ke tempat dia berasal, sehingga berpengaruh juga terhadap beralihnya Abdul Muis dari bidang politik ke bidang sastra.

Faktor yang ketiga adalah adanya kekecewaan terhadap sosok Tjokroaminoto. Pertentangan Abdul Muis dengan Tjokroaminoto meliputi pertama yaitu sikap keduanya dalam menyikapi pihak komunis yang masuk ke dalam tubuh SI. Abdul Muis lebih memilih bertentangan dengan pihak komunis, karena dianggap dapat menghancurkan tubuh SI, sedangkan Tjokroaminoto bersikap lebih tidak mempermasalahkan hal tersebut, dan lebih memilih untuk mengurus masalah kepemimpinannya dan masalah persatuan. Pertentangan


(44)

diantara keduanya terus berlanjut yaitu mengenai peristiwa pemogokan PPPB, Tjokroaminoto mengambil sikap menyalahkan Abdul Muis atas terjadinya peristiwa tersebut. Hal ini membuat Abdul Muis merasa kecewa terhadap sosok Tjokroaminoto. Selanjutnya kekecewaan Abdul Muis terhadap Tjokroaminoto yaitu karena sikap Tjokroaminoto yang tidak bereaksi atas di keluarkannya peraturan Passenstelsel terhadap Abdul Muis. Hubungan Abdul Muis yang

‘renggang’ dengan Tjokroaminoto menjadi salah satu faktor berhentinya Abdul Muis dari bidang politik dan lebih memilih bidang sastra.

Faktor keempat beralihnya Abdul Muis dari bidang politik dan memilih bidang sastra adalah latar belakang Abdul Muis sebagai seorang jurnalis. Latar belakang sebagai jurnalis menjadi salah satu faktor Abdul Muis memilih bidang sastra setelah berhenti dari bidang politik karena pada masa Pergerakan Nasional, sastrawan lebih banyak berasal dari seorang guru dan jurnalis. Selain itu profesi sebagai sastrawan pada masa itu menjanjikan kemapanan secara ekonomi, sehingga dari sini dapat juga disimpulkan bahwa salah satu faktor Abdul Muis memilih bidang sastra setelah berhenti dari bidang politik karena faktor ekonomi.

Dampak hasil karya sastra Abdul Muis terhadap perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional, meliputi beberapa hal. Pertama yaitu penggunaan bahasa Indonesia dalam karya Abdul Muis membawa dampak pada berkembangnya sastra Indonesia Modern pada masa itu. Karena sebelum perkembangan sastra Indonesia modern pada masa Pergerakan Nasional, bahasa yang digunakan dalam karya sastra lebih banyak berbahasa lokal, sehingga perkembangannya disebut dengan sastra Nusantara. Penggunaan Bahasa


(45)

Indonesia dalam karya Abdul Muis mempengaruhi perkembangan karya sastra yang menggunakan bahasa Indonesia menjadi lebih banyak dan menjadi dasar berkembangnya periode perkembangan sastra selanjutnya yaitu periode Pujangga

Baru.

Selanjutnya dampak yang dihasilkan dari karya Abdul Muis terhadap perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional yaitu tema yang diambil Abdul Muis dalam karyanya tidak lagi mengangkat mengenai masalah sosial yang terjadi dalam satu budaya saja, misalnya mengenai kawin paksa, dan masalah dalam lingkungan adat lainya. Namun Abdul Muis mengangkat mengenai realitas sosial yang terjadi karena adanya interaksi antara budaya lokal (pribumi) dengan Barat (Belanda) dan di dalam karyanya Abdul Muis memasukan pengalaman pribadinya saat berinteraksi denga kebudayaan Barat tersebut. Selain itu Abdul Muis juga mengangkat mengenai kehidupan seorang pahlawan yang melawan Belanda jauh sebelum masa Pergerakan Nasional, hal ini memberikan gambaran perjuangan yang harus diambil oleh para Bumiputera pada masa Pergerakan Nasional. Dari tema yang diambil tersebut berdampak pada perkembangan karya-karya sastra selanjutnya pada masa Pergerakan Nasional, dimana karya-karya yang dihasilkan lebih banyak mengangkat realitas sosial dengan interaksi antara satu budaya dengan budaya yang lainnya.

Dampak dari hasil karya Abdul Muis tidak hanya pada perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional, tapi juga terhadap perkembangan politik pada masa itu. Salah satu karya Abdul Muis yang muncul pada tahun 1928 yaitu


(46)

perkembangan Pergerakan Nasional, yaitu Sumpah Pemuda. Novel Salah Asuhan yang berisikan pesan mengenai mentalitas serta identitas sebagai orang Indonesia yang harus dimiliki oleh para Bumiputera. Mentalitas dan indentitas yang terdapat dalam novel Abdul Muis tersebut memberikan pengaruh terhadap sikap para Bumiputera dalam menanggapi hal tersebut, maka terwujud dalam hasil keputusan sumpah pemuda mengenai tiga hal yaitu tanah air, kebangsaan serta bahasa Indonesia.

5.2 Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa rekomendasi untuk tujuan mengembangkan materi ajar sejarah di sekolah. Tema yang peneliti ambil berhubungan dengan materi sejarah kelas XI baik jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Pembahasan mengenai peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional dapat mengembangkan materi pada kelas IPA dan IPS. Karena dari hasil penelitian yang peneliti dapat, ada beberapa hal yang dapat dikembangkan dalam materi, yaitu mengenai peran Abdul Muis pada masa Pergerakan Nasional. Terutama mengenai sikap dan pola perjuangan Abdul Muis berpengaruh pada Pergerakan Nasional. Jadi para siswa tidak hanya mengenal tokoh-tokoh Pergerakan Nasional yang selama ini banyak dibahas, seperti Tjokroaminoto, Agus Salim, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara, tapi siswa juga diperkenalkan bahwa ada sosok bernama Abdul Muis yang mempunyai pengaruh seperti tokoh-tokoh di atas. Selain itu nilai yang terkandung dari apa yang dilakukan Abdul Muis dapat dijadikan contoh oleh para siswa. Seperti upaya Abdul Muis menghindari perang,


(47)

berjuang dengan tulisan, dan sikap berani berbicara dalam membela kepentingan rakyat.

Pada pembahasan mengenai dampak karya Abdul Muis terhadap perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional, hal ini dapat dikembangkan dalam materi sejarah kelas XI jurusan Bahasa. Dimana pembahasan ini dapat menguraikan bagaimana karya seorang sastrawan yang berawal sebagai seorang politikus lalu berubah haluan menjadi seorang sastrawan yang membuat karya berupa novel di mana di dalamnya terdapat sebuah realitas sosial, dan hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

Azmi. (1982). Abdul Muis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Cahyono. (2003). Perburuhan dari Masa ke Masa: Jaman Kolonial Hindia

Belanda sampai Orde Baru (Indonesia-1998), dalam H.D Oey (Eds)

Gerakan Serikat Buruh: Jaman Kolonial Hindia Belanda Hingga Orde Baru. Jakarta: Hasta Mitra

Damono, D. S. (1979). Novel Sastra Indonesia sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Damono, D. S. (1978). Ringkasan Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Proyek

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.

Jakarta: Depdikbud.

Emdeman. (1986). Dr Cipto Mangunkusumo: Pahlawan Pergerakan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: P.T Delta Pamungkas.

Esten, M. (1984). Sastra Indonesia dan Tradisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa

Foulcher, K. (2010). “Biografi, Sejarah dan Novel Indonesia: Membaca Salah

Asuhan”. Jurnal Terjemahan Alam & Tamadun Melayu. 2, (1), 29-48

Gie, H. S. (1999). Di Bawah Lentera Merah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.


(49)

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Hatta, M. (2011). Untuk Negeriku Bukittinggi-Rotterdam lewat Betawi : Sebuah

Otobiografi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Kuntowijoyo. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: PT Bentang Pustaka.

Mahayana, S. M. (2001). Akar Melayu: Sistem Sastra & Konflik Ideologi di

Indonesia & Malaysia. Jakarta: Yayasan Indonesiatera.

Mahayana, S. M. (2007). Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Mahayana, S. M. (2001). Akar Melayu: Sistem Sastra & Konflik Ideologi di

Indonesia & Malaysia. Jakarta: Yayasan Indonesiatera.

McVey, R. (2010) Kemunculan Komunisme di Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu

Muis, A. (1933). Pertemuan Jodoh. Jakarta: Balai Pustaka.

Muis, A. (2000). Salah Asuhan. Jakarta: Balai Pustaka.

Muis, A. (2001). Robert Anak Surapati. Jakarta: Balai Pustaka

Muis, A. (2001). Surapati. Jakarta: Balai Pustaka

Muljana, S. (2008). Kesadaran Nasional: dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan, Jilid 1. Yogyakarta: LKIS.

Nasruddin, A. dan Tjakrawerdaja, D. (2008). Dokter Pejuang & Pelopor


(50)

Noer, D (1982). Gerakan modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Noer, D. (1996). Aku Bagian Ummat, Aku Bagian Bangsa. Bandung: Penerbit Mizan.

Noor, R. (2005). Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo.

Notosusanto, N, dan Poesponegoro, Djuned, M. (1993). Sejarah Nasional

Indonesia V . Jakarta: Balai Pustaka.

Pringgodigdo, A.K. (1977). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Ricklefs, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Rosidi, A. (1982). Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Bina Cipta.

Sagimun. Et al. (1986). Perlawanan dan Pengasingan Pejuang Pergerakan

Nasional. Jakarta: Yayasan Idayu.

Samekto. (1976). Ikhtisar Sejarah Kesusastraan Inggris. Jakarta: Gramedia.

Setiono, G, B. (2002). Tionghoa dalam Pusaran Politik. Jakarta: Transmedia

Simbolon, P.T. (2007). Menjadi Indonesia. Jakarta : PT. Kompas Media. Nusantara.

Sjamsuddin,H. (2007). Metodologi Sejarah.Yogyakarta: Ombak.


(51)

Suhendar, dan Supinah, P. (1993). Pendekatan Teori Sejarah dan Apresiasi Sastra

Indonesia. Bandung: Pionir Jaya.

Sumardjo, J dan Sauni, K.M. (1988). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia.

Sumardjo, J. (1979). Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: C.V Nur Cahya.

Suryanegara, M.A. (2009). Api Sejarah. Bandung: Salamadani.

Swantoro, P. (2002). Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Tashadi, et al (1993). Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan: HOS

Cokroaminoto, Mohammad Hatta, IJ Kasimo. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Usman, Z. (1964). Kesusastraan Baru Indonesia,dari Abdullah bin Abdul Kadir

Munsji sampai Chairil Anwar. Jakarta: Gunung Agung.

Wellek, R dan Warren, A. (1989). Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Wilson, S.K (2010). Kisah Singkat Abdoel Moeis (1883-1959). Bandung

Vlekke, B. (2008). Nusantara, Sejarah Indonesia. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).


(52)

Sumber Internet:

Mahayana, S Maman. (2008). Tafsir Sejarah dalam Novel Salah Asuhan. [Online]. Tersedia: http://mahayana-mahadewa.com/2008/11/27/tafsir-sejarah-dalam-novel-salah-asuhan/ [1 Nopember 2011]

Murni, Sri Pangestri Dewi. (2005). Pergerakan Nasional Indonesia. Jurusan Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. [Online]. Tersedia: http://library.usu.ac.id/download/fs/sejarah-sri%20pangestu.pdf[10

Oktober 2011]

Slamet, S. (2009). Abdul Muis dan Pers Pribumi. [Online] Tersedia: http://www.sunangunungdjati.com/blog/?p=7041#comment-6646 [1 Nopember 2011].

Lubis, N (2010). Siapakah Penggagas Berdirinya Itb?. [Online] Tersedia: http://groups.yahoo.com/group/itb75-res/message/41294 [1 Nopember 2011]

Sudarno (2006). Kerja Magang: Dari Juru tulis Sampai Bupati di Hindia Belanda

Menjelang Abad XX. [Online] Tersedia:

www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/sudarno_ma_drs.pdf [29 Agustus 2012


(1)

140

Cipta Sukma Sajati, 2013

Dari Sarekat Islam sampai Salah Asuhan” Jejak Langkah Abdul Muis pada Masa Pergerakan Nasional 1912-1928

berjuang dengan tulisan, dan sikap berani berbicara dalam membela kepentingan rakyat.

Pada pembahasan mengenai dampak karya Abdul Muis terhadap perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional, hal ini dapat dikembangkan dalam materi sejarah kelas XI jurusan Bahasa. Dimana pembahasan ini dapat menguraikan bagaimana karya seorang sastrawan yang berawal sebagai seorang politikus lalu berubah haluan menjadi seorang sastrawan yang membuat karya berupa novel di mana di dalamnya terdapat sebuah realitas sosial, dan hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan sastra pada masa Pergerakan Nasional.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

Azmi. (1982). Abdul Muis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Cahyono. (2003). Perburuhan dari Masa ke Masa: Jaman Kolonial Hindia Belanda sampai Orde Baru (Indonesia-1998), dalam H.D Oey (Eds) Gerakan Serikat Buruh: Jaman Kolonial Hindia Belanda Hingga Orde Baru. Jakarta: Hasta Mitra

Damono, D. S. (1979). Novel Sastra Indonesia sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Damono, D. S. (1978). Ringkasan Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Proyek Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Jakarta: Depdikbud.

Emdeman. (1986). Dr Cipto Mangunkusumo: Pahlawan Pergerakan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: P.T Delta Pamungkas.

Esten, M. (1984). Sastra Indonesia dan Tradisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa

Foulcher, K. (2010). “Biografi, Sejarah dan Novel Indonesia: Membaca Salah Asuhan”. Jurnal Terjemahan Alam & Tamadun Melayu. 2, (1), 29-48

Gie, H. S. (1999). Di Bawah Lentera Merah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.


(3)

142

Cipta Sukma Sajati, 2013

Dari Sarekat Islam sampai Salah Asuhan” Jejak Langkah Abdul Muis pada Masa Pergerakan

Nasional 1912-1928

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Hatta, M. (2011). Untuk Negeriku Bukittinggi-Rotterdam lewat Betawi : Sebuah Otobiografi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Kuntowijoyo. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: PT Bentang Pustaka.

Mahayana, S. M. (2001). Akar Melayu: Sistem Sastra & Konflik Ideologi di Indonesia & Malaysia. Jakarta: Yayasan Indonesiatera.

Mahayana, S. M. (2007). Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Mahayana, S. M. (2001). Akar Melayu: Sistem Sastra & Konflik Ideologi di Indonesia & Malaysia. Jakarta: Yayasan Indonesiatera.

McVey, R. (2010) Kemunculan Komunisme di Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu

Muis, A. (1933). Pertemuan Jodoh. Jakarta: Balai Pustaka.

Muis, A. (2000). Salah Asuhan. Jakarta: Balai Pustaka.

Muis, A. (2001). Robert Anak Surapati. Jakarta: Balai Pustaka

Muis, A. (2001). Surapati. Jakarta: Balai Pustaka

Muljana, S. (2008). Kesadaran Nasional: dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan, Jilid 1. Yogyakarta: LKIS.

Nasruddin, A. dan Tjakrawerdaja, D. (2008). Dokter Pejuang & Pelopor Kebangkitan Nasional. Yogyakarta: LKIS.


(4)

Noer, D (1982). Gerakan modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Noer, D. (1996). Aku Bagian Ummat, Aku Bagian Bangsa. Bandung: Penerbit Mizan.

Noor, R. (2005). Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo.

Notosusanto, N, dan Poesponegoro, Djuned, M. (1993). Sejarah Nasional Indonesia V . Jakarta: Balai Pustaka.

Pringgodigdo, A.K. (1977). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Ricklefs, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Rosidi, A. (1982). Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Bina Cipta.

Sagimun. Et al. (1986). Perlawanan dan Pengasingan Pejuang Pergerakan Nasional. Jakarta: Yayasan Idayu.

Samekto. (1976). Ikhtisar Sejarah Kesusastraan Inggris. Jakarta: Gramedia.

Setiono, G, B. (2002). Tionghoa dalam Pusaran Politik. Jakarta: Transmedia

Simbolon, P.T. (2007). Menjadi Indonesia. Jakarta : PT. Kompas Media. Nusantara.

Sjamsuddin,H. (2007). Metodologi Sejarah.Yogyakarta: Ombak.


(5)

144

Cipta Sukma Sajati, 2013

Dari Sarekat Islam sampai Salah Asuhan” Jejak Langkah Abdul Muis pada Masa Pergerakan

Nasional 1912-1928

Suhendar, dan Supinah, P. (1993). Pendekatan Teori Sejarah dan Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Pionir Jaya.

Sumardjo, J dan Sauni, K.M. (1988). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia.

Sumardjo, J. (1979). Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: C.V Nur Cahya.

Suryanegara, M.A. (2009). Api Sejarah. Bandung: Salamadani.

Swantoro, P. (2002). Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Tashadi, et al (1993). Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan: HOS Cokroaminoto, Mohammad Hatta, IJ Kasimo. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Usman, Z. (1964). Kesusastraan Baru Indonesia,dari Abdullah bin Abdul Kadir Munsji sampai Chairil Anwar. Jakarta: Gunung Agung.

Wellek, R dan Warren, A. (1989). Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Wilson, S.K (2010). Kisah Singkat Abdoel Moeis (1883-1959). Bandung

Vlekke, B. (2008). Nusantara, Sejarah Indonesia. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).


(6)

Sumber Internet:

Mahayana, S Maman. (2008). Tafsir Sejarah dalam Novel Salah Asuhan. [Online]. Tersedia: http://mahayana-mahadewa.com/2008/11/27/tafsir-sejarah-dalam-novel-salah-asuhan/ [1 Nopember 2011]

Murni, Sri Pangestri Dewi. (2005). Pergerakan Nasional Indonesia. Jurusan Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. [Online]. Tersedia: http://library.usu.ac.id/download/fs/sejarah-sri%20pangestu.pdf[10

Oktober 2011]

Slamet, S. (2009). Abdul Muis dan Pers Pribumi. [Online] Tersedia: http://www.sunangunungdjati.com/blog/?p=7041#comment-6646 [1 Nopember 2011].

Lubis, N (2010). Siapakah Penggagas Berdirinya Itb?. [Online] Tersedia: http://groups.yahoo.com/group/itb75-res/message/41294 [1 Nopember 2011]

Sudarno (2006). Kerja Magang: Dari Juru tulis Sampai Bupati di Hindia Belanda

Menjelang Abad XX. [Online] Tersedia:

www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/sudarno_ma_drs.pdf [29 Agustus 2012