BAB XI ASPEK PEMBIAYAAN - DOCRPIJM 1495089778BAB 9 ASPEK PEMBIAYAAN LAHAT Ok

BAB XI ASPEK PEMBIAYAAN Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kabupaten mempunyai kewaji ban untuk menyelenggarakan

  dan melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksud meliputi: Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik (public service) langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (regulative function).

  Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lahat. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang men ggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan h al tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan menuj u tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.

  Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah perlu mengarahka n dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat tercapai.

  Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Lahat didasarkan pada Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan RAPBD, oleh karena itu KUA tersebu t juga memberikan landasan dan pedoman bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana pro gram dan kegiatan beserta anggarannya dimaksud dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD ) pada hakikatnya merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan AP BD Kabupaten Lahat disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

  1. Partisipasi Masyarakat Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.

  2. Transparansi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/ obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.

  Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, maupun akuntansinya merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD kepada rakyat.

  3. Disiplin Anggaran Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan efektif.

  Anggaran yang tersedia pada setiap pos/ rekening merupakan batas tertinggi belanja/ pengeluaran. Oleh karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan melampaui batas kredit anggaran yang ditetapkan.

  4. Keadilan Anggaran Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan.

  Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan. Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh kelompok masy arakat melalui mekanisme pajak/ retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran yang lebih menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar.

  5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat.

  Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, ma ka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan: a. Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai; b. Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga satuan yang rasional.

  6. Taat Azas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peratur an daerah lainnya.

  9.1. Kondisi Umum Keuangan Kabupaten Lahat

  Keberhasilan Dan kelancaran roda pemerintahan suatu daerah, selain ditunjang oleh sumber daya manusia yang handal, juga dipengaruhi oleh sumber dana yang memadai, yaitu bersumber dari penerima an daerah dan selanjutnya direalisasikan untuk berbagai kegiatan, baik yang menyangkut kegiatan rutin maupun kegiatan pembangunan.

  Pada tahun anggaran 2011 penerimaan Kabupaten Lahat mencapai 1.058.600.290.000 rupiah.Jumlah ini mengalami peningkatan sebes ar 33 % dari tahun sebelumnya. Sumber penerimaan terbesar adalah dari bagian transfer pemerintah pusat – dana perimbangan tercatat sebesar 806.165.939.000 rupiah atau sekitar 76,2 % dari seluruh penerimaan

  9.2. Profil APBD Kabupaten Lahat

  Pengeluaran d aerah yang terdiri dari dua kelompok yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, menunjukan bahwa dalam tahun 20 11 pengeluaran rutin mencapai 747,010 milyar rupiah lebih, sementara pengeluaran pembangunan sebesar 204.184 milyar rupiah lebih.

  Komponen Penerimaan Pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Lahat yang terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6.1 dibawah ini, bahwa Dalam tahun anggaran 20 11 pengeluaran rutin juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya tercatat mencap ai 265.96milyar rupiah lebih atau naik sebesar 55,3 persen dan pengeluaran pembangunan mengalami penurunan sebesar 135.68 milyar rupiah lebih dari tahun sebelumnya atau sebesar %

Tabel 9.1 Pendapatan Daerah Kabupaten Lahat Tahun 2011-2015

  Pendapatan Daerah Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

a. Pendapatan Asli

  54.733.000.000,00 60.227.930.200,00 62.156.257.845,00 79.065.591.229.08 92.074.118.656.00 Daerah

  

1. Pendapatan Pajak Daerah 12.000.000.000,00 17.000.000.000,00 18.200.500.000,00 25.757.521.275.00 31.037.521.275,00

  

2. Hasil Retribusi Daerah 15.733.000.000,00 23.955.330.200,00 23.955.757.845,00 25.308.138.645.00 9.180.197.381.00

  3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 12.000.000.000,00 6.800.000.000,00 6.000.000.000,00 8.000.000.000.00 4.500.000.000,00 yang Dipisahkan

  4. Lain-lain Pendapatan 15.000.000.000,00 12.472.600.000,00 14.000.000.000,00 19.999.931.309.08 47.356.400.000.00 Asli Daerah yang Sah

  

b. Dana Perimbangan 777.909.893.049,48 864.007.962.366,00 1.001.865.165.660,00 1.068.147.640.92 1.092.417.914.378,00

 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan 267.434.471.489,48 288.699.542.366,00 369.013.269.660,00 370.075.201.640.92 440.612.219.378.00 Pajak

 Dana Alokasi Umum 461.262.521.560,00 516.937.290.000,00 566.788.216.000,00 615.240.306.000,00 622.781.695.000,00

 Dana Alokasi Khusus 49.212.900.000,00 58.371.130.000,00 66.063.680.000,00 82.832.120.000.00 29.024.000.000,00

  c. Lain-Lain Pendapatan 135.063.203.717,00 139.726.738.312,90 139.029.814.543,90 201.619.067.300.00 232.188.732.500.00 yang sah  Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi

  24.834.037.300.00 19.694.015.000,00 24.081.650.995,90 29.081.650.995,90 24.834.037.300,00 dan Perintah Daerah lainnya

   Dana penyesuaian dan Otonomi 68.146.933.000,00 67.119.933.000,00 91.391.042.548,00 128.214.160.000.00 188.687.528.000,00 Khusus (AD-Hoc)  Bantuan Keuangan dari Provinsi dan 47.222.255.717,00 48.525.154.317,00 18.557.121.000,00 48.570.870.000.00 18.667.167.200,00 Pemerintah Daerah Lainnya.

  J u m l a h 967.706.096.766,48 1.063.962.630.878,90 1.203.051.238.048,90 1.348.832.286.170.00 1.416.680.765.534,00 Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Lahat 2015 Rencana Program Investasi Infrastuktur Jangka Menengah 2016-2020

  IX-5

  

Tabel 9.2

Hasil Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten Lahat Tahun 2016

  Bertambah / No Uraian Jumlah APBD Berkurang Tahun 2015 Proyeksi Tahun 2016

  1

  2

  3

  4

  5

  

1 Peennddaappaattaann D P Daaeerraahh 1.416.680.765.534,00 1.823.164.800.719,00 406.484.035.185,00

1.1 92.074.118.656.00 97.733.313.403,00 5.659.194.747,00

Peennddaappaattaann A P Assllii D Daaeerraahh

  

1.1.1 - Pajak Daerah 31.037.521.275,00 34.141.273.403,00 3.103.752.128,00

1.1.2 9.180.197.381,00 6.000.000.000,00 (3.180.197.381,00)

  • Hasil Retribusi Daerah

  1.1.3

  • Hasil Pengelolaan

  4.500.000.000,00 5.500.000.000,00 1.000.000.000,00 Kekayaan yg dipisahkan

  1.1.4

  • Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

  47.356.400.000,00 52.092.040.000,00 4.735.640.000,00

  1.2 1.092.417.914.378,00 1.295.446.594.316,00 203.028.679.938,00 Daannaa P D Peerriim mbbaannggaann

  1.2.1

  • Dana Bagi Hasil Pajak /

  440.612.219.378.00 484.673.441.316,00 44.061.221.938,00 Bagi Hasil Bukan Pajak

  1.2.2

  • Dana Alokasi Umum (DAU)

  622.781.695.000,00 703.887.513.000,00 81.105.818.000,00

  1.2.3

  • Dana Alokasi Khusus (DAK)

  29.024.000.000,00 106.885.640.000,00 77.861.640.000,00

  1.3 232.188.732.500.00 429.984.893.000,00 197.796.160.500,00 LLaaiinn--LLaaiinn P Peennddaappaattaann yyaanngg S Saahh

  1.3.3

  • Dana Bagi Hasil Pajak Propinsi dan Pemerintah 24.834.037.300,00 16.000.624.000,00 (8.833.413.300,00) Daerah Lainnya

  1.3.4

  • Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

  188.687.528.000,00 408.590.029.000,00 219.902.501.000,00

  1.3.5

  • Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah

  18.667.167.200,00 5.394.240.000,00 (13.272.927.200,00) Daerah Lainnya

  1.3.6 0,00 0,00 0,00

  • Pendapatan Lainnya

  Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Lahat 2016

  Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat Tahun Anggaran 2016 dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 9.3 Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat Tahun Anggaran 2016 No Uraian Jumlah Bertambah / Berkurang APBD 2015 Proyeksi APBD 2016

  (1) (2) (3) (4) (5)

  

11 P Peennddaappaattaann D Daaeerraahh 11..441166..668800..776655..553344,,0000 11..882233..116644..880000..771199,,0000 440066..448844..003355..118855,,0000

11..11 P Peennddaappaattaann A Assllii D Daaeerraahh 9922..007744..111188..665566,,0000 9977..773333..331133..440033,,0000 55..665599..119944..774477,,0000

1.1.1 - Pajak Daerah 31.037.521.275,00 34.141.273.403,00 3.103.752.128,00

1.1.2 - Hasil Retribusi Daerah 9.180.197.381,00 6.000.000.000,00 (3.180.197.381,00)

  • Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 4.500.000.000,00 5.500.000.000,00 1.000.000.000,00

    1.1.4 - Lain-Lain PAD yang sah 47.356.400.000,00 52.092.040.000,00 4.735.640.000,00

    11..22 D Daannaa P Peerriim mbbaannggaann 11..009922..441177..991144..337788,,0000 11..229955..444466..559944..331166,,0000 220033..002288..667799..993388,,0000

  1.1.3

  • Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 440.612.219.378,00 484.673.441.316,00 44.061.221.938,00

    1.2.2 - Dana Alokasi Umum (DAU) 622.781.695.000,00 703.887.513.000,00 81.105.818.000,00

    1.2.3 - Dana Alokasi Khusus (DAK) 29.024.000.000,00 106.885.640.000,00 77.861.640.000,00

    11..33 LLaaiinn--LLaaiinn P Peennddaappaattaann yyaanngg S Saahh 223322..118888..773322..550000,,0000 442299..998844..889933..000000,,0000 119977..779966..116600..550000,,0000

  • Dana Bagi Hasil Pajak Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 24.834.037.300,00 16.000.624.000,00 (8.833.413.300,00)

    1.3.4 - Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 188.687.528.000,00 408.590.029.000,00 219.902.501.000,00

  • Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah daerah lainnya 18.667.167.200,00 5.394.240.000,00 (13.272.927.200,00)

    22.. B Beellaannjjaa D Daaeerraahh 11..448811..445577..006633..551133,,0000 11..997788..884411..557700..883355,,0000 449977..338844..550077..332222,,0000

    22..11 B Beellaannjjaa T Tiiddaakk LLaannggssuunngg 887755..441177..550022..116666,,0000 11..007722..110088..339911..885555,,0000 119966..669900..888899..668899,,0000

    2.1.1 - Belanja Pegawai 772.007.501.578,00 795.471.267.756,00 23.463.766.178,00

  • Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah 3.653.471.866,00 4.014.127.341,00 360.655.475,00
  • Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa dan Partai Politik 80.260.056.868,00 261.615.996.758,00 181.355.939.890,00

    2.1.6 - Belanja Tidak Terduga 2.100.000.000,00 1.250.000.000,00 (850.000.000,00)

    22..22 B Beellaannjjaa LLaannggssuunngg 660066..003399..556611..334477,,0000 990066..773333..117788..998800,,0000 330000..669933..661177..663333,,0000

    2.2.1 - Belanja Pegawai 32.163.459.300,00 0,00 (32.163.459.300,00)

    2.2.2 - Belanja Barang dan Jasa 303.788.026.319,00 0,00 (303.788.026.319,00)

  1.2.1

  1.3.1

  1.3.5

  

2.1.2 - Belanja Hibah 15.548.271.854,00 8.757.000.000,00 (6.791.271.854,00)

2.1.3 - Belanja Bantuan Sosial 1.848.200.000,00 1.000.000.000,00 (848.200.000,00)

  2.1.4

  2.1.5

  

2.2.3 - Belanja Modal 270.088.075.728,00 0,00 (270.088.075.728)

33.. P PE EM MB BIIA AY YA AA AN N D DA AE ER RA AH H

33..11 P Peenneerriim maaaann P Peem mbbiiaayyaaaann D Daaeerraahh 7700..777766..229977..997799,,0000 116600..667766..777700..111166,,0000 8899..990000..447722..113377,,0000

  3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SILPA) 37.492.632.629,00 128.810.724.217,73 91.318.091.588,73

  

3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah 33.283.665.350,00 31.866.045.898,27 (1.417.619.451,73)

33..22 P Peennggeelluuaarraann P Peem mbbiiaayyaaaann D Daaeerraahh 66..000000..000000..000000,,0000 55..000000..000000..000000,,0000 ((11..000000..000000..000000,,0000))

  Penyertaan Modal

  3.2.2 6.000.000.000,00 5.000.000.000,00 (1.000.000.000,00) (Investasi) Pemerintah Daerah

  P Peem mbbiiaayyaaaann N Neettttoo 6644..777766..229977..997799,,0000 115555..667766..777700..111166,,0000 9900..990000..447722..113377,,0000 Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Lahat 2016

9.3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun Terakhir

  Meskipun pembangunan infrastruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setia p sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No 14 Tahun 2011).

  Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

  Disamping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui pen ganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

  Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pemb angunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementrian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis.Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 9.4 Perkembangan DAK infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Lahat dalam 5 Tahun Terakhir Jenis DAK Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

  DAK Air Minum RP.1.375.870.000 - RP.2.821.219.170 RP.1.568.809.000 RP.365.354.080

  • RP.1.803.700.920 RP.978.132.000 RP.4.835.387.000

  DAK Sanitasi

  9.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir

  Pemerintah Kabupaten Lahat memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisi proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada.

Tabel 9.5 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir Sektor Alokasi Tahun 2012 Alokasi Tahun 2013 Alokasi Tahun 2014 Alokasi Tahun 2015 Alokasi Tahun 2016

  Pengembangan Air Minum RP. 8.143.376.000 RP.9.096.248.000 RP.11.418.862.102 RP.10.952.441.000 RP.23.149.108.200

  Pengembangan PLP RP.16..625.800.000 RP.11.672.100.000 RP.15.689.750.000 RP.17.484.250.000 RP.17.387.250.000

  Pengembangan Permukiman RP.6.874.750.000 RP. 5.529.000.000 RP.8.730.000.000 RP.15.229.000.000 RP.9.627.250.000

  Penataan Bangunan & lingkungan RP. 8.584.500.000 RP.9.464.300.000 RP.14.620.936.000 RP.27.916.860.000 RP.30.177.775.000

  Selain itu , pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukkan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.O leh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam 3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah.

  9.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

  Perusahaan daerah yang dibentuk pemerinta h daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented)sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

  Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan asp ek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP- SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

  Di samping itu, pada bagian i ni dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh perusahaan daerah yang ada di kabupatenkota dalam 3-5 tahun terakhir.

  

9.3.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Be rsumber dari Swasta dalam

5 Tahun Terakhir

  Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang P erseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

  Di beberapa daerah, skema pembiayaan alternatif ini sudah banyak dilakukan untuk menunjang pembangunan Cipta Karya di daerah.Informasi kegiatan-kegiatan eksisting perlu dipahami untuk melihat potensi pembiayaan dari dunia usaha di daerah tersebut.

9.4. Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesua i jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

9.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

  Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan me lakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalm lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui bidang Cipta Karya dalam lima tahun kedepan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata- rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

  Net Public Saving

  Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangun an. Besarnya NSP menjadi dana dasar yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NSP dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut :

  Net Public Saving = Total Penerimaan daerah-Belanja Wajib NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) – (Belanja mengikat +Kewajiban daerah)

  Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh

  • Pemerintah D aerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.

  Kewajiban Daerah antara lain pembayaran pokok pinjama n, pembayaran kegiatan

  • lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

  Analisis Kemampuan Pinjaman daerah (Debt Service Coverage Ratio)

  Pinjaman daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas.Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 tahun 2011 Tentang pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Jumlah sisa Pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

  c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

  d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

  Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk me mbayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan Pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RIPJM dengan rumus sebagai berikut:

  DSCR = (PAD + DAU + DBH +DBHDR) – Belanja Wajib Pokok Pinjaman + Bunga +Biaya lain

  PAD = Pendapatan asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum DBH = Dana Bagi Hasil DBHDR = DBH Dana Reboisasi

  9.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

  Beberapa kabupate/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bid ang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk bussines plan. Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPI2-JM.

  9.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan swasta Bidang Cipta Karya

  Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Daftar proyek potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiata n setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan financial dari program tersebut.

9.5. Analisis Tingkat Ketersediaan Dana dan strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Sebagai kesimpulan dari anlisis aspek pembiayaan, dilakukan anal isis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan invest asi pembangunan bidang Cipta karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

9.5.1 Analisis Kemampuan keuangan Daerah

  Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPI2-JM dapat dihitu ng melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut :

  a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10 % dari tahun sebelumnya.

  b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan

  c. Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis

  d. Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta berdasarkan

9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

  Dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendana an bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, satgas RPI2-JM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain: 1. strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;

  2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran;

  3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah; 4. strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;

  5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada; 6. strategi pengembangan infrastruktur skala regional.