BAB III-1 - DOCRPIJM 1502707246BAB III SAWAHLUNTO per 3 jan 2016

3.1 ARAHAN TATA RUANG WILAYAH KOTA SAWAHLUNTO

3.1.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

  Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:

  a. Visi dan misi pembangunan wilayah kota;

  b. Karakteristik wilayah kota; dan c. Isu strategis dan kondisi objektif yang diinginkan. Berdasarkan hasil analisis, Core Bussiness Kota Sawahlunto adalah ; 1. Pengembangan Pariwisata berbasis budaya, tambang, dan rekreasi.

  2. Pertambangan

  3. Perkebunan rakyat yang akan dikembangkan menjadi Agrobisnis

  4. Kegiatan Industri dan kerajinan

  Isue strategis

  1. Masalah Konservasi lingkungan menyangkut lahan bekas tambang, ketersedian air, daerah rawan longsor. Masalah lingkungan ini penting untuk menunjang daya dukung lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.

  2. Masalah kebutuhan peningkatan Sumberdaya Manusia untuk pengembangan pariwisata dan penambangan.

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA

STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA

KARYA KOTA SAWAHLUNTO

BAB III-1

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  Konservasi Lahan dan Air

CORE BUSINESS

  Wisata, Tambang, Agrobisnis, Home Industri, Perkebunan Rakyat Sumber Daya Manusia

  Gambar 3. 1 Isue Strategis Kota Sawahlunto Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Tujuan Penataan Ruang Kota Sawahlunto adalah :

  

“Melestarikan kota pusaka dan mewujudkan kota wisata yang berbasis kegiatan

kepariwisataan, pertambangan, pertanian dan industri dengan didukung oleh sumber daya

manusia, infrastruktur yang handal dan pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan”

3.1.2 Kebijakan Penataan Ruang Kota Sawahlunto

  Kebijakan penataan ruang wilayah kota meliputi:

  a. kebijakan pengembangan struktur ruang kota;

  b. kebijakan pengembangan pola ruang kota; dan c. kebijakan kawasan strategis kota.

  Kebijakan pengembangan struktur ruang kota meliputi:

  a. pengembangan pusat-pusat pelayanan regional untuk menunjang Kota Sawahlunto sebagai kota wisata dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW); b. pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan sebagai satu kesatuan sistem secara terpadu, berhirarki, dan saling berhubungan untuk mendukung fungsi-fungsi kegiatan kota; dan c. pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah, yang meliputi sistem jaringan transportasi, jaringan energi, jaringan telekomunikasi, infrastruktur perkotaan, dan sistem jaringan sumber daya air.

BAB III-2

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  1. kebijakan pengembangan kawasan lindung; dan 2. kebijakan pengembangan kawasan budi daya.

  Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi:

  a. pelestarian, perlindungan, rehabilitasi, pengelolaan dan pengendalian kawasan lindung untuk mewujudkan pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan; dan b. pengembangan RTH kota untuk menunjang fungsi lindung. Kebijakan pengembangan kawasan budi daya meliputi:

  a. pengembangan kegiatan budi daya secara seimbang dan serasi sesuai potensi dan daya dukung wilayah, dengan menekankan pada pengembangan wisata berbasis pada sektor atau subsektor unggulan yaitu pertambangan, pariwisata, perkebunan, kehutanan, industri serta perdagangan dan jasa; b. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar sesuai fungsi dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; c. pengelolaan kawasan kehutanan, pertanian dan perkebunan agar dapat berfungsi sebagai resapan air dan RTH kota; d. pengembangan kawasan perumahan yang layak huni;

  e. pengembangan kawasan pusat pemerintahan yang memadai dan berwawasan lingkungan;

  f. pengembangan fasilitas pelayanan umum yang memadai sesuai dengan tingkat perkembangan kota; g. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya; dan h. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

  Kebijakan untuk pengembangan kawasan strategis kota meliputi:

  a. pengembangan kawasan perdagangan regional dan terminal terpadu dalam rangka mendukung fungsi Kota Sawahlunto sebagai PKW; b. perlindungan terhadap kota pusaka dalam rangka konservasi warisan budaya;

  c. pengembangan pusat pemerintahan kota baru dalam rangka peningkatan pelayanan pemerintahan kota dan sebagai pusat pertumbuhan baru di bagian Utara; dan d. pengembangan kawasan wisata dalam rangka rehabilitasi kawasan bekas tambang, pelestarian dan peningkatan daya dukung lingkungan hidup dan peningkatan pertumbuhan ekonomi kota.

3.2 Strategi Penataan Ruang Kota Sawahlunto

3.2.1 Strategi Pengembangan Struktur Ruang

  Strategi pengembangan pusat-pusat pelayanan regional untuk menunjang daerah sebagai kota wisata dan PKW meliputi: a. mengembangkan pusat-pusat kegiatan wisata berskala regional;

BAB III-3 Kebijakan untuk pengembangan pola ruang kota meliputi:

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  b. mengembangkan terminal yang terintegrasi dan berhirarkhi;

  b. melestarikan hutan, taman kota, sempadan sungai, dan sekitar mata air;

  Strategi pelestarian, perlindungan, rehabilitasi, pengelolaan dan pengendalian kawasan lindung untuk mewujudkan pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan meliputi: a. menetapkan batas-batas kawasan lindung;

  h. meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah; dan i. mengefektifkan pemanfaatan dan meningkatkan sistem pengolahan TPA dengan metoda sanitary landfill.

  recycle;

  g. mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPA dengan metode reduce, reuse, dan

  f. melayani pengolahan limbah rumah tangga di kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan rendah dan sedang dengan sistem setempat dan kawasan kepadatan tinggi dengan sistem terpusat;

  c. mengembangkan dan pemanfaatan jalur kereta api untuk pelayanan angkutan barang, orang dan wisata berbasis kereta api; d. meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana jalur pejalan kaki yang terintegrasi dengan jalur evakuasi bencana; e. menyediaan dan pengaturan prasarana dan sarana parkir;

  a. mengembangkan jaringan kolektor primer, kolektor sekunder, dan jalan lokal;

  b. mengembangkan prasarana rumah sakit dan terminal yang sesuai dengan kriteria PKW;

  Strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah, yang meliputi sistem jaringan transportasi, jaringan energi, jaringan telekomunikasi, infrastruktur perkotaan, dan sistem jaringan sumber daya air meliputi:

  d. mengembangkan subpusat kota sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat-pusat pelayanan kecamatan.

  c. menetapkan pusat lingkungan di setiap pusat kelurahan atau desa; dan

  b. menetapkan subpusat kota di setiap ibukota kecamatan

  a. menetapkan pusat kota baru untuk masa mendatang;

  Strategi pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan sebagai satu kesatuan sistem secara terpadu, berhirarki, dan saling berhubungan untuk mendukung fungsi-fungsi kegiatan kota meliputi:

  d. meningkatkan akses jalan keluar-masuk ke kabupaten atau kota sekitar; dan e. meningkatan kapasitas pembangkit listrik tenaga uap.

  c. mengembangkan pasar regional atau terminal agrobisnis;

3.2.2 Strategi-Strategi Untuk Pengembangan Kawasan Lindung dan Budidaya A. Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

BAB III-4

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  c. melakukan konservasi di daerah rawan bencana longsor di 4 (empat) kecamatan dengan reboisasi, konservasi tanah dan air, serta upaya rehabilitasi; d. mengelola hutan lindung, sempadan sungai, sekitar mata air, dan taman kota; dan e. mengendalikan kawasan lindung dari kegiatan alih fungsi lahan.

  Strategi pengembangan RTH kota untuk menunjang fungsi lindung dan wisata kota meliputi:

  a. membangun kawasan yang potensial sebagai jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk garis sempadan sungai dan jalur rel kereta api; dan b. membuat RTH kota meliputi hutan kota, jalur hijau kota, taman kota, taman lingkungan, kawasan sabuk hijau ( green belt) dan lain-lain, untuk memenuhi proporsi RTH 30 (tiga puluh) persen dari luas kota.

B. Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

  Strategi pengembangan kegiatan budi daya secara seimbang dan serasi sesuai potensi dan daya dukung wilayah, dengan menekankan pada pengembangan wisata berbasis pada sektor atau subsektor unggulan yaitu pertambangan, pariwisata, perkebunan, kehutanan, industri serta perdagangan dan jasa meliputi: a. mengembangkan sektor pertambangan dengan menetapkan kawasan pertambangan yang memperhatikan kelayakan berdasarkan daya dukung lingkungan dan merehabilitasi kawasan lahan bekas tambang untuk kegiatan pariwisata, perikanan, dan RTH;

  b. mengembangkan sektor industri dengan mengembangkan kawasan sentra industri kecil dan menengah berbasis sumber daya alam di setiap subpusat kota dan mengembangkan pusat pemasaran produksi industri kecil berupa tenun, kerajinan, cinderamata, dan makanan di pusat kegiatan wisata; c. mengembangakan sektor pariwisata dengan mengembangkan obyek wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, tempat rekreasi, dan agrowisata; d. mengembangkan sektor perdagangan dengan memantapkan fungsi pasar yang telah ada dan menyediakan infrastruktur pendukung kegiatan pasar; e. mengembangkan sektor kehutanan dan perkebunan dengan mengembangkan perkebunan rakyat berorentasi pada agrobisnis dan agrowisata; dan f. merehabilitasi dan mengelola hutan produksi dengan penanaman tanaman yang memiliki ekonomi tinggi, memiliki kemampuan meresapkan air, dan mencegah bencana longsor.

  Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar sesuai fungsi dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi: a. menetapkan ketentuan-ketentuan peraturan zonasi pada masing-masing kawasan budi daya sesuai dengan karakteristiknya;

BAB III-5

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  b. mitigasi bencana dengan membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;

  c. mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara kompak di kawasan perkotaan;

  d. membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan tangkapan air untuk mempertahankan ketersediaan sumber air; e. mengendalikan pemanfaatan di kawasan budi daya melalui mekanisme perizinan;

  f. memberikan insentif bagi kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan disinsentif bagi kegiatan yang mengakibatkan gangguan bagi fungsi utamanya; dan g. melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi. Strategi pengelolaan kawasan kehutanan, pertanian dan perkebunan agar dapat berfungsi sebagai resapan air dan RTH kota meliputi mempertahankan fungsi, menata, mengendalikan alih fungsi kegiatan hutan produksi, pertanian dan perkebunan sebagai kawasan resapan air dan RTH kota. Strategi pengembangan kawasan perumahan yang layak huni meliputi:

  a. mencadangkan dan meningkatkan persediaan lahan kota bagi pengembangan kawasan perumahan; b. mengembangkan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba) untuk perumahan; c. menyediakan lahan untuk rumah susun; dan d. meningkatkan prasarana permukiman yang berkualitas.

  Strategi pengembangan kawasan pusat pemerintahan yang memadai dan berwawasan lingkungan meliputi:

  a. menyediakan lahan untuk pengembangan kawasan pusat pemerintahan Kota Sawahlunto;

  

b. pengembangan infrastruktur untuk mendukung pengembangan pusat pemerintahan secara

  bertahap; dan c. membangun prasarana dan sarana perkantoran.

  Strategi pengembangan fasilitas pelayanan umum yang memadai sesuai dengan tingkat perkembangan kota meliputi: a. mencadangkan dan meningkatkan persediaan lahan kota melalui penyerahan sebagian dari setiap kawasan yang dikembangkan oleh pengembang kepada pemerintah kota untuk dijadikan areal pelayanan umum; dan

  b. mengembangkan dan membangun fasilitas umum sesuai dengan kebutuhan pelayanan di setiap subpusat kota dan di pusat lingkungan.

BAB III-6

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  a. menetapkan kawasan budi daya dan memanfaatkan sumber daya alam di ruang darat, ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis melalui mekanisme perijinan yang tepat untuk mewujudkan keseimbangan pengembangan kota; dan

  b. mengembangkan kegiatan budi daya untuk menarik investasi dan menunjang pengembangan sumber daya manusia, lingkungan, aspek politik, pertahanan dan keamanan negara, sosial budaya serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi:

  a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan kemanan negara;

  b. mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan kemanan negara untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara; c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budi daya terbangun; dan d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/ TNI.

3.2.3 Strategi Pengembangan Kawasan Strategis

  Strategi pengembangan kawasan perdagangan regional dan terminal terpadu di Desa Muara Kalaban, Kecamatan Silungkang dalam rangka mendukung fungsi Kota Sawahlunto sebagai PKW meliputi: a. mengembangkan kawasan ekonomi regional terpadu; dan

  b. mengembangkan terminal penumpang dan terminal barang yang terpadu dengan pengembangan stasiun kereta api.

  Strategi perlindungan terhadap kota pusaka dalam rangka konservasi warisan budaya meliputi:

  a. menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan cagar budaya;

  b. mengkonservasi dan merehabilitasi kawasan cagar budaya;

  c. memberikan insentif bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi; dan d. meningkatkan fungsi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah sebagai objek wisata budaya.

  Strategi pengembangan pusat pemerintahan kota di Kolok Kecamatan Barangin dalam rangka untuk peningkatan pelayanan pemerintahan kota dan sebagai pusat pertumbuhan baru di bagian Utara meliputi:

  a. mengalokasikan lahan untuk pembangunan kawasan pusat pemerintahan dan kegiatan pendukungnya;

BAB III-7 Strategi perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya meliputi:

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  b. membangun kawasan pusat pemerintahan sebagai pusat pelayanan pemerintahan dan pelayanan sosial ekonomi masyarakat kota; c. membangun infrastruktur pendukung kawasan pusat pemerintahan dan sekitarnya untuk menarik perkembangan kegiatan kota ke kawasan pemerintahan.

  Strategi pengembangan Kawasan Pariwisata di Kandih dalam rangka rehabilitasi kawasan bekas tambang, pelestarian dan peningkatan daya dukung lingkungan hidup dan peningkatan pertumbuhan ekonomi kota meliputi:

  a. melakukan rehabilitas kawasan bekas tambang;

  b. melakukan konservasi terhadap genangan-genangan bekas penambangan;

  c. mendorong pembangunan hutan kota dan taman buah; dan d. mendorong pembangunan kawasan wisata sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi kota.

3.3 RENCANA STRUKTUR RUANG KOTA

  Menurut UU No 26 Tahun 2007 Tentang penataan ruang, rencana struktur tata ruang kota meliputi rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana. Rencana struktur ruang selanjutnya dituangkan dalam bentuk hirarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan, yakni pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota, dan pusat lingkungan; yang ditunjang dengan sistem jaringan prasarana baik prasarana jalan, sanitasi lingkungan dan listrik.

  Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota. Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi:

  a. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota; b. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota; dan c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun. Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:

  a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota;

  b. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi; c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota; dan d. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

  Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:

  a. Memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;

BAB III-8

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  b. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kota bersangkutan; c. Penentuan pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang kota serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem; d. Sistem jaringan prasarana kota dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya

3.4. Rencana Sistem Pelayanan Perkotaan

3.4.1. Pusat-Pusat Pelayanan Kota

  Dalam menentukan pusat-pusat pelayanan terdapat beberapa elemen atau kriteria penetapan yang perlu diperhatikan yaitu :

  1. Dukungan fasilitas

  2. Lokasi dan Asksesbilitas

  3. Keseimbangan Wilayah

  4. Kedudukan Wilayah Sedangkan unsur-unsur utama yang dijadikan dasar penentuan pusat struktur pelayanan kota, meliputi: pusat pelayanan kota, subpusat pelayanan kota, dan pusat lingkungan.

  1. Pusat Pelayanan Kota (PPK) terdiri atas:

  a. Kawasan pariwisata diutamakan di Kandih dan Kota Lama;

  b. Kawasan perdagangan dan jasa regional di Muara Kalaban; dan c. Kawasan Pusat Pemerintahan dikembangkan di Kolok Mudik.

  2. Subpusat Pelayanan Kota (SPK) Sub Pusat Pelayanan Kota di setiap Ibukota Kecamatan. Sub Pusat Pelayanan Kota diarahkan di pusat Kecamatan Silungkang, Lembah Segar, Barangin, dan Talawi mempunyai fungsi sebagai pelayanan pendidikan, kesehatan, perkantoran, perdagangan, pasar, tempat ibadah skala kecamatan, pengembangan sub-terminal, pusat kegiatan dan pengembangan agrobisnis, wisata dan pelayanan penunjang lainnya yang mempunyai skala pelayanan tingkat kota dan tingkat kecamatan.

  3. Pusat Lingkungan (PL).

  Sistem pusat lingkungan yang ditetapkan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan lingkungan, meliputi pusat pemerintahan kelurahan dan desa. Pusat lingkungan melayani skala lingkungan kota, pusat lingkungan akan dilayani oleh pusat-pusat pemerintahan kelurahanan dan desa yang ada di Kota Sawahlunto.

BAB III-9

  • Terminal regional dan terminal agribi
  • Perdagangan dan
  • Pariwisata
  • Pemerintahan

  3. Kel Durian I

  10. Desa Kubang Tangah

  11. Desa Kubang Utara Sikabu

  Sub Pusat Kota Barangin

  Di Desa Santur, Kel Durian II

  1. Kel Saringan

  2. Kel Lubang Panjang

  4. Kel Durian II

  8. Desa Lunto Timur

  5. Desa Talago Gunung

  6. Desa Lumindai

  7. Desa Balai Batu Sandaran

  8. Desa Santur

  9. Desa Kolok Mudik

  10.Desa Kolok Nan Tuo

  Pemerintahan

  9. Desa Pasar Kubang

  7. Desa Lunto Barat

  2. Kawasan pariwisata di Kandih

  c) Sub Pusat Pelayanan Kota -C terdiri dari Kecamatan Barangin

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  (empat) Subpusat Pelayanan Kota (SPK). Lebih jelasnya pembagian Sub pusat kota adalah sebagai berikut : a) Sub Pusat Pelayanan Kota -A terdiri dari Kecamatan Silungkang

  c. Kel Kubang Sirakuk Selatan

  b. kel Kubang Sirakuk Utara

  a. Kel Pasar

  4. Kota Lama

  3. Kawasan pemerintahan di Kolok

  b) Sub Pusat Pelayanan Kota -B terdiri dari Kecamatan Lembah Segar

  jasa

  1. Kawasan perdagangan dan jasa regional di Desa Muara Kalaban

  Pusat Kegiatan Pusat Lingkungan Fungsi Kegiatan Utama Pusat Pelayanan Kota

  d) Sub Pusat Pelayanan Kota -D terdiri dari Kecamatan Talawi Tabel 3. 1 Pusat Pelayanan Kota Subpusat Pelayanan Kota dan Pusat Lingkungan

  • Heritage/cagar Budaya
  • Wisata budaya
  • Agrobisnis
  • Pariwisata • Pusat
  • Agrobisnis

  f. Kel Air Dingin

  d. Kel aurmulyo

  e. Kel Tanah Lapang

BAB III-10 Rencana pengembangan Kota Sawahlunto dilakukan dengan membagi Kota Sawahlunto menjadi 4

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  

Pusat Kegiatan Pusat Fungsi Kegiatan

Lingkungan Utama

  1. Desa Sikalang

  7. Desa Bukik Energi/pembangkit

  • Sub Pusat Kota

  Talawi

  2. Desa Rantih Gadang listrik

  3. Desa Salak

  8. Desa Batu Pertambangan

  • Di Talawi Mudik
  • 4. Desa Sijantang Koto Tanjung Pendidikan Tinggi

  5. Desa Talawi Hilir

  9. Desa Kumbayau

  6. Desa Talawi Mudik

  10. Desa Data Mansiang

  11. Desa Tumpuk Tangah

  a. Desa Muara Kalaban Agrowisata

  • Sub Pusat Kota

  b. Desa Silungkang Oso Industri kecil dan

  • Silungkang

  Di Desa Muara

  c. Desa Silungkang Duo kerajinan Kalaban

  d. Desa Silungkang Tigo

  e. Desa Taratak Bancah

  Sumber: Hasil Analisis, 2010

  Pengembangan fasilitas untuk pelayanan di setiap pusat pelayanan adalah sebagai berikut :

BAB III-11

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

BAB III-12

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  Pos hansip/ pos kemana n

  Sub terminal Parkir umum

  Dilayani terminal klas B

  Terminal klas B

  Toko Warung Transporta si

  Kecamatan Toko P&D

  Pasar kota Pasar

  Pasar regional/termi nal agribisnis

  RW RT Perbelanja an/niaga

  Kota Kecamatan Keluraha n

  Olahraga 1.250 m 2 Taman 250 m 2 Pemerinta han

  14400m 2 Taman dan olahraga 9.000 m 2 Taman dan

  Olahraga 24.000 m 2 Tamna dan olahraga kecamatan

  Olahraga/r ekreasi Taman Kota dan Sarana

  Balai pertemuan (BP)

  BAB III-13 Tabel 3. 2 Kebutuhan fasilitas Pelayanan di Setiap Pusat Pelayanan Kota Sawahlunto hingga Tahun 2032 Fasilitas PKW Pusat Pelayanan Kota (SPK) Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Pusat Lingkungan Keluraha n RW RT Pendidikan Perguruan Tinggi Dilayani PT PKW SMA SMP TK dan SD Posyan

  GSG (4 RW)

  Pos Polsek, pos pembantu, wartel/warn et

  Kebakaran, Kota, Kantor

  300m 2 Mushol a 45 m 2 Bina Sosial Pemadam

  Masjid 1000 m 2 Masjid 300m 2 Masjid

  Peribadata n Masjid Kota

  Posyan du (4 RT)

  Dokter, apotek (4RW)

  BKIA, Balai Pengobata n, Praktek

  Puskesm as pembant u

  PKW Puskesmas

  Kesehatan RS Klas B DIlayani RS

  du (4 RT)

  Sumber : Hasil analisis 2010

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

3.5 Sistem Jaringan Prasarana Utama Kota

  Sistem jaringan prasarana utama kota meliputi:

  a. sistem prasarana utama; dan b. sistem prasarana lainnya.

3.5.1. Rencana Sistem Prasarana Utama

  Sistem prasarana utama meliputi sistem jaringan transportasi darat yang terdiri dari sistem jaringan jalan dan sistem jaringan perkeretaapian. Rencana Tata Ruang Wilayah untuk sistem transportasi darat bertujuan untuk :

  a. Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa dari dan ke pusat pelayanan utama, sub-pusat pelayanan utama dan pusat-pusat pelayanan kegiatan b. Memperkuat interaksi antar pusat-pusat pelayanan di dalam wilayah kota dan ke wilayah sekitar kota agar tercipta sinergi perkembangan wilayah c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan mewujudkan pemerataan pembangunan. Pada dasarnya rencana pengembangan sistem jaringan jalan meliputi 4 (empat) hal yaitu berkaitan dengan jaringan jalan (fungsi dan hirarki jalan, kapasitas jalan. pengembangan jalan alternatif), terminal, sarana transportasi dan pejalan kaki. Sistem jaringan jalan Kota Sawahlunto, terdiri dari :

  a. jaringan jalan;

  b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan c. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan.

A. Rencana Sistem Jaringan Jalan

  Pengaturan hirarki fungsi dan status (kewenangan penyelenggaraan) untuk jaringan jalan dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan hubungan antar pusat kegiatan. Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas sistem jaringan jalan, transportasi jalan dan sistem jaringan angkutan umum.

  Pengembangan jaringan jalan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan antara lain : - Penyebaran lokasi kawasan-kawasan kegiatan sektor-sektor perekonomian, sebagai pembangkit arus lalu lintas. - Kecenderungan perkembangan wilayah terbangun dan permukiman Sistem jaringan jalan terdiri atas jaringan jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder dan lokal.

  1. Jaringan jalan arteri primer menghubungkan: Padang-Solok-Silungkang- Muaro Kalaban (Sawahlunto) – Kota Muaro Bungo (Provinsi Jambi).

  2. Jaringan jalan kolektor primer, menghubungkan Kota Sawahlunto dengan kota-kota dan kecamatan lainnya di kabupaten/kota sekitar, yaitu :

BAB III-14

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021 a. ruas yang menghubungkan Batusangkar-Kota Sawahlunto-Solok meliputi ruas Jalan M. Yamin, Jalan Sawahlunto-Muara Kalaban;

  b. ruas yang menghubungkan Simpang Napar - Bukit Bual Kab.Sijunjung;

  c. ruas jalan BIPP - Rawang Pasilihan Kabupaten Solok;

  d. ruas jalan Guguk Bungo - Sibarambang Kabupaten Solok;

  e. ruas jalan Dusun Koto – Talago Gunung – Sibarambang Kabupaten Solok;

  f. ruas jalan Kumanih Ateh – Atar Kabupaten Tanah Datar; dan g. ruas jalan Puncak Polan- Padang Sibusuk Kabupaten Sijunjung.

  3. Jaringan jalan kolektor sekunder menghubungkan antara kecamatan di dalam wilayah Kota Sawahlunto; meliputi :

  a. jalan lingkar Barat meliputi ruas Mesjid Syuhada-Air Dingin-Cemara-Simpang Mess Jepang-Kelok Cendol-Pasar Baru Durian-Simpang Kayu Gadang (Sapan);

  b. jalan lingkar Timur dalam meliputi ruas Mudik Air-Pondok Batu-Kelok Cendol; dan

  c. jalan lingkar Timur luar meliputi ruas Simpang Kubang, Lunto-Lumindai-Balai Batu Sandaran- Pasar Sapan

  4. Jaringan jalan lokal menghubungkan kota-kota kecamatan dengan seluruh desa/kelurahan di dalam kota; Pengembangan sistem sarana dan prasarana transportasi darat dilakukan dengan peningkatan fungsi jalan sesuai dengan kebutuhan dan peningkatan fungsi kota. Kebutuhan pengembangan transportasi tersebut adalah sebagai berikut :

  Peningkatan kualitas jaringan jalan yang menghubungkan antar kecamatan satu dengan lainnya - sehingga semua daerah dapat terjangkau. Peningkatkan kualitas jaringan jalan dan sarana angkutan umum ke desa-desa, kawasan industri, - pariwisata dan kawasan-kawasan yang mempunyai potensi ekonomi. Peningkatan terminal/sub terminal angkutan umum yang melayani skala lokal atau dalam kota -

  • Penataan kembali atau bahkan pembebasan jalur-jalur lalu lintas padat dalam kota terhadap sarana angkutan untuk memperlancar sirkulasi transportasi. Alternatif penanganan jalan adalah dengan peningkatan ruas jalan menuju pusat kegiatan kota - dan peningkatan serta pembangunan jalan lingkar, membenahi jalan yang ada serta penyediaan sarana penunjangnya.

  Sebagai prioritas pembangunan jaringan jalan yang perlu dilakukan segera antara lain adalah :

  a. Peningkatan status jalan dari jalan lokal menjadi jalan kolektor primer serta peningkatan kualitas jalan sebagai jalan lingkar timur yang bertujuan sebagai jalan utama untuk kendaraan bus dan truk sehingga dapat mengurangi beban jalan dalam kota lama. Ruas jalan ini melalui jalan Sikabu – Mudik Air, Pondok Batu – Kelok Cendol. Lingkar timur luar kota lama sawahlunto dengan ruas jalan yang digunakan kelok sago-ladang laweh-sapan.

BAB III-15

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  b. Peningkatan jalan sebagai jalan lingkar barat. Dengan adanya jalan lingkar barat ini diharapkan beban jaringan jalan dalam kota akan berkurang. Ruas jalan yang digunakan adalah mesjid- syuhada-air dingin-cemara-simp. mess jepang- kelok Cendol – Pasar Baru durian – simpang Kayu Gadang (Sapan)

  c. Peningkatan kualitas jaringan jalan kolektor yang menghubungkan antara kota-kota kecamatan di dalam wilayah Kota d. Peningkatan kualitas jaringan jalan lokal sekunder yang menghubungkan kota-kota kecamatan sampai tingkat persil di dalam wilayah kota e. Peningkatan kapasitas ruas jalan di depan Stasiun Kereta Api dari ruas Jembatan Mudik Air – GPK – Jembatan BDN.

  f. Peningkatan status dan kualitas jalan pada ruas jalan Santur – SMEA Talawi, Kantor PU – Resort Wisata

  g. Pengembangan aksesibilitas dengan daerah tetangga jalan Dusun Koto – Sibarambang Kabupaten Solok

  • - -

  Jalan Kumbayau – Atar Kabupaten Tanah Datar, Jalan Kumanih Ateh – Kumanih Bawah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung Peningkatan status jalan lokal menjadi kolektor pada ruas jalan Simp. Napar – Bukit Bual - pada perbatasan dengan Kabupaten Sijunjung

  • - Peningkatan kapasitas ruas jalan, Muaro Kalaban – Guguk Cino yang berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar

  h. Peningkatan status dan kualitas jalan yang menghubungkan sentra industri dan pertanian dengan sub pusat kota, i. Pengembangan jaringan jalan raya dilakukan terhadap semua ruas jalan yang ada

  Rencana sistem jaringan jalan dapat dilihat pada Gambar 3.2. dan Standar Pelayanan Jalan dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.

BAB III-16

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  BAB III-17 Gambar 3. 1 peta Rencana Sistem Jaringan jalan Kota Sawahlunto 2032

  BAB III-18 Tabel 3. 3 Standar Pelayanan Jalan Kewenangan Jenis Jalan Fungsi Jalan yang Dilingkupi Syarat Aksesibilitas Syarat Mobilitas Kecepatan Operasi Volume Lalu Lintas Pemerintah/ Pusat

  b. KP: 2.750-3.250 (ref: MKJI. 1997) c. LP: 1.750-2.250 (ref: MKJI.

  a. KP: 2.750-3.250 (ref: MKJI. 1997)

  b. LP: 20 km/jam (ref: PP JALAN)

  a. KP: 40 km/jam (ref: PP JALAN)

  b. LP: lebar min 6.5 m (ref: PP JALAN)

  a. KP: lebar min 9 m (ref: PP JALAN)

  b. Menghubungkan antar Ibukota Kab/Kota yang merupakan PKW dan/atau PKL (ref: PP JALAN)

  a. Menghubungkan antara Ibukota Propinsi dengan Ibukota Kab/Kota yang merupakan PKW dan/atau PKL (ref: PP JALAN)

  d. Jalan di DKI Jakarta yang

  LP)

  c. Strategis propinsi (KP.

  b. KP antar Ibukota Kab/Kota

  a. KP antara Ibukota Propinsi dengan Ibukota Kab/Kota

  Jalan Propinsi (ref: UU Jalan)

  1997) Pemerintah Propinsi

  1997)

  1. Jalan Nasional

  c. LP: 20 km/jam (ref: PP JALAN) a. AP: > 4.100 smp/hari (ref: MKJI.

  b. KP: 40 km/jam (ref: PP JALAN)

  a. AP: 60 km/jam (ref: PP JALAN)

  (ref: PP JALAN)

  (ref: PP JALAN) c.LP: lebar min 6.5 m

  (ref: PP JALAN) b.KP: lebar min 9 m

  c. Menghubungkan wilayah/lokasi strategis Nasional (ref: UU) a.AP: lebar min 11 m

  b. Menghubungkan semua Ibukota Propinsi yang merupakan PKW dan/atau PKL (ref: PP JALAN)

  a. Menghubungkan semua PKN dan antara PKN dengan PKW (ref: PP JALAN)

  LP) (ref: PP JALAN)

  c. Strategis Nasional (KP.

  b. KP antar Ibukota Propinsi

  a. Semua AP

  2. (ref: UU Jalan)

  b. LP: 1.750-2.250 (ref: MKJI. 1997) Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  Fungsi Jalan yang Kecepatan Kewenangan Jenis Jalan Syarat Aksesibilitas Syarat Mobilitas Volume Lalu Lintas Dilingkupi

  Operasi

  bukan Strategis

  c. Menghubungkan Nasional wilayah/lokasi strategis (ref: PP JALAN) Regional (ref: UU Jalan)

  Pemerintah Jalan

  a. KP yang bukan

  a. Menghubungkan antar

  a. AS: lebar min 11 m

  a. AS: 30 km/jam a. AS: > 3.500 smp/hari (ref: MKJI. Kabupaten Kabupaten jalan Nasional PKW dan antara PKW (ref: PP JALAN) (ref: PP JALAN) 1997)

  (ref: UU dan Propinsi dengan PKL yang bukan

  b. KP/KS: lebar min 9

  b. KS: 20 km/jam

  b. KS: 3.250-4.000 (ref: MKJI. 1997) Jalan)

  b. Semua LP Ibukota Propinsi dan m (ref: PP JALAN)

  c. KP: 2.750-3.250 (ref: MKJI. 1997)

  c. Jalan Sekunder Ibukota Kab/Kota (ref: PP (ref: PP JALAN)

  c. KP: 40 km/jam

  d. LS: 1.500-2.250 (ref: MKJI. 1997) (AS. KS. LS) JALAN)

  c. LP/LS: lebar min 6.5 (ref: PP JALAN)

  e. LP: 1.750-2.250 (ref: MKJI. 1997) yang bukan Jalan b. Menghubungkan antara m

  d. LS: 10 km/jam Kota dan bukan PKN dengan persil. PKW (ref: PP JALAN) (ref: PP JALAN) Jalan di DKI dgn persil. antar PKL. &

  e. LP: 20 km/jam Jakarta antara PKL dgn persil (ref: PP JALAN)

  d. Jalan Strategis (ref: PP JALAN) Kabupaten/Lokal

  c. Menghubungkan semua (ref: PP JALAN) KWP. KWS I. KWS II.

  KWS III. dan perumahan di dalam wilayah Kabupaten (ref: UU Jalan)

  d. Menghubungkan wilayah/lokasi strategis

BAB III-19

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

  a. AS: 30 km/jam (ref: PP JALAN)

  Sumber : PP Jalan No.34 tahun 2006, UU Jalan No.38 tahun 2004, MKJI tahun 1997 Ket: AP = Arteri Primer KP = Kolektor Primer LP = Lokal Primer AS = Arteri Sekunder KS = Kolektor Sekunder LS = Lokal Sekunder MKJI = Manual Kapasitas Jalan Indonesia PP = Peraturan Pemerintah No 34 tahun 2006 tentang Jalan UU = UU No 38 tahun 2004 tentang Jalan smp = satuan mobil penumpang

  d. LS: 1.500-2.250 (ref: MKJI. 1997)

  b. KS: 3.250-4.000 (ref: MKJI. 1997)

  1997)

  c. LS: 10 km/jam (ref: PP JALAN) a. AS: > 3.500 smp/hari (ref: MKJI.

  b. KS: 20 km/jam (ref: PP JALAN)

  c. LS: lebar min 6.5 m (ref: PP JALAN)

  lokal (ref: UU Jalan) Pemerintah Kota

  b. KS: lebar min 9 m (ref: PP JALAN)

  a. AS: lebar min 11 m (ref: PP JALAN)

  KWS III. dan perumahan di dalam wilayah Kota (ref: UU Jalan)

  a. Menghubungkan semua KWP. KWS I. KWS II.

  (ref: PP JALAN)

  a. Jalan Sekunder (AS. KS. LS) di dalam wilayah Kota

  Jalan Kota (ref: UU Jalan)

BAB III-20 Kewenangan Jenis Jalan Fungsi Jalan yang Dilingkupi Syarat Aksesibilitas Syarat Mobilitas Kecepatan Operasi Volume Lalu Lintas

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

B. Jaringan Prasarana Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

  Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan meliputi terminal penumpang dan terminal barang.

  Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 31/1993. fungsi pelayanan terminal penumpang dibagi menjadi:

  Terminal Penumpang Tipe B. berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan - antar kota dalam propinsi. angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.

  • Terminal Penumpang Tipe C. berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesan.

  Ketentuan mengenai rencana tipe terminal di Kota Sawahlunto adalah sebagai berikut:

  • Terminal penumpang tipe B

  Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan minimal kelas IIIB. - Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal tipe A minimal - 15 km di Pulau Jawa, 30 km di pulau lainnya.

  • Tersedianya luas lahan minimal 3 Ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 Ha di pulau lainnya. Mempunyai akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal minimal berjarak 50 - meter di Pulau Jawa dan 30 meter di pulau lainnya. Jumlah arus minimum 25 – 50 kendaraan/jam - Luas minimal 3 Ha (untuk pulau Jawa dan Sumatera) atau 2 Ha (untuk pulau - lainnya) Akses masuk dari jalan umum ke terminal berjarak minimal 50 m untuk pulau Jawa - atau 30 m untuk pulau lainnya.
  • terminal Tipe B seluas kurang lebih 3 (tiga) hektar ditetapkan di Muara Kalaban,

  Kecamatan Silungkang

  • Terminal penumpang tipe C

  Terletak di dalam wilayah kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan pedesaan - Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi III C - Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan -

  • Mempunyai jalan akses masuk atau keluar ke dan dari terminal. Sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021 Jumlah arus minimum < 25 kendaraan/jam -

  • terminal Kota Kelas C, ditetapkan di Talawi Pengembangan Terminal barang ditetapkan di Desa Sijantang Koto Kecamatan Talawi dan Desa Muara Kalaban, Kecamatan Silungkang.

  C. Rencana Jaringan Pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

  Rencana Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan berupa rencana pengembangan trayek angkutan umum. Pengembangan angkutan umum direncanakan berupa angkutan kota untuk melayani kegiatan pada pusat pelayanan utama, sub pusat pelayanan utama dan pusat-pusat pelayanan kegiatan. Rencana Trayek angkutan kota meliputi :

  a. Sawahlunto – Sapan – Santur – Kolok - Talawi;

  b. Sawahlunto – Sikalang – Talawi;

  c. Sawahlunto – Santur – Kandih – Talawi;

  d. Sawahlunto – Muarokalaban – Silungkang;

  e. Sawahlunto – Kubang – Lunto – Lumindai;

  f. Sapan – Kajai – Lumindai;

  g. Talawi – Kumbayau - Tumpuk Tangah;

  h. Talawi – Bukit Gadang – Kumbayau; Selain itu untuk kegiatan regional, dilakukan pelayanan bus AKDP dan AKAP.

  D. Rencana Sistem Perparkiran

  Untuk menunjang peningkatan kinerja ruas jalan di Kota Sawahlunto diperlukan sebuah pengaturan mengenai sistem perparkiran. Beberapa pengembangan yang berkaitan dengan perparkiran di Kota Sawahlunto yaitu:

  • Membatasi parkir pada badan jalan (on street parking). Parkir pada badan jalan ini tidak diperkenankan untuk jalan berstatus jalan arteri dan juga pada badan jalan yang akan menimbulkan kemacetan lalu lintas seperti ruas jalan di sekitar Pasar Rem
  • • Disediakan lahan untuk tempat parkir ( off street parking) di setiap pusat-pusat

  perdagangan, jasa/ perkantoran terutama pada Kawasan Kota Lama Sawahlunto khususnya pada daerah Pasar Remaja dan Jalan Menuju Gudang Ransum.

  • Dikenakan disinsentif berupa pajak ” Development Impac Fee” atau pajak dampak pembangunan bagi bangunan yang tidak memiliki tempat parkir yang memadai. Pajak tersebut selanjutnya digunakan untuk pembiayaan tempat parkir bersama.

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

E. Rencana Sistem Jaringan Perkeretaapian

  Rencana sistem jaringan perkeretaapian di Kota Sawahlunto adalah Sistem jaringan perkeretaapian adalah perkeretaapian umum. Rencana perkeretaapian umum Kota sawahlunto adalah sebagai berikut: (1) pembangunan dan pengoperasian kereta api antar kota dalam provinsi di koridor

  Teluk Bayur, Padang-Solok-Sawahlunto-Sijunjung-Darmasraya; (2) pembangunan jalur short cut Padang-Solok-Sawahlunto, yang merupakan bagian dari rencana pembangunan jaringan Kereta Api Trans Sumatera ( Connecting Trans

  Sumatera Railway); dan

  (3) pengembangan fungsi rel kereta api wisata dengan memanfaatkan jaringan jalan kereta api yang telah ada meliputi Bukittinggi-Padang Panjang-Solok-Silungkang- Stasiun Kota Sawahlunto-Muara Kalaban. (4) Prasarana perkeretaapian berupa stasiun kereta api meliputi Stasiun Kota

  Sawahlunto, Stasiun Muara Kalaban, dan Stasiun Silungkang

5.5.1 Rencana Sistem Prasarana lainnya

  Sistem prasarana lainnya meliputi:

  a. sistem jaringan energi/kelistrikan;

  b. sistem jaringan telekomunikasi;

  c. sistem jaringan sumber daya air; dan d. sistem infrastruktur perkotaan.

1. Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan

  Sistem jaringan energi merupakan sistem jaringan kelistrikan jaringan tenaga listrik yang meliputi pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi. Pembangkit tenaga listrik meliputi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kecamatan Talawi yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan listrik Sumatera Barat. Dengan gardu induk di Kecamatan Talawi. Sumber energi di Kota Sawahlunto diperoleh dari PLTU yang terdapat di Talawi. Selain itu PLTU tersebut juga merupakan sumber energi primer yang ada di Sumatera Barat, dan kemungkinan mengimpor energi primer batu bara atau gas untuk PLTU dan PLTG. Penyediaan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik di Wilayah Sumatera Barat termasuk Kota Sawahlunto untuk jangka pendek diharapkan dapat dipasok dari daerah lain yang surplus energi listrik melalui jaringan interkoneksi Sumbagsel. Sampai tahun 2028 diperkirakan kebutuhan energi listrik di Provinsi Sumatera Barat mencapai 20.204.154,38 KWH, kebutuhan daya tambahan sebesar 702,53 M/V, dan

  Bidang Cipta Karya 2017 – 2021 kebutuhan daya cadangan 30% atau 244,57 M/V. Kebutuhan tenaga listrik di Sumatera Barat meningkat setiap tahunnya sebesar 6,4%. Wilayah Sumatera Barat merupakan salah satu bagian dari wilayah sistem interkoneksi PLN Sumbagsel. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Wilayah Sumatera Barat dalam jangka pendek diharapkan dapat dipasok dari daerah lain yang surplus energi listrik melalui jaringan interkoneksi Sumbagsel. Hal ini mengingat dalam waktu dekat belum ada rencana pembangunan pembangkit di Sumatera Barat dalam kapasitas besar. Sedangkan untuk jangka panjang selain dari jaringan interkoneksi juga dapat dilakukan pengembangan sistem pembangkit tenaga listrik dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi primer, terutama sumber energi terbaharui yang tersedia di daerah ini. Untuk jangka panjang, selain interkoneksi Jawa-Sumatera, penyediaan tenaga listrik yang andal, efisien dan murah di Sumatera Barat perlu dipertimbangkan karena beberapa hal diantaranya :

  1. Terdapat sumber energi primer terbarukan, seperti panas bumi, potensial sumber daya air dan energi laut.

  2. Kemungkinan dibutuhkannya pembangkit daerah untuk penyeimbang (regional

  balance) guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya gangguan pada jaringan interkoneksi ke Sumatera Barat.

3. Pengiriman daya ke pusat beban di Sumatera Barat dari luar propinsi ini menempuh

  jarak yang cukup jauh sehingga memiliki konsekwensi kerugian yang besar. Sebagai gambaran panjang jaringan 150 kV dari GI Bangko ke GI Indarung adalah 331,39 km. Jika daya yang harus disuplai di Sumatera Barat dikirim dari Sumatera Selatan tentu jaraknya lebih jauh lagi, sehingga menjadikan harga listrik akan semakin mahal.