Condominium – Pemilikan SRS oleh orang asing
KEMUNGKINAN PEMILIKAN SATUAN
RUMAH SUSUN OLEH ORANG-ORANG
ASING DI INDONESIA
KEBIJAKAN MENGENAI ORANG-ORANG ASING DAN BADAN HUKUM ASING DI BIDANG PERTANAHAN
1. Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945
2. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 (UUPA)
3. Undang-undang No 1 Tahun 2011 (UU
Perumahan dan Kawasan Permukiman)
4. Undang-undang No. 20 Tahun 2011 (UU Rumah
Susun)
4. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No.
7 Tahun 1999
5. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang
Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, dan Hak Pakai atas Tanah
6. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang
Pemilikan Rumah Tampat Tinggal atau Tempat Hunian Bagi Orang Asing yang Berkedudukan diPERSYARATAN TENTANG PEMILIKAN / PENGHUNIAN RUMAH SUSUN
Pemilik rumah susun dan satuan rumah
susun harus memenuhi syarat sebagai
pemegang hak atas tanahnya, maka rumah
susun yang dibangun di atas tanah Hak
Pakai, satuan-satuan rumah susunnya dapat
dimiliki oleh selain perseorangan dan badan
hukum Indonesia, juga dapat dimiliki oleh
orang asing. Orang asing hanya dapat
memiliki satuan rumah susun yang dibangun
di atas tanah Hak Pakai.
Orang asing ini dari segi kehadirannya di
Indonesia dapat dibagi dalam dua
golongan, yaitu:
a. Orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia secara menetap (penduduk Indonesia) dibuktikan dengan izin tinggal tetap.
b. Orang asing yang tidak tinggal di
Indonesia secara menetap melainkan hanya sewaktu-waktu berada di Indonesia, dibuktikan dengan izin kunjungan atau izin keimigrasian .
Alternatif Pemecahan Permasalahan
(solusi) bagi WNA Untuk Dapat
Menguasai Satuan Rumah Susun Dalam
Prakteka). Sewa Menyewa Konsep sewa menyewa jangka panjang (long term lease) yang dipraktekkan oleh beberapa pemilik satuan rumah susun (pengembang) dan pada dasarnya konsep ini juga tidak mengalihkan kepemilikan. Diatur dalam Pasal 52 Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pemukiman
b). Sewa menyewa dengan kemungkinan
konversi menjadi jual beli (Convertible Lease)Konsep dasar dari transaksi ini adalah sepenuhnya berpedoman kepada Perjanjian Sewa Menyewa biasa, namun dengan beberapa kondisi antara lain :
1. Harga sewa diperhitungkan sebagai cicilan harga pembelian apabila konversi sewa menjadi konsep pemilikan dimungkinkan dikemudian hari
2. Penyewa diberikan hak yang penuh untuk menghuni apartemen termasuk pengurusan penghunian
3. Mengalihkan hak sewa/sub lease kepada pihak ketiga dan lain sebagainya.
c). Nominee / Trustee Arrangement
Konsep Trustee/Nominee arrangement mekanismenya diatur bahwa pemilik SRS (diluar tanah Hak Pakai), adalah tetap seorang WNI atau badan hukum Indonesia. Bagaimana si WNI atau badan hukum menjadi pemilik, maka hal inilah yang kita coba tarik kepada konsep nominee/trustee.
Biasanya terjadi hubungan peminjaman uang oleh pihak WNA kepada Pihak Indonesia, dimana pembiayaan yang diterima oleh pihak Indonesia dari pihak asing semata-mata akan digunakan olehnya untuk membeli SRS.
Sebagai jaminan hutang tersebut, maka pihak
Indonesia akan menjaminkan hak milik SRS tersebut
(misalnya dengan Hak Tanggungan) untuk kepentingan
pihak asing. Dan selanjutnya si pihak asing
berdasarkan misalnya kuasa untuk menghuni SRS
tersebut dan melakukan tindakan hukum lain atas unit
SRS tersebut. Dapat juga atas dasar sewa menyewa
dengan pembayaran yang sangat minim yang seolah-
olah merupakan “ongkos pakai nama” pihak WNI.
Konsep ini sebenarnya dapat dikatakan, tidak
bertentangan dengan hukum perjanjian secara umum,
karena tidak ada unsur pemindahan hak milik dari WNI
kepada WNA secara langsung. Transaksi antara
kreditur asing dengan debitur nasional dengan jaminan
hak tanggungan adalah suatu transaksi didunia bisnis.
Tanah yang merupakan aset dari debitur nasional dapat
dijaminkan dengan hak tanggungan kepada kreditur asing. Namun demikian, terdapat unsur yang mungkin dapat diperdebatkan yaitu adalah tentang maksud dan tujuan dari pembiayaan pihak asing erhadap pihak indonesia yang sebenarnya adalah upaya untuk menghindar dari larangan ketentuan UUPA
pasal 26 ayat (2) (ada unsur pengalihan secara tidak langsung) Singkatnya dapat dikategorikan sebagai suatu penyelundupan hukum dan kalau sampai masalah ini menjadi sengketa di kemudian hari, kecil kemungkinan si WNA akan diberikan perlindungan hukum.
Perbandingan tentang Kepemilikan Rumah
Susun dan Satuan Rumah Susun oleh Orang
Asing (Kasus Luar Negeri)A. Kasus Singapura
Pihak asing boleh memiliki tanpa ada batasan (no restriction) untuk rumah susun atau condominium jika dibangun di atas 4 lantai.
Terhadap orang asing, diperkenankan membeli rumah tinggal tanpa harus mendapat persetujuan dari
pemerintah untuk jenis-jenis rumah tinggal berikut ini :
1. Suatu rumah tinggal (flat) dalam suatu gedung yang berada di tingkat 6 atau diatasnya;
2. Suatu rumah tinggal atau flat yang memiliki title kondominium yang diterbitkan oleh Chief Planner.
3. Suatu leasehold estate (hak sewa) khusus untuk perumahan dengan masa sewa tidak lebih dari 7
Namun demikian, orang asing tidak dapat membeli semua rumah tinggal atau flat yang terdapat dalam suatu kondominium tanpa persetujuan dari Minister of Law mereka.
Orang asing juga tidak dapat memperoleh atau mewarisi suatu properti yang termasuk dalam kategori dibatasi, tanpa persetujuan dari Minister
of Law
Permohonan untuk pemilikan seperti itu dapat diajukan kepada Controller of Residential Property dan akan dipertimbangkan berdasarkan kontribusi ekonomi dari orang asing tersebut kepada Singapura. Apabila permohonannya disetujui, maka properti yang bersangkutan harus digunakan untuk ditempati sendiri, dan tidak
B. Kasus Australia
Dahulu orang asing boleh memiliki tanpa ada batasan (no restriction). Harga property naik karena investasi dari Jepang, sehingga menyebabkan orang lokal tidak bisa membeli. Sejak 1990 orang asing hanya diperbolehkan membeli new property dengan
no restriction. Used property masih
diperbolehkan kalau property tersebut berbentuk resort yang sangat kompleks.
C. Kasus Malaysia
Dahulu orang asing tidak boleh membeli, tetapi sejak tahun 1993, orang asing boleh membeli rumah/rumah susun dengan kondisi sebagai berikut :
1. Tidak boleh dijual selama 3 tahun untuk harga $80,000 sampai dengan $300,000.
Untuk harga di atas $300,000 tidak ada larangan
2. Hanya boleh 1 unit per keluarga
3. Pajak dikenakan 35%
4. Selama 3 tahun tidak boleh dijual kepada pihak lain .
5. KPR lokal tidak dimungkinkan (harus off
Dalam Pasal 1 PP No. 41/1996 ditentukan
persyaratan yang wajib dipenuhi bagi
pemilikan rumah oleh orang asing, yaitu :1. Menurut ketentuan ayat (1) :
a. Orang asing yang bersangkutan harus
berkedudukan di Indonesia; b. Rumah yang dimiliki itu adalah untuk tempat tinggal atau hunian; c. Keberadaan rumah tersebut di atas tanah yang bersangkutan harus dilandasi hak atas tanah tertentu, yang sebagaimana telah kita ketahui dapatberupa Hak Pakai atau Hak Sewa untuk Bangunan
2. Menurut Ketentuan ayat (2) Kehadiran orang asing yang bersangkutan di Indonesia harus memberikan manfaat bagi pembangunan
Dalam Penjelasan Umum dinyatakan bahwa salah satu masalah “yang memerlukan kejelasan dalam
kaitannya dengan kemungkinan pemilikan rumah
hunian oleh orang asing di Indonesia” adalah “yang
berkenaan dengan arahan bahwa orang asing
tersebut harus berkedudukan di Indonesia”.
Dinyatakan selanjutnya bahwa arahan tersebut
“dewasa ini dan untuk masa-masa yang akan
datang perlu diperjelas dan dijabarkan lebih lanjut
secara yang bijaksana”.
Dalam penjelasan umum dinyatakan
bahwa pengertian “berkedudukan” itu
“tidak perlu harus diartikan sama dengan
tempat kediaman atau domisili”Permenag No. 7/1996 menyatakan :
(1) Orang asing yang kehadirannya di Indonesia memberi manfaat bagi pembangunan nasional dapat memiliki sebuah rumah tinggal atau hunian dalam bentuk rumah dengan hak atas tanah tertentu atau satuan rumah susun yang dibangun di atas tanah Hak Pakai atas tanah Negara.
(2) Orang asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah orang asing yang memiliki dan memelihara kepentingan ekonomi di Indonesia dengan melaksanakan investasi untuk memiliki
Surat Edaran Menteri Negara Agraria/KaBPN
tertanggal 8 Oktober 1996 Nomor 110-2871
hal.2 butir 2, menjelaskan sebagai berikut :• Mengenai orang asing yang dapat mempunyai
rumah di Indonesia Orang asing yang dapat memiliki rumah di Indonesia adalah orang asing yang kehadirannya di Indonesia memberi manfaat bagi pembangunan nasional, yaitu memiliki dan memelihara kepentingan ekonomi di Indonesia dengan investasinya untuk memiliki rumah tempat tinggal atau hunian di Indonesia.• Orang asing ini dari segi kehadirannya di Indonesia dapat
dibagi dalam 2 golongan yaitu :
a. Orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia secara menetap (penduduk Indonesia), dan b. Orang asing yang tidak tinggal di Indonesia secara
menetap melainkan hanya sewaktu-waktu berada di
Indonesia.• Perbedaan dalam 2 golongan tersebut berhubung dengan
dokumen yang harus ditunjukannya pada waktu melakukan perbuatan hukum memperoleh rumah, sebagai berikut :
a. Bagi orang asing penetap : Izin Tinggal Tetap
b. Bagi orang asing lainnya : Izin Kunjungan atau Izin Keimigrasian lainnya berbentuk tanda yang diterakan pada paspor atau dokumen keimigrasian lainnya yang dimiliki oleh orang asing yang bersangkutan Rumah tempat tinggal atau tempat hunian yang dapat dimiliki oleh orang asing menurut Pasal 2 PP No. 41 Th. 1996 adalah: a. Rumah yang berdiri sendiri yang dibangun di atas bidang tanah:
1) Hak Pakai atas Tanah Negara 2) yang dikuasai berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas tanah
b. Satuan rumah susun yang dibangun di atas bidang tanah Hak Pakai atas Tanah Negara.
Penjelasan Pasal 39 huruf e PP No.
40/1996 :“Orang asing yang dianggap
berkedudukan di Indonesia adalah orang
asing yang kehadirannya di Indonesia
memberikan manfaat bagi pembangunan
nasional”.Cara memperoleh rumah tersebut sbb:
a. Membeli hak pakai atas tanah negara atau hak pakai
atas tanah hak milik dari pemegang hak pakai ybs beserta rumah yang ada di atasnya, atau membeli hak pakai atas tanah negara atau atas tanah hak milik dan kemudian membangun rumah di atasnya
b. Orang asing dapat pula memperoleh hak pakai atas
tanah hak milik atau hak sewa untuk bangunan atau persetujuan penggunaan tanah dalam bentuk lain dari pemegang hak milikc. Dalam hal rumah hunian atau tempat tinggal yang akan
dipunyai oleh orang asing berbentuk satuan rumah susun, maka orang asing yang bersangkutan harus membeli hak milik atas satuan rumah susun yang dibangun di atas hak pakai atas tanah negara.Pembatasan pemilikan rumah/
satuan rumah susun oleh orang
asing: a. Rumah/satuan rumah susun harus dihuni sendirib. Harus dihuni selama sekurang-
kurangnya 30 hari kumulatif dalam satu tahun kalenderc. Rumah dapat disewakan melalui perusahaan Indonesia berdasarkan perjanjian antara orang asing sebagai pemilik rumah dengan perusahaan tersebut.