MANAJEMEN (PEMERINTAHAN) DESA - Repository IPDN
MANAJEMEN (PEMERINTAHAN) DESA
Disampaikan Kepada Seluruh
Pamong Desa
Se-Kabupaten Bandung Barat
Oleh :
Fernandes Simangunsong
Biodata Narasumber
•
•
•
•
•
•
•
Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
NIP : 1977 0304 1995 11 1 001
Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
Pangkat : Pembina (IV/a)
Instansi : Kampus IPDN Jatinangor
Alamat : Komp. Singgasana Pradana
Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung
• Email/HP : [email protected] - 08122445916
PERENUNGAN AWAL
APAKAH DESA SEBUAH
ORGANISASI PEMERINTAHAN ?
ATAU
APAKAH DESA SEBUAH
ORGANISASI KEMASYARAKATAN?
APAKAH SEBUTAN YANG TEPAT
UNTUK MATERI INI
“MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA”
ATAU
MANAJEMEN ORGANISASI DESA”
HUKUM POSITIF YANG MENGATUR DESA
1. UU
No.
28
Tahun
1948
Pemerintahan di Daerah ”
tentang
“Pokok-Pokok
2. UU No. 1 Tahun 1957 tentang “Pokok-Pokok Pemerintahan
di Daerah”
3. UU
No.
18
Tahun
1965
Pemerintahan di daerah”
tentang
“Pokok-Pokok
4. UU No.19 Tahun 1965 tentang “Desa Praja”
5. UU No. 5 Tahun 1974 tentang “Pokok-Pokok Pemerintahan
di Daerah”
6. UU No. 5 Tahun 1979 tentang “Pemerintahan Desa”
7. UU No. 22 Tahun 1999 tentang “Pemerintahan Daerah”
8. UU No. 32 Tahun 2004 tentang “Pemerintahan Daerah”
9. UU No. 6 Tahun 2014 tentang “Desa”
YANG LANGSUNG MENGATUR TENTANG DESA :
10.UU No. 19 Tahun 1965 tentang “Desapraja”
11.UU No. 5 Tahun 1979 tentang “Pemerintahan
Desa”
12.UU No. 6 Tahun 2014 tentang “Desa”
HUKUM POSITIF YANG MENGATUR DESA TERBARU
Undang-undang No. 6 Tahun
2014
menyebutkan
Judul
Undang-undangannya bukan
“Pemerintahan Desa” namun
hanya “Desa”, hal tersebut
menampakkan
keraguraguan
dari
pemerintah
pusat
saat
merumuskan
Undang-undang
ini,
bagaimanakah
caranya
mewarnai sosok organisasi
desa di masa yang akan
datang : apakah sebagai
organisasi
pemerintahan
atau
sebuah
organisasi
kemasyarakatan yang utuh.
ENTITAS ORGANISASI DESA YANG HARUS
SEGERA DIPETAKAN
Undang-undang No. 6 Tahun 2014
menggambarkan
adanya
hirarkhi
organisasi
yang
perlu
segera
dipetakan oleh
kawan-kawan di
Pemda, sebelum melanjutkan diskusi
tentang
Konsep
bagaimanakah
sebenarnya
”Manajemen
(Pemerintahan) Desa”, dimana dalam
UU ini dijelaskan adanya 4 (empat)
entitas Organisasi :
1.
2.
3.
4.
Entitas
Entitas
Entitas
Entitas
organisasi
organisasi
organisasi
organisasi
Desa Adat
DESA
Desa Persiapan
Kelurahan
Termasuk yang manakah
kondisi desa kawan-kawan di
Bandung Barat ?
DIMENSI-DIMENSI MANAJEMEN
PEMERINTAHAN DESA
1.
2.
3.
4.
Manajemen Kewenangan Desa
Manajemen Perencanaan Desa
Manajemen Keorganisasian Desa
Manajemen Sumberdaya Manusia
Desa
5. Manajemen Keuangan Desa
6. Manajemen Kinerja Desa
7. Manajemen
Pelayanan
Umum
Desa
8. Manajemen Pengawasan Desa
9. Manajemen Kolaborasi dan Konflik
Desa
10.Manajemen Logistik Desa
11.Kepemimpinan
Pemerintahan
Desa
RENUNGAN
AWAL
TENTANG
KEGAGALAN PEMERINTAH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENDAPAT
AHLI
TENTANG
Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’ Kemungkinan
bangkrutnya birokrasi.
Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat
bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.
Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan
utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan
pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya
pemerintah mengerjakannya.
Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi
lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best
government’
E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi,
pemilahan dan pemilihan fungsi publik.
Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country”
bukan “under development country” untuk negara-negara terbelakang dan
sedang berkembang
• Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis
multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya
salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan
terutama pemerintah.
• Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua
tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi
sampai tahapan evaluasi.
• Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun
filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara
lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat
(stakeholder and shareholder).
• Diantara semua komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi,
ternyata birokrasi merupakan sektor yang paling lamban berubahnya.
EMPAT PILAR UNTUK MEMBANGUN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PENEGAKAN HUKUM YANG ADIL
MANAJEMEN
PERTUMBUHAN
PEMERINTAHAN
EKONOMI
YANG BAIK
YANG CUKUP
DEMOKRASI POLITIK YANG BERMORAL
PERKEMBANGAN TEORI
DAN KONSEP MANAJEMEN
Sampai saat ini, manajemen telah berkembang
mencapai generasi kelima.
Perkembangannya yaitu sbb:
Generasi I
Generasi II
Generasi III
Generasi IV
:
:
:
:
Management by Doing/Jungle Management
Management by Direction
Management by Objectives/Management by T
Management by Value Creation/
Total Quality Management
(Brian L. Joiner, 1994)
Generasi V
:
Management by Knowledge Networking,
Virtual Enterprise and Dynamic Teamming
(Charles M. Savage, 1990)
Seperti Inikah Kantor Desa Di Bandung Barat ?
Seperti Inikah Kondisi Jalan Desa Di Bandung Barat?
Seperti Inikah Ruangan Kantor Desa Di Bandung Barat?
Desaku Malang, Desaku Sayang
Rapat Desa lengkap dengan Kantor Bocornya
Parade Nusantara – Disini Ada Tidak Kepala Desa Dari
Bandung Barat
Parade Nusantara – Disini Ada Tidak Kepala Desa Dari Bandung Barat
MANAJEMEN KEWENANGAN DESA
UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005
mengatur kewenangan Desa secara berbeda dengan
berbagai UU sebelumnya. Pada Pasal 7 PP No 72 Tahun
2005 disebutkan bahwa:
“Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Desa mencakup :
a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan
hak asal usul desa;
b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya
kepada desa;
c. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan
perundang-undangan diserahkan kepada Desa.”
• Dari isi Pasal 7 di atas, secara IMPLISIT sebenarnya
Pemerintah
telah
melakukan
perubahan
filosofi
otonomi kepada desa, dari PENGAKUAN
kepada
PEMBERIAN, terutama menyangkut isi butir (b) dan (c).
• Pengaturan butir (b) tersebut TIDAK JELAS ASASNYA,
bukan desentralisasi, bukan dekonsentrasi dan juga
bukan tugas pembantuan (PAKAI ASAS YANG BUKANBUKAN)?
• Pada butir (c), Desa memang disejajarkan dengan
Daerah Otonom karena dapat MENERIMA tugas
pembantuan dari pemerintah supradesa.
• Pengaturan
yang
AMBIVALEN
semacam
itu
menimbulkan
kerancuan
dalam
sistem
dalam
implementasi pemerintahan.
•
•
•
Pasal 9 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa memerintahkan
Pembentukan
Perda
dengan
berpedoman
pada
Permendagri (Permendagri No. 30 Tahun 2006).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006
tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Dari
Pemerintah Kabupaten/ Kota Kepada Desa, judulnya
mengundang kontroversi karena sepertinya Pemerintah
Kabupaten/ Kota melakukan desentralisasi kepada Desa.
Padahal dalam negara unitaris, desentralisasi hanya
diberikan oleh Pemerintah Pusat baik kepada entitas
pemerintahan subnasional, organisasi nonpemerintah
maupun organisasi semi otonom (Cheema & Rondinelli).
Melalui penyerahan urusan pemerintahan semacam itu,
Desa telah dianggap sebagai daerah otonom.
• Urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan daerah diatur dengan PP No.
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah,
Pemerintah
Daerah
Propinsi
dan
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota
• Pasal 16 ayat (4) PP No. 38 Tahun 2007
menyebutkan bahwa:
“Dalam
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan daerah yang berdasarkan
kriteria pembagian urusan pemerintahan
yang
menjadi
kewenangannya,
pemerintahan
daerah
kabupaten/kota
dapat:
a. menyelenggarakan sendiri; atau
b. menugaskan
dan/atau
menyerahkan
PELAYANAN
PRIMA
KEPADA
MASYARAKA
T
1.Filosofis
dan
bentuk otonomi
2 Kelembagaan
3 Keuangan
4 Bentuk
organisasi
5 Kepegawaian
6 Kedudukan
organisasi
7 Pemimpin
8 Hubungan
pemimpin
dengan rakyat
PENGEMBANGAN
ORGANISASI:
1. Reframing
2. Restructuring
3. Revitalization
4. Renewal
DESA
DESA
KELURAH
AN
Patembay
an
(Gesellsch
aft)
KONSEP DESA
DESA DENGAN
KONSEP
DENGANOTONOMI
OTONOMI
ASLI/MURNI
ASLI/MURNI
OTONOMI PENGAKUAN
OTONOMI
PENGAKUAN
GEJALA MASA TRANSISI FILOSOFI DESA
DENGAN OTONOMI ASLI/MURNI :
- Adanya pemberian ADD (SE. Mendagri
140/640/sj)
- Pengangkatan Sekdes menjadi PNS
(PP 45/07)
Adanya urusan pemerintahan yang
diserahkan pengaturannya kepada Desa
(Permen 30/06)
- Perdes bagian dari Perda (UU 12/11)
- Adanya tugas pembantuan kepada desa (PP
KONSEP DESA DENGAN
7/08) OTONOMI
- Dokumen Perencanaan
PEMBERIAN
KONSEP DESA DENGAN OTONOMI
PEMBERIAN
ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG MENJALANKAN TUGAS DAN
FUNGSI PEMERINTAHAN
Sumber : Gouliart and Kely, 1995, Tranforming The Organization
Paguyuban
(Gemeinsc
haft)
P
E
R
U
B
A
H
A
N
S
O
S
I
A
L
GAMBAR PERGESERAN PARADIGMA PENGATURAN
TENTANG DESA
OTONOMI PENGAKUAN
ARAH PERKEMBANGANNYA ???
OTONOMI PEMBERIAN
BAGAIMANA KEWENANGAN DESA
VERSI UU NO 6 TAHUN 2014
• Kewenangan desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat
desa (Bab IV-Pasal 18) (embrio asli otonomi
asli desa; menyelesaikan masalah dari desa,
dengan cara orang-orang desa, untuk
kebaikan desa)
Kewenangan Desa Meliputi :
a. Kewenangan bedasarkan hak asal usul
b. Kewenangan lokal berskala desa
c. Kewenangan
yang
ditugaskan
oleh
Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh
pemerintah, pemerintah daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/kota
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan (Psl 19)
Kewenangan Desa
• Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul
dan kewenangan lokal berskala desa sebagaimana
dimaksud dalam pasal 19 huruf a dan huruf b diatur
dan diurus oleh desa (Psl 20)
• Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan
pelaksanaan kewenangan tugas lain dari pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah
Kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam pasal
19 huruf c dan huruf d diurus oleh desa (Psl 21)
• Penugasan dari pemerintah dan/atau pemerintah
daerah kepada desa meliputi penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan
desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa (Psl 22 ayat 1)
Bahan Perenungan
• Azas Tugas Pembantuan dihilangkan (ini sesuai dengan
konsep pemerintahan bahwa Tugas Pembantuan/
medebewind/co-administraton diberikan kepada daerah
otonom, pertanyaannya apakah desa daerah otonom?)
• adanya Azas baru dalam pengelolaan desa yaitu azas
penugasan yang konsep tidak jelas apakah ini tugas
pembantuan atau pola bantuan ataukah devolution
menurut versi ilmu pemerintahan dari aliran anglosaxion
yang mengenal azas devolution yang saat ini banyak
dipakai dalam menerapkan PNPM atau BOS guna
membangun kepercayaan masyarakat terhadap Desa
yang selama ini mengalami penurunan (Low trust)
MANAJEMEN PERENCANAAN DESA
PROBLEMATIKA PERENCANAAN INDONESIA
Belum semua pejabat pimpinan memahami cara menyusun
visi dan menjalankan visi secara konsisten
Seringkali antara visi unit organisasi yang satu dengan
lainnya tidak saling berkaitan, padahal semuanya
merupakan bagian dari sebuah sistem.
Kurang adanya konsistensi antara visi, misi, tujuan,
strategi, program dan kegiatan yang disusun oleh suatu
unit organisasi.
Visi yang telah disusun tidak dapat diimplementasikan
dengan baik karena kurangnya dukungan anggaran
ataupun karena Terlampau banyaknya pertimbangan
politis didalamnya.
PENGERTIAN VISI
1. Pandangan jauh kedepan
2. Cita-cita yang ingin dicapai
Membangun
ENVISIONINGVISI
THEKedepan
FUTURE
Fokus
Penciptaan Nilai Tambah
KONDISI MENUJU VISI 1
MISI (Upaya menuju Visi)
Kebijakan
TUJUAN
(VISI)
TERCAPAI?
Meskipun sudah
dibungkus dengan
Perencanaan Tata
Ruang
KONDISI MENUJU VISI 2
MISI (Upaya menuju Visi)
KEBIJAKAN
TUJUAN
(VISI)
TERCAPAI !
Jabaran visi dan misi, tujuan,
skenario makro, langkah strategis,
program, dan kegiatan menjadi
acuan seluruh pihak
Abstrak
Visi Daerah
Visi Pemerintah
Daerah
Visi Perangkat
Daerah
Kongkret &
Terukur
Hierarkhi Visi Daerah
Ciri Visi yang Baik :
Spesifik (specific)
Sederhana (simple)
Terikat Waktu (time-bound)
Mungkin untuk dicapai (achieveable)
Terukur (measurable)
Keselarasan Kebijakan dan Pelaksanaan Program
(mengacu struktur UU No.25/2004)
Misi
Tujuan
Strategi
Kebijakan
Program
KINERJA
PRIMA
Misi
Tujuan
Strategi
Kebijakan
Program
Kebingunan
Visi
X
Tujuan
Strategi
Kebijakan
Program
Frustrasi
Visi
Misi
X
Strategi
Kebijakan
Program
Tidak
Terarah
Visi
Misi
Tujuan
X
Kebijakan
Program
Tidak
Efektif
Program
Salah
Langkah
Visi
X
Visi
Misi
Tujuan
Strategi
Visi
Misi
Tujuan
Strategi
X
Kebijakan
X
Tidak
Efisien
VISI
VISI
NASIONAL
NASIONAL
?
VISI
VISI
?
DAERAH
DAERAH
PROPINSI
PROPINSI
?
VISI
VISI
DAERAH
DAERAH
KAB./KOTA
KAB./KOTA
TAP MPR
MPR RI
RI NO.
NO. VII/MPR/2001
VII/MPR/2001
TAP
Visi Indonesia
Indonesia 2020
2020
Visi
adalah terwujudnya
terwujudnya masyarakat
masyarakat
adalah
Indonesia yang
yang religius,
religius, manusiawi,
manusiawi,
Indonesia
bersatu, demokratis,
demokratis, adil,
adil, sejahtera,
sejahtera,
bersatu,
maju, mandiri
mandiri serta
serta baik
baik dan
dan bersih
bersih
maju,
dalam penyelenggaraan
penyelenggaraan negara
negara
dalam
Uu
NO.
17
TAHUN
2007
Uu
NO.
17
TAHUN
2007
TERWUJUDNYA INDONESIA
INDONESIA YANG
YANG
TERWUJUDNYA
MANDIRI,
MAJU,
ADIL
DAN
MANDIRI,
MAJU,
ADIL
DAN
MAKMUR
MAKMUR
Seluruh Dunia dan di wilayah manapun
di ujung dunia tujuannya pasti satu
yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat sehingga Visi dan misi
harus disusun sesuai dengan Kondisi
Masyarakat dan Kekuaatan Bisnis
Utama yang akan dijadikan tolok ukur
keberhasilan pemerintahan.
Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Menyusun Visi Daerah
Kontributor
PDRB Terbesar
1)
2)
3)
Mata Pencarian
Penduduk Terbanyak
1)
2)
3)
Penetapan
Bisnis Inti
(Core Business)
Susun Visi
10 kata
Keunggulan yang diRencanakan di masa
Mendatang :
1) Sumber daya alam
2)Sumber daya buatan
3) Sumber daya budaya
BAHAN PERENUNGAN
• Apakah Pola Musrenbang Perlu Dipertahankan (Perencanaan Kita
Dipengaruhi Dua Kutub Perencanaan ; Secara Sektoral Dengan 26
Urusan Wajib Dan 8 Urusan Pilihan Yang Digerakkan SKPD Atau
Secara Kewilayahan Yang Mengenalkan Konsep RUPOD Atau ODOPOVOP)
• Dalam UU No. 6 tahun 2014 tidak mengatur secara implisit bahwa
setiap Desa (baik Desa adat, desa, dan desa persiapan) harus
menyusun dokumen perencanaan tahunan, enam tahunan, atau 20
tahunan, namun dalam UU tersebut hanya menyebutkan bahwa
desa wajib menyampaikan LPPDes tahunan kepada Bupati/walikota,
dan LPPDes AMJ Kades, LKPP Tahunan kepada BPD, IPP Tahunan
kepada Masyarakat. Secara teori klasik manajemen menyebutkan
bahwa organisasi harus melakukan POAC (Planning, organizating,
Actuating, dan Controlling) berarti secara eksplisit mau tidak mau
desa wajib menyusun dokumen perencanan tahunan maupun masa
jabatan (6 tahunan) agar bisa dilakukan Controlling (Pengawasan).
MANAJEMEN KEORGANISASIAN DESA
PANDANGAN SECARA TEORITIS
• Ada kaitan erat antara Dokumen Perencanaan
( Dokumen Jangka Panjang-RPJP, maupun
Jangka Menengah-RPJMD) dengan perumusan
struktur organisasi (core business).
• Pada masa lalu, penyusunan organisasi
pemerintah
didasarkan
pada
peraturan
perundang-undangan
(Rule
Driven
Organization). Seiring dengan penggunaan
visi dan misi dalam menentukan program
organisasi, sudah seharusnya di dalam
penyusunan
organisasi
pemerintah
menggunakan prinsip RULE DAN MISSION
DRIVEN ORGANIZATION
Model Penyusunan Organisasi Pemerintah Daerah
Berdasarkan Visi, Misi dan Kewenangan Daerah (Rule
dan Mission Driven Organization)
Pemerintah
Pusat
Rakyat
Transfer
Kewenangan
Potensi SDA,
SDM, SDB
Mandat
Kewenangan
Daerah
Visi Daerah
Jangka Panjang
Visi Pemda
Jangka Menengah
Misi, Strategi & Program
Organisasi
Pemerintah Daerah
Sumber : Sadu Wasistiono
• Dilihat dari teori organisasi, Penyusunan Organisasi Desa yang ada selama ini
mengalami Kemunduran, karena aturan dalam penyusunan organisasi desa
yang ada saat ini masih berorietnasi pada konsep organisasi generasi kedua
(Structural organization), dimana jika dikaji lebih dalam konsep awal berdirinya
organisasi desa sebenarnya organisasi desa sudah masuk pada tataran
generasi keempat (fuctional organization) dimana pada generasi ini sebuah
organisasi didorong mnjadi organisasi yang fungsional dengan dipenuhi oleh
tenaga atau kelompok fungsional agar profesional dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, dan jika awalnya dipahami bahwa desa sebagai
organisasi yang diandalkan dalam memajukan sebuah wilayah dan negara
tidak menutup kemungkinan desa akan di dorong menjadi organisasi generasi
kelima (Quantum Organization).
• Pada zaman dahulu organisasi desa sebenarnya telah dibentuk oleh
sekumpulan jabatan fungsional dimana di desa dikenal jabatan-jabatan
fungsional seperti : Modin (Pengurus agama), Kepala angon, jaga alas, Ulu-ulu,
Kebayan dsb. Saat ini jabatan tersebut dapat dihidupkan kembali sebagai
indikator dalam mengindentifikasi posisi sebuah desa apakah desa adat, desa,
desa persiapan atau kelurahan.
• Bennis & Townsend mengemukakan bahwa perubahan organisasi abad ke-21
mengarah pada prinsip FROM MACHO to MAESTRO. Organisasi generasi
keempat lebih mengarah pada functional organization.
• Makin besar organisasi pemerintah daerah berarti anggaran yang diperlukan
juga semakin besar. Konsekuensinya, anggaran publik untuk kepentingan
masyarakat menjadi semakin kecil. ( Penelitian IRDA 2002, Rutin 75%,
Pembangunan 25%, Penelitian Depdagri 2005 : 60% belanja aparatur dan 40%
belanja publik).
• Masyarakat sebenarnya lebih butuh orang-orang profesional untuk melayani
kepentingan publik, bukan pejabat struktural.
PERKEMBANGAN TEORI ORGANISASI
OG I : Nonformal Organization : digunakan pada
kerjasama yang bersifat sederhana, sejalan
dengan manajemen generasi pertama.
OG II : Structural Organization (Henry Mintzberg, 1979
dll)
OG III : Wide Structural Organization (Frank
Ostroff,1999 dll)
OG IV : Functional Organization (Susan Albers Mohrman
et all, 1998 dll).
OG V : Quantum Organization (Ralph H.Kilmaan, 2001).
BAHAN PERENUNGAN
• Jika diperhatikan UU No. 6 tahun 2014 disebutkan dalam Psl 25
bahwa Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Psl 23
adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan
yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut nama lain.
Disini terlihat bahwa organisasi desa masih tetap mengikuti
organisasi generasi yang kedua yaitu Structural Organization,
namun tidak menutup kemungkinan terbuka bagi organisasi
desa untuk mengangkat perangkat-perangkat desa atau disebut
dengan nama lain sebagai pola mendorong organisasi desa
menjadi organisasi generasi keempat (fuctional organization).
• Pasal 26 ayat (2) huruf b disebutkan bahwa ‘Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kepala desa berwenang : b. mengangkat dan memberhentikan
perangkat desa. Yang menjadi pertanyaan apakah sekdes yang
akan datang akan diangkat kembali menjadi PNS (lihat UU No. 5
tahun 2014 tentang ASN)
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
DESA
PENCARIAN SUMBER DAYA MANUSIA
DESA
• Pencarian Sumber Daya Manusia Desa Yang Potensial untuk
memimpin desa melalui PILKADES mengalami 3 (tiga) Fase yaitu :
a.Sebelum keluar UU No. 5 Tahun 1979, mekanisme PILKADES
dilaksanakan penuh oleh desa dengan berpijak dari aturan dan
hukum adat yang sudah diwariskan turun temurun
b.setelah keluar UU No. 5 Tahun 1979, mekanisme PILKADES
dilaksanakan dan diatur secara ketat oleh pemerintah, dimana
pengaturan PILKADES harus melewati tahapan dan uji kelayakan
dari panitia di tingkat desa hingga ke tingkat Kabupaten
c. Setelah keluar UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004,
ada keinginan mengembalikan makna otonomi desa yang asli dan
menjunjung tinggi hukum adat perlahan-lahan mulai kembali,
dimana mekanisme PILKADES diserahkan kepada desa untuk
melaksanakannya sendiri, namun ataurannya masih diatur oleh
PEMDA karena sudah tidak memiliki lagi aturan/hukum adat yang
mengatur tentang PILKADES
BAHAN PERENUNGAN
• Jika didalami isi dari ketiga fase diatas terlihat bahwa ada
keinginan pemerintah baik di pusat maupun di daerah, untuk
mengembalikan kondisi PILKADES yang ada saat ini dengan
mengembangkan kembali pola PILKADES yang berorientasi
otonomi asli desa (Dari desa, oleh desa dan untuk desa)
• Jika diperhatikan UU No. 6 Tahun 2014 pasal 31 tentang
Pemilihan Kepala Desa, terlihat bahwa penekanannya hanyalah
pada proses pemilihan kepala desa yang harus dilaksanakan
secara serentak di satu wilayah Kabupaten/kota dan kebijakan
pelaksanaan PILKADES secara serentak akan diatur dengan
PERDA yang merujuk kepada Peraturan Menteri dan Peraturan
Pemerintah.
Disini
terlihat
bahwa
pola
yang
akan
dikembangkan adalah mengikuti Fase kedua seperti pada saat
UU No.5 tahun 1979, karena PEMDA akan mengalami
kebingungan dalam dalam mengatur pola PILKADES pada desa
adat, desa dan desa persiapan.
MANAJEMEN KEUANGAN DESA
SALAH KAPRAH SECARA KONSEP
• Belum memahami “arena bermain” dan apa
“aturan mainnya”.
• Contoh 1: “arena bermain” adalah akuntansi,
namun menggunakan “aturan main” yang tidak
sesuai
dengan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan.
• Contoh 2: “arena bermain” penatausahaan,
namun menggunakan “aturan main” selain
peraturan KDH.
• Contoh 3: “aturan main” APBN dibawa ke
“arena bermain” APBD dan APBDes
SALAH KAPRAH DI
PENGANGGARAN
• “Mengharamkan” penambahan jenis kegiatan dan rekening
belanja, membuat mekanisme anggaran pemerintahan
seperti mekanikal pemerintahan, hal tersebut terjadi di
PEMDA dan Desa juga wajib mengikutinya.
• Standar harga untuk APBD menggunakan KMK (Keputusan
Menteri Keuangan), hal tersebut juga dijadikan patolan oleh
Desa.
• Belanja modal yang dianggap sebagai penambahan aset
pada APBD menggunakan patokan dari KMK, hal tersebut
harus diikuti oleh PEMDA dan tidak terkecuali juga DESA
• Merasa” sudah menerapkan anggaran berbasis kinerja
ketika menggunakan format RKA seperti di Permendagri,
hal tersebut diwajibkan di tingkat DESA.
3. SALAH KAPRAH DI
PENATAUSAHAAN
• “Bingung” membedakan sistem pembayaran dan
sistem pengadaan, hal tersebut terjadi di PEMDA
dan juga terjadi di tingkat DESA.
• Perbendaharaan hanya melulu mengurusi uang,
sehingga
terkadang
melupakan
pengadministrasian ASET, hal tersebut terjadi di
Kabupaten Begitu ditingkat desa.
• Pengesahan SPJ untuk Dana desa terbagi dua pola
ada yang di bawah BPMPD dan ada yang dibawah
Kabag PEMDES.
• Pajak harus disetor ke kasda pada akhir tahun,
yang terjadi Dana Desa pada triwulan terakhir
habis untuk membayar pajak.
4. SALAH KAPRAH DI
AKUNTANSI
• Anggapan bahwa jumlah kas sama
dengan SILPA.
• Rekening Kas Umum Daerah (Dana
Desentralisasi) disamaartikan dengan
Kasda (Ada dana desentralisasi,
dekonsentrasi, tugas pembantuan dan
Pola Bantuan)
• Memandang lampiran format laporan
keuangan yang ada di SAP sebagai
standar yang harus diikuti oleh PEMDA
yang juga diturunkan ketingkat DESA.
PENGATURAN TENTANG SUMBER KEUANGAN
• Dalam kedudukan organisasi yang ambivalen, Desa
hanya memiliki sumber-sumber keuangan tradisional
yang diatur berdasarkan hukum adat setempat dan
dipelihara secara turun temurun.
• Seiring dengan perkembangan jaman, ikatan hukum
adatnya semakin memudar, sehingga ikatan-ikatan
sosial masyarakat desa digantikan oleh ikatan-ikatan
ekonomi. Penghargaan sosial kepada pejabat desa
sudah tidak memiliki makna yang tinggi, sehingga
secara bertahap digantikan oleh penghargaan ekonomi
berupa uang, yang pada gilirannya banyak desa yang
mengalami kekurangan sumber keuangan desa.
• Untuk
mengatasinya,
pemerintah
supradesa
memberikan BANTUAN KEUANGAN. (lihat UU Nomor 22
Tahun 1999).
•
Karena
bentuknya
bantuan,
maka
jumlahnya
tergantung pada pihak yang memberi. Pengalaman
empiris yang ada menunjukkan bahwa banyak desa di
berbagai
kabupaten
tidak
menerima
bantuan
keuangan, atau hanya menerima bantuan sekadarnya.
•
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72
Tahun 2005, sumber-sumber pendapatan desa terdiri
dari :
a. pendapatan asli desa;
b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah
Kabupaten/kota.
c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah
yang diterima oleh kabupaten/kota.
d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah propinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota.
e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
(Pasal 212 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004).
• Kepada desa diberikan ADD (Alokasi Dana Desa) yang
mirip seperti dana perimbangan keuangan antara
pemerintah dengan daerah otonom sebagaimana diatur
dalam UU Nomor 33 Tahun 2004. ADD diatur dalam Pasal
212 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72
Tahun 2005 tentang Desa, khususnya Pasal 68 ayat (1).
• Pengelolaan keuangan desa dituangkan dalam APBDes
(Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa), yang diatur
mirip seperti APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota,
termasuk kewajiban diaudit oleh akuntan negara yang
ditunjuk.
• Dalam hal keuangan memang ada ambivalensi, pada satu
sisi Pemerintah desa tidak secara resmi disebut sebagai
lembaga pemerintah, tetapi pengelolaan keuangannya
menggunakan sistem yang sama dengan pengelolaan
keuangan lembaga pemerintah yang resmi.
Bagaimana Dengan Kepala Desa Di Bandung Barat
BAHAN PERENUNGAN
• Jika didalami isi dari UU No. 6 tahun 2014 pasal 73 yang menyebutkan bahwa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas bagian pendapatan, belanja,
dan pembiayaan desa. Hal ini menggambarkan bahwa baik Desa adat, maupun
DESA dan Desa Persiapan wajib membuat APBDes yang wujudnya sama seperti
APBD, sehingga terkesan desa layaknya organisasi Pemerintah yang terendah.
• Jika Pola APBDes ini harus diikuti maka Kepala Desa dan Jajarannya harus
dikuatkan konsep Akutansi Pemerintahan Yang telah bergeser dari Pola anggaran
T-count bergeser menjadi I-count.
• Diwajibkan bagi pemerintah baik pusat maupun daerah agar membuat aturan
yang tegas dalam mengatur keberlanjutan posisi karir perangkat desa yang
bertugas di desa, terkhusus yang sudah dididik sangat detail tentang akuntasi
pemerintahan agar tidak semudahnya diganti oleh kepala desa, guna menjaga
akuntabilitas pemerintahan desa dalam menggunakan dana-dana pemerintah
• Besarnya anggaran yang akan diterima oleh desa pada dasarnya akan menjadi
berkat terindah bagi seluruh masyarakat desa, namun karena dana yang diterima
oleh desa berasal dari pemerintah diatas, maka tidak menutup kemungkinan
akan mengikuti mekanisme pengadaan barang dan jasa yang lazim dilakukan
oleh PEMDA melalui lelang barang dan jasa, pertanyaannya apakah Desa akan
dikondisikan seperti diatas dan bagaimana caranya PEMDA membantu desa
dalam melewati fase-fase pengadaan barang dan jasa?????????
MANAJEMEN KINERJA DESA
Mengapa Perlu Pengukuran Kinerja
•
•
•
•
•
•
Jika tidak mengukur hasil, anda tidak dapat
mengatakan terbebas dari kegagalan.
Jika anda tidak dapat melihat keberhasilan, anda
tidak dapat menghargainya
Jika tidak dapat menghargai keberhasilan, mungkin
anda menghargai kegagalan
Jika anda tidak dapat melihat keberhasilan, anda
tidak akan dapat belajar darinya
Jika anda tidak mengenali kegagalan, anda tidak
akan dapat memperbaikinya
Jika anda dapat menunjukkan hasil, anda dapat
memenangkan dukungan publik.
Source: Eastern Regional Organization for Public Administration, Hongkong conference, 2000.
PENGUKURAN KINERJA DESA
• Konsep pengembangan kinerja desa selama ini tidak
lepas dari Pola Musyawarah untuk Mufakat, dan ini
merupakan ciri mendasar dari kehidupan masyarakat
desa.
• Selama ini Pemerintah baik di pusat maupun di daerah
memposisikan dalam pengukuran kinerja antara desa
dan kelurahan itu pada posisi yang sama, seperti
Lomba Desa
• Selama ini, kinerja organisasi desa senantiasa
mengikuti “Pola Tata Desa” yang didalamnya terdapat
Tata Masyarakat, Tata Ruang dan Tata Pemerintahan
Desa yang menunjukkan ciri khas atau indentitas
sebuah Desa yang sesungghnya.
BAHAN PERENUNGAN
• Jika didalami isi dari UU No. 6 tahun 2014 diterangkan bahwa
kinerja (pemerintahan) desa diukur dari proses Musyawarah
Desa dalam memusyawarahkan hal-hal yang bersifat strategis
(Psl 54 ayat 1 dan 2) yaitu penataan desa, perencanaan desa,
kerjasama desa, rencana investasi yang akan masuk ke desa,
pembentukan BUMDes, penambahan dan pelepasan aset desa
dan kejadian luar biasa. Musyawarah mendorong konsep bahwa
di desalah pola musyawarah merupakan sebuah tradisi asli
bangsa Indonesia.
• Saat ini desa didorong layaknya PEMDA, dimana konsep kinerja
organisasi PEMDA yang selama ini hanya berorientasi ke
pengukuran Kinerja keuangan, saat ini bergeser ke pengukuran
kinerja organisasi dan kinerja peroroangan (perhatikan UU ASN
terbaru), pertanyaannya apakah Pamong desa dan jajarannya
akan diarahkan ke konsep pengukuran kinerja PEMDA??? (rilis
Psl 112 hingga Psl 115 tentang Pembinaan dan Pengawasan)
MANAJEMEN PELAYANAN UMUM DESA
PELAYANAN UMUM
• Pengukuran Kinerja pelayanan publik
seringkali
dipertukarkan
dengan
pengukuran kinerja pemerintah. Hal ini
tidak lah terlalu mengherankan karena
pada dasarnya pelayanan publik memang
menjadi tanggung jawab pemerintah.
• Dengan
demikian,
ukuran
kinerja
pemerintah dapat dilihat dari kinerjanya
dalam
menyelenggarakan
pelayanan
publik.
Sehingga
apabila
organisasi
tersebut menyelenggarakan pelayanan
dengan baik, maka kinerja organisasinya
dapat dianggap baik.
• Dengan demikian kinerja organisasi dan
• Bagi organisasi, melayani konsumen mrpkan
“saat yg menentukan” (moment of thruths),
peluang bagi organisasi
utk
menunjukkan
kredibilitas dan kapabilitasnya.
• Abad ke-21 adalah “abad pelanggan”(Carlzon,
1987).
• Prinsip “ Close to the customers”
• Semakin maju sebuah negara, akan semakin
banyak masyarakatnya yg bekerja di sektor jasa.
• Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik yg
diberikan oleh pemerintah, swasta atas nama
pemerintah, atau swasta, dengan atau tanpa
pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan
kepentingan masyarakat.
Bagaimana Dengan Desa Di Bandung Barat
PARADIGMA PELAYANAN DI KANTOR DESA MASA LALU
Bingung /
Harus Mencari
Orang yang
melayani
Proses
pelayanan
tidak jelas
Tidak ada
kejelasan biaya
pelayanan
Tidak ada
kepastian
waktu selesai
produk
pelayanan
Ruang
Pelayanan
Tidak Nyaman
06/08/2019
67
PENYAMAAN PERSEPSI
Banyak Pepohonan
Asri dan nyaman
Mari kita coba membayangkan sejenak
Apa Itu Gunung ?
06/08/2019
Indah dan Teduh
68
Hamparan pasir pantai
Indahnya matahari tenggelam
Sekarang Mari kita membayangkan
Sebuah Pantai ?
06/08/2019
Berjemur di Pantai
69
Sekarang Mari kita membayangkan
Seorang Laki2 atau Perempuan
06/08/2019
70
Bangunan kaku
Meubelair seadanya
Ruang pelayanan dan ruang tunggu
seadanya
kurang rapih
06/08/2019
Sekarang mari kita membayangkan
KANTOR DESA
Sempit dan
kurang tertata
71
MANAJEMEN PENGAWASAN DESA
ALIRAN EROPAH KONTINENTAL
ILMU PEMERINTAHAN DI
INDONESIA
MODEL UNITARIS
(KEBIJAKAN) PROGRAM BOS ?
ALIRAN ANGLO SAXION
(AMERIKA) (PEMERINTAHAN
MODEL FEDERALIS
(KEBIJAKAN) PROGRAM PNPM ?
AUTHORITY (KEWENANGAN)
POWER
(KEKUASAAN)
PELIMPAHAN KEWENANGAN DARI
PEMERINTAHAN NASIONAL KE SUB-SUB
PEMERINTAHAN NASIONAL
PENYERAHAN KEKUASAAN DARI STATE (NEGARA
BAGIAN) KE CENTRAL STATE (PEMERINTAH PUSAT)
AZAS PEMERINTAHAN : DEVOLUTION
AZAS PEMERINTAHAN :
1
2
. DESENTRALISASI
. DEKOSENTRASI
3. TUGAS PEMBANTUAN
CIKAL BAKAL TERLAHIRNYA
ILMU KEBIJAKAN PUBLIK
PRAKTEK PEMERINTAHAN HARUS DISERTAI
DENGAN :
4
1. PERSONIL
2. PERALATAN
3. PEMBIAYAAN
. DOKUMENTASI
ILMU PEMERINTAHAN (GOVERNMENTAL
STUDIES)
(PUBLIC POLICY STUDIES)
SEBAGAI MEDIA
MENGGABUNGKAN DUA ALIRAN
YANG MEWARNAI ILMU
PEMERINTAHAN
PRAKTEK PEMERINTAHAN HANYA DISERTAI
DENGAN :
1. PEMBIAYAAN
2. DOKUMENTASI
ILMU ADMINISTRASI NEGARA (PUBLIC
ADMINISTRATION STUDIES)
MANAJEMEN KOLABORASI DAN
KONFLIK DESA
TINGKATAN ESKALASI GANGGUAN SOSIAL
KERESAHAN INDIVIDU
KERESAHAN MASYARAKAT
GEJOLAK SOSIAL
KERUSUHAN SOSIAL
REVOLUSI SOSIAL
KONFLIK DAN KOLABORASI DITINGKAT DESA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Konflik di tingkat Desa senantiasa berkisar pada saat
PILKADES
Kolaborasi di tingkat desa juga terjadi saat PILKADES
Pasal 28 sanksi bagi kepala desa yang Tidak Melakukan
Kewajiban akan dikenakan sanksi administratif baik berupa
teguran lisan atau teguran tulisan dan tidak menutup
kemungkinan dilakukan pemberhentian sementara dan
pemberhentian penuh.
Pasal 30 bagi kepala desa yang Melanggar Aturan akan
dikenakan sanksi administratif
baik berupa teguran lisan
atau teguran tulisan dan tidak menutup kemungkinan
dilakukan pemberhentian sementara dan pemberhentian
penuh.
Pasal 41 bagi kepala desa yang dijadikan terdakwa dan
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun
berdasarkan register perkara di pengadilan akan dilakukan
pemberhentian sementara
Pasal 42 bagi kepala desa yang ditetapkan sebagai tersangka
dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau
tindak pidana terhadap keamanan negara akan dilakukan
pemberhentian sementara
Pasal 43 bagi kepala yang dinyatakan terpidana berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap akan dilakukan pemberhentian sementara
MANAJEMEN LOGISTIK DESA
Aset & Liabilitas
• Aset : Kekayaan atau apa yg dimiliki,
sumber daya ekonomi yg diharapkan
akan memperoleh manfaat ekonomi/
sosial yg diukur dengan satuan moneter/
uang .
Aset sebagai multiplier/pelipat ganda
• Liabilitas : Kewajiban
Filosofi Robert Kyosake Dalam Mengelola Aset :
• Aset : sesuatu yang memasukkan uang
Contoh : Usaha yg tidak menuntut
kehadiran
• Jumlah hari dimana anda dapat bertahan
tanpa bekerja secara fisik, jadi aset
diukur oleh waktu
• Aset mrpkan berapa banyak uang yg
anda simpan agar tidak diambil orang
lain dan berapa lama lama uang bekerja
utk anda .
Pola Arus Kas Orang Miskin
Pekerjaan
Pemasukan
Pengeluaran
Aset
Gaji
Pajak
Makan Minum
Sewa Rumah
Pakaian
Hiburan
Transportasi,dll
Liabilitas
Pola Arus Orang Kaya
Pemasukan
rumah
Bunga
Sewa
Royalty
Deviden
Pengeluaran
Minum
Rumah
Transportasi,dll
Pajak
Makan
Sewa
Pakaian
Hiburan
PERSEPSI RUMAH
• Ayah Kaya
Aset
Liabilitas
Rumah
• Ayah Miskin
Aset
Rumah
Liabilitas
Desa Nelayan
Ds. Persawahan
Ds. Perladangan
Ds. Jasa/
Perdagangan
Ds. Indust.
Sedang
& besar
Ds. Indus.
Kecil
& kerajinan
Tipe Desa
Ds. Perkebunan
Ds. Pertambangan/gal. C
Ds. Peternakan
BAGAN ARUS INFORMASI KEBUTUHAN BANTUAN
DARI MASYARAKAT DESA
SAMPAI PADA INSTANSI PEMBERI BANTUAN
Pemerintah Pusat
Gubernur
Propinsi
Pemerintah Kabupaten/ Kota
Pemerintah Kecamatan
Pemerintah Desa
Pemerintah Desa
Masyarakat Desa
Masyarakat Desa
BAGAN ARUS PEMBERIAN BANTUAN KEPADA
PEMERINTAH DESA DAN ATAU MASYARAKAT DESA
Pemerintah Pusat
Gubernur
Pemerintah
Kab/Kota
Camat
Pemerintah
Desa
Masyarakat
Desa
Donor
Pemerintah
Propinsi
BAGAN POLA PEMBERIAN BANTUAN DESA DARI
PROPINSI KEPADA DESA
Pusat
Koordinasi
Propinsi
Mampu
Identifikasi
Desa Menurut
Kemampuan
Sumber
Keuangan
Desa
Koordinasi
Pemeliharaan &
Pengembangan
Kurang
mampu
Pengembangan
Tidak
mampu
Pemberian
Modal Awal
Kabupaten/
Kota
Bantuan
- manajemen
- teknik
- perencanaan
Bantuan
- sumber
keuangan desa
- manajemen
Bantuan dalam
semua aspek sesuai
dengan
karakteristik desa
Desa
Unggulan
KONDISI UMUM DESA
3
“KONDISI SAAT INI”
•
•
•
•
•
Kemiskinan semakin “meningkat”;
Ketertinggalan semakin bertambah;
Ketahanan semakin “rapuh”;
Daya saing bangsa semakin “melemah”
Budaya Gotong Royong masyarakat dalam
pembangunan “pudar”;
• Tingkat ketergantungan “meningkat”;
• Persatuan dan kesatuan yang semakin
“terkikis”.
• Kualitas SDM semakin berkurang (migrasi)
PERTANYAAN MENDASAR!
TUJUAN KEBIJAKAN PENINGKATAN KINERJA
PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DESA
“MEMBANGUN DESA” ? ? ? ? ? ?
atau
“DESA MEMBANGUN” ? ? ? ? ? ?
Bagaimana Kualitas SDM ?
- Pemerintah Desa
- Masyarakat
Pembangunan Ekonomi Berbasis Pedesaan
One Village One Product dan SAKASAKTI
Propinsi Jawa Timur
KUNCI KEBERHASILAN
• Adanya kepemimpinan visioner oleh PEMERINTAHAN
DESA yang mampu menawarkan gagasan baru dan
konsisten
mengawal
perubahan
yang
telah
direncanakan melalui RPJP Desa dan RPJMDes.
• Adanya dukungan yang kuat dari Pemerintah Desa
untuk sama-sama berubah. Harus pula adanya
keyakinan bahwa perubahan yang terjadi akan
menguntungkan semua pihak.
Pada dasarnya orang tidak suka perubahan,
sehingga mereka mempunyai daya tolak terhadap
perubahan. Semakin besar perubahan mengganggu
kepentingannya, maka semakin besar daya tolaknya
terhadap perubahan.
• Adanya kesadaran masyarakat untuk menggunakan hak
dan kewajibannya sebagai warganegara maupun warga
daerah, desa secara seimbang dan proporsional.
Farmasi
Daun
Pakan Ternak
Pangan Manusia
SI
N
G
K
O
N
G
Etanol
Pangan
Charcoal
Kreasi/Bunga kering
Batang
Tepung Tape
Briquet
pangan
Papan Partikel
Pellet/Pakan
Ternak
Tepung Singkong
Kulit
Keripik
Pakar Ternak
Tepung
Roti Casabe
Meal Farina
Milk Makanan
Fou Fou African Dish
Agbelima
Hasil Olahan
Tapioka
Pearl/Flakes
Umbi
Tape Ketela
Gula
Daging
Gaplek
Pati Modifikasi
Pati
Teknologi Baru
Protein
(Protein Sel
Tunggal)
Fermentasi
Alkohol/
Etanol
Asam Sitrat
Asam Laktat
Glukosa
Fruktosa
Sukrosa
Maltosa Sirup
Monosodium
Glutamat
Kertas Adhesives
Urea Formaidehyde
Resin
Coadjuvant
Tepung Pasta
Aceto
Cyanohydrin
Cuk
B
a ahan Bakar
Motor
Daun
Pucuk Daun
Keranjang Sampah
Manggar Kelapa
Topi
Tuba
Pelepah Kering
Minyak Goreng
Kipa
s
Cuka
Kelapa
Pengganti
Dekstora
Cat
Gliserin
Manisan Serutan
Kelapa
Krim Rambut
Minyak
Rambut
Buah Kelapa
Biskuit
Shampo
Margarin
Tepung Santan
Arang
Karbon Aktif
Batako Pres
Ikat Pinggang
Isolator
Obat Nyamuk
Pewarna Batik
Karpet
Batang Kelapa
Papan
Akar
Bahan Obat-obatan
Tempat Buah
PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATAN
BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN DESA
(Proyeksi 20 tahun yang akan datang)
Bupati/
Bupati/
Walikota
Walikota
Camat
Kecamatan
Urusan2
Pemerintahan yg
dijalankan oleh desa
Konsekuensi
dihapus
Desa
Desa
Otonom
(baru)
Desa
Desa
Proses amalgamasi
(Vide Tap MPR No. IV/2000
Rekomendasi no. 7)
1 .Luas mencakup beberapa desa
lama.
2 . Otonomi Rasional (DO Tk III)
Isi otonominya bersifat
pemberian dari Pemerintah
Hak cipta model : Sadu Wasistiono
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA
Disampaikan Kepada Seluruh
Pamong Desa
Se-Kabupaten Bandung Barat
Oleh :
Fernandes Simangunsong
Biodata Narasumber
•
•
•
•
•
•
•
Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
NIP : 1977 0304 1995 11 1 001
Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
Pangkat : Pembina (IV/a)
Instansi : Kampus IPDN Jatinangor
Alamat : Komp. Singgasana Pradana
Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung
• Email/HP : [email protected] - 08122445916
PERENUNGAN AWAL
APAKAH DESA SEBUAH
ORGANISASI PEMERINTAHAN ?
ATAU
APAKAH DESA SEBUAH
ORGANISASI KEMASYARAKATAN?
APAKAH SEBUTAN YANG TEPAT
UNTUK MATERI INI
“MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA”
ATAU
MANAJEMEN ORGANISASI DESA”
HUKUM POSITIF YANG MENGATUR DESA
1. UU
No.
28
Tahun
1948
Pemerintahan di Daerah ”
tentang
“Pokok-Pokok
2. UU No. 1 Tahun 1957 tentang “Pokok-Pokok Pemerintahan
di Daerah”
3. UU
No.
18
Tahun
1965
Pemerintahan di daerah”
tentang
“Pokok-Pokok
4. UU No.19 Tahun 1965 tentang “Desa Praja”
5. UU No. 5 Tahun 1974 tentang “Pokok-Pokok Pemerintahan
di Daerah”
6. UU No. 5 Tahun 1979 tentang “Pemerintahan Desa”
7. UU No. 22 Tahun 1999 tentang “Pemerintahan Daerah”
8. UU No. 32 Tahun 2004 tentang “Pemerintahan Daerah”
9. UU No. 6 Tahun 2014 tentang “Desa”
YANG LANGSUNG MENGATUR TENTANG DESA :
10.UU No. 19 Tahun 1965 tentang “Desapraja”
11.UU No. 5 Tahun 1979 tentang “Pemerintahan
Desa”
12.UU No. 6 Tahun 2014 tentang “Desa”
HUKUM POSITIF YANG MENGATUR DESA TERBARU
Undang-undang No. 6 Tahun
2014
menyebutkan
Judul
Undang-undangannya bukan
“Pemerintahan Desa” namun
hanya “Desa”, hal tersebut
menampakkan
keraguraguan
dari
pemerintah
pusat
saat
merumuskan
Undang-undang
ini,
bagaimanakah
caranya
mewarnai sosok organisasi
desa di masa yang akan
datang : apakah sebagai
organisasi
pemerintahan
atau
sebuah
organisasi
kemasyarakatan yang utuh.
ENTITAS ORGANISASI DESA YANG HARUS
SEGERA DIPETAKAN
Undang-undang No. 6 Tahun 2014
menggambarkan
adanya
hirarkhi
organisasi
yang
perlu
segera
dipetakan oleh
kawan-kawan di
Pemda, sebelum melanjutkan diskusi
tentang
Konsep
bagaimanakah
sebenarnya
”Manajemen
(Pemerintahan) Desa”, dimana dalam
UU ini dijelaskan adanya 4 (empat)
entitas Organisasi :
1.
2.
3.
4.
Entitas
Entitas
Entitas
Entitas
organisasi
organisasi
organisasi
organisasi
Desa Adat
DESA
Desa Persiapan
Kelurahan
Termasuk yang manakah
kondisi desa kawan-kawan di
Bandung Barat ?
DIMENSI-DIMENSI MANAJEMEN
PEMERINTAHAN DESA
1.
2.
3.
4.
Manajemen Kewenangan Desa
Manajemen Perencanaan Desa
Manajemen Keorganisasian Desa
Manajemen Sumberdaya Manusia
Desa
5. Manajemen Keuangan Desa
6. Manajemen Kinerja Desa
7. Manajemen
Pelayanan
Umum
Desa
8. Manajemen Pengawasan Desa
9. Manajemen Kolaborasi dan Konflik
Desa
10.Manajemen Logistik Desa
11.Kepemimpinan
Pemerintahan
Desa
RENUNGAN
AWAL
TENTANG
KEGAGALAN PEMERINTAH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENDAPAT
AHLI
TENTANG
Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’ Kemungkinan
bangkrutnya birokrasi.
Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat
bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.
Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan
utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan
pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya
pemerintah mengerjakannya.
Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi
lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best
government’
E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi,
pemilahan dan pemilihan fungsi publik.
Peter F. Drucker mengungkapkan Istilah “Under Management Country”
bukan “under development country” untuk negara-negara terbelakang dan
sedang berkembang
• Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis
multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya
salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan
terutama pemerintah.
• Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua
tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi
sampai tahapan evaluasi.
• Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun
filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara
lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat
(stakeholder and shareholder).
• Diantara semua komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi,
ternyata birokrasi merupakan sektor yang paling lamban berubahnya.
EMPAT PILAR UNTUK MEMBANGUN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PENEGAKAN HUKUM YANG ADIL
MANAJEMEN
PERTUMBUHAN
PEMERINTAHAN
EKONOMI
YANG BAIK
YANG CUKUP
DEMOKRASI POLITIK YANG BERMORAL
PERKEMBANGAN TEORI
DAN KONSEP MANAJEMEN
Sampai saat ini, manajemen telah berkembang
mencapai generasi kelima.
Perkembangannya yaitu sbb:
Generasi I
Generasi II
Generasi III
Generasi IV
:
:
:
:
Management by Doing/Jungle Management
Management by Direction
Management by Objectives/Management by T
Management by Value Creation/
Total Quality Management
(Brian L. Joiner, 1994)
Generasi V
:
Management by Knowledge Networking,
Virtual Enterprise and Dynamic Teamming
(Charles M. Savage, 1990)
Seperti Inikah Kantor Desa Di Bandung Barat ?
Seperti Inikah Kondisi Jalan Desa Di Bandung Barat?
Seperti Inikah Ruangan Kantor Desa Di Bandung Barat?
Desaku Malang, Desaku Sayang
Rapat Desa lengkap dengan Kantor Bocornya
Parade Nusantara – Disini Ada Tidak Kepala Desa Dari
Bandung Barat
Parade Nusantara – Disini Ada Tidak Kepala Desa Dari Bandung Barat
MANAJEMEN KEWENANGAN DESA
UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005
mengatur kewenangan Desa secara berbeda dengan
berbagai UU sebelumnya. Pada Pasal 7 PP No 72 Tahun
2005 disebutkan bahwa:
“Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Desa mencakup :
a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan
hak asal usul desa;
b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya
kepada desa;
c. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan
d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan
perundang-undangan diserahkan kepada Desa.”
• Dari isi Pasal 7 di atas, secara IMPLISIT sebenarnya
Pemerintah
telah
melakukan
perubahan
filosofi
otonomi kepada desa, dari PENGAKUAN
kepada
PEMBERIAN, terutama menyangkut isi butir (b) dan (c).
• Pengaturan butir (b) tersebut TIDAK JELAS ASASNYA,
bukan desentralisasi, bukan dekonsentrasi dan juga
bukan tugas pembantuan (PAKAI ASAS YANG BUKANBUKAN)?
• Pada butir (c), Desa memang disejajarkan dengan
Daerah Otonom karena dapat MENERIMA tugas
pembantuan dari pemerintah supradesa.
• Pengaturan
yang
AMBIVALEN
semacam
itu
menimbulkan
kerancuan
dalam
sistem
dalam
implementasi pemerintahan.
•
•
•
Pasal 9 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa memerintahkan
Pembentukan
Perda
dengan
berpedoman
pada
Permendagri (Permendagri No. 30 Tahun 2006).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006
tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Dari
Pemerintah Kabupaten/ Kota Kepada Desa, judulnya
mengundang kontroversi karena sepertinya Pemerintah
Kabupaten/ Kota melakukan desentralisasi kepada Desa.
Padahal dalam negara unitaris, desentralisasi hanya
diberikan oleh Pemerintah Pusat baik kepada entitas
pemerintahan subnasional, organisasi nonpemerintah
maupun organisasi semi otonom (Cheema & Rondinelli).
Melalui penyerahan urusan pemerintahan semacam itu,
Desa telah dianggap sebagai daerah otonom.
• Urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan daerah diatur dengan PP No.
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah,
Pemerintah
Daerah
Propinsi
dan
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota
• Pasal 16 ayat (4) PP No. 38 Tahun 2007
menyebutkan bahwa:
“Dalam
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan daerah yang berdasarkan
kriteria pembagian urusan pemerintahan
yang
menjadi
kewenangannya,
pemerintahan
daerah
kabupaten/kota
dapat:
a. menyelenggarakan sendiri; atau
b. menugaskan
dan/atau
menyerahkan
PELAYANAN
PRIMA
KEPADA
MASYARAKA
T
1.Filosofis
dan
bentuk otonomi
2 Kelembagaan
3 Keuangan
4 Bentuk
organisasi
5 Kepegawaian
6 Kedudukan
organisasi
7 Pemimpin
8 Hubungan
pemimpin
dengan rakyat
PENGEMBANGAN
ORGANISASI:
1. Reframing
2. Restructuring
3. Revitalization
4. Renewal
DESA
DESA
KELURAH
AN
Patembay
an
(Gesellsch
aft)
KONSEP DESA
DESA DENGAN
KONSEP
DENGANOTONOMI
OTONOMI
ASLI/MURNI
ASLI/MURNI
OTONOMI PENGAKUAN
OTONOMI
PENGAKUAN
GEJALA MASA TRANSISI FILOSOFI DESA
DENGAN OTONOMI ASLI/MURNI :
- Adanya pemberian ADD (SE. Mendagri
140/640/sj)
- Pengangkatan Sekdes menjadi PNS
(PP 45/07)
Adanya urusan pemerintahan yang
diserahkan pengaturannya kepada Desa
(Permen 30/06)
- Perdes bagian dari Perda (UU 12/11)
- Adanya tugas pembantuan kepada desa (PP
KONSEP DESA DENGAN
7/08) OTONOMI
- Dokumen Perencanaan
PEMBERIAN
KONSEP DESA DENGAN OTONOMI
PEMBERIAN
ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG MENJALANKAN TUGAS DAN
FUNGSI PEMERINTAHAN
Sumber : Gouliart and Kely, 1995, Tranforming The Organization
Paguyuban
(Gemeinsc
haft)
P
E
R
U
B
A
H
A
N
S
O
S
I
A
L
GAMBAR PERGESERAN PARADIGMA PENGATURAN
TENTANG DESA
OTONOMI PENGAKUAN
ARAH PERKEMBANGANNYA ???
OTONOMI PEMBERIAN
BAGAIMANA KEWENANGAN DESA
VERSI UU NO 6 TAHUN 2014
• Kewenangan desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat
desa (Bab IV-Pasal 18) (embrio asli otonomi
asli desa; menyelesaikan masalah dari desa,
dengan cara orang-orang desa, untuk
kebaikan desa)
Kewenangan Desa Meliputi :
a. Kewenangan bedasarkan hak asal usul
b. Kewenangan lokal berskala desa
c. Kewenangan
yang
ditugaskan
oleh
Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh
pemerintah, pemerintah daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/kota
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan (Psl 19)
Kewenangan Desa
• Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul
dan kewenangan lokal berskala desa sebagaimana
dimaksud dalam pasal 19 huruf a dan huruf b diatur
dan diurus oleh desa (Psl 20)
• Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan
pelaksanaan kewenangan tugas lain dari pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah
Kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam pasal
19 huruf c dan huruf d diurus oleh desa (Psl 21)
• Penugasan dari pemerintah dan/atau pemerintah
daerah kepada desa meliputi penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan
desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa (Psl 22 ayat 1)
Bahan Perenungan
• Azas Tugas Pembantuan dihilangkan (ini sesuai dengan
konsep pemerintahan bahwa Tugas Pembantuan/
medebewind/co-administraton diberikan kepada daerah
otonom, pertanyaannya apakah desa daerah otonom?)
• adanya Azas baru dalam pengelolaan desa yaitu azas
penugasan yang konsep tidak jelas apakah ini tugas
pembantuan atau pola bantuan ataukah devolution
menurut versi ilmu pemerintahan dari aliran anglosaxion
yang mengenal azas devolution yang saat ini banyak
dipakai dalam menerapkan PNPM atau BOS guna
membangun kepercayaan masyarakat terhadap Desa
yang selama ini mengalami penurunan (Low trust)
MANAJEMEN PERENCANAAN DESA
PROBLEMATIKA PERENCANAAN INDONESIA
Belum semua pejabat pimpinan memahami cara menyusun
visi dan menjalankan visi secara konsisten
Seringkali antara visi unit organisasi yang satu dengan
lainnya tidak saling berkaitan, padahal semuanya
merupakan bagian dari sebuah sistem.
Kurang adanya konsistensi antara visi, misi, tujuan,
strategi, program dan kegiatan yang disusun oleh suatu
unit organisasi.
Visi yang telah disusun tidak dapat diimplementasikan
dengan baik karena kurangnya dukungan anggaran
ataupun karena Terlampau banyaknya pertimbangan
politis didalamnya.
PENGERTIAN VISI
1. Pandangan jauh kedepan
2. Cita-cita yang ingin dicapai
Membangun
ENVISIONINGVISI
THEKedepan
FUTURE
Fokus
Penciptaan Nilai Tambah
KONDISI MENUJU VISI 1
MISI (Upaya menuju Visi)
Kebijakan
TUJUAN
(VISI)
TERCAPAI?
Meskipun sudah
dibungkus dengan
Perencanaan Tata
Ruang
KONDISI MENUJU VISI 2
MISI (Upaya menuju Visi)
KEBIJAKAN
TUJUAN
(VISI)
TERCAPAI !
Jabaran visi dan misi, tujuan,
skenario makro, langkah strategis,
program, dan kegiatan menjadi
acuan seluruh pihak
Abstrak
Visi Daerah
Visi Pemerintah
Daerah
Visi Perangkat
Daerah
Kongkret &
Terukur
Hierarkhi Visi Daerah
Ciri Visi yang Baik :
Spesifik (specific)
Sederhana (simple)
Terikat Waktu (time-bound)
Mungkin untuk dicapai (achieveable)
Terukur (measurable)
Keselarasan Kebijakan dan Pelaksanaan Program
(mengacu struktur UU No.25/2004)
Misi
Tujuan
Strategi
Kebijakan
Program
KINERJA
PRIMA
Misi
Tujuan
Strategi
Kebijakan
Program
Kebingunan
Visi
X
Tujuan
Strategi
Kebijakan
Program
Frustrasi
Visi
Misi
X
Strategi
Kebijakan
Program
Tidak
Terarah
Visi
Misi
Tujuan
X
Kebijakan
Program
Tidak
Efektif
Program
Salah
Langkah
Visi
X
Visi
Misi
Tujuan
Strategi
Visi
Misi
Tujuan
Strategi
X
Kebijakan
X
Tidak
Efisien
VISI
VISI
NASIONAL
NASIONAL
?
VISI
VISI
?
DAERAH
DAERAH
PROPINSI
PROPINSI
?
VISI
VISI
DAERAH
DAERAH
KAB./KOTA
KAB./KOTA
TAP MPR
MPR RI
RI NO.
NO. VII/MPR/2001
VII/MPR/2001
TAP
Visi Indonesia
Indonesia 2020
2020
Visi
adalah terwujudnya
terwujudnya masyarakat
masyarakat
adalah
Indonesia yang
yang religius,
religius, manusiawi,
manusiawi,
Indonesia
bersatu, demokratis,
demokratis, adil,
adil, sejahtera,
sejahtera,
bersatu,
maju, mandiri
mandiri serta
serta baik
baik dan
dan bersih
bersih
maju,
dalam penyelenggaraan
penyelenggaraan negara
negara
dalam
Uu
NO.
17
TAHUN
2007
Uu
NO.
17
TAHUN
2007
TERWUJUDNYA INDONESIA
INDONESIA YANG
YANG
TERWUJUDNYA
MANDIRI,
MAJU,
ADIL
DAN
MANDIRI,
MAJU,
ADIL
DAN
MAKMUR
MAKMUR
Seluruh Dunia dan di wilayah manapun
di ujung dunia tujuannya pasti satu
yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat sehingga Visi dan misi
harus disusun sesuai dengan Kondisi
Masyarakat dan Kekuaatan Bisnis
Utama yang akan dijadikan tolok ukur
keberhasilan pemerintahan.
Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Menyusun Visi Daerah
Kontributor
PDRB Terbesar
1)
2)
3)
Mata Pencarian
Penduduk Terbanyak
1)
2)
3)
Penetapan
Bisnis Inti
(Core Business)
Susun Visi
10 kata
Keunggulan yang diRencanakan di masa
Mendatang :
1) Sumber daya alam
2)Sumber daya buatan
3) Sumber daya budaya
BAHAN PERENUNGAN
• Apakah Pola Musrenbang Perlu Dipertahankan (Perencanaan Kita
Dipengaruhi Dua Kutub Perencanaan ; Secara Sektoral Dengan 26
Urusan Wajib Dan 8 Urusan Pilihan Yang Digerakkan SKPD Atau
Secara Kewilayahan Yang Mengenalkan Konsep RUPOD Atau ODOPOVOP)
• Dalam UU No. 6 tahun 2014 tidak mengatur secara implisit bahwa
setiap Desa (baik Desa adat, desa, dan desa persiapan) harus
menyusun dokumen perencanaan tahunan, enam tahunan, atau 20
tahunan, namun dalam UU tersebut hanya menyebutkan bahwa
desa wajib menyampaikan LPPDes tahunan kepada Bupati/walikota,
dan LPPDes AMJ Kades, LKPP Tahunan kepada BPD, IPP Tahunan
kepada Masyarakat. Secara teori klasik manajemen menyebutkan
bahwa organisasi harus melakukan POAC (Planning, organizating,
Actuating, dan Controlling) berarti secara eksplisit mau tidak mau
desa wajib menyusun dokumen perencanan tahunan maupun masa
jabatan (6 tahunan) agar bisa dilakukan Controlling (Pengawasan).
MANAJEMEN KEORGANISASIAN DESA
PANDANGAN SECARA TEORITIS
• Ada kaitan erat antara Dokumen Perencanaan
( Dokumen Jangka Panjang-RPJP, maupun
Jangka Menengah-RPJMD) dengan perumusan
struktur organisasi (core business).
• Pada masa lalu, penyusunan organisasi
pemerintah
didasarkan
pada
peraturan
perundang-undangan
(Rule
Driven
Organization). Seiring dengan penggunaan
visi dan misi dalam menentukan program
organisasi, sudah seharusnya di dalam
penyusunan
organisasi
pemerintah
menggunakan prinsip RULE DAN MISSION
DRIVEN ORGANIZATION
Model Penyusunan Organisasi Pemerintah Daerah
Berdasarkan Visi, Misi dan Kewenangan Daerah (Rule
dan Mission Driven Organization)
Pemerintah
Pusat
Rakyat
Transfer
Kewenangan
Potensi SDA,
SDM, SDB
Mandat
Kewenangan
Daerah
Visi Daerah
Jangka Panjang
Visi Pemda
Jangka Menengah
Misi, Strategi & Program
Organisasi
Pemerintah Daerah
Sumber : Sadu Wasistiono
• Dilihat dari teori organisasi, Penyusunan Organisasi Desa yang ada selama ini
mengalami Kemunduran, karena aturan dalam penyusunan organisasi desa
yang ada saat ini masih berorietnasi pada konsep organisasi generasi kedua
(Structural organization), dimana jika dikaji lebih dalam konsep awal berdirinya
organisasi desa sebenarnya organisasi desa sudah masuk pada tataran
generasi keempat (fuctional organization) dimana pada generasi ini sebuah
organisasi didorong mnjadi organisasi yang fungsional dengan dipenuhi oleh
tenaga atau kelompok fungsional agar profesional dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, dan jika awalnya dipahami bahwa desa sebagai
organisasi yang diandalkan dalam memajukan sebuah wilayah dan negara
tidak menutup kemungkinan desa akan di dorong menjadi organisasi generasi
kelima (Quantum Organization).
• Pada zaman dahulu organisasi desa sebenarnya telah dibentuk oleh
sekumpulan jabatan fungsional dimana di desa dikenal jabatan-jabatan
fungsional seperti : Modin (Pengurus agama), Kepala angon, jaga alas, Ulu-ulu,
Kebayan dsb. Saat ini jabatan tersebut dapat dihidupkan kembali sebagai
indikator dalam mengindentifikasi posisi sebuah desa apakah desa adat, desa,
desa persiapan atau kelurahan.
• Bennis & Townsend mengemukakan bahwa perubahan organisasi abad ke-21
mengarah pada prinsip FROM MACHO to MAESTRO. Organisasi generasi
keempat lebih mengarah pada functional organization.
• Makin besar organisasi pemerintah daerah berarti anggaran yang diperlukan
juga semakin besar. Konsekuensinya, anggaran publik untuk kepentingan
masyarakat menjadi semakin kecil. ( Penelitian IRDA 2002, Rutin 75%,
Pembangunan 25%, Penelitian Depdagri 2005 : 60% belanja aparatur dan 40%
belanja publik).
• Masyarakat sebenarnya lebih butuh orang-orang profesional untuk melayani
kepentingan publik, bukan pejabat struktural.
PERKEMBANGAN TEORI ORGANISASI
OG I : Nonformal Organization : digunakan pada
kerjasama yang bersifat sederhana, sejalan
dengan manajemen generasi pertama.
OG II : Structural Organization (Henry Mintzberg, 1979
dll)
OG III : Wide Structural Organization (Frank
Ostroff,1999 dll)
OG IV : Functional Organization (Susan Albers Mohrman
et all, 1998 dll).
OG V : Quantum Organization (Ralph H.Kilmaan, 2001).
BAHAN PERENUNGAN
• Jika diperhatikan UU No. 6 tahun 2014 disebutkan dalam Psl 25
bahwa Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Psl 23
adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan
yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut nama lain.
Disini terlihat bahwa organisasi desa masih tetap mengikuti
organisasi generasi yang kedua yaitu Structural Organization,
namun tidak menutup kemungkinan terbuka bagi organisasi
desa untuk mengangkat perangkat-perangkat desa atau disebut
dengan nama lain sebagai pola mendorong organisasi desa
menjadi organisasi generasi keempat (fuctional organization).
• Pasal 26 ayat (2) huruf b disebutkan bahwa ‘Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kepala desa berwenang : b. mengangkat dan memberhentikan
perangkat desa. Yang menjadi pertanyaan apakah sekdes yang
akan datang akan diangkat kembali menjadi PNS (lihat UU No. 5
tahun 2014 tentang ASN)
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
DESA
PENCARIAN SUMBER DAYA MANUSIA
DESA
• Pencarian Sumber Daya Manusia Desa Yang Potensial untuk
memimpin desa melalui PILKADES mengalami 3 (tiga) Fase yaitu :
a.Sebelum keluar UU No. 5 Tahun 1979, mekanisme PILKADES
dilaksanakan penuh oleh desa dengan berpijak dari aturan dan
hukum adat yang sudah diwariskan turun temurun
b.setelah keluar UU No. 5 Tahun 1979, mekanisme PILKADES
dilaksanakan dan diatur secara ketat oleh pemerintah, dimana
pengaturan PILKADES harus melewati tahapan dan uji kelayakan
dari panitia di tingkat desa hingga ke tingkat Kabupaten
c. Setelah keluar UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004,
ada keinginan mengembalikan makna otonomi desa yang asli dan
menjunjung tinggi hukum adat perlahan-lahan mulai kembali,
dimana mekanisme PILKADES diserahkan kepada desa untuk
melaksanakannya sendiri, namun ataurannya masih diatur oleh
PEMDA karena sudah tidak memiliki lagi aturan/hukum adat yang
mengatur tentang PILKADES
BAHAN PERENUNGAN
• Jika didalami isi dari ketiga fase diatas terlihat bahwa ada
keinginan pemerintah baik di pusat maupun di daerah, untuk
mengembalikan kondisi PILKADES yang ada saat ini dengan
mengembangkan kembali pola PILKADES yang berorientasi
otonomi asli desa (Dari desa, oleh desa dan untuk desa)
• Jika diperhatikan UU No. 6 Tahun 2014 pasal 31 tentang
Pemilihan Kepala Desa, terlihat bahwa penekanannya hanyalah
pada proses pemilihan kepala desa yang harus dilaksanakan
secara serentak di satu wilayah Kabupaten/kota dan kebijakan
pelaksanaan PILKADES secara serentak akan diatur dengan
PERDA yang merujuk kepada Peraturan Menteri dan Peraturan
Pemerintah.
Disini
terlihat
bahwa
pola
yang
akan
dikembangkan adalah mengikuti Fase kedua seperti pada saat
UU No.5 tahun 1979, karena PEMDA akan mengalami
kebingungan dalam dalam mengatur pola PILKADES pada desa
adat, desa dan desa persiapan.
MANAJEMEN KEUANGAN DESA
SALAH KAPRAH SECARA KONSEP
• Belum memahami “arena bermain” dan apa
“aturan mainnya”.
• Contoh 1: “arena bermain” adalah akuntansi,
namun menggunakan “aturan main” yang tidak
sesuai
dengan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan.
• Contoh 2: “arena bermain” penatausahaan,
namun menggunakan “aturan main” selain
peraturan KDH.
• Contoh 3: “aturan main” APBN dibawa ke
“arena bermain” APBD dan APBDes
SALAH KAPRAH DI
PENGANGGARAN
• “Mengharamkan” penambahan jenis kegiatan dan rekening
belanja, membuat mekanisme anggaran pemerintahan
seperti mekanikal pemerintahan, hal tersebut terjadi di
PEMDA dan Desa juga wajib mengikutinya.
• Standar harga untuk APBD menggunakan KMK (Keputusan
Menteri Keuangan), hal tersebut juga dijadikan patolan oleh
Desa.
• Belanja modal yang dianggap sebagai penambahan aset
pada APBD menggunakan patokan dari KMK, hal tersebut
harus diikuti oleh PEMDA dan tidak terkecuali juga DESA
• Merasa” sudah menerapkan anggaran berbasis kinerja
ketika menggunakan format RKA seperti di Permendagri,
hal tersebut diwajibkan di tingkat DESA.
3. SALAH KAPRAH DI
PENATAUSAHAAN
• “Bingung” membedakan sistem pembayaran dan
sistem pengadaan, hal tersebut terjadi di PEMDA
dan juga terjadi di tingkat DESA.
• Perbendaharaan hanya melulu mengurusi uang,
sehingga
terkadang
melupakan
pengadministrasian ASET, hal tersebut terjadi di
Kabupaten Begitu ditingkat desa.
• Pengesahan SPJ untuk Dana desa terbagi dua pola
ada yang di bawah BPMPD dan ada yang dibawah
Kabag PEMDES.
• Pajak harus disetor ke kasda pada akhir tahun,
yang terjadi Dana Desa pada triwulan terakhir
habis untuk membayar pajak.
4. SALAH KAPRAH DI
AKUNTANSI
• Anggapan bahwa jumlah kas sama
dengan SILPA.
• Rekening Kas Umum Daerah (Dana
Desentralisasi) disamaartikan dengan
Kasda (Ada dana desentralisasi,
dekonsentrasi, tugas pembantuan dan
Pola Bantuan)
• Memandang lampiran format laporan
keuangan yang ada di SAP sebagai
standar yang harus diikuti oleh PEMDA
yang juga diturunkan ketingkat DESA.
PENGATURAN TENTANG SUMBER KEUANGAN
• Dalam kedudukan organisasi yang ambivalen, Desa
hanya memiliki sumber-sumber keuangan tradisional
yang diatur berdasarkan hukum adat setempat dan
dipelihara secara turun temurun.
• Seiring dengan perkembangan jaman, ikatan hukum
adatnya semakin memudar, sehingga ikatan-ikatan
sosial masyarakat desa digantikan oleh ikatan-ikatan
ekonomi. Penghargaan sosial kepada pejabat desa
sudah tidak memiliki makna yang tinggi, sehingga
secara bertahap digantikan oleh penghargaan ekonomi
berupa uang, yang pada gilirannya banyak desa yang
mengalami kekurangan sumber keuangan desa.
• Untuk
mengatasinya,
pemerintah
supradesa
memberikan BANTUAN KEUANGAN. (lihat UU Nomor 22
Tahun 1999).
•
Karena
bentuknya
bantuan,
maka
jumlahnya
tergantung pada pihak yang memberi. Pengalaman
empiris yang ada menunjukkan bahwa banyak desa di
berbagai
kabupaten
tidak
menerima
bantuan
keuangan, atau hanya menerima bantuan sekadarnya.
•
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72
Tahun 2005, sumber-sumber pendapatan desa terdiri
dari :
a. pendapatan asli desa;
b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah
Kabupaten/kota.
c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah
yang diterima oleh kabupaten/kota.
d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah propinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota.
e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
(Pasal 212 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004).
• Kepada desa diberikan ADD (Alokasi Dana Desa) yang
mirip seperti dana perimbangan keuangan antara
pemerintah dengan daerah otonom sebagaimana diatur
dalam UU Nomor 33 Tahun 2004. ADD diatur dalam Pasal
212 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72
Tahun 2005 tentang Desa, khususnya Pasal 68 ayat (1).
• Pengelolaan keuangan desa dituangkan dalam APBDes
(Anggaran Penerimaan dan Belanja Desa), yang diatur
mirip seperti APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota,
termasuk kewajiban diaudit oleh akuntan negara yang
ditunjuk.
• Dalam hal keuangan memang ada ambivalensi, pada satu
sisi Pemerintah desa tidak secara resmi disebut sebagai
lembaga pemerintah, tetapi pengelolaan keuangannya
menggunakan sistem yang sama dengan pengelolaan
keuangan lembaga pemerintah yang resmi.
Bagaimana Dengan Kepala Desa Di Bandung Barat
BAHAN PERENUNGAN
• Jika didalami isi dari UU No. 6 tahun 2014 pasal 73 yang menyebutkan bahwa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas bagian pendapatan, belanja,
dan pembiayaan desa. Hal ini menggambarkan bahwa baik Desa adat, maupun
DESA dan Desa Persiapan wajib membuat APBDes yang wujudnya sama seperti
APBD, sehingga terkesan desa layaknya organisasi Pemerintah yang terendah.
• Jika Pola APBDes ini harus diikuti maka Kepala Desa dan Jajarannya harus
dikuatkan konsep Akutansi Pemerintahan Yang telah bergeser dari Pola anggaran
T-count bergeser menjadi I-count.
• Diwajibkan bagi pemerintah baik pusat maupun daerah agar membuat aturan
yang tegas dalam mengatur keberlanjutan posisi karir perangkat desa yang
bertugas di desa, terkhusus yang sudah dididik sangat detail tentang akuntasi
pemerintahan agar tidak semudahnya diganti oleh kepala desa, guna menjaga
akuntabilitas pemerintahan desa dalam menggunakan dana-dana pemerintah
• Besarnya anggaran yang akan diterima oleh desa pada dasarnya akan menjadi
berkat terindah bagi seluruh masyarakat desa, namun karena dana yang diterima
oleh desa berasal dari pemerintah diatas, maka tidak menutup kemungkinan
akan mengikuti mekanisme pengadaan barang dan jasa yang lazim dilakukan
oleh PEMDA melalui lelang barang dan jasa, pertanyaannya apakah Desa akan
dikondisikan seperti diatas dan bagaimana caranya PEMDA membantu desa
dalam melewati fase-fase pengadaan barang dan jasa?????????
MANAJEMEN KINERJA DESA
Mengapa Perlu Pengukuran Kinerja
•
•
•
•
•
•
Jika tidak mengukur hasil, anda tidak dapat
mengatakan terbebas dari kegagalan.
Jika anda tidak dapat melihat keberhasilan, anda
tidak dapat menghargainya
Jika tidak dapat menghargai keberhasilan, mungkin
anda menghargai kegagalan
Jika anda tidak dapat melihat keberhasilan, anda
tidak akan dapat belajar darinya
Jika anda tidak mengenali kegagalan, anda tidak
akan dapat memperbaikinya
Jika anda dapat menunjukkan hasil, anda dapat
memenangkan dukungan publik.
Source: Eastern Regional Organization for Public Administration, Hongkong conference, 2000.
PENGUKURAN KINERJA DESA
• Konsep pengembangan kinerja desa selama ini tidak
lepas dari Pola Musyawarah untuk Mufakat, dan ini
merupakan ciri mendasar dari kehidupan masyarakat
desa.
• Selama ini Pemerintah baik di pusat maupun di daerah
memposisikan dalam pengukuran kinerja antara desa
dan kelurahan itu pada posisi yang sama, seperti
Lomba Desa
• Selama ini, kinerja organisasi desa senantiasa
mengikuti “Pola Tata Desa” yang didalamnya terdapat
Tata Masyarakat, Tata Ruang dan Tata Pemerintahan
Desa yang menunjukkan ciri khas atau indentitas
sebuah Desa yang sesungghnya.
BAHAN PERENUNGAN
• Jika didalami isi dari UU No. 6 tahun 2014 diterangkan bahwa
kinerja (pemerintahan) desa diukur dari proses Musyawarah
Desa dalam memusyawarahkan hal-hal yang bersifat strategis
(Psl 54 ayat 1 dan 2) yaitu penataan desa, perencanaan desa,
kerjasama desa, rencana investasi yang akan masuk ke desa,
pembentukan BUMDes, penambahan dan pelepasan aset desa
dan kejadian luar biasa. Musyawarah mendorong konsep bahwa
di desalah pola musyawarah merupakan sebuah tradisi asli
bangsa Indonesia.
• Saat ini desa didorong layaknya PEMDA, dimana konsep kinerja
organisasi PEMDA yang selama ini hanya berorientasi ke
pengukuran Kinerja keuangan, saat ini bergeser ke pengukuran
kinerja organisasi dan kinerja peroroangan (perhatikan UU ASN
terbaru), pertanyaannya apakah Pamong desa dan jajarannya
akan diarahkan ke konsep pengukuran kinerja PEMDA??? (rilis
Psl 112 hingga Psl 115 tentang Pembinaan dan Pengawasan)
MANAJEMEN PELAYANAN UMUM DESA
PELAYANAN UMUM
• Pengukuran Kinerja pelayanan publik
seringkali
dipertukarkan
dengan
pengukuran kinerja pemerintah. Hal ini
tidak lah terlalu mengherankan karena
pada dasarnya pelayanan publik memang
menjadi tanggung jawab pemerintah.
• Dengan
demikian,
ukuran
kinerja
pemerintah dapat dilihat dari kinerjanya
dalam
menyelenggarakan
pelayanan
publik.
Sehingga
apabila
organisasi
tersebut menyelenggarakan pelayanan
dengan baik, maka kinerja organisasinya
dapat dianggap baik.
• Dengan demikian kinerja organisasi dan
• Bagi organisasi, melayani konsumen mrpkan
“saat yg menentukan” (moment of thruths),
peluang bagi organisasi
utk
menunjukkan
kredibilitas dan kapabilitasnya.
• Abad ke-21 adalah “abad pelanggan”(Carlzon,
1987).
• Prinsip “ Close to the customers”
• Semakin maju sebuah negara, akan semakin
banyak masyarakatnya yg bekerja di sektor jasa.
• Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik yg
diberikan oleh pemerintah, swasta atas nama
pemerintah, atau swasta, dengan atau tanpa
pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan
kepentingan masyarakat.
Bagaimana Dengan Desa Di Bandung Barat
PARADIGMA PELAYANAN DI KANTOR DESA MASA LALU
Bingung /
Harus Mencari
Orang yang
melayani
Proses
pelayanan
tidak jelas
Tidak ada
kejelasan biaya
pelayanan
Tidak ada
kepastian
waktu selesai
produk
pelayanan
Ruang
Pelayanan
Tidak Nyaman
06/08/2019
67
PENYAMAAN PERSEPSI
Banyak Pepohonan
Asri dan nyaman
Mari kita coba membayangkan sejenak
Apa Itu Gunung ?
06/08/2019
Indah dan Teduh
68
Hamparan pasir pantai
Indahnya matahari tenggelam
Sekarang Mari kita membayangkan
Sebuah Pantai ?
06/08/2019
Berjemur di Pantai
69
Sekarang Mari kita membayangkan
Seorang Laki2 atau Perempuan
06/08/2019
70
Bangunan kaku
Meubelair seadanya
Ruang pelayanan dan ruang tunggu
seadanya
kurang rapih
06/08/2019
Sekarang mari kita membayangkan
KANTOR DESA
Sempit dan
kurang tertata
71
MANAJEMEN PENGAWASAN DESA
ALIRAN EROPAH KONTINENTAL
ILMU PEMERINTAHAN DI
INDONESIA
MODEL UNITARIS
(KEBIJAKAN) PROGRAM BOS ?
ALIRAN ANGLO SAXION
(AMERIKA) (PEMERINTAHAN
MODEL FEDERALIS
(KEBIJAKAN) PROGRAM PNPM ?
AUTHORITY (KEWENANGAN)
POWER
(KEKUASAAN)
PELIMPAHAN KEWENANGAN DARI
PEMERINTAHAN NASIONAL KE SUB-SUB
PEMERINTAHAN NASIONAL
PENYERAHAN KEKUASAAN DARI STATE (NEGARA
BAGIAN) KE CENTRAL STATE (PEMERINTAH PUSAT)
AZAS PEMERINTAHAN : DEVOLUTION
AZAS PEMERINTAHAN :
1
2
. DESENTRALISASI
. DEKOSENTRASI
3. TUGAS PEMBANTUAN
CIKAL BAKAL TERLAHIRNYA
ILMU KEBIJAKAN PUBLIK
PRAKTEK PEMERINTAHAN HARUS DISERTAI
DENGAN :
4
1. PERSONIL
2. PERALATAN
3. PEMBIAYAAN
. DOKUMENTASI
ILMU PEMERINTAHAN (GOVERNMENTAL
STUDIES)
(PUBLIC POLICY STUDIES)
SEBAGAI MEDIA
MENGGABUNGKAN DUA ALIRAN
YANG MEWARNAI ILMU
PEMERINTAHAN
PRAKTEK PEMERINTAHAN HANYA DISERTAI
DENGAN :
1. PEMBIAYAAN
2. DOKUMENTASI
ILMU ADMINISTRASI NEGARA (PUBLIC
ADMINISTRATION STUDIES)
MANAJEMEN KOLABORASI DAN
KONFLIK DESA
TINGKATAN ESKALASI GANGGUAN SOSIAL
KERESAHAN INDIVIDU
KERESAHAN MASYARAKAT
GEJOLAK SOSIAL
KERUSUHAN SOSIAL
REVOLUSI SOSIAL
KONFLIK DAN KOLABORASI DITINGKAT DESA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Konflik di tingkat Desa senantiasa berkisar pada saat
PILKADES
Kolaborasi di tingkat desa juga terjadi saat PILKADES
Pasal 28 sanksi bagi kepala desa yang Tidak Melakukan
Kewajiban akan dikenakan sanksi administratif baik berupa
teguran lisan atau teguran tulisan dan tidak menutup
kemungkinan dilakukan pemberhentian sementara dan
pemberhentian penuh.
Pasal 30 bagi kepala desa yang Melanggar Aturan akan
dikenakan sanksi administratif
baik berupa teguran lisan
atau teguran tulisan dan tidak menutup kemungkinan
dilakukan pemberhentian sementara dan pemberhentian
penuh.
Pasal 41 bagi kepala desa yang dijadikan terdakwa dan
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun
berdasarkan register perkara di pengadilan akan dilakukan
pemberhentian sementara
Pasal 42 bagi kepala desa yang ditetapkan sebagai tersangka
dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau
tindak pidana terhadap keamanan negara akan dilakukan
pemberhentian sementara
Pasal 43 bagi kepala yang dinyatakan terpidana berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap akan dilakukan pemberhentian sementara
MANAJEMEN LOGISTIK DESA
Aset & Liabilitas
• Aset : Kekayaan atau apa yg dimiliki,
sumber daya ekonomi yg diharapkan
akan memperoleh manfaat ekonomi/
sosial yg diukur dengan satuan moneter/
uang .
Aset sebagai multiplier/pelipat ganda
• Liabilitas : Kewajiban
Filosofi Robert Kyosake Dalam Mengelola Aset :
• Aset : sesuatu yang memasukkan uang
Contoh : Usaha yg tidak menuntut
kehadiran
• Jumlah hari dimana anda dapat bertahan
tanpa bekerja secara fisik, jadi aset
diukur oleh waktu
• Aset mrpkan berapa banyak uang yg
anda simpan agar tidak diambil orang
lain dan berapa lama lama uang bekerja
utk anda .
Pola Arus Kas Orang Miskin
Pekerjaan
Pemasukan
Pengeluaran
Aset
Gaji
Pajak
Makan Minum
Sewa Rumah
Pakaian
Hiburan
Transportasi,dll
Liabilitas
Pola Arus Orang Kaya
Pemasukan
rumah
Bunga
Sewa
Royalty
Deviden
Pengeluaran
Minum
Rumah
Transportasi,dll
Pajak
Makan
Sewa
Pakaian
Hiburan
PERSEPSI RUMAH
• Ayah Kaya
Aset
Liabilitas
Rumah
• Ayah Miskin
Aset
Rumah
Liabilitas
Desa Nelayan
Ds. Persawahan
Ds. Perladangan
Ds. Jasa/
Perdagangan
Ds. Indust.
Sedang
& besar
Ds. Indus.
Kecil
& kerajinan
Tipe Desa
Ds. Perkebunan
Ds. Pertambangan/gal. C
Ds. Peternakan
BAGAN ARUS INFORMASI KEBUTUHAN BANTUAN
DARI MASYARAKAT DESA
SAMPAI PADA INSTANSI PEMBERI BANTUAN
Pemerintah Pusat
Gubernur
Propinsi
Pemerintah Kabupaten/ Kota
Pemerintah Kecamatan
Pemerintah Desa
Pemerintah Desa
Masyarakat Desa
Masyarakat Desa
BAGAN ARUS PEMBERIAN BANTUAN KEPADA
PEMERINTAH DESA DAN ATAU MASYARAKAT DESA
Pemerintah Pusat
Gubernur
Pemerintah
Kab/Kota
Camat
Pemerintah
Desa
Masyarakat
Desa
Donor
Pemerintah
Propinsi
BAGAN POLA PEMBERIAN BANTUAN DESA DARI
PROPINSI KEPADA DESA
Pusat
Koordinasi
Propinsi
Mampu
Identifikasi
Desa Menurut
Kemampuan
Sumber
Keuangan
Desa
Koordinasi
Pemeliharaan &
Pengembangan
Kurang
mampu
Pengembangan
Tidak
mampu
Pemberian
Modal Awal
Kabupaten/
Kota
Bantuan
- manajemen
- teknik
- perencanaan
Bantuan
- sumber
keuangan desa
- manajemen
Bantuan dalam
semua aspek sesuai
dengan
karakteristik desa
Desa
Unggulan
KONDISI UMUM DESA
3
“KONDISI SAAT INI”
•
•
•
•
•
Kemiskinan semakin “meningkat”;
Ketertinggalan semakin bertambah;
Ketahanan semakin “rapuh”;
Daya saing bangsa semakin “melemah”
Budaya Gotong Royong masyarakat dalam
pembangunan “pudar”;
• Tingkat ketergantungan “meningkat”;
• Persatuan dan kesatuan yang semakin
“terkikis”.
• Kualitas SDM semakin berkurang (migrasi)
PERTANYAAN MENDASAR!
TUJUAN KEBIJAKAN PENINGKATAN KINERJA
PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DESA
“MEMBANGUN DESA” ? ? ? ? ? ?
atau
“DESA MEMBANGUN” ? ? ? ? ? ?
Bagaimana Kualitas SDM ?
- Pemerintah Desa
- Masyarakat
Pembangunan Ekonomi Berbasis Pedesaan
One Village One Product dan SAKASAKTI
Propinsi Jawa Timur
KUNCI KEBERHASILAN
• Adanya kepemimpinan visioner oleh PEMERINTAHAN
DESA yang mampu menawarkan gagasan baru dan
konsisten
mengawal
perubahan
yang
telah
direncanakan melalui RPJP Desa dan RPJMDes.
• Adanya dukungan yang kuat dari Pemerintah Desa
untuk sama-sama berubah. Harus pula adanya
keyakinan bahwa perubahan yang terjadi akan
menguntungkan semua pihak.
Pada dasarnya orang tidak suka perubahan,
sehingga mereka mempunyai daya tolak terhadap
perubahan. Semakin besar perubahan mengganggu
kepentingannya, maka semakin besar daya tolaknya
terhadap perubahan.
• Adanya kesadaran masyarakat untuk menggunakan hak
dan kewajibannya sebagai warganegara maupun warga
daerah, desa secara seimbang dan proporsional.
Farmasi
Daun
Pakan Ternak
Pangan Manusia
SI
N
G
K
O
N
G
Etanol
Pangan
Charcoal
Kreasi/Bunga kering
Batang
Tepung Tape
Briquet
pangan
Papan Partikel
Pellet/Pakan
Ternak
Tepung Singkong
Kulit
Keripik
Pakar Ternak
Tepung
Roti Casabe
Meal Farina
Milk Makanan
Fou Fou African Dish
Agbelima
Hasil Olahan
Tapioka
Pearl/Flakes
Umbi
Tape Ketela
Gula
Daging
Gaplek
Pati Modifikasi
Pati
Teknologi Baru
Protein
(Protein Sel
Tunggal)
Fermentasi
Alkohol/
Etanol
Asam Sitrat
Asam Laktat
Glukosa
Fruktosa
Sukrosa
Maltosa Sirup
Monosodium
Glutamat
Kertas Adhesives
Urea Formaidehyde
Resin
Coadjuvant
Tepung Pasta
Aceto
Cyanohydrin
Cuk
B
a ahan Bakar
Motor
Daun
Pucuk Daun
Keranjang Sampah
Manggar Kelapa
Topi
Tuba
Pelepah Kering
Minyak Goreng
Kipa
s
Cuka
Kelapa
Pengganti
Dekstora
Cat
Gliserin
Manisan Serutan
Kelapa
Krim Rambut
Minyak
Rambut
Buah Kelapa
Biskuit
Shampo
Margarin
Tepung Santan
Arang
Karbon Aktif
Batako Pres
Ikat Pinggang
Isolator
Obat Nyamuk
Pewarna Batik
Karpet
Batang Kelapa
Papan
Akar
Bahan Obat-obatan
Tempat Buah
PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATAN
BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN DESA
(Proyeksi 20 tahun yang akan datang)
Bupati/
Bupati/
Walikota
Walikota
Camat
Kecamatan
Urusan2
Pemerintahan yg
dijalankan oleh desa
Konsekuensi
dihapus
Desa
Desa
Otonom
(baru)
Desa
Desa
Proses amalgamasi
(Vide Tap MPR No. IV/2000
Rekomendasi no. 7)
1 .Luas mencakup beberapa desa
lama.
2 . Otonomi Rasional (DO Tk III)
Isi otonominya bersifat
pemberian dari Pemerintah
Hak cipta model : Sadu Wasistiono
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA