HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ANJING PELIHARAAN DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PEMILIKNYA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ANJING PELIHARAAN DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PEMILIKNYA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh: Anastasia Yuniarty
HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ANJING PELIHARAAN DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PEMILIKNYA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh: Anastasia Yuniarty SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ANJING PELIHARAAN DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PEMILIKNYA Oleh: Anastasia Yuniarty
NIM : 049114069 Telah disetujui oleh: Pembimbing Tanggal ...................................
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TERHADAP ANJING PELIHARAAN
DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PEMILIKNYA
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Anastasia Yuniarty
NIM : 049114069
Telah dipertahankan didepan Panitia Penguji
Pada tanggal ...............................
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Dra. Lusia Pratidarmanastiti, MS. .......................
Penguji I : A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. ....................... Penguji II : Kristina Dewayani, S.Psi., M.Si. .......................
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada mereka yang selalu percaya dan tidak pernah menyerah sedetik pun terhadapku, yaitu:
Keberhasilan bukan berarti final
Kegagalan bukan berarti fatal
Hanya kerendahan hatilah yang menentukan segalanya
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.Yogyakarta, .................................
Penulis Anastasia Yuniarty
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatanterhadap anjing peliharaan dengan kompetensi interpersonal pemiliknya. Subjek
penelitian ini adalah 51 orang berusia minimal 17 tahun dan maksimal 50 tahun,
dan telah memiliki anjing minimal 1 tahun. Alat ukur dalam penelitian ini
menggunakan dua skala dengan tipe Likert, yaitu skala kelekatan terhadap anjing
peliharaan yang disusun berdasarkan kriteria kelekatan terhadap anjing peliharaan
yang dinyatakan Kurdek (2008) dan skala kompetensi interpersonal yang disusun
berdasarkan aspek-aspek kompetensi interpersonal menurut Buhrmester (1988).Reliabilitas kedua skala diuji menggunakan koefisien reliabilitas Alpha
Cronbach , dengan koefisien reliabilitas untuk skala kelekatan terhadap anjing
peliharaan sebesar 0,906 dan untuk skala kompetensi interpersonal sebesar 0,915.
Data penelitian dianalisis menggunakan teknik korelasi Pearson-Product Moment.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kedua variabel terdistribusi secara normal
(p>0,05) dan memiliki hubungan yang linear (p<0,05).Koefisien korelasi antar variabel (r xy ) didapat sebesar 0,529 pada taraf
signifikasi p<0,05 menunjukkan adanya hubungan yang positif antara variabel
kelekatan terhadap anjing peliharaan dan variabel kompetensi interpersonal. Kata kunci: kelekatan terhadap anjing peliharaan, kompetensi interpersonal.
ABSTRACT
This study was aimed to found the correlation between the attachment ofa pet dog and the owner’s interpersonal competence. The subject of the study was
51 individuals aged at least 17 years up to 50 years old and has owned a dog for a
period of at least a year. This study was using two Likert type scales as the
instrument, which were attached to a pet dog scale that was arranged based on
Kurdek’s attachment to pet dog criteria (2008) and interpersonal competences
scale that was arranged based on interpersonal competences aspects by
Buhrmester (1988).Both scales’ reliability were tested using the Alpha Cronbach reliability
coefficient, the reliability coefficient for attachment to a pet dog scale was 0,906
and for interpersonal competence scale was 0,915. Data was analyzed using
Pearson-Product Moment correlation technique. The analysis of the result showed
that both variables were normally distributed (p > 0,05) and had a linear relation
(p < 0,05).The inter-variables correlation coefficient (r xy ) result was 0,529 with
significant level p<0,05 showed a positive relation between the attachment to a
pet dog variable and interpersonal competence variable. Key words: attachment to pet dog, interpersonal competence.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Anastasia YuniartyNIM : 049114069
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Hubungan Antara Kelekatan Terhadap Anjing Peliharaan
Dengan Kompetensi Interpersonal Pemiliknya”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media
cetak lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus
Yang Maha Kasih, karena atas kehendakNya sajalah semua terjadi dan hanya
dengan rahmatNya sajalah skripsi dengan judul “Hubungan Antara Kelekatan
Terhadap Anjing Peliharaan Dan Kompetensi Interpersonal Pemiliknya” ini dapat
penulis selesaikan. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi, Program Studi Psikologi.Selama pengerjaan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dan
dukungan dari banyak pihak, oleh karena itu ijinkanlah penulis pada saat ini
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Jesus Christ, Tuhan-ku, Tete Manis-ku, Penyelamat-ku, Sumber segala
sumber hidupku.2. P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi.
3. Dra. Lusia Pratidarmanastiti, MS., selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih
atas bimbingan, bantuan dan dukungan, sehingga skripsi ini dapat penulis
7. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas ilmu dan bimbingannya.
8. Mba’ Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni dan Pak Gie, terima kasih
atas semua bantuan selama penulis menimba ilmu di Fakultas Psikologi.
9. Mr. Lawrence A. Kurdek, Professor at Department of Psychology, Wright
State University, Dayton, USA; the U.S National Library of Medicine (NLM); and Michelle Cobey, the Resource Support for Delta Society. Thank you for your helps (free journals, e-mail addresses, websites, etc).
10. Pak Siswo, selaku ketua Jogja Dog Show 2008. Terima kasih atas ijin dan
bantuannya selama peneliti mengambil data. Serta semua responden yang telah memberikan waktu dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
11. Bapa Petrus Sarsito Sia dan Mama Margareth Hanny Liliana Lie. Terima
kasih telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mencintai dan memenuhi semua kebutuhan Ny. Terima kasih atas doa dan dukungan yang selalu ada untuk Ny. Semoga karya sederhana ini bisa membuat Bapa dan Mama bangga.
15. Teman, Sahabat, Saudara-saudariku tersayang, Woel, Pikha, Cik Yen, Betty,
Adip, Yoyo’ dan Wawan. Terima kasih buat kasih sayang, doa, bantuan, kritik, saran, air mata, dan tawa yang aku dapatkan bersama kalian. Maap aku sering banget nyusahin kalian. Thank you for being my angels.
16. Mbeng.... Makasih udah mau kujadikan ojek, tempat “sampah”, tempat
reparasi, lahan jajahan dll. Makasih juga buat perhatian dan dukungannya.You’ve been such a wonderful brother and friend to me.
17. Metta, Erol, Agnes, Mas Dian “Brotie”, Mita-cilik dan Sronggot, yang udah
banyak banget mbantu aku dalam belajar dan berkembang menuju yang lebih baik. Makasih banyak buat semuanya ya, teman.
18. Teman-teman kost 99999, especially Iin, Ciko, Vivi, Welly n Dewi. Kalian
membuat hari-hariku di kost terasa lebih menyenangkan.
19. Semua pihak, teman, kenalan yang telah banyak membantu namun tidak
dapat aku sebutkan satu per satu. Yes, it’s you.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan masukkan yang membangun baik bagi penelitian
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBIMBING.................................... iiHALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vHALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................. viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. xDAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR SKEMA ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
1. Pengertian Umum Kelekatan .......................................... 7
2. Pengertian Kelekatan Terhadap Anjing Peliharaan ........ 8
3. Kriteria Penilaian Kelekatan Terhadap Anjing
Peliharaan........................................................................ 104. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelekatan Pada Anjing Peliharaan ........................................................... 12 B. Kompetensi Interpersonal .................................................... 14
1. Pengertian Kompetensi Interpersonal ............................ 14
2. Aspek-aspek Kompetensi Interpersonal ......................... 14
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi
Interpersonal ................................................................... 18 C. Kompetensi Interpersonal Pemilik Dilihat Dari Kelekatannya Terhadap Anjing Peliharaan ................................................. 20 D. Hipotesis ............................................................................... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 27
A. Jenis Penelitian ..................................................................... 272. Skala Kompetensi Interpersonal .................................... 32
F. Pertanggungjawaban Mutu .................................................. 34
1. Validitas ......................................................................... 34
2. Seleksi Item .................................................................... 34
3. Reliabilitas ..................................................................... 36
G. Analisis Data ........................................................................ 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 38
A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 38 B. Hasil penelitian ..................................................................... 391. Deskripsi Subjek ............................................................ 39
2. Uji Normalitas ................................................................ 39
3. Uji Linearitas .................................................................. 39
4. Deskripsi Data ................................................................ 40
5. One Sample t-Test .......................................................... 41
6. Uji Hipotesis .................................................................. 41
C. Pembahasan .......................................................................... 42
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indikator perilaku kompetensi interpersonal .................................. 28
Tabel 2. Indikator perilaku kelekatan terhadap anjing peliharaan ............... 30
Tabel 3. Blue print skala kelekatan terhadap anjing peliharaan ................... 32
Tabel 4. Distribusi item skala kelekatan terhadap anjing peliharaan ........... 32
Tabel 5. Blue print skala kompetensi interpersonal ..................................... 33
Tabel 6. Distribusi item skala kompetensi interpersonal ............................. 33
Tabel 7. Koefisien reliabilitas SKTAP dan SKI .......................................... 36
Tabel 8. Deskripsi subjek ............................................................................. 39
Tabel 9. Nilai mean dan standart deviasi ..................................................... 41
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Hubungan antara kelekatan terhadap anjing peliharaan dengan kompetensi interpersonal ............................................................. 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala kelekatan terhadap anjing peliharaan dan skala kompetensi interpersonal .............................................................. 50 Lampiran 2. Skoring skala kelekatan terhadap anjing peliharaan sebelum seleksi ............................................................................................ 55Lampiran 3. Skoring skala kompetensi interpersonal sebelum seleksi ........ 57
Lampiran 4. Skoring skala kelekatan terhadap anjing peliharaan sesudah seleksi ............................................................................................ 59Lampiran 5. Skoring skala kompetensi interpersonal sesudah seleksi ....... 61
Lampiran 6. Alpha Cronbach skala kelekatan terhadap anjing peliharaan sebelum seleksi ............................................................................ 63 Lampiran 7. Alpha Cronbach skala kompetensi interpersonal sebelum seleksi ............................................................................................ 64 Lampiran 8. Alpha Cronbach skala kelekatan terhadap anjing peliharaan setelah seleksi ................................................................................ 65 Lampiran 9. Alpha Cronbach skala kompetensi interpersonal sesudah
Lampiran 15. One sample t-test skala kelekatan terhadap anjing peliharaan ........................................................................... 68
Lampiran 16. One sample t-test skala kompetensi interpersonal ................. 69
Lampiran 17. Uji korelasi Pearson Product Moment ................................... 69
Lampiran 18. Deskriptif statistik .................................................................. 69
Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian ............................................................... 70
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini informasi tentang hewan peliharaan dan berbagai
kebutuhannya mudah ditemukan di berbagai media cetak maupun elektronik di Indonesia. Hal ini seperti menjadi bukti tak langsung bahwa hewan peliharaan bukan merupakan hal yang asing lagi. Hewan peliharaan menjadi suatu bagian dari kehidupan manusia.
Hewan telah menjadi sahabat manusia sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Manusia menggunakan hewan untuk mempermudah dan membantunya menjalankan aktifitas sehari-hari. Mulai dari hewan yang bertubuh kecil seperti burung, hingga hewan yang bertubuh besar seperti gajah.
Dari antara banyak hewan peliharaan, anjing merupakan salah satu binatang peliharaan favorit manusia. Anjing menjadi teman bermain, penjaga rumah, teman yang selalu menemani manusia dan lain sebagainya. Oleh
2 Manusia menjadi begitu dekat dengan anjing. Penelitian yang
dilakukan oleh Pet Food Institute pada tahun 2002 mencatat bahwa sekitar
80% responden, melihat dan memperlakukan anjing peliharaan mereka seperti
layaknya manusia. Para pemilik anjing peliharaan tersebut rela mengeluarkan
uang yang banyak bukan hanya untuk membeli makanan yang berkualitas bagi
peliharaannya, namun juga baju, asuransi kesehatan, pemakaman yang layak
bahkan pesta perkawinan yang meriah. Hal ini menjadikan kehilangan dan
kematian anjing peliharaan dapat menjadi sebuah life-changing event bagi
pemiliknya (Clements et al., 2003). Life-changing event merupakan peristiwa
yang dialami individu dalam hidupnya, yang dapat menyebabkan perubahan
pada individu tersebut baik secara fisik maupun mental. Perubahan secara fisik
dapat dicontohkan dengan bekas luka atau cacat tubuh akibat suatu peristiwa,
sedangkan perubahan secara mental dapat dicontohkan dengan depresi.Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa hubungan yang
terbentuk antara manusia dan anjing peliharaan memberi dampak yang cukup
besar pada kesehatan fisik maupun mental pemiliknya (Jaroleman, 1998;
3 Para pemilik anjing cenderung memiliki kondisi fisik yang lebih fit
dan lebih sehat, sebagai efek dari olah raga bersama anjing mereka setiap hari.
Anjing memiliki energi yang lebih besar dibanding manusia. Energi yang
tidak tersalurkan dengan baik akan menumpuk dan membuat anjing stres, sakit
atau tiba-tiba mengamuk dan menyerang tanpa sebab. Oleh karena itu, anjing
memerlukan aktivitas di luar rumah untuk menyalurkan energi tersebut.
Aktivitas yang dilakukan bisa berupa jogging atau bermain lempar tangkap,
yang secara tidak langsung membuat pemiliknya juga ikut melakukan aktivitas
yang sama. Pernyataan serupa diungkapkan Westgarth (2007), yaitu bahwa
orang yang memiliki anjing lebih jarang menemui dokter dan lebih mampu
bertahan setelah mengalami serangan jantung, jika dibandingkan dengan
mereka yang tidak memiliki anjing.Secara psikologis, memiliki anjing menurunkan tingkat kecemasan
dan stress pemiliknya dengan memberikan hubungan yang nyaman, fokus
perhatian yang menenangkan serta perasaan aman bagi pemiliknya
(Friedmann, 1988). Beberapa negara terkemuka, seperti Inggris dan Amerika,
4
mereka berada dalam masa opname, hukuman atau saat-saat dimana mereka
terpaksa harus meninggalkan rumah serta anjing peliharaannya. Pada saat-saat
seperti inilah anjing menjadi sarana bagi pemiliknya untuk berinteraksi dengan
orang lain.Keberhasilan manusia dalam menjalin hubungan dengan manusia
lain ditentukan oleh suatu kompetensi interpersonal. Kompetensi interpersonal
menurut Chickering dan Reisser (1993) merupakan sebuah kumpulan yang
kompleks dari berbagai sub-kemampuan. Kompetensi interpersonal mencakup
kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, dan bekerja efektif dengan orang
lain.Menurut penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Katcher (1997),
kelekatan terhadap hewan peliharaan berhubungan dengan tingkat disosiasi
yang tinggi. Para pemilik mungkin menjadi lekat terhadap hewan
peliharaannya sebagai pengganti dari kelekatan terhadap manusia. Penelitian
Stallones (Brown dan Kathcer, 1997) menunjukkan beberapa bukti bahwa
orang dengan tingkat kelekatan terhadap hewan peliharaan yang tinggi
5 hewan peliharaan, yang kemudian berkembang menjadi bermacam-macam hal, seperti informasi tentang lowongan pekerjaan hingga hal-hal lainnya.
Memiliki anjing peliharaan dapat memunculkan suatu konteks percakapan baru yang nyaman dalam interaksi antar manusia. Anjing memiliki peranan yang penting dalam menarik perhatian orang lain dan menjadi stimulus suatu percakapan (Hart dalam Kale, 1992). Agar individu dapat membangun relasi yang lebih efektif dan saling menguntungkan dibutuhkan kompetensi interpersonal.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti terdorong untuk mengetahui hubungan antara kelekatan terhadap anjing peliharaan dengan kompetensi interpersonal pemiliknya.
B. Rumusan Masalah
“ Apakah ada hubungan antara kelekatan terhadap anjing peliharaan dengan kompetensi interpersonal pemiliknya? ”
6 kompetensi interpersonal, serta Psikologi Perkembangan dalam
memahami masalah kelekatan terhadap hewan peliharaan, terutama anjing.
2. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai kelekatan antara pemilik terhadap anjing peliharaannya, serta pengaruh kelekatan tersebut terhadap kompetensi
interpersonal pemiliknya. Sehingga para pemilik anjing peliharaan dapat
memiliki hubungan sosial yang lebih baik dengan orang lain.BAB II LANDASAN TEORI A. Kelekatan Terhadap Anjing Peliharaan
1. Pengertian Umum Kelekatan
Kelekatan adalah ikatan afeksi yang terjadi antara individu dengan figur lekatnya. Ikatan yang terjadi mengikat mereka dalam jarak dan waktu yang lama (Bowlby, 1980).
Kelekatan yang terjadi antar individu dapat dilihat dari perilaku menangis dan mencari, ketika individu terpisah dari figur lekatnya. Figur lekat disini dilihat sebagai individu yang menyediakan perlindungan, perhatian dan dukungan (Bowlby dalam Fraley, 2004).
Terdapat empat ciri kelekatan yang dikemukakan oleh Ainsworth (Kurdek, 2008), yaitu: a.) secure base, mengindikasikan bahwa figur lekat dipandang sebagai sumber kenyamanan andal yang dapat mengurangi atau menyembuhkan luka yang diakibatkan dunia luar; b.) safe haven,
8 Kelekatan yang terjadi pada manusia dewasa terbentuk dari kelekatan yang diterima dan dikembangkannya sewaktu kecil (Bowlby,
1980). Hubungan kelekatan pada masa dewasa dan masa kanak-kanak memiliki unsur yang sama, seperti, mencari kedekatan fisik, keamanan dasar, dan kegelisahan ketika berpisah (Weiss, 1982, 1991).
2. Pengertian Kelekatan Terhadap Anjing Peliharaan
Sable (Sugita, 2005) mengatakan bahwa anjing peliharaan dapat memenuhi kebutuhan manusia akan kelekatan, kesempatan untuk berkembang, intergrasi sosial, dan kebutuhan emosional lainnya. Anjing sebagai hewan peliharaan tidak hanya berperan sebagai pengganti figur lekat bagi manusia, tetapi anjing telah menjadi figur lekat itu sendiri. Hal ini terbukti dari perilaku cemas, sedih, dan berkabung ketika pemilik berpisah atau kehilangan anjing peliharaannya.
Perilaku lekat yang ditunjukkan oleh anjing peliharaan sama seperti perilaku lekat yang ditunjukkan oleh bayi manusia. Perilaku
9
untuk memahami hubungannya dengan hewan peliharaan. Untuk dapat
berinteraksi dengan hewan, manusia meminjam perangkat psikologis yang
digunakan dalam berinteraksi dengan sesama manusia (Collis dan
McNicholas dalam Sugita, 2005).Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa pasangan
yang menikah namun tidak memiliki anak (Albert dan Bulcroft, 1988) dan
pasangan gay atau lesbian cenderung memiliki kelekatan yang kuat
terhadap anjing peliharaan. Ketidakberadaan anak dalam keluarga
membuat mereka memperlakukan dan membesarkan anjing peliharaan
sebagai anak (Beck dan Katcher, 1996; Cain, 1983). Hal serupa ditemukan
dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sugita pada tahun 2005
terhadap sekitar 2.000 responden di Jepang. Penelitian ini menemukan hal
baru yang menarik dari kepemilikan anjing peliharaan, yaitu kelekatan
tidak hanya terjadi pada pasangan yang menikah tetapi tidak memiliki
anak namun, terjadi pula pada lajang, terutama wanita, dan orang tua,
terutama ibu, yang anaknya sudah dewasa dan tinggal jauh dari rumah,
10 2005). Survey yang dilakukan oleh Cabinet Office pada tahun 2003
menunjukkan bahwa dimata para lajang, anjing peliharaan dilihat sebagai
objek untuk diperhatikan layaknya seorang anak kecil atau adik. Menurut
mereka, memiliki dan membesarkan anjing dirumah merupakan hal yang
menyenangkan.Katcher dkk (1983) dalam penelitiannya menyatakan ada tujuh
fungsi umum memiliki anjing peliharaan yaitu persahabatan, sesuatu untuk
diperhatikan, sesuatu untuk disentuh atau dimanja, sesuatu untuk membuat
seseorang tetap sibuk, pusat perhatian, olah raga dan keselamatan. Anjing
peliharaan juga memiliki peran penting dalam memaksimalkanperkembangan anak (Katcher, 1981), kesehatan para lansia (Brodie, 1981),
dan dapat juga digunakan untuk keperluan terapi (Hart dalam Kurdek, 2008).3. Kriteria Penilaian Kelekatan Terhadap Anjing Peliharaan
Kurdek (2008) menyatakan bahwa ada empat kriteria untuk
11 permainan face to face, mencium, dan tidur dengan anjing mereka (Prato-Previde, Fallani, Valsecchi & Smith dalam Kurdek, 2008).
b.
Kriteria Pilihan (selection criteria).
Pemilihan figur lekat yang familiar, mau mendengar dan
memiliki kompetensi dalam mengurangi stress. Dalam penelitiannya
pada tahun 1997, Archer (Kurdek, 2008) menyatakan bahwa parapemilik melaporkan bahwa berinteraksi dengan anjing berbeda dengan
interaksi sesama manusia atau manusia dengan hewan lainnya. Hal ini
disebabkan karena anjing memberikan respon yang tinggi, menyediakan afeksi tidak bersyarat dan mengurangi stress karena kesepian dan masalah keamanan.c. Reaksi ketika berpisah dan kehilangan (reaction to separation and loss ).
Individu yang saling lekat harus menyadari bahwa berpisah
dari satu sama lain sangat membingungkan. Archer, Winchester dan
Carmack dalam penelitiannya menyatakan bahwa para pemilik12 dari efek penenangan psikologis yang dimiliki anjing, serta kesehatan fisik yang relatif tinggi dari kesungguhan dalam pemeliharaan anjing.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelekatan Pada Anjing
Peliharaan Katz (2004) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapatmenguatkan hubungan pemilik dan anjing peliharaannya dalam konteks
membangun kelekatan.a. Menghabiskan waktu yang berkualitas bersama Menghabiskan waktu yang berkualitas bersama disini berarti melakukan aktivitas bersama rutin setiap hari dan menjadi partisipan aktif dalah hidup masing-masing, baik pemilik maupun anjing peliharaannya.
b. Keluar dan menemukan pengalaman hidup baru bersama.
Mengajak anjing peliharaan untuk beraktifitas bersama diluar rumah dapat menjadi proses belajar dan memberikan pengalaman baru
13 d.
Menumbuhkan cara berkomunikasi yang dimengerti kedua belah
pihak.Komunikasi merupakan hal terpenting dalam menjalin
hubungan yang lekat antara anjing peliharaan dan pemiliknya. Melalui
komunikasi, anjing peliharaan maupun pemilik dapat menjadi lebih
nyaman karena merasa dimengerti dan didengarkan kebutuhannya.
Bahasa tubuh, intonasi suara atau perubahan suara, sentuhan dan
mengendus, merupakan beberapa cara utama seekor anjing
berkomunikasi dengan pemiliknya maupun dengan sesamanya.Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa kelekatan terhadap anjing peliharaan adalah ikatan yang terjalin antara pemilik dan anjing peliharaannya dalam rentang waktu yang cukup lama, yang meliputi adanya kontak fisik rutin, perasaan nyaman dan saling memahami, perasaan kehilangan atau rindu ketika berpisah, dan adanya peningkatan kesehatan baik secara fisik maupun
14
B. Kompetensi Interpersonal
1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Kompetensi interpersonal adalah kemampuan untuk membangun interaksi interpersonal yang efektif (Buhrmester et al., 1988). Seseorang yang memiliki kompetensi interpersonal berarti mampu menciptakan interaksi secara efektif sehingga berjalan selaras dengan tujuan yang dikehendaki, ini berarti kesesuaian antara interaksi dan konteksnya (Spitzberg dalam Gouran, 1994). Hal senada juga diungkapkan oleh Reardon (Gouran, 1994), yaitu bahwa individu yang kompeten secara interpersonal mampu mencapai tujuan-tujuan yang diinginkannya dalam sebuah relasi dan berperilaku secara tepat dalam menghadapi situasi tersebut.
2. Aspek-aspek Kompetensi Interpersonal Buhrmester et al. (1988) mengatakan bahwa kompetensi interpersonal meliputi lima aspek utama.
15 bentuk perilaku yang mencerminkan kemampuan berinisiatif menurut Buhrmester et al. (1988): 1.) meminta atau mengusulkan untuk melakukan aktivitas bersama pada kenalan baru; 2.) menawarkan sesuatu yang terlihat menarik dan atraktif pada kenalan baru; 3.) melanjutkan percakapan dengan kenalan baru; 4.) menjadi individu yang menarik dan menyenangkan ketika berkenalan dengan orang lain; 5.) mengenalkan diri pada seseorang yang ingin dikenal.
b.
Kemampuan membuka diri (self disclosure).
Kemampuan membuka diri adalah suatu proses yang dilakukan seseorang hingga dirinya dikenal oleh orang lain (Kartono dan Gulo, 1987). Kemampuan membuka diri sangat berguna agar perkenalan yang sudah berlangsung dapat berkembang ke hubungan yang lebih pribadi dan mendalam. Ketika membuka diri, seseorang mengungkapkan reaksi atau tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang berguna untuk memahami tanggapan masa kini (Johnson dalam Supratiknya,
16 kesempatan pada kenalan baru untuk lebih mengenal kita; 4.)
mengetahui cara mengembangkan percakapan dengan kenalan baru
untuk lebih mengenal masing-masing pihak.c. Kemampuan untuk bersikap asertif.
Asertifitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas dan dapat
mempertahankan hak-haknya dengan tegas (Perleman dan Cozby
dalam Nashori, 2000). Menurut Calhoun dan Acocella (1990),kemampuan bersikap asertif adalah kemampuan untuk meminta orang
lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan atau menolak untuk
melakukan hal yang tidak diinginkan. Menurut Buhrmester et al.
(1988) asertifitas tampak dalam perilaku-perilaku sebagai berikut: 1.)
mengatakan pada teman bahwa kita tidak berkenan dengan cara dia
memperlakukan kita; 2.) mengatakan “tidak” ketika teman menyuruh
melakukan sesuatu yang tidak ingin kita lakukan; 3.) menolakpermintaan untuk melakukan sesuatu hal yang tidak pantas atau tidak
17 Buhrmester et al., 1988). Perilaku yang menunjukkan dukungan emosional adalah (Buhrmester et al., 1988): 1.) mendengarkan dengan
sabar sahabat yang menceritakan masalahnya; 2.) membantu mengatasi
masalah yang dihadapi teman dekat berkaitan dengan keluarga atau teman lain; 3.) mengatakan atau melakukan sesuatu untuk memberi dukungan emosional pada saat sahabat kita mengalami kekecewaan; 4.) menunjukkan sikap yang penuh empati.e.
Kemampuan dalam mengatasi konflik.
Konflik merupakan situasi yang ditandai oleh adanya tindakan salah satu pihak yang menghalangi, menghambat dan mengganggu tindakan pihak lain (Johnson dalam Supratiknya, 2000). Baron dan Byrne (Nashori, 2000) mengatakan bahwa ada empat kemungkinan yang dapat terjadi dalam situasi konflik, yaitu memutuskan untuk mengakhiri hubungan, mengharapkan keadaan membaik dengan sendirinya, menunggu masalah lebih memburuk dan berusaha menyelesaikan permasalahan. Menurut Buhrmester et al.
18 bahwa sahabat anda memiliki pandangan sendiri terhadap suatu kejadian meskipun anda tidak setuju dengan cara pandang itu.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Interpersonal
a. Interaksi dengan orang tua Hetherington dan Parke (Nashori, 2000) mengemukakan bahwa kontak pertama yang dilakukan anak dengan dunia luar adalah dengan orang tuannya. Kontak yang terjalin antara orang tua dan anak akan sangat mempengaruhi kompetensi interpersonal anak, yang akan menjadi landasan baginya untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
b. Interaksi dengan sebaya Individu yang memiliki kesempatan untuk dapat berinteraksi dengan teman sebayanya memiliki kesempatan yang lebih besar untuk lebih meningkatkan perkembangan sosial, perkembangan emosi dan lebih mudah membina hubungan interpersonal (Kramer dan Gottman
19 d.
Jenis kelamin Hasil penelitian yang dilakukan Buhrmester et al. (1988) menemukan bahwa pria lebih berkompeten dalam menujukkan aspek
inisiatif dan asertivitas, sedangkan wanita memiliki perilaku yang lebih
ekspresif dalam membuka diri dan memberikan dukungan emosional. Kemampuan yang sama antara pria dan wanita terlihat dalam aspek pengatasan konflik. Akan tetapi, secara umum, tidak ada perbedaan kompetensi interpersonal antara pria dan wanita (Nashori, 2003).e. Kematangan beragama dan konsep diri Penelitian yang dilakukan oleh Nashori dan Sugiyanto (2000) terhadap mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta menunjukkan bahwa ada hubungan antara kematangan beragama dan konsep diri dengan kompetensi interpersonal. Individu yang memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi juga memiliki kematangan beragama dan konsep diri yang tinggi.
20 mengatasi konflik-konflik dalam hubungan interpersonal. Kompetensi interpersonal di pengaruhi oleh interaksi dengan orang tua, interaksi dengan sebaya, partisipasi sosial serta kematangan beragama dan konsep diri.
C. Kompetensi Interpersonal Pemilik Dilihat Dari Kelekatannya Terhadap
Anjing Peliharaan Seorang pemilik dikatakan lekat terhadap anjing peliharaannya jika terjadi kontak fisik rutin antara anjing dan pemilik, ada kriteria pilihan yang dilakukan pemilik, terjadi reaksi fisik dan emosional ketika pemilik berpisah atau kehilangan anjingnya, serta terjadi efek positif terhadap kesehatan fisik dan psikologis pemilik (Kurdek, 2008). Kelekatan sendiri memiliki makna ikatan afeksi yang terjadi antara individu dengan figur dekatnya dalam jarak dan waktu yang lama (Bowlby, 1980). Dalam hal ini, figur lekat tersebut adalah anjing peliharaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelekatan terhadap anjing peliharaan adalah ikatan yang terjalin antara pemilik dan21
serta orang tua yang anaknya tidak tinggal bersamanya (Sugita, 2005). Para
pemilik tersebut cenderung melihat anjing peliharaan sebagai anak (Beck dan
Katcher, 1996; Cain, 1983), sahabat, adik, atau mungkin hanya sebagai hal
yang menyenangkan untuk dimiliki (Sugita, 2005). Mereka tidak akan segan-segan mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhan anjing peliharaannya,
yang harganya bahkan lebih mahal dari pada kebutuhan pemiliknya sendiri
(Pet Food Institute, 2002). Hal ini menjadikan para pemilik tersebut sangat
syok hingga dapat mengalami depresi ketika anjing peliharaannya tersebut
hilang atau mati (Clements et al., 2003). Akan tetapi, jika dibandingkan,
antara banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk merawat dan memelihara
anjing dengan keuntungan yang didapat, pemilik anjing peliharaan ternyata
mendapatkan lebih banyak keuntungan dari kelekatannya terhadap anjing
peliharaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang mungkin tidak dapat
dibeli dengan uang (Jaroleman, 1998; Kellehear, 1997; Quackenbush, 1985;
Stallones, 1994; Stephens & Hill, 1993; Headley B dalam Westgarth et al.,
2007; Westgarth, 2007; dan Friedmann, 1988).22
aktivitas bersama, pemilik cenderung akan bertemu dengan orang lain, dan
anjing peliharaannya dapat menjadi salah satu bahan pembuka interaksi atau
percakapan (Hart dalam Kale, 1992).Secara psikologis, anjing peliharaan memberikan rasa aman dan
tenang kepada pemiliknya, karena mengetahui bahwa anjingnya akan setia
menemani (Friedmann, 1988). Individu yang memiliki perasaan aman dan
tenang dengan adanya perasaan lekat terhadap anjing peliharaan menjadikan
orang tersebut lebih terbuka, ramah dan tidak mudah merasa terancam
(Friedmann, 1988). Hal serupa juga dinyatakan oleh Shaver dan Mikulincer
(dalam Kurdek, 2008) dalam penelitiannya yaitu, bahwa individu yang
mengalami pikiran yang tidak aman dalam konteks kelekatan, umumnya
memiliki tingkat kesukaran yang lebih tinggi dalam mengatasi perubahan
hidup dan perubahan relasi interpersonal jika dibandingkan dengan mereka
yang memiliki perasaan lekat.Keberadaan anjing yang selalu berada dekat dengan pemiliknya
menjadi sumber afeksi yang tidak bersyarat dan teman hidup yang setia,
23
dengan pikiran dan cara yang positif. Jika seseorang memahami dan
menghargai dirinya sendiri, maka ia akan menghargai orang lain dengan lebih
baik. Mereka yang menghargai diri sendiri memahami persamaan dan
menghargai perbedaan dirinya dengan orang lain, dan ini mereka gunakan
sebagai dasar untuk membangun relasi dengan orang lain. Mereka juga dengan
mudah memutuskan seberapa jauh mereka harus membuka diri dalam
berbagai hubungan interpersonal, serta seberapa besar dukungan emosional
yang harus mereka berikan kepada orang lain. Orang dengan penghargaan diri
tinggi menggunakan pengetahuan mereka akan diri sendiri untuk menentukan
kapan dan bagaimana mereka menunjukkan kekurangnyamanan mereka atas
perilaku seseorang, dan bagaimana mereka akan menangani dan
menyelesaikan masalah interpersonal (Jika keuntungan-keuntungan diatas dikumpulkan, maka akan
ditemukan bahwa pemilik yang memiliki kelekatan terhadap anjing
peliharannnya akan memiliki kesehatan fisik yang baik, penghargaan diri yang
tinggi, perasaan aman, tingkat kecemasan dan stress rendah serta
24 Dari sikap seseorang dapat terlihat kompetensi interpersonal yang
dimiliki orang tersebut. Pemilik dengan sikap ramah menunjukkan adanya
kecenderungan kemauan untuk mengenal orang asing, dengan menyapa atau
tersenyum. Sikap terbuka dan tidak mudah merasa terancam menjadikan
pemilik lebih mampu membuka diri terhadap orang lain. Perasaan tidak
mudah terancam juga menjadikan pemilik tidak ragu untuk menunjukkan
perasaannya dan penghargaan terhadap dirinya sendiri, yang menujukkan
bahwa pemilik memiliki kemampuan asertifitas. Kemampuan memberikan
dukungan emosional pemilik nampak dari sikap menghargai dan pemahaman
terhadap perasaan orang lain. Kemampuan pemilik untuk mengatasi
perubahan hidup serta relasi interpersonalnya menunjukkan bahwa pemilik
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan konflik.Seseorang dikatakan memiliki kompetensi interpersonal yang baik
jika memenuhi lima aspek, yaitu kemampuan berinisiatif, kemampuan
membuka diri, kemampuan bersikap asertif, kemampuan memberikan
dukungan emosional dan kemampuan menyelesaikan masalah. Dengan
25 yang baik. Sikap-sikap tersebut merupakan hasil dari interaksi dan kelekatan pemilik terhadap anjing peliharannya.
D. Hipotesis
“Ada hubungan positif yang signifikan antara kelekatan terhadap anjing peliharaan dan kompetensi interpersonal pemiliknya”.
Skema 1. Hubungan antara kelekatan terhadap anjing peliharaan dengan kompetensi interpersonal.