Tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya ditinjau dari hukum pidana islam dan hukum pidana positif

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA
DITINJAU DARI HUKUM PIDANA ISLAM
DAN HUKUM PIDANA POSITIF

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Puti Ramadhani
NIM: 104045101563

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIY ASAH
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA
1429 H/2008 M

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEI-1 ORANG TU ANY A

DITIN.JAU DARI HUKUM PIDANA ISLAM
DAN HUKUM PIDANA POSITIF

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana 1-lukum Islam (SHI)

Oleh:

Puti Ramadhani
NIM: 104045101563

Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II

セM
Dedy Nursamsi, SH, M.Hum

KONSENTRASI PIDANA ISLAM

PROGRAM STUDI JINAY AH SIYASAR
FAKULT AS SY ARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 HI 2008 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi bc1judul TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG
TUANYA DITINJAU DARI HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA
POSITlF telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum
Unversitas Islam Negeri (UIN) Syarif i-lidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Juni
2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat mcmperolah gelar Sarjana
Hukum !slam (SHI) pada Program Studi Pidana Islam.

Jakarta, 23 Juni 2008
Mengesahkan,
s Syari'ah dan Hukum

Prof.D .H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN
I.

Ketua

: Asmawi, M.Ag
NIP. i50 282 394

2.

Sekretaris

: Sri Hidayati, M.Ag
NIP. 150 282 403

3.

Pembimbing I

: Asmawi, M.Ag

NIP. 150 282 394

4.

Pembimbing II

: DedyNursamsi, SH, M.Hum
NIP.150264001

. (_

5.

Penguji I

:Prof. Dr.H.M. Abduh Malik
NIP. 150 094 391

6.


Penguji 11

: Drs. Abu Tamrin, SH, M.Hum
NIP. 150 274 761

-

Hセ@
セ[O@
_

..

...

セNM@
セ@

{/'"). GセM
Mセ@


df_AJJ-

(..................... )

_

セ@

)\ セI|@

1U\ セ@

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur yang tiada hentinya kepada kehadirat Allah SWT,
yang telah memberi penulis kemudahan dari setiap kesulitan yang datang dan
kekuatan yang tidak terduga dari setiap kelemahan yang menerpa. Atas rahmat dan
karunia dari-Mu, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan diwarnai dengan
ujian, emosi, kesabaran dan kekuatan dan juga shalawat dan salam kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai nabi yang membawa rahmat bagi seluruh umat.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan semangat dari berbagai pihak dan untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat :
I. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM, Dekan Fakultas Syari'ah

dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Asmawi M.Ag, Ketua Program Studi Jinayah Siayasah dan Sri Hidayati, M.Ag,
Sekretaris Program Studi Jinayah Siayasah atas kesabaran dan waktunya dalam
menghadapi semua pertanyaan penulis. Kepada para dosen yang telah
memberikan ilmu, tenaga dan waktu yang luar biasa kepada penulis selama ini,
terutama untuk Bapak Sudirman Abbas dan Bapak Ayang Utriza yang selalu
memberikan motivasi, Bapak Prof.Dr.H.M. Abduh Malik dan Bapak M. Nurul
Irfan yang telah memberikan bantuan yang sangat besar bagi proses skripsi ini

tetapi semuanya sangat berarti bagi penulis (I always wish all for the best) : Cepi,
Amin, Hijrah, Finalto, Devison, Azis, Rifa'i, Jaelani, Nandez, Rico, Komson,
Rozi, Husni, Agus, Hilmi, Jrna, Novi, Zulfah dan Reva.
8. Kepada seluruh guru-guru yang pernah mengajar penulis. Skripsi ini merupakan
bentuk terima kasih dan penghargaan tertinggi penulis atas jasa-jasa para guru

selama ini.
Demikian ucapan terima kasih dari penulis dan penulis beharap scmoga segala
kebaikan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis juga berharap, semoga skripsi
ini bermanfaat bagi orang lain dan dapat menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.

Jakarta, 11 Juni 2008 M
07 Jumadil Akhir 1429 H

Penulis

DAFTAR ISi

KATA PENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISL ................................................................................. .iv

PENDAHULUAN

BABI

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... I

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
E. Metode Penelitian .................................................................. 9
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 12

BAB II

KONSEP TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM
DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Pengertian Tindak Pidana ....................................................... 14
B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana ................................................. 16

C. Tujuan dan Sanksi Pidana ...................................................... 25

BAB III

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN MENURUT HUKUM PIDANA
ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF


A. Pengertian Pembunuhan ........................................................ .34
B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pembunuhan ................................. 38

v

C. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan .......................................... .45

BAB IV TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA
MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA
POSITIF SERTA ANALISIS PERBANDINGAN
A. Anak dan Kedudukannya
I. Pengertian Anak dan Hubungan Orang Tua dengan Anak .............. 53
2. Perlindungan Anak ............................................................ 57
B. Pengertian Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya ......................... 61
C. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya .. 65
D. Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya ............ 74
E. Analisis Perbandingan ............................................................ 80

BAB V


PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 83
B. Saran-saran ....................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 88

BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah harta yang tidak ternilai. Anak adalah karunia dan amanat
yang Allah titipkari kepada para orang tua untuk dijaga agar dapat menjadi
manusia-manusia yang berkualitas.

Keberadaan anak yang merupakan

amanat itulah yang menjadikan anak sangat istimewa dan rumit dalam
menghadapinya dan Dia memberikannya kepada siapa saja yang dikehendakiNya. Allah S.W.T berfirman:

Artinya

"Dia memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia
kehendaki dan memberikan anak lelaki kepada siapa yang Dia
kehendaki, a/au Dia menganugerahkan kedua jenis lelaki dan
perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia
merifadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. ". (Q.S Asy-Syuraa : 49-50)

Hubungan antara orang tua dan anak dianggap sangat penting karena
dari hubungan inilah tercipta manusia-manusia yang peduli sesama dan saling
menghormati. Hubungan yang tidak akan pemah terputus oleh kondisi
apapun. Hubungan yang paling abadi yang pernah dimiliki oleh antar sesama

2

manusia. Hubungan dimana ada pertanggungjawaban yang besar di hadapan
Allah baik bagi orang tua maupun bagi anak karena Allah tidak hanya
menekankan pentingnya bersikap baik kepada orang tua tetapi juga
menekankan pentingnya orang tua memperlakukan anaknya dengan baik,
seperti pada firman Allah :

( I" ' : i.)"''il)

Artinya: "Danjanganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin.
Kami !ah yang memberi rizki kepada mereka dan kepadamu.
Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar." (Q.S AlIsraa: 31)
Negara juga mengaturnya hal tersebut dalam Undang-Undang Nomor
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 13,
ayat 1 yang berbunyi :
" Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana
pun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlidungan
dari perlakuan :
(I). Diskriminasi
(2). Eksploitasi baik ekonomi maupun seksual.
(3). Penelantaran
(4). Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan
(5). Ketidakadilan, dan
(6). Perlakuan salah lainnya."

Akan tetapi, hubungan yang seharusnya penuh kasih sayang dan
harmonis ini semakin berkurang pada zaman sekarang ini. Banyak sekali anak
yang menerima perlakuan yang kurang baik dari orang tuanya bahkan

3

tindakan tcrsebut sudah dapat dikatakan sebagai sebuah tindak pidana yang
dilakukan oleh orang tua kepada anaknya mulai dari memukul sampai kepada
penganiayaan yang berakibatnya nyawa anak tersebut melayang. Sangat sulit
dipercaya ketika seorang anak meninggal ditangan orang yang sangat
diharapkan untuk dapat melindungi dan menjaga dirinya. Padahal anak
tersebut

adalah darah daging mercka scndiri, pcncrus gencrasi kcluarga,

penjaga kehormatan keluarga dan kalau dipikirkan lebih jauh lagi, anak
merupakan aset negara yang sangat mahal dan penting sehingga mereka perlu
dilindungi terutama oleh kedua orang tua mereka. Oleh karena itu banyak
harapan dan cita-cita dipanjatkan untuk anak-anak agar dapat menjalani
kehidupan dengan jauh lebih baik daripada keadaan kedua orang tua mereka.
Salah satu kasus yang dapat dijadikan bukti tentang tindak pidana ini
adalah kasus yang cukup menggemparkan adalah kasus pembunuhan yang
terjadi pada tahun 2006 di Bandung yang

dilakukan oleh seorang ibu

terhadap kctiga anaknya yang karena alasan kckhawatiran yang berlebihan
atas nasib ketiga anaknya 1• Kasus Iain terjadi pada tahun 2008 adalah seorang
ayah membunuh anak kandungnya yang masih berumur empat bulan karena
tertekan akan kebutuhan sehari-hari 2 • Kasus-kasus seperti ini akan terus
bertambah pada tiap tahunnya jika permasalahan ini tidak ditanggapi secara
serius oleh seluruh komponen masyarakat.
1

Tempointeraktif, "!bu Pembunuh Tiga Anak Diduga Mengidap Paranoid". Diakses pada tanggal 22
Februari 2008, http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2006/06/15/brk,2006061578943,id.html
2
Tribun Jabar, "Pembunuh Anak kandung Serahkan Diri". Diakses pada tanggal 17 Februari 2008,
http:/lwww.tribunjabar.co.id/artikel view .php?id=2050&kategori=9

4

Melihat dari contoh kasus di atas, pada dasarnya tindak pidana
pembunuhan di Indonesia sendiri sudah diatur di dalam KJJHP, BAB XIX
Kejahatan Terhadap Nyawa, pasal 338 :
"Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun".
Kemudian diperkuat dengan dengan Undang-Undang

Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan diperkuat lagi dengan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004 lcntang l'cnghapusan Kekernsan Dalam
Rumah Tangga.
Di dalam Islam sendiri, ada sebuah konsep yang dapat membantu
memahami dan juga merupakan tujuan dari agama is lam yang disebut dengan
Maqasidu Syari'ah) yang terdiri dari :
I. Memelihara Agama
2. Memclihara Jiwa
3. Memelihara Akal
4. Memelihara Keturunan
5. Memelihara Harta
Kelima tujuan di atas saling berhubungan karena pemeliharaan diri
kita dari salah satu tindak pidana berarti memelihara agama, jiwa, aka!,
keturunan dan harta.
Dari penjelasan tentang tindak pidana pembunuhan anak oleh orang
tuanya, maka dapat dipahami bahwa alasan -alasan yang melatarbelakangi
penulis untuk membahas tentang tindak pidana pembunuhan ini adalah :

s

I. Banyaknya tindak pidana pembunuhan anak olch orang luanya scndiri di

Indonesia.
2. Belum ada pembahasan mengenai tindak pidana pembunuhan anak oleh
orang tuanya scnuiri ditinjau dari hukum pi.Jana positif Jan hukum pidana
Islam.
Dengan alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas maka penulis akan
membahasnya dengan judul " Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh

Orang Tuanya Ditinjau Dari llukum Pidana Islam dan llukum Pidtma
Positif ".

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Membicarakan tindak pidana pembunuhan anak berarti membicarakan
banyak hal yang ada di masyarakat. Dari mulai peranan orang tua ·sampai
kepada peranan media. Pembatasan masalah sangat diperlukan agar apa yang
akan dibahas oleh penulis tidak melebar dan tetap fokus pada inti masalah,
yaitu :
I. Penulis membicarakan mengenai tindak pidana pembunuhan yang terjadi
terhadap anak-anak dan dilakukan oleh orang tuanya yang pada zaman
sekarang ini sering terjadi.
2. Tinjauan hukum pidana positif dan hukum pidana Islam dengan
menggunakan pendekatan secara kualitatif mengenai tindak pidana
pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri.

Perumusan juga sangat diperlukan untuk mencari tahu apa yang
menjadi masalah dalam pembahasan ini sehingga pada akhir pembahasan
diharapkan peneliti sudah dapat menemukan jawaban dari semua pertanyaan
yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, penulis telah merumuskan masalah
yang akan dibahas dalam pembahasan ini, yaitu:
I.

Apakah yang dimaksud dengan tindak pidana pembt:nuhan anak oleh
orang tuanya menurut hukum pidana islam dan hukum pidana positil'?

2. Bagaimana bentuk-bentuk tindak pidana pembunuhan anak oleh orang
tuanya menurut hukum pidana is lam dan hukum pidana positif?
3. Bagaimana perbandingan antara hukum pidana islam dan hukum pidana
positif mengenai tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Penulis meneliti ha! ini tidak lepas dari beberapa tujuan. Tujuan
tersebut adalah :
I. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan tindak pidana
pembunuhan anak oleh orang tuanya sendiri.
2. Untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk tindak pidana pembunuhan anak
oleh orang tuanya.
3. Untuk dapat mengetahui persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan
kekurangan dari dua tinjauan hukum yang dipakai, yaitu: pidana islam dan
hukum pidana positif mengenai tindak pidana pembunuhan anak oleh
orang tuanya.

7

Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah :
I. Secara Akademis
Dilihat dari akademis, manfaat dari penulisan ini adalah dapat
memberikan tambahan keilmuan dalam bidang hukum pidana positif dan
juga hukum pidana islam pada umumnya dan tentang pembunuhan anak
yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri pada khususnya.
2. Secara Praktis
Dilihat dari segi praktis, penulisan skripsi ini dapat memberikan
penjelasan kepada masyarakat luas tentang dampak atau akibat tindak
pidana pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri.

D. Tinjauan Pustaka
Sebelumnya penulis sudah membuat tinjauan pustaka dengan tujuan
untuk mengkaji materi-materi yang terdahulu yang memiliki tema yang
sama dengan tema yang dipilih oleh penulis dan materi/karya-karya tersebut
adalah karya Ors. Adami Chazawi, S.H dengan judul "Kejahatan Terhadap
Tubuh dan Nyawa". Hal yang paling utama yang dikajinya adalah bentukbentuk kejahatan,

penjelasan mengenai

unsur-unsur kejahatan

serta

perbedaan unsur objcktif dan subjektif. Temuan penting pada karya ini
adalah bahwa semua tindak kejahatan akan mendapatkan sanksi tennasuk
pembunuhan.
Karya kedua adalah karya Ahmad Hanafi yang betjudul "Asas-Asas
Hukum Pidana Islam". Hal utama yang dikaji mengenai pembunuhan di

8

dalam hukum islam. Di dalam karya ini dijelaskan bahwa adanya pembagian
dari jenis-jenis pembunuhan yang terdiri

dari

pembunuhan

sengaja,

pembunuhan sengaja yang diancam dengan hukuman qisas dan pembunuhan
tidak sengaja yang diancam dengan hukuman diyat Pada dasarnya, tindak
pidana pembunuhan yang dibahas di dalam karya ini adalah tindak pidana
pada umumnya terlepas dari faktor pelaku ataupun korbannya apakah ada
hubungan keluarga atau tidak.
Karya ketiga adalah sebuah buku yang berjudul "Pidana Islam di
Indonesia, Peluang, Prospek dan Tantangan. Buku ini merupakan kumpulan
tulisan yang dibuat oleh orang-orang yang ahli pada bidangnya Salah satunya
adalah H.M Abduh Malik, tulisannya mengenai "Kejahatan Terhadap Jiwa
dalam Perspektif llukum Pidana Islam". Di dalam tulisannya ini dijelaskan
bahwa ada perbedaan pendapat ulama dalam pembunuhan anak oleh orang
tuanya. Pada intinya, karya ini tidak membahas secara detail mengenai apa
yang dimaksud dengan anak dan orang tua serta bagaimana bentuk-bentuk
tindak pidana pembunuhan anak itu sendiri.
Karya keempat merupakan skripsi yang berjudul "Pembunuhan Massa!
Menurut Hukum Islam dan 1-lukum Positif' oleh Dodi Wahyudi Jurusan
Jinayah Siyasah Unversitas Islam Negeri Jakarta pada tahun 2004. Di dalam
skripsi ini, menjelaskan mengenai tinjauan hukum islam dan hukum positif
tentang pembunuhan terutama pembunuhan secara massal.
Karya kelima adalah sebuah skripsi berjudul "Tindak Pidana
Pembunuhan yang dilakukan oleh Anak di Bawah Umur dalam Perspektif

9

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Positif' oleh Ahmad Uluwan pada
tahun 2004. Karya di atas juga membahas mengenai pembunuhan, akan tetapi
lebih menitikberatkan kepada pembunuhan yang subjek hukumnya adalah
anak.
Karya terakhir adalah skripsi dengan judul "Analisa Hukum Islam
Tentang Hukuman Seumur Hidup Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan"
oleh Yuliati Roswita pada tahun 2005. Di dalam karya ini, membahas
mengenai bagaimana pandangan hukum islam terhadap hukuman yang
berbentuk seumur hidup dalam tindak pidana pembunuhan.
Oil ihat dari karya-karya di atas, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa belum ada karya yang membahas mengenai tindak pidana
pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri ditinjau dari
hukum pidana positif dan hukum pidana islam

E. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan oleh penulis adalah deskripif analisis
yang berusaha memberikan pemecahan masalah dengan pengumpulan data,
menyusun, mengklasifikasikannya dan menganalisa data sehingga dapat
diambil jawaban atas pertanyaan dan ditariklah suatu kesimpulan.
Dalam pengambilan data dalam penelitian, penulis akan memakai
metode studi dokumentasi yang terdapat di dalam buku-buku, dokumen dalam
bentuk undang-undang, lampiran-lampiran, agenda, catatan para ahli sampai
internet.

10

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
data-datanya diungkapkan melalui kata-kata, norma atau aturan-aturan
atau data kualitatif Data-data yang diambil merupakan pendapat atau
doktrin para ahli hukum atau normatif dengan tujuan agar dapat
menggambarkan masalah dengan baik berdasarkan keberadaan data-data
tersebut sehingga dapat diambil kesimpulannya atau dapat juga disebut
dengan 、・ウォイゥーエセN@
2. Sumber Data Penelitian ·
Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian m1 adalah
Sumber Data Sekunder, yang terdiri dari :
a. Bahan Primer yang digunakan, yaitu : karya, literature, norma atau
aturan yang membahas langsung masalah ini yang dibahas judul
skripsi ini. Seperti KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana),
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan norma-norma lainnya.
b. Bahan Sekunder yang digunakan, yaitu : buku-buku mnum, karya atau
literatur lain yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Seperti UndangUndang Nomor I tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang
Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan lain-lain.

3

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: P .T RajaGrafindo Persada, 2006), h.
35.

11

c. Bahan Tertier yang digunakan, yaitu : bahan-bahan yang merupakan
pelengkap dari bahan primer dan bahan sekunder, yaitu buku-buku
tafsir, terjemahan dan lain-lain

4



3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
kepustakaan,

pengumpulan
yaitu

dengan

data
melihat

yang

digunakan

adalah

rise!

atau

membaca,

meneliti

dan

mempelajari dokumen dan data-data yang diperoleh dari karya - karya
atau literatur dan referensi yang berhubungan denganjudul skripsi ini

5



4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan seluruhnya adalah metode
kualitatif, yaitu menganalisis masalah berdasarkan data-data yang didapat
dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang didapat dari buku-buku, karyakarya, literatur atau norma-norma dengan bersifat Penelitian deskriptif,
yaitu dengan menggambarkan perrnasalahan yang ada, mencari data-data
yang reievan, menyeleksinya dan mengambil kesirnpulan dari data-data
tersebut.
Teknik Analisis Data yang digunakan adalah Teknik Analisis
Kornparatif secara Kualitatif. Alasan penulis rnenggunakan teknik ini
adalah penulis ingin mernbandingkan tinjauan hukum pidana positif dan
hukum pidana islarn terhadap permasalahan pada penelitian ini 6 •

4

Sunggono, Ban1bang, loc.cil
Sunggono, Bambang, foe.cit,
6
Sunggono, Bambang, loc.cil.
5

12

5. Teknik Penulisan
Adapun mengenai teknik penulisan karya tulis ini, penulis
mengacu kepada buku Pedoma11 Penulisan Skripsi yang disusun oleh
Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tahun
2007.

F. Sistematilrn Penulisan
Untuk mempermudah proses dalam penulisan penelitian ini, rnaka
penulis membuat kerangka yang sistematik untuk membentuk pola dasar
pembahasan skripsi dalam bentuk bab-bab yang terdiri dari :
BAB I

pendahuluan, diawali dengan latar belakang masalah berisi
penjelasan, data-data yang dijadikan alasan bagi penulis dalarn
memilih pembahasan ini., pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.

BAB II

berisi tinjauan umum hukum pidana islam dan hukum pidana
positif mengenai konsep tindak pidana, jenis-jenis tindak
pidana dan lain-lain.

BAB lII

berisi tinjauan hukum pidana islam dan hukum pidana positif
mengenai

tindak

pidana

pembunuhan

yang

meliputi

Pengertian, Bentuk-bentuk serta Sanksi bagi Tindak Pidana
Pembunuhan.

IJ

BABIV

: bab ini merupakan pembahasan ularna dalarn penelitian ini berisi
Pengertian Anak dan kedudukannya di dalam tinjauan kedua
hukurn tersebut. Pengertian, Bentuk-bentuk serta Sanksi bagi
Tindak Pidana Pembunuhan serta Analisis Perbandingan.

BABY

: merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan atau saransaran.

BAB II
KONSEP TINDAK PIDANA
MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Pengertian Tindak Pidana

Jstilah tindak pidana, di dalam hukum pidana Islam sendiri ada dua
kata yang cukup mewakili kata tersebut, yaitu jinaynh dan jarimah.
Jinayah 4-:i !4merupakan bentuk mashdar dari kata " 4-:i 14 - セ@

-

セLN@

".

Menurut istilah adalah hasil perbuatan seseorang yang terbatas pada perbuatan
yang dilarang dan pada umumnya, para fuqaha menggunakan istilah tersebut
hanya untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa seperti
pemukulan dan pembunuhan. Selain itu, para fuqaha memakai istilah tersebut
pada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan

qishash. 7
Sedangkan jarimah, menurut Al-Mawardi adalah :

Artinya: "Segala larangan syara' (melakukan hal-hal yang dilarang dan atau
meninggalkan hal-hal yang diwajibkan) yang diancam dengan
hukum had atau takzir ".
Larangan-larangan tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan
yang dilarang atau meninggalkan suatu perbuatan yang telah diperintahkan.
Dengan melihat kedua pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan
7

H.A Dzajuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggu/angi Kejahatan Dalam Islam), Jakarta. P.T
RajaGrafindo Persada, 1997, h I.

!5

bahwa pada dasarnya pemakaian istilah tindak pidana dalam hukum pidana
islam dengan menggunakan kata jinayah atau jarimah adalah sama.
Di dalam hukum pidana positif, " Tindak Pidana" terdiri dari dua kata,
yaitu kata "tindak" dan kata "pidana". Kata "tindak" berasal dari bahasa Jawa
yang berarti perbuatan, tingkah laku, kelakuan, sepak terjang sedangkan kata
"pidana" artinya adalah kejahatan, kriminal dan pelanggaran. 8
lstilah tindak pidana sendiri merupakan hasil terjemahan dari kata

Strajbaar feit yang berasal dari bahasa Belanda yang merupakan istilah yang
dipakai dalam wetbvek van strafrecht atau kitab undang-undang hukum
pidana (KUHP). Ada banyak pendapat mengenai pengertian dari tindak
pidana atau Strajbaar feit ini, diantaranya adalah :
I.

1-Jazcwinkel-Suringa telah membuat teori yang menyatakan bahwa
rumusan umum dari "Strajbaar feit" adalah "suatu perilaku manusia yang
pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam sesuatu pergaulan hidup
tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum
pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang
terdapat di dalamnya". 9

2. Profesor Simmons merumuskan "Strajbaar feit" sebagai berikut "suatu
tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun
tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan

'W.J.S Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 1074
9
P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung, P.T Citra Aditya Bakti, 1997),
Cet Ill, h. 181.

!6

atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai
suatu tindakan yang dapat dihukum".
3.

10

Prof. Moeljatno mengatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan
yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman
(sangsi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan
tersebut. 11

Dilihat dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli saijana
hukum maka dapat disimpulkan bahwa Strajbaar feit atau tindak pidana
adalah perbuatan yang bertentangan atau melawan hukum dan diancam
dengan pidana yang dilakukan oleh orang yang mampu hcrtanggungjawab
atas perbuatannya.

B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana
Menurut Ahmad Hanafi, M.A, di dalam hukum pidana !slam, bentukbentuk tindak pidana atau jarimahnya Ginayah) dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu :
I. Dilihat dari berat atau ringannya hukuman dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Jarimah Hudud adalah jarimah yang diancamkan dengan hukuman had,
yaitu

hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlahnya serta

merupakan hak Tuhan. Jarimah hudud ini ada tujuh macam, yaitu zina,
qadzaf (tuduhan palsu zina), mengkonsumsi minuman keras (syurh al-

IO

H

Ibid, h. 181
Moetjatno, Azas-azas ffukun1 pゥャヲ。ョセ@

(Jakarta, P_T Rineka Cipta, 2002), h. 54.

17

khamr), mencun, pembegalan I perampokkan (hirabah), murtad dan

pemberontakkan.
b. Jarimah Qisas-Diyat adalah jarimah yang diancam dengan hukumanhukuman yang telah ditentukan batasnya dan tidak mempunyai batas
terendah atau tertinggi tapi telah menjadi hak perseorangan. Jarimah
mt

qisas-diyat
pembunuhan

ada
semi

lima

macam.

sengaja,

yaitu

pembunuhan

pembunuhan

karena

sengaja.
kesalahan.

penganiayaan sengaja dan penganiayaan tidak sengaja.
c.

Jarimah Ta'zir adalah jarimah yang ancaman hukumannya bertujuan
untuk memberikan pengajaran dan yang berwenang menetapkan dan
menjatuhkan hukuman tersebut adalah para penguasa.

2. Dilihat dari niat si pelaku, dibagi menjadi dua, yaitu :
a.

Jarimah

Sengaja adalah

si

pelaku dengan

sengaja melakukan

perbuatannya sedangkan dia tahu bahwa perbuatannya itu di larang
(salah).
IJ. Jarimah Tidak Sengaja adalah si pelaku tidak sengaja melakukan

perbuatan yang dilarang tetapi perbuatan itu terjadi sebagai akibat dari
kekeliruan.
3. Dilihat dari cara menge1jakannya, dibagi menjadi dua:
a. Jarimah Positif adalah jarimah yang terjadi karena mengerjakan suatu
perbuatan yang dilarang seperti mencuri, zina dan sebagainya.
b. Jarimah Negatif adalah jarimah yang terjadi karena tidak melakukan
sesuatu yang diperintahkan, seperti tidak mengeluarkan zakat.

!8

4. Dilihat dari orang yang menjadi korban, dibagi menjadi :
a. Jarimah Perseorangan adalah jarimah yang penjatuhan hukumannya
bertujuan

untuk

melindungi

kepentingan

perseorangan.

Seperti

pencurian.
b. Jarimah Masyarakat

adalah jarimah yang penjatuhan hukumannya

bertujuan untuk menjaga ketentraman masyarakat. Seperti pembegalan
atau perampokkan.
5. Dilihat dari sifat kekhususannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu jarimah
biasa

dan jarimah politik. Pembedaan dari kedua jarimah ini terletak

pada motif yang mengikuti perbuatan tersebut. Pembedaan jarimah ini pun
di latar belakangi dari peristiwa sejarah, tentang adanya jarimah-jarimah
yang dilakukan dengan motif politis. 12
Di dalam hukum pidana positif, pada hakekatnya, tindak pidana
dibedakan menjadi dua yaitu keja:1atan dan pelanggaran. Pembagian ini
muncul di dalam KUHP Belanda pada tahun 1886 yang kemudian tetap ada
pada KUHP Indonesia pada tahun 1918. Dasar pembedaan ini, menurut para
sarjana karena sejak semula dapat dirasakan
bertentangan

dengan

hukum

sebelum

para

mana perbuatan
pembuat

yang

undang-undang

menyatakannya di dalam undang-undang atau disebut dengan delik hukum
dan mana perbuatan yang bertentangan dengan hukum setelah dinyatakan di
dalam undang-undang atau disebut juga dcngan delik undang-undang.
Pembeda lainnya adalah pada berat atau ringannya pidana yang diancamkan.
12

Ahmad f-[anafi, セlaL@

Azas-Azas Huk11111 Pidana Jslan1, (Jakarta, P_T Bulan Bintang, 2005), h_ 7.

19

Dalam tindak kejahatan, diancamkan pidana yang berat seperti mati
sedangkan untuk tindak pelanggaran maka diancam dengan sanksi yang
ringan. Namun, dalam perkembangannya telah terjadi kesulitan dalam
pembedaannya antara kejahatan dan pelanggaran karena baik kejahatan
maupun pelanggaran dapat diancam dengan pidana penjara atau pun denda.

13

Kriteria pembagian tindak pidana yaitu kejahatan dan pelanggaran
pada akhirnya tidak menghasilkan kesepakatan diantara para ahli sarjana
hukum sehingga muncullah pembagian-pembagian tindak pidana berdasarkan
jenis-jenis tertentu, yaitu :
a. Cara perumusannya
Yaitu delik formal dan delik materiil. Delik formal adalah tindakan yang
dilarang tanpa mempersoalkan akibat dari tindakan itu. Contohnya dalam
tindakan pencurian, selama unsur-unsur pada pasal 362 KUHP sudah
terpenuhi maka tidak dipersoalkan lagi apakah tindakannya sudah selesai
atau belum atau apakah korban merasa rugi atau tidak.
Delik materiil adalah tindakan yang selain dilarang juga harus ada akibat
yang timbul dari tindakan tersebut sehingga dapat dikatakn telah terjadi
tindak pidana sepenuhnya. Contohnya dalam hal pembunuhan.
b. Cara melakukan tindak pidana

13

S.R Sianturi, Asas-asas llukum Pidana /Ji Indonesia dan J>enerapannya, (Jakarta, Alumni AhaemPetehaem, 1996), h. 226.

20

Dibagi menjadi tiga, yaitu delik komisi (delicta commissionis), delik omisi

(delicta ommissionis) dan delik campuran (delicta commissionis per
ommissionem commissa).
Delik komisi adalah tindakan aktif (active handeling) yang dilarang dan
untuk pelanggarannya diancam pidana. Contoh : dilarang membunuh
(Pasal 338), dilarang mencuri (Pasal 362) dan lain-lain.
Delik omisi adalah tindakan yang pasif (passive handeling). Tindakan
yang diharuskan untuk dilakukan dan j ika tidak dilakukan akan di an cam
dengan pidana. Contoh: Wajib melaporkan kejahatan tertentu (Pasal 164),
memberikan pertolongan kepada orang yang berada dalam bahaya (Pasal
531).
Delik campuran adalah tindakan yang terdiri dari tindakan komisi dan
omisi sekaligus. Contoh : membiarkan orang yang masih wajib ada di
dalam pemeliharaannya sehingga mengakibatkan kematian orang tersebut
(Pasal 306).
c. Dilihat dari ada atau tidaknya pengulangan atau kelanjutannya
Delik Mandiri adalah jika tindakannya hanya dilakukan satu kali saja
sedangkan delik berlanjut atau sama yang berulang adalah jika tindakan
yang sama dilakukan berulang seperti pemegang kas yang tiap hari
menggelapkan uang sedikit demi sedikit sampai akhirnya dia tertangkap.
d. Dilihat dari berakhir atau berkesinambungan suatu delik
Delik berakhir atau selesai adalah delik dengan melakukan sesuatu
perbuatan seperti merampas kemerdekaan orang lain sedangkan delik

21

berkesinambungan adalah delik yang terjadi karena meneruskan sesuatu
yang dilarang.
e. Dilihat dari tindakan itu merupakan kebiasaan atau tidak
Delik yang merupakan kebiasaan adalah delik yang dilakukan secara terus
menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan sedangkan yang dimaksud
dengan delik yang bukan kebiasaan adalah delik sebagai pekerjaan artinya
satu perbuatan saja sudah cukup. Contoh : seorang dokter yang membuka
praktek tanpa izin.
f.

Dilihat dari hal-hal yang dapat memberatkan atau meringankan pidana
Hal-ha! yang dapat memberatkan pidana seperti pencurian dengan
penganiayaan sehingga ancaman hukumannya dapat diperberat sedangkan
hal-hal yang meringankan seperti pelaku langsung menyerahkan diri dan
mengakui kesalahannya. Hal-ha! seperti ini dapat dijadikan pertimbangan
bagi seorang hakim dalam memutuskan perkara.

g. Dilihat dari bentuk kesalahan dari pelaku. Dibagi sebagai delik sengaja
dan delik alpa.
h. Dilihat dari tindakan tersebut mengenai hak hidup negara, ketatanegaraan
atau pemerintahan. Yang dimaksud dalam delik ini adalah adanya
pembedaan antara delik umum dengan delik yang berkaitan dengan
politik atau pemerintahan.
1.

Dilhat dari perbedaan subjek.
Dibagi menjadi delik khusus (delict propria) dan delik umum (commune
delicten). Delik khusus (delict propria) adalah delik yang hanya dapat

22

dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kualitas tertentu seprti delik
jabatan, delik militer dan lain-lain sedangkan delik umum (commune
delicten) adalah delik yang dapat dilakukan oleh semua orang tanpa
mensyaratkan adanya kualitas tertentu.
j.

Dilihat dari cara penuntutan.
Dibagi menjadi dua, yaitu delik aduan (klacht delicten) dan delik tanpa
aduan (gewone delicten). Yang dimaksud dengan delik aduan adalah delik
yang hanya dapat dituntut jika adanya pengaduan dari orang yang merasa
dirugikan. Misalnya delik pers tentang pencemaran nama baik sedangkan
delik tanpa aduan adalah delik yang dapat dituntut tanpa perlu menunggu
adanya aduan dari pihak yang dirugikan. Misalnya delik pembunuhan.
Dengan melihat penjabaran dari bentuk-bentuk tindak pidana ditinjau

dari hukum pidana islam dan hukum pidana positif, dapat disimpulkan bahwa
pembagian bentuk tindak pidana pada tinjauan kedua hukum tersebut
mempunyai persamaan, akan tetapi pembagian bentuk tindak pidana pada
hukum

pidana islam terlihat lebih

ringkas dan

lebih jelas dalam

memahaminya dibandingkan pada hukum pidana positif.
Di dalam suatu tindakan ataupun perbuatan pasti ada unsur-unsur yang
menyertainya. Keberadaan unsur-unsur ini sangat penting agar kita dapat
menentukan apakah suatu perbuatan itu dapat disebut sebagai tindak pidana
atau tidak. Menurut Ahmad hanafi dalam bukunya "Azas-Azas Hukum
Pidana" menjelaskan bahwa unsur-unsur umum pada tindak pidana di dalam
hukum pidana Islam ada tiga, yaitu :

23

I. Adanya nash yang mclarang pcrbuatan dan mcngancamkan hukuman
terhadapnya atau disebut dengan unsur formal atau "Rukun Syar'i".
2. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatanperbuatan nyata atau pun sikap tidak berbuat dan unsur ini disebut dengan
unsur materiil atau "Rukun Maddi".
3. Pembuat adalah orang mukallaf, yaitu orang yang dapat dimintai
pertanggungjawaban terhadap jarimah yang diperbuatnya dan unsur ini
disebut dengan unsur moril atau "Rukun Adabi".
Ketiga unsur di atas harus ada di dalam suatu jarimab, akan tetapi akan
ada juga penambaban unsur-unsur dalam tiap jarimab secara khusus sehingga
unsur-unsur khusus ini berbeda-beda pada bilangan dan macamnya.
Menurut Simmons, unsur-unsur dari tindak pidana di dalam hukum
pidana positif itu adalah :
l. diancam dengan pidana oleh hukum
2. bertentangan dengan hukum
3. dilakukan oleh orang yang bersalab
4. orang itu dipandang bertanggungjawab atas perbuatannya. 14
Sedangkan menurut Prof. Moljatno unsur-unsur yang lahir dari suatu
perbuatan adalah :
a. Kelakuan dan akibat

11

Andi Hamzah, Azas-azas Hukum Pidana, (Jakarta, P.T Rineka Cipta, 2004), h. 88.

b. Hal ikhwal keadaan tertentu yang menyertai perbuatan. Contohnya dalam
kejahatan yang dilakukan oleh pejabat negara. Kalau tidak ada pejabat
negara maka tidak ada pula kejahatan pejabat negara.
c. Unsur-unsur yang memberatkan pidana. Contohnya seperti penganiayaan.
Menurut Pasal 351 ayat (2) KUHP diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan tapi jika penganiayaan tersebut
menimbulkan Iuka-Iuka berat maka akan diancam pidana penjara lima
tahun.
d. Sifat melawan hukum dilihat dari perbuatannya atau objektif artinya
perbuataannya sendiri sudah mencerminkan perbuatan melawan hukum
tanpa harus dijelaskan lagi atau dibuat unsur-unsur lagi. Contohnya dalan
ha! pemberontakan. Dalam ha! ini, pemberontakkan sendiri sudah sangat
jelas melawan hukum sehingga tidak perlu dijelaskan lagi dengan katakata bahwa perbuatan ini melawan hukum.
e. Sifat melawan hukum dilihat dari pelakunya atau subjektif. Dalam ha! ini
yang dimaksud adalah niat atau maksud dari si pelaku. Misalnya pada
tindak pidana pencurian, di dalam rumusan Pasal 362 KUHP unsur-unsur
yang merujuk kepada niat dari si pelaku yang mencuri untuk bisa
menguasai sebagian atau seluruhnya dari harta milik orang lain.
Jadi, dengan demikian bahwa unsur-unsur yang harus terdapat dalam suatu
tindak pidana antara hukum pidana Islam dan hukum pidana positif, pada
dasamya memiliki persamaan, yaitu ada aturan yang dilang'gar, ada ancaman

25

hukuman dan si pelaku dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya di
hadapan hukum.

C. Tujuan dan Sanksi Pidana

Pada setiap aturan hukum yang dilanggar pasti ada ancaman hukuman
yang mengiringinya. Pada hukum pidana Islam, hukuman dimaksudkan untuk
memelihara, menciptakan kemaslahatan manusia dan ditetapkan untuk
memperbaiki tiap-tiap orang agar dapat menjaga masyarakatnya.
Ttijuan pokok penjatuhan hukuman di dalam hukum pidana Islam ada
tiga macam, yaitu sebagai berikut :
I. Pencegahan

(-?- jll .J to.JI) artinya menahan pembuat agar tidak

mengulangi perbuatan jarimahnya atau agar ia tidak terns menerus
melakukannya karena dia mengetahui hukuman terhadap jarimah tersebut.
2. Pengaj aran serta pendidikan ( c,.y

J

セャNj@

)l..:i'il) artinya memberikan

pelajaran bagi pelaku dan orang lain tentang suatu jarimah sehingga dapat
menahan orang lain untuk tidak melakukannya.

15

Menurut Ahmad Hanafi dalam "Azas-Azas Hukum Pidana Islam"
hukuman itu sendiri dapat dibagi menjadi beberapa penggolongan dilihat dari
segi tinjauannya, yaitu :
I. Ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman dengan hukuman lain :

15

Ahmad Hanafi, M.A, op.cit, h. 191

26

a. hukurnan pokok (uqubah asliyah), yaitu hukurnan asal bagi satu
jarirnah. Seperti hukurnan potong tangan untuk pencurian.
b. hukurnan

pengganti

('uqubah

badaliyah),

yaitu

rnenggantikan

hukurnan pokok apabila hukurnan pokoknya tidak dapat dilaksanakan
karena alasan yang sah. Seperti hukurnan diyat sebagai pengganti
hukurnan qisas.
c. hukurnan tarnbahan ('uqubah taba 'iyah), yaitu hukurnan yang
mengikuti hukurnan pokok tanpa rnernerlukan keputusan secara
tersendiri seperti Jarangan rnenerirna warisan bagi orang yang
rnelakukan pernbunuhan terhadap keluarganya.
d. hukuman pelengkap ('uqubah takmiliyah), yaitu hukuman yang
rnengikuti hukurnan pokok dengan syarat ada keputusan tersendiri dari
hakim dan syarat inilah yang rnembedakan antara hukurnan tarnbahan
da1 hukurnan pelengkap. Seperti rnengalungkan tangan pencuri yang
telah dipotong di lehernya.
2. Ditinjau dari segi kekuasaan hakirn dalarn penentuan berat rmgannya
hukuman:
a. hukuman yang hanya mempunyai satu batas artinya tidak ada batas
tertinggi atau terendahnya, seperti hukuman jilid sebaga hukuman had.
b. hukuman yang mempunyai batas tertinggi dan terendah, dimana hakim
diberikan kebebasan untuk memilih hukuman yang sesuai antara
kedua batas tersebut.
3. Ditinjau dari segi besarnya hukuman yang telah ditentukan :

27

a. hukuman yang telah ditentukan macam dan besarnya dan hakim harus
melaksanakannya tanpa dikurangi ataupun ditambah atau bahkan
diganti dengan hukuman yang lain. Hukuman ini dapat disebut dengan
"hukuman keharusan" ('uqubah lazimah ).
b. Hukuman yang diserahkan kepada hakim untuk memilih sekumpulan
hukuman yang telah ditetapkan oleh syara' agar bisa disesuaikan
dengan keadaan pembuat dan perbuatannya atau dapat disebut dengan
"hukuman pilihan" ('uqubah mukhayyarah).
4. Ditinjau dari segi sasaran/tempat dilaksanakannya hukuman :
a. hukuman badan artinya hukuman yang dijatuhkan atas badan seperti
hukuman mati, dera, penjara dan lain-lain.
b. hukuman jiwa, yaitu hukuman yang dikenakan atas jiwa seseorang
bukan badannya seperti menegur, ancaman.
c. Hukuman harta, yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada harta
seseorang seperti diyat, denda dan perampasan harta.
5. Ditinjau dari macamnyajarimah yang diancamkan hukuman :
a. hukuman hudud yaitu hukuman yang telah ditetapkan untuk jarimah
atau tindak pidana hudud.
b. hukuman qisas-diyat, yaitu hukuman yang telah ditetapkan untuk
jarimah qisas-diyat.
c. hukuman kifarat yaitu hukuman yang ditetapkan untuk sebagian
jarimah qisas-diyat dan beberapa jarimah takzir.

28

d. hukuman ta'z!r yaitu hukuman yang ditetapkan untuk jarimah atau
tindak pidana ta'zlr. Hukuman takzir ini dapat berupa hukuman
kurungan, mati atau denda dan lain-lain serta merupakan kewenangan
dari hakim dalam menentukannya.
Di dalam hukum pidana positif, terdapat beberapa fase yang terjadi sebelum
munculnya teori mengenai tujuan hukuman. Fase-fase tersebut adalah :
!. Fase balasan perseorangan atau individu, pada fase ini penuntutan
hukuman terletak pada keluarga korban atau walinya atas dasar naluri
membalas terhadap orang yang telah menyerang mereka. Pada fase ini
tidak terdapat batasan sehingga terkadang pembalasannya melebihi dari
perbuatan yang telah dilakukan.
2. Fase balasan Tuhan, yang dimaksud adalah bahwa pelaku harus menebus
kesalahannya dengan tujuan agar pelaku merasa kapok dan orang lain
tidak meniru perbuatannya, akan tetapi fase ini menyebabkan terlalu
mudahnya menetapkan hukuman mati atas orang lain sehingga unsur
keadilannya tidak terjaga.
3. Fase kemanusiaan, pada fase ini sudah mulai diterapkan prinsip-prinsip
keadilan dan kasih sayang dalam mendidik dan memperbaiki diri pelaku.
Selain itu, juga muncul teori dari sarjana italia, Beccaria yang mengatakan
bahwa suatu hukuman harus dibatasi dengan keadilan dan kepentingan
dan merupakan suatu kedzaliman jika suatu hukuman memlebihi apa yang
diperlukan untuk melindungi masyarakat.
4. Fase keilmuan, lahirnya tiga aliran Jtali, yaitu :

29

a. Hukuman mempunyai tugas dan tujuan ilmiah, yaitu melindungi
masyarakat dari perbuatan jarimah dan mencegah seseorang untuk
tidak mengulangi perbuatannya serla mencegah orang lain untuk
meniru perbuatannya.
b. Penjatuhan hukuman harus berdasarkan pengamatan ilmiah dan praktis
serta kenyataan yang terjadi, seperti faktor-faktor yang membuat
pelaku melakukan jarimah.
e. Kegiatan masyarakat dalam menanggulangi jarimah selain kepada
pelakunya juga kepada kondisi-kondisi yang menimbulkan jarimah
terseb