Pengaruh kerusuhan Mei 1998 dalam novel Putri Cina karya Sindhunata - USD Repository

PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998 DALAM NOVEL

  PUTRI CINA KAR YA SINDHUNATA

  Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

  Oleh: Christopher Allen Woodrich

  NIM: 084114001 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Skripsi ini disembahkan untuk semua korban Kerusuhan Mei 1998 serta para pejuang hak mereka.

  Merahnya Merah-Putihku

  Setetes darah Percik di benderaku tercinta Darah mereka tak berdosa Menjadi kambing hitam belaka Teriak sunyi orang tersiksa Masih bergema, masih bergema Tiada kita perdulikan nista Teman kita dalam Bhineka Tunggal Ika Sewindu setengah telah berlalu Tapi masih terharu hatiku Melihat sang merah-putih berduka Semakin merah karna dosa kita Kapankah kita kan bekerja sama Kapankah merah-putihku bisa bahagia Bersih dari darah korban api dan musnah Merah merah semangat bukan luka Dijilat api benderaku masih berlambai Memberi sinar harapan bangsa Sementara impian tak tercapai Selama kita masih memangsa

  Yogyakarta 2010 Tugas Akhir

PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998 DALAM NOVEL

  PUTRI CINA KAR YA SINDHUNATA

  Oleh: Christopher Allen Woodrich NIM: 084114001 Telah disetujui oleh Pembimbing I tanggal 5 January 2012 (Susilawati Peni Adji, S.S. M. Hum.) Pembimbing II tanggal 5 January 2012 (Dr. I. Baryadi Praptomo, M. Hum.)

  PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998 DALAM NOVEL PUTRI CINA KAR YA SINDHUNATA

  Dipersiapkan dan ditulis oleh Christopher Allen Woodrich

  NIM: 084114001 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

  Pada 9 Januari 2012 Dan dinyatakan memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua Herry Antono ............................. Sekretaris S. E. Peni Adji ............................. Anggota Yoseph Yapi Taum ..............................

  I. Baryadi Praptomo S. E. Peni Adji ..............................

  ..............................

  Fakultas Sastra Dekan

  

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah

untuk Kepentingan Akade mis

  Saya, yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Christopher Allen Woodrich NIM : 084114001 yang merupakan mahasiswa Sanata Dharma, memberikan kepada Perpustakaan

  Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Pengaruh Kerusuhan Mei 1998 Dalam Novel Putri Cina Karya Sindhunata” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada) demi pengembangan ilmu pengetahuan.

  Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Tulisan ini juga dilepaskan dengan lisensi hak cipta Creative Commons Attribution Share-Alike. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, pada tanggal 12 January 2012 Yang menyatakan Christopher Allen Woodrich

  ABSTRAK

  Untuk memahami suatu karya sastra perlu kita memahami latar belakang sosial-budayanya, khususnya peristiwa sejarah di daerah karya itu ditulis. Demikian pula halnya meneliti Putri Cina, karya Sindhunata. Makalah ini bertujuan mencari hubungan antara Kerusuhan Mei 1998 dengan memahami unsurnya, yaitu Kerusuhan Mei 1998 dan karya Putri Cina. Dari pengertian dasar itu akan ditarik kemiripan dengan menggunakan teori sosiologi sastra.

  Pada bulan Mei 1998 terjadi suatu peristiwa yang sampai sekarang mempengaruhi psikis orang keturunan Cina di Indonesia, khususnya yang WNI. Pada saat itu terjadi amuk massa yang amat keji dan diarahkan kepada orang Cina: perkosaan, pembunuhan, penjarahan dan pembakaran. Amuk massa ini akhirnya memaksa Presiden Soeharto mengundurkan diri. Kini peristiwa itu dikenal Kerusuhan Mei 1998. menceritakan kehidupan dua perempuan Cina, yaitu Putri Cina,

  Putri Cina

  yang agak mistis, dan Giok Tien, yang menikah dengan seorang pribumi. Putri Cina merasa kehilangan identitasnya, maka dia melewati beberapa masa, dari keruntuhan kerajaan Majapahit sampai pada akhir rezim Prabu Amurco Sabdo, untuk mencari identitas itu. Giok Tien adalah istri Setyoko, senapati kerajaan Medang Kamulan Baru. Kakak-kakaknya dibunuh dan dia sendiri diperkosa. Biarpun akhirnya dia diselamatkan Setyoko dan berdua mereka memaksa Prabu Amurco Sabdo mengundurkan diri, dia tidak percaya pada suaminya. Ketika mereka akhirnya berbaikan, Setyoko dan Giok Tien dibunuh orang yang mengharapkan Giok Tien dari zaman dahulu.

  Kerajaan Medang Kamulan Baru adalah Orde Baru, dengan Prabu Amurco Sabdo sebagai wakil Soeharto. Rasa trauma yang dirasa Giok Tien mencerminkan rasa trauma orang Cina setelah tragedi itu. Itu dan beberapa kemiripan novel dengan kejadian nyata dan tokoh sejarahwi dapat dibaca pada Bab IV.

  ABSTRACT

  In order to understand a literary work one must understand its social and cultural background, especially the history of the area where it is written. The above statement holds true as well for analysing Putri Cina, by Sindhunata. This paper will explain the May 1998 tragedy and Putri Cina and then draw parallels between the two using the theory of sociology of literature.

  In May 1998 something happened that until now affects people of Chinese descent in Indonesia, especially those who are Indonesian citizens. At that time a large pogrom occurred, directed towards Chinese-Indonesians. These acts included rape, murder, pillaging and razing. This pogrom eventually forced Suharto, the president of Indonesia, to resign. Now that event is known as the May 1998 Tragedy. is about the lives of two Chinese women, namely Putri Cina

  Putri Cina

  (literally Chinese Princess), who is almost mystical, and Giok Tien, who is married to a pribumi (one considered to be indigenous to Indonesia). Putri Cina feels like she has lost her identity, so she travels through time, from the fall of the Majapahit kingdom up until the end of Prabu Amurco Sabdo’s regime to find it. Giok Tien is Setyoko’s wife, making her the wife of the commander in chief of the army of the kingdom of Medang Kamulan Baru. Her older sisters are murdered and she herself is raped. Even though she is eventually rescued by Setyoko and together they force Prabu Amurco Sabdo to resign, she doesn’t trust her husband. When they eventually are able to trust each other again, they are killed by one of Giok Tien’s long time admirers.

  The kingdom of Medang Kamulan Baru represents the New Order, with Prabu Amurco Sabdo as its Suharto. The trauma that Giok Tien feels reflects the trauma Chinese-Indonesians felt after the May 1998 Tragedy. These conclusions and other similarities between the novel and actual events and historical figures can be found in Chapter IV.

KATA PENGAN TAR

  Tulisan ini merupakan suatu titik akhir dari perjalanan yang sudah saya tempuh selama sepuluh tahun, sejak kelas enam SD saat saya mulai mengenali kebudayaan Asia. Sejak itu, saya sudah mengikuti pertukaran pelajar ke Indonesia sehabis SMA dan bahkan kembali ke Indonesia untuk kuliah. Berdasarkan latar belakang saya dengan banyak teman keturunan Cina dan obsesi saya dengan hak asasi manusia, tugas akhir ini pun dapat diselesaikan.

  Atas bantuan mereka dalam penyelesaian makalah ini saya ingin ucapkan terima kasih kepada orang-orang berikut:

  • Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho, atas dukungannya dalam semua tugas akademik.
  • Keluarga saya di Kanada, khususnya ibu saya Diane Marie Boismier dan nenek saya Sarah Della Whitehead Sr., untuk dukungannya selama saya kuliah di Indonesia.
  • Peni Adji, S.S. M. Hum., untuk kesabarannya selama membimbing saya dalam penulisan tugas akhir ini.
  • Dr. I Praptomo Baryadi M. Hum., untuk kesabarannya dalam membantu mengoreksi tata bahasa dan diksi
  • Sindhunata, untuk usahanya memperjuangkan hak warga Tionghoa melalui karya ini.

  Makalah ini tidak sempurna dan apabila terjadi kekurangan saya mohon maaf lebih dahulu. Terima kasih.

  Yogyakarta, 12 January 2012 Christopher Allen Woodrich

  NIM: 084114001

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 12 Januari 2012 Penulis Christopher Allen Woodrich

  DAFTAR ISI Halaman

  HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i PERSEMBAHAN .............................................................................................. ii KUTIPAN PEMBUKA ...................................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................................... vi ABSTRAK ......................................................................................................... vii viii

  ABSTRACT .........................................................................................................

  KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

  BAB 1: PENDAHULUAN ........................................................................ 1

  1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

  1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 2

  1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3

  1.4 Tinjauan Pustaka ........................................................................... 3

  1.5 Landasan Teori .............................................................................. 5

  1.5.1 Teori Strukturalisme ............................................................ 5

  1.5.2 Teori Sosiologi Sastra .......................................................... 7

  1.6 Metode Penelitian ......................................................................... 11

  1.6.1 Metode Pengumpulan Data .................................................. 11

  1.6.2 Metode Analisis Data ........................................................... 12

  1.6.3 Metode Penyajian Data ......................................................... 12

  1.7 Sistematika Penyajian ................................................................... 13

  BAB 2: KERUSUHAN MEI 1998 DI INDONESIA ................................. 15

  2.1 Latar Belakang .............................................................................. 15

  2.2 Kerusuhan di Jakarta ..................................................................... 18

  2.2.1 Secara Umum .................................................................... 18

  2.2.2 Kerusuhan dan Penjarahan ................................................ 22

  2.2.3 Kekerasan Terhadap Etnis Cina ........................................ 27

  2.2.4 Respons Aparat ................................................................. 31

  2.2.5 Reaksi Warga .................................................................... 33

  2.3 Kerusuhan di Surakarta ................................................................. 35

  2.4 Kerusuhan di Kota Lain ................................................................ 39

  2.5 Dampak dari Kerusuhan Mei 1998 ............................................... 41

  BAB 3: ANALISIS STRUKTURAL NOVEL PUTRI CINA .................... 43

  3.1 Sudut Pandang ............................................................................... 43

  3.2 Gaya Bahasa .................................................................................. 44

  3.3 Alur ............................................................................................... 46

  3.4 Latar .............................................................................................. 54

  3.4.1 Latar Tempat ..................................................................... 54

  3.4.2 Latar Waktu ....................................................................... 56

  3.3.3 Latar Sosio-Budaya ........................................................... 57

  3.5 Penokohan ..................................................................................... 58

  3.5.1 Putri Cina ........................................................................... 58

  3.5.2 Giok Tien ........................................................................... 60

  3.5.3 Setyoko / Gurdo Paksi ....................................................... 61

  3.5.4 Radi Prawiro / Joyo Sumengah ......................................... 63

  3.5.5 Prabu Murhardo / Prabu Amurco Sabdo ........................... 64

  3.5.6 Korsinah ............................................................................ 65

  3.5.7 Keluarga Giok Tien ........................................................... 66

  3.6 Tema .............................................................................................. 67

  3.6.1 Krisis Identitas ................................................................... 67

  3.6.2 Kemabukan Kekuasaan ..................................................... 69

  3.6.3 Cinta Sejati ........................................................................ 71

  BAB 4: PENGARUH KERUSUHAN MEI 1998 DALAM PUTRI CINA 74

  4.1 Alur ............................................................................................... 74

  4.2 Latar .............................................................................................. 81

  4.2.1 Latar Tempat ..................................................................... 81

  4.2.2 Latar Waktu ....................................................................... 84

  4.2.1 Latar Sosio-Budaya ........................................................... 84

  4.3 Penokohan ..................................................................................... 87

  4.3.1 Putri Cina ........................................................................... 87

  4.3.2 Giok Tien ........................................................................... 89

  4.3.3 Setyoko / Gurdo Paksi ....................................................... 90

  4.3.4 Radi Prawiro / Joyo Sumengah ......................................... 91

  4.3.5 Prabu Amurco Sabdo ........................................................ 94

  4.3.6 Korsinah ............................................................................ 96

  4.3.7 Keluarga Giok Tien ........................................................... 97

  4.3.8 Aryo Sabrang ..................................................................... 99

  BAB 5: PENUTUP ..................................................................................... 101

  5.1 Kesimpulan .................................................................................. 101

  5.1.1 Ringkasan Penelitian ......................................................... 101

  5.1.2 Kesimpulan ........................................................................ 103

  5.2. Saran ........................................................................................... 103 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 105 LAMPIRAN ..................................................................................................... 109 BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 120

DAFTAR ISTILAH

  Oleh karena tiga tokoh mengubah nama dengan jabatan baru atau berjalannya waktu, akan digunakan hanya satu nama untuk ketiga tokoh itu, berdasarkan nama pertama yang digunakan secara kronologis, yaitu:

  Nama Yang Dilambangkan

  Prabu Murhardo : Prabu Murhardo / Prabu Amurco Sabdo Setyoko : Setyoko / Gurdo Paksi Radi Prawiro : Radi Prawiro / Joyo Sumengah Selain itu, di tugas akhir ini digunakan istilah Cina, yang kadang dianggap sebagai

  

  penghinaan, untuk menjaga konsistensi dengan novel Putri Cina, yang menggunakan istilah itu.

  a

Istilah Tionghoa dan China sering dianggap lebih netral. Lihat Woodrich, Christopher Allen.

  

“Pandangan Pemuda-Pemudi Yogyakarta tentang Kedudukan Suku Tionghoa di Indonesia.”

Makalah . Yogyakarta: Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. untuk contoh penerimaan

  DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman

  1. Peta Kerusuhan di Jakarta .............................................................................. 109

  2. Data Kerusakan dan Korban .......................................................................... 110

  2.1 Data Kerusakan dan Korban Versi DKI Jakarta ............................. 110

  2.2 Dat a Ker usak a n da n Korba n Ve rs i Tim Re la wa n Unt uk Kemanusiaan (TRUK) ..................................................................... 110

  2.3 Data Korban Versi RSCM ............................................................... 111

  2.4 Data Kerusakan dan Korban Versi Kodam Jaya ............................. 111

  2.5 Data Kerugian Bisnis Properti Akibat Kerusakan ........................... 112

  2.6 Data Kerusakan dan Korban TRUK ................................................ 112

  2.7 Data Korban Jiwa dan Luka-Luka Versi Tabloid Berita Mingguan Adil .................................................................................................. 112

  2.8 Data Kerusakan Versi Tabloid Berita Mingguan Adil .................... 113

  2.9 Data Perkosaan Tim Gabungan Pencari Fakta ................................ 113

  3. Transcript Wawancara dengan Wahyu Apri Wulan Sari ............................... 114

  4. Transcript Wawancara Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho ......................... 117

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra bertitik tolak pada dunia nyata, termasuk karya sastra Indonesia.

  Pada waktu sastra Indonesia lahir, kekuasaan Belanda mewarnai semua aspek kehidupan; dengan demikian, karya sastra yang diterbitkan, seperti Sitti Nurbaya, di

  

  permukaan tampak pro-Belanda. Pada saat perang kemerdekaan, kemanusiaan dan semangat perjuangan tidak dapat terpisah dari kehidupan; demikian pula pada karya sastra, seperti dalam Jalan Tak Ada Ujung, yang mengutamakan tema kemanusiaan

   dan kemerdekaan. Setiap periode diilhami oleh peristiwa nyata.

  Demikian pula Putri Cina karya Sindhunata, yang diterbitkan pada tahun 2007. Akibat kekacauan ekonomi, pada tahun 1998 orang keturunan Cina dijadikan kambing hitam di seluruh Indonesia. Di Jakarta sendiri, dalam waktu tiga hari (dari

  

  

  tanggal 13 – 15 Mei 1998) sebanyak 1.217 orang tewas, 152 wanita diperkosa, dan

  

  ada kerugian material setidaknya Rp. 2,5 triliun. Sebagai akibat dari krisis ekonomi dan kerusuhan di “kota paling aman dan dijaga se-Indonesia,” akhirnya Presiden

  1 Siregar, Bakri. Sedjarah Sastera Indonesia Modern. 1964. Akademi Sastera dan Bahasa 2 “Multatuli”: Jakarta. Hal. 31 – 32.

  Teeuw, A. Sastra Baru Indonesia I. Diterjemahkan Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Ed isi Pertama. 3 1980. Nusa Indah: Ende. Hal. 170 – 172.

  

Hartin ingsih, Maria, dan Ahmad Arif. “Tragedi Mei: Membaca Kota dari Puing Berjelaga.” 2008.

4 Kompas.

  16 Mei. Hal. 49. 5 “Soal Kerusuhan: Pemerintah Bentuk Tim Interdep.” 1998. Kompas. 14 Ju li. Hal. 6.

  Setiono, Benny G. Tionghoa dalam Pusaran Politik: Mengungkap Fakta Sejarah Tersembunyi

   Suharto terpaksa mengundurkan diri. Kerusuhan ini menyebabkan hilangnya

  identitas dalam batin warga keturunan Cina, yang menjadi bingung: apa artinya nasionalitas, kalau tidak bisa Cina dan tidak bisa Indonesia? Putri Cina lahir sebagai

   tanggapan pertanyaan itu.

  Biarpun Putri Cina merupakan tanggapan atas pertanyaan identitas, novel itu tidak dapat dipisahkan dari peristiwa yang telah mengilhaminya. Novelnya penuh dengan peristiwa yang menjadi paralel kerusuhan Mei 1998, di antaranya kerusuhan yang menjadi alasan pembunuhan orang Cina, perkosaan wanita Cina, ketidakmampuan pemerintah untuk mencegah kerusuhan, dan gara-gara yang tersebar di seluruh Indonesia. Sejauh manakah Putri Cina mencerminkan realitas?

1.2 Perumusan Masalah

  Penelitian ini memecahkan tiga masalah, yaitu:

  1.2.1 Bagaimanakah peristiwa Kerusuhan Mei 1998 di Indonesia?

  1.2.2 Bagaimanakah struktur novel Putri Cina karya Sindhunata?

  1.2.3 Bagaimanakah Kerusuhan Mei 1998 mempengaruhi Putri Cina karya Sindhunata?

  6 Tan, Mely G. Etnis Tionghoa di Indonesia: Kumpulan Tulisan. 2008. Yayasan Obor Indonesia: 7 Jakarta. Hal. 212

  1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tiga tujuan sebagai berikut.

  1.3.1 Mendeskripsikan peristiwa Kerusuhan Mei 1998 di Indonesia.

  1.3.2 Mendeskripsikan struktur novel Putri Cina karya Sindhunata.

  1.3.3 Mendeskripsikan pengaruh Kerusuhan Mei 1998 terhadap novel Putri karya Sindhunata.

  Cina

  1.4 Tinjauan Pustaka

  Dalam tinjauan pustaka telah ditemukan beberapa pembahasan Putri Cina karya Sindhunata. Pembahasan-pembahasan yang ditemukan ada yang merupakan skripsi/tugas akhir, esai dan resensi buku.

  Pembahasan pertama ditulis oleh Maria Hartiningsih berjudul “Pergumulan Menguakkan Identitas”. Tulisan ini merupakan resensi buku Putri Cina. Resensi yang diterbitkan di Kompas pada tanggal 23 September 2007 ini memberi sinopsis plot, serta membahas salah satu pesan novel, yaitu “Identitas Tunggal adalah Ilusi.” Biarpun ada sedikit pembahasan interteks pada pembukaan dengan menjelaskan sedikit tentang Kerusuhan Mei 1998 dan pengaruhnya di dunia sastra, serta satu paragraf yang menarik keparalelan di antara dunia nyata dan dunia Putri Cina:

  Manusia terus mengulang sejarah itu dalam konteks politik yang berbeda-beda. Pemerkosaan terhadap perempuan etnis Cina juga terjadi waktu itu (hal 149-150). Sejarah kontemporer mencatat

   8 pengambinghitaman etnis Cina sejak tahun 1740 (hal 85-86). Dalam penulisan ini belum dijumpai pembahasan sosiologi sastra historis yang mendalam. Sementara, tugas akhir ini diharapkan dapat membahas ilham dari sudut sosiologi sastra sejarahwi secara lebih dalam.

  Ditemukan pula sebuah skripsi dari Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Gadjah Mada berjudul “Novel Putri Cina Karya Sindhunata: Analisis Intertekstual” oleh Dedy Purwono. Skripsi ini, yang diselesaikan pada tahun 2008, membahas Putri

  Cina dengan teori interteks. Skripsi Dedy sebagaimana dikemukakan di inti sarinya:

  Berdasarkan teori intertekstual, nampak kehadiran teks-teks lain dalam novel Putri Cina. Teks lain yang kehadirannya dapat dilacak dalam novel Putri Cina yaitu Babad Jaka Tingkir, Babad Tanah Jawa, sajak-sajak Cina klasik, drama “Jakarta 2039”, dan novel Sam Pek Eng

  Tay

  . Kehadiran teks-teks tersebut saling berkaitan dan menetralisasi satu sama lain sehingga berhasil menambah kualitas novel Putri Cina sebagai sebuah produktivitas.

9 Skripsi tersebut bertujuan untuk mencari interteks di antara Putri Cina dengan

  karya sastra lain. Sementara, tugas akhir ini akan mencari pengaruh Kerusuhan Mei 1998 dalam karya Putri Cina dengan menggunakan teori sosiologi sastra.

  Sementara, Novita Dewi, dosen Kajian Bahasa Inggris (Pascasarjana) di Universitas Sanata Dharma, menulis makalah mengenai bagaimana Putri Cina melambangkan usaha untuk rekonsilasi masyarakat pasca-Kerusuhan Mei 1998.

  Sebagaimana dinyatakan dalam abstraknya, Tulisan ini bertujuan mengungkapkan adanya rekonsilasi pasca konflik lewat imajinasi historis dalam karya terbaru Sindhunata Putri

  

Cina (2007). Rekonsilasi akan pesan perdamaian ditunjukkan melalui

  menerimanya tokoh akan ketidakjelasan identitasnya. Pesan ini dikemas 9 Purwono, Dedy. “Novel Putri Cina Karya Sindhunata: Analisis Intertekstual”. 2008. Skripsi. menggunakan narasi tentang peperangan, balas dendam, dan pengambinghitaman dengan mengangkat sejarah, mitos, cerita rakyat, dan realitas politik modern yang menggarisbawahi kengerian dan kesia- siaan perang antarsaudara. Rekonsilasi dan peran perdamaian ini dibayar

   oleh cinta dan kematian.

  Tulisan Novita Dewi ini menggunakan sosiologi sastra sejarah, folklor, dan politik untuk menunjukkan bagaimana novel Putri Cina merupakan sebuah usaha untuk merekonsiliasi suku pribumi dengan orang keturunan Cina. Sementara, tugas akhir ini mengutamakan teori sosiologi sastra sejarah dan dimaksud untuk menemukan ilham- ilham Putri Cina.

1.5 Landasan Teori

  Dalam tugas akhir ini akan digunakan dua teori, yaitu teori strukturalisme untuk memahami novel Putri Cina dan teori sosiologi sastra untuk memahami hubungannya dengan Kerusuhan Mei 1998.

1.5.1 Teori Strukturalisme

  Teori strukturalisme dalam sastra merupakan pengertian struktural terhadap sebuah karya sastra, baik prosa, puisi maupun drama. Berdasarkan strukturnya; penelitian ini akan menelusuri sudut pandang naskah, alur cerita, latar, penokohan, dan tema.

10 Dewi, Novita. “Putri Pewarta Perdamaian : Kajian atas Putri Cina karya Sindhunata” dalam Sintesis

  Sudut pandang merupakan bagaimana suatu cerita disampaikan. Apabila disampaikan dengan “aku-an” (tokoh utama ialah si “Aku”), maka sudut pandangnya disebut orang pertama. Apabila cerita disampaikan dengan menggunakan nama tokoh dan narator yang mempunyai kedudukan di luar cerita, maka naskah mempunyai sudut pandang orang ketiga atau “dia-an”. Sudut pandang orang ketiga ini dapat dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu terbatas (hanya mengetahui beberapa tokoh saja),

   dan mahatahu (mengetahui keadaan dan pikiran semua tokoh).

  Alur cerita (plot) adalah apa yang terjadi dalam cerita. Alur ini dibagi dalam lima bagian, yakni perkenalan, munculnya konflik, perkembangan konflik, klimaks dan penyelesaian. Walaupun secara umum kelima bagian tersebut berurutan, ada juga karya yang menggunakan urutan yang berbeda, dengan menggunakan teknik seperti

   flashback untuk mengembangkan cerita.

  Latar terdiri dari tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosio- budaya. Latar tempat adalah ruang lingkup di mana cerita terjadi, baik secara sempit (misalnya istana presiden) maupun luas (misalnya Jawa Barat). Latar waktu adalah kurun waktu di mana sebuah peristiwa itu terjadi, baik secara sempit (misalnya jam tiga siang), maupun luas (misalnya tahun 1998). Latar sosio-budaya adalah

   11 keseluruhan adat dan kebudayaan di tempat dan waktu di mana cerita terjadi.

  Ratna, Nyo man Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme hingga . Cetakan 1. 2004. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal.

  Postruk turalisme Perspek tif Wacana Naratif 12 319 – 320 13 Ibid. Hal. 240 – 243.

  Obstfeld, Raymond. Fiction First Aid: Instant Remedies for Novels, Stories and Scripts. 2002

  Penokohan adalah perkembangan tokoh-tokoh dalam cerita. Ada tiga jenis tokoh, yaitu protagonis (pelaku/pendorong cerita), antagonis (penghambat protagonis), dan tritagonis (pembantu protagonis dan / atau antagonis). Hubungan di

   antara para tokoh dapat menyebabkan dan menyelesaikan konflik.

  Tema adalah pembahasan terhadap hal- hal mendasar dalam naskah yang merupakan perjuangan universal. Ada tema klasik, seperti ‘yang baik mengalahkan yang jahat,’ dan ada juga yang lebih jarang digunakan seperti ‘yang jahat

  

  mengalahkan yang baik.’ Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan acuan ialah plot, latar, penokohan, dan tema, sementara sudut pandang akan disinggung pada Bab III tapi tidak didalami pada Bab IV.

1.5.2 Teori Sosiologi Sastra

  Sosiologi sastra (juga disebut sosiokritik) adalah ilmu sastra interdisiplin

  

  (ilmu sastra dengan ilmu sosiologi) yang dipicu sebagai tanggapan atas kekurangan teori strukturalisme. Oleh karena dipercaya bahwa karya sastra harus dipahami sebagai satu aspek kebudayaan yang melengkapi kebudayaan lain, sosiologi sastra berusaha untuk memahaminya dalam konteks kebudayaan itu. Semua aspek saling

   14 melengkapi, baik pengarang, artifak, pembaca, maupun interteks. 15 Ratna, Nyo man Kutha. Op. Cit. Hal. 318. 16 Obstfeld, Raymond. Op. Cit. Hal. 1, 65, 115, 171. 17 Ratna, Nyo man Kutha. Op. Cit. Hal. 338. Menurut Jonathan Culler, karya sastra, yang merupakan suatu sistem simbol, hanya dapat mempunyai arti apabila dijelaskan dari mana asal- usulnya dan untuk siapa dimanfaatkan. Penelitian yang tidak memperhatikan ini tidak dapat menjelaskan

   karya sastra dengan sesungguhnya.

  Dalam penerapannya, teori sosiologi sastra dinyatakan lebih mudah dipergunakan untuk prosa, khususnya novel. Menurut Nyoman Kutha Ratna, ini terjadi karena beberapa hal. Pertama, novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, serta paling luas. Kedua, bahasa yang digunakan cenderung bahasa

   sehari- hari, sehingga paling mudah dipahami.

  Sosiologi sastra dianggap teori yang baru. Biarpun dinyatakan telah lahir pada

   abad kedelapan belas, baru ada buku teks yang diterbitkan pada tahun 1970.

  Walaupun demikian, perkembangannya sudah pesat. Di bawah ini dijelaskan berbagai aspek teori sosiologi sastra.

  Menurut Nyoman Kutha Ratna, kedudukan karya sastra adalah sebagai berikut.

  1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin. Ketiga subjek itu adalah anggota masyarakat.

  2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang 18 terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga digunakan masyarakat.

  Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Poetics: Structuralism, Linguistics, and the Study of

Literature . Routledge & Kegan Pau l: London. Hal. 5. dalam Ratna, Nyo man Kutha. Op. Cit. Hal.

19 337. 20 Ratna, Nyo man Kutha. Op. Cit. Hal. 335 – 336.

  3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah- masalah kemasyarakatan.

  4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat- istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.

  5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas; artinya, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.

   Dengan demikian, menurut Nyoman Kutha Ratna kekayaan karya sastra terjadi karena dua hal, sebagaimana dijelaskan di bawah.

  1. Pengarang, dengan pengetahuan intersubjektivitasnya, menggali kebudayaan masyarakat lalu memasukkan kebudayaan itu dalam karyanya. Keberhasilan pemasukan kebudayaan itu bertitik tolak pada kemampuan pengarang dalam melukiskannya.

  2. Pembaca, dengan pengertian kebudayaan itu, memahami apa yang dibaca dengan kaca mata budaya itu. Apabila pembaca tidak memahami atau berasal dari kebudayaan itu, sangat susah untuk karya sastra berhasil mengesankan pembaca.

22 Menurut Nyoman Kutha Ratna, karya sastra selamanya milik masyarakat

  yang melahirkan pengarangnya. Selama hidup pengarang, dia dapat diakui sebagai 21 Ibid. Hal. 333. 22 pengarang karya sastra. Namun, setelah kematiannya pengarang tunggal itu diganti dengan pengarang jamak, yaitu masyarakat yang melahirkan situasi sosio-budaya yang mewarnai karya sastra. Pengarang jamak ini yang dinamakan pengarang implisit. Tidak ada karya sastra yang merupakan hanya hasil dunia batin pengarang

   sendiri.

  Pernyataan serupa dinyatakan oleh ahli ilmu sastra lain. Menurut Jonathan Culler, tidak ada karya sastra yang berasal dari pikiran yang benar-benar independen yang dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Apabila karya sastra diharapkan untuk dibaca, dipahami, dan dinikmati masyarakat, harus termasuk horison harapan pembaca, atau sistem kebiasaan dan pikiran umum di masyarakat itu yang sudah pasti

   akan dipahami pembaca.

  Sebagai ilmu interdisiplin antara ilmu sastra dan sosiologi, sosiologi sastra juga menerapkan berbagai aspek kebudayaan, antara lain sejarah, filsafat, agama, ekonomi, dan politik. Namun, prioritas dalam penelitian sosiologi sastra adalah karya

   sastra sendiri, dengan ilmu- ilmu lain sebagai ilmu pembantu.

  Ada tiga macam model penelitian karya sastra yang dapat digunakan seorang peneliti, sebagai berikut:

  1. Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah 23 terjadi. 24 Ibid. Hal. 336. 25 Culler, Jonathan. Op. Cit. Hal. 5. dalam Ratna, Nyoman Kutha. Op. Cit. Hal. 337.

  2. Sama dengan di atas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur, bukan aspek-aspek tertentu.

  3. Menganalisis karya dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan dengan menggunakan disiplin tertentu. Model ini mudah diterapkan

   dengan cara yang salah, sehingga karya sastra menjadi objek kedua.

  Dalam penelitian ini, aspek sosiologi sastra yang akan diteliti adalah sejarah, dengan menggunakan model ketiga.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

  Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan di atas, diperlukan data yang cukup mengenai Kerusuhan Mei 1998 beserta unsur intrinsik novel Putri Cina.

  Untuk pengumpulan data itu, digunakan dua metode, yaitu kajian pustaka dan wawancara.

  Untuk data tentang Kerusuhan Mei 1998, akan digunakan sumber sekunder, antara lain buku sejarah, artikel koran, artikel majalah, dan novel. Sementara, untuk data mengenai perasaan dan pengalaman orang, akan digunakan metode wawancara supaya perasaan dan pengalaman korban lebih menonjol.

  26

  1.6.2 Metode Analisis Data

  Oleh karena ketiga masalah yang akan dipecahkan dalam tugas akhir ini mempunyai sifat yang sangat berbeda, akan digunakan tiga metode analisis data.

  Untuk Bab 2, yang bersifat sejarah kuantitatif/kualitatif, akan digunakan metode historis deskriptif agar apa yang terjadi dapat dikemukakan dengan jelas. Untuk Bab 3, yang menggunakan teori strukturalisme, akan digunakan metode analisis objektif- deskriptif, sesuai dengan filsafat dasar teori strukturalisme bahwa tidak ada unsur di luar karya sastra yang berperan dalam pembentukan karya sastra tersebut. Sementara, untuk Bab 4, yang berusaha untuk menghubungkan keterjadian pada Kerusuhan Mei 1998 dengan keterjadian dalam novel Putri Cina, akan digunakan metode komparatif, dengan menarik kesamaan di antara kenyataan sejarahwi dan keterjadian dalam novel.

  1.6.3 Metode Penyajian Data

  Data akan disajikan secara deskriptif, dengan kesimpulan ditarik dari deskripsi itu.

  1.6.4 Sumber Data

  Sumber data yang utama digunakan untuk penelitian ini adalah sumber sekunder (sumber pustaka), di antara lain artikel majalah, artikel koran, buku sosial, buku sejarah, dan skripsi. Sementara, untuk keperluan tertentu digunakan sumber mengetahui emosi yang terasa oleh korban kerusuhan, sementara sumber tersier dalam bentuk kamus digunakan untuk penerjemahan istilah-istilah asing.

1.7 Sistematika Penyajian

  Tugas akhir ini akan dibagi menjadi lima bab dan tujuh belas subbab. Bab satu adalah pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagi menjadi tujuh subbab dan menjelaskan latar belakang masalah, masalah, teori yang digunakan, tujuan dan metode penelitian, dan sistem penyajian.

  Bab dua berfungsi sebagai informasi yang menjelaskan Kerusuhan Mei 1998, ditarik dari berbagai sumber sekunder dan hasil wawancara pribadi. Bab ini akan dibagi menjadi lima subbab, dengan subbab pertama menjelaskan penyebab Kerusuhan Mei 1998, subbab dua menceritakan peristiwa di Jakarta, subbab tiga menceritakan peristiwa di Surakarta, subbab empat menceritakan garis besar kerusuhan di kota lain dan subbab lima menjelaskan dampak kerusuhan itu dalam batin warga Cina.

  Bab tiga adalah kajian struktural Putri Cina. Bab ini akan dibagi dalam lima subbab. Setiap subbab akan merupakan penjelasan salah satu aspek struktur Putri

  Cina , yaitu sudut pandang, alur cerita, latar cerita, penokohan, dan tema.

  Bab empat mengemukakan pengaruh Kerusuhan Mei 1998 dalam Putri Cina.

  Bab ini akan terdiri dari hasil kajian interteks, yaitu antara penelitian pustaka dan unsur-unsur cerita. Dengan penyamaan ini dapat ditarik kesimpulan bagaimana Putri

  Bab terakhir adalah penutup. Bab ini akan berisi kesimpulan dan saran dari penelitian.

BAB 2 KERUSUHAN MEI 1998 DI INDONESIA

2.1 Latar Belakang

  Kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei 1998 adalah akibat dari krisis moneter yang telah terjadi di Asia Selatan-Timur mulai di Thailand pada bulan Juli 1997. Pada saat itu, pemerintah Thailand memutuskan mengembangkan nilai tukar baht. Itu menyebabkan nilai tukar mata uang negara tetangganya, seperti ringgit dan rupiah, bergoyang. Sebagian besar mata uang di Asia Selatan-Timur menjadi lemah, termasuk rupiah. Pada tanggal 13 Agustus 1997 harga tukar rupiah sudah sampai nilai terendah yang pernah ada sampai saat itu, dengan harga tukar sebanyak Rp. 2.682 per dolar AS. Semakin hari harga tukar rupiah menjadi semakin rendah, dan harga barang dan keperluan dasar seperti nasi menjadi semakin mahal. Walaupun pemerintah Indonesia dapat pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF), tarik- menarik di antara pemerintah Indonesia dan IMF membuat situasi di Indonesia menjadi semakin buruk, sampai pada Maret 1998 situasi ekonomi di Thailand dan negara- negara lain

   sudah mulai menjadi lebih baik, tetapi situasi di Indonesia menjadi semakin buruk.

  Kehancuran ekonomi ini tidak dapat diacuhkan oleh masyarakat. Pada tengah dan akhir tahun 1997 jumlah mahasiswa- mahasiswi yang melakukan aksi keprihatinan, dan itu hanya di kampus mereka saja. Kemudian, mulai pada bulan 27 Januari 1998 jumlah mahasiswa- mahasiswi yang berpartisipasi dalam aksi-aksi

  

Luhulima, James. Hari-Hari Terpanjang: Menjelang Mundurnya Presiden Soeharto dan Beberapa keprihatinan mulai bertambah sampai ratusan orang; juga ada dosen dan alumni yang mulai terlibat. Aksi keprihatinan besar pertama terjadi pada tanggal 16 Januari, 1998 di Kampus Institut Teknologi Bandung; aksi keprihatinan ini disusun oleh lebih dari 500 mahasiswa- mahasiswi. Setelah itu aksi keprihatinan menjadi semakin besar, seperti aksi keprihatinan yang terjadi di Universitas Indonesia pada tanggal 25 dan 26

   Februari dan yang terjadi di Universitas Gadjah Mada pada bulan Maret 1998.

  Akhirnya aksi-aksi keprihatinan terus meluas sampai ke seluruh kota besar di

   Indonesia, dan hampir setiap hari berlangsung demonstrasi mahasiswa- mahasiswi.

  Demonstrasi semakin hari menjadi semakin terbuka anti-pemerintah. Contohnya, pada aksi keprihatinan yang terjadi di Universitas Gadjah Mada sebuah boneka kertas Presiden Soeharto yang setinggi dua meter dibakar; marak- marak seperti ini tidak jarang berlanjut menjadi bentrokan antara mahasiswa- mahasiswi dan aparat keamanan. Agar masyarakat bisa lebih tenang dan mahasiswa- mahasiswi bisa kembali belajar tanpa melakukan aksi keprihatinan lagi, Menteri Pertahanan dan Keamanan / Panglima ABRI (Menhankam/Pangab) Jenderal Wiranto mengajak masyarakat menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dalam dialog. Namun, pada awalnya senat mahasiswa-mahasiswi menolak ajakan berdialog. Akhirnya pada tanggal 18 April 1998 terjadi sebuah dialog antara pemerintah dan tokoh masyarakat, cendekiawan, dan mahasiswa- mahasiswi di Gedung Niaga Arena Pekan Raya Jakarta, 28 Kemayoran. Namun, sejumlah senat mahasiswa-mahasiswi tidak hadir dan, walaupun 29 Ibid. Hal. 83 – 84.

  Setiono, Benny G. Tionghoa dalam Pusaran Politik : Mengungkap Fakta Sejarah Tersembunyi Menhankam/Pangab menganggap dialog itu sukses, sebenarnya dialog antara pemerintah dan senat mahasiswa- mahasiswi itu tidak menyurutkan niat para mahasiswa- mahasiswi untuk terus menggelar aksi-aksi keprihatinan dan mimbar

   bebas.

  Awal Mei 1998 suasana di Indonesia masih sangat kacau, penuh dengan rasa takut dan ragu. Aksi mahasiswa-mahasiswi menjadi semakin luas, tetapi di antara semua ini rezim Soeharto memutuskan untuk menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik. Soeharto menyatakan bahwa, sesungguhnya, harga BBM sudah lama mau dinaikkan tetapi situasi sampai saat itu belum memungkinkannya, dan apabila harganya tidak dinaikkan, keadaan akan lebih berat lagi. Setelah mengumumkan itu, Presiden Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk hadir di Konferens Tingkat

   Tinggi G-15. Setelah dia pergi, suasana menjadi semakin kacau.

  Korban dari aparat keamanan pertama dalam kekacauan dan aksi-aksi keprihatinan ini ialah Letnan Dua (Pol) Dadang Rusmana, Kepala Satuan Intelijen Kepolisian Resor Bogor; dia tewas di Rumah Sakit Ciawi pada pukul 16.00, tanggal 9 Mei 1998, setelah dihajar kepalanya dengan batu sampai pingsan oleh mahasiswa- mahasiswi saat dia mengamankan protes mereka di Kampus Universitas Djuanda (Unida) di Bogor. Selain Letnan Dua (Pol) Dadang Rusmana ada satu pihak keamanan lain yang tewas setelah menjadi korban pemukulan mahasiswa- mahasiswi,

  30 31 Luhulima, James. Op. Cit. Hal. 84 – 86.

   yaitu Kapten (Inf.) Ali, Kepala Seksi Intelijen Komando Distrik Militer Bogor.

  Kedua kematian itu menyebabkan pihak keamanan menjadi semakin keras terhadap mahasiswa- mahasiswi yang melakukan demonstrasi, hingga tiga hari kemudian terjadi sebuah tragedi yang, setelah semua sudah berakhir, menyebabkan ribuan orang tewas se-Indonesia, kehancuran harta yang bernilai triliunan rupiah, dan memaksa Soeharto mengundurkan diri.

  Pada pukul 17:20, tanggal 12 Mei 1998, empat mahasiswa dari Universitas Trisakti yang memprotes situasi ekonomi dan rezim Soeharto, yaitu Elang Mulia Lesmana, Hendriawan Sie, Heri Hartanto, dan Hafidhin Alifidin Royan, ditembak mati setelah mahasiswa-mahasiswi mulai kembali ke kampus setelah melakukan aksi

  

  keprihatinan tanpa senjata dan secara teratur. Pelaku aksi keprihatinan kembali ke halaman kampus Trisakti pada tanggal 13 Mei untuk memprotes kezaliman penguasa militer yang telah menembak mahasiswa-mahasiswi yang tidak bersenjata, dan berhasil membunuh empat di antaranya. Namun, aksi tersebut diarahkan oleh

   provokator dan kemudian menjadi aksi rasialis anti-Cina.

  

2.2 Kerusuhan di Jakarta

2.2.1 Secara Umum

  32 33 Ibid. 111 – 112. 34 Ibid. 112 – 113. 35 Setiono, Benny G. Op. Cit. Hal. 1083.

  Untuk gambaran tersebarnya kerusuhan dan penganiayaan, lihat Lamp iran 1: Peta Kerusuhan di

  Kerusuhan mulai tersebar dari dekat kampus Universitas Trisakti. Pada tanggal 13 Mei, sekitar pukul 11:00 WIB daerah itu ramai dengan mahasiswa yang berduka cita atas kematian rekan mereka. Ada banyak karangan bunga tanda simpati. Ada pula beberapa tokoh politik dan masyarakat berkumpul melakukan orasi,

   memberi dukungan reformasi yang dipelopori mahasiswa.