BAB III ARAHAN - DOCRPIJM 1502707071Bab III

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

  3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten / Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemograman dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya. Konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 bagian yaitu : amanat penataan ruang/spasial

  • amanat pembangunan nasional dan direktif presiden amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum - amanat internasional
  • Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kimiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender serta green economy.

  3.1.2 Arahan Penataan Ruang

  Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut: a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil. Kota Padang Panjang juga tidak termasuk dalam PKN dimaksud. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Padang Panjang tidak termasuk dalam satupun sudut kepentingan KSN. antara lain berisikan arahan penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), Kawasan Strategis Nasional (KSN) pada kabupaten/kota sesuai dengan amanat PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Bagian ini juga berisikan arahan spasial untuk Bidang Cipta Karya berdasarkan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.

  3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis Arahan fungsi pengembangan wilayah dan indikasi program di 35 WPS.

  Kota Padang Panjang tidak termasuk dalam WPS

  3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

  Berdasarkan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Padang Panjang Tahun 2013-2018, yaitu PADANG PANJANG AMANAH, AMAN DAN SEJAHTERA, maka yang terkait dengan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya termasuk pada misi ke 5 yaitu meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan infrastruktur kota. Adapun strategi yang akan dilaksanakan untuk mendukung tercapainya misi ke enam ini adalah sebagai berikut :

  1. Meningkatkan aksesibilitas ke seluruh kawasan di wilayah kota

  2. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana

  3. Menerapkan sanitasi yang layak bagi masyarakat

  4. Mengembangkan infrastruktur dan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi

  5. Meningkatkan struktur jaringan jalan yang sistematis

  6. Pengembangan sarana dan prasarana angkutan umum

  7. Peningkatan pelayanan dan fasilitas perparkiran

  8. Peningkatan sarana dan prasarana serta kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana Arah kebijakan untuk mendukung misi meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan infrastruktur kota adalah

  1. Pengembangan jaringan jalan dan jembatan

  2. Mewujudkan pembangunan prasarana dan sarana pemerintah yang representatif

  3. Pengelolaan air bersih

  4. Pengelolaan sampah

  5. Pengelolaan limbah

  6. Pengelolaan drainase

  7. Membangun infrastruktur dan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi

  8. Meningkatkan kualitas fasilitas lalu lintas

  9. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi umum

  10. Penataan fasilitas perparkikran

  11. Pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana. Sedangkan indikator kinerja sasaran berdasarkan sasaran meningkatkan fasilitas infrastruktur dalam Renstra Dinas Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut ;

  1. Tersedianya dokumen perencanaan infrastruktur yang berkualitas Pembangunan gedung - RDTR -

  2. Tersedianya infrastruktur keciptakaryaan yang berkualitas

  • Pembangunan drainase

  3. Tersedianya infrastruktur kebinamargaan dan pengairan yang berkualitas Pembangunan jalan - Pembangunan irigasi - Pembangunan trotoar -

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman (RKP)

  Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Kondisi perumahan dan permukiman juga akan mengidentifikasi taraf kesejahteraan masyarakat. Kota Padang Panjang dalam hal pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan permukiman menekankan pada prinsip penyediaan perumahan yang layak huni.

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No.

  15 Tahun 2010 tentang Percepatan

  Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2019.

  Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, danTantangan

  a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Tabel 3.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Padang Panjang

  

No. Isu Strategis Keterangan

(1) (2) (3)

  1. Ketidakseimbangan pemanfaatan ruang kawasan terbangun, dimana lebih terkonsentrasi di kecamatan Padang Panjang Barat dari pada di kecamatan Padang Panjang Timur

  2. Sebagian kawasan terbangun berlokasi pada sempadan sungai dan sempadan rel kereta api

  3. Sebagian besar wilayah Kota Padang Panjang merupakan kawasan rawan gempa, rawan terhadap bencana letusan gunung berapi dan rawan longsor

  4. Terdapat kawasan permukiman eksisting yang berada pada sempadan rel kereta api dan sempadan sungai

  5. Aspek daya dukung fisik wilayah Kota Padang Panjang dimana untuk pengembangan perkotaan terbatas hanya meliputi kawasan seluas 865,69 Ha (daya dukung tinggi dan sedang) atau 30,92% dengan lokasi tersebar atau bukan satu hamparan

  6. Keterbatasan kemampuan keuangan daerah

  7. Rendahnya minat investor, disebabkan karena tingginya harga tanah 8. Belum tersedianya kasiba/lisiba.

  b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Ditinjau dari pola lokasinya, kawasan permukiman (perumahan di Kota Padang Panjang cenderung berlokasi di pusat kota dan pada sepanjang ruas jalan utama yang membentang dari barat-timur, barat-utara, utara-timur atau lokasi dengan aksesibilitas tinggi. Orientasi tersebut menyebabkan daerah permukiman umumnya berpola linear. Sebagian kecil juga berpola mengelompok terutama pada kawasan komplek perumahan yan bersifa massal seperti Perumahan Gunung Saiyo dan Perumahan Kampung Manggis. Secara keseluruhan pola pengembangan perumahan di Kota Padang Panjang lebih banyak bersifat individual (pola tunggal) yang pada umumnya berlokasi di bagian timur kota, hanya sebagian kecil dengan pola masal yang pada umumnya berlokasi di bagian selatan kota. Kemudian seiring dengan perkembangan kegiatan perdagangan maka juga telah tumbuh Rumah Toko (Ruko) terutama pada pinggiran Jalan Utama yang mempunyai aksesibilitas tinggi. Adapun kondisi perumahan tersebut berdasarkan hasil observasi lapangan, sebagian besar permanen dengan kondisi baik.

  Berdasarkan data BPS tahun 2013, jumlah Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang Panjang adalah 189. Hal ini lebih banyak dibandingkan dengan yang dikeluarkan pada tahun 2012 (170 IMB). Pada Tahun 2013, IMB terbanyak dikeluarkan untuk Kec. Padang Panjang Barat yaitu 114 IMB dan untuk kelurahan terbanyak di Kelurahan Kampung Manggis. Hal ini menunjukkan lahan di Kec. Padang Panjang Barat sangat diminati masyarakat untuk melakukan pembangunan atau investasi.

c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Beberapa permasalahan dalam pengembangan permukiman di Kota Padang Panjang antara lain :

  • Sebahagian besar lahan yang potensial untuk pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Padang Panjang dikuasai oleh TNI, PT KAI dan tanah kaum yang belum mempunyai sertifikat. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi pengembang dalam berperan serta dalam pengembagan perumahan di Kota Pdang Panjang.
  • Kondisi Topografi Kota Padang Panjang yang berbukit sehingga sedikit lahan datar yang bias dikembangkan untuk pembangunan permukiman. Hal ini menyebabkan harga tanah di Kota Pdang Panjang sangat tinggi untuk standar kota kecil.
  • Belum tersedianya perencanaan komprehensif tentang pengembangan permukiman yang berdampak terhadap terjadinya kesemrawutan kota (urban sprawl).
  • Masih terdapatnya kawasan kumuh di beberapa titik diantaranya di Kelurahan Pasar Baru, Pasar Usang, Tanah Hitam dan Balai – Balai.

  • Keterbatasan lahan terbangun 2) Kawasan rawan bencana
  • Sebagian besar wilayah Kota Padang Panjang merupakan kawasan rawan bencana alam

  • Belum tersedianya rencana induk pengembangan permukiman
  • Keterbatasan kemampuan keuangan daerah
  • Rendahnya minat investor
  • Belum tersedianya kasiba/lisiba

  Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  Pembangunan vertikal

  Tingginya harga tanah Terbatasnya lahan

  5 Aspek Lingkungan Permukiman 1) Kawasan siap bangun

  Tingginya harga tanah

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta 1) Peran investor

  Kerjasama pemerintah dan swasta

  3 Aspek Pembiayaan 1) Keuangan Daerah

  Relokasi kawasan permukiman yang membutuhkan lahan yang luas

  2 Aspek Kelembagaan 1) Rencana induk pengembangan permukiman

  Tukar guling tanah TNI

  3) Penataan Ruang Sebagian besar kawasan yang dapat dibangun dikuasai leh TNI Tingginya harga tanah

  1 Aspek Teknis 1) Ketersediaan lahan

  No Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi (1) (2) (3) (4)

Tabel 3.2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota Padang Panjang

  Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.

3.2.2 Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM) i. Rencana sistem pelayanan

  Rencana sistem pelayanan untuk SPAM Kota Padang Panjang di bagi menjadi pelayanan kota, yaitu sistem pengelolaan SPAM bisa melalui PDAM atau Non PDAM (masyarakat). Sedangkan sistem pelayanan non perpipaan direncanakan untuk kelurahan yang berada jauh dari lokasi kota serta tidak memiliki sumber air baku.

  A. Rencana Sistem Pelayanan Perpipaan PDAM Perkembangan Kota Padang Panjang memberikan implikasi yang sangat besar terhadap kebutuhan produksi tambahan yang diperlukan. Dengan demikian, kebijakan dan strategi pengembangan sistem utilitas air bersih dan air minum dilakukan dengan :

  1. Penambahan tingkat cakupan pelayanan PDAM menjadi 94,9 persen cakupan pelayanan yang dapat mrnjangkau semua wilayah Kota Padang Panjang terutama Kota Padang Panjang di Tahun 2019 hingga 2036

  a. Penambahan sambungan rumah tangga

  b. Pelayanan 24 jam

  2. Mempertahankan keseimbangan kebutuhan air bersih antara kapasitas dan volume air bersih dengan jumlah pelanggan PDAM. Dilakukan dengan strategi menambah kapasitas dan volume sistem tandon (reservoir) sebagai sistem distribusi ke pelanggan PDAM.

  3. Penambahan sumber mata air menjadi salah satu kebijakan dan strategi pengembangan sistem utilitas air bersih a. Mengadakan survey sumber air alternatif

  b. Pengurusan ijin pengambilan sumber air baku

  4. Peningkatan wilayah pelayanan 4 unit pelayanan PDAM Kota Padang Panjang 5. Program penurunan kehilangan air.

Tabel 3.3 Rencana Daerah Pelayanan Perpipaan PDAM Dengan Sistem Zonasi

  Daerah Pelayanan Zona Unit Sumber Air Baku Kecamatan

  Sawah Liek Kandang Ditabek

  Padang Panjang Barat, Tungku Sadah

  Padang Panjang Timur Kota

  Lubuk Mata Kucing Kandang Kudo Singgalang B. Rencana Sistem Pelayanan Non PDAM Sistem pelayanan perpipaan non PDAM merupakan sistem penyediaan air minum perdesaan dimana sistem ini umumnya dibangun melalui swadaya masyarakat, bantuan pemerintah daerah dan melaui program pemberdayaan masyarakat Sebagian besar memanfaatkan mata air atau air permukaan yang ada disekitar kelurahan kemudian dibuat bangunan penangkap air sederhana selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke wilayah kelurahan. Adapun lokasi Kelurahan yang direncanakan menggunakan sistem pelayanan perpipaan non PDAM adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Rencana Wilayah Sistem Pelayanan Perpipaan Non PDAM

  No Kecamatan Kelurahan Rencana Sistem Pelayanan

  1 Padang Panjang Barat - -

  2 Padang Panjang Timur Koto Katik Perpipaan Tanah Pak Lambik Perpipaan Ekor Lubuk Perpipaan Ganting Perpipaan

  C. Rencana Sistem Pelayanan Bukan Jaringan Perpipaan Sistem non perpipaan yang berupa sumur dangkal (sumur bor/sumur gali) baik individual maupun komunal. Sistem ini terdapat di daerah yang tidak dapat terjangkau oleh sistem perpipaan, akan tetapi daerah ini memiliki air tanah relatif bagus, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu sistem pelayanan bukan jaringan perpipaan di Kota Padang Panjang tidak dilakukan pengembangan.

ii. Rencana Pengembangan SPAM

  Untuk mengantisipasi perkembangan tersebut, dinilai penting mengevaluasi berbagai prasarana yang telah ada dan kemudian menetapkan berbagai program pengembangan dalam rangaka menunjang peningkatan dinamika berbagai sektor. Dan salah satu prasarana yang vital adalah air minum Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Padang Panjang Propinsi Sumatera Barat didasarkan atas hasil pemilihan sistem SPAM. Penyusunan rencana pengembangan SPAM secara umum ada tiga tahap yaitu rencana induk pengembangan SPAM Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang

  1. Rencana Jangka Pendek

  Rencana pengembangan jangka pendek periode waktu dua-lima tahun yaitu tahun 2016 sampai 2021. Rencana Induk Pengembangan SPAM jangka pendek dilakukan bersamaan dengan Penyusunan RISPAM. Pengembangan SPAM Jangka Pendek dilakukan di setiap kecamatan dengan target persentase pelayanan sebesar 100% pada akhir tahun 2019.

  2. Rencana Jangka Menengah Rencana pengembangan jangka menengah periode waktu lima tahun yaitu periode tahun 2021 sampai 2026. Rencana Induk Pengembangan SPAM jangka menengah dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan air penduduk 100% pada tahun 2021-2026, kebutuhan air minum baik domestik maupun non domestik sampai tahun 2026, kondisi sumber air baku baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas serta perencanaan jaringan distribusi air minum. Pada perencanaan ini akan dilakukan kegiatan keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi dan rencana pembiayaan dan pola investasi pengembangan SPAM serta rencana pengembangan kelembagaan penyelenggaraan SPAM

  3. Rencana Jangka Panjang Rencana pengembangan jangka panjang periode waktu dua puluh tahunan yaitu periode tahun 2016-2036. Rencana Induk pengembangan SPAM jangka panjang dilakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat 100% dari kebutuhan air minum penduduk. Pada perencanaan ini akan dilakukan kegiatan keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi dan rencana pembiayaan dan pola investasi pengembangan SPAM.

iii. Rencana penurunan kebocoran air minum

  A. Penurunan Kebocoran Air Teknis Permasalahan kehilangan teknis yang dialami dalam pengembangan SPAM di Kota Padang Panjang adalah kerusakan meter air milik pelanggan.

  Pencurian air, dan kerusakan jaringan perpipaan, baik karena kerusakan akibat gangguan alam dan manusia, pipa habis masa pakai, pecah, korosuf dan sebagainya serta pemasangan pipa yang kurang sempurna. Besarnya kehilangan air yang diprediksi terjadi pada tahun-tahun mendatang adalah 20%. Permasalahan kehilangan air tersebut tentunya harus ditindaklanjuti agar tidak memberikan kerugian bagi pelanggan air bersih. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kehilangan/kebocoran teknis antara lain :

  1. Pengendalian kehilangan aktif

  a. Tahap pertama yaitu dengan melakukan tindakan nyata (sederhana dan murah : mengidentifikasi, menemukan dan memperbaiki kehilangan-kehilangan yang kelihatan

  b. Tahap kedua yaitu menemukan dan memperbaiki kehilangan- kehilangan yang tidak kelihatan (peralatan pendengar)

  4. Pengelolaan aset : seleksi instalasi, pemeliharaan, rehabilitasi dan penggantian B. Penurunan Kebocoran Non Teknis

  3. Memperbaiki kesalahan administrasi.

  2. Pengelolaan tekanan

  3. Kecepatan dan kualitas perbaikan

  a. Komitmen manajemen dan staf

  b. Organisasi yang efisien sejak pengaduan sampai perbaikan

  c. Tersedia peralatan dan material yang memadai

  d. Ada standar material dan pelaksanaan yang memenuhi standar persyaratan teknis e. Pekerja memiliki pengetahuan dan kemampuan memperbaiki kehilangan sesuai standar teknis f. Volume kehilangan merupakan fungsi dari waktu sampai kehilangan tersebut diperbaiki (standar waktu perbaikan)

  c. Tahap ketiga yaitu upaya lanjutan dan keberlanjutan : menetapkan daerah meterisasi (Dmas) dan menggunakan manajemen tekanan

  Kehilangan air non teknis dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah ketidaktelitian dalam pembacaan meteran air pelanggan yang tidak sesuai dengan ukuran dan teknis distribusi air, kesalahan dalam pencatatan angka meteran air, adanya sambungan liar yang tidak diketahui oleh petugas PDAM, dan penggunaan air untuk pemakaian yang tidak tercatat seperti pemadam kebakaran Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak kehilangan teknis antara lain :

  1. Mencabut sambungan ilegal dan pencurian air

  2. Memperbaiki kesalahan pada meter produksi dan kesalahan pada meter pelanggan

3.2.3 Strategi Sanitasi Kota (SSK) i. Kerangka kerja pembangunan sanitasi

  Visi misi sanitasi Kota Padang Panjang dirumuskan sebagai arahan/kerangka kerja pembangunan sanitasi untuk lima tahun ke depan yang disinkronkan dengan visi misi Kota Padang Panjang yang tercantum dalam RPJMD Kota Padang Panjang. Adapun visi sanitasi Kota Padang Panjang adalah sebagai berikut :

  “Padang Panjang yang bersih dan sehat 2017”

  Visi sanitasi ini dijabarkan dalam beberapa misi sebagai berikut :  Misi Air Limbah Domestik :

  • Menyediakan dokumen perencanaan air limbah
  • Menyediakan dan mengoptimalkan sarana prasarana pengelolaan air limbah
  • Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah

   Misi Persampahan - Melaksanakan Edukasi 3R

  • Mengurangi persentase volume sampah yang masuk ke TPA
  • Menyediakan sarana prasarana persampahan terpilah
  • Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan
  • Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase

   Misi Drainase - Mengembangkan sistem resapan air

   Misi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat - Melaksanakan pendekatan terpadu dalam edukasi PHBS

  Tahapan Pengembangan Sanitasi

  Arahan penetapan pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun berdasarkan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi dengan mempertimbangkan :

  1. Arah pengembangan Kota yang merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Panjang

  2. Kepadatan penduduk Kota Padang Panjang

  3. Kawasan Beresiko sanitasi

  4. Kondisi fisik wilayah (topografi) dan struktur tanah

  5. Status wilayah sebagai wilayah perkotaan atau perdesaan Berdasarkan hasil Focus Group Discussion, arah pengembangan sektor sanitasi di Kota Padang Panjang dikelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu;

  1. Jangka Pendek Arah pengembangan penanganan sanitasi yang perlu dilakukan dalam jangka waktu 1-2 tahun.

  2. Jangka Menengah Arah pengembangan sanitasi Kota Padang Panjang yang perlu dilakukan dalam jangka waktu 3 tahun

  3. Jangka Panjang Arah pengembangan sanitasi Kota Padang Panjang jangka panjang yang perlu dilakukan dalam jangka waktu 4-5 tahun.

A. Sub Sektor Air Limbah

  Pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk dan pembangunan fisik di Kota Padang Panjang, menyebabkan bertambahnya tekanan lingkungan akibat pencemaran limbah domestik baik dari air limbah cucian dan kamar mandi

  (grey water) dan limbah dari WC (Black Water). Berdasarkan hasil pemantauan dari Kantor Lingkungan Hidup Kota Padang Panjang tahun 2013, sungai sungai di Kota Padang Panjang berada pada status cemar berat (nilai total dan fecal colli berada diatas baku mutu kelas 4. Pemantauan pada sumber air tanah milik masyarakat memperlihatkan penurunan kualitas, terutama pencemaran bakteri Coli . Sumber pencemar air sungai antara lain limbah domestic pemukiman yang langsung dibuang tanpa pengolahan, limbah domestik pasar, industry dan pencemaran pupuk atau pestisida. Salah satu sumber pencemar air tanah yang dominan adalah septitank system resapan yang letaknya berdekatan dengan sumber air. Di dalam strategi sanitasi kabupaten ini telah ditentukan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah secara umum apakah sistem

  on site maupun sistem off site. Kriteria yang dipergunakan antara lain dalam

  penentuan prioritas pengembangan tersebut adalah: Kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (urban, peri urban, rural), karakteristik tata guna lahan/Central Of Business District (CBD) serta resiko kesehatan lingkungan. Tahapan pengembangan air limbah Kota Padang Panjang Tahun 2013-2018 adalah sebagai berikut:

  1. Zona I ( Pengelolahan Limbah Domestik Individual/Komunal Jangka Pendek-Menengah) Zona I meliputi Kelurahan Pasar Usang, Pasar Baru, Bukit Surungan dan Balai-Balai. Dapat disimpulan bahwa zona I ini merupakan zona yang pengelolaan air limbahnya mendesak untuk ditindaklanjutui melalui pengembangan septik tank individu maupun septik tank komunal. Kelurahan-Kelurahan tersebut sebagian besar pada kawasan Pasar (Central Business District), baik Pasar Pusat maupun Pasar Sayur Bukit Surungan.

  2. Zona II (Pengelolahan Limbah Domestik Individual/Komunal Jangka Menengah) Zona II meliputi Kelurahan Silaing Bawah, Silaing Atas, Kampung Manggis, Tanah Hitam, Koto Panjang, Guguk Malintang, Tanah Pak Lambik. Kelurahan-Kelurahan tersebut sebagian besar berbatasan dengan kawasan pasar (Central Business District).

  3. Zona III (Pengelolahan Limbah Domestik Individual/Komunal Jangka Panjang) Zona III meliputi Kelurahan Koto Katik, Sigando, Ekor Lubuk dan Ganting. Kawasan ini berada pada wilayah Padang Panjang bagian Timur yang sebagian besar penggunaan lahannya adalah pertanian/sawah.

  Sejak tahun 2010 pemerintah Kota Padang Panjang melalui Kantor Lingkungan Hidup sudah mencoba mengembangkan pembangunan septik tank komunal di kawasan permukiman padat sekitar Batang Aia Bakarek- Karek namun sering terkendala dengan ketersediaan tanah dan kesediaan warga. Pada tahun 2012 juga sudah dilakukan forum diskusi aktual yang membahas kondisi pengelolaan air limbah rumah tangga di Kota Padang Panjang. Dari hasil diskusi tersebut direkomendasikan pada Pemerintah Kota Padang Panjang bahwa pengelolaan air limbah yang potensial dikembangkan adalah septik tank individu atau komunal skala kecil.

  Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka untuk 5 tahun kedepan di Kota Padang Panjang tidak direncanakan pengembangan sistem offsite.

Tabel 3.5 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kota Padang Panjang

  Target cakupan layanan* (%) Cakupan No Sistem layanan Jangka Jangka Jangka eksisting* (%) pendek menengah panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f)

  A Sistem On-site

  1 Individual (tangki septik) 32,80% 45% 65% 80% Komunal (MCK, 2 0,42% 5% 10% 5% MCK++)

  3 Cubluk dan sejenisnya. 19,10% 19% 15% 15% B Sistem Off-site

  1 Skala Kota 0% 0% 0% 0%

  2 Skala Wilayah 0% 0% 0% 0% Buang Air Besar

  C 46,98% 30% 15% 0% Sembarangan (BABS)** Keterangan:

  • *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk
    • **) Buang air besar di kebun, kolam, sawah, sungai dll. Termasuk di dalamnya adalah jamban yang tidak memiliki fasilitas pengolahan (dibuang langsung ke lingkungan) atau yang dikenal juga dengan istilah BABS terselubung.

  Kota Padang Panjang sudah memiliki 1 unit truck tinja dengan frekwensi operasi rata-rata 12-15 kali/bulan dan 1 unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang belum dikelola secara optimal. Lumpur tinja yang dimasukkan ke dalam bak-bak IPLT belum diolah sebagaimana mestinya akibat keterbatasan sumber daya manusia yang memahami pengelolaan IPLT secara utuh.

B. Sub Sektor Persampahan

  Tahapan pengembangan persampahan Kota Padang Panjang Tahun 2013- 2018 adalah sebagai berikut

  Dalam Perda RTRW Kota Padang Panjang tahun 2012-2032 bahwa pada tahun 2032 hanya 50% volume sampah rumah tangga yang akan dibuang ke TPA (sehingga pada zona II dan III tidak dilakukan penambahan target pelayanan ). 50% sampah yang tidak terangkut ke TPA sudah harus dapat

  85

  85 Keterangan:

  85

  85

  85

  1 Zona III

  85 C Penanganan berbasis masyarakat

  85

  85

  1 Kawasan Sekitar CBD (Zona II)

  1. Zona I (Jangka Pendek) Zona I terdiri dari Kelurahan Pasar Usang, Pasar Baru, Bukit Surungan, Balai-Balai. Daerah-daerah ini merupakan kelurahan-keluarahan yang berada pada kawasan pasar. Kawasan ini dalam jangka pendek harus dilayanani 100% dengan menggunakan metode kumpul-angkut-buang.

  1 Kawasan CBD (Zona I) B Penanganan tidak langsung (indirect)

  95 100

  90

  85

  A Penanganan langsung (direct)

  No Sistem Cakupan layanan eksisting* (%) Cakupan layanan* (%) Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

Tabel 3.6 Tahapan Pengembangan Persampahan Kota Padang Panjang

  3. Zona III (Jangka Panjang) Zona III terdiri dari Silaing Bawah, Kampung Manggis, Koto Katik, Ngalau, Ekor Lubuk, Sigando, Ganting. Pada zona III diarahkan untuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat seperti pengembangan 3R.

  2. Zona II (Jangka Menengah) Zona II terdiri dari Kelurahan Silaing Atas, Koto Panjang, Tanah Hitam, Guguk Malintang, Tanah Pak Lambik. Pada zona II direkomendasikan untuk meningkatkan pelayanan sampai 70% ditambah dengan kegiatan pengelolaan persampahan berbasis masyarakat.

  • *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk
dikelola secara 3R. Dari angka target pelayanan 100% dan 85% diatas, 20% pelayanannya sudah termasuk pengolahan dalam bentuk 3R.

C. Sub Sektor Drainase

  Tahapan pengembangan drainase Kota Padang Panjang Tahun 2013-2018 hanya terdiri dari satu zona yang diarahkan untuk penangan jangka menengah karena pada dasarnya Kota Padang Panjang tidak memiliki daerah genangan dengan lama genangan lebih dari 2 jam. Mengingat bahwa lahan di Kota Padang Panjang memiliki kontur yang tidak datar, maka opsi teknologi yang direkomendasikan adalah metode grafitasi (aliran air mengikuti kontur).

Tabel 3.7 Tahapan Pengembangan Drainase Kota Padang Panjang

  Cakupan layanan* (%) Cakupan No Sistem layanan Jangka Jangka Jangka eksisting* (%) pendek menengah panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f)

  Drainase lingkungan 79,3

  85 90 100 Keterangan:

  • *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk Mengingat tidak tersedianya data jumlah penduduk yang sudah terlayani akes drainase, maka angka cakupan layanan ini diambil dari angka persentase saluran/drainase yang berfungsi baik.

ii. Tujuan, sasaran dan strategi sanitasi

  Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Padang Panjang dimaksudkan agar Pemerintah Daerah mempunyai kerangka berpikir dan kerangka tindak secara strategis dalam melaksanakan pembangunan dan pengelolaan sanitasi secara komprehensif dan berkelanjutan. Strategi Sanitasi Kota Padang Panjang merupakan dasar dan acuan dimulainya pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi karena Strategi Sanitasi Kota merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas atau kelembagaan lain yang terkait dengan sanitasi.

  Pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal dan rencana dilakukannya zona- zona sanitasi di tingkat kota. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kota yang mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kota Padang Panjang. Pada masa mendatang penerapan strategi serta pelaksanaannya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi di lapangan. Kemitraan dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, LSM dan CSR level kota maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini.

  Sanitasi di Indonesia memerlukan perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mengubah kebiasaan salah masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program ini. Kegiatan- kegiatan studi pasar untuk mengetahui permintaan juga dilakukan. Monitoring dan evaluasi tidak bisa ditinggalkan dalam implementasi program sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu diolah dengan matang.

  Manfaat pengalaman nasional dalam kerangka pemberdayaan nasional adalah: memperdalam pengkajian sektor sanitasi, mengembangkan kapasitas pembuat kebijakan dan stakeholders, memperkuat kebijakan dan kerangka peraturan, mengembangkan kerangka kelembagaan pada tingkat nasional, mengembangkan dan menyebarluaskan strategi atau rencana tindak serta pedoman bagi pemerintah daerah.

  Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu berubah. Disamping itu strategi percepatan pembangunan sanitasi memiliki positioning sebagai tantangan ke depan yang bersifat eksternal dan internal. Strategi percepatan pembangunan sanitasi Kota Padang Panjang ini mencakup aspek non teknis yang terdiri dari aspek, kebijakan daerah dan kelembagaan, keuangan, komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis, pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan, serta aspek monitoring dan evaluasi. Sedangkan paparan strategi aspek teknis terdiri dari; sub sektor air limbah domestik, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan, dan aspek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Khusus sub sektor air bersih pada strategi sanitasi Kota Padang Panjang ini tidak dibahas secara mendetail.

A. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

  Berdasarkan hasil pembobotan dan skoring analisis SWOT Posisi pengelolaan sanitasi sub sektor Air Limbah pada kuadran II dengan pengembangan SELEKTIF system offside.

Tabel 3.8 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik

  Tujuan Sasaran Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran TEKNIS/AKSES

  • Menyediakan master plan air limbah domestik pada akhir tahun 2015
  • Tersedianya master plan air limbah domestik pada akhir tahun 2015
  • Adanya dokumen
  • Menyusun master plan pengelolaan limbah domestik

  master plan pengelolaan air limbah skala Kota pada tahun 2015

  • Tersedianya informasi untuk penyusunan regulasi air limbah domestik pada tahun 2016
  • Penyediaan pelayanan dan peningkatan kualitas sistem air limbah domestik untuk mencapai target Standar Pelayanan Minimum (SPM) (Kemen PU no. 14 tahun 2010)
  • Menyediakan sistem pengelolaan air limbah setempat untuk melayani 60 % Penduduk Kota Padang Panjang pada tahun 2018
  • Tersedianya pengelola IPLT terlatih
  • Tersedianya layanan air limbah setempat yang memadai pada akhir tahun 2016 serta meningkatnya tingkat layanan menjadi 60% pada tahun 2018
  • Meningkatnya kapasitas
  • Adanya 6 unit truk tinja sampai akhir tahun 2018
  • Terbangunnya
  • Meningkatkan akses jamban sehat
  • Prioritas pembangunan pada masyarakat daerah miskin dan rawan penyakit yang berhubungan dengan air (Waterborne disease)
  • Meningkatkan penggunaan jamban sehat menjadi 80% pada tahun 2018
  • Menyediakan
  • Adanya layanan air limbah skala kawasan di 4 lokasi prioritas
  • Tersedianya layanan air limbah skala kawasan di 4 lokasi prioritas

  dan jumlah SDM terlatih pengelola air limbah setempat tahun 2018

  jamban sehat sebanyak 24.694 unit sampai tahun 2018

  • Mendorong kerjasama antar Kota/Kabupaten dalam upaya melindungi badan air dari pencemaran air limbah
  • Penyediaan pelayanan dan

  layanan pengelolaan air limbah skala kawasan sebesar 5% pada tahun 2018

  peningkatan kualitas sistem air limbah domestik untuk mencapai target SPM (Kemen PU no. 14 tahun 2010)

  PMJK Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik serta masalah teknisnya Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik serta masalah teknisnya 16.290 orang telah terpapar informasi tentang pentingnya pengelolaan air limbah domestik serta permasalahan teknisnya pada tahun 2018

  • Fasilitasi oleh SKPD

  terkait perlunya pelaksanaan PHBS

  • Melibatkan peran serta badan usaha swasta dan koperasi dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah
  • Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah

  PENDANAAN

  • Meningkatkan pendanaan sektor air limbah domestik baik dari sumber dana yang berasal dari APBD Kota,
  • Meningkatnya pendanaan sektor air limbah domestik sebesar 86% pertahunnya
  • Terjadinya peningkatan belanja sektor sanitasi menjadi 3% setiap tahunnya
  • Mendorong peningkatan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan
  • Meningkatnya keterlibatan masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan
  • Mendorong peningkatan prioritas pendanaan pemerintah daerah dalam pengembangan sistem
  • Terjadinya peningkatan peran

  Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran

  • APBD Provinsi pengembangan sistem serta masyarakat Meningkatkan pembiayaan dan APBN pengelolaan air limbah dan swasta dalam melalui kemitraan
  • Meningkatkan domestik penyelenggaraan pemerintah dan swasta pengembangan keterlibatan system masyarakat dan pengelolaan air swasta dalam limbah domestik penyelenggaraan pengembangan system pengelolaan air limbah domestik

KEBIJAKAN DAERAH DAN KELEMBAGAAN

  • Menjadikan Pengelolaan air limbah Adanya kegiatan Meningkatkan menajemen

  

pengelolaan air domestik menjadi salah advokasi oleh pembangunan air limbah di

limbah domestik satu prioritas Pokja Sanitasi daerah

  • menjadi salah satu pembangunan tentang Meningkatkan pengelolaan
  • prioritas pentingnya Tersedianya perda air limbah melalui

    pembangunan di pengelolaan air limbah pengelolaan pelatihan dan pendidikan

    Kota Padang sanitasi kepada pada tahun 2015 SDM yang kompeten
  • Panjang para pemangku Menyusun Perda
  • kepentingan Menyediakan

  pengelolaan air limbah

  • peraturan Dokumen Perda (meningkatkan

    perundangan pengelolaan air ketersediaan NSPM dalam

    pengelolaan air limbah tersedia pengembangan sistem

    limbah pada tahun 2015 pembuangan air limbah)

Tabel 3.8. Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air

  Limbah Domestik merupakan pernyataan tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan pengembangan air limbah domestik di Kota Padang Panjang dengan target sasaran dalam pernyataan sasaran dan indikator sasaran untuk mencapai strategi penanganan permasalahan air limbah domestik di Kota Padang Panjang.

B. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan

  Berdasarkan hasil pembobotan dan skoring analisis SWOT Posisi pengelolaan sanitasi sub sektor Persampahan pada kuadran III PERTUMBUHAN pada posisi PERTUMBUHAN CEPAT, sehingga perlu dipertahankan /ditingkatkan melalui program dan kegiatan yang sudah direncanakan.

Tabel 3.9 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan Sasaran Tujuan

  Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran TEKNIS/AKSES

  • Menyediakan Tersedianya master Adanya dokumen Menyiapkan master plan

  master plan plan pengelolaan master plan pengelolaan persampahan

  • pengelolaan persampahan pada penanganan Pengurangan sampah persampahan pada akhir tahun 2015 persampahan skala semaksimal mungkin dari
  • akhir tahun 2015 Tersedianya informasi Kota Padang sumbernya Panjang pada Terjadinya untuk penyusunan

  Meningkatkan tahun 2015 pengurangan 20% regulasi persampahan pemahaman masyarakat volume sampah pada tahun 2015 akan upaya 3R dan

  • Tersedianya fasilitas pengurangan sampah (3R) sesuai dengan perencanaan pengelolaan sampah Kota Padang Panjang untuk mengurangi timbulan sampah
  • Berfungsinya 13 paket pengurangan sampah (3R) pada tahun 2018
  • Terangkutnya 141
  • Mengembangkan dan

  • Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan yang dapat melayani 80% jumlah penduduk
  • Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan
  • Peningkatan cakupan
  • Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah dari 85 % menjadi 90 % pada tahun 2018
  • Tersedianya

  • Menyediakan sarana dan prasarana sektor persampahan

  • Meningkatkan cakupan
  • Tersedianya sarana dan prasarana sektor persampahan yang memenuhi standar pelayanan
  • Penanganan sampah rumah dan infeksius

  sistem dan teknologi daur ulang sampah oleh 9700 KK pada tahun 2018

  institusi pengelolaan

  sumber daya

  daya manuasia

  jumlah dan

  masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan

  3R yang berbasis masyarakat PENDANAAN

  sampah dengan metode

  pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan anak usia sekolah dan kepada masyarakat

  melakukan pengelolaan persampahan dengan metode 3R

  melakukan pemilahan dan memanfaatkan sistem dan teknologi daur ulang sampah pada akhir 2018

  pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan persampahan dan kebersihan

  PMJK

  pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan persampahan dan kebersihan

  pengelolaan persampahan skala rumah tangga

  pelayanan persampahan secara terencana

  pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan

  menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R

  Container/TPSS 3 unit, arm rooll truck 1 unit,dan 20 unit Becak motor pengamanan sampah B3 rumah tangga

  M3 timbunan sampah oleh sistem penanganan sampah di perkotaan

  Tujuan Sasaran Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran yang diangkut ke TPA pada tahun 2018

  • Terselenggaranya
  • Termanfaatkannya
  • 9700 KK
  • Meningkatkan

  • Meningkatkan
  • Meningkatknya

  • Meningkatkan kapasitas masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah
  • Mendorong pengelolaan
  • 9700 KK

  • Meningkatkan pendanaan sektor persampahan baik dari sumber dana yang berasal dari APBD Kota, APBD Provinsi dan APBN
  • Meningkatnya pendanaan sektor persampahan baik dari sumber APBD Kota sebesar 38% pertahun
  • Terjadinya peningkatan belanja sanitasi menjadi 3% setiap tahun
  • Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan
  • Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta)
  • Meningkatnya peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan
  • Berperannya masyarakat dalam pengelolaan persampahan sebesar 20 %, dan berperannya pihak swasta sebesar 5% dalam pengelolaan persampahan
  • Meningkatkan kemitraan pemerintah dan swasta
  • Peningkatan peran aktif
  • Meningkatkan peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan

KEBIJAKAN DAERAH DAN KELEMBAGAAN

  • Meningkatkan
  • Terlatihnya sumber
  • Tersedianya
  • Meningkatkan kinerja

  Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran kapasitas SDM pengelola sektor manusia pengelola persampahan serta

pengelola sektor persampahan sektor peningkatan kualitas

  • persampahan persampahan SDM pengelolaan Pengelolaan Menjadikan persampahan menjadi Adanya kegiatan persampahan
  • pengelolaan salah satu prioritas advodkasi oleh Meningkatkan kerjasama

  

persampahan pembangunan Pokja Sanitasi dan koordinasi dengan

  • menjadi salah satu tentang pemangku kepentingan

    Tersedianya regulasi prioritas pentingnya lain persampahan yang
  • pembangunan di sesuai dengan undang- pengelolaan Mendorong koordinasi

    Kota Padang persampahan undang persampahan lintas sektor terutama Panjang kepada pemangku pada akhir tahun 2015 perindustrian, pertanian
  • Menyediakan kepentingan dan perdagangan

  peraturan Dokumen perda Advokasi dalam rangka perundangan persampahan penyamaan persepsi pengelolaan air tersedia pada kepada pengambil limbah tahun 2015 keputusan untuk meningkatkan prioritas pendanaan dalam pengelolaan persampahan