Pengurangan Kerugian Banjir dan Pengelolaan Lahan

  Pengurangan Kerugian Banjir dan Pengelolaan Lahan

  

Beberapa Istilah Penting

  • Pengertian Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:

  1. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air termasuk sumber daya alam non hayati yang terkandung di dalamnya, serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

  2. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan air permukaan dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai.

  3. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan, dan mengalirkan air ke anak sungai dan sungai utama yang bermuara ke danau atau laut.

  4. Palung sungai adalah cekungan yang terbentuk oleh aliran air secara alamiah atau buatan manusia untuk mengalirkan air dan sedimen.

  • 5. Garis sempadan sungai adalah garis maya batas luar pengamanan sungai.

  6. Daerah sempadan adalah lahan yang dibatasi oleh garis sempadan dengan kaki tanggul sebelah luar atau antara garis sempadan dan tebing tinggi untuk sungai yang tidak bertanggul.

  7. Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai, dihitung dari tepi sungai sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam

  8. Daerah manfaat sungai adalah mata air, palung sungai, dan daerah sempadan yang tidak dibebaskan.

  

9. Daerah penguasaan sungai adalah dataran banjir, daerah retensi,

bantaran, atau daerah sempadan yang tidak dibebaskan

  

10. Daerah retensi adalah lahan yang ditetapkan untuk menampung

air banjir untuk sementara waktu.

  • 11. Dataran banjir adalah lahan yang pada waktu-waktu tertentu terlanda atau tergenang air banjir.
  • 12. Banjir adalah suatu keadaan sungai di mana aliran airnya tidak tertampung oleh palung sungai.
  • 13. Pengendalian banjir adalah upaya fisik dan nonfisik

    untuk pengamanan banjir dengan debit banjir sampai tingkat tertentu yang layak (bukan untuk debit banjir yang terbesar).
  • 14. Penanggulangan banjir adalah segala upaya yang

    dilakukan agar banjir tidak menimbulkan gangguan dan

    kerugian bagi masyarakat, atau untuk mengurangi dan

    menekan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh banjir.
  • 15. Debit banjir rencana adalah debit banjir yang dipakai untuk dasar perencanaan pengendalian banjir dan dinyatakan menurut kala ulang tertentu. Besarnya kala ulang ditentukan dengan mempertimbangkan segi keamanan dengan risiko tertentu serta kelayakannya, baik teknis maupun lingkungan.

  • 16. Bangunan sungai adalah bangunan air yang berada di sungai, danau, dan/atau di daerah manfaat sungai; yang berfungsi untuk konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian sungai.

  17. Mitigasi bahaya banjir (flood damage mitigation) adalah upaya menekan besarnya kerugian/bencana akibat banjir.

  • 18. Pengelolaan dataran banjir (flood plain management) adalah pengelolaan dataran banjir sedemikian rupa sehingga meminimal akibat banjir yang mungkin terjadi.
  • 19. Bahan banjiran adalah bahan yang diperlukan untuk penanggulangan darurat kerusakan yang disebabkkan oleh banjir termasuk tanah longsor karena banjir.
  • 20. Daerah tangkapan air (catchment area) adalah daerah resapan air dari suatu daerah aliran sungai.

   (12-12-

  • Sumber :
  • Banjir terjadi jika intensitas curah hujan

    melebihi infiltrasi, maka kelebihan air mulai

    berakumulasi sebagai cadangan permukaan.

    Bila kapasitas cadangan permukaan dilampaui

    limpasan permukaan mulai sebagai suatu

    aliran kemudian berkumpul ke dalam saluran,

    parit dan sungai. Apabila sungai/ saluran tidak

    mampu lagi mengalirkan limpasan permukaan

    maka terjadilah banjir.

  • • Secara fisik kejadian tersebut dapat dijelaskan

    sebagai berikut: pada kejadian hujan pertama, air akan menjenuhi permukaan tanah melalui infiltrasi sekaligus mengisi tajuk melalui intersepsi. Pada episode hujan berikutnya, sebagian besar air dialirkan menjadi aliran permukaan dan selanjutnya hujan seterusnya semua air dialirkan langsung ke sungai, sehingga terjadilah banjir.
  • Kejadian banjir bandang merupakan akibat dari tanah dan tanaman sudah jenuh air, sehingga begitu hujan terjadi, air langsung mengalir
  • • Masalah banjir diakibatkan oleh curah hujan

    eksepsional (perkecualian) banjir yang terus berulang
  • Kejadian merupakan hasil resultan dari kerusakan sistem dalam hal ini adalah DAS.
  • • Kerusakan DAS memang suatu fakta yang

    tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
  • • Laju pertumbuhan penduduk yang masih

    tinggi dan terkonsentrasi pada wilayah tertentu menyebabkan alih fungsi lahan pertanian (cultivated land) ke lahan bukan pertanian (non cultivated land), seperti: permukaan jalan cenderung sulit dikendalikan

  Penanganan Banjir

  • Pengendalian Banjir Pengendalian banjir dimaksudkan untuk memperkecil dampak negatif dari bencana banjir, antara lain:

    korban jiwa, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan, dan

    terganggunya kegiatan sosial ekonomi.
  • Prinsip Pengendalian Banjir

  a. Menahan air sebesar mungkin di hulu dengan membuat waduk dan konservasi tanah dan air.

  b. Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah dengan sumur resapan atau rorak dan menyediakan daerah terbuka hijau.

  c. Mengendalikan air di bagian tengah dengan menyimpan sementara di daerah retensi.

  d. Mengalirkan air secepatnya ke muara atau ke laut dengan menjaga kapasitas wadah air.

  e. Mengamankan penduduk, prasarana vital, dan harta benda.

  • Strategi Pengendalian Banjir Dalam melakukan pengendalian banjir, perlu disusun strategi agar dapat dicapai hasil yang diharapkan. Berikut ini strategi pengendalian banjir.

  a. Pengendalian tata ruang Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan penggunaan ruang sesuai kemampuannya dengan mepertimbangkan permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya, dan penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai.

  b. Pengaturan debit banjir Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan pembangunan dan pengaturan bendungan dan waduk banjir, tanggul banjir, palung sungai, pembagi atau pelimpah banjir, daerah retensi banjir, dan sistem polder.

  • • penataan daerah lingkungan sungai, seperti: penetapan garis sempadan

    sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, dan penertiban bangunan di

  • d. Peningkatan peran masyarakat peningkatan peran serta masyarakat diwujudkan dalam: o pembentukan forum peduli banjir sebagai wadah bagi masyarakat untuk berperan dalam pengendalian banjir. o bersama dengan Pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyusun dan menyosialisasikan program pengendalian banjir. o menaati peraturan tentang pelestarian sumber daya air, antara lain tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang untuk:
  • mengubah aliran sungai;
  • mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai;
  • membuang benda-benda atau bahan-bahan padat dan/atau cair ataupun yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran; dan • pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan/atau bahan lainnya.

  e. Pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat o penyediaan informasi dan pendidikan; o rehabilitasi, rekonstruksi, dan/atau pembangunan fasilitas umum; o melakukan penyelamatan, pengungsian, dan tindakan darurat lainnya; o penyesuaian pajak; dan o asuransi banjir.

  • f. Pengelolaan daerah tangkapan air o pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan, kawasan budidaya, dan kawasan lindung); o rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak;

    o konservasi tanah dan air, baik melalui metoda vegetatif,

    kimia, maupun mekanis; o perlindungan/konservasi kawasan –kawasan lindung.
  • g. Penyediaan dana

    o pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin

    dan dikelola sendiri oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir; o penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang rawan banjir; dan

    o penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah

    dan pemerintah daerah.

  Antisipasi

  • • Ada solusi praktis, murah, dan dapat memberikan

    keuntungan langsung pada petani dalam antisipasi dan minimalisasi dampak banjir yang terjadi belakangan ini, yaitu melalui panen hujan dan aliran permukaan.

  harus didukung oleh

  • Solusi ini tentu penatagunaan lahan sesuai dengan kemampuannya agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. (Gatot Irianto, PhD) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Sumur Resapan

  • Beberapa Ketentuan Umum untuk Pembangunan Konstruksi Sumur Resapan • Sumur resapan sebaiknya berada diatas elevasi/kawasan sumur-sumur gali biasa.
  • Untuk menjaga pencemaran air di lapisan aquifer, kedalaman sumur resapan harus diatas kedalaman muka air tanah tidak tertekan (unconfined aquifer) yang ditandai oleh adanya mata air tanah. Pada daerah berkapur/karst perbukitan kapur dengan kedalaman/solum tanah yang dangkal, kedalaman air tanah pada umumnya sangatlah dalam sehingga pembuatan sumur resapan sangatlah tidak direkomendasikan. Demikian pula sebaliknya di lahan pertanian pasang surut yang berair tanah sangat dangkal.
  • Untuk mendapatkan jumlah air yang memadai, sumur resapan harus memiliki tangkapan air hujan berupa suatu bentang lahan baik berupa lahan pertanian atau atap rumah.
  • Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan masuk kedalam sumur melalui saluran air, sebaiknya dilakukan penyaringan air di bak kontrol terlebih dahulu.
  • Bak kontrol terdiri-dari beberapa lapisan berturut-turut adalah lapisan gravel (kerikil), pasir kasar, pasir dan ijuk.

  • Penyaringan ini dimaksudkan agar partikel-partikel debu hasil erosi dari daerah tangkapan air tidak terbawa masuk ke sumur sehingga tidak menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang ada.
  • Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan, dasar sumur yang berada di lapisan kedap air dapat diisi dengan batu belah atau ijuk.
  • Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa pengeluaran yang letaknya lebih rendah dari pada pipa pemasukan untuk antisipasi manakala terjadi overflow/luapan air di dalam sumur. Bila tidak dilengkapi dengan pipa pengeluaran, air yang masuk ke sumur harus dapat diatur misalnya dengan seka balok dll.
  • Diameter sumur bervariasi tergantung pada besarnya curah hujan, luas tangkapan air, konduktifitas hidrolika lapisan aquifer, tebal lapisan aquifer dan daya tampung lapisan aquifer. Pada umumnya diameter berkisar antara 1
    • – 1,5 m

  • Tergantung pada tingkat kelabilan/kondisi lapisan tanah dan ketersediaan dana yang ada, dinding sumur dapat dilapis pasangan batu bata atau buis beton. Akan lebih baik bila dinding sumur dibuat lubang-lubang air dapat meresap juga secara horizontal.
  • Untuk menghindari terjadinya gangguan atau kecelakaan maka bibir sumur dapat dipertinggi dengan pasangan bata dan atau ditutup dengan papan/plesteran.
  • Read more:

  

Panen Hujan

  • Teknologi panen hujan merupakan salah satu teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dalam upaya mengantisipasi perubahan iklim. Teknologi ini terdiri dari teknologi pembuatan embung dan teknologi dam parit yang dapat dilakukan untuk membantu petani pada saat musim kemarau.
  • 1. Embung • Embung adalah salah satu teknologi pemanenan aliran permukaan dan air hujan, berfungsi sebagai tempat resapan yang dapat meningkatkan kapasitas simpan air tanah dan dapat dimanfaatkan untuk pengairan tanaman pada musim kemarau.
  • Agar berdaya guna dan berhasil guna, pembuatan embung perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
  • Embung dibangun dikawasan yang mempunyai luas daerah aliran air (tampungan) yang cukup, sehingga limpasan air hujan dapat disalurkan ke dalam embung hingga mengisi penuh pada musim hujan. Untuk embung ukuran 400 m3, daerah aliran/tangkapan air hujan di atasnya minimal 800m2;
  • Kedalaman embung berkisar antara 4 – 10 m;
  • Jika merupakan milik perorangan atau keluarga, embung hendaknya dibuat di dekat atau di lahan pertanian miliknya. Bila merupakan embung kelompok, letaknya harus pada tempat yang disepakati, memenuhi persyaratan daerah aliran dan tidak terlalu jauh dari saluran pembuangan utama agar memudahkan pembuangan kelebihan air;
  • Jika embung dibuat pada lahan miring, perlu memperhatikan sifat-sifat

    tanah terutama stabilitas dan porositas. Pada tanah yang labil, embung

    mudah longsor atau retak, contohnya pada tanah Vertisol/Grumusol atau tanah lain yang mudah retak.
  • • Pada dasarnya embung dapat dibedakan menjadi embung pertanian dan

    embung tradisional. Embung pertanian dirancang untuk irigasi lahan

    pertanian dalam skala yang cukup luas, biasanya dibuat permanen atau

    semi permanen. Semen dan plastik dibutuhkan untuk membuat dasar dan

    dinding kedap air. Embung tradisional adalah galian tanah yang dibuat

    petani untuk menampung hujan dan aliran permukaan dengan volume

    yang tidak terlalu besar. Embung tradisional biasanya dibuat pada tanah-

    tanah yang lapisan bawahnya kedap air, dapat pula dibuat pada dasar sungai yang mengering di musim kemarau.

  • 2. Dam Parit • Dam parit dibangun untuk membendung aliran air pada suatu parit (drainage network) dan mendistribusikannya untuk mengairi lahan disekitarnya. Pada prinsipnya teknologi dam parit bertujuan untuk:
  • Menurunkan debit puncak untuk menghindari banjir dan tanah longsor serta erosi;
  • Pembuatan dam parit yang memotong aliran air akan mengurangi kecepatan aliran parit;
  • • Memperpanjang selang waktu antara saat curah hujan maksimum dengan

    debit maksimum untuk meningkatkan debit dan lamanya ketersediaan air, sehingga meningkatkan luas lahan yang dapat diairi;
  • Keuntungan pembuatan dam parit di antaranya:
  • Mengurangi resiko erosi tanah dan banjir di daerah hilir;
  • Tersedianya air menurut ruang dan waktu, sehingga menekan resiko kekeringan dan meningkatkan luas lahan yang dapat dibudidayakan.
  • Informasi lebih lanjut dapat menghubungi :

   Dam Parit

  Embung