Hubungan pendidikan iman dalam keluarga kristiani dengan kecerdasan spiritual siswa/siswi SMP Santo Fransiskus Assisi Samarinda - USD Repository
HUBUNGAN PENDIDIKAN IMAN DALAM
KELUARGA KRISTIANI DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL
SISWA/SISWI SMP SANTO FRANSISKUS ASSISI SAMARINDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama katolik
Oleh:
Katarina Da Duka
NIM : 051124030
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Kupersembahkan kepada
Bunda Maria yang mendoakanku dengan penuh kasih,
Persaudaraan Suster Fransiskanes Santa Elisabeth Medan (FSE),
semua keluarga, khususnya ka Fendi dan ka Anjel yang selalu mengingatkan,
mendoakan dan mendukung saya, Almamaterku yang tercinta dan
semua saudara-saudari yang mendukung dengan caranya
masing-masing.
MOTTO
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya
“ (
Pengkotbah 3: 11
)
“Dia datang pada saat yang tepat”
ABSTRAK Skripsi ini berjudul HUBUNGAN PENDIDIKAN IMAN DALAM
KELUARGA KRISTIANI DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL
SISWA/SISWI SMP SANTO FRANSISKUS ASSISI SAMARINDA. Pendidikan Iman dalam Keluarga Kristiani adalah proses pengarahan, pemberian informasi, teguran, dan tata cara komunikasi dalam usaha untuk mendewasakan iman anak dalam Keluarga Kristiani. Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan-kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna sehingga orang dapat menemukan makna serta nilai-nilai kehidupan sehari-hari dalam konteks relasinya dengan diri sendiri, alam dan sesama serta Allah/Tuhan. Pendidikan Iman dalamKeluarga dengan aspek-aspeknya mampu memperkembangkan Kecerdasan
Spiritual. Bentuk, suasana, media Pendidikan Iman dalam Keluarga Kristiani sangat mendukung perkembangan Kecerdasan Spiritual dalam hal pemaknaan pengalaman. Hubungan baik dengan diri sendiri, sesama, alam dan Tuhan dimulai dari dalam keluarga dan menjadi tanggung jawab utama orang tua. Berdasarkan pengertian di atas maka satu hipotesis yang diuji adalah Pendidikan Iman dalam Keluarga Kristiani mempunyai hubungan yang signifikan dengan Kecerdasan Spiritual.Untuk membuktikan kebenaran hipotesis secara empirik, maka peneliti mengadakan penelitian korelasional yang bersifat kuantitatif. Pengambilan sampel dengan teknik Purposive sampling artinya sampel yang bertujuan untuk memilih individu tertentu, dengan kriteria sebagai berikut siswa yang beragama Katolik, berumur sama yakni 14 tahun. Data yang diperoleh dengan jumlah responden 60 orang untuk mengisi kuesioner.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata dan signifikan antara Pendidikan Iman dalam Keluarga Kristiani dengan Kecerdasan Spiritual yang ditunjukkan dengan nilai Pearson Correlation 0,612 pada taraf signifikan 0,000. Penemuan ini mengindikasikan bahwa semakin baik Pendidikan Iman yang diterima siswa dalam Keluarga Kristiani maka semakin berkembang dengan baik pula Kecerdasan Spiritual siswa. Merujuk pada penelitian ini maka disarankan agar orang tua sebagai pendidik iman utama dalam keluarga mampu meningkatkan Pendidikan Iman untuk memperkembangan Kecerdasan Spiritual siswa siswi dalam menciptakan relasi yang baik dengan diri sendiri, sesama, alam dan Allah/ Tuhan.
ABSTRACT The title of this Thesis is “HUBUNGAN PENDIDIKAN IMAN DALAM
KELAURGA KRISTIANI DENGAN KECERDASAN SPRITUAL
SISWA/SISWI SMP SANTO FRANSISKUS ASSISI SAMARINDA”.( Relation of the Faith Formation in the Christian Family with the Spiritual Maturity of Lower secondary school students of St.Fransiskus of Samarinda) Faith Formation in the Christian Family is the process of guidelines, giving information, warnings and customs and manners of communication in the effort to make the children in the Christian family to be mature in Faith. Spiritual maturity or Spiritual intelligence means to have the ability to face and to analyze problems of meaning in life and therefore can find out the meaning together with the values of daily life in the context of our relation to our self, to nature, to our neighbor and to God. Faith Formation in the family and its different aspects make them to develop the Spiritual maturity. Form, atmosphere, means of Faith Formation in the Christian Family are the factors which support to develop the Spiritual maturity in the aspects of experiential meaning. Relationship with, both to the self, to others, to nature and to God must begin from the Family and becomes the responsibility of the parents. Based on the understanding mentioned above, one hypothesis which experimented is that Faith Formation in the Christian Family have a significant relation with Spiritual maturity or spiritual intelligence.
To prove the reality of this empirical hypothesis , therefore Researcher has made the Research Correlation which is quantitative in its character. Taking the samples with technique of Purposive sampling, ie. sample which is destined for choosing particular individual with the criteria that, he must be a pupil but a catholic, with age of 14. Data has obtained from total of 60 persons who have filled the questioner .
There is also another result of the research which shows that there can have the relation which is obvious and very significant between Faith Formation in the Christian Family with Spiritual maturity which point out with value of Pearson Correlation 0,612 on the significant standard of 0,000. This discovery indicates that the more there is the good faith Formation which obtained by the pupils in the Christian family, more there will be the progress in the spiritual intelligence of pupil. Reconciling with this research, it is proposed that, Parents
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat-
Nya yang memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul
“HUBUNGAN PENDIDIKAN IMAN DALAM KELUARGA KRISTIANI
DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA/SISWI SMP SANTO
FRANSISKUS ASSISI SAMARINDA”.Skripsi ini berhasil ditulis berkat dukungan, perhatian dan uluran tangan
kasih dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama sekaligus
dosen pembimbing akademik, yang dengan sabar, tabah, dan penuh kasih
membimbing dan mendampingi penulis dalam proses perkuliahan dan secara
khusus pada penulisan skripsi ini.
2. YH. Bintang Nusantara, SFK, M. Hum, selaku dosen penguji II yang dengan
tulus memberi perhatian, sapaan dan dukungan kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
3. Dra. J. Sri. Murtini, M. Si., selaku penguji III yang dengan penuh perhatian
mengingatkan penulis untuk menjaga kesehatan agar dengan segera menyelesaikan skripsi ini.4. Segenap staf dosen dan karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan
5. Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah mendidik dan
membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.
6. Dewan Pemimpin Umum Persaudaraan Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE),
yang memberikan kesempatan, kepercayaan dan perhatian serta dukungan kepada penulis selama kuliah sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Persaudaraan FSE, secara khusus Para Saudari FSE Komunitas
Yohanes Don Bosco Yogyakarta yang setia dan penuh cinta mendoakan, memberi perhatian dan pengertian serta dukungan bagi penulis selama perkuliahan sampai dengan penyelesaian skripsi ini.
8. Sr. Kristofora Tarigan FSE, Selaku Kepala Sekolah SMP St. Fransiskus Assisi
Samarinda, yang telah memberikan izin dan dukungan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan penyebaran kuesioner
9. Semua keluarga yang mendampingi dan mendidik, mendukung dan
mendoakan, serta memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Teman-teman mahasiswa IPPAK USD, Yogyakarta secara khusus angkatan
2005 yang saling mendukung dan saling membantu dalam pergulatan selama
perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
11. Sahabat, teman-teman yang dengan penuh cinta mendoakan, membantu
dengan caranya masing-masing.Penulis menyadari akan keterbatasan penyusunan skripsi ini. Karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi
ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.Yogyakarta, 2 September 2009 Penulis, Katarina Da Duka
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................... vii
ABSTRAK ............................................................................................. viii
ABSTRACT .......................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... xix
BAB I: PENDAHULUAN ....................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1 B. Identifikasi Masalah ...........................................................
8 C. Pembatasan Masalah .........................................................
9
F. Manfaat Penulisan ............................................................
10 G. Metode Penulisan ...............................................................
11 BAB II: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS .................................
12 A. Keluarga .............................................................................
12
1. Pengertian Keluarga ....................................................
12
2. Keluarga Kristiani .......................................................
12
3. Peranan Keluarga Kristiani dalam Gereja ...................
13 B. Pendidikan Iman ...............................................................
16
1. Pengertian Pendidikan Iman ........................................
16
2. Ruang lingkup Pendidikan Iman ..................................
19
3. Pendidikan Iman Dalam Keluarga Kristiani ................
22 C. Kecerdasan Spiritual............................................................
34
1. Konteks Kecerdasan Spiritual .........................................
34
2. Pengertian Pendidikan Kecerdasan Spiritual ..................
36
3. Ciri-ciri orang yang cerdas Spiritual ...............................
37
4. Meningkatkan Kecerdasan Spiritual ...............................
39
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan
Spiritual ...........................................................................
40 D. Penelitian yang Relevan .......................................................
41
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ...........................................
45 A. Jenis Penelitian ...................................................................
45 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................
45 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...........
45
1. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................
45
2. Teknik Sampling ...........................................................
46 D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen ........................
46
1. Variabel Data Penelitian .................................................
46
2. Definisi Operasional Variabel .......................................
47
3. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .....................
47 E. Teknik Analisis Data ..........................................................
51
1. Analisis Instrumen .......................................................
51
2. Pengembangan Instrumen ............................................
51
3. Validitas dan Reliabilitas ..............................................
51
4. Uji Persyaratan Analisis Data .....................................
53
5. Uji Hipotesis .................................................................
53 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................
56 A. Data Hasil Penelitian ..........................................................
56 B. Analisis Hasil Penelitian .....................................................
58
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................
72 D. Refleksi Kateketis ...............................................................
76 E. Keterbatasan Penelitian .......................................................
79 BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................
80 A. Kesimpulan .......................................................................
80 B. Saran .................................................................................
81 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
83 LAMPIRAN ..........................................................................................
84 Lampiran 1: Pengantar Kuesioner ............................................ [1] Lampiran 2: Kuesioner Penelitian ............................................ [3] Lampiran 3: Data Hasil Penelitian ......................................... [7] Lampiran 4: Hasil analisis klasifikasi variabel dan aspek
Pendidikan Iman Dalam Keluarga ..................... [17] Lampiran 5: Hasil Analisis Klasifiksi Variabel dan aspek Kecerdasan Spiritual .......................................... [18] Lampiran 6: Out put Korelasi Keseluruhan .............................. [19]
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1: Kisi-kisi Item Kuesioner .........................................................48 Tabel 2: Kriteria Klasifikasi Variabel dan Aspek Keseluruhan ..........
57 Tabel 3: Hasil Analisis Klasifikasi Variabel dan aspek Pendidikan Iman dalam Keluarga ...................................... [17] Tabel 4: Hasil Analisis Klasifikasi Variabel dan aspek
Kecerdasan Spiritual ................................................................ [18]
Tabel 5: Skor Total Variabel X dan Y ...................................................59 Tabel 6: Tests Of Normality ................................................................
60 Tabel 7: Anova Tabel ..........................................................................
60 Tabel 8: Deskriptive ............................................................................
61 Tabel 9: Data Variabel Pendidikan Iman Dalam Keluarga Kristiani ..................................................................................
62 Tabel 10: Data Variabel Kecerdasan Spiritual dan Aspeknya ...............
70 Tabel 11: Correlasional .........................................................................
75
DAFTAR BAGAN Halaman
Bagan 1 : Pendidikan Iman dalam Keluarga Secara menyeluruh ..........66 Bagan 2 : Aspek Keteladanan ...............................................................
67 Bagan 3 : Aspek Ajaran ........................................................................
67 Bagan 4 : Aspek Pemberian Informasi .................................................
68 Bagan 5 : Aspek Tata Cara Komunikasi ...............................................
69 Bagan 6 : Kecerdasan Spiritual Secara Menyeluruh .............................
72 Bagan 7 : Aspek Diri Sendiri ................................................................
72 Bagan 8 : Aspek Relasi dengan Sesama ...............................................
73 Bagan 9 : Aspek Relasi dengan Alam ...................................................
74 Bagan 10: Aspek Relasi dengan Tuhan ................................................
74
DAFTAR SINGKATAN A.
Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT : Cathechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus
II kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese masa kini, 16 Oktober 1997.
FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Imam dan Umat beriman seluruh Gereja Katolik tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern, 22 November 1981. GE : Gravissimum Educationis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965 KGK : Katekismus Gereja Katolik KHK : Kitab Hukum Kanonik
B. Singkatan dalam Penelitian
ANOVA : Analisys of Variance df/ DK : Derajat Kebebasan H0 : Hipotesis Nol H1 : Hipotesis Alternatif r/R : Relations Sig : Signifikan
C. Singkatan Lain B : Baik C : Cukup CD : Compact Disc DVD : Digital Video Disc FKIP : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan FSE : Fransiskanes Santa Elisabeth
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jml : Jumlah K : Kurang KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Prodi : Program Studi SB : Sangat Baik SK : Sangat Kurang SMP : Sekolah Menengah Pertama St. : Santo TV : Televisi USD : Universitas Sanata Dharma
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pertama anak mendapatkan perhatian dancinta yakni dari orang tua. Dalam keluarga anak memperoleh pelajaran tentang
hidup. Keluarga adalah tempat anak mengekspresikan seluruh diri dan hidupnya.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh kehidupan yang terbina dalam
keluarga. Keluarga yang ramah akan melahirkan anak yang ramah pula karena
anak akan lebih suka meniru sikap orang tua. Sebuah ungkapan klasik yang
berbunyi ”Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” tentu menegaskan kenyataan itu.
Sikap hidup orang tua dalam keluarga sangat mempengaruhi perkembangan anak,
baik dalam iman maupun kepribadian. Situasi keluarga yang baik dan nyaman
akan membantu anak ke arah yang lebih baik. Perhatian, cinta, dan kasih sayang
dari orang tua sangat membantu perkembangan anak baik perkembangan fisik
maupun rohani.Salah satu hal yang sangat penting dan harus tumbuh dalam keluarga
adalah komunikasi. Komunikasi dalam keluarga merupakan satu faktor yang
sangat berpengaruh bagi perkembangan anak khususnya dalam bersikap dan
berkomunikasi dengan orang lain bahkan dengan Tuhan sendiri. Komunikasi yang
baik antara orang tua dengan anak merupakan suatu hal yang sangat memberi
dalam berelasi dengan orang lain. Komunikasi yang baik dari orang tua
memberikan gambaran tentang Allah kepada anak untuk berkomunikasi dengan
Tuhan dalam doa. Orang tua yang mau mendengarkan dan mau menjadi sahabat
bagi anak-anak akan membantu anak untuk terbuka, dan mau berbagi suka
maupun duka. Dengan demikian anak akan lebih merasa nyaman untuk
berkomunikasi dengan orang tua.Selain itu, cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga sangat berpengaruh terhadap sikap
dan semangat hidup anak. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anak
akan menyebabkan anak tidak dapat berkembang baik dalam hal pengetahuan
maupun kepribadian, yang pada akhirnya akan sangat berpengaruh terhadap
kecerdasan spiritual anak. Perhatian dan pendampingan dari keluarga sangat
penting bagi anak dan akan sangat berpengaruh terhadap sikap dan semangat
anak. Selain keluarga dalam hal ini orangtua, lingkungan sekitar, juga dominan
dalam mempengaruhi semangat dan sikap seorang anak.Dalam kenyataannya, saat ini sebagian keluarga (orang tua) beranggapan
bahwa urusan pendidikan iman anak itu merupakan urusan guru agama, katekis,
atau pun guru sekolah minggu. Jadi, orang tua hanya menitipkan anaknya kepada
guru agama. Dalam hal seperti inilah orang tua tidak peduli lagi dengan tugasnya
sebagai pendidik utama. Dalam konteks kehidupan doa misalnya, anak sangat
jarang diajari berdoa karena orang tua beranggapan bahwa urusan itu merupakan
Kenyataan seperti di atas muncul, diduga bahwa salah satunya akibat
orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan. Efek selanjutnya adalah urusan
anak dilimpahkan kepada pembantu. Banyak orang tua yang lebih mementingkan
kerja untuk mendapat banyak uang sedangkan anak dikorbankan atau tidak
diperhatikan. Kenyataan ini diperkuat dari hasil sharing seorang siswa yang
intinya mengatakan bahwa orang tua sekarang sibuk dengan bisnis sehingga
kehidupan anak tidak terurus; mereka hanya menanyakan apa yang menjadi
kebutuhan anak dalam hal ini kebutuhan mengenai keuangan.Selain alasan pekerjaan, alasan lain yang mengakibatkan komunikasi
antara orang tua dengan anak tidak terjalin dengan baik adalah kemungkinan
karena pengaruh perkembangan zaman yang sangat pesat dan cepat.
Perkembangan zaman khususnya dalam hal teknologi informasi dan komunikasi
telah mengakibatkan manusia merasa tidak penting lagi untuk berkomunikasi
tatap muka. Interaksi tatap muka dengan mudah digeser oleh kehadiran alat-alat
komunikasi yang canggih. Dengan hanya berkomunikasi jarak jauh seperti
melalui HP, setiap orang sudah merasa cukup. Banyak orang beranggapan bahwa
berkomunikasi tatap muka, misalnya bertemu di rumah hanya akan membuang-buang waktu. Perkembangan zaman yang membuat segala sesuatu serba instant,
mudah, dan cepat seperti inilah yang kemudian diduga membawa dampak negatif
dalam hubungan dan komunikasi antarpribadi dalam keluarga, juga komunikasi
dan hubungan kekerabatan antara keluarga-keluarga. Hubungan antar pribadi dan
Dalam situasi seperti inilah anak kemudian sangat mudah terjebak untuk
mencari kesenangan dan cinta dari luar keluarga (selain orang tua). Maka, tidak
jarang kita temukan sebagian anak yang terlibat dalam kasus narkoba, seks bebas,
atau pun hal negatif lainnya. Seorang anak yang sudah kecanduan narkoba pernah
berututur demikian, orang tua saya kaya, semua kebutuhan saya terpenuhi.
Namun, satu hal yang tidak pernah saya dapatkan adalah saya tidak pernah
ditanya dan disapa oleh kedua orang tuaku tentang keadaanku, sekolahku, dan
pengalamanku. Padahal, saya sangat membutuhkan cinta dan kasih sayang
melalui sapaan atau rangkulan kasih dari seorang ibu atau ayah. Jadi, selama ini
semua kebutuhan jasmani terpenuhi. Hanya satu hal yang tidak pernah saya
dapatkan yakni kasih sayang dari orang tua. Jadi, seolah-olah saya seorang yatim
piatu. Situasi ini yang membuat saya lari ke kehidupan seperti ini.Tidak hanya itu, ada pula seorang anak yang bertutur, ”Saya tidak pernah
diberi kesempatan untuk bercerita oleh ayah karena setiap saya mau bercerita atau
bertanya, ayah selalu mengatakan diam tidak boleh banyak ngomong, tidak boleh
banyak tanya.” Seorang anak lain juga menuturkan hal serupa. Dia mengatakan
”Setiap kali saya mau bersharing tentang pengalaman dalam hal pergaulan, orang
tua selalu mengatakan kamu belum cukup umur untuk bercerita tentang hal itu”
( Seorang siswi kelas dua: 2008 ).Pengalaman akan menjadi suatu pelajaran yang bermakna kalau
direfleksikan dan dimaknai atau diusahakan untuk menemukan nilai-nilai hidup di
berasal dari Sang sumber hidup yakni Tuhan sendiri dengan cara-Nya sendiri
hadir mengajari lewat pengalaman hidup.Kesadaran akan kehadiran Tuhan memampukan orang untuk bersyukur.
Ketika anak menyadari bahwa Tuhan hadir melalui segala makhluk ciptaan-Nya,
memampukan mereka untuk mengagumi setiap peristiwa dan segala sesuatu yang
dijumpainya. Berbagai kenyataan di atas tentunya menjadi kendala yang sangat
berarti bagi perkembangan diri seorang anak, khususnya dari segi spiritual.
Berbagai pengalaman negatif yang dirasakan anak akan banyak membuat anak
tersebut bertindak atau berkelakuan negatif pula. Sehingga tidak perlu heran jika
sekarang ini kita menemukan anak-anak sulit mengucapkan terima kasih ketika
menerima sesuatu dari orang lain, dan sulit mengatakan minta maaf ketika
melakukan suatu kesalahan. Menurut mereka hal tersebut tidak penting. Ketika
mereka mendapat sesuatu dari orang tua, itu adalah tanggung jawab mereka maka
tidak penting mengatakan terima kasih.Hal-hal tersebut terjadi dalam diri anak tidak lain seperti yang sudah
diungkapkan di atas adalah diduga karena orang tua tidak pernah memperhatikan
pendidikan dan perkembangan anak; yang fatal lagi, adalah orang tua tidak pernah
meluangkan waktu untuk hadir dan berkomunikasi langsung secara intensif
dengan anak. Selain itu, sikap dan kelakuan orang tua juga tidak mencerminkan
sesuatu yang positif bagi anak, padahal sebagian besar anak lebih suka meniru apa
yang dilakukan orang tuanya. Dalam hal ini anak tentu kehilangan sosok yang
anak. Perhatian, ajaran-ajaran untuk hidup baik, sopan, hormat, peka, nilai-nilai
hidup tidak begitu dihiraukan lagi. Orang tua hanya mengejar atau memaksakan
keinginan mereka tanpa mau melihat apa yang menjadi keinginan anak.Perkembangan kehidupan anak yang utuh terjadi dalam keluarga. Salah
satu perkembangan anak yang perlu diperhatikan adalah mengenai perkembangan
Kecerdasan Spiritual. Perkembangan Kecerdasan Spiritual pertama-tama ketika
anak masih dalam kandungan artinya selalu dimulai dalam keluarga.
Perkembangan Kecerdasan Spiritual anak ini dipengaruhi oleh keadaan orang tua
secara khusus ibu. Kehidupan ibu tidak terlepas dari situasi lingkungan yang
terjadi di dalam keluarga, secara khusus hubungan dengan anggota keluarga yang
lain. Tentu semua perkembangan ini terjadi dan terbina dalam keluarga.
Keakraban antara satu dengan yang lain, sapaan dan suasana tenang dan nyaman
sangat berpengaruh bagi perkembangan anak. Suasana ini terjadi kalau setiap
pribadi menyadari kehadirannya sebagai pembawa rahmat. Setiap orang
menyadari bahwa situasi ini terjadi kalau mereka secara pribadi menciptakan
situasi itu secara khusus dengan komitmen yang telah disepakati bersama.Kecerdasan Spiritual bermanfaat bagi anak untuk mengatasi dan
menyelesaikan persoalan atau permasalahan yang dialaminya dalam berelasi
dengan Tuhan dan seluruh alam ciptaan. Dalam upaya untuk menyelesaikan
persoalan atau permasalahan dalam relasi dengan seluruh alam ciptaan Tuhan
nampaknya sebagian anak belum mampu karena dari kenyataan bahwa ada anak
Fenomena yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari siswa
kurang menghargai segala ciptaan Tuhan terbukti dari hal kecil seperti membuang
sampah di mana-mana, kurang ada rasa prihatin dengan orang kecil atau orang
menderita, kurang ada rasa memiliki. Tidak ada kepekaan untuk membersihkan
lingkungan sekitar. Pengalaman dalam keluarga bahwa sering kali orang tua
mengingatkan untuk membuang sampah pada tempatnya, belajar untuk bersolider
dengan orang miskin seperti menyisihkan uang jajan untuk pengemis, menjaga
dan merawat barang-barang dalam rumah. Peringatan dan teguran orang tua
seringkali diabaikan oleh anak.Ciri Kecerdasan Spiritual yang berkembang adalah kesadaran diri tinggi
dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Kesadaran merupakan satu hal yang sangat
penting bagi seseorang yang ingin mengembangkan Kecerdasan Spiritual. Setiap
pribadi yang hendak mengembangkan Kecerdasan Spiritualnya harus melatih diri
secara terus menerus untuk selalu ada dalam segala sesuatu artinya selalu sadar
akan setiap peristiwa hidup, dibalik peristiwa itu terdapat nilai-nilai hidup. Selain
itu, meningkatkan kekuatan dari dalam diri demi kepentingan sesama tidak untuk
kepentingan diri sendiri.Kesadaran pribadi antar anggota keluarga akan komitmen dapat
menciptakan kehidupan yang nyaman untuk berhubungan dengan Tuhan, diri
sendiri, sesama dan alam sangat berpengaruh bagi perkembangan kecerdasan
spiritual masing-masing. Orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga
sekitar akan terjalin dengan baik kalau anak pernah melihat dan merasakan serta
mengalami hubungan baik dengan orang tua.Keheningan juga merupakan salah satu faktor untuk mengembangkan
Kecerdasan Spiritual siswa. Kenyataan, sebagian siswa jaman sekarang sulit
untuk diam dan hening. Siswa gelisah dan merasa kesepian ketika mereka
diminta untuk diam saat mengikuti kegiatan rekoleksi atau retret. Salah satu hal
yang dilakukan dalam retret atau rekoleksi adalah merenungkan Sabda Tuhan.
Siswa jarang, bahkan tidak pernah merenungkan Kitab Suci karena mereka
beranggapan bahwa yang merenungkan Kitab Suci adalah kaum religius. Siswa
tidak terbiasa membaca Kitab Suci apalagi merenungkannya. Siswa merasa bahwa
waktu yang tepat untuk mendengarkan Sabda Tuhan hanya hari minggu saat
mengikuti perayaan Ekaristi di gereja.Dari berbagai uraian di atas tentunya tidak sulit bagi kita menemukan
benang merah antara Pendidikan Iman dengan Kecerdasan Spiritual. Secara
sepintas tentu kita dapat dengan mudah mengatakan bahwa antara Pendidikan
Iman dengan Kecerdasan Spiritual terdapat hubungan atau kaitan. Praduga awal
seperti itulah yang kemudian menggerakkan peneliti untuk mengadakan penelitian
yang tujuan akhirnya mengetahui secara mendalam hubungan antara Pendidikan
Iman dalam Keluarga Kristiani dengan Kecerdasan Spiritual, khususnya dalam
diri siswa/siswi SMP St. Fransiskus Assisi Samarinda.2. Beban ekonomi yang menuntut sehingga kurang ada perhatian orang tua terhadap nilai-nilai hidup dan perkembangan Pendidikan Iman anak
3. Situasi lingkungan yang kurang mendukung
4. Meregangnya hubungan kekerabatan antarpribadi dan keluarga
5. Kurangnya penanaman dan penghayatan religiositas dalam keluarga
6. Kurang adanya penghayatan nilai luhur seks dan seksualitas
7. Kurang adanya kepekaan terhadap sesama dan alam semesta 8. Kurang adanya kesadaran akan keberadaan diri, sesama dan alam semesta.
C. PEMBATASAN MASALAH Penulis menyadari bahwa banyak faktor yang berhubungan dengan
Kecerdasan Spiritual siswa. Pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada
Hubungan Pendidikan Iman dalam Keluarga Kristiani dengan Kecerdasan
Spiritual siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam hidupnya.D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa hal yang dijadikan
sebagai masalah dalam penelitian ini untuk dicari atau ditemukan jawabannya.
Beberapa masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Iman dalam Keluarga ?
2. Apa yang dimaksud dengan Kecerdasan Spiritual ?
E. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Keberadaan Pendidikan Iman dalam Keluarga siswa/siswi SMP
St. Fransiskus Assisi Samarinda.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Pendidikan Iman dalam
Keluarga Kristiani dengan Kecerdasan Spiritual siswa/siswi SMP St.Fransiskus Assisi Samarinda.
3. Mendeskripsikan hubungan antara Pendidikan Iman dalam Keluarga
Kristiani dengan Kecerdasan Spiritual siswa/siswi SMP St. Fransiskus Assisi Samarinda.F. MANFAAT PENULISAN
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain:
1. Bagi pihak SMP St. Fransiskus Assisi Samarinda Tulisan ini memberikan informasi dan menjadi masukan bagi pihak SMP
St. Fransiskus Assisi Samarinda berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat
meningkatkan Kecerdasan Spiritual siswa, akhirnya pihak sekolah menjalin kerja
sama yang lebih baik dengan keluarga siswa. Sebagai sumbangan bagi sekolah
dalam usaha membina muridnya.
sehingga mereka semakin berusaha mendampingi anak-anak mereka dalam iman
di tengah-tengah keluarga.3. Bagi peneliti sendiri Menjadi masukan dan pengetahuan baru untuk mengetahui hal-hal yang
dapat membantu penulis dalam meningkatkan Kecerdasan Spiritual dalam hidup
panggilan sebagai seorang religius.4. Bagi Prodi IPPAK Sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan dan menjadi acuan bagi penelitian lebih lanjut.
G. METODE PENULISAN
Metode Penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu
melakukan penelitian lapangan, memaparkan, dan menganalisis permasalahan
yang ada. Data yang dibutuhkan diperoleh dengan mengedarkankan kuisioner
terhadap siswa sebagai responden. Penulis juga akan menggunakan studi pustaka
yang mendukung judul yang telah ditulis.BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Keluarga 1. Pengertian keluarga Keluarga adalah persekutuan antar pribadi yang saling memberi, saling
mencintai, saling melengkapi, dan memberi pengharapan dalam kasih yang tak
terbatas. Keluarga terdiri dari beberapa pribadi yang mempunyai relasi timbal
balik secara intensif. Pribadi-pribadi yang terlibat dalam relasi itu, antara lain
suami, istri, dan anak-anak. Mereka tidak hanya terlibat dalam relasi yang bersifat
manusiawi melalui hubungan darah, tetapi juga bersifat rohani, yakni relasi kasih.
Keluarga adalah komunitas cinta kasih, hidup dan keselamatan. Komunitas
bercirikan sejenis ikatan yang mengikat dan melindungi bersama-sama orang-
orang yang membentuknya. Di dalam komunitas ada pribadi-pribadi yang terikat
oleh cinta kasih. Ikatan cinta kasih itu diwujudkan dengan sikap saling mengenal,
saling melindungi dan mempunyai komitmen bersama-sama (Eminyan 2001: 21).
2. Keluarga Kristiani
Keluarga adalah sel pokok kehidupan sosial. Keluarga adalah persekutuan,
di mana sejak kecil orang dapat belajar menghormati nilai-nilai kesusilaan,
menghormati Allah dan mempergunakan kebebasan secara benar. Kehidupan
keluarga merupakan latihan bagi kehidupan sosial. Keluarga merupakan
Cinta kasih suami istri ditunjukkan melalui pemberian diri secara total
serta tak dapat ditarik kembali. Ikatan perkawinan adalah bentuk cinta yang paling
sempurna. Cinta inilah yang menyebabkan munculnya suatu komunitas. Cinta
yang total menunjukkan dan memperlihatkan komitmen yang penuh. Dalam
komunitas cinta kasih yang terikat melalui perkawinan terwujud komitmen untuk
saling memperhatikan dan saling menaruh kepedulian dalam hidup sehari-hari.Dalam keluarga ada kewajiban, baik sebagai anak maupun sebagai orang
tua. Kewajiban sebagai anak yakni menghormati dan mentaati orang tua karena
orang tua telah melahirkan, membesarkan dan mendidik mereka dengan penuh
kasih. Kewajiban sebagai orang tua yakni bertanggung jawab atas kehidupan anak
baik jasmani maupun rohani. Salah satu tanggung jawab orang tua adalah
memberikan pendidikan kepada anak mencakup, pendidikan kesusilaan dan
pendidikan rohaninya. Orang tua adalah orang-orang pertama yang bertanggung
jawab atas pendidikan anak-anaknya. Orang tua mempunyai tanggung jawab
besar, memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya (KGK art. 2221-2223.) Mgr. Soegijapranata mengungkapkan gambaran tentang keluarga. Beliaumengatakan bahwa ” Rumah tangga merupakan pusat pendidikan bangsa yang
terpenting. Rumah tangga adalah gedung kebudayaan nasional. Di situ tersimpan
harta benda, baik jasmani maupun rohani dan merupakan hasil perjuangan nenek
moyang yang diserahkan kepada kita. Dalam rumah tangga, anak-anak itu lambat
laun mengenal peri kemanusiaan, kebangsaan, kemasyarakatan, ketatanegaraan,
dan pergaulan di antara bangsa-bangsa. Keluarga merupakan museum yang di
dalamnya tersimpan segala sikap dan nilai-nilai hidup yang dirasakan dan dialami
oleh anak-anak” (Subanar, 2007: 1)3. Peranan Keluarga Kristiani dalam Gereja
serta merta datang ketika sebuah ikatan perkawinan disahkan, ketika mereka yang
adalah dua pribadi disatukan dalam sebuah mahligai perkawinan suci.Orang tua sebagai Pewarta iman pertama, peletak dasar iman bagi anak-
anak mereka. Sebagai pewarta iman pertama mereka harus secepat mungkin
mengantar anak-anaknya masuk ke dalam misteri iman, dan sudah membiasakan
mereka sejak usia dini kepada kehidupan Gereja. Cara hidup di dalam keluarga
dapat membentuk mental, yang selama hidupnya di kemudian hari menjadi
prasyarat dan penopang bagi iman yang hidup ( KGK art. 2225 )Dalam rencana Allah keluarga dibangun sebagai Persekutuan mesra hidup
dan kasih. Keluarga mempunyai tugas perutusan yang khas untuk menjaga,
menyatakan, dan menyampaikan cinta kasih. Hal ini merupakan pencerminan
hidup dan partisipasi nyata dalam kasih Allah.Buku yang berjudul ”Keluarga Kristiani dalam dunia Modern”, terjemahan
dari Amanat Apostolik Familiaris Consortio Paus Yohanes Paulus II,
menguraikan tugas umum keluarga seperti yang ditekankan dalam sinode para
uskup di Roma pada tanggal 26 September sampai 25 Oktober 1980 yakni: a. Membangun persekutuan pribadi-pribadi Keluarga terdiri dari persekutuan pribadi-pribadi yang dibangun atas dasarcinta kasih dan dijiwai oleh semangat kesatuan untuk saling membangun dan
mengembangkan kesetiaan dalam hidup sehari-hari. Cinta kasih menjadi asas dan
Sebagai persekutuan, pribadi-pribadi dalam keluarga perlu menyadari dan
menghormati martabatnya yang luhur sebagai pribadi yang secitra dengan Allah.