HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN IKLAN OBAT DI MEDIA CETAK TERHADAP MINAT BELI OBAT BEBAS TERBATAS PENGUNJUNG APOTEK DI KOTA YOGYAKARTA (Studi kasus : Obat Batuk Woods

  

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN IKLAN OBAT DI MEDIA

CETAK TERHADAP MINAT BELI OBAT BEBAS TERBATAS

PENGUNJUNG APOTEK DI KOTA YOGYAKARTA

® ®

  (Studi kasus : Obat Batuk Woods dan Obat Flu Ultraflu )

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Novia Melita

  NIM : 048114131

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  PERSEMBAHAN Untuk Jesus Christ, mama, papa (alm), dosen-dosenku, teman-

temanku, semua orang yang aku cintai

dan almamaterku

  “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut ! hal itu akan terjadi. Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.” (Matthew 21 : 21 -22)

  

PRAKATA

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan anugerah dan karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Iklan Obat di Media Cetak Terhadap Minat Beli Obat Bebas Terbatas Pengunjung Apotek di Kota Yogyakarta (Studi Kasus :

  ® ® Obat Batuk Woods dan Obat Flu Ultraflu )” dapat terselesaikan dengan baik.

  Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi bukanlah hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

  1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi.

  2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, pembimbing utama dan dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan ijin kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

  3. Romo Drs.P.Sunu Hardiyanta, S.J., M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi yang

  4. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si, Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukannya yang berharga.

  5. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan dukungan, masukan yang berharga serta saran-sarannya.

  6. BAPEDA Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yang berkenan memberikan ijin penelitian kepada penulis.

  7. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yang berkenan memberikan data apotek di Kota yogyakarta kepada penulis.

  8. Apoteker, karyawan dan pemilik 13 apotek di Kota Yogyakarta, terima kasih atas ijin tempat untuk menyebarkan kuisioner.

  9. Seluruh responden, terima kasih atas partisipasi dalam pengisian kuisioner dan semangatnya.

  10. Mama dan Papa (alm) terima kasih telah memberikan doa, dorongan cepat lulusnya, cinta, semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  11. Orang tua angkatku, Ibu dan Bapak Widagdo, terimakasih buat doa, dukungan dan semangatnya.

  12. Bapak Ngudi, S.Ag, terimakasih atas dukungan dan semangatnya selama ini.

  13. Warm Bees Club, Dewi, Uut, Yemi, Lia, terimakasih atas bantuan, dukungan,

  14. Teman-teman Kost ”Amakusa ” ( Jeny , Cipi, Decy, DK, Tata, Heny, Cendut, Nike, Nova, Mira, Indri, Dian, Titin, Flori, Reta, Putri, Ineke ) untuk dukungan, doa, keceriaan dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis.

  15. Teman-teman mantan kelas C angkatan 2004 dan FKK 2004, Novi, Apri, Arip, Selvi, Nike, Chika, Andrew, Duma dan teman lainnya terima kasih untuk doa, semangat, keceriaan dan kebersamaan selama ini.

  16. Anak-anak basket, Frengky, Fandy, Tintus, Brian, dan teman lainnya, terimakasih atas keceriaannya dan dukungannya.

  17. Sahabat-sahabatku, Jeny, Coyi, Dede, Meli, Memeh, Ferry, Hendro dan Pika untuk dukungan, doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.

  18. Tegal Community, Karina, Okta, Ronald, Evina, Ayu, Yunita dan teman-teman lainnya, terimakasih atas keceriaan, dukungan dan semangatnya.

  19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi

  

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN IKLAN OBAT DI MEDIA

CETAK TERHADAP MINAT BELI OBAT BEBAS TERBATAS

PENGUNJUNG APOTEK DI KOTA YOGYAKARTA

® ®

  

(Studi kasus : Obat Batuk Woods dan Obat Flu Ultraflu )

  Novia Melita NIM : 048114131

  

INTISARI

  Saat ini pengobatan mandiri berkembang di masyarakat. Salah satu penyebab berkembangnya pengobatan mandiri di masyarakat dikarenakan banyaknya iklan obat di berbagai media. Masyarakat seharusnya dibantu dalam pemilihan obat agar penggunaannya efektif, bersifat obyektif dan lebih aman. Tujuan umum penelitian ini mengetahui karakteristik responden, hubungan tingkat pengetahuan iklan dan iklan obat di media cetak terhadap minat beli obat bebas terbatas pengunjung apotek di Kota yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional deskriptif dan cross sectional analitik menggunakan korelasi spearman dengan tingkat ketelitian 95%. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah pengunjung apotik di Kota Yogyakarta yang berjumlah 128 orang.

  Hasil yang didapat dari karakteristik responden yaitu responden yang paling banyak mengisi kuisioner adalah laki-laki sebesar 55%. Media cetak yang paling banyak dipilih responden yaitu koran sebesar 41%. Responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi paling banyak mengisi kuisioner yaitu 43%. Sebanyak 96% responden menjawab pernah/tidak sering melihat iklan obat di media cetak. Jenis media cetak yang paling banyak dibaca responden ialah koran dengan persentase 41%. Koefisien korelasi pada hubungan pengetahuan iklan terhadap minat beli obat bebas terbatas sebesar 0,700. Hubungan iklan obat dengan minat beli obat bebas terbatas mempunyai koefisien korelasinya sebesar 0,692. Hubungan pengetahuan iklan terhadap minat beli obat bebas terbatas dan hubungan iklan obat dengan minat beli obat bebas terbatas menunjukkan hubungan yang kuat.

  Kata kunci : pengobatan mandiri, pengetahuan, iklan, minat beli.

  

ABSTRACT

  Nowadays self medication has developed in our society. One of the factors is due to the growth of drugs’ advertising published in mass media. It is so to help people to understand morein selecting the effective, objective, and safer medication. The purpose of this research is to find out the relationship between level of knowledge and drugs' advertising on printed mass media toward non prescription drugs’ of pharmacy visitors' interest in Yogyakarta. In this research, non experiment which focused on decriptive cross sectional and cross sectional analytical by using spearman correlation with accuracy 95%. Furthermore, the data collection employed in this research was by quetionnaire distribution. Meanwhile, the subject of this research was the group of pharmacy's visitor in municipality of Yogyakarta. There were 13 pharmacies with 128 respondents.

  This research resulted in the fact that 55% of male respondents. Another fact revealed was that 41 % of respondents prefered newspaper to other printed mass media. There were 43% respondents who in fact had a better comprehension toward the questionnairre given. This research also revealed that drugs’ advertising in printed mass media was often not read by 96 % respondents. The kind of printed mass media which was most read by the respondents was newspaper 45% as the percentage. Furthermore, the correlation coeficient of the knowledge of the drugs advertisement toward the purchasing interest of free drugs was 0,700. Moreover, the relationship between drugs advertising and the purchasing interest of free drugs’ was 0,692 as the correlation coeficient. Both revealed a strong relationship.

  Keyword: self medication, knowledge, advertising, pharmacy visitors' interest.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... v PRAKATA.................................................................................................... vi

  INTISARI ..................................................................................................... ix

  

ABSTRACT ................................................................................................... x

  DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xix BAB I. PENGANTAR .................................................................................

  1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 1. Permasalahan............................................................................

  2

  2. Keaslian penelitian ............................................................................ 3

  3. Manfaat penelitian ............................................................................. 3

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ...........................................................

  5 A. Pengetahuan........................................................................................... 5

  B. Teori Sikap (Kognitif, Afektif dan Perilaku)......................................... 5

  C. Proses Keputusan Pembelian…………………………………………. 7

  D. Praktik atau Tindakan……………...…………………………………. 9

  E. Kelompok Usia …………….…………………………………..…….. 9

  F. Penyakit Ringan…………………………………………………….… 10

  ®

  G. Obat Woods ……………….…………………………………………

  12

  ® H. Obat Ultraflu ……………..…………………………………………..

  13 I. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas ................................................... 13 J. Peraturan Periklanan Bidang Obat …………........................................ 15

  1. Kriteria etik promosi obat ................................................................. 15

  2. Keputusan Menteri Kesehatan tentang informasi periklanan obat bebas ..................................................................................................... 16

  3. Kriteria periklanan obat bebas..........................................................

  17

  4. Surat Keputusan Kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang promosi obat...........................................................................

  18

  5. Pedoman periklanan obat bebas yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.386/MENKES/SK/IV/1994.............................. 19

  2. Karakteristik iklan media cetak……………………………….......... 21 3. Jenis media cetak……………………………………………...….

  21 L. Tujuan dan Fungsi Iklan…………………………………………........ 23 M. Model Iklan…………………………………………………….....…... 23 N. Minat Beli…………………………………………………………….. 24 1. Pengertian minat beli ……………………….………………..…....

  24 O.

  2. Aspek minat beli………………………………………………….... Landasan Teori.......................................................................................

  25

  25 M Hipotesis………………………………………....…………………..... 26 BAB III METODE PENELITIAN................................................................

  27 A. Jenis Rancangan Penelitian ................................................................... 27

  B. Variabel Penelitian ................................................................................ 28

  C. Definisi Operasional ............................................................................. 29

  D. Subyek Penelitian .................................................................................. 31

  E. Tempat Penelitian.................................................................................. 32

  F. Instrumen Penelitian….......................................................................... 32

  G. Tata Cara Penelitian............................................................................... 33

  1. Penelitian pendahuluan………………………………………….…. 33

  2. Pembuatan kuisioner……………………………………………….. 34

  5. Penyebaran kuisioner………………………………………………. 37

  6. Uji normalitas…………………………………………………..…... 37

  7. Pengolahan hasil………………………………………………….... 37

  H. Tata Cara Analisis Hasil........................................................................ 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

  40 A. Karakteristik Responden....................................................................... 40 1. Jenis kelamin.....................................................................................

  40

  2. Umur ................................................................................................. 41

  3. Tingkat pendidikan............................................................................ 42

  4. Pekerjaan ………… .......................................................................... 43

  5. Frekuensi melihat iklan..................................................................... 44

  6. Jenis media cetak .............................................................................. 45

  7. Gambaran jawaban kuisioner responden.......................................... 46

  B. Hubungan Iklan Obat di Media Cetak terhadap Minat Beli Obat Bebas Terbatas Pengunjung Apotek di Kota Yogyakarta.....................

  53 C. Hubungan Tingkat Pengetahuan Iklan di Media Cetak terhadap Minat Beli Obat Bebas Terbatas Pengunjung Apotek di Kota Yogyakarta............................................................................................. 54 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN......................................................

  56

  DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

  58 LAMPIRAN ................................................................................................

  63 BIOGRAFI PENULIS .................................................................................

  97

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Profil Pelanggan OTC di Indonesia……………………………… 13 Tabel II. Peringatan Obat Bebas Terbatas berdasarkan Surat Keputusan

  Menteri Kesehatan RI No. 6355/Dir.Jen/SK/1969……………… 14 Tabel III Kriteria Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas pada Peraturan Menkes No.919/MENKES/PER/X/1993.....................................

  15 Tabel IV. Informasi yang dicantumkan pada Periklanan Obat Bebas Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.386/MENKES/SK/IV/1994..................................................... 16

  Tabel V. Kriteria Periklanan Obat Bebas Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/MENKES/SK/IV/1994.................................. 17

  Tabel VI. Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Promosi Obat…………….................................................. 18 Tabel VII. Batasan – Batasan Khusus……...………………………………… 19 Tabel VIII. Jenis Media Cetak........................................................................... 22 Tabel IX. Jenis Pertanyaan dalam Kuisioner................................................... 35 Tabel X. Intepretasi terhadap Koefisien Korelasi........................................ 39 Tabel XI Gambaran Jawaban Responden untuk Variabel Pengetahuan

  Tabel XII Gambaran Jawaban Responden untuk Variabel Iklan Obat di Media Cetak..................................................................................

  49 Tabel XIII. Gambaran Jawaban Responden untuk Variabel Minat Beli Obat Bebas Terbatas di Media Cetak..................................................... 51

  Tabel XIV. Hubungan Iklan Obat di Media Cetak terhadap Minat Beli Obat

  53 Bebas Terbatas Pengunjung Apotek di Kota Yogyakarta............. Tabel XV. Hubungan Pengetahuan Iklan di Media Cetak terhadap Minat

  Beli Obat Bebas Terbatas Pengunjung Apotek di Kota Yogyakarta……………………………………………….……… 54

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Model Proses Keputusan Pembelian............................................ 8 Gambar 2. Tanda Obat.................................................................................. 15 Gambar 3. Hubungan Antar Variabel............................................................. 28 Gambar 4. Distribusi Responden 13 Apotek di Kota Yogyakarta

  Berdasarkan Jenis Kelamin........................................................... 40 Gambar 5. Distribusi Responden 13 Apotek di Kota Yogyakarta

  Berdasarkan Umur........................................................................ 41 Gambar 6. Distribusi Responden 13 Apotek di Kota Yogyakarta

  Berdasarkan Tingkat Pendidikan.................................................. 42 Gambar 7. Distribusi Responden 13 Apotek di Kota Yogyakarta

  Berdasarkan Pekerjaan.................................................................. 44 Gambar 8. Frekuensi Responden 13 Apotek di Kota Yogyakarta melihat

  Iklan Obat..................................................................................... 45 Gambar 9. Jenis Media Cetak yang Sering dibaca Responden 13 Apotek di Yogyakarta.............................................................................. 46

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat Ijin Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta...... 63 Lampiran 2. Realibilitas Variabel Tingkat Pengetahuan............................ 64 Lampiran 3. Realibilitas Variabel Iklan...................................................... 64 Lampiran 4. Realibilitas Variabel Minat Beli............................................. 64 Lampiran 5. Daftar Apotek di Kota Yogyakarta......................................... 65 Lampiran 6. Validitas Variabel Tingkat Pengetahuan................................ 67 Lampiran 7. Validitas Variabel Iklan.......................................................... 69 Lampiran 8. Validitas Variabel Minat Beli................................................. 71 Lampiran 9. Data Kuisioner....................................................................... 73 Lampiran 10. Hasil Skor Kuisioner……………………………………….. 77 Lampiran 11. Data Hasil Kuisioner……………….………………………. 84 Lampiran 12. Jumlah Nilai Masing–Masing Variabel................................

  90 Lampiran 13. Uji Normalitas Variabel Tingkat Pengetahuan....................... 95 Lampiran 14. Uji Normalitas Variabel Iklan................................................ 95 Lampiran 15. Uji Normalitas Variabel Minat Beli....................................... 95 Lampiran 16. Korelasi Tingkat Pengetahuan dengan Minat Beli ............... 95 Lampiran 17. Korelasi Iklan dengan Minat Beli.......................................... 96

BAB I PENGANTAR A . Latar Belakang Pengobatan mandiri didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh seseorang untuk penyakit atau gejala yang sudah dikenali. Pengobatan mandiri meliputi penggunaan obat-obatan tanpa resep atau over-the-

  

counter (OTC) dan pengobatan altenatif seperti produk herbal, suplemen

  makanan, dan produk tradisional. Salah satu faktor yang mendukung perkembangan pengobatan sendiri adalah semakin banyaknya informasi yang didapatkan oleh masyarakat melalui iklan obat tanpa resep di berbagai media, salah satunya adalah media cetak. Obat yang boleh diiklankan di masyarakat secara luas ialah kategori dalam obat bebas dan obat bebas terbatas. Kriteria suatu obat dapat dimasukkan dalam kategori ini adalah bahwa obat yang bersangkutan telah terbukti secara ilmiah menunjukkan manfaat klinis sangat diperlukan untuk menanggulangi penyakit ringan yang banyak dijumpai di masyarakat (Suryawati, 1997).

  Masyarakat perlu dibantu dengan informasi obat bebas yang obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan untuk melakukan pengobatan sendiri secara aman dan efektif.

  Iklan merupakan bentuk informasi bersifat komersial dari industri farmasi, yang dipertanggungjawabkan secara ilmiah, tidak menyembunyikan risiko pengobatan, serta tidak menyesatkan atau mengarahkan pengguna kepada persepsi keliru yang mengakibatkan penggunaan obat secara keliru (Suryawati,1997).

  ®

  Obat Woods merupakan obat tanpa resep yang membantu penyembuhan

  

®

  penyakit batuk, sedangkan obat Ultraflu merupakan obat yang dijual bebas dan membantu penyembuhan penyakit flu, demam atau sakit kepala. Pengambilan dua obat ini berdasarkan hasil survei pendahuluan yang didapatkan peneliti, yaitu penelitian iklan obat yang sering muncul pada 6 koran yang beredar selama 3 bulan di Yogyakarta dan survei iklan obat di media cetak yang banyak diketahui orang. Penulis memilih iklan obat yang ada di media cetak karena penelitian sejenis ini belum pernah dilakukan. Penulis juga ingin mengetahui seberapa besar hubungan iklan dan tingkat pengetahuan iklan yang ada di media cetak terhadap minat beli, karena sepengetahuan penulis iklan obat di media cetak tidak sebanyak di televisi.

1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Seperti apakah karakteristik responden apotek di Kota Yogyakarta?

  b. Seperti apakah hubungan tingkat pengetahuan iklan obat pengunjung apotek di Kota Yogyakarta terhadap minat beli obat bebas terbatas pengunjung apotek c. Seperti apakah hubungan iklan obat di media cetak terhadap minat beli obat bebas terbatas pengunjung apotek di Kota Yogyakarta?

  2. Keaslian penelitian

  Penelitian tentang iklan obat sudah pernah diteliti oleh Papilaya (2003) dan Primantana (2001). Namun peneliti-peneliti tersebut meneliti iklan obat di televisi.

  Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan akan iklan obat dan hubungan iklan obat bebas terbatas di media cetak. Peneliti memilih iklan di media cetak karena sepengetahuan peneliti, selama ini belum ada yang meneliti iklan di media cetak. Peneliti sebelumnya menganalisis datanya dengan rancangan penelitian deskriptif, sedangkan dalam penelitian ini peneliti menganalisis dengan rancangan penelitian deskriptif dan analitik. Selain itu dalam penggunaan kuisioner, peneliti sebelumnya tidak menggunakan uji validitas dan realibilitas.

  3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis Menambah kepustakaan bagi perkembangan ilmu farmasi, khususnya mengenai evaluasi kerasionalan iklan obat bebas terbatas di media cetak.

  b. Manfaat praktis Penelitian ini memberikan manfaat praktis kepada masyarakat untuk dimana farmasis berperan memberikan pelayanan informasi, khususnya dalam pemberian membantu pihak-pihak yang terkait (produsen atau perusahaan farmasi) untuk meningkatkan kerasionalan iklan obat di media cetak.

  Dalam masyarakat, penelitian ini bermanfaat untuk membantu masyarakat dalam mencermati iklan obat di media cetak sehingga masyarakat tidak terjebak oleh iklan obat yang tidak rasional d an membantu masyarakat dalam hal pemilihan/penggunaan obat bebas terbatas dalam rangka pengobatan sendiri.

B. Tujuan Penelitian

  Tujuan dalam penelitian ini yaitu : 1. untuk mengetahui karakteristik responden .

  2. untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan iklan pada responden terhadap minat beli obat bebas terbatas.

  3. untuk mengetahui hubungan iklan di media cetak pada responden terhadap minat beli obat bebas terbatas.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari sesuatu yang dipahami atau tahu akan

  sesuatu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan bagian yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmojo, 2007).

B. Teori Sikap (Kognitif, Afektif dan Perilaku)

  Menurut Alport (cit, Amirullah, 2002) sikap didefinisikan sebagai suatu status mental dan syaraf yang berhubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, yang diorganisasi melalui pengalaman, memiliki pengaruh yang mengarah dan atau dinamis terhadap perilaku. Menurut Mar’at (1982), sikap merupakan kumpulan dari berpikir, keyakinan dan pengetahuan.

  Menurut Mar’at (1982) dan Peter & Olson (1999), sikap mengandung tiga komponen terkait seperti di bawah ini:

  1. Kognitif Komponen kognitif adalah komponen dari sikap tertentu yang berisikan informasi yang dimiliki seseorang tentang subyek atau benda. Informasi ini bersifat deskriptif dan tidak termasuk derajat kesukaan atau ketidaksukaan terhadap obyek tersebut. Juga tidak termasuk cara yang direncanakan untuk bertindak atau berperilaku terhadap obyek tersebut. Komponen ini berhubungan dengan kesadaran (awareness) akan keberadaan obyek, kepercayaan (beliefs) terhadap obyek, dan menilai kepentingan (importance) atau arti obyek tersebut. Kesadaran (awareness) juga meliputi pengetahuan tentang obyek.

  2. Afektif Komponen afektif merupakan komponen dari sikap tertentu yang berisikan perasaan-perasaan seseorang terhadap obyeknya. Komponen ini melibatkan evaluasi positif maupun negatif yang bersifat emosional, perasaan suka atau tidak suka terhadap obyek. Komponen afektif dari sikap dapat diperlakukan sebagai reaksi seseorang terhadap komponen kognitif. Tetapi karena manusia menggunakan proses evaluasi yang berbeda jika mereka bereaksi terhadap sesuatu yang dipercayai, maka dua orang dapat memiliki komponen afektif yang sangat berbeda meskipun memiliki komponen kognitif yang sama.

  3. Perilaku terhadap suatu obyek. sebelumnya yaitu kognitif dan afektif. Kecenderungan berperilaku yang berbeda pada setiap individu tergantung pada kepercayaan dan perasaan masing-masing.

C. Proses Keputusan Pembelian

  Ketiga komponen tersebut (kognitif, afektif dan perilaku) akan mempengaruhi keputusan dan perilaku konsumen dalam pembelian suatu produk. Menurut Kotler (2000), ada lima tahap dalam proses keputusan pembelian di bawah ini:

  1. Pengenalan kebutuhan Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu kebutuhan individu.

  Kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh faktor internal atau eksternal yang akan menimbulkan suatu dorongan dan motivasi untuk memenuhinya.

  2. Pencarian informasi Konsumen yang tergerak untuk memenuhi kebutuhan tersebut akan berusaha mencari dan mendapatkan lebih banyak informasi. Sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari 4 kelompok yaitu sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, tenaga penjual, pedagang perantara), sumber pengalaman (pemeriksaan, penggunaan produk), dan sumber publik (media massa).

  3. Evaluasi alternatif Evaluasi merupakan cara konsumen memproses informasi mengenai produk tingkat pengetahuan, kepercayaan dan keyakinan terhadap produk. Evaluasi komponen afektif menentukan tingkat perasaan konsumen terhadap produk.

  4. Keputusan pembelian Keputusan pembelian merupakan perilaku yang dihasilkan dari proses evaluasi. Konsumen akan cenderung membeli produk yang memberikan evaluasi positif.

  5. Perilaku setelah pembelian Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan dan ketidakpuasan tertentu. Konsumen juga akan melakukan tindakan setelah pembelian untuk menggunakan produk yang sama atau pindah ke produk lain.

  Pengenalan Kebutuhan

  Sumb er pribadi, kome rsial, Pencarian pegalaman dan publik

  

  Informasi Evaluasi

  Kognitif

  

  Alternatif Afektif

  Keputusan Perilaku

  

  Pembelian Perilaku Setelah

  Pembelian Setelah seseorang mengetahui rangsangan atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan atau dikenal dengan istilah overt behaviour (Notoatmojo, 2007). Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan di atas, yakni melalui proses perubahan: pengetahuan (knowledge) - sikap (attitude) – praktik (practice) atau dapat disingkat dengan ”PSP”(KAP). Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (KAP), bahkan di dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya. Artinya seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikapnya malah negatif (Notoatmojo, 2007).

E. Kelompok Usia

  Pengertian dari sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun yang kurang baik secara konsisten. Sikap dilakukan berdasarkan pandangan seseorang terhadap Langeveld (1971), usia dibagi menjadi tiga kelompok yaitu usia muda, usia dewasa, dan usia tua. Setiap orang mengalami perkembangan hingga mencapai kematangan pribadi. Pada kelompok usia muda mempunyai karakteristik atau sifat yang punya inisiatif, kritis tidak fanatik dan condong bersifat demokratis. Usia dewasa dimulai pada usia 17 tahun, pada usia ini seseorang sudah mantap untuk memberikan penilaian maupun sikap terhadap suatu objek yang ia lihat dan dengar dari pengalaman.

F. Penyakit Ringan

  Secara umum, penyakit ringan (minor ailments) mencakup kondisi yang mensyaratkan intervensi medis yang kecil atau tidak sekali. Kebanyakan penyakit ringan dapat diatasi secara sukses dengan obat tanpa resep. Beberapa contoh penyakit ringan adalah konstipasi, batuk, diare, dispepsia, sakit telingan, demam, sakit kepala, sariawan, sakit gigi, dan infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus (Anonim, 2004). Berikut ini adalah beberapa penyakit ringan:

  1. Sakit kepala Menurut WHO (2000) sakit kepala merupakan gejala dari sejumlah kelainan neurobiologis, mencakup sejumlah gejala yang umum dan ada di berbagai tempat.

  Terminologi kelainan sakit kepala terkait dengan berbagai kondisi yang bervariasi ke penyebab vaskuler dan psikogenik, sedangkan yang akut dan berat mungkin mempunyai latar belakang yang lebih serius (Wibowo dan Gofir, 2001).

  Penyembuhan bisa dengan istirahat atau tidur. Obat-obatan yang digunakan seperti asetaminofen, diazepam dan lainnya (Walsh, 1997).

  2. Flu Salah satu infeksi saluran pernapasan atas adalah flu. Orang dengan daya tahan tubuh yang tinggi biasanya sembuh sendiri tanpa obat. Pada anak-anak, lanjut usia dan orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah lebih cenderung menderita komplikasi seperti infeksi bakteri sekunder. Flu ditularkan melalui percikan udara pada saat batuk, bersin, dan tangan yang tidak dicuci setelah kontak dengan cairan hidung/mulut (Anonim, 2006b). Pasien yang terkena flu dapat melakukan penyembuhan dengan istirahat di tempat tidur dan mengurangi kelelahan serta diet dengan makanan yang mengandung banyak cairan, maka mekanisme pertahanan tubuh secara alami akan mengembalikan badan ke kondisi normal, kecuali jika terdapat komplikasi atau infeksi sekunder. Obat flu biasanya mengandung dekongestan, antihistamin, dan analgetika antipiretika (Tjay dan Raharja, 2002)

  3. Batuk Suatu mekanisme fisiologi yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari dahak, zat-zat perangsang asing, dan unsur

  Refleks batuk dapat ditimbulkan karena

  

perubahan suhu yang mendadak, dan rangsangan kimiawi seperti gas, bau, dan lain-lain

(

  Tjay dan Rahardja, 2002). Penyembuhan batuk bisa dengan berhenti merokok, menghirup uap air yang mendidih, memperlunakkan rangsangan batuk dengan menggunakan emollient seperti gula-gula dan permen. Zat-zat yang boleh terkandung pada obat batuk yaitu kodein, dekstrometrofan, ipeca guaikol, ambroksol, dipenhidramin, bromheksin, guafenisin (Walsh, 1997).

  4. Demam Keadaan dimana suhu tubuh mejadi meningkat, namun masih bisa dikontrol

  o o o o

  disebut demam. Suhu normal adalah 35,8 – 37,3 C (96,5 – 99,2

  F). Suhu rektal

  o o o o

  lebih tinggi sekitar 0,3 – 0,5 C (0,5 – 1

  F). penyembuhan bisa dengan kompres es pada penderita. Obat-obat untuk demam antara lain aspirin, flurbiprofen, naproksen, prednison, parasetamol (Walsh, 1997).

  ®

G. Obat Woods

  ®

  Obat Woods mempunyai dua jenis khasiat, yaitu sebagai antitusif untuk mengobati batuk kering dan ekspektoran untuk mengobati batuk berdahak. Dalam kategori obat bebas, perusahaan Kalbe Farma memiliki 15 merek utama yang kuat di

  ®

  masing-masing kategori penyakit, salah satunya adalah obat batuk Woods

  ®

  (Soelaeman, 2005). Woods antitusif mengandung dekstrometrofan HBr (7,5mg) dan

  ®

  difenhidramin HCl (12,5mg), sedangkan Woods ekspektoran mengandung yang terbilang sukses di pasaran. Menurut Sarnianto, obat batuk yang diproduksi oleh

  ® ® ® ® Kalbe Farma, seperti Woods , Komix , Mixadin dan Mextril menguasai 50% pasar obat batuk (Sarnianto, 2006).

H. Obat Ultraflu

  Obat ultraflu merupakan obat bebas terbatas yang berkhasiat meredakan flu, demam, dan sakit kepala. Ultraflu mengandung asetaminofen (600mg), fenilpropanolamin HCl (15mg) dan klorfeniramin maleat (2mg). Menurut Jonathan (2005), dalam risetnya tentang pengukuran market share obat-obat bebas (OTC) pada perusahaan riset B, mengatakan bahwa Obat Flu adalah market leader OTC. Berikut adalah hasil yang memperkuat riset yang menyatakan ultraflu sebagai obat bebas yang paling laris di pasaran:

  Tabel I. Profil Pelanggan OTC di Indonesia 2006 2007 No Merek Total No Merek Total

  % %

  ® ®

  1 Ultraflu 17.7 1 Ultraflu

  23.0

  ® ®

  2 Mixagrip 14.5 2 Sanaflu

  14.6

  ® ®

  3 Sanaflu 13.7 3 Mixagrip

  13.8

  ® ®

  4 Decolgen 10.9 4 Neozep Forte

  10.8

  ® ®

  5 Neozep Forte 8.5 5 Decolgen

  8.7 (Kuncoro, 2008)

I. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

  Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, pasal 3 ayat (1) dan (2), menyatakan bahwa tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam dan obat bebas terbatas lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam (Anonim, 2006a).

  Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan golongan obat tanpa resep, yang dapat dibeli secara bebas (tanpa resep) di apotek dan toko obat berijin. Obat bebas terbatas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 6355/Dir.Jen/SK/1969, harus dicantumkan tanda peringatan berwarna hitam pada wadah atau kemasannya, dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm atau disesuaikan kemasannya, dan memuat pemberitahuan dengan huruf berwarna putih.

  Tabel II. Peringatan Obat Bebas Terbatas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 6355/Dir.Jen/SK/1969

  Peringatan Isi dan Contoh P. no.1 Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam.

  Contoh: Procold

  ®

  , Inza

  ® P. no. 2. Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.

  Contoh: Betadine

  ®

  kumur P. no. 3 Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh: Betadine

  ®

  untuk antiseptik lokal P. no. 4 Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: Rokok anti asma P. no. 5 Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Supositoria Dulcolax

  

® P. no. 6 Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. ® Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Gambar 2. Tanda Obat

  Obat bebas atau obat bebas terbatas secara keseluruhan dikenal sebagai obat bebas (Over The Counter) atau OTR. Menurut Peraturan Menkes No.919/MENKES/PER/X/1993 pasal 2, obat yang dapat diserahkan tanpa resep, harus memenuhi kriteria:

  Tabel III. Kriteria Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas pada Peraturan Menkes No.919/MENKES/PER/X/1993 (cit, Hartini dan Sulasmono, 2007)

  No Kriteria

  1. Tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas usia 65 tahun.

  2. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.

  3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.

  4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.

  5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

  

J. Peraturan Periklanan Bidang Obat

  1. Kriteria etik promosi obat Upaya pengendalian informasi komersial untuk meningkatkan kerasionalan pengobatan sendiri, dilakukan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dengan yang ditujukan kepada masyarakat awam meliputi komposisi zat aktif dengan nama

  INN (International Nonpropietary Names) atau nama generik obatnya, merek dagang, indikasi utama, perhatian, kontraindikasi, dan peringatan, serta nama dan alamat produsen atau distributor. Iklan obat untuk masyarakat dihimbau untuk membatasi indikasi, dan klaim obat dapat menyembuhkan, mencegah, atau meredakan penyakit, harus dapat dibuktikan (Anonim, 1988).

  2. Keputusan Menteri Kesehatan tentang informasi periklanan obat bebas

  • – Dengan mengacu pada Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion WHO, pemerintah juga mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/MENKES/SK/IV/1994, khususnya tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas. Salah satu latar belakang dikeluarkannya pedoman ini adalah untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan penggunaan obat yang salah, tidak tepat dan tidak rasional akibat pengaruh promosi melalui iklan. Berdasarkan Pedoman Periklanan Obat Bebas, iklan obat harus mencantumkan informasi mengenai:

  Tabel IV. Informasi yang harus dicantumkan pada Periklanan Obat Bebas Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/MENKES/SK/IV/1994

  No Informasi yang harus dicantumkan

  1. Komposisi zat aktif obat dengan nama INN (khusus untuk media cetak); untuk media lain, apabila ingin menyebutkan komposisi zat aktif, harus dengan nama INN.

  2. Indikasi utama obat dan informasi mengenai keamanan obat 3. Nama dagang obat.

  4. Nama industri farmasi.

  5. Nomor pendaftaran (khusus untuk media cetak).

  3. Kriteria periklanan obat bebas Dalam UU No. 23 tahun 1992 pasal 41 ayat (2), dinyatakan bahwa penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi persyaratan obyektivitas dan kelengkapan serta tidak menyesatkan (Hartini dan Sulasmono, 2007).

  Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/MENKES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas menyatakan bahwa informasi mengenai produk obat dalam iklan harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam pasal 41 ayat (2) UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai berikut:

  Tabel V. Kriteria Periklanan Obat Bebas Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/MENKES/SK/IV/1994

  No Kriteria Periklanan Obat Bebas

  1. Obyektif: harus memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak boleh menyimpang dari sifat kemanfaatan dan keamanan obat yang telah disetujui.

  2. Lengkap: harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontraindikasi dan efek samping.

  3. Tidak menyesatkan: informasi obat harus jujur, akurat, bertanggung jawab serta tidak boleh memanfaatkan kekuatiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan.

  (Anonim, 2006a) Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/MENKES/SK/IV/1994, tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, juga dinyatakan bahwa obat yang dapat diiklankan kepada masyarakat adalah obat yang sesuai peraturan perundang- bahwa sediaan farmasi yang berupa obat untuk pelayanan kesehatan yang penyerahannya dilakukan berdasarkan resep dokter hanya dapat diiklankan pada media cetak ilmiah kedokteran atau media cetak ilmiah farmasi. Selain itu, pasal 33 menyebutkan bahwa iklan mengenai sediaan farmasi dan alat kesehatan pada media apapun yang dipergunakan untuk menyebarkan iklan dilaksanakan dengan memperhatikan etika periklanan (Hartini dan Sulasmono, 2007).

  4. Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang promosi obat.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU SWAMEDIKASI OBAT ASAM MEFENAMAT DI APOTEK (Studi Terhadap Pasien Di Beberapa Apotek Kecamatan Sukun Kota Malang)

2 8 27

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU SWAMEDIKASI OBAT PIROXICAM DI APOTEK (Studi Terhadap Pasien Di Beberapa Apotek Kecamatan Sukun, Kota Malang)

2 34 24

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009.

0 1 9

TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN DI KAMAR OBAT TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN DI KAMAR OBAT PUSKESMAS GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 14

EFEKTIFITAS IKLAN TELEVISI TERHADAP MINAT BELI OBAT FLU DECOLGEN DI SURABAYA TIMUR.

0 12 75

View of PENGETAHUAN DAN PERSEPSI APOTEKER TERHADAP SISTEM PELAPORAN MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO) DI APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

0 1 8

View of TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS UNTUK SWAMEDIKASI PADA MASYARAKAT RW 8 MOROBANGUN JOGOTIRTO BERBAH SLEMAN YOGYAKARTA

0 2 11

EFEKTIFITAS IKLAN TELEVISI TERHADAP MINAT BELI OBAT FLU DECOLGEN DI SURABAYA TIMUR

0 0 17

EFEKTIVITAS METODE EDUKASI LEAFLET DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT UNTUK SWAMEDIKASI FLU PADA PENGUNJUNG APOTEK DI KABUPATEN BANYUMAS

0 0 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG APOTEK TERHADAP KEBUTUHAN INFORMASI OBAT DIAPOTEK WILAYAH KABUPATEN PEMALANG

0 0 17