Anggaran Dasar (AD) ABDSI

ANGGARAN DASAR ASOSIASI BDS INDONESIA ABDSI MUKADIMAH

  Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) adalah bagian terbesar pelaku ekonomi riil yang memberikan penghidupan sebagian besar bangsa Indonesia. Namun selama ini memiliki berbagai persoalan dalam kinerja untuk menyumbang kelajuan perekonomian nasional secara agregat, dan kelambanan untuk mensejahterakan pelakunya sendiri secara internal.

  Konstitusi kita tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 telah mengamanatkan bahwa perekonomian bangsa senantiasa diletakkan pada partisipasi rakyat yang sekaligus memberikan kemaslahatan sebesar-besarnya bagi kehidupan masyarakat luas. Berbagai upaya pengembangan KUMKM secara formal terprogram dan sistematis bahkan dalam bentuk gerakan telah dilakukan oleh pemerintah seiring dengan berjalannya pembangunan. Namun selama itu juga belum menunjukkan keberhasilan yang cukup berarti.

  Orientasi penumbuhan ke depan mempunyai berbagai implikasi yang sangat berat di antaranya adalah, faktor globalisasi pasar dan penumbuhan daya saing internal serta sistem ketahanan ekonomi yang menjadi penggerak yang harus diindahkan. Pengembangan KUMKM diletakkan pada kaidah pasar berdasarkan kepada keberdayaan mereka disertai dengan sistematika fasilitasi pengembangan dan advokasi berkelanjutan.

  Peran fasilitasi diletakkan pada pasar layanan jasa yang diperankan oleh lembaga penyedia

  

layanan pengembangan bisnis (LPB) atau business development services (BDS) sebagai institusi yang

  telah memberikan jasa pengembangan bisnis hampir 2 (dua) dekade untuk mengembangkan KUMKM di Indonesia. Jasa yang dilakukan oleh konsultan bisnis profesional ini pun merupakan jenis karir yang menantang dan menggairahkan saat ini.

  Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta didorong oleh keinginan luhur, para pelaku layanan pengembangan bisnis KUMKM yang tergabung dalam Asosiasi BDS Indonesia menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Asosiasi BDS Indonesia dan telah ditetapkan sejak Munas ABDSI Pertama di Jakarta pada tanggal 29 Mei 2002 hingga disempurnakan dalam Munas ABDSI IV di Jakarta pada tanggal 12 Desember 2014.

  Suatu kebanggaan ketika BDS-P yang juga disebut sebagai LP-LPB telah diundangkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, sebagai sebuah pengakuan atas kinerja Konsultan BDS dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya mendampingi dan menguatkan Koperasi dan UMKM di Indonesia selama ini. Dan semakin dikuatkan dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 02/Per/M.KUMKM/I/2008 Tentang Pedoman Pemberdayaan Business Development Services-Provider (BDS-P) untuk Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (KUMKM).

  Seiring berjalannya waktu, berbagai perubahan baik internal maupun eksternal telah terjadi. Guna menyesuaikan dengan tuntutan perubahan tersebut dan mengantisipasi berbagai hal yang akan terjadi di masa mendatang, maka dipandang perlu untuk melakukan beberapa penyesuaian terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Asosiasi BDS Indonesia. Maka Peserta Munas IV ABDSI di Jakarta tanggal 11-12 Desember 2014 melakukan beberapa penyempurnaan atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Asosiasi BDS Indonesia hasil Munas III ABDSI di Solo tanggal 26-27 Oktober 2009, dengan menyepakati perubahan tersusun sebagai berikut:

  BAB I Pasal 1 Dalam Anggaran Dasar ini yang dimaksud dengan:

  (1) Asosiasi Business Development Services Indonesia disingkat ABDSI adalah wadah bagi pelaku layanan pengembangan bisnis kepada Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (disingkat dan selanjutnya disebut KUMKM) di Indonesia. (2) Business Development Services - Provider disingkat BDS-P adalah Lembaga Penyedia - Layanan

  Pengembangan Bisnis (LP-LPB) yang didefinisikan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM, baik yang secara khusus melayani KUMKM di sentra maupun secara umum yang membutuhkan layanan pengembangan bisnis. (3) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah jenis usaha yang didefinisikan sesuai dengan Undang- Undang Nomor: 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. (4) Koperasi yang dimaksudkan adalah sesuai dengan definisi dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian Indonesia. (5) Sentra adalah kawasan terpadu tempat aktivitas produksi KUMKM beserta infra dan supra struktur pendukungnya.

  

BAB II

NAMA, SEBUTAN, KEDUDUKAN, DAERAH KERJA DAN WAKTU

Pasal 2

Nama Organisasi ini bernama Asosiasi BDS Indonesia yang dalam bahasa Inggris dinyatakan lengkap dengan Association of Business Development Services Indonesia, disingkat dan selanjutnya disebut ABDSI.

Pasal 3

Sebutan

  (1) Kepengurusan di tingkat nasional disebut Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Business Development Services Indonesia disingkat dan selanjutnya disebut DPN ABDSI. (2) Kepengurusan di tingkat provinsi disebut Koordinator Wilayah Asosiasi Business Development

  Services Indonesia disingkat dan selanjutnya disebut KORWIL ABDSI dan diikuti nama provinsi masing-masing. (3) Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota disebut Koordinator Daerah Asosiasi Business Development

  Services Indonesia disingkat dan selanjutnya disebut KORDA ABDSI dengan diikuti nama kabupaten/kota dan provinsi masing-masing

  

Pasal 4

Kedudukan (1) DPN ABDSI berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia.

  (2) KORWIL ABDSI berkedudukan ibu kota provinsi dan atau di ibukota kabupaten/kota tertentu sesuai dengan kesepakatan. (3) KORDA ABDSI berkedudukan di ibukota Kabupaten/kota yang bersangkutan.

  

Pasal 5

Daerah Kerja (1) Daerah kerja DPN ABDSI meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

  

Pasal 6

Waktu

  diperluas pada tanggal 18-19 Mei 2002 di Surakarta dan Musyawarah Nasional (selanjutnya disebut Munas) Pertama di Jakarta, didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan.

  

BAB III

ASAS, LANDASAN, TUJUAN DAN FUNGSI

Pasal 7

Asas ABDSI berasaskan profesionalisme, amanah, kejujuran, keadilan, kesetaraan, kebersamaan, transparan, bertanggunggugat dan kerakyatan.

Pasal 8

Landasan ABDSI berlandaskan:

  (1) Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Indonesia dan Undang-Undang

  Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM sebagai landasan struktural (3) Keputusan Munas ABDSI sebagai landasan operasional

  

Pasal 9

Tujuan Tujuan ABDSI: Mewujudkan BDSP profesional yang mampu memajukan KUMKM Indonesia sehingga

  tercapai kesejahteraan pelaku KUMKM dan perbaikan struktur perekonomian nasional

  (1) Sebagai wahana komunikasi, informasi, representasi, konsultasi, fasilitasi, kemitraan, peningkatan kapasitas dan advokasi antar BDSP, KUMKM dan pemangku kepentingan lainnya yang sehaluan dengan ABDSI

  (2) Sebagai sarana membangun kerjasama antar BDSP dalam meningkatkan kualitas dan profesionalisme layanan guna memberi dukungan bagi kemandirian, kekuatan dan peningkatan daya saing KUMKM di Indonesia

  

BAB IV

ORGANISASI

Pasal 11

Bentuk ABDSI adalah organisasi yang memilih untuk berbentuk badan hukum Perkumpulan menurut Undang Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Pasal 12

Sifat ABDSI adalah organisasi yang bersifat terbuka, sukarela, independen dan aktif

  (1) DPN ABDSI bertanggungjawab atas penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahunan Tingkat Pusat sesuai dengan Keputusan Munas.

  c. Dewan Pertimbangan Wilayah (Wantimwil)

  Pasal 10. (3) Direktur Eksekutif diangkat dan diberhentikan oleh dan dalam rapat DPN serta bertanggungjawab kepada DPN ABDSI.

  (1) Sekretariat DPN ABDSI dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif yang merupakan tenaga profesional dan bekerja penuh waktu. (2) Direktur Eksekutif berfungsi sebagai pelaksana semua ketetapan dan tugas harian yang dibebankan oleh DPN ABDSI, menerapkan kebijakan dan melaksanakan fungsi ABDSI sebagaimana dimaksud

  

Pasal 15

Sekretariat DPN ABDSI

  Munas/Muswil/Musda masing-masing, yang tata caranya diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. (6) Dewan Penasehat dan Dewan Pertimbangan di tiap tingkat diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pengurus.

  d. Pengurus Harian Daerah (5) Dewan Pengurus setiap tingkat diangkat dan diberhentikan oleh dan bertanggungjawab kepada

  c. Dewan Pertimbangan Daerah (Wantimda)

  b. Dewan Penasehat Daerah (Wanhatda)

  a. Musyawarah Daerah (Musda)

  e. Satuan Tugas Wilayah (Satgaswil) (4) Perangkat organisasi ABDSI di KORDA terdiri atas:

  d. Pengurus Harian Wilayah

  b. Dewan Penasehat Wilayah (Wanhatwil)

  Pendapatan dan Belanja Tahunan Tingkat Provinsi dengan Keputusan Musyawarah di tingkat provinsi. (3) KORDA ABDSI bertanggungjawab atas penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran

  a. Musyawarah Wilayah (Muswil)

  e. Satuan Tugas Nasional (Satgasnas) (3) Perangkat organisasi di KORWIL terdiri atas:

  d. Dewan Pengurus Harian

  c. Dewan Pertimbangan Nasional (Wantimnas)

  b. Dewan Penasehat Nasional (Wanhatnas)

  a. Musyawarah Nasional (Munas)

  (1) Struktur ABDSI yang disebut pada Pasal 3 dari setiap tingkatan berada dalam satu garis hubungan jenjang dalam struktur organisasi dan menganut desentralisasi (2) Perangkat organisasi di DPN terdiri atas:

  

Pasal 14

Struktur dan Perangkat

  ABDSI memiliki wewenang luas yang sejalan dengan keputusan Munas dan kebijakan-kebijakan organisasi di tingkat yang lebih tinggi.

  Pendapatan dan Belanja Tahunan Tingkat Kabupaten/Kota dengan Keputusan Musyawarah di tingkat kabupaten/kota. (4) Dalam mengembangkan dan memajukan KUMKM di wilayah kerjanya, setiap KORWIL dan KORDA

  (4) Struktur organisasi dan uraian tugas Sekretariat ditetapkan oleh DPN ABDSI.

  

Pasal 16

  (1) Anggota ABDSI adalah lembaga yang menyediakan Layanan Pengembangan Bisnis atau Business Development Services - Provider (disingkat BDS-P) bagi KUMKM di Indonesia. (2) Keanggotaan ABDSI bersifat sukarela (3) Ketentuan untuk menjadi anggota ABDSI diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

  

BAB VI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN MASA JABATAN

Pasal 17

  (1) Semua keputusan yang diambil dalam setiap Musyawarah dan rapat-rapat dilakukan atas dasar musyawarah dan mufakat, atau dengan cara pemungutan suara secara langsung atau tidak langsung. (2) Dalam setiap pemungutan suara yang tidak menyangkut pemilihan orang, maka: a. Setiap Anggota Biasa mempunyai Hak Suara yang sama.

  b. Dalam hal Anggota Biasa menurut tingkatan organisasinya diwakili oleh utusan KORWIL atau KORDA ABDSI masing-masing, maka setiap utusan tersebut mempunyai hak yang sama.

  c. Pemungutan suara tersebut huruf a dilakukan secara lisan atau secara tertulis.

  d. Pemungutan suara secara lisan dilakukan secara serempak atau anggota demi anggota. (3) Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) adalah rapat yang ditujukan untuk menetapkan kebijakan organisasi yang belum diatur dalam masa diantara 2 (dua) Munas (4) Rapat Kerja Nasional (Rakernas) adalah rapat yang ditujukan untuk menghasilkan program dan rancangan kebijakan organisasi untuk ditetapkan dalam Rapimnas

  

Pasal 18

Masa Jabatan (1) Masa jabatan kepengurusan ABDSI ditetapkan untuk jangka waktu lima (5) tahun.

  (2) Khusus untuk jabatan Ketua Umum DPN, Ketua KORWIL dan Ketua KORDA ABDSI, dapat dipilih dipilih kembali sesuai dengan keputusan Munas, Muswil dan Musda sesuai tingkatannya masing- masing maksimal 1 (satu) kali lagi. (3) Setelah menjabat maksimal 2 (dua) kali menurut ayat (2), akan dapat dipilih kembali jika telah berselang minimal 1 (satu) kepengurusan orang lain. (4) Khusus untuk jabatan Ketua Umum DPN, Ketua KORWIL dan Ketua KORDA setidaknya yang bersangkutan pernah menjabat sebagai pengurus di tingkatannya masing-masing.

  

BAB VII

PERBENDAHARAAN

Pasal 19

Sumber Dana Keuangan untuk membiayai kegiatan organisasi diperoleh dari:

  a. Uang pangkal dan uang iuran anggota;

  b. Sumbangan anggota;

  c. Bantuan pihak-pihak lain yang tidak mengikat; d. Usaha-usaha lain yang sah.

  

Pasal 20

Penggunaan Dana dan Pengelolaan Perbendaharaan

  

BAB VIII

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 21

Perubahan Anggaran Dasar Penyempurnaan atau perubahan Anggaran Dasar ditetapkan berdasarkan ketetapan Munas, yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 22

Pembubaran Organisasi

  (1) Pembubaran organisasi harus melalui Munassus yang diadakan khusus untuk tujuan tersebut sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. (2) Apabila organisasi dibubarkan maka Munassus sekaligus menetapkan penghibahan dan atau penyumbangan seluruh harta kekayaan organisasi kepada berbagai badan sosial dan atau lembaga tertentu.

  

BAB IX

ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 23

  (1) Hal-hal yang belum atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga, dan tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar. (2) Anggaran Rumah Tangga sebagai penjabaran ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar disahkan oleh Munas.

  

BAB X

PERATURAN KHUSUS

Pasal 24

  (1) Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, ditetapkan dalam peraturan tersendiri oleh DPN ABDSI yang isinya tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (2) Dalam hal terjadi pengaturan yang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka menurut urutannya berturut-turut yang berlaku untuk menjadi pegangan adalah: Anggaran Dasar, Anggaran

  Rumah Tangga, Keputusan Munas, Keputusan Rapimnas, Keputusan DPN, Keputusan Muswil, Keputusan Rapimwil, Keputusan KORWIL, Keputusan Musda dan Keputusan KORDA. (3) Dalam kondisi force majure, jika DPN tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka sejumlah

  KORWIL/KORDA dapat berinisiatif melakukan normalisasi organisasi yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

  

BAB XI

ATURAN PENUTUP

Pasal 25

  (1) Anggaran Dasar ini ditetapkan dan disahkan oleh Munas ABDSI pertama di Jakarta pada tanggal 29 Mei 2002, diubah pada Munas II ABDSI di Balikpapan tanggal 27-28 Juli 2005, diperbaharui pada Munas III di Solo tanggal 26-27 Oktober 2009 dan disempurnakan pada Munas IV Jakarta tanggal 12 Desember 2014

  (2) Agar setiap anggota dapat mengetahuinya, Dewan Pengurus ABDS Indonesia diperintahkan untuk