Tokoh dan plot dalam novel Jejak Kala karya Anindita S. Thayf - USD Repository

  DALAM M NOVEL Diaju Mem

  L JEJAK ukan untuk mperoleh G Program G N ROGRAM S N SASTRA UNIVERS Y N KOH DA

  K KALA K Tugas A k Memenu Gelar Sarja m Studi Sa

  

Oleh

Gayung Wi NIM : 0341 STUDI SAS A INDONES SITAS SAN YOGYAKA NOVEMBE AN PLOT KARYA A khir uhi Salah S ana Sastra stra Indon h isnu Aji 114035 STRA IND SIA FAKU NATA DHA ARTA ER 2011 ANINDITA Satu Syara a Indonesi nesia

  DONESIA ULTAS SAS ARMA A S. THA at a

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PR JURUSAN TOK

STRA AYF

  ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mempunyai beberapa kekurangan karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kesempurnaan dan perbaikan skripsi ini.

  Dalam meyusun skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bimbingan, pengarahan, saran, serta dorongan yang bermanfaat dan mendukung penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M. Hum selaku pembimbing I yang telah memberikan perngarahan dan membimbing dengan sabar sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

  2. Ibu S.E. Peni Adji, SS, M.Hum selaku pembimbing II yang secara langsung telah memberikan motivasi kepada peulis untuk tetap semangat dalam meyelesaikan skripsi ini.

  

vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Bapak Drs. Hery Antono, M.Hum selaku pembimbing akademik angkatan 2003 yang selalu mengingatkan dan selalu men-support untuk segera menyelesaikan skripsi.

  4. Seluruh dosen di Fakultas Sastra, terutama para dosen Program Studi Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan.

  5. Segenap keluarga besar Program Studi Sastra Indonesia. Terima kasih untuk persahabatannya.

  6. Bapak, Ibu, Kakak, dan Adik tercinta. Terima kasih atas doa, kesabaran, semangat, cinta, dan kepercayaan, juga “cambukkan” yang diberikan kepada penulis untuk segera meyelesaikan skripsi.

  Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mempunyai beberpa kekurangan karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis.

  Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dan perbaikan skripsi ini.

  Penulis

vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

  Aji, Gayung Wisnu. 2011. Tokoh dan Plot dalam Novel Jejak Kala Karya

  Anindita S. Thayf . Skripsi S1. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Uneversitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini berisi analisis tokoh Kala dan penokohannya Kala serta analisis plot dalam novel Jejak Kala karya Anindita S. Thayf. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural. Teori struktural ini bertujuan membongkar dan memaparkan secermat mungkin tokoh

  Kala dan penokohannya dalam novel Jejak Kala. Teori struktural juga bertujuan memaparkan plot dalam novel Jejak Kala.

  Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Dengan metode tersebut penulis menganalisis dari segi strukturalnya kemudian mendeskripsikan fakta-fakta yang ada dalam novel Jejak Kala karya Anindita S. Thayf tersebut.

  Dalam kajian struktural yang diteliti adalah tokoh Kala dan penokohannya dalam novel Jejak Kala. Tokoh Kala digambarkan sebagai tokoh yang patuh kepada ibunya, selalu ingin tahu, senang berfantasi, menghargai pekerjaan orang lain, mandiri, jujur, sejak kecil kerja di rumah Pak Dukuh sebagai pembantu lalu ia pindah bekerja di rumah keponakan Pak Dukuh, Kala mempunyai pendirian yang kuat tentang pernikahan, selalu berusaha untuk menjadi sesuatu bagi orang lain.

  Lewat kajian struktural juga, yang diteliti adalah plot dalam novel Jejak

Kala . Analisis plot menggunakan tahapan plot yang memiliki lima tahapan.

Pertama, tahap situation atau penyituasian. Kedua, tahap generating circumtance atau pemunculan konflik. Ketiga, tahap rising action atau peningkatan konflik. Kempat, tahap climax atau klimaks. Kelima, tahap denoument atau penyelesaian

  Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang diteliti melalui kajian struktural tersebut dalam hal ini adalah tokoh Kala dan penokohannya serta plot, merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra serta mendukung jalannya cerita dan menjadi kekuatan novel itu sendiri lewat gejala-gejala jiwa yang ditampilkan.

  

viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

  Aji, Gayung Wisnu. 2011. Characters and Plot in the Novel Jejak Kala by

  Anindita S. Thayf. S1 Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature, Sanata Dharma University.

  This research was about a character analysis of Kala and his characterization, and the plot analysis in the novel Jejak Kala by Anindita S. Thayf.

  The theory used in this research was structural theory. Structural theory was aimed to dismantle and expose the character of Kala and the characterization in the novel Jejak Kala as carefully as possible. Structural theory was also to expose the plot in the novel Jejak Kala.

  The method used in this research was descriptive-analytic method. This method was used to analyze the structural aspect, and then to describe the facts in the novel Jejak Kala by Anindita S. Thayf.

  In the structural study, the character of Kala and the characterization in the novel Jejak Kala were analyzed. Kala was described as a character who was obedient to his mother, curious, imaginative, appreciative, independent, honest. He had worked as a house maid in Pak Dukuh’s house, and then moved to Pak Dukuh’s niece’s house. Kala had a strong stance on marriage, always tried to be something for others.

  Through the structural study as well, the plot in the novel Jejak Kala was examined. Plot analysis used plot stages that consisted of five stages. The first stage was situation. The second stage was generating circumstance. The third stage was rising action. The fourth stage was climax. The fifth stage was denoument.

  Based on the results, in can be concluded that the elements examined through structural study in this regard, Kala and his characterization and plot, were the elements that built a work of literature and supported the story and the strength of the novel itself through mental symptoms displayed.

  

ix

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................ iv HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................................ v KATA PENGANTAR ............................................................................ vi ABSTRAK .............................................................................................. viii

  

ABSTRACT .............................................................................................. ix

  DAFTAR ISI ........................................................................................... x

  BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 4

  1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 4

  1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 4

  1.5 Tinjauan Pustaka ................................................................... 5

  1.6 Landasan Teori ...................................................................... 5

  1.6.1 Tokoh ......................................................................... 6

  1.6.2 Penokohan .................................................................. 7

  1.6.3 Plot ............................................................................. 8

  x

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1.7 Metode Penelitian .................................................................. 11

  1.7.1 Pendekatan .................................................................. 11

  1.7.2 Metode Penelitian ........................................................ 11

  1.7.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................... 11

  1.7.4 Sumber Data ................................................................. 12

  1.8 Sistematika Penyajian ........................................................... 12

  BAB II ANALISIS TOKOH KALA DAN PENOKOHANNYA DALAM NOVEL JEJAK KALA KARYA ANINDITA S. THAYF ................................................................................. 14 BAB III PLOT DALAM NOVEL JEJAK KALA KARYA ANINDITA S. THAYF ........................................................... 29

  3.1 Tahap Situation atau Tahap Penyituasian ............................ 39

  3.2 Tahap Generating Circumtance atau Pemunculan Konflik .................................................... 39

  3.3 Tahap Rising Action atau Tahap Peningkatan Konflik ......................................... 46

  3.4 Tahap Climax atau Klimaks ................................................. 49

  3.5 Tahap Denoument atau Tahap Penyelesaian ........................ 54

  BAB IV PENUTUP

  4.1 Kesimpulan Hasil Analisis Novel Jejak Kala ....................... 60

  xi

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4.1.1 Tokoh Kala dan Penokohannya .................................. 60

  4.1.2 Plot ............................................................................. 62

  4.1.2.1 Tahap Situation atau Tahap Penyituasian ........... 62

  4.1.2.2 Tahap Generating Circumtance atau Pemunculan Konflik ................................... 63

  4.1.2.3 Tahap Rising Action atau Tahap Peningkatan Konflik ........................ 63

  4.1.2.4 Tahap Climax atau Klimaks ............................... 64

  4.1.2.5 Tahap Denoument atau Tahap Penyelesaian ...... 65

  4.2 Saran ...................................................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 67 BIBLIOGRAFI ....................................................................................... 68

  xii

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek, Warren via Budianta, 1989: 3). Dalam hal ini karya seni salah satunya berupa suatu tulisan, seperti yang diungkapkan oleh Wellek dan Warren via Budianta (1989: 11) bahwa batasan sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak. Tidak hanya tertulis dan tercetak, tetapi karya sastra juga merupakan suatu proses kreativitas dan imajinasi. Karya sastra merupakan seni yang memuat kreativitas dan imajinasi. Karena sifat rekaannya, karya sastra secara tidak langsung mengatakan sesuatu mengenai kenyataan dan juga tidak menggugah kita untuk langsung bertindak (Luxemburg via Hartoko, 1989: 5).

  Proses penciptaan karya sastra tersebut merupakan gambaran daya tangkap pengarang dalam mengolah situasi lingkungan pengarang. Situasi tersebut bisa berasal dari pengalaman pribadi pengarang atau dari pengamatan pengarang terhadap sesuatu yang berada di sekitarnya. Menurut Endraswara (2003: 96) karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar, setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar. Antara sadar dan tak sadar selalu mewarnai dalam proses imajinasi pengarang. Hal tersebut yang menjadi kekuatan karya sastra, yaitu seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan tidak sadar itu ke dalam karya sastra.

  2  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau berupa khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreatifitas sebagai karya seni (Nurgiyantoro, 2005: 2-3).

  Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Pengarang akan menangkap gejala jiwa kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lepas dari kejiwaan masing-masing (Endraswara, 2003: 96). Gejala jiwa tersebut dimunculkan oleh pengarang melalui tokoh-tokoh dalam karya sastra yang dihasilkan, dan ini yang dipandang sebagai fenomena psikologis.

  Karya sastra, dalam hal ini adalah novel, selain memunculkan gejala- gejala jiwa, juga dimunculkan unsur-unsur yang saling membangun, yang mendukung jalannya cerita dan juga bisa menjadi kekuatan dalam novel itu sendiri, unsur-unsur itu yang disebut sebagai unsur intrisik. Nurgiyantoro (2005: 23) mengungkapkan bahwa unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya

  3  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsuru-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Atau, sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya penceritaan, dan lain-lain.

  Unsur-unsur intrinsik tersebut diatas yang akan dianalisis oleh penulis. Dalam hal ini, penulis ingin menganalisis hubungan penokohan dan plot saja karena yang dianggap mewakili dalam memunculkan gejala jiwa tokoh Kala dalam novel Jejak Kala.

  Penulis tertarik dengan topik ini karena apa yang dialami tokoh Kala juga bisa dijumpai pada kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia sebagai makhluk bermasyarakat. Secara tidak sadar itu terjadi dalam kehidupan kita sebagai manusia.

  Untuk meneliti karya sastra ini, penulis akan menganalisis unsur pembangun karya tersebut secara struktural. Strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan (baca: penelititan) kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antar unsur pembangun karya yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2005: 36-37). Hal ini dapat menekankan pada unsur intrinsik, yaitu tokoh dan penokohan serta plot sebagai pendekatan terhadap karya sastra

  4  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  yang diteliti, karena dari unsur intrinsik inilah gejala jiwa yang ada dalam novel Jejak Kala ini dimunculkan.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

  1.2.1 Bagaimanakah tokoh Kala dan penokohannya dalam novel Jejak

  Kala karya Anindita S. Thayf? 1.2.2 Bagaimanakah plot dalam novel Jejak Kala karya Anindita S.

  Thayf?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah adalah:

  1.3.1 Mendeskripsikan tokoh Kala dan penokohannya dalam novel Jejak Kala karya Anindita S. Thayf.

  1.3.2 Mendeskripsikan plot dalam novel Jejak Kala karya Anindita S.

  Thayf.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Berdasarkan tujuan penelitian yang dipaparkan di atas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

  5  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1.4.1 Hasil penelititan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi studi sastra khususnya dalam menelitit plot yang dapat memunculkan suatu gejala-gejala jiwa dalam keterkaitannya dengan penokohan.

  1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu pembaca dan sastrawan untuk mengetahui peran plot dalam memunculkan gejala jiwa dalam karya sastra.

  1.4.3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan apresiasi sastra Indonesia yang menyangkut tokoh dan penokohan serta plot dalam karya sastra.

  1.5 Tinjauan Pustaka

  Sejauh pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis, belum ada tulisan yang membahas novel Jejak Kala sebagai bahan tulisan ilmiah.

  1.6 Landasan Teori Dalam landasan teori, penulis menggunakan pendekatan teori struktural.

  Strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antarhubungannya, di satu pihak antarhubungan unsur unsur yang satu dengan unsur lainnya, dipihak yang lain hubungan antara unsur (unsur) dengan totalitasnya (Ratna, 2007: 91). Strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan (baca: penelitian) kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2005: 36-37). Analisis struktural karya sastra , yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan

  6  

   

  dengan mengidentifikasikan dan dideskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2005:37).

  Unsur intrinsik (intrinsic) itu sendiri adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra (Nurgiyantoro, 2005: 23).

  Penulis menggunakan teori struktural berupa tokoh dan penokohan yang menjadi salah satu unsur intrinsik. Melalui tokoh dan penokohan ini penulis dapat mengetahui gejala jiwa yang muncul dalam jalan cerita (plot) yang ada pada munculnya tokoh yang dituju.

  Menurut Abrams via Nurgiyantoro (2005: 165), tokoh cerita adalah orang(-orang) yang karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirka memiliki kualitas moral dan kecnderungan tertentu seperti yang diekpresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

  Dijelaskan oleh Nurgiyantoro (2005: 165), bahwa istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya yaitu sebagai pelaku cerita Dilihat dari segi peranan dan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh(-tokoh) yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.6.1 Tokoh

  7  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  yang relatif pendek. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita (central character, main character), sedang yang kedua adalah tokoh tambahan (peripheral character) (Nurgiyantoro, 2005: 176).

  Dalam tugas akhir ini penulis hanya akan membahas satu tokoh saja, yaitu tokoh Kala sebagai tokoh utama dalam novel Jejak Kala. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2005: 176-177). Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku atau yang dikenai kejadian dan konflik, penting yang mempengaruhi perkembangan plot (Nurgiyantoro, 2005: 177).

1.6.2 Penokohan

  Jones via Nurgiyantoro (2005: 165), menjelaskan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan memberikan ciri lahir (fisik) maupun batin (watak) tokoh (Sudjiman, 1998: 25).

  Dalam bukunya, Nurgiyantoro (2005: 13) juga menjelaskan bahwa penggambaran tokoh yang ditampilkan secara lebih lengkap, misalnya yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik , keadaan sosial, tingkah laku, sifat dan kebiasaan, dan lain-lain, termasuk bagaimana hubungan antartokoh

  8  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI itu, baik hal hal itu dilukiskan secara langsung maupun tidak langsung.

  Kesemuanya itu tentu saja akan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan konkret tentang keadaan para tokoh cerita tersebut.

1.6.3 Plot

  Nurgiyantoro (2005: 94) menjelaskan bahwa plot lebih menekankan mengapa justru peristiwa itu yang ditampilkan menyusul peristiwa sebelumnya, mengapa bukan peristiwa (-peristiwa) yang lain, adakah (atau: bagaimanakah) hubungan kausalitas antarberbagai peristiwa yang dikisahkan itu. Plot lebih menekankan permasalahannya pada hubungan kausalitas, kelogisan hubungan antarperistiwa yang dikisahkan dalam karya naratif yang bersangkutan.

  Plot merupakan cerminan, atau bahkan berupa perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan bersikap dalam berbagai masalah kehidupan. Namun, tidak dengan sendirinya semua tingkah laku kehidupan manusia boleh disebut (mengandung) plot, tidak semua kejadian yang dialami manusia bersifat plot. Apalagi kalau kita lihat kenyataan kehidupan begitu kompleks dan sering tak berkaitan.

  Kejadian, perbuatan, atau tingkah laku kehidupan manusia bersifat plot jika bersifat khas, mengandung unsur konflik, saling berkaitan, dan yang terpenting adalah: menarik untuk diceritakan, dan karenanya bersifat dramatik (Nurgiyantoro, 2005: 114).

  9  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Peristiwa, konflik, dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam pengembangan plot cerita. Eksistensi plot itu sendiri sangat ditentukan oleh ketiga unsur tersebut (Nurgiyantoro, 2005: 116). Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang lain (Nurgiyantoro, 2005: 117). Konflik (conflict), menyaran pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan atau dialami oleh tokoh(-tokoh) cerita, yang, jika tokoh(-tokoh) itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia (mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya (Nurgiyantoro, 2005: 122). Klimaks adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan (hal) itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita, peristiwa dan saat itu memang harus terjadi, tidak boleh tidak. Klimaks juga merupakan titik pertemuan antara dua (atau lebih) hal (keadaan) yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana permasalahan (konflik itu) akan diselesaikan. Secara lebih ekstrem, barangkali, boleh dikatakan bahwa dalam klimaks “nasib” (dalam pengertian yang luas) tokoh utama (protagonis dan antagonis) cerita akan ditentukan (Nurgiyantoro, 2005: 127).

  Plot juga memiliki tahapan-tahapan bagian. Seperti rincian yang dikemukakan oleh Tasrif (dalam Nurgiyantoro, 2005: 149-150) bahwa rincian yang membedakan tahapan plot menjadi lima bagian. Kelima tahapan itu adalah: Pertama, tahap situation atau tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh(-

  10  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  tokoh) cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. Kedua, adalah tahap generating circumtance atau tahap pemunculan konflik, masalah(-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awalnya munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Tahap ketiga adalah tahap rising action atau tahap peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Tahap empat adalah tahap climax atau klimaks, konflik dan atau pertentangan- pertentangan yang terjadi, yang dilakui ada atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh(-tokoh) utama yang yang berperan sebagai pelaku atau penderita terjadinya onflik utama. Dan tahap yang kelima adalah tahap

  denoument atau tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks

  diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-konflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri.

  11  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.7 Metode Penelitian

  Dalam metode penelitian akan dikemukakan pendekatan, metode, teknik pengumpulan data, dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini.

  1.7.1 Pendekatan

  Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan struktural. Penedekatan ini adalah dengan menganalisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dilakukan dengan mengidendifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2005: 37).

  1.7.2 Metode Penelitian

  Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2004:53).

  1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui studi pustaka. Dalam teknik ini, penulis akan menggunakn data yang terdapat dalam novel Jejak Kala, maupun sumber pustaka lain yang berupa buku- buku, karya tulis, atau sumber dari internet yang berkaitan dengan objek penelitian.

  12  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.7.4 Sumber Data

  Data adalah bahan penelitian. Dari bahan itulah diharapkan objek penelitian dapat dijelaskan karena di dalam bahan terdapat objek penelitian yang dimaksud (Sudaryanto, 1988: 9-10). Sumber data adalah tempat data diambil atau diperoleh yang berupa karya sastra, buku-buku, karya tulis, serta data dari internet yang berkaitan dengan objek penelitian. Karya sastra yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah novel dengan identitas sebagai berikut.

  Judul : Jejak Kala Pengarang : Anindita S. Thayf Tahun Terbit : 2009 Penerbit : Sheila Tebal : ii + 194 halaman Cetakan : Pertama

1.8 Sistematika Penyajian

  Penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Keempat bab tersebut adalah: Bab I berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, serta sistematika penyajian.

  Bab II berupa pembahasan struktural, yakni tokoh Kala dan penokohannya.

  13  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Bab III berupa pembahasan analisis plot dalam novel Jejak Kala karya Anindita S. Thayf. Bab IV berupa kesimpulan hasil analisis data, saran, serta diakhiri dengan pemaparan daftar pustaka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II ANALISIS TOKOH KALA DAN PENOKOHANNYA DALAM NOVEL JEJAK KALA KARYA ANINDITA S.THAYF Analisis struktural dalam kajian sastra merupakan salah satu cara untuk

  memahami dan mengerti isi dari sebuah karya sastra. Analisis dilakukan dengan cara memperhatikan dan mengkaji unsur-unsur intrinsik. Tokoh dan penokohan merupakan unsur intrinsik karya sastra. Kedua unsur inilah yang akan dianalisis oleh penulis untuk mempermudah memahami karya sastra.

  Dalam bab II ini penulis akan menganalisis salah satu unsur intrinsik novel Jejak Kala yaitu tokoh dan penokohan. Analisis unsur intrinsik yang berupa tokoh dan penokohan diperlukan untuk mengetahui pengambaran individu-individu beserta perilaku mereka dalam sebuah karya sastra. Dalam analisis tokoh dan penokohan ini penulis membatasi pada tokoh utamanya saja. Tokoh ini dipilih karena dianggap memiliki makna hidup yang mendominasi dalam cerita.

  Tokoh Kala

  Tokoh Kala merupakan tokoh utama dalam novel Jejak Kala karena intensitasnya paling banyak dalam setiap kejadian yang berhubungan dengan tokoh-tokoh lain dan juga karena tokoh Kala yang mendominasi keseluruhan jalannya cerita. Berikut penokohan tokoh Kala dalam Novel Jejak Kala.

  15  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Di usia yang masih kecil Kala setiap hari harus bangun pagi dan membantu emak bekerja di rumah Pak Dukuh. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut.

  (1) Tiap hari begini. Selalu seperti ini. Tanpa pernah ada yang berubah sejak kakinya mulai lincah berjalan dan tangannya cekatan bekerja, dan emak membawanya ke rumah Pak Dukuh entah beberapa tahun yang lalu. Tepatnya, Kala sudah tidak ingat . “Kala, bangun! Waktunya mulai bekerja,” bisik perempuan itu tegas, sangat dekat di telinga. Di awali suara mengeluh yang panjang, Kala menggeliat malas. Menggosok-gosok kelopak matanya yang masih setengah terkatup dengan gerakan enggan, menyeka sisa liur yang belum kering di sudut bibir, sebelum kemudian mengakhiri ritual bangun itu dengan merentangkan kedua tangan jauh-jauh ke atas (Thayf, 2009: 3).

  Tokoh Kala selalu menghibur dirinya sendiri saat muncul keinginan Kala untuk hidup normal sesuai umurnya, keinginannya untuk bersekolah juga bermain sepuas hati bersama anak-anak lain, tapi Kala tidak bisa karena Kala harus bekerja. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

  (2) “Ah”, mungkin nanti jika aku sudah tidak ingusan lagi, tubuhku bertambah tinggi. Dan, kalau sudah bersekolah, emak tidak akan menyuruhku bekerja seperti ini,” “Jika sudak begitu, aku bisa bermain sepuas hati dari pagi sampai sore. Wah senangnya!” (Thayf, 2009:5). Kala membayangkan dalam benaknya bahwa sangat enak menjadi anaknya Pak dukuh. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

  (3) Tidak ada yang lebih enak selain menjadi anaknya Pak Dukuh, begitu menurut Kala. Sambil bersusah payah menimba air dari sumur untuk mengisi penuh bak mandi, dicobanya mengingat-ingat apa saja keenakan itu.

  “Bisa tidur lebih lama,” ucap Kala spontan dalam hati (Thayf, 2009: 8).

  16  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Tokoh Kala kecil digambarkan sebagai tokoh yang sabar melakukan sesuatu. Kala sadar akan tanggung jawab pada pekerjaannya bahwa pekerjaan yang dilakukannya itu haruslah selesai meskipun pekerjaan itu cukup berat untuk ukuran umur seorang bocah seperti Kala. Dalam kutipan berikut, Kala diingatkan oleh Bu Dukuh untuk istirahat setelah lama menimba air mengisi bak mandi yang digunakan untuk mandi oleh lima orang anggota keluarga Pak Dukuh.

  (4) “Kala! Kalau baknya sudah penuh, istirahatlah dulu, Nak. Pergilah ke dapur untuk sarapan pagi. Bukankah setelah aku tidak ada lagi yang mandi pagi?” (Thayf, 2009: 12). (5) “Iya, Bu. Sebentar lagi,” Kala menjawab setengah berteriak sambil terus menarik tali timba dengan tangannya yang mulai gemetar.

  Bayangkan, ia sudah menimba satu jam lebih, tapi bak itu tidak pernah bertahan penuh karena selalu saja ada yang mandi (Thayf, 2009: 12-13). Tokoh Kala kecil digambarkan sebagai seorang anak yang bertubuh kecil dan pendek. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan percakapan Kala dengan Ano

  (tukang masak Bu Dukuh) saat sedang berada di dapur saat sedang makan sebagai berikut.

  (6) “He-eh. Aku hanya makan ikan kecil-kecil, nasi, dan sambal.” “Nah, itu dia. Makanya tubuhmu seperti itu terus sejak dulu.” “Seperti bagaimana?” “Kecil dan pendek.” (Thayf, 2009: 15).

  Kala kecil digambarkan senang berfantasi dengan hal-hal yang dijumpainya. Dalam kutipan berikut, saat Kala berada di pasar bersama Bu Dukuh, Kala berkhayal layaknya anak-anak seusianya, dan khayalan itu dirasa sangat indah baginya.

  (7) Di mata Kala, panggung itu sangat tinggi. Dia harus membuang kepalanya jauh ke belakang untuk dapat melihat dengan jelas hingga ke puncak. Di matanya, undak-undakan itu serupa tangga menuju langit dan membuat si penjual yang sedang duduk di puncak sana

  17  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  seakan-akan tinggal di atas gunung tinggi. Gunung yang ditumbuhi sabun mandi, bedak, sisir, dan bermacam barang jualan lain, bukan rumput atau bunga. Oh, betapa menyenangkan! (Thayf, 2009: 16). Pada kutipan berikut, tokoh Kala kecil digambarkan sebagai bocah yang pantang menyerah, Kala mempunyai semangat yang besar. Kala harus membawa barang belanjaan yang dibeli Bu Dukuh ditumpangkan di atas kepalanya walaupun beban itu dirasa cukup berat bagi Kala.

  (8) Tanpa berkata-kata, Kala mempersiapkan kepalanya untuk kembali ditumpangi beban. Sehelai kain lusuh yang berfungsi sebagai pengalas dilipatnya beberapa kali hingga cukup tebal, sebelum kemudian ditaruh tepat di puncak kepala. Setelah itu, barulah meletakkan keranjang belanjaan yang berat itu di atasnya dengan hati-hati. Sesaat, leher Kala tampak menggigil menerima beban di luar kemampuannya. Tapi, dengan semangat yang besar, Kala menguatkan-nguatkan lehernya hingga bertonjolanlah urat-urat yang ada di situ (Thayf, 2009: 18-19). Kala kecil sudah mempunyai rasa tidak tega terhadap sesuatu yang membuat orang susah. Dalam kutipan berikut Kala merasa tidak tega saat melihat emak sedang dengan susahnya menghilangkan noda kotor pada celana Ina saat sedang dicucinya. Belum lagi jika Ina mengadukan hal itu kepada Bu Dukuh bahwa emak tidak bersih mencuci pakaiannya.

  (9) Kala menemukan emak sedang menyikat sebuah celana selutut berwarna merah. Tanpa perlu bertanya, ia sudah tahu siapa pemiliknya.

  Ina. Hanya anak itu yang suka berpakaian warna mencolok seperti merah dan kuning. Pun, tidak ada yang lain selain Ina yang pakaiannya paling kotor karena kerap dipakai memanjat pohon atau duduk sembarangan. Setiap kali melihat susahnya emak menghilangkan noda kotor akibat ulah Ina itu, ingin rasanya Kala mencelup semua pakaian berwarna Ina ke dalam seember cat hitam agar noda yang ditinggalkannya tidak begitu kelihatan. Apalagi, Kala selalu mendengar Ina mengadu pada mamaknya bahwa emak tidak bersih mencuci, tanpa mau tahu betapa kerasnya usaha emak menyikat pakaian itu tanpa membuatnya sobek (Yhayf, 2009: 19-20).

  18  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Tokoh Kala kecil sadar akan tanggung jawab yang besar di usianya yang masih kanak-kanak. Meskipun begitu Kala kecil tetaplah kanak-kanak yang masih mempunyai keinginan untuk bermain seperti anak-anak kecil lainnya. Tetapi keinginannya hanya bisa ia lakukan dalam angan dan Kala cukup bisa menerima keadaan yang berbeda itu, bahwa Kala sadar akan tanggung jawab yang diembannya dan karena Kala juga tidak ingin menyusahkan orang lain akibat dari kesalahannya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

  (10) Andai saja ada yang tahu isi hati Kala, sebenarnya ia sangat ingin bermain di tengah siang yang terik begini. Membasahi yang telah dipakainya bekerja sejak subuh dengan kesejukan air, seperti tingkah segerombolan anak-anak yang dilihatnya saat melewati jembatan tadi. Mereka berkecipak-cipak girang tanpa beban di sengai kecil berair kecil yang bahagia. Sayang, Kala tidak bisa begitu. Jika ia memaksa singgah walau sebentar, sudah pasti telinganya akan mendengar omelan banyak orang. Pak Zae yang kelaparan, Ano yang terlalu lama kehilangan cerek dan gelas, dan emak yang mendapat teguran Bu Dukuh - karena laporan Pak Zae. Kala hanya bisa bermain air dalam angan, seperti biasa. Memang tidak semenyenangkan yang nyata, tapi cukuplah menerbitkan senyum di bibir bocah itu (Thayf, 2009: 27). Dalam diri Kala, ia ingin menjadi seseorang yang disukai oleh orang lain dan orang lain bisa merasa nyaman berada di dekatnya, Kala tidak ingin dibenci orang-orang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

  (11) “Um, aku ... aku kalau marah, malah merasa tidak enak ya, Ano? Seperti sedang sakit gigi. Semua serba murung. Makin tidak enak.

  Tidur tidak enak. Dan rasanya, wajahku tiba-tiba berubah menyeramkan sehingga orang-orang malah menjauh, termasuk emak dan kemi. Padahal, aku tidak ingin begitu, Ano. Aku ingin semua orang suka berada di dekatku. Makanya, aku berusaha untuk tidak marah. Aku tidak mau dibenci orang-orang.” (Thayf, 2009: 32 -33).

  19  

   

  Biarpun masih kecil, Kala sudah mampu untuk mengurus dirinya sendiri juga dalam hal mengurus keperluan makan anggota keluarganya (Emak dan Kemi-kakak perenpuan Kala). dapat dilihat dalam kutipan berikut.

  (12) Aroma khas ikan goreng masih mengapung di langit-langit rumah ketika Kemi datang. Kala baru saja selesai memasak. Ia sedang sibuk mengaduk-aduk nasi panas dalam bakul sambil sesekali meniup-niup uapnya yang memedihkan kulit (Thayf, 2009: 36).

  Kala pernah berdebat hebat dengan Ina (anak prempuan ke dua Pak Dukuh). Kala berusaha mempertahankan apa yang ia lakukan itu adalah benar.

  Kala berusaha mempertahankan apa yang telah menjadi kebulatan kata hatinya dan pendiriannya, karena Kala merasa bahwa ia dan emak yang selalu saja disalahkan, padahal itu bukan kesalahan mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

  (13) “Ahhh! Sudah, diam! Kau benar-benar jahat, Kala. Kau telah melihat nilai ulanganku tanpa izin, juga dengan sengaja menaruhnya di atas meja agar dilihat Mamak dan Bapak.”

  “Tidak, Ina! Bukan aku yang jahat, tapi kau. Kau selalu mengadu yang tidak-tidak pada mamak dan bapakmu. Kaulah yang jahat.” “Aha! Jadi, ini balas dendam, ya?” “Tidak.” “Lalu?” “Aku hanya tidak suka perbuatanmu.” “Tapi, itu kan bukan urusanmu.” “Memang bukan, tapi yang selalu kau salahkan itu kan aku dan emakku, Ina. Aku tidak suka!” (Thayf, 2009: 53-54).

  Kala kecil digambarkan sebagai anak yang memiliki kulit hitam yang kusam, rambut keribo yang bergerombol, mata sipit nyaris tanpa alis, dan tubuh yang tidak pernah lebih tinggi dari pucuk tanaman jagung yang masih muda. Hal itu terdapat dalam kutipan berikut ini.

  (14) Entah sejak kapan , Kala mulai bisa melihat perbedaan yang ada antara ia dan kakaknya itu. Kulit hitam yang kusam dan kering,

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  20  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  rambut keribo yang bergerombol serpa kembang kol , mata sipit yang nyaris tanpa alis - saking tipisnya – dan tubuh yang seakan tidak pernah lebih tinggi dari pucuk tanaman jagung yang masih muda (Thayf, 2009: 59).

  Tokoh Kala berada pada usia remaja. Tokoh Kala juga digambarkan sebagai tokoh yang ramah, ceria, juga hangat pada siapapun. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

  (15) Sosok itu memang kecil, tapi ia sudah bukan anak kecil lagi.

  Sikapnya menunjukkan itu, begitu pula perubahan di beberapa bagian tubuh yang tampak membesar dan menonjol, meski kadang berusaha ia samarkan dengan berjalan membungkuk atau menutupinya dengan buku yang didekap dekat di dada. Namun begitu, di wajahnya yang bulat penuh, ceria kanak-kanak itu masih terpancar. Apalagi, ketika ia mulai menyapa satu per satu orang yang ditemuinya di jalan. “Selamat pagi, Jamila! Pagi Sroja! “Hai, Enal! Sepedamu sudah tidak rusak lagi, ya? Baguslah.” “Pagi, Suli. Maaf, aku tidak melihatmu tadi. “Eh ... Tiar. Kukira siapa. Pagi juga. Hehe ....” “Aduh, Ros! Kau itu selalu saja terlambat. Ayo, larilah. Cepat!” “Selamat pagi, Bu Suwarni, Pak Jamal.” “Hai, teman-teman! Selamat pagi semuanya!” Dan rona gadis itu semakin berseri seiring banyaknya orang yang membalas salamnya sekaligus memberikan senyuman. “Selamat pagi juga, Kala. Hari ini kau seceria biasa.” “Hehe ... terima kasih.” (Thayf, 2009: 71-72).

  Kala sangat menghargai Kak Banar yang telah menyekolahkan Kala. Meskipun Kala sadar betapa terbatasnya kemampuan Kala dalam bidang-bidang yang dipelajari di sekolahnya. Tetapi Kala tetap mau berusaha dengan sangat, tidak mau mengecewakan orang yang telah baik padanya. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut.

  (16) Bertolak belakang dengan Kala yang tidak pernah bisa lari menyelesaikan satu putaran dan suaranyasangat datar tanpa irama saat bernyanyi. Kala sadar, ia sangat bodoh di kedua mata pelajaran itu-demikian juga di pelajaran lain-sehingga wajarlah ia berkesimpulan kalau dirinya mungkin tidak cocok bersekolah. Ia

  21  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  tidak merasa menjadi lebih pintar dengan itu. Tapi, demi Kak Banar yang telah membiayai pendidikannya selama ini, Kala memaksa dirinya untuk terus belajar (Thayf, 2009: 78).

  Kala, ia mau dengan tulus mengerjakan semua yang menjadi atau yang bukan menjadi tanggung jawabnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

  (17) “Kala! Tolong kau buatkan Kak Banar kopi.” “Ya, Kak Tien.” “Kopinya kau bawa ke kamar, ya?” “Iya.” “Eh, hampir lupa. Apakah sudah kau siapkan seragam Is untuk besok, Kala? Jika belum, segera kau siapkan dan jangan lupa periksa kaos kakinya.” “Baik , Kak Tien. Akan aku lakukan.” “Sumar! Jangan lupa kunci pintu gerbang depan.” “Tidak mau ah, Kak! Kala saja. Aku sedang sibuk baca.” “Ya, sudah. Kala! Kau yang kunci gerbang depan, ya?” “Iya, Kak Tien. Akan kukunci.” (Thayf, 2009: 80-81).

  Kutipan di atas menjelaskan kesibukkan Kala dalam mengurus keperluan Is (anak laki-laki Kak Tien dan Kak Banar) tetapi Kala masih mau melakukan tugas yang sebelumnya bukan menjadi tugasnya, karena Kak Tein terlebih dahulu menyuruh Sumar (adik tiri Kak Tien).