PEMERIKSAAN PARASIT PADA KOMODITAS PERIKANAN KONSUMSI DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BKIPM) KELAS I DENPASAR, BALI LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PEMERIKSAAN PARASIT PADA KOMODITAS PERIKANAN
KONSUMSI DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN
MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BKIPM)
KELAS I DENPASAR, BALI

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

Oleh:
DWI ADI WIGUNA
GRESIK – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

PKL


PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
N a m a

: DWI ADI WIGUNA

N I M

: 141211132030

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan PKL yang berjudul :
PEMERIKSAAN PARASIT PADA KOMODITAS PERIKANAN KONSUMSI
DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN (BKIPM) KELAS I DENPASAR, BALI, adalah benar hasil
karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam laporan PKL tersebut

diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk berupa
pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan mengulang
pelaksanaan PKL.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PEMERIKSAAN PARASIT PADA KOMODITAS PERIKANAN
KONSUMSI DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN
MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BKIPM)
KELAS I DENPASAR, BALI


Praktek Kerja Lapang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan Pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh:
DWI ADI WIGUNA
NIM. 141211132030

ii
PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PEMERIKSAAN PARASIT PADA KOMODITAS PERIKANAN
KONSUMSI DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN

MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BKIPM)
KELAS I DENPASAR, BALI

Oleh :
DWI ADI WIGUNA
NIM : 141211132030

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

Telah diujikan pada
Tanggal : 1 September 2015
KOMISI PENGUJI
Ketua
Anggota

: Dr. Kismiyati, Ir, M.Si
: Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP.
Muhammad Arief, Ir., M.Kes.


iii
PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RINGKASAN

DWI ADI WIGUNA. Pemeriksaan Parasit Pada Komoditas Perikanan
Konsumsi Di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar Bali. Dosen Pembimbing Dr. Kismiyati,
Ir., M.Si.
Lalu lintas komoditas perikanan konsumsi baik ekspor maupun impor
memerlukan penanganan khusus untuk mencegah masuk, keluar dan tersebarnya
hama dan penyakit ikan karantina dari wilayah negara Republik Indonesia. Salah
satu hama dan penyakit ikan karantina yang menyebabkan kerugian baik dari segi

penurunan produksi maupun hasil dari budidaya perikanan adalah serangan
terhadap parasit. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan parasit pada
komoditas perikanan konsumsi.
Praktek kerja Lapang ini di laksanakan di Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar
Bali pada tanggal 12 Januari-20 Februari 2015. Tujuan dari Praktek kerja lapang ini
adalah untuk mengetahui frekuensi pemeriksaan dan mengetahui faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam pemeriksaan parasit pada komoditas perikanan konsumsi
yang dilalu-lintaskan di Balai Karantina Ikan.Metode kerja yang digunakan dalam
Praktek Kerja Lapang ini adalah dengan melakukan pemeriksaan dan pengamatan
langsung sehingga diperoleh data primer dan data sekunder. Pengambilan data
dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara, partisipasi aktif dan observasi.
Pemeriksaan parasit pada komoditas perikanan konsumsi di Balai Karantina
Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I
Denpasar Bali yaitu dengan melakukan pengamatan dan identifikasi langsung
menggunakan mikroskop cahaya. Frekuensi pemeriksaan parasit pada komoditas
perikanan konsumsi dilakukan sesuai dengan permintaan pengguna jasa.

iv
PKL


PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SUMMARY

DWI ADI WIGUNA. Parasites Inspection in Consumption Fisheries
Commodities in Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan
Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar Bali. Academic Advisor Dr.
Kismiyati, Ir., M.Si.
Traffic of consumption fisheries commodities both export and import
requires special handling to prevent entering, exiting and also spreading of pests
and diseases of quarantine fish from Indonesian territory. One of the quarantine
pests and diseases that cause loss both in terms of decreasing production as well as
aquaculture result is attacking the parasite. Therefore, it is necessary to do the
parasites inspection in consumption fisheries commodities.
The field work practice was conducted at Balai Karantina Ikan Pengendalian

Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar Bali on 12th
January to 20th February, 2015. The purposes of this field work practice are to
determine the frequency of inspection and determine the factors which is considered
in parasites inspection for consumption fisheries commodities which passed
through Balai Karantina. The work method was implemented in this field work
practice by doing the inspection and observe directly in order to obtain the primary
and secondary data. The data collection was done by literature study, interview,
active participation and observation.
The parasites inspection in consumption fisheries commodities at Balai
Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM)
Kelas I Denpasar Bali has been done by direct observation and identification using
a light microscope. The parasites inspection frequency in consumption fisheries
commodities was carried out in accordance to the demand of user service.

v
PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang (PKL)
tentang Pemeriksaan Parasit Pada Komoditas Perikanan Konsumsi Di Balai
Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM)
Kelas I Denpasar Bali. Penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya
kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis pada saat pelaksanaan maupun
penyelesaian Praktek Kerja Lapang (PKL) ini. Laporan Praktek Kerja Lapang
(PKL) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Praktek Kerja Lapang (PKL) ini
masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi
kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan

serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya
perairan.

Surabaya, Juli 2016

Penulis

vi
PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.


Ibu Dr. Mirni Lamid. drh., MP selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

2.

Bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku koordinator pelaksana Praktek Kerja
Lapang dan selaku dosen wali.

3.

Dr. Kismiyati, Ir., M.Si. selaku dosen pembimbing PKL yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi mulai dari penyusunan
usulan hingga selesainya laporan Praktek Kerja Lapang.

4.

Ibu Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. dan Muhammad Arief, Ir., M.Kes.
selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran atas
perbaikan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini.

5.

Bapak Ir. Habrin Yake, M.M. selaku Kepala Balai dan Bapak Didik Srinoto,
S.Pi, MP. selaku Kasie Tata Pelayanan Balai Karantina Ikan Pengendalian
Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar, Bali

6.

Ibu Ide Fammy Panjaitan, S.Pi dan Ibu Sulis Nurhidayah, S.Pi dan semua
staff serta pegawai Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan
Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar, Bali selaku
pembimbing teknis di lapangan yang senantiasa membimbing dan
memberikan bantuan selama pelaksanaan PKL.

7.

Semua pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan hingga penulisan
laporan Praktek Kerja Lapang ini dapat terselesaikan yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
vii

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................

iii

RINGKASAN ........................................................................................

iv

SUMMARY ...........................................................................................

v

KATA PENGANTAR ...........................................................................

vi

UCAPAN TERIMAKASIH ...................................................................

vii

DAFTAR ISI ..........................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................

xiii

I PENDAHULUAN ...............................................................................

1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................

1

1.2 Tujuan .......................................................................................

2

1.3 Manfaat .....................................................................................

3

II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

4

2.1 Ikan Kerapu Tikus (Chromileptes altivelis) ...............................
2.1.1 Klasifikasi ........................................................................
2.1.2 Morfologi .........................................................................
2.1.3 Habitat dan Penyebaran ...................................................

4
4
4
5

2.2 Ikan Kakap Merah (Lutjanus erythropterus) .............................
2.2.1 Klasifikasi ........................................................................
2.2.2 Morfologi .........................................................................
2.2.3 Habitat dan Penyebaran ...................................................

6
6
6
7

2.3 Lobster (Panulirus ornatus) ......................................................

8

viii
PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.3.1 Klasifikasi ........................................................................
2.3.2 Morfologi .........................................................................
2.3.3 Habitat dan Penyebaran ...................................................

8
8
10

2.4 Parasit Pada Ikan Kerapu Tikus (C. altivelis), Ikan Kakap
Merah (L. erythropterus), dan Lobster (P. ornatus).................
2.4.1 Ergasilus salmini .............................................................
A. Klasifikasi ...................................................................
B. Morfologi ....................................................................
C. Inang dan Predileksi....................................................

10
11
11
12
12

2.4.2 Caligus evelynae ..............................................................
A. Klasifikasi ...................................................................
B. Morfologi ....................................................................
C. Inang dan Predileksi....................................................

13
13
14
14

2.4.3 Octolasmis cor .................................................................
A. Klasifikasi ...................................................................
B. Morfologi ....................................................................
C. Inang dan Predileksi....................................................

15
15
16
16

2.4.4 Gyrodactylus longipes .....................................................
A. Klasifikasi ...................................................................
B. Morfologi ....................................................................
C. Inang dan Predileksi....................................................

17
17
18
18

2.4.5 Benedenia seriolae ...........................................................
A. Klasifikasi ...................................................................
B. Morfologi ....................................................................
C. Inang dan Predileksi....................................................

19
19
20
20

2.5 Metode Pemeriksaan .................................................................
2.5.1 Pemeriksaan Langsung dengan Metode Pewarnaan
Semichen-Acetic Carmine................................................
2.5.2 Pemeriksaan Feses............................................................
2.5.3 Metode Pengapungan (Floatation)...................................
2.5.4 Metode Pengendapan (Sedimentasi)................................
2.5.5 Metode Pemeriksaan pada Ulas Darah dan Pewarnaan
Giemsa.............................................................................

20
20
21
21
22

III PELAKSANAAN KEGIATAN ........................................................

23

3.1 Tempat dan Waktu ....................................................................

23

3.2 Metode Kerja ............................................................................

23

3.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................

24

3.4 Data Primer ...............................................................................
3.4.1 Observasi .........................................................................
3.4.2 Wawancara .....................................................................
3.4.3 Partisipasi Aktif ..............................................................

24
25
25
25

22

ix
PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.5 Data Sekunder ...........................................................................

26

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................

27

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang ........................
4.1.1 Sejarah Pendirian ............................................................
4.1.2 Tugas dan Fungsi .............................................................
4.1.3 Visi dan Misi ...................................................................
4.1.4 Tujuan dan Sasaran .........................................................
4.1.5 Letak Geografis ................................................................
4.1.6 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja .............................
4.1.7 Sarana dan Prasarana .......................................................
A.Laboratorium Nekropsi / Parasitologi .........................
B. Laboratorium Bakteriologi .........................................
C. Laboratorium Kualitas Air ..........................................
D. Laboratorium Virologi ................................................
E. Laboratorium Histologi ...............................................
F. Ruang Sterilisasi ..........................................................
G. Ruang Penyimpanan Bahan ........................................
H. Ruang Penerimaan Sampel .........................................

27
27
28
29
30
32
33
33
33
34
34
35
35
35
36
36

4.2 Alur Kegiatan Pemeriksaan Media Pembawa ............................
4.2.1 Pelaporan..........................................................................
4.2.2 Pengambilan Sampel di Lapangan ...................................
4.2.3 Pemeriksaan Teknis Lapangan dan Laboratorium ...........
4.2.4 Penerbitan Sertifikat Kesehatan Ikan ...............................

36
37
37
38
39

4.3 Metode Pemeriksaan Parasit ......................................................
4.3.1 Persiapan Alat dan Sampel .............................................
4.3.2 Pembedahan (nekropsi) ...................................................
4.3.3 Data Pengamatan Parasit..................................................

39
40
42
45

4.4 Biaya Pemeriksaan .....................................................................

48

4.5 Hasil Intersepsi atau Pengumpulan Data HPI/HPIK..................

48

4.6 Tindakan Karantina ...................................................................

50

4.7 Kendala Proses Pemeriksaan .....................................................

51

V SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

52

5.1 Kesimpulan ...............................................................................

52

5.2 Saran .........................................................................................

52

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

54

LAMPIRAN ...........................................................................................

57

x
PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1. Daftar komoditas perikanan konsumsi yang diperiksa selama
kegiatan PKL .....................................................................................

46

2. Daftar parasit yang ditemukan selama kegiatan PKL .........................

46

xi
PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

4.1 Kantor Balai KIPM Kelas I Denpasar ...............................................

32

4.2 Sampel yang akan diperiksa pada trolley ..........................................

41

4.3 Alat nekropsi dalam pemeriksaan parasit .........................................

42

4.4 Proses pengukuran sampel ................................................................

42

4.5 Pencatatan dalam buku induk nekropsi ............................................

43

4.6 Nekropsi pada lobster (Panulirus sp.)...............................................

44

4.7 Pemeriksaaan menggunakan mikroskop ...........................................

45

4.8 Diagram batang frekuensi komoditas perikanan konsumsi .............

47

4.9 Diagram batang frekuensi komoditas perikanan konsumsi yang
terinfeksi parasit .................................................................................

47

xii
PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1. Surat Keterangan .............................................................................

57

2. Evaluasi Praktek Kerja Lapang .......................................................

58

3. Denah Lokasi BKIPM Kelas I Denpasar, Bali ................................

60

4. Lay Out Balai KIPM Kelas I Denpasar ...........................................

61

5. Surat Permohonan Pemeriksaan.......................................................

63

6. Surat Perintah Pemeriksaan Dokumen .............................................

64

7. Surat Perintah Pengambilan Sampel ................................................

65

8. Formulir Pengambilan sampel .........................................................

66

9. Surat Perintah Pemeriksaan Klinis...................................................

67

10. Tanda Terima Pemeriksaan Sampel... ..............................................

68

11. Surat Pemeriksaan Laboratorium... ..................................................

69

12. Laporan Hasil Uji (LHU)... ..............................................................

70

13. Mekanisme Prosedur Pelayanan Sertifikat Kesehatan Ikan ... .........

71

14. Data Pemeriksaan Parasit Pada Komoditas Perikanan
Konsumsi... ......................................................................................

72

15. Jenis dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada
Departemen Kelautan dan Perikanan... ............................................

76

16. Sertifikat Kesehatan Ikan... ..............................................................

77

xiii
PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perikanan budidaya terus didorong untuk meningkatkan produksinya dan
juga dituntut untuk menjaga kualitas produksinya secara berkelanjutan dan ramah
lingkungan. Produksi perikanan budidaya juga terus digalakkan untuk dapat
mengganti ataupun menambahkan produksi ikan hasil penangkapan. Produksi
perikanan budidaya tahun 2014, data sementara adalah 14,5 juta ton, atau 107,97%
dari target yang telah ditetapkan sebesar 13,4 juta ton. Sedangkan target produksi
perikanan budidaya tahun 2015 adalah sebesar 16,9 juta ton (Kementrian Kelautan
dan Perikanan, 2014).
Tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan produksi adalah
faktor lingkungan, faktor host atau inang dan faktor penyakit. Faktor lingkungan
mencakup kondisi lingkungan budidaya beserta parameter fisika, kimia dan
biologis. Faktor host atau inang adalah kondisi kesehatan ikan yang dibudidayakan
dan faktor penyakit adalah serangan virus, bakteri atau jamur yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan dari faktor-faktor tersebut. Penyakit merupakan salah satu
masalah yang selalu dihadapi oleh pembudidaya ikan. Terlebih lagi apabila sistem
budidaya ikan tersebut sudah mencapai tahapan budidaya intensif. Infeksi penyakit
dengan intensitas serangan yang tinggi akan mengakibatkan kerugian yang
signifikan. Selain mengakibatkan wabah yang mematikan infeksi penyakit juga
akan menurunkan nilai jual ikan hidup (Sumiati dan Aryati, 2010).
Agen penyebab penyakit infeksius dapat disebabkan oleh organisme
patogen dari golongan bakteri, parasit, jamur dan virus. Patogen parasitik jarang

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2

mengakibatkan wabah penyakit yang sporadis namun pada intensitas penyerangan
yang tinggi dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan karena dapat
mengakibatkan kematian. Di samping itu, infeksi parasit juga dapat menurunkan
bobot, performance serta menurunkan ketahanan tubuh ikan dan akan dimanfaatkan
sebagai port of entry bagi penginfeksi sekunder oleh patogen lain seperti jamur dan
bakteri (Sumiati dan Aryati, 2010).
Akibat serangan parasit dan penyakit adalah menurunnya produksi dan
kualitas hasil budidaya perikanan. Untuk mengatasi kerugian-kerugian yang
ditimbulkannya mutlak diperlukan pengetahuan-pengetahuan tentang parasit dan
penyakit yang menyerang produk perikanan, terutama untuk jenis-jenis komersial.
(Rahayu, 1986)
1.2 Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah:
1. Mengetahui metode pemeriksaan parasit pada komoditas perikanan konsumsi
dan mengetahui prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan parasit di
Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Kemanan Hasil Perikanan
(BKIPM) Kelas I Denpasar, Bali.
2. Mengetahui jumlah dan jenis-jenis parasit yang ditemukan pada komoditas
perikanan konsumsi di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Kemanan
Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar, Bali.
3. Mengetahui kendala dalam melakukan pemeriksaan parasit pada komoditas
perikanan konsumsi di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Kemanan
Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Denpasar, Bali.

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3

1.3 Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Lapang ini adalah:
1.

Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan menambah wawasan di bidang
perikanan khususnya yang berhubungan dengan parasit ikan.

2.

Membandingkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari kampus
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di lapangan.

3.

Melatih untuk bekerja secara mandiri di lapangan serta melatih mahasiswa
untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan kerja setelah lulus.

4.

PKL

Memperbanyak jaringan untuk bertukar informasi dan kepentingan lainnya.

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Kerapu Tikus (Chromileptes altivelis)
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi dari ikan kerapu tikus

(Chromileptes altivelis) menurut

Evalawati dkk. (2001) adalah sebagai berikut:
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Chordata
: Osteichthyes
: Percomorphi
: Serranidae
: Chromileptes
: Chromileptes altivelis
Mata

Mulut

Sirip punggung

Operculum

Sirip ekor

Sirip dada

Gambar 2.1. Chromileptes altivelis
(Sumber : Tupper and Sheriff, 2008)
2.1.2 Morfologi
Ikan kerapu tikus (C. altivelis) memiliki ciri khusus yang bisa dilihat pada
Gambar 2.1. yaitu adanya bintik-bintik warna hitam pada seluruh permukaan
tubuhnya. Baskoro dkk. (2010), mengemukakan bahwa ikan kerapu memiliki ciri
morfologi bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5

tinggi tubuh. Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat.
Mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi
bibir atas. Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang
dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari
lunak. Posisi sirip perut berada dibawah sirip dada. Badan ditutupi sirip kecil yang
bersisik stenoid.
2.1.3 Habitat dan Penyebaran
Ikan kerapu adalah jenis ikan karang yang hanya hidup dan tumbuh cepat di
daerah tropis. Habitat kerapu tikus ini di perairan karang dengan kedalaman 0,5-3
meter, setelah menginjak dewasa bermigrasi ke perairan yang lebih dalam antara 740 meter. Perpindahan ikan kerapu biasanya berlangsung pagi atau sore hari. Telur
dan larva bersifat pelagis sedangkan kerapu mudah hingga dewasa bersifat
demersal sedangkan Tampubolon dan Mulyadi (1989), menyatakan habitat larva
dan kerapu muda adalah perairan pantai dekat muara sungai dengan dasar pasir
berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Salah satu indikator adanya
kerapu adalah perairan karang.
Daerah penyebaran ikan kerapu meliputi daerah tropis dan subtropis.
Menurut Akbar dan Sudaryanto (2001), ikan kerapu memliki daerah penyebaran
mulai dari Afrika timur sampai Pasifik barat daya. Salah satu indikator penyebaran
ikan kerapu adalah terdapat perairan karang yang cukup luas. Secara umum ikan
kerapu hidup di perairan dengan kedalaman yang relatif dangkal, yaitu berkisar 0,540 meter. Dasar perairan yang disukai adalah dasar pasir berkarang.

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6

2.2 Ikan Kakap Merah (Lutjanus erythropterus)
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan kakap merah (Lutjanus erythropterus) menurut Martin et
al. (2014) adalah sebagai berikut:
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species

: Animalia
: Chordata
: Pisces
: Percomorphi
: Lutjanidae
: Lutjanus
: Lutjanus erythropterus
Mata

Mulut

Sirip punggung

Operculum

Sirip ekor

Sirip dada

Gambar 2.2. Lutjanus erythropterus
(Sumber : Martin et al., 2014)
2.2.2 Morfologi
Ikan kakap merah (L. erythropterus) memiliki bentuk tubuh agak pipih,
punggung lebih tinggi, kepala lebih lancip, punggung sampai moncong lebih terjal,
tulang rahang atas terbenam ketika mulut terbuka, deretan sisik di atas linnea
lateralis yang bagian depan sejajar dengan linnea lateralis, sedangkan bagian yang
dibawah sirip punggung keras. Pada Gambar 2.2. dapat dilihat pada

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

bagian

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7

belakang sirip punggung ikan kakap miring kearah punggung, deretan sisik
dibawah linnea lateralis sejajar dengan poros badan, sirip ekor modifikasi
homocercal, berwarna merah darah pada bagian dorsal, pinna dorsalis terdiri dari
10 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lemah, pinna analis terdiri dari 3 jari-jari keras
dan 8-19 jari-jari lemah, pinna pectoralis tediri dari 14-15 jari-jari lemah. (Purba,
1994).
2.2.3 Habitat dan Penyebaran
Ikan kakap merah (L. erythropterus) umumnya menghuni daerah perairan
karang ke daerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung
menembus sampai ke perairan tawar. Jenis kakap merah berukuran besar umumnya
membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke dasar perairan
menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang berukuran kecil.
Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara
40–50 meter dengan substrat perairan memiliki sedikit karang dan salinitas 30–33
ppt serta suhu antara 5-32ºC (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1991).
Jenis yang berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi di dekat permukaan
perairan karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya menyebar guna
mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea. Ikan-ikan
berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati daerah bakau
yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut. Famili Lutjanidae
utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis, walau tiga dari genus
Lutjanus ada yang hidup di air tawar (Baskoro dkk., 2004).

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

8

2.3 Lobster (Panulirus ornatus)
2.3.1 Klasifikasi
Klasifikasi udang lobster (Panulirus ornatus) menurut Flood dan Roelofs
(2014) adalah sebagai berikut:
Kingdom
Filum
Ordo
Famili
Genus
Species

: Animalia
: Crustacea
: Decapoda
: Palinuridae
: Panulirus
: Panulirus ornatus

Antennae

Antenulle Chepalotorax

Kaki jalan

Telson

Abdomen

Uropoda

Gambar 2.3. Panulirus ornatus
(Sumber : Flood dan Roelofs, 2014)
2.3.2 Morfologi
Lobster (P. ornatus) memiliki tubuh simetris bilateral, dimana organ mereka
tersusun secara berpasangan sehingga jika lobster dibagi menjadi dua bagian yang
sama dari kepala sampai ekor, organ bagian tersebut akan sama di kedua sisi. Dapat
dilihat pada Gambar 2.3. bahwa tubuh lobster terdiri dari dua bagian yaitu
cephalothorax yang merupakan perpaduan dari kepala dan dada, serta perut yang

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

9

disebut sebagai abdomen. Lobster berduri tidak memiliki capit tapi dengan
sepasang tanduk yang dapat dilihat di atas mata. Lobster memiliki antena yang jelas,
mata majemuk yang bertangkai, enam pasang kaki kecil di sekitar mulut, dan lima
pasang kaki jalan, kaki renang dibawahnya dan berakhir pada ekor berbentuk kipas
(Pusat Karantina Ikan KKP, 2010).
Perut adalah bagian ekor lobster yang terdiri dari tujuh segmen. Bagian
perut lobster berukuran besar, kuat, berotot dan dapat dimakan. Exoskeleton
tersegmentasi dengan jelas di bagian belakang dan memiliki antennae yang
merupakan alat indera yang berfungsi sebagai chemoreceptor. Antennule berfungsi
sebagai alat penciuman. Pelindung luar dari cephalothorax disebut karapas.
Cephalothorax merupakan salah satu bagian utama dari lobster yang ditutupi oleh
karapas. Ini terdiri dari kepala dan dada. Cakar yang lebih besar disebut sebagai
crusher. Cakar ini sangat berguna untuk menghancurkan mangsa. Ripper atau
Pincher adalah cakar yang lebih kecil. Seekor lobster memiliki sepasang mata
majemuk sebagai indra penglihatan. Fungsi mandibula dan maxillipeds adalah
untuk mencengkeram dan mencabik makanannya. Pereiopods merupakan dua set
kaki jalan yang berfungsi untuk menggali. Sirip ekor tengah disebut telson dan
pasangan sirip ekor luar dikenal sebagai uropods (Pusat Karantina Ikan KKP,
2010).
Lobster merupakan pemakan semua jenis hewan mati, dapat mendeteksi
adanya makanan menggunakan penciuman yang berkembang dengan baik.
Kebanyakan lobster bersifat karnivora dan memangsa kerang, bangkai, keong,
cacing, landak laut, dan bahkan sesama lobster. Lobster merupakan predator yang

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

10

sangat efektif, karena ukurannya yang besar, cakar yang kuat yang dapat
menghancurkan dan bahkan memotong mangsa yang tampaknya terlindung dengan
baik. Analisis isi lambung mengatakan bahwa mereka biasanya makan invertebrata
kecil dan kadang-kadang ganggang (Pusat Karantina Ikan KKP, 2010).
2.3.3 Habitat dan Penyebaran
Lobster terdiri dari beberapa jenis, namun jumlah lobster yang terbesar
adalah lobster berduri. Spesies ini ditemui melimpah di dasar perairan yang berbatu
hingga mencapai seluruh permukaan dasar pantai, bahkan di beberapa perairan
yang lebih dalam pada lereng benua Lobster tinggal di liang di daerah berlumpur di
dasar laut. Lobster menghuni perairan dangkal berbatu-batu atau berkarang tidak
jauh dari lingkungan pantai, umumnya pada kedalaman kurang dari 1000 meter
(Pusat Karantina Ikan KKP, 2010).
2.4 Parasit Pada Ikan Kerapu Tikus (C. altivelis), Ikan Kakap Merah (L.
erythropterus), dan Lobster (P. ornatus)
Parasitologi berasal dari kata parasit yang berarti “makan di meja orang
lain”. Logi berarti “ilmu”. Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
parasit. Yang termasuk dalam parasit ini adalah hewan, tumbuh-tumbuhan, virus,
riketsia, ragi, jamur, kapang, protozoa, artrophoda, cacing, molusca dan beberapa
vertebrata tertentu. Parasit adalah organisme kecil yang hidup pada atau di dalam
organisme lain yang lebih besar untuk mendapatkan makanan. Organisme besar
dimana parasit tersebut hidup disebut induk semang (hospes). Hubungan dari kedua
organisme yang berbeda disebut parasitisme. Berdasarkan keberadaannya pada atau

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

11

di dalam induk semang parasit dibagi menjadi dua yaitu parasit yang hidup di dalam
induk semang (endoparasit) dan parasit yang hidup di luar induk semang
(ektoparasit) (Kismiyati dan Mahasri, 2014).
2.4.1 Ergasilus salmini
A. Klasifikasi
Klasifikasi Ergasilus salmini menurut Thatcher dan Brasil-Sato (2008)
adalah sebagai berikut:
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species

: Animalia
: Arthropoda
: Maxillopoda
: Poecilostomatoida
: Ergasilidae
: Ergasilus
: Ergasilus salmini
Ergasilus cotti
Ergasilus elongatus

Anterior

Posterior
Gambar 2.4. Ergasilus salmini , bar = 200 µm
(Sumber : Thatcher dan Brasil-Sato, 2008)

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

12

B. Morfologi
Ciri-ciri dari genus Ergasilus dapat dilihat pada Gambar 2.4. yaitu memiliki
2 pasang antena, sepasang antena kedua memiliki ukuran yang panjang dan
berfungsi seperti tangan. Telur diletakkan dalam kantung telur, telur yang menetas
menjadi nauplius yang hidup bebas, nauplius berbentuk oval dengan 6 kaki, bersifat
sebagai plankton. Ergasilus jantan bertemu betina yang berenang bebas untuk
melakukan kopulasi kemudian mati. Yang betina menemukan ikan sebagai inang,
menginfestasi insang hingga memproduksi telur. Ergasilidae sedikit mengalami
modifikasi dari Copepoda yang hidup bebas yaitu meskipun betina menempel pada
insang ikan namun kadang kadang masih berenang meninggalkan inang (Kismiyati
dan Mahasri, 2014).
C. Inang dan Predileksi
Hampir semua Ergasilus memilih insang sebagai predileksinya, namun ada
beberapa spesies yang ditemukan di permukaan tubuh inang. Sebagian besar
spesies yang tergolong dalam familia Ergasilidae adalah genus Ergasilus, ada 65
spesies di seluruh dunia bersifat parasit pada ikan air tawar dan 33 spesies yang lain
pada ikan laut (teleostei) (Kismiyati dan Mahasri, 2014).

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

13

2.4.2 Caligus evelynae
A. Klasifikasi
Klasifikasi Caligus evelynae menurut Morales et al. (2012) adalah sebagai
berikut:
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Arthropoda
: Crustacea
: Copepoda
: Caligidae
: Caligus
: Caligus evelynae
Caligus elongatus
Caligus chelifer

Anterior

Posterior
Gambar 2.5. Caligus evelynae bar = 0,5 mm
(Sumber : Morales et al., 2012)

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

14

B. Morfologi
Parasit Caligus yang tergolong dalam familia Caligidae dapat dibedakan
antara organisme jantan dan betina. Pada umumnya yang betina lebih besar (10-18
mm) dibandingkan jantan (5-7 mm). Sepasang kantung telur yang dapat dilihat pada
Gambar 2.5. dimiliki oleh organisme betina dengan deret/untaian telur sampai
sepanjang 2 cm dan berisi telur ±700 butir. Parasit ini agak transparan dan tanpa
warna tapi terlihat jelas pada insang, sirip atau tubuh ikan (kadang-kadang dalam
rongga tubuh). Stadium copepodid dan chalimus pada umumnya berukuran kecil
(kurang dari 4 mm) dan untuk mendeteksinya dengan bantuan kaca pembesar
(Kismiyati dan Mahasri, 2014).
C. Inang dan Predileksi
Sebagai inang dari genus Caligus ini adalah ikan ikan air laut misalnya
salmon dan kerapu. Parasit ini tahan terhadap salinitas sampai 45 ppt. Distribusinya
sangat luas di seluruh dunia karena pernah dilaporkan ditemukan di Mesir,
Skotlandia dan Kanada serta Indonesia. Caligus ini ada sepanjang tahun, di Jawa
timur khususnya di Karamba Jaring Apung di perairan Situbondo ditemukan induk
kerapu terserang Caligus ratusan ekor pada bulan januari 2012. Predileksi Caligus
merata di seluruh permukaan tubuh inang (Kismiyati dan Mahasri, 2014).

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

15

2.4.3 Octolasmis cor
A. Klasifikasi
Klasifikasi Octolasmis cor menurut Ihwan et al. (2015) adalah sebagai
berikut:
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species

: Animalia
: Arthropoda
: Maxillopoda
: Pedunculata
: Poecilasmatidae
: Octolasmis
: Octolasmis cor
Octolasmis warwickii
Octolasmis angulata

Anterior

Posterior
Gambar 2.6. whole body of barnacle Octolasmis cor bar = 50 µm
(Sumber: Ihwan et al., 2015)

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

16

B. Morfologi
Parasit ini hanya terdiri dari kantung, organ reproduksi eksternal terletak di
bagian perut dari Crustacea inang dan sistem akar penyerap nutrisi yang tertanam
ke sistem darah dari inang. Organisme ini memiliki morfologi dewasa agak
menyimpang dibandingkan dengan udang-udangan lain. Morfologi dewasa terdiri
dari dua macam yaitu yang berkantung eksternal yang dapat dilihat pada Gambar
2.6. dengan sistem akar penyerap nutrisi tertanam dalam sistem darah inang.
Dengan dasar tangkai Octolasmis cor menancap erat pada bagian luar atau insang
tergantung pada spesies. Maka Octolasmis cor akan tetap menancap di lokasi
tersebut sampai masa moulting inang berikutnya (Pusat Karantina Ikan KKP, 2010).
C. Inang dan Predileksi
Octolasmis cor menginfestasi sesama Crustacea yang terdapat di daerah
tropis. Predileksi beberapa spesies adalah pada insang dan lembaran-lembarannya.
Insang adalah organ yang vital untuk pernafasan, parasit Octolasmis cor akan
nyaman tinggal di insang karena tersedia banyak oksigen yang dibutuhkan untuk
proses metabolisme parasit. Sebaliknya, dari sisi inang akan dirugikan karena
proses pernafasan terganggu dengan adanya parasit tersebut sehingga infestasi
Octolasmis cor dapat menyebabkan kematian inangnya. Genus Octolasmis sering
ditemukan menginfestasi kepiting dan lobster, yang telah dilaporkan pertama kali
oleh Balai Karantina Ikan Juanda pada 2009. Sampel yang diperiksa Balai
Karantina Ikan Mataram pada bulan Maret 2014 juga terdapat genus Octolasmis
yang menginfestasi kepiting dan lobster (Kismiyati dan Mahasri, 2014).

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

17

2.4.4 Gyrodactylus longipes
A. Klasifikasi
Klasifikasi Gyrodactylus longipes menurut Paladini et al. (2011) adalah
sebagai berikut:
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species

: Animalia
: Platyhelminthes
: Monogenea
: Gyrodactylidea
: Gyrodactylidae
: Gyrodactylus
: Gyrodactylus longipes
Gyrodactylus salaris
Gyrodactylus elegans

Posterior

Anterior
Gambar 2.7.Gyrodactylus longipes, bar = 50 µm
(Sumber: Paladini et al., 2011)

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

18

B. Morfologi
Cacing dewasa berukuran panjang 300-1000 µm. Bentuknya eliptikal dan
datar pada permukaan ventral. Bagian ujung anterior tubuh dilengkapi dengan dua
penonjolan dan mulut terletak di bagian anterior tubuh dan pharynx yang berotot.
Ovarium terletak di bagian posterior tubuh di dekat opisthaptor dan testis ovoid dan
tidak berlobi. Pada bagian posterior tubuh di dekat opisthaptor dan testis ovoid dan
tidak berlobi. Pada Gambar 2.7. terlihat bagian posterior tubuh terletak organ seperti
mangkok/piring disebut opisthaptor. Organ tersebut dilengkapi dengan satu pasang
kait besar (anchors) yang dikelilingi oleh 16 kait yang lebih kecil di bagian tepinya.
Organ tersebut berfungsi untuk melekat pada inang dan untuk menghisap darah
serta memakan jaringan inang (Kismiyati dan Mahasri, 2014).
C. Inang dan Predileksi
Parasit cacing ini ditemukan tersebar di perairan Indonesia dan menyerang
ikan air tawar, ikan laut, bangsa udang dan katak. Telur yang dikeluarkan di dekat
parasitnya, telur dilengkapi dengan tali pengikat panjang. Telur akan menetas
menjadi larva yang berambut (onchomiracidium) dengan beberapa kait yang halus.
Perkembangan embrio secara langsung membentuk larva yang hidup bebas
berenang, tertutup oleh silia yang vibratil. Larva akan menempel pada tubuh inang
dan tanpa mengalami metamorfose menjadi bentuk dewasa. Epitel rambutnya akan
segera lepas bila larva menempel pada kulit atau insang inang. Perlekatan
ophishaptor pada tubuh inang menyebabkan luka pada kulit sehingga dapat
menimbulkan kerusakan pada epidermis sehingga memungkinkan terjadinya

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

19

infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur. Infeksi sekunder yang sering mengikuti
adalah bakteri Aerobacter dan Flexibacter (Kismiyati dan Mahasri, 2014)
2.4.5 Benedenia seriolae
A. Klasifikasi
Klasifikasi Benedenia seriolae menurut Sepulveda dan Gonzalez (2014)
adalah sebagai berikut:
Kingdom
Phylum
Class
Subclass
Family
Genus
Species

: Animalia
: Platyhelminthes
: Trematoda
: Monogenea
: Capsalidae
: Benedenia
: Benedenia seriolae
Benedenia scianiae
Benedenia epinepheli

Posterior

Anterior
Gambar 2.8. Benedenia seriolae , bar = 1,25 mm
(Sumber : Sepulveda dan Gonzalez, 2014)

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

20

B. Morfologi
Cacing dewasa berbentuk pipih dorso-ventral dengan ukuran tubuh 2,053,29 x 0,66-1,33 mm. Memiliki ciri khas dengan adanya bentuk pharynx yang
bergelombang. Memiliki dua pasang bintik mata, bagian anterior berukuran lebih
kecil daripada bagian posterior. Pada Gambar 2.8. dapat dilihat bahwa tubuh bagian
posterior dilengkapi dengan piringan (disc) seperti opisthaptor dilengkapi dengan
kait. Ujung anterior tubuh terdapat sepasang alat penghisap (anterior sucker)
menyerupai mangkuk dengan diameter rata-rata 0,19 mm (Kismiyati dan Mahasri,
2014).
C. Inang dan Predileksi
Cacing ini bersifat ektoparasit dan memiliki inang definitif ikan kerapu
(Serranidae). Parasit ini memiliki habitat pada permukaan tubuh ikan dan biasanya
terletak pada lendir yang terdapat pada insang dan permukaan tubuh ikan. Parasit
sering menyerang pada rongga insang. Ikan mengalami kematian jika terinfeksi
dalam jumlah banyak (Kismiyati dan Mahasri, 2014).
2.5 Metode Pemeriksaan
2.5.1 Pemeriksaan Langsung dengan Metode Pewarnaan Semichen-Acetic
Carmine
Pemeriksaan langsung merupakan cara pemeriksaan parasit dengan
melakukan pembedahan pada rongga tubuh hewan coba dan melihat secara
langsung parasit yang ada pada organ dalam hewan coba. Parasit yang didapat
setelah pemeriksaan langsung (biasanya golongan Nematoda) (Mahasri dkk.,
2014), selanjutnya dilakukan pewarnaan Semichen-Acetic Carmine. Menurut

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

21

Ulkhaq dkk. (2012) menyatakan bahwa pewarnaan Semichen-Acetic Carmine
merupakan serangkaian proses pewarnaan dengan menggunakan beberapa bahan
seperti alkohol asam, alkohol basa maupun alkohol dengan konsentrasi bervariasi
dan larutan carmine sebagai zat warna utama pada proses tersebut.
2.5.2 Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses dilakukan untuk menemukan dan mengidentifikasi
endoparasit pada saluran pencernaan ikan. Pemeriksaan parasit ini menggunakan
cara pembedahan pada saluran pencernaan dan mengambil sampel feses untuk
kemudian diperiksa secara natif atau langsung. (Mahasri dkk., 2014). Usus ikan dan
fesesnya diamati langsung dibawah mikroskop dengan bantuan jarum untuk
meratakan feses dan memisahkan parasit dengan kotoran yang menempel.
2.5.3 Metode Pengapungan (Floatation)
Metode ini dilakukan secara langsung dengan mencampur feses dengan
larutan pengapung. Larutan pengapung yang digunakan adalah larutan garam jenuh
(NaCl). Sama seperti metode pengendapan, metode ini juga mengunakan metode
pemusingan atau centrifuge dengan kecepatan dan waktu tertentu selama beberapa
kali pemusingan. Setelah pemusingan kedua yang merupakan campuran sejumlah
feses dan air, lakukan pemusingan ketiga dimana air diganti dengan larutan
pengapung (NaCl). Hasil pemusingan ditambahkan larutan jenuh NaCl hingga
permukaan larutan mendekati mulut tabung lalu ditutup dengan gelas penutup
(cover glass) pada mulut tabung dan ditunggu selama 5 menit. Cover glass diambil

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

22

dan diletakkan diatas object glass kemudian diperiksa dibawah mikroskop dengan
perbesaran 100× dan 400× (Soedarto, 2008).
2.5.4 Metode Pengendapan (Sedimentasi)
Metode

ini

merupakan

cara

mengkonsentrasikan

parasit

dengan

mengendapkan parasit tersebut. Untuk mempercepat proses ini biasanya digunakan
dengan bantuan alat sentrifugasi (Mahasri dkk., 2014). Dalam metode ini, media
yang digunakan adalah media yang memiliki berat jenis lebih ringan dibandingkan
berat jenis parasit yang diperiksa. Media yang memiliki berat jenis lebih ringan
digunakan agar parasit yang diperiksa mengendap di dasar tabung reaksi pada saat
sentrifugasi.
2.5.5 Metode Pemeriksaan pada Ulas Darah dan Pewarnaan Giemsa
Metode ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pada hewan
coba dan meneteskannya pada tepi obyek glass, lalu usap tetesan darah dengan cara
mendorong dengan menggunakan obyek glass lain dengan sudut kemiringan 45o.
Prinsip pewarnaan giemsa adalah mewarnai seluruh sel-sel darah sel-sel parasit
dalam sel darah merah untuk mempermudah identifikasi jenis-jenis parasit darah
berdasarkan morfologi menurut literatur (Solihat, 2002).

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

23

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Ngurah Rai
Denpasar, Bali. Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan mulai tanggal 12
Januari - 14 Februari 2015. Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan pada hari
efektif kerja yaitu pada hari Senin hingga hari Jum’at.
3.2 Metode Kerja
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah dengan
melakukan pemeriksaan dan pengamatan langsung di Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Ngurah Rai
Denpasar, Bali sehingga diperoleh data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya (tidak
melalui perantara), diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui prosedur dan
teknik pengambilan data yang berupa wawancara, observasi, partisipasi aktif
maupun menggunakan instrumen pengukuran yang khusus sesuai tujuan (Azwar,
2010). Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain tidak langsung
diperoleh dari peneliti dari subyek penelitiannya. Data sekunder biasanya berupa
data dokumentasi atau data laporan yang tersedia (Azwar, 2010). Data sekunder ini
akan diperoleh dari laporan, dokumentasi, pustaka yang menunjang, dan data
lembaga penelitian yang berhubungan dengan pemeriksaan parasit pada komoditas
perikanan konsumsi.

PKL

PEMERIKSAAN PARASIT PADA......

DWI ADI WIGUNA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

24

3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini
adalah dengan studi pustaka, wawancara, partisipasi aktif dan observasi. Menurut
Sangadji dan Sopiah (2010), mengemukakan bahwa wawancara merupakan teknik
pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan
kepada subyek peneliti ba

Dokumen yang terkait

MANAJEMEN PEMBESARAN IKAN BANDENG ( Chanos chanos) DENGAN SISTEM SEMI INTENSIF DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BBPBAP) JEPARA PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 4 14

METODE PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KELAS I SURABAYA I

0 3 76

PEMERIKSAAN EKTOPARASIT PADA IKAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DI BALAI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 63

PEMERIKSAAN EKTOPARASIT PADA KOMODITAS IKAN DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KELAS II SEMARANG, JAWA TENGAH PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 14

TEKNIK PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DENGAN SISTEM BIOFLOK DI BALAI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN CANGKRINGAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 1 15

PEMERIKSAAN JAMUR PADA KOMODITAS IKAN AIR TAWAR DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KELAS II SEMARANG, JAWA TENGAH

0 0 13

TEKNIK PEMBESARAN IKAN MAS MAJALAYA PADA KOLAM AIR DERAS DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI, JAWA BARAT PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 16

TEKNIK KULTUR Tetraselmis chuii SKALA LABORATORIUM DAN SKALA SEMI MASSAL DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BBPBAP) JEPARA-JAWA TENGAH LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 14

PEMERIKSAAN ENDOPARASIT PADA IKAN LAUT KONSUMSI DOMESTIK DI (BKIPM) KELAS II TANJUNG EMAS DESA TANJUNG EMAS, KECAMATAN SEMARANG UTARA, KABUPATEN SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 13

PEMERIKSAAN White Spot Syndrom Virus PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN METODE real-time PCR DI BALAI UJI STANDAR KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BUSKIPM) JAKARTA PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI BUDIDAYA PER

0 0 15