EFEKTIFITAS IKLAN TELEVISI TERHADAP MINAT BELI OBAT FLU DECOLGEN DI SURABAYA TIMUR.
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
FAHRIZAL ARIF
0712315061 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
Yang diajukan
Fahrizal Arif
0712315061/ FE/ EM
disetujui untuk ujian skripsi oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Supriyono, SE, MM Tanggal
:
……….
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa timur
Drs. Ec. RA. Suwaidi, MS
NIP. 195803251988031001
(3)
EFEKTIFITAS IKLAN TELEVISI TERHADAP MINAT BELI OBAT
FLU DECOLGEN DI SURABAYA TIMUR
Disusun Oleh :
FAHRIZAL ARIF
0712315061/FE/EM
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh
Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 09 Desember 2011
Pembimbing
: Tim
Penguji
:
Pembimbing
Utama
: Ketua
Drs. Ec. Supriyono, SE, MM Dra.
Ec.
Hj.
Malicha
Sekretaris
Dra. Ec. Suhartuti,. MM
Anggota
Drs.
Ec.
Supriyono,
SE,
MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
DR. Dhani Ichsanuddin Nur, MM
NIP. 196309241989031001
(4)
rahmat-Nya sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang
Perguruan Tinggi. Berkat rahmat-Nya pula memungkinkan saya untuk
menyelesaikan skripsi dengan judul “ Efektifitas Iklan Televisi Terhadap
Minat Beli Obat Flu Decolgen di Surabaya Timur ”.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas
dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya
menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan petunjukNya sehingga bisa
menyelesaikan penelitian ini.
2.
Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Jurusan Manajemen Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5.
Bapak Drs. Ec. Supriyono, SE, MM selaku Dosen Pembimbing yang telah
mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6.
Seluruh Staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah
memberikan ilmunya.
7.
Pada kedua orang tuaku, H. Mustofa Muslimin, SH dan Hj. Lilik Tholi’ah yang
selalu memberikan doa restunya dan jerih payah serta pengorbanan dalam
mendidik penulis hingga saat ini.
(5)
Sony, Dedik, Gatra, Oliv, Onny, Kajie, Ade, Rafi, Alfan, Rasta, Abris, DLL) yang
telah banyak memberikan bantuan dalam bentuk apapun sampai terciptanya
skripsi ini.
10.
Dan tidak lupa kepada Wiwin Widayanti yang pernah mengisi hatiku dengan
selalu memberikan motivasi kepada penulis agar penelitian ini cepat selesai.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam
penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan
saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi
ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Desember 2011
(6)
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penetian... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II : Tinjauan Pustaka
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu... 7
2.2 Landasan Teori... 8
2.2.1 Definisi Pemasaran... 8
2.2.2 Definisi Manajemen Pemasaran... 9
2.2.3 Definisi Konsep Pemasaran ... 9
2.2.4
Periklanan...
9
2.2.4.1 Jenis Jenis Periklanan ... 10
2.2.4.2 Sasaran Periklanan... 11
2.2.4.3 Media Iklan... 12
2.2.4.4 Tujuan Periklanan... 12
2.2.4.5 Fungsi Iklan ... 13
2.2.4.6 Sifat Sifat Iklan... 15
(7)
2.2.6.1 Indikator Yang Membentuk Minat beli... 23
2.2.6.2 Pengaruh Efektifitas Iklan Terhadap Minat Beli... 24
2.3 Kerangka Konseptual ... 26
2.4 Hipotesis... 27
BAB III : Metodologi Penelitian
3.1 Definisi operasional dan Pengukuran Variabel... 28
3.1.1 Definisi Operasional Variabel ... 28
3.1.2 Pengukuran Variabel ... 29
3.2 Teknik Penentuan Sampel... 30
3.2.1
Populasi ...
30
3.2.2
Sampel ...
30
3.3 Teknik Pegumpulan Data... 31
3.3.1
Jenis
Data ...
31
3.3.2 Pengumpulan Data ... 32
3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 32
3.4.1 Uji Reabilitas dan Validitas... 35
3.4.2 Uji Outlier Univariat dan Multivariat... 37
3.4.2.1 Uji Outlier Univariat... 37
3.4.2.2 Uji Outlier Multivariat... 37
3.4.3 Uji Normalitas Data ... 38
3.4.4 Pengujian Model Dengan Two Step Approach... 38
3.5 Evaluasi Model ... 39
(8)
4.1.2 Karakteristik Decolgen... 43
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 44
4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 44
4.2.2 Deskripsi Efektifitas Iklan Televisi... 45
4.2.3 Deskripsi Minat Beli ... 48
4.3 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 49
4.3.1 Uji Outlier Multivariate... 49
4.3.2 Uji Reliabilitas... 51
4.3.3 Uji Validitas ... 52
4.3.4 Uji Construct Reliability dan Variance Extracted... 53
4.3.5 Uji Normalitas ... 54
4.3.6 Uji Multicolinearity dan Singularity ... 55
4.3.7 Analisis Model One-Step Approach to SEM ... 55
4.3.8 Analisis Unidimensi First Order ... 58
4.3.9 Uji Kausalitas ... 58
4.4 Pembahasan... 59
Bab V : Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan ... 61
(9)
Tabel 1.2 Data Penjualan Decolgen 2008-2010 ... 5
Tabel 3.1 Goodness of Fit Indices ... 41
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 44
Tabel 4.2 Kaakteristik responden berdasarkan usia ... 45
Tabel 4.3 Tabulasi jawaban efektifitas iklan ... 45
Tabel 4.4 Tabulasi jawaban minat beli... 48
Tabel 4.5 Outlier Data ... 50
Tabel 4.6 Uji Reabilitas ... 51
Tabel 4.7 Uji Validitas ... 52
Tabel 4.8 Construct Reability dan Variance Extracted ... 53
Tabel 4.9 Uji Normalitas ... 54
Tabel 4.10 Evaluasi criteria Goodness Of Fit base model ... 56
Tabel 4.11 Evaluasi criteria Goodness Of Fit Modiikasi ... 57
Tabel 4.12 Unidimensional first order... 58
Tabel 4.13 Uji Kausalitas ... 58
(10)
Gambar 3.1 : Contoh model pengukuran efektifitas iklan televisi ... 33
Gambar 3.2 : Contoh model pengukuran minat beli ... 34
Gambar 4.1 : Model pengukuran dan struktural TV ads. Effectiveness dan
Purchase Intention Base Model ... 56
Gambar 4.2 : Model pengukuran dan struktural TV ads. Effectiveness dan
Purchase
Intention
modifikasi ... 57
(11)
Abstraksi
Dunia pemasaran yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk
memiliki keunggulan daya saing. Untuk tetap bertahan dalam dunia pemasaran
yang semakin cepat berubah seiring perkembangan dalam era globalisasi maka
perusahaan dituntut untuk semakin bekerja keras, pintar, dan kreatif. Disisi lain
konsumen dihadapkan pada berbagai macam pilihan produk. Tujuan pada
penelitian ini adalah untuk menganalisis Efektifitas Iklan Televisi terhadap Minat
Beli obat flu Decolgen wilayah Surabaya Timur.
Penelitian ini menggunakan variabel Efektifitas Iklan Televisi (X) dengan
indikator kesadaran (X1.
1), pengetahuan (X1.
2), kesukaan (x1.
3), referensi (X1.
4),
keyakinan (X1.
5), keinginan (X1.
6), dan Variabel Minat beli (Y) dengan indikator
intensitas pencarian informasi (Y
1), keinginan segera membeli (Y
2), keinginan
preferensial (Y
3). Skala menggunakan skala interval dan teknik pengukuran
variabel dengan menggunakan skala semantic differential scale, Tanggapan
pernyataan tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang berada pada rentang
nilai 1 sampai dengan 7 pada masing-masing skala. Populasi pada penelitian ini
adalah jumlah seluruh calon konsumen Obat flu Decolgen di Surabaya Timur.
Teknik pengambilan sampel ini adalah Non Probabilistic sampling dengan teknik
Purposiveness sampling
dengan jumlah responden 120 konsumen Obat flu
Decolgen. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh
langsung dari jawaban para responden dengan menggunakan media kuesioner.
Teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Pengolahan data yang diperoleh
dengan menggunakan analisis permodelan SEM (Structural Equation Modelling).
Berdasarkan hasil analisis untuk menguji apakah terdapat pengaruh positif
antara efektifitas iklan televisi terhadap minat beli Obat flu Decolgen di Surabaya
Timur, tidak dapat diterima.
Keywords : Efektifitas Iklan Televisi, Minat beli.
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam era globalisasi ini perkembangan teknologi semakin canggih maka semakin ketat pula persaingan usaha di Indonesia, sehingga menuntut perusahaan- perusahaan lebih cermat untuk menentukan strategi pemasaran. Agar dapat mencapai keberhasilan sebuah perusahaan dituntut untuk menciptakan, mempertahankan dan meningkatkan kepuasan konsumen pada suatu produk yang ditawarkan. Dan perusahaan-perusahaan yang dapat mengimbangi persaingan pasar lah yang akan mampu bertahan dan terus eksis di dunia bisnis masa kini.
Dalam persaingan bisnis yang ketat ini, iklan adalah salah satu sarana komunikasi pemasaran yang efektif untuk menjalin komunikasi antara produsen dengan konsumen dan iklan bisa dianggap sebagai cara ampuh untuk menonjolkan produk perusahaan, agar suatu produk dapat berfungsi memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Sehingga para produsen harus mencari pembeli dan pasti berhubungan dengan pasar dimana terdapat persaingan yang sehat dan kompetisi merupakan unsur yang hakiki. Iklan menjadi suatu pilihan menarik, disamping sebagai sumber informasi iklan juga dipandang sebagai hiburan. Konsumen beralih kepada iklan untuk mendapatkan sejumlah informasi dan juga nilai hiburannya (Hair et al, 2000).
Iklan menjadi pilihan yang menarik sebagai sumbar informasi, media hiburan, dan media komunikasi bagi pemasar. Iklan merupakan salah satu
(13)
instrumen pemasaran modern yang aktivitasnya didasarkan pada konsep komunikasi. Karena dalam bentuk komunikasi maka keberhasilannya dalam mendukung program pemasaran merupakan pencerminan dari keberhasilan komunikasi. Para konsumen akan lebih reseptif terhadap periklanan, setelah mengidentifikasi adanya kebutuhan. Menurut Shimp (2000 : 258), Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Periklanan bagi konsumen merupakan sumber utama informasi merek beserta atribut produk lainnya, hingga dimana periklanan dimanfaatkan sebagai sumber informasi tergantung dari individu- individu yang bersangkutan dipandang dari sudut kelompok-kelompok produk, informasi yang disampaikan juga menjangkau konsumen potensial maupun aktual yang lebih luas, dibandingkan dengan alat promosi pemasaran yang lain (Kotler, 2003).
Saat konsumen meletakkan periklanan sebagai sumber informasi yang benar-benar mempengaruhi minat beli konsumen. Minat konsumen ini merupakan akibat penilaian dari konsumen terhadap unsur-unsur yang ada di dalam iklan, pesan iklan dan gambar iklan. Penilaian itu melibatkan emosi atau perasaan tertentu dalam diri konsumen terhadap iklan. Untuk sampai pada suatu respon pembelian sebagai pengaruh dari iklan, konsumen mengalami beberapa proses yaitu mengetahui isinya, mengingat pesannya, mempunyai citra yang baik pada iklan, mempunyai niat membeli dan akhirnya membeli produk yang diiklankan. Menurut Sukarno (2005 : 140), minat beli merupakan keinginan yang direncanakan sepenuhnya oleh konsumen untuk melakukan pembelian nyata. Secara singkat minat beli dapat diartikan sebagai rencana pembelian.
(14)
Dari segi ekonomis periklanan yang dilakukan oleh pengusaha saat ini merupakan kegiatan yang menghabiskan biaya yang sangat besar. Akan tetapi kegiatan periklanan yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan semata mata memperkenalkan produk yang ditawarkan. Biaya besar yang dikeluarkan pada pembuatan iklan yang dilakukan oleh perusahaan pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen yaitu termasuk dalam harga atas produk yang ditawarkan. Media iklan sangat banyak sekali macamnya seperti media masa (majalah, Koran), media tayang (televisi, radio), dll. Pengiklanan di media televisi hingga kini masih dianggap cara paling efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia yang masyarakatnya masih brand minded dimana merek yang pernah muncul di iklan ditelevisi lebih digemari daripada yang tidak diiklankan di televisi. Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam beriklan agar dapat menarik perhatian konsumen dan menciptakan preferensi terhadap minat beli konsumen.
Belakangan ini banyak sekali merek obat-obatan yang beredar di pasaran, salah satunya adalah Decolgen yang diproduksi oleh PT Medifarma Laboratories. Decolgen adalah salah satu obat flu yang sangat dikenal dan popular oleh masyarakat. Decolgen adalah salah satu jenis obat flu yang dapat meredakan gejala flu seperti sakit kepala, demam, bersin-bersin dan hidung tersumbat.
PT. Medifarma Laboratories sebagai produsen obat Decolgen melakukan berbagai promosi dengan berbagai jalur pemasaran dan dilakukan setiap hari dan intensif yang di curahkan dikalangan masyarakat. Salah satu media promosi yang
(15)
dipilih oleh perusahaan adalah melalui media tayang atau media televisi sehingga tidak heran produk ini bisa sangat dikenal oleh masyarakat.
Berikut adalah data Top Brand Index Obat Flu Decolgen : Tabel 1.1 : Data Top Brand Index 2008-2010
2008 2009 2010 Merek TBI Merek TBI Merek TBI Mixagrip Ultraflu Decolgen Neozep Bodrex Procold 14,2% 14,1% 10,6% 9,8% 9,7% 9,1% Ultraflu Mixagrip Decolgen Sanaflu Neozep Bodrex 15,2% 14,7% 10,0% 9,9% 9,2% 9,0% Ultraflu Neozep Mixagrip Decolgen Sanaflu Procold 13,0% 10,1% 9,4% 9,1% 8,4% 7,3% Sumber : Majalah Marketing.
Berdasarkan temuan dari sumber majalah (Marketing/edisi khusus/I 2007), Decolgen dinobatkan sebagai jawara Top Brand dari tahun 2000 sampai tahun 2007 dengan TBI sebesar 14,21 %, ini bisa membuktikan bahwa Decolgen adalah merek obat flu yang paling diminati dan dikenal oleh masyarakat selama tujuh tahun berturut turut.
Tapi yang terjadi saat ini justru sebaliknya, berdasarkan temuan dari sumber majalah (marketing.co.id>majalah marketing>2008) Decolgen pada tahun 2008 Turun peringkat yang dulu menjadi jawara Top Brand selama tujuh tahun berturut turut justru di tahun 2008 Decolgen harus merelakan posisi jawaranya dan menempati peringkat ketiga dan meraih TBI sebesar 10.6%. Decolgen terus mengalami penurunan pada peringkat ketiga, ini diperkuat dengan sumber yang ada (Marketing/Februari/2009) Decolgen pada tahun 2009 mengalami penurunan TBI, yang semula sebesar 10.6% turun menjadi 10,0 % dan menjadikannya tertahan diposisi ketiga. Selain itu, berdasarkan temuan dari sumber majalah (Marketing 02/X/Februari/2010) Decolgen lagi-lagi harus melorot posisinya untuk
(16)
Top Brand yaitu dengan perolehan TBI sebesar 9.1 %, yang menjadikannya harus puas diposisi keempat untuk Top Brand. Tidak hanya sampai disitu saja, penurunan tersebut dalam perebutan Top Brand Index ini dibarengi dengan penurunan penjualan produk obat flu Decolgen di Surabaya Timur.
Tabel 1.2 : Data penjualan Decolgen di Surabaya Timur.
NOMOR TAHUN PENJUALAN
1 2008 8.290.150
2 2009 7.880.490
3 2010 6.568.920
4 Januari 2011 559.500
5 Februari 2011 538.860
6 Maret 2011 558.350
7 April 2011 546.840
8 Mei 2011 551.450
9 Juni 2011 574.290
Sumber : Sales Surabaya Timur.
Dalam tiga tahun ini merek Decolgen terus mengalami penurunan peringkat dalam perebutan Top Brand, setelah mereknya menjadi jawara selama tujuh tahun memimpin untuk kategori obat flu dan penjualan produk obat flu Decolgen di Surabaya Timur juga terus menurun.
Berdasarkan temuan diatas menandakan bahwa produk Decolgen mengalami penurunan, dan dari semua latar belakang maka menarik untuk diadakan penelitian dengan judul :
“EFEKTIFITAS IKLAN TELEVISI TERHADAP MINAT BELI OBAT FLU DECOLGEN DI SURABAYA TIMUR”.
1.2 Perumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian berikut adalah :
(17)
“Apakah efektifitas iklan televisi dapat mempengaruhi minat beli obat flu Decolgen di Surabaya Timur?”
1.3 Tujuan peneliti.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
“Untuk menganalisis efektifitas iklan televisi terhadap minat beli obat flu Decolgen di Surabaya Timur”.
1.4 Manfaat penelitian.
1. Bagi peneliti berguna untuk memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan berdasarkan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah.
2. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi bagi pihak manajemen agar mendapatkan wawasan tambahan tentang efektifitas iklan televisi terhadap minat beli obat flu Decolgen di Surabaya Timur.
3. Bagi lembaga, dapat menambah perbendaharaan perpustakaan UPN “Veteran” JATIM sebagai bahan kajian maupun bahan pembanding penelitian pada masa yang akan datang terhadap masalah serupa.
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu.
1. Penelitian terdahulu yang berjudul “Analisis efektifitas iklan Rinso, Soklin dan Attack menggunakan Consumen Decision Model (CDM)” oleh Zuraida dan Uswatun (2001). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling. Kuesioner diberikan kepada para pemirsa televisi sebanyak 200 responden. Kesimpulan : berdasarkan hasil analisis data tentang efektifitas iklan sabun deterjen bubuk Rinso, Soklin dan Attack terhadap niat beli konsumen adalah sebagai berikut : untuk variabel pesan iklan, pengenalan merek, sikap konsumen dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian nyata.
2. Penelitian terdahulu lainnya yaitu oleh Albari (2007) “ Efektifitas Iklan Televisi Sabun Pembersih Muka Di Kota Yogyakarta (Pendekatan Consumen Decision Model) “. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Convenience Sampling. Kuesioner diberikan kepada para pemirsa televisi sebanyak 166 responden. Kesimpulan : berdasarkan hasil analisis data tentang efektifitas iklan sabun pembersih terhadap minat beli konsumen adalah sebagai berikut : untuk variabel pesan iklan, pengenalan merek, keyakinan konsumen dan sikap konsumen dapat mempengaruhi minat konsumen.
(19)
3. Selain itu penelitian terdahulu selanjutnya adalah penelitian dari Drs. Ec. Gendut Soekarno, MS. Majalah Ekonomi Tahun XIV, No 2 Agustus 2005 yang berjudul Penggunaan Consumer Decision Model (CDM). Dalam Pengukuran Efektifitas Iklan Shampo Merek Pantene. Permasalahan yang diajukan yaitu untuk mengukur keefektifitasan periklanan melalui televisi yang diyakini lebih efektif untuk berkomunikasi dalam memberi informasi kepada target pasar. Untuk mengukur keefektifitasi periklanan, model yang digunakan adalah Cnsumer Decision Model (CDM). Sampel dalam penelitian ini adalah Surabaya Timur yaitu pada 147 pemakai shampoo Sunsilk yang melihat iklan shampoo Pantene. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan AMOS 4,0 program. Pada uji kausalitas, faktor perkenalan merek dapat diterima. Faktor perkenalan merek berpengaruh positif pada perilaku konsumen tidak dapat diterima. Pesan iklan berpengaruh positif pada keyakinan konsumen dapat diterima. Perilaku konsumen berpengaruh positif pada minat beli tidak dapat diterima. Keyakinan konsumen berpengaruh positif pada pembelian dapat diterima.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Definisi Pemasaran
Menurut Kotler (1986:5) definisi pemasaran adalah suatu proses sosial dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan
(20)
mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya.
Menurut Foster (1974:8) definisi pemasaran adalah suatu filsafat yang menyatakan bahwa perusahaan harus dipengaruhi oleh pasarnya (atau konsumen) dan bukan oleh fasilitas produk atau teknik yang dimiliki.
2.2.2 Definisi Manajemen Pemasaran.
Menurut Kotler (1986:20) definisi manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, penerapan dan pengendalian terhadap progam yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran dan hubungan yang menguntunkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan tujuan organisasi.
2.2.3 Definisi Konsep Pemasaran.
Menurut Kotler (1986:34) definisi konsep pemasaran adalah suatu orientasi terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan, didukung oleh usaha pemasaran secara terpadu yang ditujukan untuk membangkitkankepuasan pelanggan sebagai kunci untuk memenuhi tujuan tujuan organisasi.
2.2.4 Periklanan.
Menurut Jefkins (1997:5) periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah murahnya.
(21)
2.2.4.1 Jenis Jenis Periklanan.
Dalam periklanan terdapat jenis jenis periklanan. Menurut Mc Carthy (1996:337). Jenis jenis periklanan adalah:
1. Periklanan Produk (Product Advertising). Dibagi menjadi tiga kategori :
a. Periklanan pemeloporan (Pioneering Advertising).
Periklanan pemeloporan berusaha menciptakan permintaan primer (primary demand).
b. Periklanan bersaing (Competitive Advertising).
Periklanan bersaing berusaha menimbulkan permintaan selektif (selective demand).
Dapat dilakukan dengan cara:
1. Periklanan Langsung (direct-type advertising). 2. Periklanan tak langsung (indirect-type advertising). c. Periklanan Pengingat (reminder advertising).
Cara ini dapat bermanfaat apabila produk itu telah mencapai preferensi atau loyalitas merek.
2. Periklanan Perbandingan (Comparative Advertising).
Periklanan perbandingan dilakukan dengan membandingkan produk perusahaan dengan produk pesaing.
3. Periklanan Lembaga.
Periklanan lembaga berfokus pada : a. Nama perusahaan industri.
(22)
b. Gengsi perusahaan atau industri. 2.2.4.2 Sasaran Periklanan.
Menurut Guiltinan (1987:250). Pokok sasaran sasaran itu adalah: 1. Kesadaran (awareness).
2. Megingatkan (remember to use).
3. mengubah sikap tentang penggunaan bentuk produk. 4. mengubah persepsi tentang pentingnya atribut merek. 5. mengubah keyakinan tentak merek.
6. mengubah sikap.
Menurut Sigit (1982 :162). Sasaran iklan adalah : 1. Para pembeli dan pemakai pada waktu sekarang. 2. Mereka yang memiliki potensi untuk menjadi pembeli. 3. Mereka yangmempunyai kekuasaan memutuskan membeli. 4. Mereka yang akan menjadi penbeli atau pemakai dimasa depan. 5. Mereka yang dapat mempengaruhi orang lain untuk membeli
atau memakai. 6. Para pedagang. 7. Para pesaing.
Jadi sasaran periklanan haruslah difikirkan terlebih dahulu sebelum memasang, periklanan dapat tercapai kerena sasaran periklanan ikut menentukan efektif atau tidaknya suatu iklan.
(23)
2.2.4.3 Media Iklan.
Banyak media yang bisa digunakan untuk periklanan. Menurut Philip Kotler dan Armstrong (2008:162). Media yang digunakan untuk iklan adalah:
1. Televisi. 2. Surat kabar. 3. Surat langsung. 4. Majalah. 5. Radio. 6. Luar ruang. 7. Internet. 2.2.4.4 Tujuan Periklanan.
Menurut Sutisna (2001:276). Tujuan iklan adalah: 1. Menginformasikan atau Informatif.
Periklanan informatif berarti pemasar harus merancang iklan sedemikian rupa agar hal hal penting mengenai produk bisa disampaikan dalam pesan iklan.
2. Membujuk.
Periklanan yang bersifat membujuk berperan penting bagi perusahaan dengan tingkat persaingan tinggi. Tujuan pemasar adalah untukmencoba meyakinkan konsumen bahwa merek yang ditawarkan adalah pilihan yang tepat.
(24)
3. Mengingatkan.
Iklan yang bersifat mengingatkan digunakan untuk produk produk yang sudah mapan dan mempunyai kelompok konsumen tertentu.
Iklan yang bersifat mengingatkan sangat penting, terutama bagi produk produk yang dibeli dengan keterlibatan rendah. 2.2.4.5 Fungsi Iklan.
Menurut Shimp (2000:357), fungsi periklanan adalah : A. Informing (Memberi informasi).
Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek merek baru, mendidik merekan tentang fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek positif.
B. Reminding (Mengingatkan).
Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen.
C. Persuading (Mempersuasi).
Iklan yang efektif akanmampu mempersuasikan (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan.
D. Adding Value (Memberikan nilai tambah).
Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang sebagai lebih elegan, lebih
(25)
bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing.
Menurut Swastha (1997 :247). Beberapa fungsi periklanan antara lain : A. Memberi Informasi.
Periklanan dapat menambah nilai pada sutu barang dengan memberikan informasi kepada pelanggan.
B. Membujuk atau mempengaruhi.
Periklanan tidak hanya memberitahu saja, tetapi juga memberi sifat membujuk terutama kepada pembeli pembeli potensial, dengan menyatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik daripada produk lain.
C. Menciptakan Kesan Image.
Pemasangan iklan selalu berusaha untuk menciptakan iklan sebaik baiknya, misalnya dengan menggunakan warna, ilustrasi, bentuk dan susunan yang menarik. Tindakan tersebut bertujuan agar dengan sebuah iklan, orang akan mempumyai suatu kesan tertentu pada masyarakat untuk melakukan pembelian secara rasional dan ekonomis.
D. Memuaskan Keinginan.
Periklanan merupakan suatu alat yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan yang berupa pertukaran yang saling memuaskan.
(26)
E. Sebagai Alat Komunikasi.
Periklanan merupakan suatu alat untuk membuka komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi dengan efektif dan efisien.
Jadi fungsi periklanan sangat berarti sekali perusahaan untuk meningkatkan penjualan, dengan maksud agar produk dapat lebih dikenal dan diminati konsumen, sehingga iklan tersebut dapat dijadikan investasi untuk menghasilkan suatu imbalan yang besar nantinya.
2.2.4.6 Sifat sifat iklan.
Menurut Tjiptono (2005:226), suatu iklan mempunyai sifat sifat sebagai berikut :
1. Public Presentation.
Iklan memungkinkan setiap orang menerima pesan yang sama tentang produk yang diiklankan.
2. Pervasiveness.
Pesan iklan yang sama dapat diulang ulang untuk memantapkan penerima informasi.
3. Amplified Expressiveness.
Iklan mampu mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui gambar dan suara untuk menggugah dan mempengaruhi perasaan khalayak.
(27)
4. Impersonality.
Iklan tidak besifat memaksa khalayak untuk memperhatikan dan menanggapinya karena merupakan kominikasi yang monolog (satu arah).
2.2.4.7 Pentingnya Iklan.
Menurut Sigit (1982:115) periklanan yang berhasil memberikan keuntungan-keuntungan antara lain :
a. Penghemat biaya.
b. Dapat mencapai sasaran yang dimaksud.
c. Selalu mengingatkan kepada pembeli atau calon pembeli. d. Menghindarkan hubungan pribadi secara langsung. e. Membentuk product motives atau patronage motives.
Jadi periklanan amat sangat penting bagi perusahaan yang menginginkan produknya tepat sasaran dan dikenal oleh khalayak luas.
2.2.5 Efektifitas Iklan
Efektifitas iklan merupakan banyaknya kompetitor menayangkan iklan dalam satu minggu tertentu (Max Sutherland : 2000). Efektifitas sebuah iklan saat iklan tersebut mulai diluncurkan kepada para konsumen perlu diperhatikan oleh produsen sebagai pihak yang memasang iklan tersebut.
Sasaran mana yang dituju, untuk siapakah iklan tersebut dibuat, tujuannya apa dari iklan tersebut, apa hanya untuk mendongkrak
(28)
penjualan atau hanya untuk mengangkat nama dari sebuah merek, apa dari iklan tadi bisa menciptakan sebuah ciri khas atau citra dari merek produk tadi. Dan yang paling penting adalah apakah iklan tersebut benar-benar bisa mempengaruhi konsumen saat pertama kali melihat sampai melakukan keputusan pembelian. Hal-hal tersebut memang perlu diperhatikan oleh konsumen. Bagaimana mengukur, apakah iklan tersebut benar-benar efektif? Ada beberapa hal penting disini, efektifitas sebuah iklan timbul karena sikap konsumen terhadap iklan itu sendiri. Jadi bisa dilihat bahwa sikap konsumen terhadap iklan itu sendiri, karena apa yang ada dalam iklan tersebut begitu menarik, bagus, unik sehingga membuat konsumen tertarik dengan isi iklan tadi. Selain dari bentuk iklan, juga karena merek yang bagus atau terkenal. Sebagai contoh : merek motor cina dalam mengiklankan produknya semenarik apapun bentuk iklan yang disampaikan, orang akan cenderung memilih motor dari pabrik Jepang (HONDA misalnya) meskipun tanpa melihat iklan, hal ini karena nama besar dari sebuah merek yang begitu lama dipasaran. Sedangkan menurut (Guiltiman, Paul : 1994), produsen dalam keputusannya tentang pemasaran dalam periklanan yang baik ditentukan oleh pesan iklan (apa yang akan disampaikan dan bagaimana penyampaiannya) serta media iklan (dimana pesan iklan, semakin banyak frekuensi iklan di media, konsumen akan menaruh perhatian yang lebih kepada apa yang di iklankan tadi. Mungkin bisa kita lihat
(29)
tujuan iklan yang paling penting atau yang paling utama tidak lain untuk penawaran suatu produk.
Secara garis besar, sebetulnya iklan dikatakan efektif oleh produsen apabila iklan tersebut berhasil mempengaruhi konsumen mulai dari pertama kali melihat tayangan iklan tersebut sampai melakukan keputusan pembelian. Inilah yang selalu diharapkan oleh produsen. Dan dijelaskan lebih lanjut menurut (Mc Daniel Carl : 2001) dalam model AIDA menjelaskan pesan yang disampaikan harus menarik perhatian, mempertahankan ketertarikan, memunculkan keinginan, dan kemudian melakukan tindakan.
Tujuan akhir dari periklanan adalah mendapatkan seseorang untuk membeli suatu produk maupun jasa untuk mengambil tindakan. Menurut (Kotler, Susanto : 2001) dalam model, jenjang pengaruh menjelaskan beberapa tahapan yang dimulai dari tahap kesadaran (Awareness) sehingga perilaku pembelian (Purchasing). Dalam suatu penelitian (Didit, Setyaningsih : 2004) efektifitas iklan dimulai dari proses tahu dari konsumen dengan apa yang mereka terima dari sisi iklan (pengetahuan) yang kemudian mereka akan mereferensikan (preferensi) apa yang mereka terima tadi pada tindakan selanjutnya yaitu melakukan (pembelian). Disimpulkan bahwa iklan yang efektif adalah iklan yang mampu mempengaruhi konsumen melalui proses pertama kali melihat sampai melakukan pembelian.
(30)
2.2.5.1 Indikator-indikator yang membentuk efektifitas iklan
Indikator-indikator yang membentuk efektifitas iklan menurut Mc. Daniel (2001 : 159) antara lain sebagai berikut :
1. Kesadaran
Sebagai calon konsumen telah memiliki kesadaran dari sebuah prouk atau merek tersebut. Tugas komunikator adalah membangun kesadaran mungkin cukup disebut pengenalan. Hal ini dapat dicapai dengan pesan sederhana yang mengulang nama tersebut. Membangun kesadaran memerlukan waktu. Pemasangan iklan pertama kali harus mencapai suatu kesadaran dengan target pasar. Sebuah perusahaan tidak dapat menjual sesuatu jika pasar tidak tahu barang atau jasa tersebut ada. Mempublikasikan secara besar-besaran pengenalan tersebut dan menempatkan beberapa iklan pada televisi dan majalah konsumen.
2. Pengetahuan
Para konsumen mungkin telah memiliki kesadaran dari sebuah produk atau merek, baik yang diperoleh dari produsen dalam waktu yang singkat atau lama. Tetapi para konsumen tersebut tidak mengetahui lebih banyak lagi tentang apa yang ada dalam merek atau produk tersebut. Dalam hal ini seorang pemasaran perlu berapa banyak orang dalam Audiens sasaran yang sedikit, cukup banyak atau banyak sekali. Berdasarkan
(31)
informasi ini, pemasar kemudian memutuskan untuk memilih pengetahuan tentang produk sebagai tujuan komunikasi terhadap konsumen. Memang penting sekali pemberian informasi produk atau merek kepada konsumen, karena dengan pemberian informasi tadi para konsumen akan lebih tahu banyak tentang merek atau produk tersebut. Karena tidak semua konsumen mengetahui produk tersebut dari informasi para pemasar melainkan ada yang dari mulut ke mulut.
3. Kesukaan
Setelah konsumen mengetahui atau mengenal produk atau merek yang mereka butuhkan tersebut dari pengetahuan atau informasi yang didapatkan maka konsumen akan lebih tahu banyak tentang merek atau produk tersebut. Dengan demikian konsumen akan mengetahui apakah produk tersebut mereka suka atau tidak.
4. Mereferensikan
Sebelum menyeluruh atau membawa konsumen untuk mereferensikan, perusahaan harus bisa membuat konsumen tersebut suka terhadap produk atau merek, bahkan iklan yang mereka tampilkan. Dalam hal ini pemasar harus berupaya membangun preferensi konsumen, misalnya dengan cara mempromosikan kualitas, nilai, kinerja, dan keistimewaan lain dari produk yang ditawarkan. Pasar dapat menilai keberhasilan
(32)
kampanye komunikasi dengan mengukur kembali preferensi Audiens setelah kampanye tersebut dilakukan. Preferensi adalah sebuah tindakan yang dilakukan perusahaan dengan pemberian gambar lebih lanjut tentang produk kepada para konsumen yang menyukai produk tersebut, tetapi konsumen tersebut tidak memilih produk itu.
5. Keyakinan
Setelah konsumen melakukan tindakan preferensi terhadap produk atau merek, tindakan perusahaan selanjutnya adalah meyakinkan para konsumen tentang produk tersebut. Audiens sasaran mungkin lebih menyukai produk tertentu tetapi tidak berkembang ke arah keyakinan untuk membelinya. Dengan adanya iklan maka akan membentuk keyakinan bahwa produk tersebut adalah produk yang baik.
6. Keinginan
Tidak ada gunanya menyenangkan para calon pembeli sasaran dengan serangkaian kata-kata gembira melalui sebuah iklan, kecuali kalau iklan tersebut berhasil menggerakkan keinginan sasaran untuk memiliki atau menikmati produk tersebut sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
2.2.6 Minat Beli.
Menurut Howard (1989) yang dikutip dari jurnal Magdalena Sutantio minat beli atau intention to buy didefinisikan sebagai penyataan
(33)
yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembelian untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu. Menurut Rossister dan Percy (2005) minat pembelian konsumen adalah “Brand purchase the Brand (or take other relevant purchase-related action)”. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa minat pembelian terhadap suatu merek adalah perintah seorang pembeli kepada dirinya sendiri untuk membeli sebuah merek produk atau mengambil tindakan lain yang berhubungan dengan pembelian. Menurut mereka, minat pembelian merupakan tahap perencanaan sebelum seorang membeli melakukan tindakan (action). Minat pembelian merupakan salah satu tahap dari tanggapan konsumen.
Berdasarkan pada landasan teori yang disampaikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa iklan diciptakan adalah untuk menimbulkan minat beli pemirsa. Menurut Kotler (2001), tanggapan konsumen adalah serangkaian reaksi dari penerima (dalam hal ini konsumen), setelah mendengar atau melihat pesan yang dikirimkan kepadanya. Sedangkan menurut Mittal (1999) yan dikutip dari jurnal Magdalena Sutantio bahwa salah satu produk bisa sukses atau tidak di pasaran pada salah satu indikasinya yaitu minat beli merupakan seberapa besar minat seseorang untuk membeli suatu produk atau indikasinya yaitu minat.
Minat konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat menjadi pemicu timbulnya minat beli. Rangsangan-rangsangan diupayakan pemasar untuk membuat produk yang menarik dengan tujuan
(34)
untuk menarik konsumen. Karena itu, seorang pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus stimulasi yang jika menarik perhatian konsumen. Menurut Setiadi (2003 : 161) Stimulasi pemasaran adalah setiap komunikasi atau stimulasi fisik yang didesain untuk mempengaruhi konsumen.
Produk dan komponen-komponennya (seperti kemasan, isi, ciri-ciri fisik) adalah stimulasi utama (priary/intrinsic stimulasi). Komunikasi yang didesain untuk mempengaruhi konsumen adalah stimulasi tambahan (secondary stimulasi) yang merepresentasikan produk seperti kata-kata, gambar, dan simbol atau melalui stimulasi lain yang diasosiasikan dengan produk seperti harga, toko tempat produk di jual, dan pengaruh sales. Iklan yang ditayangkan terus-terusan bukan bertujuan untuk memperoleh keuntungan secara langsung, melainkan membujuk agar konsumen bersedia melakukan pembelian kembali.
2.2.6.1 Indikator yang membentuk Minat Beli.
Indikator indikator yang membentuk minat beli menurut Augusty Ferdinand (2006 : 242) adalah :
1. Intensitas pencarian informasi yaitu seseorang yang intens mencari informasi mengenai suatu produk.
2. Keinginan segera membeli yaitu seseorang berkeinginan segera membeli suatu produk yang diinginkannya.
(35)
3. Keinginan preferensial yaitu dimana produk tertentu yang diinginkan seseorang untuk membeli dan mengabaikan pihak lain.
2.2.6.2 Pengaruh Efektifitas Iklan Terhadap Minat Beli.
Efektifitas iklan merupakan pengguna iklan yang secara efektif terhadap keberadaan produk yang ditawarkan untuk menambahkan pengetahuan konsumen tentang produk yang ditawarkan untuk membujuk calon konsumen untuk membeli suatu produk.
Sedangkan periklanan merupakan sasaran pemasaran secara total. Setiap perusahaan berpendapat bahwa peningkatan penjualan dan pengembangan pangsa pasar merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa baik periklanan perusahaan bekerja.
Sedangkan cara untuk menilai periklanan adalah dengan melalui keefektifannya dalam spektrum komunikasi yang menuntun kepada penjualan. Frekwensi iklan sangat penting, terutama jika terdapat pesaing yang kuat. Para pengiklan memerlukan banyak paparan pesan agar iklan sungguh-sungguh berpengaruh terhadap konsumen.
Menurut Engel, Blackweel dan Miniard (1995) Iklan merupakan bentuk komunikasi, maka keberhasilannya dalam mendukung program pemasaran merupakan pencerminan dari keberhasilan komunikasi.
Perusahaan tidak hanya sekedar mengembangkan produk yang baik, menawarkan dengan harga yang menarik dan membuatnya mudah diperoleh oleh pelanggan yang membutuhkan, perusahaan juga perlu
(36)
mengembangkan program promosi (komunikasi) pemasaran yang efektif untuk stakeholder, terutama kepada pada pelanggan sasarannya (Kotler, 2003).
Dari teori dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas iklan berpengaruh positif terhadap minat beli, hal ini didukung oleh jurnal Takeuchi dan Nishio. Penggunaan iklan ini dapat meningkatkan kesadaran dan berpengaruh positif terhadap penguatan pengenalan, ingatan, pemahaman dan sikap konsumen pada merek, yang pada akhirnya akan meningkatkan minat beli konsumen (Takeuchi dan Nishio, 2000).
(37)
2.3 Kerangka Konseptual.
Efektifitas Iklan Televisi
(X1)
Minat Beli (Y)
(38)
2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
“Diduga efektifitas iklan televisi berpengaruh positif terhadap minat beli obat flu Decolgen di Surabaya Timur”.
(39)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. 3.1.1 Definisi Operasional variabel.
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arti dan makna variabel yang akan digunakan dalam penelitian sehingga tidak terjadi salah penafsiran, berikut ini akan dibuat suatu definisi operasional serta pengukuran variable, antara lain sebagai berikut :
1. Efektifitas Iklan (X1).
Efektifitas sebuah iklan saat iklan tersebut mulai diluncurkan kepada para konsumen perlu diperhatikan oleh produsen sebagai pihak yang memasang iklan tersebut. Berdasarkan teori dari Mc. Daniel (2001 : 159), variabel efektifitas iklan meliputi beberapa indikator yaitu :
a. Pengenalan (X1.1)
b. Pengetahuan (X1.2)
c. Kesukaan (X1.3)
d. Mereferensikan (X1.4)
e. Keyakinan (X1.5)
(40)
2. Minat beli (Y).
Adalah perintah seorang pembeli kepada dirinya sendiri untuk membeli sebuah merek produk, mengambil tindakan lain yang berhubungan tentang pembelian, atau berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu. Menurut Augusty Ferdinand (2006 : 242) indikator dari minat beli antara lain :
Y1. Intensitas pencarian informasi : Seseorang yang intens mencari informasi mengenai suatu produk obat flu decolgen.
Y2. Keinginan segera membeli : Seseorang yang berkeinginan segera membeli produk obat flu decolgen.
Y3. Keinginan prefensial : Dimana produk obat flu decolgen yang diinginkan untuk membeli dan mengabaikan pihak lain.
3.1.2 Pengukuran Variabel.
Pengukuran adalah penetapan/pemberian angka pada objek atau fenomena menurut ketentuan tertentu (Nazir, 2000). Skala penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala Interval, dan teknik pembobotannya menggunakan Semantic Defferencial Scale yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap atau karakeristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang dengan menggunakan skor yang disusun dalam suatu garis kontinum dengan jawaban yang sangat positifnya terletak di sebelah kanan, sedangkan jawaban yang paling negatif terletak di kiri atau
(41)
sebaliknya. Skala data yang digunakan adalah 1 sampai 7, dengan gambar sebagai berikut :
1
7
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
Skala ini bertujuan untuk mengukur sikap atau pendapat seseorang pada suatu fenomena sosial (Rensis Likert).
Teknik Penentuan Sampel. 3.2.1 Populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengenal dan pernah melihat iklan televisi produk obat flu Decolgen di Surabaya Timur. 3.2.2 Sampel.
Teknik pengambilan sampel ini adalah Non probabilistic sampling karena populasinya tidak terhitung, dan menggunakan teknik Purposiveness sampling, responden yang sesuai dengan kriteria peneliti, yaitu masyarakat mulai umur 17 tahun keatas yang mengenal dan pernah menyaksikan iklan televisi produk Decolgen, sedangkan jenis pengambilan sampel didasari oleh asumsi SEM yang ditulis oleh Ferdinand (2002 ; 48) seperti dibawah ini:
a. Sebanyak 100-200 sampel untuk Maximum Likelihood Estimation. b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5
(42)
sampai 10. Bila terdapat 20 indikator, besar sampelnya adalah 100-200. Pada penelitian ini adalah 9 parameter yang mana diperoleh dari indikator-indikator yang ada pada penelitian ini yang diestimasi. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengambil jumlah sampel sebesar 90 data responden (9 indikator dikali 10 = 90 responden). Namun sampel dalam penelitian ini adalah 120 dikarenakan untuk mengurangi resiko apabila data yang diberikan oleh responden kurang lengkap sehingga masih mencukupi jumlah minimal sampel tersebut.
3.3Teknik Pengumpulan Data. 3.3.1Jenis Data.
- Data primer.
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung ditempat yang menjadi objek peneliti dan diolah sendiri dalam melakukan analisis. Data primer ini berupa hasil jawaban responden/kuesioner.
- Data sekunder.
Data yang diperoleh dari sumber yang telah ada misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi, analisis industri oleh media, situs web, internet dll.
(43)
3.3.2Pengumpulan Data.
Dalam mencari dan mengumpulkan data dilakukan dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut :
a. Kuesioner.
Merupakan daftar pernyataan untuk memperoleh data berupa jawaban dari responden.
b. Wawancara.
Metode ini dilakukan dengan mengadakan tanya-jawab secara langsung kepada responden.
3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis.
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multivariate dengan Structural Equation Modelling (SEM). Penaksiran pengaruh pada masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.
Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh Efektifitas Iklan Televisi dilakukan sebagai berikut :
Persamaan Efektifitas Iklan Televisi (X) : X1 = 1 Efektifitas Iklan Televisi + er_1 X2 = 2 Efektifitas Iklan Televisi + er_2 X3 = 3 Efektifitas Iklan Televisi + er_3 X4 = 4 Efektifitas Iklan Televisi + er_4 X5 = 5 Efektifitas Iklan Televisi + er_5
(44)
X6 = 6 Efektifitas Iklan Televisi + er_6
Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimesionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh efektifitas akan tampak sebagai berikut :
Gambar 3.1 : Contoh model pengukuran efektifitas iklan televisi.
Keterangan :
X1 : Pernyataan tentang pendapat responden mengenai kesadaran dalam efektifitas iklan televisi.
X2 : Pernyataan tentang pendapat responden mengenai pengetahuan dalam efektifitas iklan televisi.
X3 : Pernyataan tentang pendapat responden mengenai kesukaan dalam efektifitas iklan televisi.
Efektifitas Iklan Televisi
X1
X5 X2
X4
X6 X3
er_1
er_2
er_3
er_4
er_5
(45)
X4 : Pernyataan tentang pendapat responden mengenai mereferensikan dalam efektifitas iklan televisi.
X5 : Pernyataan tentang pendapat responden mengenai keyakinan dalam efektifitas iklan televisi.
X6 : Pernyataan tentang pendapat responden mengenai keinginan dalam efektifitas iklan televisi.
Persamaan Minat beli (Y) : Y1 = 8 Minat beli + er_8 Y2 = 9 Minat beli + er_9 Y3 = 10 Minat beli + er_10
Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk uji undimensionalnya melalui confirmatory faktor analysis, maka model pengukuran dengan contoh minat beli akan dampak sebagai berikut : Gambar 3.2 : Contoh model pengukuran Minat Beli.
Minat beli
Y3 Y2
Y1 er_8
er_9
(46)
Keterangan :
Y1 : Pernyataan tentang pendapat responden mengenai intensitas pencarian informasi terhadap produk Decolgen.
Y2 : Pernyataan tentang pendapat responden mengenai keinginan untuk segera membeli produk Decolgen.
Y3 : Pernyataan tentang pendapat responden mengenai keinginan prefensial produk Decolgen.
3.4.1 Uji Reliabilitas dan Validitas.
Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar pertanyaan perlu dilihat relibilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan sebagai berikut.
a. Uji Validitas.
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pegukuran atas apa yang seharusnya diukur. Karena indikator multidimensi maka uji validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk (construct validity) yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita ukur. Secara umum nilai variance extracted yang dapat diterima adalah ≥ 0,5. variance extracted dihiung dengan rumus sebagai berikut :
Variance Extracted = ( Standard Loading)2 ( Standard Loading) 2 + j
(47)
b. Uji Reliabilitas.
Reabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk/faktor laten yang umum.
Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling membantu dengan menjelaskan sebuah fenomena yang umum. Composite Realibility diperroleh melalui rumus berikut (Ferdinand, 2002 ; 62) Construct reliability = ( Standard Loading)2
( Standard Loading) 2 + j Keterangan :
a. Standard loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap-tiap indikator yang didapat hari hasil perhitungan komputer.
b. j adalah measurement error dari setiap indikator. Measurement error dapat diperoleh dari 1 – reliabilitas indikator.
Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah ≥0,7 , walau angka itu bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat eksplorasi maka nilai dibawah 0,7 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan yang empirik yang terliahat dalam proses eksplorasi.
(48)
3.4.2 Uji Outlier Univariat dan Multivariat.
Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari obsevasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002;52).
3.4.2.1Uji Outlier Univariat.
Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara mengkonversi nilai data penelitian kedalam standar score atau yang biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Ferdinand, 2002;98). Oleh karena itu apabila ada obsevasi-observasi yang memiliki z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.
3.4.2.2 Uji Outlier Multivariat.
data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap
(49)
observasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat di dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam penelitian. Apabila nilai jarak Mahalanobisnya lebih besar dari nilai χ2 tabel adalah outlier multivariat.
3.4.3 Uji Normalitas Data.
Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah metode tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah uji critical ratio dari skewness dan kurtois dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang +/- 2,58 maka distribusi adalah tidak normal.
b. Jika nilai critical yang dipeoleh berada pada rentang +/- 2,58 maka distribusi adalah normal.
3.4.4 Pengujian Model dengan Two-Step Approach.
Two-Step Approch digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan karena keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dalam dicapai dalam two-step approach ini. Two-step approach bertujuan untuk menghindari interaksi antar model pengukuran dan model struktural pada One step Approach.
(50)
Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah : estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model. Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan two-step approach adalah sebagai berikut :
a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator summer-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandarisasi (Z-score) dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut.
b. Menetapkan error () dan Lambda () terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,95 () . Perhitungan construct reliability () telah dapat dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar () dapat dihitung dengan bantuan progam aplikasi matrik spss. Setelah error () dan Lambda () terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.
3.5Evaluasi Model.
Di dalam SEM peneliti dapat melakukan 3 kegiatan secara serempak , yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrument, pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis jalur), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk perkiraan (setara dengan model structural). Tahap yang ditempuh dalam pengolahan data dengan analisis ini adalah :
(51)
a. Mengembangkan path diagram.
Pada path diagram ditunjukkan hubungan kausal antar variabel yaitu antara variabel endogen dan eksogen. Hubungan antara variabel ini dinyatakan dengan anak panah. Anah panah luruh dengan satu ujung menunjukkan hubungan kausal yang langsung antara satu variabel lainnya. Sedangkan garis lengkung dengan dua ujung menunjukkan korelasi antar variabel.
b. Evaluasi atas asumsi SEM.
Evaluasi asumsi ditujukan untuk mengetahui kecukupan dipenuhinya asumsi-asumsi yang ada dalam pemodelan SEM. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi normalitas data, evaluasi atas univariate outliers dan evaluasi atas multicolinieritas dan singularity.
c. Evaluasi kriteria Goodness of fit model penelitian.
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian (fit) dan model yang dikembangkan terhadap data penelitian. Ini penting dilakukan karena SEM tidak digunakan untuk menciptakan suatu model tapi lebih pada mengkonfirmasi model. Artinya tanpa landasan teoritis yang kuat atas hubungan variabel yang dimodelkan maka analisis SEM ini tidak dapat digunakan. Ukuran Goodness of fit yang digukan serta nilai cut-off nya dapat dilihat pada tabel.
d. Intepretasi hasil.
Pada tahap ini hasil atau output pengujian dievaluasi untuk menentukan penerimaan atau penolakan terhadap kesesuaian model dan hipotesis yang diajukan.
(52)
Tabel 3.1 : Goodness of Fit Indices
Sumber : Ferdinand (61 : 2002) 3.5.1 Evaluasi Goodness of fit.
Berikut ini disajian beberapa indeks kesuaian dan cut-off value yang digunakan dalam menguji apakah sebuah sebuah model dapat diterima atau tidak.
a. 2 – Chi- Square statistic, dimana model dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi- squarenya rendah. Semakin kecil nilai 2 semakin baik model itu dan dapat diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0,05.
GOODNESS OF FIT INDICES
KETERANGAN CUT-OFF
VALUE
X2- Chi-square
Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sample (apakah model sesuai dengan data)
Diharapkan kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2. Probability
Uji signifikansi terhadap perbedaan martiks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05 RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi Square
pada sample besar. ≤0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh metriks covariance populasi yang diestimasi (analog dengan R2 dalam regresi berganda).
≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model. ≤ 2,00
TLI Pembandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model. ≥ 0,95
CFI
Uji kelayakan model yang tidak sensitif terhadap besarnya sample dan kerumitan model
(53)
b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Appoximation), yang menunjukkan goodness of fit yang diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks yang dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degree of freedom.
c. GFI (Goodness of fit index), adalah ukuran non statistical yang mempunyai rentang nilai 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.
d. AGFI (Adjusted Goodness of fit Index), dimana tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,08.
e. CMIN / DF, adalah the Minimum Sample Discrepancy Function yang dibagi dengan Degree of Freedom. CMIN/DF tidak lain adalah statistic Chi-Square, X2 dibagi DFnya disebut X2 relatif. Bila nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.
f. TLI (Tucker Lewis Index), merupakan incremental index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah base line model, dimana yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah ≥ 0,95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit.
g.
CFI (Comparative Fit Index), dimana bila mendekati 1, menindikasi tingkat fit yang paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,95.(54)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Analisis Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis
efektifitas iklan televisi terhadap minat beli obat flu Decolgen di wilayah
Surabaya Timur, yang nantinya diharapkan dapat menganalisis
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi efektifitas iklan televisi terhadap
minat beli obat flu Decolgen.
Penelitian ini telah ditentukan lokasinya dimana lokasi itu sendiri
adalah Distributor utama dari Decolgen yang berada di Surabaya Timur.
Lokasi penelitian ini berada di wilayah di Surabaya Timur yang dilakukan
dengan menyebarkan kuesioner kepada 120 responden, serta bersedia
mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
4.1.2. Karakteristik Decolgen
Banyak sekali merek merek obat-obat flu yang beredar di pasaran,
salah satunya adalah Decolgen yang diproduksi oleh PT Medifarma
Laboratories. Decolgen adalah salah satu obat flu yang sangat dikenal dan
populer oleh masyarakat. Decolgen adalah salah satu jenis obat flu yang
dapat meredakan gejala flu seperti sakit kepala, demam, bersin-bersin dan
hidung tersumbat.
(55)
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban
responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner
yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui seperti
dibawah ini
.
a.
Jenis Kelamin
Dari 120 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan
dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel dibawah
ini.
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.
No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase %
1
Laki‐Laki
73
60,83%
2
Perempuan
47
39,17%
120
100%
Sumber :Data diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengguna obat flu
Decolgen lebih didominasi atau lebih banyak dikonsumsi oleh pihak
Laki-Laki dari pada perempuan. Tidak heran, karena produk Decolgen yang dijual
dipasaran lebih ditunjukkan untuk kaum laki-laki, karena pada wanita yang
sedang hamil atau menyusui tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi produk
Decolgen. Hal ini tentu menjadi fakta yang menarik bahwa wanita memiliki
proporsi yang lebih kecil dalam mengkonsumsi produk Decolgen yang
bukan sebagai produk utama dalam pilihan obat flu yang digunakan.
(56)
b.
Usia
Dari 120 responden yang menjawab kuesioner dan didapat diketahui
usia responden yakni pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.
No
Rentang Usia
Jumlah
Persentase %
1
17‐22
20
16,67%
2
23‐28
30
25%
3
29‐34
28
23,33%
4
35‐40
22
18,33%
5
≥41
20
16,67%
Total
120
100%
Sumber :Data diolah
Tabel karakteristik responden berdasarkan tingkat usia menunjukkan bahwa
para konsumen utama dari produk obat flu Decolgen untuk wilayah
Surabaya Timur adalah kalangan yang berusia dewasa.
4.2.2.
Deskripsi Efektifitas Iklan Televisi
Tabel 4.3. Tabulasi jawaban iklan.
Skor Jawaban Item
Pertanyaan
1
2
3
4
5
6
7
TOTAL
0 0 0 0 44 51 25 120 X1.1
Kesadaran
0% 0% 0% 0% 36,67% 42,5% 20,83% 100% 0 0 0 0 40 50 30 120 X1.2
Pengetahuan
0% 0% 0% 0% 33,33% 41,67% 25% 100% 0 0 0 0 15 58 47 120 X1.3
Kesukaan
0% 0% 0% 0% 12,5% 48,33% 39,17% 100% 0 0 0 0 26 46 48 120 X1.4
Mereferensikan
0% 0% 0% 0% 21,67% 38,33% 40% 100% 0 0 0 0 13 51 56 120 X1.5
Keyakinan
0% 0% 0% 0% 10,83% 42,5% 46,67% 100% 0 0 0 0 17 64 39 120 X1.6
Keinginan
0% 0% 0% 0% 14,17% 53,33% 32,5% 100%
(57)
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :
a.
Indikator pertama dari Efektifitas Iklan Televisi, yaitu pendapat
responden mengenai kesadaran dalam efektifitas iklan televisi,
mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden
sebanyak 51 responden atau 42,5%, kemudian terbanyak kedua
terdapat pada skor 5 dengan jumlah resonden 44 atau 36,67%. Artinya,
sebagian besar responden yang menjawab baik sebanyak 51 responden
atau 42,5%, kemudian yang menjawab sangat tidak baik sebanyak 0
responden atau 0%.
b.
Indikator kedua dari Efektifitas Iklan Televisi, yaitu pendapat
responden mengenai pengetahuan dalam efektifitas iklan televisi,
mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden
sebanyak 50 atau 41,67%, kemudian terbanyak kedua pada skor 5
dengan jumlah responden 40 atau 33,33%. Artinya, sebagian besar
responden yang menjawab baik sebanyak 50 responden atau 41,67%,
kemudian yang menjawab sangat baik sebanyak 30 atau sebanyak 25%
dan yang menjawab sangat tidak baik sebanyak 0 atau 0 %.
c.
Indikator ketiga dari Efektifitas Iklan Televisi, yaitu pendapat
responden mengenai kesukaan dalam efektifitas iklan televisi,
mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden
sebanyak 58 atau 48,33%, kemudian terbanyak kedua pada skor 7
dengan jumlah responden 47 atau 39,17%. Artinya, sebagian besar
responden yang menjawab baik sebanyak 58 responden atau 48,33%,
(58)
kemudian yang menjawab sangat baik sebanyak 47 atau
sebanyak 439,17% dan yang menjawab sangat tidak baik sebanyak 0
atau 0 %.
d.
Indikator keempat dari Efektifitas Iklan Televisi, yaitu tentang
pendapat responden mengenai mereferensikan dalam efektifitas iklan
televisi, mendapat respon terbanyak pada skor 7 dengan jumlah
responden sebanyak 48 atau 40%, kemudian terbanyak kedua pada
skor 6 dengan jumlah responden 46 atau 38,33%. Artinya, sebagian
besar responden yang menjawab sangat baik sebanyak 48 responden
atau 40%, kemudian yang menjawab baik sebanyak 46 atau sebanyak
38,33% dan yang menjawab sangat tidak baik sebanyak 0 atau 0 %.
e.
Indikator kelima dari Efektifitas Iklan Televisi, yaitu pendapat
responden mengenai keyakinan dalam efektifitas iklan televisi,
mendapat respon terbanyak pada skor 7 dengan jumlah responden
sebanyak 56 atau 46,67%, kemudian terbanyak kedua pada skor 6
dengan jumlah responden 51 atau 42,5%. Artinya, sebagian besar
responden yang menjawab sangat baik sebanyak 56 responden atau
46,67%, kemudian yang menjawab baik sebanyak 51 atau sebanyak
42,5% dan yang menjawab sangat tidak baik sebanyak 0 atau 0 %.
f.
Indikator keenam dari Efektifitas Iklan Televisi, yaitu pendapat
responden mengenai keinginan dalam efektifitas iklan televisi,
mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden
(59)
sebanyak 64 atau 53,33%, kemudian terbanyak kedua pada skor 7
dengan jumlah responden 39 atau 32,5%. Artinya, sebagian besar
responden yang menjawab baik sebanyak 64 responden atau 53,33%,
kemudian yang menjawab sangat baik sebanyak 39 atau sebanyak
32,5% dan yang menjawab sangat tidak baik sebanyak 0 atau 0 %.
4.2.3.
Deskripsi Minat Beli
Tabel 4.4. Tabel Tabulasi jawaban minat beli.
Skor Jawaban
Item
Pertanyaan
1
2
3
4
5
6
7
TOTAL
0
0
0
0
14
61
45
120 Y1.1
Intensitas pencarian
informasi
0%
0%
0%
0%
11,67% 50,83%
37,5%
100% 0
0
0
0
11
56
53
120 Y1.2
Keinginan segera
membeli
0%
0%
0%
0%
9,17%
46,67%
44,16% 100% 0
0
0
0
12
54
54
120 Y1.3
Keinginan prefensial
0%
0%
0%
0%
10%
45%
45%
100%
Sumber :Data diolah
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :
a.
Indikator pertama dari Minat Beli, yaitu pendapat responden mengenai
persepsi tentang i
ntensitas pencarian informasi, mendapat respon
terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 61
responden atau 50,83%, kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor
7 dengan jumlah resonden 45 atau 37,5%. Artinya, sebagian besar
responden yang menjawab baik sebanyak 61 responden atau 50,83%,
kemudian yang menjawab sangat baik sebanyak 45 atau 37,5% dan
yang menjawab sangat tidak baik sebanyak 0 responden atau 0 %.
b.
Indikator kedua dari Minat Beli, yaitu pendapat responden mengenai
(60)
skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 56 atau 46,67%, kemudian
terbanyak kedua pada skor 7 dengan jumlah responden 53 atau
44,16%. Artinya, sebagian besar responden yang menjawab sangat
baik sebanyak 53 responden atau 44,16%, kemudian yang menjawab
baik sebanyak 56 atau sebanyak 46,67% dan yang menjawab sangat
tidak baik sebanyak 0 atau 0 %.
c.
Indikator ketiga dari Minat Beli, yaitu pendapat responden mengenai
keinginan prefensial, mendapat respon terbanyak pada skor 7 dengan
jumlah responden sebanyak 54 atau 45%, kemudian terbanyak kedua
pada skor 6 dengan jumlah responden 54 atau 45%. Artinya, sebagian
besar responden yang menjawab sangat baik sebanyak 54 responden
atau 45%, kemudian yang menjawab baik sebanyak 54 atau sebanyak
45% dan yang menjawab sangat tidak baik sebanyak 0 atau 0 %.
4.3. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
4.3.1. Uji Outliers Multivariate
Outlier
adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik
yang terlihat sangat berbeda jauh dari obervasi-observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau
variabel kombinasi ( Hair, 1998 ).
Evaluasi terhadap
outlier multivariate
(antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis
menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu
dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara
(61)
Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan
sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang
multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996).
Uji
outliers multivariate
dilakukan dengan menggunakan kriteria
jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi
dengan menggunakan
χ
² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada
table berikut :
Tabel 4.5. Outlier Data.
Residuals Statistics (a)
Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation N Predicted Value 40,405 85,950 60,500 11,017 120 Std. Predicted Value -1,824 2,310 0,000 1,000 120 Standard Error of Predicted Value 5,905 13,226 9,774 1,622 120 Adjusted Predicted Value 41,905 88,981 60,501 11,569 120 Residual -66,762 66,442 0,000 32,994 120 Std. Residual -1,945 1,936 0,000 0,961 120 Stud. Residual -2,019 2,031 0,000 1,004 120 Deleted Residual -71,878 73,095 -0,001 36,015 120 Stud. Deleted Residual -2,048 2,060 0,000 1,009 120
Mahalanobis Distance [MD] 2,531 16,683 8,925 3,223 120 Cook's Distance 0,000 0,060 0,009 0,011 120
Centered Leverage Value 0,021 0,140 0,075 0,027 120 (a) Dependent Variable : NO. RESP
Sumber :Lampiran
Deteksi terhadap
multivariat outliers
dilakukan dengan
menggunakan kriteria
Jarak Mahalanobis
pada tingkat p < 0,001. Jarak
Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan
2pada derajat bebas
sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang
mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai
chi-square
pada tingkat
signifikansi 0,001 maka terjadi
multivariate outliers
. Nilai
20.001dengan
(62)
Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 16.683 yang berarti lebih
kecil dari
2tabel 27.877 tersebut. Dengan demikian, tidak terdapat
multivariate outliers.
4.3.2. Uji
Reliabilitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa
Cronbach’s
Alpha
ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel
atau observasi indikator). Sementara itu
item to total correlation
digunakan
untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang
kehadirannya akan memperkecil koefisien
Cronbach’s Alpha
yang
dihasilkan. Proses eliminasi diperlukan pada
item total correlation
pada
indikator yang nilainya < 0,5 (Purwanto, 2003). Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6. Uji Reliabilitas.
Pengujian Reliability Consistency Internal Konstrak Indikator Item to Total
Correlation
Koefisien Cronbach's
Alpha X1 0,320
X2 0,497 X3 0,395 X4 0,494 X5 0,373 X6 0,447
0,024 TV Ads
Effectiveness
Y1 0,512 Y2 0,526 Purchase
Intention
Y3 0,665
-0,049
: tereliminasi
Sumber :Lampiran
Koefisien Cronbach’s Alpha dihitung untuk mengestimasi
reliabilitas setiap skala [variabel atau indikator observasian]. Sementara itu
(63)
mengeliminasi item-item yang kehadirannya akan memperkecil koefisien
Cronbach’s Alpha yang dihasilkan.
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada
indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena nilai
item to total correlation
indikator belum seluruhnya
≥
0,5. Indikator yang
tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha.
Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.
Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct
di atas menunjukkan hasil kurang baik dimana koefisien Cronbach’s
Alpha
yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi
rules of thumb
yang
disyaratkan yaitu
≥
0,7 [Hair et.al.,1998].
4.3.3. Uji
Validitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah
indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang
seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari
setiap
latent variable
/
construct
akan diuji dengan melihat
loading faktor
dari hubungan antara setiap
observed variable
dan
latent variable
. Hasil
analisis tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.7. uji validitas.
dengan Confirmatory Factor Analysis
Faktor Loading Konstrak Indikator
1 2 3 4
X2 0,998
TV Ads
Effectiveness X4 0,016 Y1 0,000 Y2 0,994 Purchase
Intention
Y3 0,087
(1)
59
Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :
a. Faktor TV Ads Effectiveness berpengaruh positif terhadap Faktor Purchase Intention, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,999 > 0,10 [tidak signifikan [negatif].
Tabel 4.14. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis.
Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian
Hipotesis Penerimaan H1 TV Ads Effectiveness –
Purchase Intention
Berpengaruh Positif
Tidak Dapat Diterima / tidak signifikan Negative
4.4. Pembahasan
Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa efektifitas iklan berpengaruh positif terhadap minat beli, tidak dapat diterima. Hal ini tidak mendukung penelitian oleh Drs. Ec. Gendut Soekarno,MS (2005) bahwa ”efektifitas iklan berpengaruh positif terhadap minat beli” dan juga menurut Takeuchi dan Nishio (2000) ”Penggunaan iklan dapat meningkatkan kesadaran dan berpengaruh positif terhadap penguatan pengenalan, ingatan dan pemahaman yang pada akhirnya akan meningkatkan minat beli konsumen”.
Kesadaran akan iklan yang ditayangkan bisa memberikan pembelajaran pasif dalam bentuk ingatan akan informasi produk obat flu decolgen yang disajikan dalam efektifitas iklan tersebut, sehingga ketika
(2)
60
proses kebutuhan berlangsung maka ingatan pasif tersebut akan berdampak pada pilihan yang akan diambil konsumen.
Menurut persepsi konsumen minat beli banyak didorong oleh beberapa hal, antara lain konsumen yang menyesuaikan antara perekonomian konsumen dengan hasil dari manfaat yang didapat, mereka tidak ingin kecewa karena sudah mengeluarkan sebagian dari pendapatan mereka untuk membelanjakan obat flu decolgen apabila itu tidak membantu dengan apa yang dibutuhkan. Maka penyajian efektifitas iklan harus dapat menarik perhatian konsumen dengan membuat tampilan yang menarik, tulisan yang mencolok, kata-kata yang menarik misalnya mengandung janji, jaminan, keistimewaan, dan dalam bentuk lain.
Dapat disimpulkan bahwa pemberian informasi yang disajikan atau produk yang ditayangkan oleh perusahaan melalui efektifitas iklan di televisi ternyata tidak berkontribusi terhadap pembentukan minat beli obat flu decolgen di wilayah Surabaya Timur. Hal ini dapat terjadi karena tidak secara jelas menampilkan informasi produk dan atribut sehingga menyebabkan keraguan konsumen akan efektifitas iklan televisi tersebut dalam membentuk minat beli. Dan dapat dinyatakan bahwa efektifitas iklan televisi pada obat flu decolgen tidak memiliki pengaruh pada minat beli di wilayah Surabaya Timur.
(3)
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji pengaruh variabel Efektifitas Iklan Televisi terhadap Minat Beli obat flu Decolgen di wilayah Surabaya Timur, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
- Efektifitas Iklan Televisi tidak memberikan pengaruh atau tidak berkontribusi terhadap terbentuknya atau terciptanya Minat Beli.
5.2 Saran
Sebagai impilikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut :
a. Efektifitas Iklan yang baik dan tepat akan memudahkan
pemirsa untuk mengingatnya. Semakin ingat konsumen akan produk tersebut maka akan semakin kuat dorongan untuk melakukan pembelian sehingga mampu meningkatkan minat beli pada produk tersebut. Periklanan yang ditayangkan di televisi hanya sebagai media untuk mengembangkan citra atau identitas bagi suatu merek dengan mengasosiasikan produk tersebut dengan simbol-simbol. Jadi dapat disimpulkan bahwa
(4)
62
informasi yang disajikan atau produk yang ditayangkan oleh perusahaan melalui efektifitas iklan di televisi ternyata tidak berkontribusi terhadap pembentukan minat beli obat flu decolgen. Maka hal ini di harapkan oleh perusahaan agar menampilkan secara jelas informasi produk dan atribut produk. Selain itu unsur efektifitas iklan harus memiliki dan menimbulkan daya tarik serta dapat menarik perhatian pemirsa sehingga menyebabkan konsumen tidak merasa jenuh, mengerti dan memahami akan informasi yang disajikan dalam tayangan iklan di televisi tersebut oleh perusahaan ke konsumen.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan
akan tema penelitian serta pengalaman tentang Efektifitas Iklan Televisi terhadap Minat beli Obat flu Decolgen wilayah Surabaya Timur, bagi pihak-pihak lain yang berkeinginan melakukan penelitian sejenis dengan lebih lanjut.
c. Untuk penelitian berikutnya, disarankan agar menggunakan
variabel atau indikator lain, karena dalam penelitian ini variabel atau indikator efektifitas iklan tidak memiliki pengaruh positif terhadap Minat Beli.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Engel, Blackwell, Miniard, 1995, Analisis Efektifitas Rinso, Soklin dan Attack Dengan Menggunakan Consumer Decision Model (CDM). Usahawan, April, Hal 3-8.
Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Semarang, BP Undip.
Foster, Douglas W, 1974, Dasar Dasar Marketing, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Guiltinan P, Joseph,et al, 1987, Manajemen Pemasaran, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hair, J.F. et. al. ,1998, Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.
, 2000, Pemasaran, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Jefkins, Frank, 1997, Periklanan, Edisi ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kotler , Philip,1986, Manajemen Pemasaran analisis perencanaan & pengendalian, Jilid 1, Edisi Kelima, Pnenrbit Erlangga, Jakarta.
, Armstrong, 2008, Prinsip Prinsip pemasaran, Edisi 12, Penerbit Erlangga, Ciracas Jakarta.
Kotler, 2003, Efektifitas Iklan Televisi Sabun Pembersih Muka di Kota Yogyakarta, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Januari 2007.
Lamb W, Charles, et,al,2001, Pemasaran, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
McCarthy , Jerome, et,al, 1996, Dasar-Dasar Pemasaran, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rangkuti, Freddy, 2002, Teknik Analisis Segmentasi dan Targeting Dalam Marketing, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.
(6)
Shimp A, Terrence, 2000, Periklanan promosi aspek tambahan komunikasi pemasaran terpadu, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sigit, Suhardi, 1982, Marketing Praktis, Cetakan ketujuh, Penerbit Transito, Yogyakarta.
Sutherland, Max, et, al, 2001, Advertising and The Mind of The Consumer, Penerbit PPM, Jakarta.
Sutisna, 2001, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Penerbit, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Swastha DH, Basu, 1997, Azas –Azas Marketing, edisi 3, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Takeuchi, Nishio, 2000, Efektifitas Iklan Televisi Sabun Pembersih Muka di Kota Yogyakarta, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Januari 2007.
Tjiptono, Fandy, 2005, Pemasaran Jasa, Penerbit Bayumedia Publishing, Malang.
Jurnal :
Sukarno, Gendut, 2005. “ Penggunaan Consumer Decision Model (CDM) Dalam Pengukuran Efektifitas Iklan Shampo Merek Pantene” Majalah Ekonomi, Agustus 2005, Tahun XIV, No.2.
Albari, 2007, “Efektifitas Iklan Televisi Sabun Pembersih Muka di Kota Yogyakarta”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Januari 2007. Vol 9 No.1, Hal 1-21.
Zuraida, Lukia dan Uzwatun, 2001, “Analisis Efektifitas iklan Rinso, Soklin dan Attack Dengan Menggunakan Consumer Decision Model (CDM)”. Usahawan, April, Hal 3-8.