Implementasi pembelajaran aktif (Active Learning) dalam mata pelajaran pendidikan agama islam di Sma Negeri 1 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. - Raden Intan Repository

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

  dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, lingkungan sosial masyarakat, negara dan bangsa. Negara Indonesia sebagai Negara yang berkembang dalam pembangunan, membutuhkan sumber daya manusia berkualitas yang dapat diandalkan. Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia suatu bangsa adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peranannya di

  1

  masa yang akan datang. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan.

  Melalui pendidikan usaha untuk menciptakan sumber daya manusia berkualitas dapat diandalkan, Sekolah sebagai salah satu pendidikan formal yang memiliki peranan sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukaif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dilakukan. 1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 14.

  Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Kegiatan ini melibatkan guru yang tugasnya antara lain membimbing, mendidik siswa dan menyampaikan materi termasuk menciptakan suasana belajar yang kondusif untuk peserta didik.

  Pembelajaran merupakan aktivitas yang utama dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah.

  Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan sistem lingkungan atau kondisi belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan

  2 dengan mengajar yang merupakan proses membimbing kegiatan belajar.

  Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu pokok materi (mata pelajaran) yang diajarkan di sekolah, baik sekolah dasar, sekolah menengah maupun sekolah tinggi. PAI merupakan pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan seorang siswa dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun

  3 di akhirat kelak.

  Realitas yang terjadi dalam pembelajaran PAI selama ini, praktek mengajar di sekolah-sekolah pada umumnya lebih banyak berpusat pada guru,

  4

  atau berkonotasi pada teacher centered (berpusat pada guru). Padahal siswa bukanlah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja 2 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 25. 3 4 Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 86.

  Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), h. 10. yang dianggap perlu oleh guru, yang hanya duduk-duduk mendengar, mencatat dan menghafal apa yang disampaikan oleh guru. Siswa pasif di dalam kelas dan hanya menyaksikan ceramah guru di depan kelas. Hal ini dapat ditangani dengan mengubah pola atau sistem pembelajaran yang bersifat aktif. Dalam pembelajaran aktif siswa tidak hanya dijejali dengan materi

  • – materi yang beraneka ragam akan tetapi lebih cenderung kepada metodenya.

  Dalam proses pembelajaran di kelas, guru sering menghadapi peserta didik yang mengalami gangguan perhatian, sehingga peserta didik kurang dapat memusatkan perhatiannya dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Akibatnya, peserta didik tersebut kurang dapat mengetahui dan memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru, sehinggapeserta didik memperoleh prestasi hasil belajar yang rendah. Gejala yang dialami peserta didik di kelas seperti yang tercantum di atas, haruslah diketahui dan dipahami oleh guru sebagai pendidik untuk mencegah dan mengatasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

  Selain itu, peserta didik yang menunjukkan sikap apatis, acuh tak acuh dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas juga merupakan masalah, masalah lain yang harus di atasi oleh guru sebagai pendidik, yaitu berupa minat dan motivasi belajar rendah yang dimiliki oleh peserta didik. Untuk mengatasi gejala minat dan motivasi belajar rendah yang ditunjukkan oleh peserta didik tersebut, yang sangat mempengaruhi kualitas proses dan hasil belajar perta didik di kelas, maka guru harus dapat menerapkan suatu metode, strategi, pendekatan, dan model pembelajaran di kelas yang dapat menumbuhkembangkan minat belajar dan motivasi belajar peserta didik untuk belajar di kelas.

  Strategi pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Banyak model dan strategi yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Namun tidak semua strategi tersebut cocok untuk mengajarkan semua materi pelajaran dan untuk semua siswa.

  Strategi tersebut harus dipilih dengan cermat agar dapat digunakan secara optimal dalam kegiatan pembelajaran.

  Salah satu kendala yang dihadapi para guru dalam mengimplementasikan metode, strategi atau model pembelajaran yang efektif ialah variasi karakteristik dan perbedaan individu, misalnya perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing. Oleh karena itu, situasi belajar yang disajikan dapat

  5 menjadi penghambat atau pelancar prestasinya.

  Begitu juga yang terjadi di SMA Negeri 1 Banjar Margo yang terdiri dari berbagai latar belakang peserta didik dengan kemampuan yang berbeda-beda tentunya menjadi kendala tersendiri bagi guru untuk memberikan bimbingan dalam pembelajaran. SMAN 1 Banjar Margo terletak di jalan Lintas Timur Km 159 Kabupaten Tulang Bawang, yang letaknya dekat dengan wilayah perbatasan kabupaten dan cukup jauh dengan Kota Kabupaten. Posisi sekolah yang berada

  • – jauh dari jantung perkotaan, sangat perlu adanya pengembangan program

  6 program pembelajaran. 5 Sunarto dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 15. 6 Obsevasi, Prapenelitian, tanggal 1 Agustus 2016.

  SMAN 1 Banjar Margo adalah salah satu sekolah di bawah naungan pemerintah, yang terdiri dari berbagai latar belakang peserta didik dengan kemampuan yang berbeda-beda, hal ini tentunya menjadi kendala tersendiri bagi guru untuk memberikan bimbingan dalam pembelajaran. Beberapa kendala yang sering dihadapi guru dalam mengimplementasikan pendekatan, metode, strategi atau model pembelajaran yang efektif yaitu kurangnya persiapan guru dalam merencanakan skenario pembelajaran dan kurangnya motivasi siswa disebabkan latar belakang yang berbeda, seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi dan tingkat kecerdasan. Berkaitan dengan masalah ini, merupakan sebuah tantangan dan pengalaman bagi guru PAI SMAN 1 Banjar Margo dalam mengembangkan suatu metode, strategi, pendekatan, dan model pembelajaran di kelas yang dapat menumbuhkembangkan minat belajar dan

  7 motivasi belajar peserta didik untuk belajar di kelas.

  Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengkaji lebih jauh tentang Implementasi Pembelajaran Aktif(Active Learning) Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam diSMA Negeri 1 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang.

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

  1. Guru masih menggunakan metode konvensional atau ceramah.

  7 Obsevasi, Prapenelitian, tanggal 1 Agustus 2016

  2. Materi pokok yang diajarkan sulit dipahami oleh peserta didik karena strategi dan model pembelajaran yang di gunakan belum tepat.

  3. Guru mengalami kendala dalam mengimplementasikan metode, strategi atau model pembelajaran yang efektif.

  4. Strategi mengajar yang digunakan kurang tepat sehingga motifasi belajar siswa rendah.

  5. Pembelajaran masih terpusat pada guru yang menyebabkan siswa cenderung pasif dalam belajar.

C. Batasan Masalah

  Berdasarkan dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas,peneliti membatasi masalah agar permasalahan yang dianalisis dapat terarah sesuai dengan sasaran dan tujuan yang diharapkan. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Implementasi Pembelajaran Aktif (Active Learning) di SMA Negeri 1 Banjar Margo.

  2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang.

D. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah diatas, makarumusan masalahpada penelitian ini adalah : Bagaimanakah implementasi pembelajaran aktif (Active Learning) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Banjar Margo

  Kabupaten Tulang Bawang ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

  Tujuan penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran aktif (Active Learning) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang.

2. Manfaat penelitian a.

  Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya pada bidang Pendidikan Agama Islam serta sebagai acuan pada penelitian yang sejenis.

  b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi pihak yang terkait yaitu:

  1. Bagi Guru Sebagai pertimbangan Guru dalam pelaksanaan pembelajaran dalam menggunakan strategi dan modelpembelajaran di sekolah yang lebih efektif dan sebagai bahan masukan agar guru dapat memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga hasil belajar dapat tercapai dengan maksimal. Dengan diketahui strategi pembelajaran yang tepat, guru diharapkan mampu mengatasi kesulitan atau kendala yang dihadapi pada saat proses kegiatan belajar berlangsung.

  2. Bagi Sekolah Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan, sehubungan dengan faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. juga Sebagai tambahan informasi kepada lembaga pendidikan di Sekolah Menengah Atas pada khususnya dalam rangka meningkatkan kualitas belajar mengajar.

  3. Bagi Peneliti Sebagai sumbangan informasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi atau model pembelajaran aktif (aktive learnig) yang dapat diterapkan di sekolah.

F. Kerangka Pikir

  Dalam penelitian ini agar mudah memahami konsep implementasi pembelajaran aktif dalam pembelajaran pendidikan agama islam, penulis menyajikan dalam bentuk bagan seperti di bawah ini.

  Pendidikan Implementasi Agama Islam Pembelajaran Aktif 1.

  a.

  Tujuan PAI Merencanakan Program 2.

  b.

  Ruang Lingkup PAI Mengidentifikasi 3.

  c.

  Karakteristik PAI Melaksanakan d.

  Mengevaluasi

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Aktif (Active Learning)

1. Pengertian Active Learning

  Kata active diadopsi dari bahasa inggris dengan kata sifat yang aktif,

  8

  gesit, giat, bersemangat dan learning berasal dari kata learn yang berarti

  9

  mempelajari. Dari kedua kata tersebut, yaitu active dan learning dapat diartikan dengan mempelajari sesuatu dengan active atau bersemangat dalam hal belajar.

  Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara/ strategi secara aktif. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/ anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

  Konsep active learning atau cara belajar siswa aktif, dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah pada pengoptimalisasian pelibatan intelektual dan emosional siswa dalam proses pembelajaran, 8 John M. Echols dan Hasan shadily,Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta : Gramedia,tt), h.

  9 9 Ibid.

  diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan , keterampilan, sikap

  10

  dan nilai. Active learning bukanlah sebuah ilmu dan teori tetapi merupakan salah satu strategi partisipasi peserta didik sebagai subyek didik secara optimal sebagai peserta didik mampu merubah dirinya(tingkah laku cara berfikir dan bersikap) secara lebih efektif. Keterlibatan peserta didik secara

  active dalam proses pengajaran yang diharapkan adalah keterlibatan secara

  mental (intelektual dan emosional) yang dalam beberapa hal yang di ikuti dengan sebuah keaktifan fisik. Sehingga peserta didik benar benar berperan serta dan berpartisipasi aktif dalam proses pengajaran, dengan menempatkan kedudukan peserta didik sebagai subyek, dan sebagai pihak yang penting

  11 dan merupakan inti dalam kegiatan belajar mengajar.

  Pada hakekatnya konsep ini adalah untuk mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar baik dilakukan guru atau siswa. Jadi dalam active

  learning tampak jelas adanya guru aktif mengajar disatu pihak dan siswa

  aktif belajar dilain pihak. Konsep ini bersumber dari teori yang berpusat pada siswa (student centered approach) , student centered

  approach merupakan suatu pendekatan pembelajaran. Pendekatan

  pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, dalam mewadahi, 10 Mudjiono Dimyanti,Belajar Dan Pembelajran, ( Jakarta:PT Rineka Cipta, 1999), h.

  115 11 Ahmad Rohani HM,Pengelolahan Pengajaran,( Jakarta: PT Rineka cipta, 1995), h.

  61-62 menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan

  12 cakupan teori tertentu.

  Dilihat dari pendekatannya, terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran yaitu, pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (tacher centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered

  approach) .

  Gambaran mengenai pendekatan pembelajaran yang lebih jelas terdapat dalam artikel pendidikan yang diterbitkan oleh Saskatchewan

  edukation yang dikutip oleh Abdul Majid yaitu pendekatan pembelajaran

  digambarkan sebagai kerangka besar tentang tugas profesional guru yang di dalamnya meliputi : model

  • – model pembelajaran, strategi – strategi pembelajaran, dan keterampilan – keterampilan mengajar.

  Pendekatan pembelajaran juga merupakan sekenario pembelajaran yang akan dilaksanakan guru dengan menyusun dan memilih model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, maupun keterampilan mengajar tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi herarkis dari masing masing

  13

  istilah tersebut, dapat divisualisasikan sebagai berikut :

  12 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung : PT.

  Remaja Rosdakarya, 2014), h. 125. 13 Ibid, h. 126

  Model Pe m bel aj ar an Model Pe m bel aj ar an

Model Pembelajaran

  

Pendekatan Pembelajaran

( Student or Teacher center )

Strategi Pembelajaran

(exposition-discovery learning or

  

Group-individual learning

  Metode Pembelajaran (ceramah, diskusi, simulasi, dsb.)

  Teknik dan Taktik Pembelajarn (spesifik, individual, unik)

  

Model Pembelajaran

  Pada kurikulum berpusat pada anak, siswa mempunyai peran sangat penting dalam menentukan bahan pelajaran. Oleh karena itu aktivitas siswa merupakan faktor dominan dalam pengajaran, sebab siswa itu sendiri mampu membuat perencanaan, menentukan bahan pelajaran dan corak proses belajar mengajar yang diinginkan. Penerapan active learning sendiri berdasarkan pada teori gestalt (insightful learning theory) yang menekankan pentingnya belajar melalui proses untuk memperoleh pemahaman.

  Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk

  memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.

  Dalam pembelajaran aktif(active learning) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.

  Belajar merupakan hasil dari proses interaksi antara diri individu dengan lingkungan sekitarnya. Belajar tidak hanya semata-mata sebagai sesuatu upaya dalam merespon suatu stimulus akan tetapi lebih dari itu. Belajar dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti mengalami, mengerjakan, dan memahami belajar melalui proses (learning by procces) oleh karena itu hasil belajar akan dapat diperoleh dengan baik bila siswa

  14 aktif.

14 Muhammad Ali, Guru Dalam ProsesBelajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,1996), h. 68.

  2. Ciri-Ciri Pembelajaran Active Learning

  Adapun beberapa ciri-ciri yang harus tampak dalam proses belajar aktif (active learning), yaitu: a.

  Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tetapi terkendali.

  b.

  Guru tidak mendominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan rangsangan berpikir kepada siswa dalam memecahkan masalah.

  c.

  Guru meyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa.

  d.

  Kegiatan belajar siswa bervariasi.

  e.

  Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan manusiawi.

  f.

  Adanya keberanian siswa untuk mengajukan pendapat melalui

  15 pertanyaan dan pernyataan.

  3. Karakteristik Dalam Active Learning

  Dalam active learning ada beberapa indikator yang mempengaruhinya secara optimal antara lain: a) Dari Segi Peserta Didik (Murid)

  1) Keinginan dan keberanian dalam menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya.

  2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk partisipasi 15 dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.

  Melvin L. Silbermen, Active Learning : 101 Strategies to Teach Any Subject, (Jakarta: Yapendis,1996), h. 40

  3) Penampilan berbagai usaha atau kreativitas belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kgiatan belajar mengajar hingga mencapai keberhasilannya.

  4) Kebebasan dan keleluasan melakukan hal tersebut diatas tampa tekanan guru atau pihak lainnya.

  Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika murid berpartisipasi secara aktif. Penelitian dibidang pendidikan menunjukan bahwa sikap pasif adalah merupakan cara yang buruk dalam memperoleh pengalaman belajar. Bentuk belajar secara aktif meliputi interaksi antara murid dan guru, murid dengan murid lainnya, sekolah dengan rumah, sekolah dengan masyarakat.

  Dan murid dengan segala macam alat pengajaran dengan demikian murid harus didorong untuk berpartisipasi aktif sehingga mereka dapat belajar melalui pengalaman.

  Dalam keterampilan keagamaan hendaknya dipelajari murid melalui pengalaman aktual beberapa keterampilan keagamaan dapat mereka pelajari melalui dramatisasi bermain peran atau diskusi, murid-murid hendaknya

  16

  diberikan kesempatan untuk memecahkan. Berbagai masalah sosial dengan lingkungan dan perkembangan kejiwaannya sehingga mereka menemukan sendiri dan mempelajari kekurangan-kekurangan dan bahaya- bahaya dari penarikan kesimpualan yang salah dari pengalaman demikian itu, melalui bimbingan guru, mereka dapat memperoleh kesadaran yang

16 Zakiyah Derajat , Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara,

  1996), h. 60 tinggi dan melakukan perbaikan dan pembinaan diri dengan upayanya sendiri tanpa di dorong atau dipaksa.

  b) Dari Segi Pendidik (Guru) 1)

  Usaha mendorong, membina gairah belajar dan berpartisipasi peserta didik secara aktif.

  2) Peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar peserta didik.

  3) Memberi kesempatan peserta didik untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing menggunakan beberapa jenis metode mengajar dan pendekatan multimedia.

  17

  c) Dari Segi Program Pengajaran 1)

  Tujuan pengajaran dan konsep maupun isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan subyek didik.

  2) Program cukup jelas, dapat dimengerti dan menantang peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar.

  3)

  Bahan pelajaran mengandug fakta atau informasi, konsep, prinsip dan keterampilan.

  18

  d) Dari Segi Situasi Mengajar 1)

  Iklim hubungan erat guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, guru dengan guru dan antara unsur pimpinan sekolah.

  17 Ahmad Rohani, Pengelolahan Pengajaran, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 1995), h. 63 18 Ibid, h. 64

  2) Gairah dan kegembiraan belajar peserta didik sehingga mereka memilki motivasi kuat dan keleluasan mengembangkan cara belajar masing-masing.

  e) Dari Segi Situasi Mengajar 1) Ada sumber belajar bagi peserta didik. 2) Fleksibilitas waktu untuk kegiatan belajar . 3) Dukungan berbagai jenis media pengajaran. 4)

  Kegiatan belajar peserta didik tidak terbatas dalam kelas (ruang kelas) tetapi juga diluar kelas.

  Kegiatan pengajaran dalam konteks active learning tentu selalu melibatkan peserta didik secara active untuk mengembangkan kemampuan dan penalaran seperti memahami, mengamati, menginterprestasikan konsep, merancang penelitian, melaksanakan penelitian, mengkomunikasikan hasilnya dan seterusnya, dengan mengikuti prosedur atau langkah-langkah

  19 yang teratur dan urut.

  Adapun karakteristik dari active learning menurut Prof. Dr. T. Reka Joni mengatakan antara lain: 1)

  Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan caracara belajar mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih di utamakan dalam 19 memutuskan titik tolak kegiatan.

  Ibid , h. 38

  2) Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, guru bukan satunya sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar yang harus memberikan peluang bagi siswa agar dapat meperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.

  3) Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengajar standar akademis, selain pencapaian standar akademis, kegiatan di tekankan mengembangkan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang.

  4) Pengelolahan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreatiftas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep- konsep dengan mantap.

  5) Penilaian dilaksanakan untuk mengamati dan mengatur kegiatan dan kemajuan siswa serta mengukur berbagai keterampilan yang tidak dikembangkan misalnya keterampilan berbahasa, keterampilan sosial,

  20 keterampilan lainnya serta mengukur hasil belajar siswa.

  Menurut Bonwell, pembelajaran aktif memiliki karakteristik- karakteristik sebagai berikut: 1)

  Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.

20 Dimyanti, Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran ,(Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1999), h.

  120

  2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan materi pelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran tersebut.

  3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pelajaran.

  4) Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi.

5) Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

  Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal yaitu :

  

Pertama ,interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan

  menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar.

  

Kedua , setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan

  pendidik harus dapat memberikan penilaian untuk setiap peserta didik, sehingga terdapat individual accountability.

  

Ketiga , proses pembelajaran aktif ini supaya dapat berjalan dengan efektif

  diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi, sehingga akan memupuk social skills. Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga penguasaan materi juga meningkat.

4. Langkah – langkah Pembelajaran Aktif ( Active Learning)

  Dalam konteks pembelajaran, penggunaan strategi pembelajaran sangat diperlukan karena untuk mempermudah proses pembelajaran, sehingga dapat tercapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektifdan efisien.

  Strategi pembelajaranadalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

  Pembelajaran active learning adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran ini dapat di terapkan pada proses pembelajaran dengan langkah

  • – langkah pembelajaran sebagai berikut : a.

  Merencanakan dan menetapkan spesifikasi tujuan pembelajaran yaitu perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

  b.

  Mempertimbangkan dan memilih jenisstrategi pembelajaran aktif yang dipandang paling efektif untuk setiap materi pembelajaran. c.

  Melaksanakan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaranakctive lerning yang telah dipilih.

  d.

  Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan(evaluasi dan penilaian) pada pembelajaran akctive lerning.

  B.

  Pendidikan Agama Islam Pembelajaran merupakan proses belajar yang berupa interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun atas berbagai sumber belajar, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

  21 pembelajaran.

  Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu proses interaksi antara pendidik, peserta didik dan sumber belajar yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar setelah selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan Agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

  Pendidikan pada dasarnya merupakan bimbingan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan demi tanggung jawab peradaban masa depan. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan sejauh mana 21 tingkat perkembangan pendidikan bangsa tersebut dalam membangun Oemar Hamalik, Op. Cit., h. 57. peradaban di tengah tuntunan perkembangan dan permasalahan yang kian kompleks yang dihadapi oleh setiap generasi.

  Sebelum penulis menguraikan pengertian “Pendidikan Agama Islam”, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian “Pendidikan Islam” secara umum, hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui perbedaan antara pendidikan Islam pada umumnya dengan pendidikan agama Islam.

  Banyak orang merancukan pengertian istilah “Pendidikan Agama Islam” dan “Pendidikan Islam”. Kedua istilah ini dianggap sama, sehingga tatkala seseorang berbicara tentang pendidikan Islam ternyata isinya terbatas pada pendidikan agama Islam, atau sebaliknya ketika seseorang berbicara tentang pendidikan agama Islam justru yang dibahas di dalamnya adalah tentang pendidikan Islam. Padahal kedua istilah ini memiliki substansi

  22 yang berbeda.

  Menurut Muhaimin istilah pendidikan Islam dapat dipahamidalam beberapa perspektif, yaitu: a.

  Pendidikan menurut Islam, atau pendidikan yang berdasarkan Islam, atau sistem pendidikan yang islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumbernya, yaitu al-Qur`an dan al-Hadis. Dalam pengertian ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori

22 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan,

  (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), Cet. ke-1, h. 4 pendidikan yang mendasarkan diri, dibangun dan dikembangkan dari sumber tersebut.

  b.

  Pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam, yakni upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian ini dapat berwujud: 1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu seorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan atau menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari, 2) segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak. Pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktek penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam.

  Dalam arti proses bertumbuhkembangnya pendidikan Islam dan umatnya, baik Islam sebagai agama, ajaran, maupun sistem budaya dan peradaban, sejak zaman nabi Muhammad SAW. sampai sekarang. Jadi, dalam pengertian ini istilah pendidikan Islam dapat dipahami sebagai proses pembudayaan dan pewarisan ajaran agama, budaya dan peradaban umat

  23 Islam dari generasi ke generasi sepanjang sejarah.

23 Ibid ., h. 6.

  Dalam konteks kajian atau penelitian untuk pengembanganpendidikan Islam, Azyumardi Azra mengemukakan bahwa pola kajiankependidikan Islam di Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam literatur yang tersedia, selama ini lebih banyak berfokus pada tigakategori, yaitu: 1) kajian-kajian sosio historis pendidikan Islam; 2)kajian pemikiran dan teori

  24 kependidikan Islam; 3) kajian metodologispendidikan Islam.

  Jika dikaitkan dengan ketiga pengertian pendidikan Islam olehMuhaimin di atas, maka kajian pemikiran dan teori terkait denganpengertian pendidikan Islam yang pertama; kajian metodologis terkaitdengan pengertian pendidikan Islam yang kedua; kajian sosio historisterkait dengan pengertian pendidikan Islam yang ketiga. Sedangkanpendidikan Islam bagi Ahmad Tafsir ialah bimbingan yang diberikanoleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimalsesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat, pendidikan Islam ialah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi Muslim

  25 semaksimalmungkin.

  Jadi Pendidikan Islam adalah nama sistem, yaitu sistempendidikan yang islami, yang memiliki komponen-komponen yangsecara keseluruhan mendukung terwujudnya sosok muslim yang ideal.Pendidikan Islam ialah pendidikan yang teori-teorinya disusunberdasarkan al-Qur`an dan al- 24 Hadits.

  Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos, 1999), Cet. ke-1, h. 86 25

  40Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. ke-2, h. 32 Dalam pedoman pendidikan agama Islam di sekolah umumdisebutkan pengertian pendidikan agama Islam adalah usaha sadar danterencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,mamahamai, menghayati, mengamalkan hingga mengimani ajaranagama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganutagama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragamadalam masyarakat

  26 untuk mewujudkan persatuan nasional.

  Pendidikan Agama Islam dibakukan sebagai nama kegiatanmendidikkan agama Islam dan merupakan sebagai salah satu matapelajaran yang seharusnya dinamakan mata pelajaran atau bidang studi“Agama Islam”, karena yang diajarkan adalah agama Islam bukanpendidikan Islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha dalammendidikkan agama Islam disebut sebagai Pendidikan Agama Islam.

  Menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usahauntuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahamiajaran Islam secara menyeluruh.

  Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnyadapat mengamalkan serta

  27 menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

  Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, 26 mengimani, bertaqwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam

  Muhaimin et. al, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan AgamaIslam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. ke-2, h. 76 27 Abdul Majid,Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet ke-2, h. 12.

  dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan

  28 bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.

  Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di gabungkan dengan budi pekerti, sehingga mata pelajarannya menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan pendidikan yang secara mendasar menumbuhkembangkan akhlak peserta didik melalui pembiasaan dan pengamalan ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah). Oleh karena itu,Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai suatu mata pelajaran diberikan pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan

  29 SMK/MAK,baik yang bersifat kokurikuler maupun ekstrakurikuler.

  Mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti pada tingkat SMA/MA, dan SMK/MAK materinya meliputi 5 aspek yaitu : Al-Quran dan Hadits, tauhid (keimanan), Fiqh, Akhlak, dan tarikh (sejarah peradaban Islam).

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

  Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolahdapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu: a.

  Dasar Yuridis/Hukum Dasar pelaksanaan pendidikan Agama Islam berasal dari perundang- undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam 28 Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran pendidikan Agama Islam

  SMA/MA, dan SMK/MAK ,(Jakarta : Depdiknas, 2003), h.4 29 Silabus Mata Pelajaran Kurikulum 2013, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/MA/SMK/MAK , (Jakarta : Kemendikbud Rrevisi 2016), h. 1 melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu: 1)

  Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama. 2)

  Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: a)

  Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa

  b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama

  30 dan kepercayaan itu.

  c) Dasar operasional, umumnya mengalami perubahan-perubahan tertentu. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan sistem pendidikan yang dianut oleh bangsa Indonesia, yaitu terdapat dalam Tap MPR No. IV/MPR 1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No. IV/MPR 1978 jo. Ketetapan MPR No II/MPR/1988, diperkuat oleh Tap MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR 1993 tentang GBHN yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan dalam kurikulum

30 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: PT. Rosdakarya, 1994) h. 5.

  sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga

  31 perguruan tinggi.

  Selanjutnya, setelah berkali-kali mengalamipenyempurnaan, keluar undang-undang No. 2 tahun 1989 tentangpendidikan nasional pada bab IX pasal 39 ayat 2 dinyatakan: isikurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajibmemuat; 1) Pendidikan Pancasila, 2) Pendidikan Agama, 3)Pendidikan

32 Kewarganegaran. Yang terakhir yaitu dikeluarkannya undang-

  undang SISDIKNAS (Sistem PendidikanNasional) 2003 yang disebut UU RI. No. 20 Tahun 2003.

  Maksud undang-undang tersebut yang berkaitan langsungdengan pelaksanaan pendidikan agama di sekolah umum adalahPendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Ketiga materi tersebut mengarahkan perhatianpada moral yang diharapkan terwujud dalam kehidupan seharihariyaitu prilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dariberbagai golongan agama, prilaku yang bersifat kemanusiaanyang adil dan beradab, prilaku yang mendukung persatuanbangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam 31 kebudayaan dankepentingan; baik kepentingan golongan maupun

  Abdul Majid dan Dian Andani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. ke-3, h.

133. 32 Zuhairini , Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. ke-7, h. 7.

  perorangansehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan dapatdiatasi melalui musyawarah dan mufakat.

  b.

  Dasar Religius Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yangbersumber dari

  Al-Quran dan Al-Hadits. Konsep manusia sebagai makhluk kultural terlihat dalam pernyataan Al-Quran bahwa manusia dilengkapi dengan sarana penegetahuan berupa pendengaran, pengelihatan, dan budi sehingga mereka dapat memperoleh pengetahuan meskipun dilahirkan dalam keadaan tidak tahu sama sekali seperti dikemukakan dalam Al-Quran surah An-nahl (16) : 78 yaitu :

   

  Artinya :

  “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu 33 pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.

  Juga dalam hadits rasulullah yang diriwayatkan oleh Buhari yaitu : Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar berkata, telah

  menceritakan kepada kami Abdul Warits berkata, telah menceritakan kepada kami Khalid dari 'Ikrimah dari Ibnu 33 'Abbas berkata: Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi Departemen Agama RI, Al-

  Qur’an Tafsir PerkataTajwid Kode Angka,(Banten : PT.Kalim, 2011), h. 276.

  wasallam berada di sampingku lalu bersabda: Ya Allah, ajarkanlah dia Kitab”. ( H.R. Buhari Bab Ilmu)

  c.

  Dasar Psikologis Dasar psikologis artinya dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini di dasarkan bahwa dalam hidupnya manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tenteram, sehingga memerlukan adanya pedoman hidup.

  Sebagaimana dikemukakan oleh Ramayulis, bahwa pendidikan agama Islam berfungsi memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan

  34

  hidup di dunia dan akhirat. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang modern. Mereka merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat yang Maha Kuasa.

  Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenangdan tenteram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.

  Danhal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q. S. Ar-Ra`d ayat 28,yang artinya yaitu: 34 

  

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,(Jakarta : Kalam Mulia, 2014), h.22 Artinya :

  “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah- lah hati menjadi tenteram”.

Dokumen yang terkait

Implementasi strategi pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah

1 7 86

A. Jenis Penelitian - Peranan kepala sekolah dan kompetensi guru dalam meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama islam di Sma Negeri 1 Pekalongan Kabupaten Lampung Timur - Raden Intan Repository

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Implementasi pembelajaran pendidikan agama islam dalam pembentukan karakter siswa di Sma Negri 1 Tanjung bintang Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 10

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Prosedur Penelitian - Implementasi pembelajaran pendidikan agama islam dalam pembentukan karakter siswa di Sma Negri 1 Tanjung bintang Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 11

Implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti dalam pembinaan akhlak peserta didik di Sma Negri 1 Kalianda Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 6

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti dalam pembinaan akhlak peserta didik di Sma Negri 1 Kalianda Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 26

Pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam dan budaya religius sekolah terhadap kecerdasan emosional peserta didik Smpn 2 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang - Raden Intan Repository

0 0 14

Pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam dan budaya religius sekolah terhadap kecerdasan emosional peserta didik Smpn 2 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang - Raden Intan Repository

0 0 14

Pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam dan budaya religius sekolah terhadap kecerdasan emosional peserta didik Smpn 2 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang - Raden Intan Repository

0 0 43

Pengaruh pembelajaran pendidikan agama islam dan budaya religius sekolah terhadap kecerdasan emosional peserta didik Smpn 2 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang - Raden Intan Repository

0 0 18