BAB II Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 82d4fdbef9 BAB IIBab II Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya OKE

BAB II Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

2.1 Amanat Pembangunan Nasional

2.1.1 RPJP Nasional 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007)

  Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005

  • –2025 merupakan kelanjutandari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunansebagaimanadiamanatkan dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar NegaraRepublik IndonesiaTahun 1945 dengan kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJPNasional Tahun 2005 –2025 adalah untuk: (a) mendukung koordinasi antar pelakupembangunan dalam pencapaian tujuan nasional, (b) menjamin terciptanyaintegrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu,antar fungsipemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, (c) menjaminketerkaitan dankonsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaandan pengawasan, (d)menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secaraefisien, efektif, berkeadilandan berkelanjutan, dan (e) mengoptimalkanpartisipasi masyarakat. RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuandibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantumdalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenapbangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukankesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalambentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional.RPJP Nasional menjadi acuan dalam penyusunan RPJP Daerah yangmemuat visi, misi, dan arah Pembangunan
JangkaPanjang Daerah yang menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah yangdisusun dengan memerhatikan RPJM Nasional. PelaksanaanRPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaanpembangunan dalam periodisasi perencanaan pembangunan jangkamenengah nasional 5 (lima) tahunan, yang dituangkan dalam RPJMNasional I Tahun 2005 –2009, RPJM Nasional II Tahun 2010–2014, RPJMNasional III Tahun 2015 –2019, dan RPJM Nasional IV Tahun 2020– 2024.RPJP Nasional digunakan sebagai pedoman dalam menyusun RPJMNasional. Pentahapan rencana pembangunan nasional disusun dalammasing-masing periode RPJM Nasional sesuai dengan visi, misi, danprogram Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat. RPJP Nasional ditetapkan dengan maksud memberikanarah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah,masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuannasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakatibersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunanbersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya didalam satu pola sikap dan pola tindak. Visi pembangunan nasional tahun 2005 –2025 adalah:

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

  Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:

  1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila;

  2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;

  3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hokum;

  4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu;

  5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;

  6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari;

  7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;

  8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. Untuk mencapai sasaran pokok sebagaimana dimaksud di atas,pembangunan jangka panjang membutuhkan tahapan dan skala prioritas yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka menengah.Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensipermasalahan yang hendak diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahanlainnya. Oleh karena itu, tekanan skala prioritas dalam setiap tahapanberbeda-beda, tetapi semua itu harus berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka mewujudkan sasaran pokok pembangunanjangka panjang. Setiap sasaran pokok dalam delapan misi pembangunan jangka panjangdapat ditetapkan prioritasnya dalam masing- masing tahapan. Prioritasmasing-masing misi dapat diperas kembali menjadi prioritas utama. Prioritasutama menggambarkan makna strategis dan urgensi permasalahan. Atasdasar tersebut, tahapan dan skala prioritas utama dapat disusun kedalam 4 tahapPerencanaan Pembangunan Nasional.

2.1.2 RPJM Nasional 2015-2019 (PP No. 5 Tahun 2010)

  RPJMNasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga,kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yangmencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arahkebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dankerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

  Dalam upaya mewujudkan visi dan misi pembangunan 2009-2014 yang tertuang dalam Buku III RPJMN 2015-2019 perlu dirumuskan dan dijabarkan secara operasional dan terukur ke dalam program dan kegiatan prioritas kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah. Dalam upaya mewujudkan prioritas nasional tersebut, berbagai program aksi akan dilaksanakan di seluruh wilayah dengan memperhatikan fokus, potensi, dan permasalahan di setiap wilayah. Sinergi pusat-daerah dan antardaerah merupakan penentu utama kelancaran pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019. Sinergi pusat-daerah dan antardaerah dilakukan dalam seluruh proses mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah. Sinergi kebijakan pembangunan antara pusat dan daerah dan antardaerah diperlukan untuk: (1) memperkuat koordinasi antarpelaku pembangunan di pusat dan daerah; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat di semua tingkatan pemerintahan; serta (5) menjamintercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Sinergi dalam perencanaan kebijakan pembangunan pusat dan daerah baik lima tahunan maupun tahunan akan dilaksanakan dengan mengoptimalkan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di semua tingkatan pemerintahan (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional) sehingga terwujud sinkronisasi antara kebijakan, program dan kegiatan antarsektor, antarwaktu, antarwilayah, dan antara pusat dan daerah. Selain itu, Musrenbang juga diharapkan dapat lebih mendorong terciptanya proses partisipasi semua pelaku pembangunan dan berkembangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1 (2005-2009),RPJM ke-2 (2010-2014), RPJM ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia disegalabidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya

manusiatermasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatandaya saing perekonomian. Kondisi aman dan damai di berbagai daerah Indonesia terus membaik denganmeningkatnya kemampuan dasar pertahanan dan keamanan negara yang ditandaidengan peningkatan kemampuan postur dan struktur pertahanan negara sertapeningkatan kemampuan lembaga keamanan negara.

  Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaansumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup makin berkembang melaluipenguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai denganberkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkunganhidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; terpeliharanyakeanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yangdimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modalpembangunan nasional pada masa yang akan datang; mantapnya kelembagaan dankapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; serta terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan yang didukung oleh semuasektor. Kondisi itu didukung dengan meningkatnya kualitas perencanaan tata ruangserta konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumenperencanaan pembangunan dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalianpemanfaatan ruang.

2.1.3 MP3EI (Perpres No.32 Tahun 2011)

  Struktur ekonomi Indonesia saat ini masih terfokus pada pertanian dan industri yang mengekstraksi dan mengumpulkan hasil alam. Industri yang berorientasi padapeningkatan nilai tambah produk, proses produksi dan distribusi di dalam negerimasih terbatas. Selain itu, masih ada kesenjangan pembangunan antara KawasanBarat dan Kawasan Timur Indonesia. Hal ini tidak bisa dibiarkan berlanjut kegenerasi yang akan datang. Harus pula dipahami bahwa upaya pemerataanpembangunan tidak akan terwujud dalam upaya percepatan dan perluasanpembangunan ekonomi Indonesia sebagai titik awal menuju Indonesia yang lebihmerata. Tantangan lain dari suatu negara besar seperti Indonesia adalah penyediaaninfrastruktur untuk mendukung aktivitas ekonomi. Infrastruktur itu sendiri memilikispektrum yang sangat luas. Satu hal yang harus mendapatkan perhatian utamaadalah infrastruktur yang mendorong konektivitas antar wilayah sehingga dapatmempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia. Penyediaan infrastruktur yang mendorong konektivitas akan menurunkan biaya transportasidan biaya logistik sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, danmempercepat gerak ekonomi. Visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan EkonomiIndonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”. Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu:

  1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melaluipenciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antar- kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.

  2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran sertaintegrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahanperekonomian nasional.

  3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupunpemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy. Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga menghadapi tantangan akibat perubahan iklim global. Beberapa indikator perubahan iklim yang berdampak signifikanterhadap berlangsungnya kehidupan manusia adalah: kenaikan permukaan air laut,kenaikan temperatur udara, perubahan curah hujan, dan frekuensi perubahan iklimyang ekstrem. Demikian pula, pengaruh kombinasi kemarau/banjir, dan akses ke air bersih, menjadi tantangan bagi percepatan dan perluasan pembangunan ekonomiIndonesia. Namun demikian, untuk mempercepat implementasi MP3EI, perlu juga dikembangkanmetode pembangunan infrastruktur sepenuhnya oleh dunia usaha yang dikaitkandengan kegiatan produksi. Peran Pemerintah adalah menyediakan perangkat aturandan regulasi yang memberi insentif bagi dunia usaha untuk membangun kegiatanproduksi dan infrastruktur tersebut secara paripurna. Insentif tersebut dapat berupakebijakan (sistem maupun tarif) pajak, bea masuk, aturan ketenagakerjaan, perizinan, pertanahan, dan lainnya, sesuai kesepakatan dengan dunia usaha. Perlakuan khusus diberikan agar dunia usaha memiliki perspektif jangka panjang dalam pembangunanpusat pertumbuhan ekonomi baru. Selanjutnya, Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah harus membangun linkage semaksimal mungkin untuk mendorongpembangunan daerah sekitar pusat pertumbuhan ekonomi. Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia menetapkan sejumlah program utama dan kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus pengembanganstrategi dan kebijakan. Prioritas ini merupakan hasil dari sejumlah kesepakatan yangdibangun bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan di dalam serial diskusi dan dialog yang sifatnya interaktif dan partisipatif. Berdasarkan kesepakatan tersebut, fokus dari pengembangan MP3EI ini diletakkan pada 8 program utama, yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan,pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis. Kedelapan programutama tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama.

  Gambar 2.1

22 Kegiatan Ekonomi Utama MP3EI

  Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomiutama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perludilakukan maupun pemberlakuan peraturan- perundangan baru yang diperlukanuntuk mendorong percepatan dan perluasan investasi. Selanjutnya MP3EI menjadibagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EIbukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (UndangUndangNomor 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka MenengahNasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang pentingserta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi.MP3EI juga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas RumahKaca (RAN-GRK) karena merupakan komitmen nasional yang

Gambar 2.2 Posisi MP3EI di dalam Rencana Pembangunan Pemerintah

  Berdasarkan berbagai faktor di atas, maka kerangka desain dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011- 2025 dirumuskan sebagaimana pada Gambar 2.3.

  Pemerintah telah meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada 27 Mei 2011. MP3EI merupakan perwujudan transformasi ekonomi nasional dengan orientasi yang berbasis pada pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan. Pelaksanaan MP3EI diharapkan mampu menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja sekaligus mendorong pemerataan pembangunan wilayah di seluruh wilayah tanah air.

  Dalam kurun waktu 15 tahun ke depan akan dikembangkan klaster-klaster industri, baik untuk meningkatkan keterkaitan antara industri hulu dan hilir, maupun antara pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah penyangganya.

  Industri unggulan di berbagai wilayah dibangun untuk memperkuat struktur perekonomian domestik.

Gambar 2.3 Kerangka Desain Pendekatan Masterplan P3EI

  Dalam kaitan itu ditawarkan insentif yang tepat kepada dunia usaha, dan dengan memperbaiki iklim investasi di daerah-daerah. MP3EI dilaksanakan melalui tiga strategi besar. Pertama, mengembangkan 6 (enam) koridor ekonomi Indonesia, yang meliputi: koridor ekonomi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali NusaTenggara, dan koridor Papua-Maluku. Kedua, memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara internasional. Ketiga, mempercepat kemampuan SDM dan

  IPTEK, untuk mendukung pengembangan program utama, dengan meningkatkan nilai tambah di setiap koridor ekonomi. MP3EI merupakan produk dari hasil kerja sama dan kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, swasta, dan akademisi. Sementara itu, pendanaan kegiatan MP3EI dilakukan melalui swasta dan masyarakat. Pelaksanaan MP3EI ini semaksimal mungkin memberikan peran yang besar kepada pelaku usaha domestik terutama untuk meningkatkan nilai tambah pemanfaatan sumberdaya dalam negeri. Agar pelaksanaan MP3EI berjalan efektif, anggaran yang tersebar diberbagai kementerian dan lembaga benar-benar diarahkan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan MP3EI. BUMN diharapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama investasi dalam pelaksanaan MP3EI.

  Dalam kurun waktu 15 tahun ke depan, akan dikembangkan klaster-klaster industri, baik untuk meningkatkan keterkaitan antara industri hulu dan hilir, maupun antara pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah penyangganya. Industri unggulan di berbagai wilayah dibangun untuk memperkuat struktur perekonomian domestik. Dalam kaitan itu ditawarkan insentif yang tepat kepada dunia usaha, dan dengan memperbaiki iklim investasi di daerah- daerah.

  Tujuan dari pelaksanaan MP3EI adalah untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang meliputi: sektor industri manufaktur, pertambangan, pertanian, kelautan, pariwisata, telekomunikasi, energi dan pengembangan kawasan strategis nasional. Fokus dari 8 (delapan) program utama tersebut meliputi 22 (dua puluh dua) kegiatan utama yaitu: industri besi-baja, makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, perkapalan, perkayuan, nikel, tembaga, bauksit, kelapa sawit, karet, kakao, peternakan, perikanan, food estate, pariwisata, telematika, batubara, alutsista, minyak dan gas, serta pengembangan Metropolitan Jabodetabek dan pembangunan Kawasan Selat Sunda. Pengembangan MP3EI dilakukan dengan pendekatan terobosan (breakthrough) bukan Business As Usual, melalui: pertama, pihak swasta akan diberikan peran penting dalam pengembangan MP3EI, sedangkanpihak pemerintah akan berfungsi sebagai regulator, fasilitator dankatalisator. Dari sisi regulasi, Pemerintah akan melakukan deregulasi(debottlenecking) terhadap regulasi yang menghambat pelaksanaaninvestasi di 8 (delapan) program utama. Fasilitasi dan katalisasi akandiberikan oleh Pemerintah melalui penyediaan infrastruktur maupunpemberian insentif fiskal dan non fiskal. Kedua, dalam rangka penguatan kebijakan, pemerintah akan melakukanpenguatan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi kebijakan antarKementerian/ Lembaga dan antara Kementerian/Lembaga denganpemerintah daerah. Dalam pelaksanaan MP3EI, dunia usaha akan menjadi aktor utama dalam kegiatan investasi, produksi dan distribusi. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu: a. Mengembangkan 6 (enam) koridor ekonomi indonesia, yaitu:Koridor Sumatera, Koridor Jawa, Koridor Kalimantan,

  

KoridorSulawesi, Koridor Bali - Nusa Tenggara, dan Koridor

  Papua - Kepulauan Maluku. Pembangunan 6 (enam) koridor ekonomi dilakukan melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan di setiap koridor dengan mengembangkan klaster industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK) yang berbasis sumber daya unggulan di setiap koridor ekonomi.

  b. Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara internasional (locally integrated,

  

internationally connected). Penguatan konektivitas nasional

  ditujukan untuk memperlancar distribusi barang dan jasa, dan mengurangi biaya transaksi (transaction cost) logistik, Hal ini akan dilakukan melalui:

   Penguatan konektivitas intra dan antar pusat-pusat pertumbuhan dalam koridor ekonomi untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan,  Penguatan konektivitas antar koridor (pulau) untuk memperlancar pengumpulan dan pendistribusian (collection

  and distribution) bahan baku, bahan setengah jadi dan produk

  akhir dari dan keluar koridor (pulau), dan;

   Penguatan konektivitas internasional sebagai pintu keluar dan masuk perdagangan dan pariwisata antar negara;

  c. Mempercepat peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi. Elemen utama untuk percepatan kemampuan SDM dan

  IPTEK meliputi:  Meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pendidikan tinggi, kejuruan, dan pelatihan terutama untuk yang terkait dengan pengembangan program utama.

   Meningkatkan kompetensi teknologi dan ketrampilan/keahlian tenaga kerja.  Meningkatkan kegiatan dan membangun pusat-pusat pengembangan R & D di pusat-pusat pertumbuhan (KEK dan Klaster Industri) di setiap koridor ekonomi melalui kolaborasi antar Pemerintah, Dunia Usaha dan Perguruan Tinggi.

   Mengembangkan institusi sistem inovasi nasional yang berkelanjutan.

  Pemerintah telah membentuk Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI). Komite dimaksud dipimpin langsung oleh Presiden Republik Indonesia. Anggota komite tersebut terdiri dari unsur-unsur pemerintah pusat dan daerah, BUMN, akademisi/para pakar, dan dunia usaha. Untuk membantu pelaksanaan tugas KP3EI telah dibentuk Tim Kerja yang terdiri dari 3 Tim Kerja Lintas Sektor yaitu Tim Kerja Regulasi, Tim Kerja Konektivitas, dan Tim Kerja SDM dan IPTEK, serta 6 Tim Kerja Koridor Ekonomi yaitu Tim Kerja KE Sumatera, Tim Kerja KE Jawa, Tim Kerja KE Kalimantan, Tim Kerja KE Sulawesi, Tim Kerja KE Bali- Nusa Tenggara, dan Tim Kerja KE Papua-Kepulauan Maluku.

  Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi harus bersifat inklusif danberkelanjutan. Ini akanmempercepat dan memperluas upaya pemerataan pembangunan. Penurunan pengangguran dankemiskinan akan dipercepat. Kesenjangan pembangunan, baik antar golongan masyarakat maupunantar daerah, yang relatif masih tinggi akan dikurangi. Upaya penurunan pengangguran dilakukanmelalui penciptaan lapangan kerja fomal, terutama didorong pembangunan industri dalamkerangka MP3EI. Perhatian khusus diberikan untuk mengatasi pengangguran usia muda yangtingkatnya jauh lebih besar dari tingkat pengangguran secara umum. Percepatan penanggulangankemiskinan dilakukan melalui peningkatan sinergi dan efektivitas program klaster 1

  • – 4, dalamkerangka Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI).Kebijakan ini merupakan langkah terobosan yang secara fundamental dapat menurunkan kemiskinan, sekaligus memperkuat ekonomi rakyat Indonesia.

Gambar 2.4 Program Klaster dalam Kerangka MP3KI

  Pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Penurunan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) 2012-2025 merupakan kebijakan afirmatif untuk

  MP3KI akan berperan di dalam mendorong terwujudnya pembangunan yang lebih inklusif dan berkeadilan, khususnya dalam mengakomodir keterlibatan masyarakat miskin dan marjinal untuk dapat terlibat langsung dan menerima manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan demikian, MP3KI dan MP3EI saling memperkuat dan melengkapi untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang pro-growth, pro-poor, pro-job, dan

  proenvirontment.

  Keberadaan MP3KI akan melengkapi berbagai dokumen perencanaan lain yang telah dan sedangdisusun, khususnya yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan, seperti: RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Rencana Aksi Nasional (RAN) Program PenanggulanganKemiskinan (PPK) 2012-2014, Peta Jalan (Road Map) Penanggulangan Kemiskinan, Rencana KerjaPemerintah (tahunan), dan lain sebagainya.

  Hal yang membedakan antara MP3KI dengan dokumen perencanaan dan penanggulangankemiskinan lainnya adalah dokumen ini menjabarkan secara khusus mengenai konsep dan desain,arah kebijakan, dan strategi penanggulangan kemiskinan dalam jangka panjang (2012-2025),termasuk menggambarkan transformasi dari program-program penanggulangan kemiskinan yangtelah ada saat ini menuju terwujudnya sistem Jaminan Sosial yang menyeluruh. MP3KI jugamenguraikan konsep dan desain pengembangan sustainable livelihood (mata pencaharian yangmapan) bagi masyarakat untuk peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan secara berkelanjutan.

  Seluruh program-program penanggulangan kemiskinan akan bertransformasi kedalam bentukprogram yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dari seluruh masyarakat secara meratatermasuk menjamin terciptanya pemenuhan pendapatan masyarakat (income generating) secaraberkelanjutan, sinergi dari seluruh kelompok program (klaster) penanggulangan kemiskinan danmenjembatani transisi antar waktu, serta mewujudkan sistem jaminan sosial yang menyeluruh. MP3KI juga menggambarkan pola kerjasama yang optimal dari para pihak (kementerian/lembaga,daerah, swasta, dan masyarakat) dalammendayagunakan berbagai sumber dayanya untukmendukung penanggulangan kemiskinan.Program kemiskinan jangka pendek semakin baik, namun belum optimalkarena:

   Masih terdapat persoalan implementasi program: ketidaktepatan sasaran RTSdan ketidakpaduan lokasi dan waktu ;  Masih terjadinya keterlambatan pencairan/penyaluran anggaran;  Kurangnya koordinasi. Pada beberapa lokasi,TKPKD belum optimalberfungsi;  Pada beberapa lokasi, kapasitas teknis pelaksana relatif lemah;  Pada daerah pemekaran, data kemiskinan belum termutakhirkan.

  Tantanganutama penanggulangan kemiskinan masa depan:  Pertumbuhan penduduk masih cukup besar  Petani dan nelayan dihadapkan pada lahan usaha yang semakin terbatas  Peluang usaha dan pengembangan usaha masyarakat miskin yang terbatas  Urbanisasi yang memperparah kemiskinan perkotaan (slum & squatter)  Rendahnya kualitas SDM, khususnya usia muda  Rendahnya penyerapan tenaga kerja sektor industri  Masih banyak daerah terisolir, dengan akses pelayanan dasar yang rendah  Belum tersedianya Jaminan Perlindungan Sosial yang komprehensif  Social exclusion (marjinalisasi), seperti kepada penduduk: difabel,  berpenyakit kronis, ilegal, dll

  Visi MP3KI “Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur”. Misi MP3KI “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang sejahtera, bebas dari kemiskinanabsolut dan memiliki kapabilitas penghidupan yang tinggi dan berkelanjutan.

  Strategi Utama:  Menciptakan sistem perlindungan sosial nasional yang terintegrasi dan mampumelindungimasyarakat dari kerentanan dan goncangan secara individual maupun kelompok.

   Meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan sehinggaterpenuhikebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kualitas SDM di masa datang.

   Mengembangkan penghidupan masyarakat miskin dan rentan denganmengaksespertumbuhan ekonomi tanpa mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

  Strategi Pelaksanaan:  Perluasan jangkauan program-program bersasaran (targeted) untuk penduduk  miskin dan rentan.

   Pengembangan penghidupanmasyarakat miskin dan rentanberdasarkan koridor pulau dankawasan khusus.  Pengarusutamaan(mainstreaming)penanggulangan kemiskinandi seluruh kebijakan dan program pembangunan.

  Tahapan Pelaksanaan MP3KI menurut waktu pelaksanaan dibagi dalam 3 (tiga) periode waktu sebagai berikut:

  Periode 2013-2014:

   Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% - 10% pada tahun2014;

   Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “keroyokan di kantong-kantongkemiskinan, sinergi lokasi dan waktu, serta perbaikan sasaran (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);

   Sustainable livelihood penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasukmembangun keterkaitan dengan MP3EI;  Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014.

  Periode 2015

  • – 2019:

   Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;  Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage;  Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;  Penguatan sustainable livelihood.

  Periode 2020-2025:

   Pemantapan sistem penanggulangan kemiskinan secara terpadu;  Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

2.1.5 KEK (UU No. 39 Tahun 2009)

  Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

  Ketentuan KEK dalam Undang-Undang ini mencakup pengaturan fungsi, bentuk, dan kriteria KEK, pembentukan KEK, pendanaan infrastruktur, kelembagaan, lalu lintas barang, karantina, dan devisa, serta fasilitas dan kemudahan.KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri. Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan. Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha. Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Dalam hal pengawasan, ketentuan larangan tetap diberlakukan di KEK, seperti halnya daerah lain di Indonesia. Namun, untuk ketentuan pembatasan, diberikan kemudahan dalam sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan tetap mengutamakan pengawasan terhadap kemungkinan penyalahgunaan atau pemanfaatan KEK sebagai tempat melakukan tindak pidana ekonomi.Dengan berlakunya Undang- Undang ini, diharapkan terdapat satu kesatuan pengaturan mengenai kawasan khusus di bidang ekonomi yang ada di Indonesia dengan memberi kesempatan kepada Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

2.1.6 Direktif Presiden (Inpres No.3 Tahun 2010)

  Instruksi Presiden RepublikIndonesiaNomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan bertujuan untuk lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan, dan untuk kesinambungan serta penajaman Prioritas Pembangunan Nasional sebagaimana termuat dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010. Dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran Instruksi Presiden ini, yang meliputi program:Pro rakyat;Keadilan untuk semua (justice for all) dan;Pencapaian

  • Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium DevelopmentGoals MDGs).Dalam rangka pelaksanaan program-program tersebut dilakukan:

  1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:  Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;  Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;  Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil;

  2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:  Program keadilan bagi anak;  Program keadilan bagi perempuan;

   Program keadilan di bidang bantuan hukum;  Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;  Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan;

  3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan pada:  Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;  Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;  Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;  Program penurunan angka kematian anak;  Program kesehatan ibu;  Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;  Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;  Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

2.2 Amanat Peraturan Perundangan Bidang PU/Cipta Karya

2.2.1 UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kws. Permukiman

  Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang bertumpupada masyarakat memberikan hak dan kesempatan seluas-luasnya bagimasyarakat untuk ikut berperan. Sejalan dengan peran masyarakat didalam pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, Pemerintahdan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab untuk menjadifasilitator, memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat,serta melakukan penelitian dan pengembangan yang meliputi berbagaiaspek yang terkait, antara lain, tata ruang, pertanahan, prasaranalingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi dan rancangbangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal,serta peraturan perundang-undangan yang mendukung. Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:

   Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalamlingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana,dan utilitas umum secara berkelanjutan serta yang mampumencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia;  Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untukpemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, sertalingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;  Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tataruang serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;  Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatannegara; dan  mendorong iklim investasi asing.

  Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan perumahan dan permukiman, baik di daerah perkotaan yang berpenduduk padat maupun di daerah perdesaan yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu diwujudkan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pengelolaannya. Pemerintah dan pemerintah daerah perlumemberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dalam bentuk pemberian kemudahan pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan hunian. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman tidak hanyamelakukan pembangunan baru, tetapi juga melakukan pencegahan sertapembenahan perumahan dan kawasan permukiman yang telah adadengan melakukan pengembangan, penataan, atau peremajaanlingkungan hunian perkotaan atau perdesaan serta pembangunankembali terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Untukitu, penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman perludukungan anggaran yang bersumber dari anggaran pendapatan lembagapembiayaan, dan/atau swadaya masyarakat. Dalam hal ini, Pemerintah,pemerintah daerah, dan masyarakat perlu melakukan upayapengembangan sistem pembiayaan perumahan dan permukiman secaramenyeluruh dan terpadu.

  Pengaturan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukimandilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraanperumahan dan kawasan permukiman, mendukung penataan danpengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsionalmelalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukimansesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan,terutama bagi MBR, meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikankelestarian fungsi lingkungan, baik di lingkungan hunian perkotaanmaupun lingkungan hunian perdesaan, dan menjamin terwujudnyarumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat,aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

  Penyelenggaraan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhanrumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat, yang meliputi perencanaanperumahan, pembangunan perumahan, pemanfaatan perumahan danpengendalian perumahan. Salah satu hal khusus yang diatur dalam undang-undang ini adalahkeberpihakan negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah. Dalamkaitan ini, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib memenuhikebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah denganmemberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melaluiprogram perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap danberkelanjutan. Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagimasyarakat berpenghasilan rendah itu, dengan memberikan kemudahan,berupa pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan utilitasumum, keringanan biaya perizinan, bantuan stimulan, dan insentif fiskal. Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkanwilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatanyang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana,menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tataruang. Penyelenggaraan kawasan permukiman tersebut bertujuan untukmemenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalamlingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta menjaminkepastian bermukim, yang wajib dilaksanakan sesuai dengan arahanpengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan. Undang-undang perumahan dan kawasan permukiman ini jugamencakup pemeliharaan dan perbaikan yang dimaksudkan untukmenjaga fungsi perumahan dan kawasan permukiman agar dapatberfungsi secara baik dan berkelanjutan untuk kepentingan peningkatankualitas hidup orang perseorangan yang dilakukan terhadap rumah sertaprasarana, sarana, dan utilitas umum di perumahan, permukiman,lingkungan hunian dan kawasan permukiman. Di samping itu, juga dilakukan pengaturan pencegahan dan peningkatan kualitas terhadapperumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilakukan untukmeningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakatpenghuni perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Hal inidilaksanakan berdasarkan prinsip kepastian bermukim yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, memiliki, dan/ataumenikmati tempat tinggal, yang dilaksanakan sejalan dengan kebijakanpenyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasanpermukiman. Rencanapenyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman di daerahmengacu kepada rencana penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman Nasional, bukan untuk membatasikewenangan daerah, tetapi agar ada acuan yang jelas, sinergis,dan keterkaitan dari setiap perencanaan penyelenggaraanperumahan dan kawasan permukiman di

tingkat daerah,berdasarkan kewenangan otonomi yang dimilikinya sesuai denganplatform rencana penyelenggaraan perumahan dan kawasanpermukiman nasional. Rencana penyelenggaraan perumahan dankawasan permukiman di daerah dijabarkan lebih lanjutberdasarkan visi dan misi kepala daerah yang diformulasikandalam bentuk RPJM daerah. Pemerintah dalam melaksanakan pembinaan (perencanaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan) di bidangperumahan dan kawasanpermukiman mempunyaitugas:

   Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strateginasional di bidangperumahan dan kawasanpermukiman;  Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil rekayasa teknologi di bidang perumahan dan kawasan permukiman;  Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba;  Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman;  Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman;  Mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk mendukung terwujudnya perumahan bagi MBR;  Memfasilitasi penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR;  Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional;  Melakukan dan mendorong penelitian dan pengembangan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman;  Melakukan sertifikasi, kualifikasi, klasifikasi, dan registrasi keahlian kepada orang atau badan yang menyelenggarakan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman; dan

   Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakanuntuk:  Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman;  Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;  Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber dayaalam bagi pembangunan perumahan dengan tetapmemperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik dikawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;  Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;  Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan  Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

  Pemerintah provinsi dalam melaksanakan pembinaanmempunyai tugas:  Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategipada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional;  Merumuskan dan menetapkan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil rekayasa teknologi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional;  Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba

   Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman;  Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman;  Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota;  Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi;  Mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk mendukung terwujudnya perumahan bagi MBR;  Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR; dan  Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi. Pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaanmempunyai tugas:

   Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi;  Menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah dengan berpedoman pada strategi nasional dan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil rekayasa teknologi di bidang perumahan dan kawasan permukiman;  Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota;

   Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman;  Melaksanakan pemanfaatan teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan serta pemanfaatan industri bahan bangunan yang mengutamakan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal yang aman bagi kesehatan;  Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota;  Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota;  Melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota;  Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman;  Melaksanakan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional;  Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman;  Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota;  Mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk mendukung terwujudnya perumahan bagi MBR;  Memfasilitasi penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR;  Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba; dan