Pengaruh Tataguna Lahan dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengendalian Banjir di Kabupaten Aceh Utara

(1)

PENGARUH TATAGUNA LAHAN DAN PARTISIPASI

MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR

DI KABUPATEN ACEH UTARA

DISERTASI

Oleh

WESLI

NIM : 098105004

Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D AN

2 0 1 3


(2)

PENGARUH TATAGUNA LAHAN DAN PARTISIPASI

MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR

DI KABUPATEN ACEH UTARA

DISERTASI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor dalam Program Doktor Ilmu Perencanaan Wilayah pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dibawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera

Utara

Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K) Untuk dipertahankan dihadapan sidang Terbuka Senat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

WESLI

NIM : 098105004

Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D AN

2 0 1 3


(3)

Judul Disertasi : PENGARUH TATAGUNA LAHAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR DI KABUPATEN ACEH UTARA

Nama Mahasiswa : WESLI

Nomor Pokok : 098105004

Program Studi : Doktor (S3) Perencanaan Wilayah

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Promotor

(Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE)

(Prof. Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE) (

Co-promotor Co-promotor

Prof.Dr. Suwardi Lubis, MS)

Ketua Program Studi Direktur

Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc


(4)

Disertasi telah Diuji pada Ujian Tertutup Tanggal : 20 Maret 2013

SK Rektor USU Nomor: 351/UN5.1.R/SK/SSA/2013 tanggal 06 Maret 2013

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Ketua : Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE USU Medan Anggota : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE USU Medan Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS USU Medan Prof. Erlina, SE, Ak, M.Si., Ph.D USU Medan

Prof. Dr. Badaruddin, MS USU Medan


(5)

TIM PROMOTOR

Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

(Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara)

Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE (Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara)

Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS

(Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

---

TIM PENGUJI LUAR KOMISI

Prof. Erlina, SE, Ak, M.Si., Ph.D

(Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara)

Prof. Dr. Badaruddin, MS

(Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

Prof. Dr. Abu Bakar Hamzah, M.Sc


(6)

PERNYATAAN

Judul Disertasi

“PENGARUH TATAGUNA LAHAN DAN PARTISIPASI

MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR

DI KABUPATEN ACEH UTARA”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa disertasi ini disusun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Doktor Perencanaan Wilayah

pada Program Studi Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya

penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada

bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan

disertasi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai

dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau

sebagian disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya

plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima

sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan

sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Mei 2013 Penulis

Wesli Meterai


(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Wesli

Tempat tgl lahir : Belawan, 9 Mei 1961

Agama : Islam

Alamat : Jl. Plaju I No. 9 Komplek PT. Arun NGL

Batuphat Barat, Lhokseumawe

Pekerjaan : Dosen Fakultas Teknik Unimal

Email : ir_wesli@yahoo.co.id

Nama Isteri : Hindun Farah Fatini

Nama Anak : Farly Andhareshi

RIWAYAT PENDIDIKAN

- SD Negeri 2 Sabang, tamat tahun 1974 - SMP Negeri I Sabang, tamat tahun1977 - SMA Negeri I Sabang, tamat tahun 1981

- S1 Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, tamat tahun 1988

- S2 Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, tamat Februari tahun 2005

RIWAYAT PEKERJAAN

2002 - 2003 Kepala Laboratorium Jurusan Teknik Sipil 2003 - 2004 Ketua Jurusan Teknik Sipil

2004 - 2006 Ketua Program Hibah Kompetisi A1 Jurusan Teknik Sipil 2007 - Kepala Pusat Studi Teknologi dan Pembangunan

BUKU ILMIAH YANG DIPUBLIKASIKAN

2008 Buku Referensi; Drainase Perkotaan, Penulis Tunggal, Penerbit Graha Ilmu Yogyakarta, ISBN: 978-979-756-366-0


(8)

KERJASAMA DENGAN INSTANSI

2008 – 2009 Anggota Komisi Amdal Provinsi Aceh

2008 – 2009 Anggota Komisi Irigasi Kabupaten Aceh Utara

2009 – 2010 Provincial Project Manager Strengthening Sustainable Peace And Development In Aceh (SSPDA) Bappenas

2010 – 2011 Tenaga Ahli Team Technical Assistance Bupati Aceh Utara 2011 – 2012 Tenaga Ahli DPRK Aceh Utara

2011 – 2012 Wakil Ketua Workshop Percepatan Pembangunan Kabupaten Aceh Utara pada Pemkab Aceh Utara

2012 Tenaga Ahli Penyusun RPJM Kabupaten Aceh Utara 2012-2017, Bappeda Aceh Utara

2012 Tenaga Ahli Penyusun RPJM Kota Lhokseumawe 2012-2017, Bappeda Lhokseumawe

2012 Team Evaluasi Kinerja SKPD Aceh Utara

PENGHARGAAN

1997 Juara II Lomba Cipta Lagu Mars Aceh dan juara Harapan II Lagu Hymne Aceh, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Aceh

2011 Ketua Dewan Juri pada Audisi Gita Bahana Nusantara (GBN) tahun 2011, di Banda Aceh, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh

2012 Ketua Dewan Juri pada Pemilihan Bintang Radio Tingkat Nasional tahun 2011, LPP RRI Lhokseumawe di Lhokseumawe

2012 Penghargaan Insentif Buku Ajar, Dikti, Kementerian Pendidkan dan Kebudayaan

KEGIATAN PROFESI

2005 – 2012 Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI), sebagai anggota

2003 – 2012 Ikatan Sarjana Teknik Sipil (ISATSI) NAD DPD Kota Lhokseumawe, Sebagai Sekretaris


(9)

PENGARUH TATAGUNA LAHAN DAN PARTISIPASI

MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR

DI KABUPATEN ACEH UTARA

ABSTRAK

Sungai Krueng Keureuto di kabupaten Aceh Utara sering menimbulkan banjir khususnya pada curah hujan yang tinggi, yang berakibat buruk bagi masyarakat terutama di kecamatan Matangkuli, Lhoksukon, Baktiya, Tanah Pasir dan kecamatan Baktiya Barat. Bencana banjir terjadi umumnya dengan lama genangan 7-15 hari, tinggi genangan 60-100 cm. Tingkat kerugian Rp 60 milar - Rp. 70 miliar per tahun. Perubahan lahan akibat penebangan hutan secara tidak terkendali dan penggunaan lahan yang tidak pada peruntukannya diduga penyebab terjadinya banjir. Rendahnya partisipasi masyarakat terhadap pencegahan banjir terlihat dari banyaknya sampah pada saluran maupun sungai, hal ini menyebabkan penyempitan aliran dan menjadi banjir. Disamping itu Qanun tata ruang wilayah (RTRW) belum ada sehingga perubahan tataguna lahan yang tidak terencana penyumbang penyebab banjir, sistem drainase kota belum tertata dengan baik. Penelitian ini ingin menelusuri dan menjawab seberapa besar pengaruh tataguna lahan terhadap banjir, seberapa besar pengaruh partisipasi masyarakat terhadap banjir dan seberapa besar pengaruh hubungan perubahan tataguna lahan dan partisipasi masyarakat terhadap banjir di Aceh Utara. Pada penelitian ini dinyatakan bahwa variabel tataguna lahan memiliki pengaruh langsung sebesar -0.323 terhadap variabel banjir dan tidak mempunyai pengaruh tak langsung terhadap variabel banjir sehingga efek total sebesar -0,323. Variabel partisipasi masyarakat memiliki pengaruh langsung sebesar 1.640 dan tidak mempunyai pengaruh tak langsung terhadap variabel pengendalian banjir sehingga mempunyai efek total sebesar 1,640. Variabel partisipasi masyarakat memiliki pengaruh langsung sebesar -0.416 dan mempunyai pengaruh tak langsung sebesar 2,322 terhadap variabel banjir sehingga mempunyai efek total sebesar 1,906. Variabel tataguna lahan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap variabel pengendalian banjir dan juga tidak mempunyai pengaruh tak langsung terhadap variabel pengendalian banjir sehingga tidak mempunyai efek total atau sebesar 0,000. Variabel tataguna lahan memiliki pengaruh langsung sebesar -0.323 terhadap variabel banjir dan tidak mempunyai pengaruh tak langsung terhadap variabel banjir sehingga efek total sebesar -0,323. Variabel pengendalian banjir memiliki pengaruh langsung sebesar 1.416 terhadap variabel banjir dan tidak mempunyai pengaruh tak langsung terhadap variabel Banjir dengan demikian mempunyai efek total sebesar 1,416. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel tataguna lahan berpengaruh signifikan terhadap variabel banjir dan variabel partisipasi masyarakat terhadap variabel banjir juga signifikan. Pengaruh variabel pengendalian banjir terhadap variabel banjir adalah signifikan


(10)

THE EFFECT OF LAND USE AND COMMUNITY

PARTICIPATION FOR FLOOD CONTROL

IN NORTH

ACEH DISTRICT

ABSTRACT

Krueng Keureuto river in North Aceh district often frequent flooding especially when rainfall is high, which is bad for people, especially in some sub districts such as Matangkuli, Lhoksukon, Baktiya, Tanah Pasir and Baktiya Barat. The flood occurred during 7-15 days at level of 60-100 cm. property loss average of Rp. 60 billion - Rp. 70 billion every year. Land use changes due to uncontrolled deforestation and land use that are not on the suspected cause of the flood designation. Lack of community participation in the prevention of floods seen from the bins on the channel or the river it causes constriction and flow into a flood. Besides the Qanun of Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) so that there is no land use change contributing cause unplanned flooding, drainage system has not been well ordered. This study wanted to explore and respond the sffect of land use on flooding, how much influence community participation to flooding and how the effect correlation of land use and community participation on flooding in North Aceh. The research states that land use variables have a direct effect on the flood variable of -0,323 and did not have an indirect effect so that the total effect of -0,323. Community participation variables have a direct effect of 1,640 and does not have an indirect effect on flood control variable that has the total effect of 1,640. Community participation variables have a direct effect of -0,416 and have an indirect effect of 2,322 on the flood variable that has a total effect of 1,906. Land use variables have no direct effect on the flood control variable and also does not have an indirect effect that has no total effect or of 0,000. Land use variables have a direct effect on the flood variable of 0307 and did not have an indirect effect so that the total effect of -0,323. Flood control variables have a direct effect on the flood variable of 1,416 and did not have an indirect effect and thus have a total effect of 1,416. The results of research that land use variables significant effect on flood variables and community participation variable of these was also significant flood variable. Effect of flood control variable is significant on flood variables


(11)

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim.

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi dengan judul “Pengaruh Tataguna Lahan dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengendalian Banjir di Kabupaten Aceh Utara”

Dalam penyususnan Disertasi ini penulis berupaya untuk menyusun dengan sebaik mungkin namun penulis menyadari sebagai manusia tentunya tidak luput dari kekurangan dan kelemahan baik dalam substansi maupun penyajian, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran guna penyempurnaan di kemudian hari.

Selama melakukan penelitian dan penulisan disertasi ini, Penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K),

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku Promotor yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan disertasi ini.

4. Ibu Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak selaku Sekretaris Program Studi Doktor (S3) Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku penguji luar komisi pembimbing atas saran dan kritik yang diberikan untuk penyempurnaan penulisan disertasi ini

5. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS selaku Co Promotor yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan disertasi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MS selaku penguji luar komisi pembimbing atas saran dan kritik yang diberikan untuk penyempurnaan penulisan disertasi ini 7. Bapak Prof. Dr Abu Bakar Hamzah, M.Sc, selaku penguji luar komisi

pembimbing atas saran dan kritik yang diberikan untuk penyempurnaan penulisan disertasi ini


(12)

8. Bapak dan Ibu dosen Program Doktor Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (Prof.Dr.Chairuddin P.Lubis, DTM&H, SpA(K); Prof.Dr.Ir.Sumono, MS; Prof. Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE; Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS; Prof. Bachtiar Hassan Miraza; Prof. Dr.Lic.rer.reg. Sirojuzilam, S; Prof. Dr.Ramli, SE., MS; Prof. Dr.Soetiastie Soemitro Remi, SE., MS; Prof. Dr. H. Bomer Pasaribu, SH., SE., MS; Dr. Murni Daulay, SE., MS; Dr.Polin L.R Pospos; Dr. Ir. Ibnu Syabri, M.Sc; Dr. Ridwan Siregar, M.Lib) yang telah memberikan pencerahan keilmuan selama proses perkuliahan:

9. Rekan-rekan mahasiswa S3 Perencanaan Wilayah yang telah mendukung dalam seminar-seminar disertasi ini

10. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung proses penelitian dan penulisan naskah disertasi ini, Para pimpinan dan staf SKPK terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara.

11. Isteri tercinta Hindun Farah Fatini dan anak tersayang Farly Andhareshi yang telah mendukung utamanya doa kepada Allah SWT

Penulis menyadari disertasi ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga disertasi ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, Februari 2013 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

DAFTAR SINGKATAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 17

1.3 Tujuan Penelitian ... 18

1.4 Manfaat Penelitian ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 21

2.1 Perencanaan Wilayah ... 21

2.2 Pilar Pengembangan Wilayah ... 29

2.3 Bencana ... 31

2.4 Tataguna Lahan ... 34

2.5 Banjir ... 44

2.5.1Pengendalian ruang kawasan rawan bencana ... 51

banjir 2.5.2Pembagian ruang yang berpotensi rawan bencana ... 52

longsor dan banjir 2.5.3Kebijakan pokok dan pemanfaatan ruang potensi banjir 53

2.6 Daerah Aliran Sungai (DAS) ... . 56

2.7 Partisipasi Masyarakat ... . 59

2.8 Penelitian Terdahulu ... 67

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 94

3.1 Kerangka Konseptual ... 94

3.2 Hipotesis Penelitian ... 105


(14)

4.1 Lokasi Penelitian ... 107

4.2 Populasi ... 110

4.3 Sampel ... 111

4.3.1 Besarnya sampel ... 112

4.3.2 Responden ... 117

4.4 Definisi Operasional Variabel ... 118

4.5 Pengumpulan Data ... 123

4.6 Analisis Data ... 124

4.6.1Analisis data Teknis ... 125

4.6.2Analisis data Kuesioner ... 126

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 133

5.1 Kondisi Banjir Secara Nasional ... 133

5.2 Kondisi Banjir Aceh Utara ... 140

5.3 Analisis Secara Teknis ... 147

5.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 149

5.4.1 Uji Validitas ... 150

5.4.2 Uji Reliabilitas ... 152

5.5 Analisis SEM (Structural Equation Model) ... 154

Menggunakan Software AMOS 5.5.1 Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Test) ... 155

5.5.2 Uji Normalitas ... 158

5.5.3 Interpretasi dan Modifikasi Model ... 160

5.5.4 Uji Kesahihan Konvergen ... 161

5.5.5 Uji Kausalitas Model ... 162

5.5.6 Efek Langsung, Efek Tak Langsung dan Efek Total ... 164

5.6 Pengujian Hipotesis ... 166

5.6.1 Hipotesis 1 pengaruh tataguna lahan terhadap banjir ... 167

5.6.2 Hipotesis 2 pengaruh partisipasi masyarakat terhadap .. 177

Banjir 5.6.3 Hipotesis 3 pengaruh tataguna lahan dan partisipasi... 181

masyarakat terhadap banjir 5.6.4 Pengaruh 4 partisipasi masyarakat terhadap ... 183

pengendalian banjir 5.6.5 Pengaruh 5 pengaruh partisipasi masyarakat dan ... 185

pengendalian banjir terhadap banjir 5.6.6 Pengaruh 6 pengaruh pengendalian banjir ... 187


(15)

5.7 Perencanaan Wilayah Dalam Pengendalian Banjir ... 189

5.7.1 Perencanaan terhadap pendekatan struktural ... 194

5.7.2 Perencanaan terhadap pendekatan non struktural ... 195

5.8 Temuan Teoritis ... 207

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 213

6.1 Kesimpulan ... 213

6.2 Saran ... 218

DAFTAR PUSTAKA ... 222

LAMPIRAN DATA ... 232

LAMPIRAN ANALISIS SECARA TEKNIS ... 252

LAMPIRAN OUTPUT AMOS ... 277

LAMPIRAN OUTPUT RELIABILITAS ... 301


(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1 Tataguna Lahan Kabupaten Aceh Utara tahun 2010 12

2.1 Matriks Mapping Penelitian Terdahulu ... 83

3.1 Strategi Mengatasi Banjir Secara Menyeluruh ... 96

4.1 Penggunaan Lahan Tahun 2011 ... ... 109

4.2 Jumlah populasi/rumah tangga di 5 kecamatan tahun 2011 ... 111

4.3 Penentuan ukuran sampel ... 116

4.4 Penentuan proporsi responden/informan ... 117

4.5 Definisi Operasional Variabel ... 121

5.1 Rata-rata kejadian bencana di Indonesia tahun 2002-2009 ... 134

5.2 Dampak banjir di Indonesia tahun 2001-2005 ... 135

5.3 Luas banjir (ha) pada tanaman padi tahun 2005-2006 ... 139

5.4 Kejadian banjir di Aceh Utara tahun 2012 ... 145

5.5 Tataguna lahan eksisting dan debit yang terjadi ... 148

5.6 Hasil uji validitas data ... 151

5.7 Hasil uji reliabilitas data ... 153

5.8 Hasil uji kesesuaian model (good of fit test) ... 155

5.9 Hasil uji normalitas ... 159

5.10 Hasil Standardized Residual Covariance ... 160

5.11 Bobot regresi pada faktor ... 162

5.12 Uji kausalitas model ... 163

5.13 Standardized direct effects ... 164

5.14 Standardized indirect effects ... 164

5.15 Standardized total effects ... 164

5.16 Hasil estimasi c.r (critical ratio) dan P-Value ... 166

T.1 Perubahan Tataguna Lahan Kabupaten Aceh Utara ... 232

tahun 2002-2010 T.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Utara Tiap Kecamatan ... 233


(17)

T.4 Jumlah Penduduk Pada Lokasi Penelitian ... 235

T.5 Jumlah Desa dan Rumah Tangga Pada Lokasi Penelitian ... 235

T.6 Data Responden ... 236

T.7 Data Informan Aparatur Pemerintah ... 250

A.1 Pengolahan Data Hujan Selama 15 Tahun ... 252

A.2 Reduced Mean (Yn A.3 Reduced Standar Deviasi (S ) ... 253

n A.4 Nilai Kritis Do untuk Uji Smirnov-Kolmogorov ... 255

) ... 253

A.5 Uji Kecocokan Smirnov Kosmogorov ... 256

A.6 Rekapitulasi Perhitungan Hujan Harian dan Inensitas Hujan ... 263

A.7 Perhitungan Debit Maksimum ... 264

A.8 Koefisien Pengaliran Berdasarkan Referensi ... 265

A.9 Koefisien Lahan Berdasarkan Nilai CDAS ... 266

A.10 Data Awal (Initial Data) ... 267

A.11 Hasil Perhitungan Iterasi Pertama ... 267

A.12 Hasil Perhitungan Iterasi Kedua ... 268

A.13 Hasil Perhitungan Iterasi Ketiga ... 268

A.14 Hasil Perhitungan Iterasi Keempat ... 269

A.15 Hasil Perhitungan Iterasi Kelima ... 269

A.16 Hasil Perhitungan Iterasi Keenam ... 270

A.17 Akhir Iterasi ... 270

A.18 Hasil Akhir Tata Guna Lahan ... 271

A.19 Rangkuman Konstrain Tata Guna Lahan ... 271

A.20 Hasil Optimasi Tata Guna Lahan dan Debit Yang Terjadi ... 271

A.21 Debit Maksimum Berdasarkan Luas Lahan Eksisting ... 272

A.22 Debit Maksimum Periode Ulang T Tahun Berdasarkan RUTR .. 273

A.23 Debit Maksimum Periode Berdasarkan Hasil Optimasi ... 274

A.24 Perhitungan Kapasitas Sungai Terhadap Debit Maksimum ... 275

A.25 Perbandingan Luas Tanaman Penyangga Air Terhadap Debit .... 275

A.26 Perbandingan Luas Tanaman Penyangga Air Terhadap ... 276 Debit Kondisi Seimbang


(18)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1.1 Peta Indeks Resiko Bencana Banjir ... 9

2.1 Tiga Pilar Pengembangan Wilayah ... 31

2.2 Pembagian Kawasan Potensi Rawan Bencana Banjir ... 53

dan Longsor 2.3 Struktur Sungai Berdasarkan Permen PU No 63/PRT/1993 ... 59

3.1 Kerangka konseptual Penelitian ... 103

4.1 Peta Lokasi Penelitian ... 108

5.1 Jumlah kejadian bencana secara nasional tahun 2002-2009 ... 133

5.2 Jumlah kejadian banjir setiap propinsi tahun 2002-2010 ... 138

5.3 Peta daerah pengaliran sungai DAS Krueng Keureuto ... 141

5.4 Peta daerah rawan banjir Aceh Utara ... 143

5.5 Jumlah kejadian bencana Aceh Utara Tahun 2011 ... 144

5.6 Kondisi genangan banjir Aceh Utara ... 146

5.7 Kondisi masyarakat korban banjir Aceh Utara ... 146

5.8 Hasil Model Penelitian ... 156

5.9 Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) terkait ... 173

rumah atau ruko di lahan sawah berdasarkan informasi dari aparatur sebagai informan 5.10 Kejadian ilegal logging di Aceh Utara Berdasarkan responden ... 174

5.11 Pelibatan masyarakat dalam pemeliharaan infrastruktur banjir .. 178

berdasarkan responden 5.12 Model Penelitian tataguna lahan dan paertisipasi masyarakat .... 209

(wesli, 2012) 5.13 Model Penelitian Tataguna Lahan Suroso et al (2006) ... 209

5.14 Model Penelitian Tataguna Lahan Kurnia et al (2006) ... 210

5.15 Model Penelitian Partisipasi Masyarakat Yudho (2002) ... 211

A.1 Grafik Intensitas Hujan Periode Ulang T Tahun ... 264

A.2 Grafik Debit Maksimum Berdasarkan Periode Ulang T Tahun .. 265

A.3 Grafik Perbandingan Tata Guna Lahan ... 272 A.4 Grafik Perbandingan Debit Maksimum Periode Ulang T Tahun 274


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Lampiran Data Penelitian 232

2 Lampiran Analisis Secara Teknis 252

3 Lampiran Output Amos 277

4 Lampiran Output reliabilitas 301


(20)

DAFTAR SINGKATAN

DAS Daerah Aliran Sungai

BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Km Kilo meter

S Slope

RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah Perda Peraturan Daerah

Ha Hektar

NGO Non Government Organization

Cm Senti Meter

SDA Sumber Daya Alam

SDM Sumber Daya Manusia

UNISDR United Nations International Strategy for Disaster Reduction

PAD Pendapatan Asli Daerah

IFPRI International Food Policy Research Institute

MAB Muka Air Banjir

DMS Daerah Manfaat Sungai

DPS Daerah Penguasaan Sungai

IFM Integrated Flood Management

IWRM Integrated Water Resources Management

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

PUSPICS Pusat Pendidikan Interpretasi Citra dan Survei Terpadu CSR Corporate Social Responsibility

HRU Hydrological Response Unit

SEM Structural Equaition Model

ISBN International Standard Book Number

ICDA International Conference on Development of Aceh ISOCARP International Society of City and Regional Planners API Antecedent Precipitation Index

OLS Ordinary Least Squares

LPM Linear Probability Model

SCS Soil Conservation Service

CN Curve Number


(21)

AMOS Analysis of Moment Structure Fasos Fasilitas sosial

Fasum Fasilitas umum

SWS Satuan Wilayah Sungai

Bappeda Badan Perencanaan Daerah CITC Corrected Item-Total Correlation PCA Principle Components Analysis

GFT Goodness of Fit Test

GFI Goodness-of-Fit Index

AGFI Adjusted Goodness-of-Fit Index

TLI Tucker Lewis Index

CFI Comparative Fit Index

RMSEA Root Mean Square Error of Approximation

CR Critical Ratio

MLE Maximum Likelihood Estimates

MIN Minimum

MAX Maximum

Skew Skweness

SE Standard Error

df Degree of Freedom

P Probability

Ruko Rumah Toko

IMB Izin Mendirikan Bangunan

OP Operasi dan Pemeliharaan

Perbub Peraturan Bupati

PSDA Pengelolaan Sumber Daya Air

BPWS Balai Pengembangan Wilayah Sungai

Satkorlak PBP Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi

ORARI Organisasi Amatir Radio Indonesia RAPI Radio Antar Penduduk Indonesia

PBB Pajak Bumi dan Bangunan

ANOVA Analysis of Variance

PM Partisipasi Masyarakat

TTGL Tataguna Lahan

PB Pengendalian banjir

B Banjir


(22)

PENGARUH TATAGUNA LAHAN DAN PARTISIPASI

MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR

DI KABUPATEN ACEH UTARA

ABSTRAK

Sungai Krueng Keureuto di kabupaten Aceh Utara sering menimbulkan banjir khususnya pada curah hujan yang tinggi, yang berakibat buruk bagi masyarakat terutama di kecamatan Matangkuli, Lhoksukon, Baktiya, Tanah Pasir dan kecamatan Baktiya Barat. Bencana banjir terjadi umumnya dengan lama genangan 7-15 hari, tinggi genangan 60-100 cm. Tingkat kerugian Rp 60 milar - Rp. 70 miliar per tahun. Perubahan lahan akibat penebangan hutan secara tidak terkendali dan penggunaan lahan yang tidak pada peruntukannya diduga penyebab terjadinya banjir. Rendahnya partisipasi masyarakat terhadap pencegahan banjir terlihat dari banyaknya sampah pada saluran maupun sungai, hal ini menyebabkan penyempitan aliran dan menjadi banjir. Disamping itu Qanun tata ruang wilayah (RTRW) belum ada sehingga perubahan tataguna lahan yang tidak terencana penyumbang penyebab banjir, sistem drainase kota belum tertata dengan baik. Penelitian ini ingin menelusuri dan menjawab seberapa besar pengaruh tataguna lahan terhadap banjir, seberapa besar pengaruh partisipasi masyarakat terhadap banjir dan seberapa besar pengaruh hubungan perubahan tataguna lahan dan partisipasi masyarakat terhadap banjir di Aceh Utara. Pada penelitian ini dinyatakan bahwa variabel tataguna lahan memiliki pengaruh langsung sebesar -0.323 terhadap variabel banjir dan tidak mempunyai pengaruh tak langsung terhadap variabel banjir sehingga efek total sebesar -0,323. Variabel partisipasi masyarakat memiliki pengaruh langsung sebesar 1.640 dan tidak mempunyai pengaruh tak langsung terhadap variabel pengendalian banjir sehingga mempunyai efek total sebesar 1,640. Variabel partisipasi masyarakat memiliki pengaruh langsung sebesar -0.416 dan mempunyai pengaruh tak langsung sebesar 2,322 terhadap variabel banjir sehingga mempunyai efek total sebesar 1,906. Variabel tataguna lahan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap variabel pengendalian banjir dan juga tidak mempunyai pengaruh tak langsung terhadap variabel pengendalian banjir sehingga tidak mempunyai efek total atau sebesar 0,000. Variabel tataguna lahan memiliki pengaruh langsung sebesar -0.323 terhadap variabel banjir dan tidak mempunyai pengaruh tak langsung terhadap variabel banjir sehingga efek total sebesar -0,323. Variabel pengendalian banjir memiliki pengaruh langsung sebesar 1.416 terhadap variabel banjir dan tidak mempunyai pengaruh tak langsung terhadap variabel Banjir dengan demikian mempunyai efek total sebesar 1,416. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel tataguna lahan berpengaruh signifikan terhadap variabel banjir dan variabel partisipasi masyarakat terhadap variabel banjir juga signifikan. Pengaruh variabel pengendalian banjir terhadap variabel banjir adalah signifikan


(23)

THE EFFECT OF LAND USE AND COMMUNITY

PARTICIPATION FOR FLOOD CONTROL

IN NORTH

ACEH DISTRICT

ABSTRACT

Krueng Keureuto river in North Aceh district often frequent flooding especially when rainfall is high, which is bad for people, especially in some sub districts such as Matangkuli, Lhoksukon, Baktiya, Tanah Pasir and Baktiya Barat. The flood occurred during 7-15 days at level of 60-100 cm. property loss average of Rp. 60 billion - Rp. 70 billion every year. Land use changes due to uncontrolled deforestation and land use that are not on the suspected cause of the flood designation. Lack of community participation in the prevention of floods seen from the bins on the channel or the river it causes constriction and flow into a flood. Besides the Qanun of Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) so that there is no land use change contributing cause unplanned flooding, drainage system has not been well ordered. This study wanted to explore and respond the sffect of land use on flooding, how much influence community participation to flooding and how the effect correlation of land use and community participation on flooding in North Aceh. The research states that land use variables have a direct effect on the flood variable of -0,323 and did not have an indirect effect so that the total effect of -0,323. Community participation variables have a direct effect of 1,640 and does not have an indirect effect on flood control variable that has the total effect of 1,640. Community participation variables have a direct effect of -0,416 and have an indirect effect of 2,322 on the flood variable that has a total effect of 1,906. Land use variables have no direct effect on the flood control variable and also does not have an indirect effect that has no total effect or of 0,000. Land use variables have a direct effect on the flood variable of 0307 and did not have an indirect effect so that the total effect of -0,323. Flood control variables have a direct effect on the flood variable of 1,416 and did not have an indirect effect and thus have a total effect of 1,416. The results of research that land use variables significant effect on flood variables and community participation variable of these was also significant flood variable. Effect of flood control variable is significant on flood variables


(24)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keragaman curah hujan (rainfall variability) menurut ruang (spatial) dan waktu (temporal) menyebabkan jumlah, waktu dan penyebaran curah hujan berbeda antar wilayah dan antar waktu. Keragaman ini sering kali sulit diprediksi dan diantisipasi akibat dinamika atmosfer, sehingga selalu terjadi ketidaksesuaian antara yang diperlukan dan yang tersedia. Pada musim kemarau, pasokan air sangat terbatas, sementara kebutuhannya relatif tetap, sehingga pasokan air untuk pertanian menjadi terbatas. Pada musim kering dapat menyebabkan terjadinya kegagalan usaha pertanian, perkebunan, peternakan dan lainnya, sementara kondisi sebaliknya pada musim hujan terjadi kelebihan air dan ketika sungai-sungai maupun saluran lainnya tidak mampu mengalirkan air maka terjadilah banjir.

Menurut laporan Kajian Kebijakan Penanggulangan Banjir pada Deputi Bidang Sarana dan Prasarana tahun 2010 yang dilakukan oleh Direktorat Pengairan dan Irigasi dinyatakan bahwa di seluruh Indonesia tercatat 5.590 sungai induk dan 600 diantaranya berpotensi menimbulkan banjir. Daerah rawan banjir yang dicakup oleh sungai-sungai induk ini mencapai 1,4 juta hektar. Menurut suripin (2008) dinyatakan bahwa banjir yang terjadi di daerah-daerah rawan pada dasarnya disebabkan oleh kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya


(25)

perubahan tata guna lahan dan berdampak pada perubahan alam. Penyebab lainnya adalah peristiwa alam seperti curah hujan yang sangat tinggi, kenaikan permukaan air laut, badai, dan sebagainya. Disamping itu banjir juga dapat terjadi akibat dari degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah pada catchment area, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan sebagainya. Lebih lanjut dilaporkan oleh Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Direktorat Pengairan dan Irigasi bahwa hampir seluruh kegiatan penanganan masalah banjir yang dilakukan pemerintah melalui berbagai proyek pembangunan dengan lebih mengandalkan pada upaya yang bersifat fisik atau struktur (structural approach). Berbagai upaya struktural (infrastruktur) yang telah dilakukan pada umumnya masih sangat kurang memadai bila dibandingkan dengan laju peningkatan masalah. Masyarakat baik yang secara langsung menderita masalah maupun yang tidak langsung menyebabkan terjadinya masalah masih kurang berperan baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan operasi serta pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana fisik pengendali banjir maupun terhadap upaya-upaya nonfisik. Hal ini kemungkinan besar disebabkan adanya berbagai kendala yang ada dimasyarakat antara lain menyangkut kondisi sosial ekonomi serta belum adanya kesamaan pemahaman terhadap upaya mengatasi masalah banjir.

Masalah banjir berdampak sangat luas terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, oleh sebab itu upaya untuk mengatasinya harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai kegiatan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perubahan lingkungan yang terjadi


(26)

sebagai dampak dari berbagai kegiatan manusia termasuk perubahan iklim berkenaan dengan pemanasan global, berpengaruh sangat signifikan terhadap upaya mengatasi masalah banjir, antara lain dengan terjadinya kenaikan muka air laut dan peningkatan frekuensi curah hujan yang tinggi.

Pembangunan fisik baik di perkotaan maupun di perdesaan dengan membudidayakan kawasan yang berupa dataran banjir yang rawan tergenang banjir masih terus berlangsung, demikian pula perusakan lingkungan di daerah aliran sungai (DAS), sehingga masalah banjir masih terus meningkat dari waktu ke waktu. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya mengatasinya perlu lebih ditingkatkan. Untuk itu diperlukan penyempurnaan atau bahkan perubahan paradigma, kebijakan, strategi dan kegiatan penanganan masalah banjir ke depan baik yang menyangkut aspek-aspek teknis maupun nonteknis. Secara visual genangan dapat terjadi sebagai akibat luapan air dari sungai, akibat hujan setempat yang kurang lancar masuk ke saluran drainase atau ke sungai sehingga menimbulkan genangan. Ada kalanya genangan akibat air laut masuk ke daratan pada saat air pasang yang lazim disebut rob atau gabungan dari keduanya maupun ketiganya.

Banjir merupakan fenomena alam berupa kelebihan air yang menjadi limpasan permukaan akibat sungai maupun saluran-saluran yang ada (drainase) tidak mampu lagi mengalirkan air yang berlebihan tersebut. Selain itu bentuk sungai yang berliku-liku (meander) juga menyebabkan kecepatan aliran relatif rendah untuk mengalirkan air yang berlebih sehingga menimbulkan genangan di kiri kanan sungai. Dari aspek tataguna lahan juga dapat berpengaruh sebagai


(27)

pemicu terjadinya banjir di mana.perubahan atau alih fungsi lahan sebagian hutan menjadi lahan pertanian, pemukiman atau lainya sesuai kebutuhan pembangunan daerah mengakibatkan luas daerah resapan air menjadi berkurang sehingga penyerapan air hujan ke dalam tanah menjadi kecil dan sebaliknya limpasan permukaan menjadi lebih besar. Intensitas hujan yang tinggi sebagai penyebab banjir merupakan fenomena alam yang datangnya tidak dapat dihindari sebab hal ini merupakan gejala alam yang berusaha membuat perimbangan akibat perlakuan manusia terhadap alam, namun manusia dapat membuat perlakuan teknis terhadap alam untuk dapat mengendalikan kelebihan air tersebut sehingga mengurangi atau mengiliminir dampaknya sekecil mungkin dan tidak menimbulkan korban baik harta maupun nyawa manusia. Akibat tingginya intensitas hujan maka terjadi limpasan permukaan sehingga ada korelasi antara hujan dan limpasan (kelebihan air yang dapat menyebabkan banjir) merupakan dua fenomena yang tidak dapat dipisahkan yang saling terkait satu sama lainnya (Soemarto, 1993).

Hujan merupakan fenomena alam yang tidak dapat diketahui secara pasti namun dapat dilakukan perkiraan-perkiran berdasarkan data-data hujan terdahulu. Semakin banyak data hujan maka akan semakin mendekati akurasi perkiraan-perkiran yang akan dilakukan (Subarkah, 1980). Dalam suatu perencanaan, kebutuhan akan data yang akurat tidak dapat dihindari sebab jika data yang ada tidak akurat niscaya hasil dari perencanaanpun tidak seperti yang diharapkan. Sebagaimana diketahui bahwa ketersediaan data di Indonesia sangat minim dan tingkat akurasinya juga rendah.


(28)

Menurut Rencana Aksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat tahun 2010 bahwa ditinjau dari karakteristik geografis dan geologis wilayah Indonesia adalah salah satu kawasan rawan bencana banjir. Sekitar 30% dari 600 sungai yang ada di Indonesia melintasi wilayah padat penduduk. Kondisi penduduk sebagian adalah miskin dan tinggal di daerah rawan banjir. Pada umumnya bencana banjir tersebut terjadi di wilayah Indonesia bagian barat yang menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan di bagian Timur.

Berdasarkan kondisi morfologis, penyebab banjir adalah karena relief bentang alam Indonesia yang sangat bervariasi dan banyaknya sungai yang mengalir diantaranya. Daerah rawan banjir tersebut diperburuk dengan penggundulan hutan atau perubahan tata-guna lahan yang tidak memperhatikan daerah resapan air. Perubahan tataguna lahan yang kemudian berakibat menimbulkan bencana banjir, dapat dibuktikan antara lain di daerah perkotaan sepanjang pantai terutama yang dialiri oleh sungai. Penebangan hutan secara tidak terkontrol juga menyebabkan peningkatan aliran permukaan (run off), sehingga dapat menimbukan banjir bandang dan kerusakan lingkungan di daerah satuan wilayah sungai.

Berdasarkan Pedoman Penanggulangan Bencana Banjir (2008), dinyatakan bahwa dampak bencana banjir akan terjadi pada beberapa aspek dengan tingkat kerusakan berat, Aspek-aspek tersebut meliputi:

1. Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut, tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah dan penduduk terisolasi, sekolah terpaksa diliburkan


(29)

2. Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen, arsip, peralatan dan perlengkapan kantor dan terganggunya pelayanan masyarakat.

3. Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak berfungsinya pasar tradisional, kerusakan atau hilangnya harta benda, ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat.

4. Aspek sarana/prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.

5. Aspek lingkungan, antara lain berupa kerusakan eko sistem, obyek wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/jaringan irigasi.

Dari sisi lain kebutuhan air bagi sumber kehidupan manusia merupakan dilema di mana pada waktu tertentu terjadi kekurangan air sehingga fenomena ini berbanding terbalik dengan kondisi banjir, untuk itu perlu dilakukan pengelolaan sumber daya air demi menjamin ketersediaan dan kelestarian sumber daya air. Terkait dengan pembangunan sumber daya air di daerah, beberapa faktor yang mempengaruhi:

1. Kondisi daerah setempat, setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik kondisi geografis, geologis, demografis, dan sosial budaya. Hal tersebut sangat mempengaruhi pembangunan sumber daya air di daerah tersebut. Daerah dengan kondisi alam yang menjamin


(30)

ketersediaan air bagi masyarakatnya akan lebih memprioritaskan pembangunan di bidang lain dari pada pembangunan sumber daya air. Kondisi sosial masyarakat juga sangat menentukan khususnya dalam memberikan dukungan dan partisipasi pada pengelolaan dan pembangunan sumber daya air.

2. Kapasitas dan peran dari lembaga pengelola sumber daya air di daerah merupakan faktor penting dalam pengelolaan sumber daya air di daerah, terutama dalam melakukan perencanaan maupun koordinasi dalam melaksanakan program-program yang telah ditetapkan, serta evaluasi dan monitoring.

3. Ketersediaan dan keterbatasan sumber dana sering menjadi hambatan bagi daerah dalam melaksanakan program-program pembangunannya. Untuk itu perlu ada terobosan-terobosan baru dalam penyediaan dana pembangunan sumber daya air.

Perencanaan wilayah melalui pembangunan infrastruktur yang berfungsi untuk pengendalian banjir tidak hanya dikaitkan dengan satu wilayah saja melainkan berkaitan erat dengan wilayah lainnya karena biasanya sungai-sungai besar sering melintasi beberapa wilayah administrasi. Pengendalian banjir sangat diperlukan khususnya untuk melindungi daerah-daerah permukiman dan pertanian agar aktivitas perekonomian dapat tetap berjalan dan produksi pertanian dapat mencapai target yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pemetaan resiko bencana banjir yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)


(31)

Pusat (2010), dinyatakan bahwa kabupaten Aceh Utara merupakan wilayah yang mempunyai tingkat resiko bencana banjir yang tinggi dibandingkan kabupaten lainnya di propinsi Aceh. Wilayah rawan bencana banjir umumnya terjadi pada daerah pesisir seperti diperlihatkan pada Gambar 1.1.

Pemetaan ini merupakan kondisi faktual di lapangan di mana pada setiap tahunnya kabupaten Aceh Utara selalu dilanda banjir bahkan yang lebih memprihatinkan lagi banjir terjadi hampir pada setiap kejadian hujan yang berdampak sangat luas terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat oleh sebab itu upaya untuk mengatasinya harus merupakan komponen atau bagian dari kegiatan pembangunan daerah. Masalah tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan sudah menjadi agenda rutin yang harus dihadapi setiap tahunnya. Peningkatan masalah terutama disebakan oleh pembudidayaan dataran banjir yang kurang adaptif terhadap kejadian banjir, serta dipacu oleh terjadinya kerusakan lingkungan akibat pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan juga terjadinya perubahan iklim, dilain pihak upaya untuk mengatasi masalah tersebut yang telah dilaksanakan masih jauh tertinggal dibanding dengan laju pertumbuhan masalah. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M/2006 pada lampiran IV dinyatakan bahwa sungai Krueng Keureto berada pada wilayah sungai lintas kabupaten yaitu “Satuan Wilayah Sungai Pase-Peusangan” yang terdiri dari sungai Krueng Pase di kabupaten Aceh Utara, sungai Krueng Peusangan di kabupaten Bireuen, sungai Krueng Peudada di kabupaten Bireuen, sungai Krueng Keureuto di kabupaten Aceh Utara, sungai Krueng Mane di kabupaten Bireuen dan sungai Krueng Geukeuh di kota Lhokseumawe


(32)

(33)

Sungai Krueng Keureuto merupakan salah satu sungai yang melalui kota Lhoksukon pada kondisi terkini tidak mampu menampung limpasan yang terjadi di daerah aliran sungai (DAS) sehingga setiap tahunnya terjadi banjir yang menimbulkan kerugian besar terutama bagi masyarakat sekitar (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Utara, 2011). Kota Lhoksukon yang ditetapkan menjadi ibukota kabupaten Aceh Utara melalui Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2003 dipersiapkan sebagai kawasan pertumbuhan dan perkembangan pusat pemerintahan kabupaten Aceh Utara serta sebagai pusat pereokomian yang diperkirakan akan berkembang pesat di mana jumlah penduduknya juga akan bertambah secara signifikan. Kabupaten Aceh Utara mempunyai luas wilayah sebesar 329.686 Km2 terdiri dari 27 kecamatan 852 desa merupakan wilayah rawan banjir. Menurut Rayakonsult (1992), DAS Sungai Krueng Keureuto luasnya sebesar 931 km2 mempunyai anak sungai terdiri dari sungai Krueng Peuto dan sungai Krueng Pirak terletak di kabupaten Aceh Utara. Sungai Krueng Keureuto mengalir dari arah selatan ke utara menuju Selat Malaka dengan panjang sungai 77,5 km dan lebarnya 60 m serta kemiringan rata-rata (S) 0,02627. Selama ini sungai Krueng Keureuto menimbulkan bencana banjir hampir di seluruh daerah pengalirannya khususnya pada curah hujan yang tinggi karena daerah pengaliran sungai krueng Keureto merupakan dataran banjir di wilayah pesisir pantai utara. Frekwensi banjir yang berakibat buruk bagi masyarakat terutama terjadi di kecamatan Matangkuli yang terdiri dari 49 desa, kecamatan Lhoksukon yang terdiri dari 75 desa, kecamatan Baktiya terdiri dari 57 desa, kecamatan Tanah Pasir terdiri dari 18 desa, dan kecamatan Baktiya Barat terdiri


(34)

dari 26 desa. Lama genangan akibat banjir berkisar 7 hari sampai 15 hari dengan tinggi genangan 60 cm sampai 100 cm. Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara (2011), dinyatakan bahwa besarnya tingkat kerugian yang diderita masyarakat secara ekonomi dapat mencapai Rp 60 milar sampai Rp. 70 miliar per tahun.

Perubahan kondisi hidrologi kawasan di daerah aliran sungai Krueng Keureuto menyebabkan terjadinya intensitas hujan yang tinggi. Perubahan ini akibat terjadinya penebangan hutan secara tidak terkendali dan penggunaan lahan yang tidak pada peruntukannya diduga merupakan salah satu aspek penyebab terjadinya limpasan permukaan yang besar sehingga terjadi banjir. Disamping itu perencanaan tata ruang wilayah (RTRW) yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang masih simpang siur dan belum adanya Qanun (Perda) sebagai dasar hukum pengaturan penggunaan lahan, sehingga perubahan tataguna lahan yang tidak terencana juga diduga merupakan penyumbang penyebab terjadinya banjir. Seyogyanya dengan dinyatakannya Kota Lhoksukon sebagai ibukota kabupaten Aceh Utara harusnya sudah dipersiapkan perencanaan sistem drainase kota yang memenuhi standar agar dapat mengalirkan air hujan ke laut sehingga banjir dapat dieliminir, namun kenyataannya sistem drainase yang ada belum tertata dengan baik. Kondisi tataguna lahan (land use) kabupaten Aceh Utara pada saat ini berdasarkan laporan dari Bappeda pada Aceh Utara Dalam Angka Tahun 2011 dinyatakan bahwa kondisi lahan terdiri dari sawah 40.905 Ha (12,41%), pekarangan/bangunan 34.848 Ha (10,57%), tegalan/kebun 37.702 Ha (11,44%), ladang/huma 21.155 Ha (6,42%), padang rumput 4.497 Ha (1,36%), Lahan yang


(35)

tidak diusahakan 10.395 Ha (3,15%), hutan rakyat 36.552 Ha, hutan negara 46.394 Ha (14,07%), perkebunan 54,764 Ha (16,61%), lahan lain-lain 28.689 Ha (8,70%), tambak 8.591 Ha (2,61%), kolam/tebat/empang 639 Ha (0,19%), dan rawa-rawa 4.555 Ha (1,38%). Kondisi tataguna lahan di kabupeten Aceh utara tahun 2010 seperti diperlihatkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Tataguna lahan kabupaten Aceh Utara tahun 2010 No Tataguna Lahan (Land Use) 2010

1. Sawah 40.905

2. Pekarangan/Bangunan 34.848

3. Tegalan/Kebun 37.702

4. Ladang/Huma 21.155

5. Padang Rumput 4.497

6. Tidak diusahakan 10.395

7. Hutan Rakyat 36.552

8. Hutan Negara 46.394

9. Perkebunan 54.764

10. Lain - lain 28.689

11. Tambak 8.591

12. Kolam/Tebat/Empang 639

13. Rawa-rawa 4.555

Jumlah/Total 329.686

Sumber: Aceh Utara Dalam Angka (2011)

Besarnya debit kawasan dipengaruhi oleh tataguna lahan melalui variabel koefisien pengaliran di mana debit banjir dipengaruhi oleh koefisien pengaliran, intensitas hujan dan luas daerah pengaliran (Chow et al, 1988). Koefisien pengaliran tergantung dari jenis tataguna lahan atau peruntukan lahan yang berpengaruh terhadap peresapan air ke dalam tanah khususnya lahan hutan sebagai penyangga air. Kondisi tataguna lahan di Aceh Utara terjadi perubahan dari tahun ke tahun seperti diperlihatkan Tabel T.1 pada lampiran, hal ini


(36)

menunjukkan bahwa debit banjir juga akan terjadi perubahan sesuai dengan penggunaan lahan. Pada penelitian ini ingin menelusuri dan menjawab besarnya pengaruh perubahan tataguna lahan terhadap debit kawasan yang dapat menyebabkan terjadinya limpasan permukaan yang akan menjadi bencana banjir di Aceh Utara.

Partisipasi masyarakat dalam pembiayaan kegiatan operasi dan pemeliharaan dalam pelaksanaan program pengendalian banjir dapat teratasi apabila pelaksanaan program pengendalian banjir dapat berjalan secara maksimal maka akan didapat manfaat atau dampak terhadap pertumbuhan ekonomi (Yudho, 2002). Pada penelitian ini ingin menelusuri dan menjawab besarnya pengaruh partisipasi masyarakat terhadap debit kawasan yang dapat menyebabkan terjadinya limpasan permukaan yang akan menjadi bencana banjir di Aceh Utara. Selain itu juga ingin diketahui seberapa besar pengaruh hubungan perubahan tataguna lahan dan partisipasi masyarakat terhadap banjir di Aceh Utara.

Pasca bencana tsunami di Provinsi Aceh, berbagai bantuan datang dari dalam dan luar negeri dan para donatur menyalurkan dananya melalui NGO (Non Government Organization) dalam bentuk bantuan secara komunitas maupun perorangan khususnya bantuan langsung membuat masyarakat menjadi manja dan malas sehingga terjadi perubahan budaya yang berakibat kepada masyarakat menjadi kurang peduli terhadap nilai kegotongroyongan serta aspek lainnya yang diperlukan untuk menjaga lingkungan. Disamping itu volume sampah rumah tangga dan sejumlah pusat pasar yang ada di Aceh Utara mencapai 250 ton/hari. Tingginya produksi sampah itu membuat penanganan kebersihan di daerah ini


(37)

belum maksimal. Menurut Dinas Kebersihan Pasar dan Pertamanan Aceh Utara, kurang lebih 5 ton/hari dibuang ke sungai dan saluran, hal ini menunjukkan bahwa rendahnya partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan sungai dan saluran drainase sehingga menyebabkan penyempitan aliran dan pada saat terjadinya hujan air meluap dari sungai dan saluran secara berlebihan. Masalah banjir dapat dipastikan selalu muncul pada setiap tahun dan selalu menjadi pusat perhatian masyarakat, namun demikian beberapa istilah, pengertian dan pemahaman yang menyangkut banjir, masalah banjir dan upaya untuk mengatasinya yang telah populer dan beredar luas di masyarakat, media masa, maupun di lingkungan aparatur pemerintah sendiri sampai saat ini tampaknya masih rancu. Kerancuan dan ketidak seragaman pengertian dan pemahaman terhadap masalah ini berdampak kurang kondusif terhadap upaya mengatasi masalah banjir. Dampak tersebut antara lain dapat berupa kesalahan dalam menetapkan kebijakan, strategi dan upaya yang dilakukan, serta kurangnya kepedulian dan peran serta masyarakat dalam mengatasi masalah banjir. Sebagian besar masyarakat pada saat ini masih beranggapan bahwa upaya mengatasi masalah banjir adalah merupakan kewenangan dan tanggung jawab pemerintah sepenuhnya, demikian pula dengan adanya pemahaman yang tidak tepat terhadap kinerja sistem pengendali banjir, yang menganggap bahwa begitu sistem pengendali banjir selesai dibangun maka masalah banjir pasti atau harus hilang dan apabila ternyata masih terjadi maka dianggap ada sesuatu yang tidak beres. Rendahnya partisipasi masyarakat juga disebabkan kurangnya kesempatan yang


(38)

diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat baik secara kelembagaan apalagi secara individual.

Pada tahun 2011 menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara jumlah kejadian bencana sangat tinggi di setiap kecamatan. Kejadian yang sangat dominan adalah kejadian pada dataran rendah seperti pada kecamatan Seuneudon 1 kali kejadian, kecamatan baktiya 3 kali kejadian, kecamatan Lhoksukon 4 kali kejadian, kecamatan Matangkuli 4 kali kejadian, kecamatan Pirak Timu 1 kali kejadian, kecamatan Paya Bakong 1 kali kejadian, kecamatan Tanah Luas 1 kali kejadian, kecamatan Tanah Pasir 3 kali kejadian, kecamatan Simpang Keramat 1 kali kejadian. Jumlah kejadian banjir yang dominan terjadi pada kecamatan Baktiya, Lhoksukon, Matang Kuli, Tanah Pasir dan Baktiya Barat. Selama tahun 2012 kondisi sampai bulan Agustus 2012 tercatat sudah 6 kali terjadi kejadian banjir dengan tinggi genangan rata-rata 50 sampai 100 cm. Kecamatan Matangkuli mengalami 4 kali kejadian, kecamatan Lhoksukon mengalami 3 kali kejadian, kecamatan Baktiya 3 kali kejadian, kecamatan Baktiya Barat 2 kali kejadian.

Secara teknis, kelebihan air yang mengakibatkan banjir ini diperkirakan juga penyebabnya adalah kapasitas penampang palung sungai untuk melewatkan aliran sungai jauh lebih kecil dibandingkan dengan besarnya debit sungai yang mengalir. Selain itu bentuk sungai Krueng Keureuto yang berliku-liku (meander) menyebabkan kecepatan aliran relatif rendah untuk mengalirkan debit banjir sehingga menimbulkan genangan di kiri kanan sungai. Dari sisi penggunaan tataguna lahan, banjir sungai Krueng Keureuto juga disebabkan karena perubahan


(39)

sebagian hutan pada tataguna lahan menjadi lahan pertanian dan pemukiman sehingga penyerapan air hujan ke dalam tanah menjadi kecil dan sebaliknya limpasan menjadi lebih besar. Akibat terjadinya banjir setiap tahun di kota Lhoksukon yang akan berdampak pada sosial ekonomi masyarakat dan menimbulkan kerugian yang besar, hal ini juga berdampak kepada aspek ekonomi secara kabupaten menyeluruh dan perlu penanganan yang tepat dalam mengatasi banjir di kota Lhoksukon.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan menggambarkan bahwa tataguna lahan khususnya hutan dan kebun sangat berpengaruh terhadap penyangga air dan apabila daya sangga air tersebut kurang maka dapat mengakibatkan terjadi banjir (Talaohu et al, 2006). Pada sisi lain dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kebutuhan lahan oleh penduduk menyebabkan perubahan tataguna lahan. Pemerintah telah melakukan upaya mengatasi banjir dengan pembuatan tanggul, larangan membuang sampah ke sungai dan sebagainya namun belum mampu mengatasi banjir (Murdiono, 2007).

Penelitian lainya dinyatakan bahwa penanggulangan banjir secara struktural, hanya bersifat solusi jangka pendek. Upaya struktural harus dibarengi dengan upaya non struktural yang bersifat jangka panjang, seperti pengelolaan DAS, penyuluhan masyarakat tentang banjir, upaya penyelamatan diri terhadap banjir dan sebagainya. (Murdiono,2007). Penyelesaian masalah banjir dengan membangun infrastruktur yang memadai cenderung membutuhkan anggaran/biaya yang tidak sedikit, sementara kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan anggaran sangat terbatas dan minim, hal ini dapat dimaklumi mengingat bahwa


(40)

pemerintah harus membangun berbagai aspek, tidak hanya kebutuhan infrastruktur pengendali banjir. Untuk itu perlu adanya suatu upaya mereduksi banjir melalui aspek non struktural dengan penyusunan ruang (spatial) yang optimal dengan pengaturan tataguna lahan dan melibatkan partisipasi masyarakat sebagai stake holders. Upaya ini dapat membantu mereduksi banjir dan dampak akibat banjir tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah kontradiksi antara kebutuhan lahan untuk pengembangan pembangunan wilayah dengan kebutuhan lahan yang mampu menjadi penyangga air dalam upaya meminimalkan debit pada saat intensitas hujan tinggi. Untuk mengatasinya perlu suatu perencanaan optimasi tataguna lahan agar kedua kebutuhan tersebut dapat terpenuhi namun juga dapat mereduksi kelebihan air yang akan berakibat banjir. Disamping itu perlu dilakukan upaya partisipasi masyarakat sebagai salah satu stakeholders dalam melakukan tindakan preventif terhadap bencana banjir termasuk pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air.

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk menjawab hal-hal sebagai berikut:

1. Seberapa besar tataguna lahan berpengaruh terhadap terjadinya banjir 2. Seberapa besar partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap terjadinya


(41)

3. Seberapa besar tataguna lahan dan partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap terjadinya banjir

4. Seberapa besar partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap pengendalian banjir

5. Seberapa besar partisipasi masyarakat dan pengendalian banjir berpengaruh terhadap banjir

6. Seberapa besar pengendalian banjir berpengaruh terhadap banjir

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai upaya pengendalian banjir melalui upaya non structural dengan mengatur tataguna lahan serta meningkatkan peran aktif masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok sehingga nantinya dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan wilayah. Berdasarkan perumusan masalah di atas maka dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis dan mengkaji seberapa besar pengaruh tataguna lahan terhadap terjadinya banjir

2. Untuk menganalisis dan mengkaji seberapa besar pengaruh partisipasi masyarakat terhadap terjadinya banjir

3. Untuk menganalisis dan mengkaji seberapa besar pengaruh tataguna lahan dengan partisipasi masyarakat terhadap terjadinya banjir

4. Untuk menganalisis dan mengkaji seberapa besar pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pengendalian banjir


(42)

5. Untuk menganalisis dan mengkaji seberapa besar pengaruh partisipasi masyarakat dengan pengendalian banjir terhadap terjadinya banjir

6. Untuk menganalisis dan mengkaji seberapa besar pengaruh pengendalian banjir terhadap terjadinya banjir

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini nantinya akan memberikan beberapa manfaat seperti dijelaskan berikut ini:

1. Dengan mengetahui pengaruh perubahan tataguna lahan terhadap terjadinya banjir sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun regulasi terhadap penggunaan lahan atau penyusunan Qanun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) termasuk dalam mengatur perizinan penggunaan lahan

2. Dengan mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat terhadap terjadinya banjir sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam mengakomodir dan memberi ruang bagi masyarakat untuk berperan sebagai mitra dalam penanganan bencana banjir

3. Dengan mengetahui pengaruh perubahan tataguna lahan dan partisipasi masyarakat terhadap terjadinya banjir sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan yang lebih efektif dengan mengkombinasikan upaya struktural dengan non struktural 4. Dengan mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat terhadap


(43)

dalam menyusun manajemen pengelolaan banjir dengan melibatkan masyarakat

5. Dengan mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat dan pengendalian banjir terhadap kejadian banjir sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam strategi pelibatan masyarakat dalam pengelolaan infrastruktur banjir

6. Dengan mengetahui pengaruh pengendalian banjir terhadap banjir sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam mempersiapkan strategi pengendalian banjir termasuk dengan strategi kesiagaan dalam bencana banjir


(44)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Wilayah

Sirojuzilam (2010), menjelaskan bahwa: 1). Perencanaan adalah sebuah cara berfikir yang berorientasi pada masa depan dengan sifat preskriptif menggunakan metoda dan sistematika yang rasional. 2). Perencanaan adalah penyusunan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan (sebuah status yang diiinginkan), tindakan: kegiatan, kelakuan terhadap sesuatu objek yang secara rasional diketahui akan mendekatkan pada status yang diinginkan. Wilayah adalah merupakan satuan ruang geografis yang dibatasi oleh batas-batas fisisk (iklim, air, vegetasi, morfologi), sosial (etnis, budaya, kependudukan), ekonomi (jaringan produksi-pasar, pelayanan), politik (administrasi pemerintahan, administrasi fungsional lain) tertentu dengan perkataan lain wilayah mengandung dimensi teritori (daerah) dan fungsi (wilayah). Perencanaan wilayah yang lebih terfocus pada perencanaan pembangunan ekonomi berjalan seiring dengan dilaksanakannya community planning dan participatory planning. Dengan demikian perencanaan wilayah adalah penerapan metode ilmiah dalam pembuatan kebijakan publik dan upaya untuk mengaitkan pengetahuan ilmiah dan teknis dengan tindakan-tindakan dalam domain publik untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi.


(45)

Menurut Sirojuzilam (2007), bahwa perencanaan dapat dilakukan dengan cara-cara:

1. Menentukan tujuan dan sasaran perencanaan dalam proses politik yang menyertakan seluruh warga (stake holders)

2. Mengetahui fakta-fakta tentang kondisi yang ada dan latar belakangnya serta memperkirakan apa yang bakal terjadi dalam situasi-situasi tertentu 3. Mengkaji pilihan-pilihan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai

tujuan dan sasaran dengan mengingat potensi dan hambatan yang ada 4. Menentukan pilihan yang terbaik berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

normatif maupun teknis di dalam konteks partisipatif

5. Mengusulkan rangkaian kebijakan dan tindakan yang perlu diambil dalam pelaksanaan pilihan yang diambil

6. Melakukan langkah-langkah implementasi melalui tindakan sosialisasi, penegakan, pemberian insentif dan sebagainya serta memantau pelaksanaannya secara sistematik dan teratur

Pengertian perencanaan dapat berbeda antara perencana yang satu dengan perencana lainnya. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan sudut pandang, perbedaan fokus perhatian dan perbedaan luasnya bidang yang tercakup dalam perencanaan yang dimaksud (Tarigan,2008). Menurut Soemarno (2004), Perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan (kontinyu) sejak dari tahap survei hingga tahap pelaksanaan (implementasi). Pada kenyataannya proses perencanaan merupakan kegiatan yang tidak pernah selesai, karena selalu


(46)

memerlukan peninjauan ulang atau pengkajian guna memberikan umpan balik dalam proses evaluasi. Dalam proses penentuan alternatif, pemilihan alternatif dan evaluasi diperlukan analisis yang seksama donkomprehensif. Analisis merupakan uraian atau usaha untuk mengetahui arti suatu keadaan. data, informasi atau keterangan mengenai suatu keadaan diurai dan dikaji hubungannya satu sama lain, diselidiki kaitan yang ada antara yang satu dengan yang lainnya. Analisis wilayah (regional) adalah suatu upaya melihat berbagai faktor perkembangan dalam skala wilayah, sementra daerah dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang batasannya ditentukan oleh beberapa faktor yaitu tujuan, skala, dan proses. Tujuan sangat besar pengaruhnya terhadap proses perencanaan. Lebih lanjut Soemarno (2004), menjelaskan bahwa pada setiap pembuatan perencanaan diharapkan perencana harus sudah mengetahui atau menetapkan tujuannya dan untuk siapa perencanaan tersebut dibuat. Dalam konteks ini proses perencanaan dapat diartikan sebagai suatu usaha memaksimumkan segala sumber daya yang ada pada suatu wilayah atau negara untuk tujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya. Untuk dapat menerapkan asas memaksimumkan manfaat segala sumber daya dengan meminimumkan dana masyarakat, diperlukan kemampuan analisis atas kedua faktor yang tidak saling terkait tersebut.

Skala perencanaan mempunyai peranan penting pula. Secara teori perencana dapat mencakup seluruh dunia atau lebih kecil yaitu batas wilayah negara. Sebagai contoh, dapat dikemukakan perencanaan daerah aliran sungai yang menembus batas wilayah negara. Pada umumnya perencanaan dilakukan dalam skala nasional, wilayah dan setempat. Setiap cita-cita dan tujuan suatu


(47)

negara dituangkan dalam rencana/rancangan nasional yang kemudian dipecah-pecah ke dalam rancangan wilayah. Dalam pelaksanaannya ke sasaran terakhir, rancangan wilayah diterjemahkan ke dalam rencana setempat. Dari sini terlihat, rancangan daerah merupakan jembatan antara rancangan nasional dan rancangan setempat (Soemarno, 2004). Menurut Tarigan (2008) dinyatakan bahwa definisi yang sangat sederhana terhadap perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Definisi seperti ini pada dasarnya tidaklah salah namun tidak mampu memberikan gambaran atas suatu perencanaan yang rumit dan luas. Definisi seperti ini hanya cocok untuk perencanaan sederhana yang tujuannya dapat ditetapkan dengan mudah dan tidak terdapat faktor pembatas yang berarti untuk mencapaui tujuan tersebut.

Faktor perencanaan lainnya ialah proses daerah maupun kota selalu berubah. Keadaan sosial akan berubah,lambat atau cepat. Bebagai perubahan ini tentu saja akan berpengaruh pada ekonomi masyarakat sehingga selanjutnya berpengaruh pula pada keadaan fisik daerah/kota. Daerah atau kota yang mengalami urbanisasi besar, mengalami perubahan ekonomi dan fisik yang juga bergerak dengan cepat seperti di pulau Jawa dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Pola dan laju proses perkembangan masyarakat, ekonomi, politik dan lainnya dapat dikaji untuk dijadikan bahan pertimbangan pokok bagi penentuan kebijakan perencanaan. Kebijakan ini menyangkut beberapa aspek penting selain menentukan apa yang dikembangkan, juga harus menentukan bagaimana, kapan, dan berapa besar pengembangannya. Melihat pola dan laju perkembangan


(48)

penduduk, seorang perencana kota akan dapat menentukan segala kebutuhan yang diperlukan pada 10 tahun mendatang. Hal ini sudah mencakup pertanyaan apa dan kapan. Dalam perencanaan hal tersebut belumlah cukup dan masih harus dilengkapi dengan pengetahuan "berapa besar" pengembangan yang sebenarnya dibutuhkan, dan "bagaimana" mewujudkannya. Berbagai kesulitan akan dihadapi dalam pekerjaan analisis, terutama yang menyangkut data, definisi daerah atau kota, penentuan batas daerah perencanaan dan lainnya. Dalam pekerjaan analisis seringkali dihadapi berbagai kesulitan antara lain ketersediaan data dan penentuan daerah perencanaan (Soemarno, 2004).

Menurut Tarigan (2008), bahwa langkah-langkah dalam perencanaan wilayah dinyatakan oleh Glasson bahwa “Major features of general planning include a sequence of action wich are designed to solve problems in the fiture” sehingga perencanaan dalam pengertian umum adalah menyangkut serangkaian tindakan yang ditujukan untuk memecahkan persoalan di masa depan. Glasson menetapkan urutan langkah-langkah perencanaan wilayah sebagai berikut:

1. The identification of problems

2. The formulation of general goals and more specific and measureable objectives relating to the problems

3. The identification of possible constraints 4. Projection of the future situation

5. The generation and evaluation of alternative courses of action and the production of preferred plan wich in generic form may include any policy statement or strategy as well as definitive plan


(49)

Untuk kebutuhan perencanaan wilayah di Indonesia, apa yang dikemukakan oleh Glasson masih perlu diperluas setidaknya memerlukan unsur-unsur yang urutan atau langkah-langkahnya sebagai berikut (Tarigan, 2008):

1. Gambaran kondisi saat ini dan identifikasi persoalan, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Untuk dapat menggambarkan kondisi saat ini dan permasalahan yang dihadapi mungkin diperlukan kegiatan pengumpulan data terlebih dahulu baik data sekunder maupun data primer

2. Tetapkan visi, misi dan tujuan umum. Visi, misi dan tujuan umum haruslah merupakan kesepakatan bersama sejak awal

3. Identifikasi pembatas dan kendala yang sudah ada saat ini maupun yang diperkirakan akan muncul pada masa yang kan datang

4. Proyeksikan berbagai variabel yang terkait baik yang bersifat controllable (dapat dikendalikan) maupun non-controllable (di luar jangkauan pengendalian pihak perencana)

5. Tetapkan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu yaitu berupa tujuan yang dapat diukur

6. Mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif untuk mencapai sasaran tersebut. Dalam mencari alternatif perlu diperhatikan keterbatasan dana dan faktor produksi yang tersedia

7. Memilih alternatif yang terbaik, termasuk menentukan berbagai kegiatan pendukung yang akan dilaksanakan


(50)

9. Menyusun kebijakan dan strategi agar kegiatan pada tiap lokasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan

Menurut Friedmann (2001), dinyatakan bahwa perencanaan wilayah hampir merupakan suatu upaya dalam membuat suatu formula bagi pusat-pusat pertumbuhan dengan mengabaikan dimensi-dimensi lain dari kebijakan wilayah atau teritorial seperti kebijakan-kebijakan khusus yang menjadi latar belakang diskusi akademik. Dalam perencanaan wilayah perhatian tidak hanya diberikan sebatas pada sumberdaya alam, impelementasi politik dan organisasi administrasi bagi pembangunan pedesaan namun pada semua aspek kehidupan masyarakat. Definisi perencanaan wilayah yang lebih komprehensif dan mungkin dengan orientasi yang berbeda diberikan oleh Profesor Kosta Mihailovic yang menyebutkan bahwa pembangunan wilayah diartikan sebagai perubahan sosial ekonomi dalam berbagai tipe wilayah, hubungan interregional yang dinamis dan faktor-faktor relevan yang memiliki keterkaitan dengan tujuan dan hasil dari pembangunan. Faridad (2003) mendefinisikan perencanaan wilayah sebagai suatu aplikasi dari model pertumbuhan bagi perencanaan pembangunan dengan rujukan yang sangat jelas dalam dimensi ruang bagi proses pembangunan. Sebagai alternatif, hal ini dapat ditunjukkan sebagai persiapan action plan pemerintah

dengan mempertimbangkan aktivitas ekonomi dan pembangunan wilayah.

Dalam sejarah perkembangan konsep pengembangan wilayah di Indonesia, terdapat beberapa landasan teori yang turut mewarnai keberadaannya:


(51)

1. Walter Isard, sebagai pelopor Ilmu Wilayah yang mengkaji terjadinya hubungan sebab akibat dari faktor-faktor utama pembentuk ruang wilayah, yakni faktor fisik, sosial ekonomi, dan budaya.

2. Hirschmann, pada era 1950-an yang memunculkan teori polarization effect

dan trickling-down effect dengan argumen bahwa perkembangan suatu

wilayah tidak terjadi secara bersamaan (unbalanced development).

3. Myrdal, pada era 1950-an dengan teori yang menjelaskan hubungan antara wilayah maju dan wilayah belakangnya dengan menggunakan istilah

backwash and spread effect.

4. Friedmann, pada era 1960-an yang lebih menekankan pada pembentukan hirarki guna mempermuda h pengembangan sistem pembangunan yang kemudian dikenal dengan teori pusat pertumbuhan.

5. Terakhir adalah Douglass pada era 1970-an yang memperkenalkan lahirnya model keterkaitan desa–kota (rural–urban linkages) dalam pengembangan wilayah.

Melihat latar belakang dari para pelopor ilmu wilayah (regional science)

tersebut, maka dalam perkembangannya sense Ilmu Ekonomi terlihat sangat menonjol, namun demikian mengingat bahwa permasalahan pembangunan wilayah pada umumya sangat luas (mencakup ekonomi, sosial, lingkungan fisik, dan prasarana) maka secara harfiah ilmu wilayah dapat dipandang sebagai ilmu yang mempelajari aspek-aspek dan kaidah-kaidah kewilayahan, dan mencari cara-cara yang efektif dalam mempertimbangkan aspek-aspek dan kaidah-kaidah


(52)

tersebut ke dalam proses perencanaan pengembangan kualitas hidup dan kehidupan manusia (Rustiadi, 2009). Lebih lanjut Kajian perencanaan dan

pengembangan wilayah selanjutnya didasarkan pada upaya untuk

memenuhi kebutuhan ilmu-ilmu kewilayahan yang berkembang kearah kebijakan dan perencanaan. Bidang kajian ini berupaya menjawab permasalahan perkembangan wilayah yang tidak terbatas pada “mengapa” namun hingga “bagaimana” suatu wilayah dibangun. Jawaban dari “bagaimana” selanjutnya akan mencakup aspek-aspek perencanaan yang bersifat spasial (spatial planning),

rencana penggunaan lahan/tataguna lahan (land use planning) hingga ke

perencanaan-perencanaan kelembagaan pembangunan, termasuk proses-proses perencanaan itu sendiri (Rustiadi, 2009). Berbagai teori dan konsep dalam pengembangan wilayah tersebut di atas juga diperkaya oleh gagasan yang dikemukan oleh pemikir dalam negeri diantaranya dikemukakan oleh Sutami pada era 1970-an dengan gagasan bahwa pembangunan infrastruktur yang intensif untuk mendukung pemanfaatan potensi sumber daya alam akan mampu mempercepat pengembangan wilayah, selain itu juga pemikiran yang dikemukakan oleh Poernomosidhi pada era transisi memberikan kontribusi lahirnya konsep hirarki kota-kota dan hirarki prasarana jalan melalui Orde Kota.

2.2 Pilar Pengembangan Wilayah

Menurut Alkadri et al (2011), berbagai upaya yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan suatu wilayah harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, hal ini dapat berupa berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh


(53)

pemerintah atau masyarakat setempat. Dalam mengembangkan wilayah terdapat dua pendekatan yang dilakukan yakni pendekatan sektoral atau fungsional yang dilaksanakan melalui departemen atau instansi sektoral, dan pendekatan regional atau teritorial yang dilakukan oleh daerah atau masyarakat setempat. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah selama ini cenderung didominasi oleh program-program yang sangat sektoral, sehingga program yang dilaksanakan dan dihasilkan sering kurang mencerminkan keinginan dari masyarakat setempat yang pada akhirnya banyak dijumpai hasil pembangunan yang tidak termanfaatkan secara optimal. Pemberian otonomi kepada daerah diharapkan dapat mengurangi dominasi dari program-program sektoral sehingga pendekatan sektoral lebih bersifat mendukung program-program regional atau teritorial.

Lebih lanjut Alkadri et al (2011), pengembangan wilayah adalah usaha mengawinkan secara harmonis sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan teknologi dengan memperhatikan daya tampung lingkungan. Secara lebih luas teknologi dibagi menjadi empat komponen yakni technoware, humanware, inforware dan orgaware. Keempat komponen selalu berperan dalam sebuah proses transformasi dalam merubah input menjadi output. Tiga pilar pengembangan wilayah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1. Dalam kegiatannya, pengembangan wilayah harus disertai community development. Selain memanfaatkan sumber daya alam melalui teknologi, sumber daya masusia juga harus dikembangkan. Berkembangnya suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pemanfaatan dari ketiga sumber daya tersebut, sehingga upaya


(54)

pengembangan yang harus dilakukan akan berbeda antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain

Gambar 2.1 Tiga Pilar Pengembangan Wilayah Sumber: Alkadri et al (2011)

2.3 Bencana

Menurut Fadillah (2010), bahwa UNISDR (2009) mendefinisikan bencana sebagai suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. Bencana merupakan hasil dari kombinasi: pengaruh bahaya (hazard), kondisi


(55)

kerentanan (vulnerability) pada saat ini, kurangnya kapasitas maupun langkah-langkah untuk mengurangi atau mengatasi potensi dampak negative.

Bencana dapat dibagi 2 jenis yaitu utama yaitu bencana alam dan bencana teknologi. Sementara itu bencana alam terdiri dari tiga:

1. Bencana hydro-meteorological berupa banjir, topan, banjir bandang, kekeringan dan tanah longsor.

2. Bencana geophysical berupa gempa, tsunami, dan aktifitas vulkanik 3. Bencana biological berupa epidemi, penyakit tanaman dan hewan.

Untuk penanggulangan bencana dapat dilakukan dengan meliputi 5 fase umum, yaitu:

1. Prediction (prediksi) 2. Warning (peringatan)

3. Emergency relief (bantuan darurat) 4. Rehabilitation (rehabilitasi); dan 5. Reconstruction (rekonstruksi).

Fase-fase tersebut dijabarkan lebih lanjut dengan mengacu pada UNISDR (2009).sebagai berikut:

1. Prediction, dalam fase ini, dilakukan kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan melalui langkah-langkah struktural dan non-struktural. Langkah structural yaitu langkah yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari bencana alam, kerusakan lingkungan dan bencana teknologi. Sedangkan langkah non-struktural yaitu tindakan yang diambil pada saat awal terjadi


(56)

bencana untuk memastikan respon yang efektif terhadap dampak bahaya, termasuk peringatan dini yang efektif dan tepat waktu, serta evakuasi sementara penduduk dan barang dari lokasi terancam bencana.

2. Warning, fase ini mengacu pada penyediaan informasi yang efektif dan tepat waktu melalui lembaga-lembaga yang terpercaya, agar individu dapat mengambil tindakan untuk menghindari atau mengurangi risiko dan mempersiapkan respon yang efektif

3. Emergency relief, pemberian bantuan atau pertolongan selama atau segera setelah bencana terjadi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan yang mendasar orang-orang yang terkena. Hal ini dapat langsung dalam jangka pendek atau jangka panjang.

4. Rehabilitation, fase ini mencakup keputusan dan tindakan yang diambil setelah bencana dengan tujuan untuk memulihkan atau memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat serta mendorong dan memfasilitasi penyesuaian yang diperlukan untuk mengurangi risiko bencana.

5. Reconstruction, fase ini mencakup semua kegiatan yang penting dilakukan dalam jangka panjang yaitu fase prediksi berupa mitigasi dan kesiapsiagaan, fase respon terhadap peringatan dan pemberian bantuan darurat, serta fase pemulihan berupa rehabilitasi dan rekonstruksi. Terdapat kesamaan antara fase pada public project management dan disaster management (Moe dan Patranakul, 2006) yakni unik (tidak ada proyek yang sama sebelum maupun setelah), membutuhkan pengembangan dan ide baru (tidak ada proyek yang mempunyai


(1)

Minimization History (Default model)

Iteration Negative

eigenvalues Condition #

Smallest

eigenvalue Diameter F NTries Ratio

0 e 8 -,098 9999,000 950,979 0 9999,000

1 e* 3 -,111 1,993 514,767 21 ,609

2 e* 2 -,063 1,554 352,687 5 ,545

3 e 1 -,098 ,651 251,447 5 ,809

4 e 1 -,020 ,672 208,402 6 ,849

5 e 1 -,095 ,509 163,121 6 ,743

6 e 1 -,021 ,144 153,390 5 ,623

7 e 1 -,060 ,471 131,906 8 ,913

8 e 0 483725,584 ,099 128,489 6 ,760

9 e 0 9620,483 ,146 127,910 7 ,000

10 e 1 -,197 ,628 120,933 1 ,852

11 e 0 65512,372 ,075 117,444 8 ,975

12 e 0 47524,868 ,322 115,903 2 ,000

13 e 1 -,048 ,278 114,794 1 ,974

14 e 0 130408,931 ,089 114,161 6 ,888

15 e 1 -,013 ,187 113,760 3 ,000

16 e 0 188773,268 ,091 113,453 5 1,055

17 e 1 -,012 ,200 113,288 2 ,000

18 e 0 330312,947 ,039 113,099 5 1,030

19 e 0 622789,704 ,165 113,001 2 ,000

20 e 0 465717,123 ,112 112,952 2 ,000

21 e 1 -,002 ,133 112,939 1 ,250

22 e 0 991856,853 ,022 112,887 5 1,003

23 e 0 841787,210 ,063 112,884 1 ,779

24 e 0 1196815,523 ,004 112,882 1 1,006

25 e 0 1215181,870 ,002 112,882 1 1,003

26 e 0 1215724,983 ,000 112,882 1 1,000

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 37 112,882 99 ,161 1,140 Saturated model 136 ,000 0

Independence model 16 752,077 120 ,000 6,267

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model ,031 ,962 ,948 ,701 Saturated model ,000 1,000


(2)

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI rho1

IFI Delta2

TLI

rho2 CFI Default model ,850 ,818 ,979 ,973 ,978 Saturated model 1,000 1,000 1,000 Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model ,825 ,701 ,807 Saturated model ,000 ,000 ,000 Independence model 1,000 ,000 ,000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90

Default model 13,882 ,000 44,272 Saturated model ,000 ,000 ,000 Independence model 632,077 549,242 722,404

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model ,319 ,039 ,000 ,125 Saturated model ,000 ,000 ,000 ,000 Independence model 2,125 1,786 1,552 2,041

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE Default model ,020 ,000 ,036 1,000 Independence model ,122 ,114 ,130 ,000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 186,882 190,615 330,151 367,151 Saturated model 272,000 285,721 798,608 934,608 Independence model 784,077 785,692 846,031 862,031

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI Default model ,528 ,489 ,614 ,538 Saturated model ,768 ,768 ,768 ,807 Independence model 2,215 1,981 2,470 2,219


(3)

Petunjuk Pengisian:

Isilah dengan benar atau beri tanda (x) atau Lingkari (o) setiap jawaban yang dipilih sesuai dengan pilihan anda dan hanya memilih 1 (satu) jawaban.

I. Data Responden

Nama Responden : ... Umur : ... Pekerjaan : ... Desa/Kecamatan : ...

Pendidikan Terakhir : Tamat SMU/SMK/MAN

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH TATAGUNA LAHAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR DI KABUPATEN ACEH UTARA

Assalamualaikum Wr. Wb Bapak/Ibu yang terhormat,

Nama saya Wesli, Dosen Jurusan Teknik Sipil di Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, saat ini saya sedang melakukan penelitian Disertasi untuk menyelesaikan pendidikan Doktor (S3) pada Program Studi Perencanaan Wilayah di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penelitian ini tentang seringnya terjadi banjir di Kabupaten Aceh Utara dengan judul penelitian “Pengaruh Tataguna Lahan Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengendalian Banjir di Kabupaten Aceh Utara”

Untuk dapat terlaksananya penelitian ini mohon bantuan dan kesediaan bapak/ibu menyisihkan sedikit waktu menjawab pertanyaan yang disampaikan petugas kami (Enumerator) dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitanm dengan banjir di Aceh Utara sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi bagi Pemerintah Daerah dalam mengambil kebijakan untuk pengendalian banjir.

Saya mengucapkan terima kasih atas bantuannya.


(4)

Tamat Sarjana (S1)

Tamat Magister (S2)

II. Variabel Tataguna Lahan

1. Berapa besar prosentase luas lahan hutan dibandingkan dengan luas kecamatan di daerah anda tinggal:

a. > 42% d) 11-20%

b. 31-20% e) < 20%

c. 21-30%

2. Apakah peraturan tentang izin mendirikan bangunan (IMB) yang terkait dengan pembangunan rumah atau ruko di atas lahan sawah berjalan dengan baik?

a. Sangat baik d) Kurang baik

b. Baik e) Tidak baik

c. Cukup baik

3. Apakah Pelaksanaan Peraturan Daerah (Qanun) tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) berjalan dengan baik?

a. Sangat baik d) Kurang baik

b. baik e) Tidak baik

c. Cukup baik

4. Menurut sepengetahuan anda apakah pengawasan terhadap penebangan hutan secara liar/tanpa izin (ilegal loging) berjalan dengan baik?

a. Sangat baik d) Kurang baik

b. baik e) Tidak baik

c. Cukup baik

III. Variabel Partisipasi Masyarakat

5. Apakah pemerintah memberikan kesempatan anda ikut terlibat dalam menjaga infrastruktur Banjir ?

a. Sangat dilibatkan d) Kurang dilibatkan b. Dilibatkan e) Tidak dilibatkan c. Cukup dilibatkan

6. Apakah anda pernah ikut serta memberikan bantuan uang ataupun tenaga dalam mencegah terjadinya Banjir seperti bergotong royong membersihkan sampah di saluran atau sungai ?

a. Sangat sering d) Sesekali b. Sering e) Tidak pernah c. Cukup sering


(5)

7. Apakah anda pernah dilibatkan dalam perencanaan penanggulangan atau mengantisipasi terjadinya banjir seperti dimintai masukan tentang apa yang perlu dilakukan untuk mencegah banjir?

a. Sangat dilibatkan d) Kurang dilibatkan b. Dilibatkan e) Tidak dilibatkan c. Cukup dilibatkan

8. Apakah anda pernah dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan khususnya mengantisipasi terjadinya Banjir seperti dimintai ikut mengawasi bangunan pencegah banjir ?

a. Sangat dilibatkan d) Kurang dilibatkan b. Dilibatkan e) Tidak dilibatkan c. Cukup dilibatkan

IV. Variabel Banjir

9. Jika terjadi banjir, berapakah tinggi genangan air ?

a. 10 cm sampai 20 cm d) 41 cm sampai 50 cm b. 21 cm sampai 30 cm e) Lebih dari 50 cm c. 31 cm sampai 40 cm

10.Jika terjadi banjir, rata-rata berapa lamakah air menjadi surut? a. Kurang dari 1 jam d) 1 hari

b. 1 sampai 4 jam e) Lebih dari 1 hari c. 4 samapi 8 jam

11.Jika terjadi banjir, Berapakah luas genangan air ? a. Sebagian dari desa d) 1 kecamatan

b. 1 desa e) Lebih dari 1 kecamatan c. Lebih dari 1 desa

12.Jika terjadi banjir, Berapa kira-kira Jumlah Kerugian yang anda alami?

Jawaban : Rp. ... V. Variabel Pengendalian Banjir

13.Menurut sepengetahuan apakah Pemerintah Daerah melaksanakan program pengelolaan dataran banjir?

a. Sangat baik d) Kurang baik

b. baik e) Tidak baik

c. Cukup baik

14.Menurut sepengetahuan anda apakah Pemerintah Daerah melakukan koordinasi antar lembaga dalam mencegah banjir?

a. Sangat baik d) Kurang baik

b. baik e) Tidak baik


(6)

15.Menurut sepengetahuan anda apakah Pemerintah Daerah melakukan penanganan banjir dengan baik ?

a. Sangat baik d) Kurang baik

b. Baik e) Tidak baik

c. Cukup baik

16.Menurut sepengetahuan anda apakah Pemerintah Daerah melakukan dengan baik pemeliharaan infrastruktur banjir?

a. Sangat baik d) Kurang baik

b. Baik e) Tidak baik