Peran pendampingan orang tua dalam sekolah minggu terhadap perilaku iman anak di Paroki St Fransiskus Assisi Berastagi - USD Repository

  PERAN PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM SEKOLAH MINGGU TERHADAP PERILAKU IMAN ANAK DI PAROKI St FRANSISKUS ASSISI BERASTAGI S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Elsa Levi Br Perangin-Angin NIM: 061124042

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  Rohandi, Ph.D.

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada Ayahku tercinta (Alektara Perangin-Angin),

  Ibuku tersayang (Tiharum Br Sitepu) Adik-adikku tercinta, seluruh keluargaku, khususnya keluargaku di Suka Julu yang aku cintai, teman-teman angkatan 2006 dan umat di Stasi Suka Julu-Tiga Jumpa serta almamater kebanggaanku

  

MOTTO

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara

kamu”

(1 Pet 5 : 7)

  

ABSTRAK

  Judul skripsi PERAN PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM

  

SEKOLAH MINGGU TERHADAP PERILAKU IMAN ANAK DI PAROKI

St FRANSISKUS ASISI BERASTAGI ini dipilih bertitik tolak dari

  keprihatinan penulis akan kurangnya perhatian dan tanggungjawab orang tua dalam mengembangkan perilaku iman anak di paroki St Fansiskus Asisi Berastagi. Masih banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaan mereka ketimbang mendidik anak dan mengembangkan perilaku iman anak.

  Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana membantu orang tua untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab dalam mengembangkan iman anak, sehingga anak-anak memperoleh pendidikan dan kasih sayang dari orang tua. Penulis mengkaji masalah ini dengan menyebarkan kuisioner, wawancara dan menganalisa data permasalahan sehingga ditemukan jalan keluarnya. Disamping itu, penulis juga melakukan studi pustaka untuk memperoleh pemikiran-pemikiran yang diharapkan dapat dipakai membantu para orang tua dalam mengembangkan perilaku iman anak.

  Dalam dokumen Gravissimum Educationis (GE) art 3 menjelaskan bahwa orang tua sebagai penyalur kehidupan dari Allah mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anak. Orang tua Kristiani yang telah diperkaya dengan rahmat Sakramen Perkawinan mempunyai kewajiban untuk mendidik anaknya sejak dini secara katolik. Orang tua seharusnya mengerti akan tugas dan tanggung jawab meraka dalam mengembangkan perilaku iman anak serta membantu pendamping sekolah minggu dalam menyediakan fasilitas yang dibutuhkan anak selama mengikuti kegiatan sekolah minggu. Sekolah minggu merupakan salah satu wadah dalam mengembangkan perilaku iman anak.

  Untuk membantu para orang tua dalam mengembangkan perilaku iman anak maka penulis mengusulkan program katekese umat melalui Shared Christian

  

Praxis (SCP) yang ditujukan kepada para orang tua. Diharapkan katekese umat

  dapat membantu para orang tua dalam mengembangkan perilaku iman anak. Oleh kerena itu, melalui katekese umat penulis memberikan sumbangan dalam rangka membantu para orang tua agar semakin sadar akan peran dan tanggung jawab mereka dalam mengembangkan perilaku iman anak sehingga anak dewasa dalam mengembangkan iman.

  ABSTRACT Title thesis mentoring PARENTS ROLE IN THE CONDUCT OF FAITH

  SUNDAY SCHOOL CHILDREN IN BERASTAGI parish of St. Francis of Assisi was chosen author starts from concerns about the lack of attention and responsibility of parents in developing the faith of a child's behavior in the parish of St. Assisi Fansiskus Berastagi. There are still many parents are busy with their jobs than educating children and developing the faith of a child's behavior.

  The main issue in this thesis is how to help parents to raise awareness and responsibility in developing a child's faith, so that children get an education and affection from parents. The author examines this problem by spreading questionnaire, interview and analyze data so that problems found a way out. In addition, the authors also conducted a study library to obtain the thoughts that are expected to be used to help the parents in developing the faith of a child's behavior.

  In the document Gravissimum Educationis (GE) art 3 explains that parents as a channel of God's life have an obligation to educate children. Christian parents who have been enriched by the grace of the sacrament of marriage have an obligation to educate their children in Catholic early on. Parents should understand the duties and responsibilities meraka in developing the faith of a child's behavior and help chaperone the school week in providing the facilities needed to follow the activities of children during the school week. Sunday School is one of the containers in developing the faith of a child's behavior.

  To assist parents in developing the faith of a child's behavior then the authors propose a program of catechesis people through the Shared Christian Praxis (SCP) addressed to the parents. Catechesis people are expected to assist parents in developing the faith of a child's behavior. Ingredients, through catechesis people contributing author in order to assist parents to become more aware of their roles and responsibilities in developing the faith of a child's behavior so that children in developing mature faith.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga terselesaikannya skripsi ini.

  Banyak pengalaman yang penulis alami selama penulisan skripsi ini, pengalaman bahagia, gembira, kecewa, sedih dan cemas. Meski demikian berkat doa dan dukungan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PENDAMPINGAN ORANGTUA DALAM SEKOLAH MINGGU PERAN

  

TERHADAP PERILAKU IMAN ANAK DI PAROKI St FRANSISKUS

ASISI. Penulisan skripsi ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis akan perhatian

  dari orang tua dalam mengembangkan perilaku iman anak di tengah-tengah keluarga. Dengan demikian, harapan penulis bahwa penulisan skripsi ini dapat membantu para orang tua dalam mengembangkan perilaku iman anak, mampu menjadi saksi bagi anak, menyadari akan peran dan tanggung jawab sebagi orangtua khususnya dalam mengembangkan perilaku iman anak.

  Atas kerjasama yang baik penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta dalam menyelesaikan skripsi ini. Dari hati yang paling dalam penulis menyampaikan terima kasih kepada:

  1. Rm. Dr. C.B Putranta, SJ selaku dosen pembimbing utama penulis yang telah dengan sabar, setia, penuh perhatian, penuh semangat dan selalu berusaha menyediakan waktu dalam membimbing penulis. Beliau juga dengan sepenuh hati senantiasa memotivasi, mencintai dan menumbuhkan kepercayaan diri pada penulis. Dengan kondisi beliau yang masih sakit tetapi semangat dan dukungan beliau sangat besar. Semangat beliau menjadi inspirasi bagi penulis agar mau berusaha untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik. Banyak saran dan kritikan yang menjadikan penulis berkembang baik segi pengetahuan maupun kematangan pribadi sebagai calon guru.

  2. Rm Drs. H.J.Suhardiyanto, SJ selaku anggota penguji II sekaligus dosen pembimbing akademik yang senantiasa menjadi ayah bagi penulis selama masa studi di IPPAK ini.

  3. Bpk. Y.H. Bintang Nusantara, SFK., M. Hum selaku anggota penguji III yang juga senantiasa memberi motivasi, dukungan, saran dan kritikan yang membangun bagi penulis baik dalam proses penulisan skripsi ini maupun selama menjalani kuliah di IPPAK. Beliau yang senantiasa memberikan masukan, perhatian, cinta kasih, dan semangat bagi penulis. Beliau juga menjadi teman bagi penulis terlebih saat menghadapi masalah, sehingga menjadi teman curhat yang mau mendengarkan dan memberi masukan, saran dan motivasi bagi penulis.

  4. Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan mengajarkan banyak hal demi perkembangan iman dan juga kepribadian penulis.

  5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

  6. Pastor Ignatius Simbolon, Ofm Cap, selaku pastor paroki Santo Fansiskus Assisi Berastagi keuskupan Agung Medan yang telah memberikan tempat dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, memberi manfaat serta dukungan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

  7. Segenap dewan pengurus, staf sekretariat dan seluruh umat di Stasi Suka Julu-Tiga Jumpa khususnya yang telah bersedia menjadi responden dan menyediakan waktu bagi penulis dengan memberikan data-data yang penulis butuhkan demi terselesainya penulisan skripsi ini.

  8. Bapakku tercinta (Alektra Peragin-Angin), mamakku tersayang (Tiharum Br Sitepu) dan adik-adikku tercinta (Ervita, Melisandi, Estorina, Yance, Alepesiusta, Persita Basmuli, Deslita, Daniel dan Yosua) yang senantiasa memberi dukungan yang besar melalui doa, cinta dan perhatian pada penulis dalam menyelesaikan studi ini.

  9. Keluargaku tercinta di Suka Julu-Tiga Jumpa yang senantiasa mendukung, memotivasi, mengarahkan dan menyemangati penulis dalam masa studi ini, juga dalam penyelesai skripsi ini.

  10. Kekasih Lio yang selalu mendukung, selalu ada saat aku butuh seseorang untuk berbagi, baik suka maupun duka. Terima kasih atas kasih sayang, cinta serta doa yang telah diberikan skripsi ini. Terima kasih untuk segala cintanya.

  11. Keluarga Besar Karo Katolik Yogyakarta yang selalu memberi doa, dukungan dan semangat agar penulis tidak pantang menyerah.

  12. Sahabat-sahabatku Mudika Karo Katolik Yogyakarta (Mila, Ervita, Imalia, Hendra, Deslita, Sion, Petrus, Charlina Sinulingga Charlina Br Ginting, Dwi,

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv MOTTO ........................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................

  1 A. Latar Belakang ......................................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .................................................................................

  6 C. Tujuan Penulisan ...................................................................................

  7 D. Manfaat Penulisan ................................................................................

  7 E. Metode Penulisan ..................................................................................

  8 F. Sistematika Penulisan ............................................................................

  8 BAB II: PERAN ORANG TUA TERHADAP PERILAKU IMAN ANAK ..................................................................

  11 A. Pendidikan Iman ...................................................................................

  11 1. Pengertian Pendidikan Iman .............................................................

  12 a. Pengertian Pendidikan ................................................................

  12 b. Perilaku Iman .............................................................................

  13 c. Pendidikan Anak ........................................................................

  14 d. Iman ...........................................................................................

  16

  f. Pengertian Pendidikan Iman Anak .............................................

  20 2. Pentingnya Pendidikan Iman Anak ....................................................

  22 3. Tujuan Pendidikan Iman ...................................................................

  25 4. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman .......................................................

  27 B. Keluarga dan JemaatSebagai Kancah Pendidikan Iman Anak .............

  28

  1.Pendidikan Iman Anak Dalam keluarg………………………………… 28 2.Peran Jemaat Dalam Pendidikan Iman Anak ....................................

  29 C. Sekolah Minggu Sebagai Wadah Mengembangkan Perilaku Iman Anak

  30 1. Pengertian Sekolah Minggu .............................................................

  30 2. Latar Belakang Sekolah Minggu .....................................................

  32 3. Dasar Sekolah Minggu .....................................................................

  33 4. Tujuan Sekolah Minggu ...................................................................

  35 D. Peran Orang tua Terhadap Perkembangan Iman Anak Di Era Modernisasi 36 1. Peran Orang tua Dalam Perkembangan Iman Anak.........................

  36 2. Orang tua dan Kegiatan Sekolah Minggu ........................................

  44 E. Konsekuensi Peran Orang tua ...............................................................

  45 1. Orang tua perlu sadar akan peran utamanya ....................................

  45 2. Pengetahuan tentang cara mendampingi ..........................................

  47 F. Kerangka Pikir ......................................................................................

  49 BAB III: PENELITIAN TENTANG PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM SEKOLAH MINGGU TERHADAP PERILAKU IMAN ANAK DI PAROKI

  ST FRANSISKUS ASISI BERASTAGI……………………………

  51 A. Metodologi Penelitian........................................................................

  54 1. Tujuan Penelitian .............................................................................

  54 2. Jenis ..................................................................................................

  54 3. Metode Penelitian ............................................................................

  55 4. Instrumen Penelitian .........................................................................

  56 5. Tempat dan waktu ............................................................................

  56 6. Teknis analisa data ...........................................................................

  56 7. Populasi dan sampel .........................................................................

  57 8. Variabel Penelitian ...........................................................................

  58

  B. Laporan Hasil Penelitian ...................................................................

  59 1. Hasil Penelitian Melalui Kuesioner ..................................................

  59 2. Hasil Wawancara .............................................................................

  74 C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................

  79 D. Kesimpulan Hasil Penelitian ...............................................................

  95 BAB IV: USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN PERAN PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM SEKOLAH MINGGU TERHADAP PENGEMBANGAN PERILAKU IMAN ANAK DI PAROKI St FRANSISKUS ASISI BERASTAGI ................................ 101

  A. Katekese Umat Bagi Orang tua Dengan Model SCP ....................... 103

  1. Pengertian Katekese Umat ......................................................... 103

  2. Tujuan katekese umat bagi orang tua .......................................... 107

  3. Isi katekese umat bagi orang tua ................................................. 109

  4. Kekhasan katekese umat bagi orang tua ...................................... 112

  5. Proses katekese umat bagi orang tua dengan model SCP ........... 115

  B. Program Katekese Umat bagi orang tua di Berastagi dengan model SCP (Shared Christian Praxis) ........................................................ 119

  1. Latar Belakang Program .............................................................. 119

  2. Tujuan Program .......................................................................... 120

  3. Contoh program katekese umat bagi orang tua di Paroki St Fransikus Assisi Berastagi ........................................................... 121

  a. Tema-tema katekese umat bagi orang tua di paroki St Fransiskus Asisi Berastagi ................................................. 121

  b. Usukan Program ................................................................... 124

  c. Petunjuk Pelaksanan Program .............................................. 129

  C. Salah satu Contoh Satuan Persiapan Katekese Umat Dengan Model SCP (Shared Christian Praxis) Bagi Orang tua ................................. 131

  BAB V. KESIMPULAN ..................................................................................... 146 A. Kesimpulan ......................................................................................... 146 B. Saran ................................................................................................... 149 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 150

  LAMPIRAN

  Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian di Paroki ........................................................ (1) Lampiran 2: Surat Ijin Penelitian di Stasi ........................................................... (2) Lampiran 3: Surat Pernyataan dari Paroki ......................................................... (3) Lampiran 4: Kuesioner Penelitian ..................................................................... (4) Lampiran 5: Teks Kitab Suci .............................................................................. (10) Lampiran 6: Cerpen ............................................................................................ (11) Lampiran 7: Teks lagu ....................................................................................... (13)

DAFTAR SINGKATAN A.

   Singkatan Kitab Suci

  KS : Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokanonika (1995) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia B.

   Singkatan Dokumen Resmi Gereja

  CT : Chatechesi Tradendae, Ajaran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada Para Uskup, klerus dan segenap umat beriman katekese masa kini, 16 Oktober 1979

  EN : Evangelii Nuntiandi (Imbauan Apostolik Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam Zaman Modern, 8 Desember 1975).

  FC : Familiaris Consortio (Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern,

  22 November 1981). GE : Gravissimum Education, pernyataan konsili vatikan II tentang Pendidikan Kristiani.

  GS : Gaudium et Spes (Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja dalam Dunia Modern, 7 Desember 1965).

C. Singkatan lainnya

  Art : Artikel Kan : Kanon KK : Kepala Keluarga KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Lih : Lihat PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia SCP : Shared Christian Praxis SP : Satuan Persiapan St : Santo

   

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang tua adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan anak, baik

  pendidikan intelektual amak. Tugas dan kewajiban ini tak tergantikan oleh siapa pun, baik itu guru disekolah, sesama masyarakat maupun para pelayanan di dalam gereja. Sehingga orang tua benar-benar menjadi yang pertama dan utama dalam mendidik dan mendewasakan anak-anaknya. Keluarga menjadi sekolah iman yang pertama. Keluarga merupakan sekolah pertama yang mengajarkan keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan setiap masyarakat di mana anak- anak hidup dan berkembang. Orang tua mengenalkan berbagai kebiasaan hidup rohani baik mulai dari doa-doa harian, cerita kitab suci serta kebiasaan upacara Gereja.

  Konsili Vatikan II, dalam Gravissimum Educationis (Pernyataan tentang

  Pendidikan Kristiani = GE) artikel 3 menuliskan “Kerena mereka meneruskan

  kehidupan kepada anak-anaknya, maka orang tua mengembang tugas maha berat, yakni mendidik putera-puteri dan sebab itu mereka harus diakui sebagai pendidik yang pertama dan utama”.

   

  Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya seperti Kristus menjadi teladan bagi umat. Dalam agama Katolik, Kristuslah yang menjadi teladan yang paling hakiki. Kristus menjadi teladan karena kemuliaan dan keberhasilannya dalam mewujudkan keselamatan manusia. Kristus juga mengakui bahwa manusia adalah anak-anak-Nya yang mempunyai relasi pribadi yang dekat, dengan harapan agar manusia dapat menyatu dengan Kristus sendiri.

  Begitu juga hubungan antara orang tua dan anak. Orang tua sebagai teladan anak hendaknya membangun relasi yang dekat dengan anak, dengan mengakui keberadaan anak terciptalah relasi yang baik diantara anak dan orang tua.

  Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami istri untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Bila orang tua dalam kasih dan karena kasih melahirkan pribadi baru yang dipanggil. Bila orang tua dalam kasih dan karena melahirkan pribadi baru yang dipanggil untuk tumbuh dan berkembang, maka orang tua bertanggung jawab mengemban tugas membantunya menjadi manusia utuh, karena mereka memberikan kehidupan kepada anak-anak, maka para orang tua mengemban tugas mahaberat mendidik anak dan sebab itu mereka harus diakui sebagai pendidik pertama dan utama. Tugas mendidik itu begitu penting sehingga bila tidak ditunaikan sulit dapat dilengkapi. Para orang tua wajib untuk menciptakan lingkungan keluarga, yang dijiwai cinta kasih terhadap Allah dan manusia, sehingga membantu pendidikan pribadi dan sosial anak- anak yang utuh. Sebab itu keluarga adalah sekolah pertama keutamaan- keutamaan sosial yang dibutuhkan setiap masyarakat. Terutama di dalam keluarga katolik, yang dilengkapi rahmat dan tugas sakramen perkawinan, anak-

   

  anak sejak dini harus diajari memandang dan menyembah Allah serta mencintai sesama sesuai dengan iman yang diterima dalam permandian. Dalam keluarga anak-anak mendapatkan pengalaman pertama baik sekitar masyarakat manusia yang sehat, maupun sekitar gereja. Akhirnya melalui keluarga, anak-anak mulai perlahan-lahan dihantar masuk ke dalam pergaulan para warga dan ke dalam umat Allah. Oleh karena itu para orang tua harus sadar betapa pentingnya keluarga yang benar-benar katolik untuk kehidupan dan kemajuan umat Allah sendiri. Maka mereka harus diakui pendidik pertama dan utama anak-anaknya.

  Tugas pendidik ini begitu menentukan sehingga hampir tak tergantikan bila tidak ada (GE art.3) Orang tua menjadi sebuah janji, janji itu berupa kebebasan dan dukungan terhadap anak. Janji merupakan hasil pertemuan antara hukum dan teladan, melalui hukum dan teladan membuka masa depan bagi anak. Orang tua menjadi sebuah janji melalui kebebasan, dukungan untuk keberhasilan masa depan anak.

  Kristus sendiri menjanjikan sebuah keselamatan bagi anak dan Dia sendiri keselamatan itu yang diberikan melalui penebusan dosa manusia dengan wafat di salib. Begitulah hendaknya orang tua menjadikan dirinya sebuah janji melalui kebebasan, dukungan untuk keberhasilan masa depan anak sehingga anak akan mencapai keberhasilan melalui orang tua.

  Orang tua mempunyai tugas atau tanggung jawab mendidik anak, sebab tugas orang tua menjadi pendidik iman anak yang pertama dan utama.

  Pendidikan iman anak merupakan tanggung jawab yang harus dilaksanakan

   

  dengan senang hati, terus menerus, tanpa pamrih dan pengorbanan diri. Dengan kepercayaan dan keyakinan hendaknya orang tua terus mendampingi anak- anaknya mengenai nilai-nilai yang pokok dalam hidupnya. Dan orang tua perlu sadar bahwa Tuhan telah memilih dan memberi kepercayaan kepada mereka untuk mendidik dan membesarkan anak-anak mereka agar berkembang sebagai anak Allah sebagai sahabat Yesus, Bait Allah, Roh Kudus dan sebagai anggota gereja.

  Dalam mendidik anak, orang tua mempunyai dua fakta kodrati yang jelas, yaitu yang pertama adalah bahwa orang tua mempunyai hak atas anaknya. Hak orang tua atas anaknya adalah membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Orang tua adalah sumber kehidupan anak, orang tua bersama Tuhan menciptakan manusia baru. Kelahiran anak bukan hanya peristiwa jasmaniah saja, tetapi merupakan buah cinta yang terindah sehingga orang tua memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Dan ketika anak beranjak dewasa anak diharapkan untuk dapat memutuskan sendiri hal-hal yang menyangkut pribadinya dan orang tua hanya memberi dorongan dan nasehat. Fakta yang kedua, anak berhak atas pendidikan. Sebagai manusia yang mempunyai derajat dan martabat yang sama, anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua. Baik anak, pendidikan merupakan suatu kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi, karena pendidikan yang baik dari orang tua dapat membantu anak membangun dasar yang kuat untuk kehidupan yang akan datang. Maka orang tua perlu bertanggung jawab penuh atas pendidikan ini.

   

  Namun dalam kenyataannya sering dijumpai banyak orang tua yang belum menyadari sepenuhnya tentang pelaksanaan tugasnya, khususnya dalam mendidik iman anak. Hal ini mungkin disebabkan oleh terpancarnya orang tua terhadap tugas pada umumnya, misalnya seorang bapak yang mempunyai tugas mencari nafkah untuk keluarga dan sedangkan ibu hanya mengurus dan merawat anak. Ada juga anggapan dari orang tua bahwa mereka sudah mendidik jika mereka sudah memenuhi kebutuhan dan memberi aturan-aturan dalam keluarga.

  Berdasarkan pengalaman, penelitian dan informasi awal melalui wawancara dengan beberapa orang tentang pendampingan orang tua dalam sekolah minggu, yang terjadi di Paroki St Fransiskus Assisi Berastagi pada sekarang ini banyak mengalami kemunduran. Di Paroki St Fransikus Assisi Berastagi banyak orang tua yang lebih mementingkan pekerjaan daripada mengembangkan perilaku iman anak. Selain itu banyak juga anak yang sudah malas mengikuti kegiatan sekolah minggu karena pengaruh dari perkembangan teknologi baik itu internet maupun TV, dan orang tua hanya diam saja. Orang tua kurang menyadari bahwa kegiatan sekolah minggu sangat membantu mengembangkan perilaku iman anak. Bimbingan orang tua tidak cukup hanya sebatas ilmu saja. Mereka perlu menyadari bahwa mengembangkan perilaku iman anak sangat penting dan juga membutuhkan peran orang tua serta bimbingan agar anak senantiasa berkembang dalam hal imannya.

  Melihat permasalahan di atas ini, maka penulis tergerak hatinya untuk menyusun skripsi yang berjudul “PERAN PENDAMPINGAN ORANGTUA

   

DALAM SEKOLAH MINGGU TERHADAP PERILAKU IMAN ANAK

DI PAROKI St FRANSISKUS ASSISI BERASTAGI”. Melalui judul ini,

  penulis mengajak para orang tua di Paroki St Fransiskus Assisi Berastagi untuk lebih memperhatikan perilaku iman anak dalam keluarga, tertutama dalam keterlibatan anak dalam setiap kegiatan sekolah minggu maupun lingkungan.

  B. Rumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan peran pendampingan orang tua terhadap perkembangan perilaku iman anak?

  2. Sejauh mana peran pendampingan orang tua dalam meningkatkan perilaku iman anak melalui kegiatan sekolah minggu ?

  3. Sejauh mana orang tua memahami tugas dan tanggung jawab mereka dalam mengembangkan perilaku iman anak?

  4. Apakah orang tua di Paroki St Fransiskus Assisi Berastagi sudah mengembangkan perilaku iman anak melalui kegiatan sekolah minggu?

  5. Apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendampingan orang tua dalam mengembangkan perilaku iman anak melalui sekolah minggu?

  C. Tujuan Penulisan

  1. Memberikan pengertian pada orang tua bahwa melalui kegiatan sekolah minggu sangat berguna terutama dalam mengembangkan perilaku iman?

   

  2. Menjelaskan sejarah singkat sekolah minggu dan tujuan pelaksanaan sekolah minggu.

  3. Mendeskripsikan situasi kongkrit pendidikan iman anak di Paroki St.

  Fransiskus Assisi Berastagi.

  4. Membantu orang tua untuk memahami akan tugas dan tanggung jawab dalam mengembangkan perilaku iman anak melalui kegiatan sekolah minggu.

  5. Mengetahui sejauh mana orang tua menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik iman anak yang utama dalam keluarga.

D. Manfaat Penulisan

  1. Meningkatkan pengetahuan orang tua terhadap pentingnya mengembangkan perilaku iman anak melalui kegiatan sekolah minggu.

  2. Orang tua mendapatkan pemahaman yang cukup sebagai pendamping dalam perkembangan iman anak serta menyadari perannya dalam pendampingan iman anak dalam keluarga.

  3. Memberikan masuk kepada orang tua agar mereka semakin menyadari dan bertanggung jawab sebagai pendidik utama dan pertama dalam mengembangkan perilaku iman

  4. Memberikan masuk pada orang tua di Paroki St Fransiskus Assisi Berastagi agar lebih memperhatikan perkembangan perilaku iman anak.

    E.

   Metode Penulisan

  Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis yakni memaparkan, menguraikan serta menganalisa permasalahan yang ada, sehingga ditemukan jalan pemecahan yang tepat. Data diperoleh berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada orang tua sebagi responden.

  Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penulisan, dilakukan analisa terhadap permasalahan yang ada. Penelitian ini dilaksanakan di Paroki St. Fransisikus Assisi Berastagi Kabupaten Karo Sumatera Utara.

F. Sistematika Penulisan

  Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis menyampaikan pokok-pokok gagasan sebagai berikut:

  BAB I: PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB

  II: PERAN ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN PERILAKU IMAN ANAK DALAM SEKOLAH MINGGU

  Bab ini membahas tentang pengertian pendidikan iman; pengertian pendidikan, perilaku iman, pendidikan anak, iman, pertumbuhan dan perkembangan anak, pengertian pendidikan iman anak;

   

  bentuk-bentuk pendidikan iman anak. Keluarga dan jemaat sebagai kancah pendidikan iman anak; pendidikan iman anak dalam keluarga, peran jemaat dalam pendidikan iman anak. Sekolah minggu sebagai wadah mengembangkan perilaku iman anak; pengertian sekolah minggu,latar belakang sekolah minggu,dasar sekolah minggutujuan sekolah minggu. Peran orang tua terhadap perkembangan iman anak di era modernisasi; peran orang tua dalam perkembangan iman anak, orang tua dan kegiatan sekolah minggu, konsekuensi peran orang tua; orang tua perlu sadar akan peran utamanya, pengetahuan tentang cara mendampingi, kemudian diterangkan dalam kerangka pikir.

  BAB III: PENELITIAN TENTANG PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM SEKOLAH MINGGU TERHADAP PERILAKU IMAN ANAK DI PAROKI ST FRANSISKUS ASSISI BERASTAGI. Pada bab ini dijelaskan metode penelitian; tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, insterumen penelitian. Laporan penelitian melalui kuesioner, hasil wawancara. Pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian.

  BAB IV USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN PERAN PENDAMPINGAN ORANG TUA DALAM SEKOLAH MINGGU TERHADAP

   

  PENGEMBANGAN PERILAKU IMAN ANAK DI PAROKI ST FRANSISKUS ASSISI BERASTAGI.

  Membahas tentang katekese umat bagi orang tua dengan model SCP; pengertian katekese umat, tujuan katekese umat bagi orang tua, isi katekese umat bagi orang tua, kekhasan katekese bagi orang tua, proses katekese umat bagi orang tua dengan model SCP. Program katekese umat bagi orang tua di Berastagi dengan model SCP; latar belakang program, tujuan program, contoh program katekese umat bagi orang tua di paroki St Fransiskus Assisi Berastagi.

  BAB V: PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

   

  

BAB II

PERAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PERILAKU

IMAN ANAK DALAM SEKOLAH MINGGU

Dalam bab II skripsi ini penulis menguraikan tentang pendidikan iman yang meliputi; Pengertian pendidikan, pengertian pendidikan iman anak. Keluarga dan jemaat sebagai kancah pendidikan iman anak; pendidikan iman

  anak dalam keluarga, peran jemaat dalam pendidikan iman anak. Sekolah minggu sebagai wadah mengembangkan perilaku iman anak; pengertian sekolah minggu, latar belakang sekolah minggu, dasar sekolah minggu tujuan sekolah minggu. Peran orang tua terhadap perkembangan iman anak di era modernisasi; peran orang tua dalam perkembangan iman anak, orang tua dan kegiatan sekolah minggu, konsekuensi peran orang tua; orang tua perlu sadar akan peran utamanya, pengetahuan tentang cara mendampingi, kemudian diterangkan dalam kerangka pikir.

A. Pendidikan Iman 1. Pengertian Pendidikan Iman a. Pengertian pendidikan

  Pendidikan telah menjadi bagian dalam kehidupan di masyarakat. Jika ditinjau dari lingkungan di mana pendidikan dilaksanakan, pendidikan dibedakan menjadi pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan

   

  menjadi pendidikan jasmani, pendidikan budi pekerti, pendidikan agama, dan lain-lain. Meskipun istilah pendidikan sering digunakan namun kadang arti pendidikan sering kurang dipahami.

  Bapak pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hajar Dewantara, memberikan rumusan tentang pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksud dari pendidikan yaitu menuntut segala kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaanya yang setingginya” (Suwarno, 1992:2-3). Menurut Driyarkara (Driyarkara, 1980:87), pada hakekatnya pendidikan adalah “pemanusian manusia muda”. Proses pemanusiaan manusia muda tersebut dalam arti humanisasi. Anak didik sebagai manusia muda kendati sejak lahir sudah seorang pribadi manusia, tetapi masih perlu bertumbuh menjadi manusia yang paripurna. Proses humanisasi berarti proses pemanusiaan dalam arti pembudayaan.

  Berkaitan dengan pendidikan, Gereja juga mempunyai suatu pandangan tersendiri. Konsili Vatikan II dalam Deklarasi tentang Pendidikan Kristen memberi petunjuk yang jelas yakni: “Pendidikan yang benar mengikhtiarkan pembinaan pribadi manusia untuk tujuan akhirnya dan serentak untuk kepentingan masyarakat. Manusia adalah anggota masyarakat dan setelah dewasa ia berperan serta dalam tugas-tugas masyarakat” (GE art 1). Konsili Vatikan II menyatakan bahwa pendidikan yang sejati adalah pendidikan yang menuju ke pembentukan pribadi manusia dalam kaitannya dengan arah tujuan akhir hidup manusia dan sekaligus dalam kaitannya dengan kebaikan

   

  masyarakat tempat peserta didik menjadi anggota dimana ia harus bertanggung jawab sebagai warga yang dewasa. Dari pengertian pendidikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha membantu seseorang.

b. Perilaku Iman

  Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak bisa diamati pihak luar. Aktifitas manusia yang dapat diamati langsung itu seperti orang berjalan, naik sepeda, mengendarai motor atau mobil. Sedangkan aktifitas yang tidak dapat diamati pihak luar seperti seorang yang duduk diam dengan buku di tangan. Kita tidak dapat mengetahui kegiatan apa yang sedang dilakukan orang tersebut sekalipun kita mengetahui bahwa orang sedang membaca. Kegiatan membaca tersebut sebenarnya merupakan perkiraan saja dari orang yang melihatnya.

  Melalui pengertian ini dapat dilihat bahwa perilaku itu dapat dilihat melalui indera karena perilaku itu adalah tindakan dari subyek itu sendiri dimana ia mendapat rangsangan dari luar untuk melalukan suatu tindakan. Misalnya seorang anak melihat temannya menaiki sepeda kemudian untuk sama seperti temannya yang bisa naik sepeda iapun juga harus belajar untuk naik sepeda. Dalam konteks perilaku iman, penulis mengambil contoh dari pengalaman anak seperti bersikap sopan terhadap orang tua, jujur, adil, menghormati orang tua, mencintai semua orang.

    c.

   Pendidikan Anak

  Pelaksanaan pendidikan itu tidak hanya berlangsung di dalam keluarga saja, melainkan pendidikan itu dapat berlangsung di berbagai tempat antara lain: keluarga, sekolah dan masyarakat atau lingkungan dimana anak hidup. Ketiga lingkup pendidikan itu memiliki perbedaan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, sebab pendidikan merupakan satu kegiatan yang diterima anak dalam keluarga dan masyarakat yang merupakan rangkuman dari proses yang berlangsung seumur hidup.

  Dari semua tempat tersebut yang menjadi pendidikan yang pertama dan terutama adalah keluarga. Dalam keluarga seorang anak mendapat pendidikan yang pertama dari orang tuanya seperti perhatian, kasih sayang, teguran dan nasehat semenjak ia kecil. Dalam hal ini orang tua berperan sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan iman anak di sekolah dan masyarakat, sebab itu orang tua sebagai penanggungjawab iman anak dalam keluarga, bertanggung jawab dan berkewajiban untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi pembentukan mental dan kepribadian anak-anak itu sendiri.

  Pendidikan anak sejak dini harus ditanamkan dalam keluarga sehingga anak dapat berkembang menjadi seorang yang beriman. Pentingnya pendidikan iman dalam keluarga memperlihatkan bahwa orang tidak boleh hanya mementingkan pendidikan secara umum yakni yang berkaitan dengan prestasi belajar melainkan pendidikan agama. Pendidikan agama dalam keluarga tidak

   

  hanya mencakup mengajar agama, melainkan juga perlu memperkenalkan sikap-sikap dasar hidup kristiani, diantaranya kasih, jujur, adil terhadap orang tua dan sesama yang dijumpainya setiap hari.

  Selain pendidikan agama yang peroleh dari keluarga, anak juga mengenal pendidikan dari pengenalannya akan dunia luar yakni sekolah, lingkungan, masyarakat dan umat atau gereja. Anak belajar dari pengalaman hidupnya sehari-hari. Pengenalan pendidikan iman anak dalam keluarga, sekolah, lingkungan, masyarakat, umat atau gereja bertujuan agar anak seusia dini mungkin dapat menyadari dan mengenali imannnya yang sedang tumbuh, sehingga anak semakin tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa.

  Anak diajar untuk memberi sesuatu kepada yang membutuhkan pertolongan, berbicara terbuka terhadap kesalahan yang dilakukannya, memaafkan teman yang bersalah padanya, tidak membenci teman yang berbuat salah padanya. Anak juga diajari untuk bersikap sopan terhadap orang yang lebih tua, tidak membeda-bedakan teman atau memilih-milih teman dalam bergaul, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepadanya, bekerja dengan tekun dalam menyelesaikan tugas. Anak diajar untuk melihat, merasakan dan melakukan suatu tindakan yang baik yang didasarkan pada ketulusan hati untuk mencintai sesamanya yang berkekurangan. Anak diajak untuk melakukan suatu perbuatan atau tindakan yang baik yang didasari oleh kehendaknya yang baik sehingga mendorong serta memotivasi anak untuk selalu melakukan tindakan yang baik tersebut.

   

  Apostolik Familiaris Consortio Paus Yohanes Paulus II menyatakan demikian: Tugas mendidik berakar dalam penggilan suami-istri untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah, karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan terutama. Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dilengkapi, sebab merupakan kewajiban orang tua: menciptakan lingkup keluarga yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang tehadap sesama sedemikian rupa sehingga menunjang kebutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkup pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan masyarakat (FC art 36)

  Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik anak bersifat hakiki karena berkaitan dengan penyaluran hidup. Selain itu bersifat asli dan utama terhadap peran serta orang lain dalam pendidikan, karena keistimewaan cinta kasih antara orang tua dan anak-anak. Lagi pula tidak dapat digantikan atau diambil alih oleh siapapun, karena itu tidak dapat diserahkan kepada orang lain atau direbut oleh orang lain.

d. Iman

  Iman adalah jawaban pribadi atas prakarsa Allah yang dikenal dalam Firman-Nya dan dalam campur tangan Allah demi keselamatan. Iman bukan hanya hasil refleksi manusia tetapi merupakan buah cuma-cuma yang dihasilkan oleh kuasa Allah, Roh Kudus dalam diri kita (Xavier Leon Dufour, 1990:282). Iman merupakan jawaban terhadap Allah akan wahyu yang dianugrahkan pada manusia. Iman bukan semata-mata tindakan manusia namun lebih pada karya Allah. Iman mencakup tiga hal yaitu: menerima, bertobat yaitu perubahan hati

   

  meninggalkan cinta diri menuju cinta hukum kasih Allah dan mengikat diri pada Kristus (Goretti, 1999:3). Manusia disertai rahmat Allah untuk menjawab wahyu Allah. Iman juga merupakan hubungan pribadi dengan Allah, yang hanya mungkin karena rahmat Allah. Akan tetapi iman tidaklah buta. Orang beriman mengetahui kepada siapa ia percaya (2Tim 1:12).

  Melihat bahwa iman merupakan jawaban pribadi manusia atas prakarsa yang dikenal dalam firman-Nya maka dalam pengalaman konkret setiap hari manusia perlu menanggapi setiap sapaan Tuhan dalam hidupnya sehari-hari, sehingga dalam situasi apapun manusia tetap setia dan beriman pada Allah.

  Beriman kepada Allah berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada kuasa Allah.

  Dalam buku ilmu kateketik dikatakan bahwa seorang beriman adalah: “Orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada Allah, mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah, menerima bahwa

  Allah adalah kebenaran, menaruh kesadaran kepada-Nya dan bukan dirinya sendiri, dan dengan demikian menjadi teguh dan benar oleh karena kebutuhan dan kebenaran Allah” (Telaumbanua, 1999:44). Dengan demikian seorang dapat dikatakan beriman bila percaya dan menyerahkan dirinya seutuhnya kepada Allah. Beriman berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak dan kuasa Tuhan. Untuk sampai pada iman yang mendalam dan penyerahan diri seutuhnya pada Tuhan, maka manusia perlu membiasakan diri terus-menerus menghadirkan bimbingan Roh Kudus dalam seluruh peristiwa hidupnya, dan membiarkan hidupnya dipimpin oleh- Nya, karena melalui dan di dalam-Nya hidup kita semakin terarah dan akhirnya

   

  memampukan kita untuk semakin percaya dan berharap pada Tuhan adalah kebenaran.

  Boleh dikatakan orang yang beriman kepada Tuhan berarti menyerahkan seluruh hidupnya hanya untuk Tuhan, dan tanpa ada suatu paksaan melainkan suatu keyakinan penuh dan suka rela. Oleh karena itu iman sesungguhnya adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa melainkan dengan sukarela (KWI, 1996:128).

e. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

  Semenjak bayi dilahirkan ke dunia, ia sudah secara tidak langsung berkenalan dengan iman. Iman yang dimaksud disini adalah tindakan dari ibu atau bapak dalam memberikan kasih sayang, menyusui dan menjaganya hingga ia bertumbuh menjadi seorang anak. Sikap, cinta kasih dan perhatian dari orang tua akan berdampak positif bagi perkembangan iman bayi menuju tahap selanjutnya pada tahap anak.

  Anak adalah seseorang yang berusia 2-12 tahun dan mereka memiliki potensi untuk menjadi dewasa (Soemanto, 1990:166). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil yang dapat kita perlakukan sebagaimana memperlakukan orang dewasa dan bukan seseorang mahluk yang dapat kita buat sebagai kelinci percobaan bila kita menginginkan sesuatu yang baru, tetapi anak adalah seorang individu yang mempunyai hak dan kewajiban untuk berkembang sesuai dengan keadaan dirinya.

   

  Pada tahap anak, orang tua mengajarnya untuk bersikap baik itu kepada orang tua maupun dengan orang lain dalam hal ini dengan teman-temannya.