Hubungan antara pola asuh orang tua otoritatif dan perkembangan kemandirian anak usia pra sekolah di kelompok bermain melati - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

  Andriana Suryantari PsychologySanata Dharma University

  Correlation between authoritative parenting dan autonomy of a child in the early childhood at Kelompok Bermain Melati The purpose of this study was to reveal the correlation between authoritative parenting and autonomy of a child in the early childhood at

  Kelompok Bermain Melati. The hypothesis in this study was a positive and significant correlation between authoritative parenting and autonomy of a child in the early childhood at Kelompok Bermain Melati. The subjects of the study were 42 students and 42 parents at Kelompok Bermain Melati. The data were collected using scale method: parenting authoritative scale for the parents and autonomy observation rating scale for the students wich were rated by the teacher. This research used the Pearson’s product moment with the help of SPSS for windows 13.00 software. The correlations coefficient was r xy = 0,343 (p<0,05). The

  2

  coefficient of determination was r xy = 0,118. Based on the research result, it could be concluded that there was a positive correlation between authoritative parenting and autonomy of a child in early childhood. Therefore, the hypothesis offered in this study was proven.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRAK

  Andriana Suryantari Fakultas Psikologi

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua yang Otoritatif Dan Perkembangan

  Kemandirian Anak Usia Pra Sekolah di Kelompok Bermain Melati Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua yang otoritatif dan perkembangan kemandirian anak usia pra sekolah di

  Kelompok Bermain Melati. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua yang otoritatif dan perkembangan kemandirian anak usia pra sekolah di Kelompok Bermain Melati. Subjek penelitian adalah seluruh murid Kelompok Bermain Melati yang berjumlah 42 orang dan orang tua murid Kelompok Bermain Melati yang berjumlah 42 orang. Pengambilan data menggunakan metode skala, yaitu skala pola asuh orang tua otoritatif yang di isi oleh orang tua murid dan skala observasi kemandirian yang berbentuk rating untuk siswa yang di isi oleh guru sebagai rater. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi product

  

moment dari Pearson dengan bantuan SPSS for Window versi 13.00. Koefisien

korelasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah r xy = 0,343 (p < 0,05).

2 Koefisien determinasinya sebesar r xy = 0,118. Berdasarkan hasil analisis dapat

  disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara pola asuh orang tua yang otoritatif dan kemandirian anak usia pra sekolah di Kelompok Bermain Melati. Dengan demikian hipotesis dari penelitian ini diterima.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan kasih dan bimbinganNya kepada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Dengan kasih dan pendampinganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh yang Otoritatif dan Kemandirian Anak Usia Pra Sekolah di Kelompok Bermain Melati.

  Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

  1. P. Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan semangat kepada penulis.

  2. Dr. A. Supratiknya selaku pembimbing skripsi yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis.

  3. Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.Si. dan Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. yang telah memberikan masukan yang sangat bermanfaat pada karya tulis ini.

  4. Ayahku: Philipus Surono dan Ibuku: Ch. Sri Edy Murdiyati, yang telah dengan sabar dan penuh kasih membesarkan, mendampingi dan memberikan fasilitas baik secara material maupun spiritual kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ini.

  5. Agung Santoso, S.Psi dan Y. Heri Widodo, S.Psi.,M.Si. yang telah memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  7. Orang yang sangat berarti dalam hidupku: Yofi Setyo Tanoyo yang selalu setia menemani dalam suka dan duka ketika mengerjakan skripsi ini.

  8. Adik-adikku yang kucintai: Beni Noviantoro dan Citra Yunita.

  9. Saudara-saudaraku yang sangat kusayangi: Henry, Dhany, Anto, mama Anik, eyang Kasinah, Bulik Tinuk, Budhe Tutik , Mbak Wahyu dan Papit yang telah memberikan semangat sehingga penulis tidak putus asa dalam menulis skripsi.

  10. Teman-temanku: Angga, Tanti, Ayis, Mboot, Mariani, dan Suzi yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan.

  11. Semua dosen, teman-teman Psikologi, dan semua karyawan Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta (Mas Gandung, Pak Gie, Mbak Nanik, Mas Doni, Mas Muji)

  12. Septiyati Purwandari, S.Pd selaku kepala sekolah Kelompok Bermain Melati yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

  13. Seluruh siswa siswi, guru, dan orang tua murid Kelompok Bermain Melati yang telah dengan senang hati dan rela untuk dilakukan penelitian.

  14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap semua saran dan kritik terhadap kekurangan ataupun kesalahan pada karya tulis ini sehingga di masa yang akan datang penulis dapat menulis dengan lebih baik.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN MOTO .............................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii ABSTRAK ............................................................................................................. ix KATA PENGANTAR ............................................................................................. x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................

  A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

  B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

  C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

  D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

  BAB II LANDASAN TEORI A. Anak Usia Pra Sekolah ................................................................................ 9 B. Kemandirian ............................................................................................... 14

  1. Pengertian Kemandirian ....................................................................... 14

  2. Aspek-aspek Kema ndirian ................................................................... 16

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ................................ 17

  C. Pola Asuh Orang Tua ................................................................................. 19

  1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ......................................................... 19

  3. Bentuk-bentuk Pola Asuh Orang Tua .................................................. 23

  1. Skala Observasi Kemandirian dengan Rating Scale ............................ 42

  C. Pembahasan ................................................................................................ 57

  2. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 56

  1. Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 53

  B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 53

  2. Hasil Uji Linearitas .............................................................................. 52

  1. Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 52

  G. Metode Analisis Data ................................................................................. 50 A. Hasil Uji Asumsi ........................................................................................

  3. Validitas dan Reliabilitas ..................................................................... 46 1) Skala sikap kemandirian anak usia pra sekolah ............................. 46 2) Skala pola asuh orang tua otoritatif ................................................ 47

  2. Skala Pola Asuh Orang Tua ................................................................. 44

  F. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 42

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh ..................................... 31

  E. Subjek Penelitian ........................................................................................ 41

  2. Pola Asuh Orang Tua yang Otoritatif .................................................. 39

  1. Kemandirian Anak Usia Pra Sekolah ................................................... 38

  D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................... 38

  C. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................. 37

  B. Jenis Penelitian ........................................................................................... 37

  52 A. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 37

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN

  E. Hipotesis ..................................................................................................... 36

  D. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua Otoritatif dan Kemandirian Anak Usia Pra Sekolah ........................................................................................ 32

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................................ 65 B. Saran ........................................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 67 Lampiran 1. Skala sikap kemandirian anak usia pra sekolah ................................. 71 Lampiran 2. Skala pola asuh .................................................................................. 73 Lampiran 3. Data uji validitas skala pola asuh orang tua otoritatif ....................... 76 Lampiran 4. Data reliabilitas skala kemandirian anak ........................................... 84 Lampiran 5. Data penelitian skala pola asuh orang tua otoritatif .......................... 86 Lam piran 6. Data penelitian kemandirian anak usia pra sekolah ........................... 88 Lampiran 7. Perhitungan kategorisasi .................................................................... 92 Lam piran 8. Uji normalitas .................................................................................... 93 Lampiran 9. Uji linearitas ...................................................................................... 94 Lam piran 10. Uji korelasi ...................................................................................... 95 Lam piran 11. Surat keterangan penelitian ............................................................. 96

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Blue print Skala Observasi Kemandirian Anak Usia Pra Sekolah SebelumUji Coba ..................................................................................... 43

  Tabel 2. Blue print Skala Pola Asuh Orang Tua sebelum uji coba ........................ 44 Tabel 3. Pemberian Skor pada Skala Pola Asuh Orang Tua .................................. 46 Tabel 4. Blue print Skala Pola Asuh Orang Tua setelah uji coba .......................... 48 Tabel 5. Blue print Skala Pola Asuh Orang Tua untuk penelitian setelah penyusunan ulang nomor item ................................................................. 49 Tabel 6. Deskripsi hasil penelitian ......................................................................... 53 Tabel 7. Kategorisasi norma .................................................................................. 55 Tabel 8. Kategorisasi subjek pada skala pola asuh orang tua otoritatif ................. 55 Tabel 9. Kategorisasi subjek pada observasi kemandirian dengan rating scale ..... 55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah harapan masa depan baik itu bagi orang tua maupun bangsa

  dan negaranya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini secara tidak langsung akan menuntut anak untuk dapat menguasai berbagai macam keterampilan dan memiliki mental yang cukup kuat untuk menghadapi masa depannya. Jika hal ini tidak dilatih sejak dini, maka anak pada saat dewasa nanti akan mengalami banyak kesulitan, terutama dalam hal menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu banyak orang tua yang mulai menyekolahkan anak-anaknya sedini mungkin.

  Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yaitu sekitar umur 2 tahun dan diakhiri pada saat anak matang secara seksual yaitu sekitar umur 12 – 14 tahun (Hurlock, 1980). Perkembangan intelektual seseorang paling banyak persentasenya (50%) ketika seseorang berumur sekitar 0 – 4 tahun. Oleh karena itu masa balita sering disebut sebagai masa keemasan (Golden age) karena pada masa balita ini terjadi perkembangan yang sangat pesat pada intelektual dan kreativitas anak (Santrock, 2002).

  Usia dini juga termasuk usia dimana anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar baik itu terhadap lingkungan sekitar maupun dirinya. Salah satu ciri khas perkembangan psikologis usia ini adalah mulai meluasnya lingkungan sosial anak. Anak mulai mencoba untuk bereksplorasi dengan lingkungannya. Di sini peran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  secara psikologis maupun motorik anak. Usia ini sering disebut sebagai usia menjelajah. Salah satu cara yang umum dalam menjelajahi lingkungannya ini adalah dengan bertanya. Akibatnya, awal masa kanak-kanak ini selain disebut sebagai usia menjelajah juga disebut sebagai usia bertanya (Hurlock, 1980).

  Anak dengan rasa ingin tahunya yang sangat besar mulai mengembangkan keterampilan berbahasa untuk mendapatkan informasi tentang apa yang ingin dia ketahui. Oleh karena itu kita dapat mengetahui tingkat intelektual anak dari banyaknya kosakata dan kelancaran anak dalam berbicara. Proses ini sangat kompleks dan lingkungan mempunyai andil yang sangat besar. Dengan kemampuan berbahasa inilah nantinya anak akan mulai mengembangkan keterampilan sosial.

  Pada awal masa kanak-kanak ini mereka mulai mengembangkan keterampilan sosial dengan lingkungan sekitarnya. Salah satu bagian dari proses perkembangan sosial yang mengarah pada terbentuknya keterampilan sosial ini adalah dituntutnya kemandirian anak. Anak akan lebih mudah untuk mengembangkan keterampilan sosialnya ini jika anak sudah mempunyai dasar sikap mandiri. Terbentuknya sikap mandiri anak ini tidak terlepas dari peran orang tua yang secara langsung berinteraksi dengan anak.

  Kemandirian anak ditandai dengan mulai mampunya anak untuk dapat terlepas dari orang tua, dimana ketergantungan anak terhadap figur orang tua sudah tidak begitu mencolok dan ini ditandai dengan sikap penerimaan anak dan kemauan anak untuk berinteraksi dengan orang lain di luar lingkungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  percaya diri anak ketika sedang melakukan suatu aktivitas dan anak sudah mulai lepas dari kelekatan terhadap orang tuanya. Kemandirian pada anak bukan berarti anak itu bersikap individual, tetapi anak mulai tidak tergantung pada orang lain. Artinya, apapun yang dirasakan dan dilakukan tidak tergantung pada apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan orang lain (dalam ”Membuat prioritas”, 2006).

  Pada anak pra sekolah, tingkah laku mandiri ini berawal dari rasa ingin tahu dan mulai berkembangnya kesadaran anak akan dirinya sendiri yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya sehingga anak berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya tersebut. Bila anak mendapatkan kesempatan dan dukungan yang cukup baik dari lingkungannya maka anak tersebut secara tidak langsung akan mempunyai rasa percaya diri dan cenderung lebih kreatif.

  Rasa percaya diri inilah yang nantinya akan memunculkan kemandirian anak atau dengan kata lain dasar dari kemandirian anak adalah rasa percaya diri anak pada kemampuannya sendiri.

  Orang tua sebagai seseorang yang paling dekat dengan anak mempunyai tiga tugas utama yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak, yaitu ”Asah, Asih dan Asuh” (Izzaty, 2004). ”Asah” adalah tugas orang tua sebagai pendidik anak dalam rangka proses pembelajaran anak. ”Asih” adalah peran orang tua sebagai pemberi kasih sayang utama kepada anak. Peran orang tua yang terakhir adalah ”Asuh”, yaitu peran sebagai seseorang yang membimbing dan mengarahkan anak dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhannya. Banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  satunya adalah pola asuh yang otoritatif, yaitu pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak dan mengarahkan anak untuk melakukan perilaku yang benar tanpa membatasi ruang gerak anak. Pola asuh inilah yang nantinya dapat membantu anak untuk berkembang menjadi lebih mandiri.

  Orang tua dengan pola asuh otoritatif menggunakan cara-cara yang demokratis dalam mengasuh anak-anaknya. Mereka tidak mendikte dan memprioritaskan kepentingan anak dengan memberikan penghargaan atas eksistensi anak tanpa syarat. Anak yang mendapatkan kasih sayang dan penghargaan tanpa syarat dari orang tuanya akan mempunyai pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri. Rasa penghargaan anak terhadap dirinya sendiri ini akan memunculkan rasa percaya diri. Anak yang mempunyai keyakinan diri akan lebih mudah untuk bersikap mandiri.

  Orang tua yang bersikap otoriter dan yang memberikan kebebasan penuh menjadi pendorong bagi anak untuk berperilaku agresif. Orang tua yang bersikap demokratis tidak memberikan andil terhadap perilaku anak untuk agresif dan menjadi pendorong terhadap perkembangan anak ke arah yang positif. Hasil penelitian Manning (1978) menyatakan bahwa keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap anak remaja untuk berperilaku agresif atau tidak.

  Sedangkan hasil penelitian Farrington (1978) menyatakan bahwa sikap orang tua yang kasar, keras, dan dingin menjadi pendorong anak berperilaku agresif.

  Beberapa penelitian tentang pola asuh juga telah dilakukan di Indonesia. Hasil penelitian Lutfi (1991) menunjukkan bahwa pola asuh dan sikap orang tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  orang tua dan adanya kehangatan yang membuat anak merasa diterima oleh orang tua sehingga ada rasa pertautan. Sedangkan hasil penelitian Nur Hidayah (dalam Moh. Shochib: 1998) menunjukkan bahwa penyebab remaja berperilaku agresif adalah pola asuh orang tua terhadap anaknya.

  Konstelasi hasil penelitian di Barat dengan indikasi hasil penelitian di Indonesia terhadap pengaruh kondisi keluarga dan pola sikap orang tua terhadap anak untuk berperilaku agresif atau tidak adalah: (1) hubungan suami istri yang harmonis dapat mencegah anak untuk berperilaku agresif dan sebaliknya; (2) hubungan yang harmonis antara anak dan orang tua dapat mencegah anak untuk berperilaku agresif dan begitu juga sebaliknya; (3) orang tua yang dapat memberikan penghargaan dan menerima anak dalam keluarga dapat mencegah anak untuk berperilaku agresif; (4) konsistensi orang tua dalam bertindak, berkata, dan berbuat dapat dijadikan teladan oleh anak sehingga tidak berperilaku agresif; (5) komunikasi dialogis yang mengikut-sertakan anak-anak dalam memecahkan masalah keluarga dan diterima di keluarga dapat membuat anak tidak berperilaku agresif dan sebaliknya serta (6) keutuhan keluarga membuat anak merasakan dan memahami arahan dan bimbingan orang tua walaupun mereka tidak hadir secara fisik dihadapannya.

  Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dapat dikemukakan bahwa penelitian psikologis mengenai pola asuh orang tua yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  penelitian ini nantinya akan di lihat sejauh mana pola asuh orang tua yang otoritatif mempengaruhi perkembangan kemandirian anak usia pra-sekolah.

  Penelitian ini akan dilakukan di Kelompok Bermain Melati yang berlokasi di jalan Magelang KM 7,5 Sendangadi, Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelompok Bermain Melati adalah salah satu lembaga pendidikan yang memfasilitasi anak usia dini untuk mulai belajar mengenal diri sendiri dan lingkungannya. Kelompok Bermain Melati (KB Melati) merupakan lembaga pendidikan non formal untuk anak-anak usia 2 – 5 tahun. Anak-anak yang bersekolah di KB Melati saat ini sebanyak 42 orang. KB Melati berupaya untuk membimbing anak usia dini agar dapat menjadi pribadi yang mandiri dengan memfasilitasi anak agar dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya. Di KB Melati anak-anak usia dini mulai dilatih untuk mengembangkan keterampilan sosial dan intelektualnya.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan penjabaran di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : ”Adakah hubungan positif dan signifikan antara pola asuh orang tua yang otoritatif dengan kemandirian anak usia pra-sekolah di Kelompok Bermain

  Melati”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris hubungan antara pola asuh orang tua yang otoritatif dengan kemandirian anak usia pra-sekolah di Kelompok Bermain Melati di jalan Magelang KM 7,5 Sendangadi, Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoretis

  a. Penelitian ini nantinya akan bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di dalam bidang Psikologi Perkembangan b. Penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya

  2. Manfaat praktis Manfaat penelitian ini antara lain: a.

  Bagi peneliti, sebagai sarana untuk mempelajari dan mendalami bidang ilmu Psikologi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

  b. Bagi orang tua, sebagai salah satu wacana dalam rangka memberikan pengertian tentang pola asuh apa yang cocok untuk diterapkan dalam mendidik anak-anaknya.

  c.

  Bagi masyarakat umum, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan masyarakat sebagai salah satu anggota utama lingkungan sosial tempat anak tumbuh dan berkembang sehingga dapat memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI Peran keluarga sangat penting bagi perkembangan anak. Hal ini

  dikarenakan keluarga adalah lingkungan tempat anak pertama kali belajar mengenal dan memahami hal-hal baru. Sejak kecil anak dipelihara dan dibesarkan oleh dan dalam keluarga. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga, baik yang berupa benda-benda dan orang-orang serta peraturan-peraturan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak-anak. Bagaimana cara mendidik yang berlaku dalam keluarga itu, demikianlah cara anak itu menanggapi stimulus dari lingkungannya.

  Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga membuat anak meniru tingkah laku dan norma-norma yang berlaku dalam keluarga. Sikap ini akan tertanam dalam diri anak dan akan mempengaruhi perilaku dan cara berpikirnya. Jika di dalam lingkungan keluarganya seorang anak selalu dianggap dan dikatakan bahwa ia masih kecil dan karena itu belum dapat melakukan sesuatu, kemungkinan besar anak itu akan menjadi orang yang selalu merasa kecil, tidak berdaya, tidak sanggup mengerjakan sesuatu. Anak akan berkembang menjadi orang yang bersifat masa bodoh, tidak atau kurang mempunyai perasaan harga diri.

  Sebaliknya, jika anak itu dibesarkan dan dididik oleh orang tua atau lingkungan keluarga yang mengetahui akan kehendak-Nya dan berdasarkan kasih sayang maka anak itu akan menjadi anak yang tenang dan mudah menyesuaikan diri terhadap orang tua dan anggota-anggota keluarga lainnya, serta terhadap teman-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  temannya. Wataknya akan berkembang dengan tidak mengalami kesulitan- kesulitan yang besar (Purwanto, 2004).

  Pada umumnya orang tua menginginkan anaknya melakukan sesuatu yang mereka perintahkan, bukan apa yang diinginkan dan dibutuhkan anak. Hal ini sangat tampak ketika orang tua mengasuh anak-anak yang berusia antara 3 – 5 tahun ketika anak cenderung memunculkan sikap patuh dan cenderung masih bingung untuk menyikapi stimulus dari lingkungannya. Cara pengasuhan yang mengabaikan kepentingan anak seperti itu nantinya akan membawa dampak negatif pada perkembangan anak, sehingga cara pengasuhan yang benar sangat perlu diketahui oleh orang tua demi menunjang perkembangan anak.

  A.

  

Anak Usia Pra Sekolah

  Para pendidik menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia pra sekolah untuk membedakannya dari saat anak dianggap cukup matang baik secara fisik maupun mental, sebelum mereka mengikuti pendidikan formal (Hurlock, 1980). Selain itu masa ini juga disebut ”usia pragang” (pregang age).

  Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka (Hurlock, 1980). Pada tahapan perkembangan, masa kanak-kanak merupakan suatu periode yang sangat penting untuk meletakkan landasan bagi tahun-tahun orang dewasa atau masa selanjutnya.

  Anak yang termasuk dalam usia pra sekolah pada umumnya adalah anak- anak yang berumur 3 – 5 tahun. Mereka yang termasuk usia pra sekolah ini adalah anak-anak yang mengikuti taman indria maupun playgroup. Taman kanak-kanak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  kompetensi sosialnya (Sylva & Lunt, 1988). Patmonodewo (1995) mengemukakan bahwa ciri-ciri anak pra sekolah ada empat gugus, yaitu:

  1. Ciri Fisik

  a. Anak pra sekolah umumnya sangat aktif dan telah memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri, b. Setelah anak melakukan kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, c. Otot-otot besar pada anak pra sekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit,

  d. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil dan mata masih kurang sempurna.

  2. Ciri Sosial

  a. Umumnya anak tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya sama jenis kelaminnya tetapi kemudian berkembang sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda,

  b. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisir secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti, c. Anak yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar, d. Pola bermain anak pra sekolah sangat bervariasi fungsinya sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  e. Perselisihan sering terjadi tetapi sebentar kemudian mereka telah berbaik kembali. Anak laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku agresif dan perselisihan,

  f. Pada anak pra sekolah sudah berkembang kesadaran terhadap perbedaan jenis kelamin dan peran sebagai anak laki-laki atau perempuan. Anak laki- laki umumnya lebih menyukai bermain di luar, bermain kasar dan bertingkahlaku agresif. Anak perempuan lebih suka bermain yang bersifat kesenian, bermain boneka dan menari.

  3. Ciri Emosional

  a. Cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut, b. Iri hati pada anak pra sekolah sering terjadi. Seringkali anak pra sekolah memperebutkan perhatian guru.

  4. Ciri Kognitif

  a. Umumnya telah terampil dalam berbahasa sebagian besar dari anak pra sekolah senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, b. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang.

  Sementara itu, Ali dan Asrori (2004) mengatakan bahwa pada masa usia pra sekolah ini dapat diperinci lagi menjadi dua masa, yaitu masa vital dan masa estetik. 1) Masa vital

  Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan ketidaknikmatan. Anak memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya, tidaklah karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama, tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi (penilaian) dan belajar.

  Pada tahun kedua anak telah berjalan, dengan mulai berjalan anak akan mulai belajar menguasai ruang dan umumnya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan (kesehatan). Melalui latihan kebersihan ini, anak belajar mengendalikan implus-implus atau dorongan-dorongan yang datang dari dalam dirinya (umpamanya, buang air kecil dan air besar). 2) Masa estetik

  Masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata estetik di sini dalam arti bahwa pada masa ini, perkembangan anak yang terutama adalah fungsi pancainderanya. Kegiatan eksploitasi dan belajar anak juga terutama menggunakan pancainderanya. Pada masa ini, indera masih peka, karena itu Montessori menciptakan bermacam-macam alat permaian untuk melatih pancaindera anak.

  Banyak cara yang dipakai orang tua untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak, antara lain dengan memasukkan anak ke taman indria (playgroup).

  Kelompok Bermain Melati (KB Melati) adalah salah satu lembaga pendidikan non-formal yang memfasilitasi anak untuk mengembangkan potensi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Sendangadi, Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, berdiri sejak tanggal 23 Februari 2003 dan telah diakui oleh pemerintah daerah akan partisipasinya dalam mengembangkan potensi anak usia dini. Visi dan misi dari Kelompok Bermain Melati ini adalah “Terwujudnya anak cerdas, mandiri dan cinta lingkungan”. Adapun strategi pembelajaran yang diterapkan adalah Multiple Intelligences dengan pendekatan kasih sayang dalam suasana bermain sebagai kebutuhan dasar anak. Murid playgroup ini sekarang berjumlah 42 yang terdiri dari 21 murid perempuan dan 21 murid laki-laki. Usia murid-murid di playgoup ini berkisar antara 2 – 5 tahun. Kelompok Bermain Melati membagi muridnya menjadi dua kelompok, yaitu Kelompok Persiapan untuk anak usia 4-5 tahun dan Kelompok Kecil untuk anak usia 2-3 tahun. Pembagian ini dianggap penting untuk memberikan pendidikan dan pengarahan yang sesuai dengan perkembangan umur anak sehingga potensi yang dimiliki anak dapat berkembang dengan maksimal.

  Anak yang memperoleh pendidikan sejak dini akan sangat terbantu perkembangan kemandiriannya. Anak dilatih sejak dini untuk dapat mengandalkan diri sendiri dalam mengenal lingkungannya dan bertanggung jawab atas tindakannya. Pola asuh orang tua juga sangat mempengaruhi perkembangan kemandirian anak, karena orang tualah yang memberikan pendidikan pertama kali kepada anak. Dengan pola asuh yang benar maka akan mendukung perkembangan kemandirian anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  B.

  

Kemandirian

1. Pengertian Kemandirian

  Kemandirian pada umumnya dipelajari melalui suatu proses kondisioning dalam hubungannya dengan upaya memenuhi kebutuhan pokok. Kebutuhan ini merupakan bagian tuntutan yang tidak terpisahkan dengan apa yang disebut dorongan untuk mengaktualisasikan diri sebagai pribadi. Kemandirian itu sendiri berasal dari kata mandiri. Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung kepada orang lain. Sedangkan kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain (Depdikbud, 1999).

  Kemandirian, menurut Sutari Imam Barnadib (Mu’tadin, 2002) meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Selanjutnya Mu’tadin (2002) menjelaskan bahwa kemandirian mengandung pengertian: a) Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya; b) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi; c) Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya; dan d) Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

  Selain itu Martin dan Stendler (dalam Afiatin, 1992), mengatakan bahwa kemandirian sebagai kemampuan seseorang untuk berdiri di atas kaki sendiri, mengurus diri sendiri dalam semua aspek kehidupannya, ditandai dengan adanya inisiatif, kepercayaan diri dan kemampuannya untuk mempertahankan diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dalam perkembangan sosialnya berada pada peralihan dari tahap ”otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu” ke tahap ”inisiatif vs rasa bersalah”. Anak mulai mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, kewajiban dan haknya serta pembatasan-pembatasan yang dikenakan pada dirinya. Nilai kemauan muncul pada tahap ini, karena kemauan akan menyebabkan anak secara bertahap mampu menerima peraturan dan kewajiban. Dengan adanya kemauan maka anak akan bisa membuat pilihan-pilihan bebas, memutuskan, mengendalikan diri dan bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri yang membawa anak pada sikap mandiri. Anak yang berhasil menyesuaikan diri dalam tahap ini akan memperoleh rasa harga diri yang kuat sehingga akan mampu berpisah untuk periode waktu terbatas dari orang tua dan pengasuhnya.

  Anak yang mandiri adalah anak yang mampu berpikir dan berbuat untuk dirinya sendiri. Anak yang mandiri bisanya aktif, kreatif, kompeten, tidak tergantung pada orang lain, dan tampak spontan. Ciri khas dari anak yang mandiri antara lain (dalam ”Membuat prioritas”, 2006) : a. Mempunyai kecenderungan memecahkan masalah daripada berkutat dalam kekhawatiran bila terlibat masalah, b. Tidak takut mengambil risiko karena sudah mempertimbangkan baik buruknya, c. Percaya pada penilaian sendiri sehingga tidak sedikit-sedikit bertanya atau meminta bantuan orang lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Aspek-aspek Kemandirian

  Kemandirian anak mencakup empat aspek (Havighurst dalam “Membuat prioritas”, 2006 ; Suyata, dkk, 1982 ) , yaitu : a. Aspek intelektual dimana anak percaya pada kemampuannya sendiri dalam memecahkan masalah, memiliki inisiatif, bersikap kompeten, kreatif, dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk kemampuan memilih dan bertanggung jawab atas tindakannya, b. Aspek sosial dimana anak mampu secara aktif untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Di dalam berinteraksi ini anak mempunyai rasa percaya diri sehingga mampu berpisah dari kelekatan dengan orang tua sehingga anak akan merasa aman meskipun tidak ada orang tua disampingnya, c. Aspek emosi dimana anak mampu mengelola emosinya dan mempunyai kontrol diri yang baik, d. Aspek ekonomi, maksudnya bukan berarti anak mampu untuk menghidupi dirinya sendiri tetapi anak mampu secara sederhana untuk mengelola ekonominya sendiri. Contohnya anak mampu untuk mengelola uang saku yang diberikan orang tua, mampu memutuskan apa yang sebaiknya dibeli dan tidak.

  Kemauan anak untuk bertindak atas keinginannya sendiri dan dengan penuh percaya diri akan menimbulkan rasa puas atas usaha yang sudah dia lakukan. Rasa puas dan rasa percaya diri anak pada apa yang dia kerjakan sendiri akan membawa anak untuk bersikap mandiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Berdasarkan pendapat yang diuraikan tentang pengertian kemandirian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemandirian anak mencakup empat aspek, yaitu aspek intelektual, sosial, emosi dan ekonomi. Anak yang mandiri akan mempunyai integritas yang baik dari keempat aspek tersebut sehingga anak yang mandiri adalah anak yang percaya pada kemampuannya sendiri dalam mengambil dan memutusakan tindakan, mempunyai tanggung jawab, memiliki inisiatif, kreatif, berkompeten, mampu membebasakan diri dari kelekatannya dengan orang tua sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dan mempunyai kontrol diri yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemandirian

  a. Umur Anak mulai menampakkan perilaku mandiri pada sekitar usia dua sampai tiga tahun (Smart & Smart, 1977). Kemandirian pada usia kanak-kanak ditandai dengan adanya kemampuan anak untuk dapat makan sendiri, berpakaian sendiri dan ke kamar mandi sendiri. Anak nantinya akan tumbuh menjadi remaja dimana ketika usia remaja anak berusaha untuk lepas dari pengawasan orang tua dan mulai belajar memutuskan sendiri apa yang baik untuknya. Jadi dengan bertambahnya umur maka seseorang akan semakin tidak tergantung kepada orang lain dan mampu secara mandiri menentukan arah hidupnya sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  b. Jenis kelamin Perbedaan perlakuan yang diberikan oleh orang tua menyebabkan perbedaan terbentuknya kemandirian antara remaja putra dengan remaja putri

  (dalam Johnson & Medinnus, 1974). Perbedaan kemandirian remaja putra dan putri juga disebabkan karena adanya perbedaan stereotipe bahwa remaja putra dan remaja putri memiliki peranan yang berbeda di masyarakat. Menurut penelitan Kimmel (dalam Soetjipto, 1989) menunjukkan bahwa masyarakat menganggap remaja putri terlihat kurang mandiri daripada remaja putra karena remaja putri dipandang lebih bersikap kurang percaya diri, tidak ambisius dan sangat tergantung. Berbeda dengan remaja putra yang dipandang lebih dominan, aktif, lebih percaya diri dan ambisius. Jadi perbedaan perlakuan dan stereotipe antara peran pria dan wanita di dalam kehidupan bermasyarakat membuat perbedaan dalam perkembangan kemandirian antara anak laki-laki dan perempuan.

  c. Lingkungan Keluarga dan Sosial Masyarakat Keluarga dimana tempat anak tumbuh memberikan andil yang besar dalam perkembangan kemandirian anak. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah lingkungan pertama kali tempat anak belajar mengenai nilai-nilai kehidupan. Perbedaan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam mendidik anaknya sangat mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Anak yang diasuh dalam pola asuh otoritatif akan lebih mudah untuk bersikap mandiri daripada anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter dan permisif. Jadi perbedaan pola asuh akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dalam Jersild, 1978). Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga mempunyai andil yang besar dalam mengembangkan kemandirian karena anak akan banyak memperoleh informasi dan pengertian akan nilai-nilai baru baik dari sekolah maupun dari pergaulan dengan teman-teman sebaya.

  C.

  

Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh

  Menurut Dayaksini (1988) pola asuh orang tua adalah perlakuan orang tua terhadap anak dalam rangka memenuhi kebutuhan perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Langveld (dalam Afiatin, Purnamaningsih dan Utami, 1994) mengasuh atau mendidik anak bertujuan mendukung anak untuk mengembangkan diri dalam rangka melaksanakan tugas perkembangannya, yaitu agar mampu mandiri dalam bersikap, mampu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan hidupnya dan mampu bertanggungjawab secara moral atas segala perbuatannya kepada Tuhan, diri sendiri dan masyarakat.

  Menurut Simanjuntak (1984), pola asuh adalah cara mengasuh anak oleh ayah dan ibu secara ideal tidak terpisah, terdapat bahu membahu dalam melaksanakan tanggungjawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Menurut Gerungan (1978) yang dimaksud pola asuh adalah sikap orang tua dalam memimpin anaknya sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan kepribadian anak-anaknya. Havinghurst (dalam Rasyid, 1978) mengatakan bahwa pola asuh adalah cara-cara pengaturan tingkah laku yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dilakukan oleh orang tua sebagai perwujudan tanggungjawab dalam pembentukan kedewasaan anak.

  Menurut Rohn (dalam Rasyid, 1978) mengatakan pola asuh adalah sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya, meliputi cara orang tua memberi peraturan-peraturan, hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan kekuasaan, dan cara orang tua memberi perhatian serta tanggapan terhadap keinginan-keinginan anaknya. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah sikap dan cara-cara orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya sebagai pengasuh atau pendidik dan sebagai pembimbing dalam menumbuhkan kedewasaan dan kemandirian anak.

2. Aspek-aspek Pola Asuh Orang Tua

  Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga dapat membentuk sikap, watak, tingkah laku, moral dan juga memberikan dasar bagi pendidikan anak. Kartono (1985) menyatakan bahwa pola asuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya dapat diwujudkan dalam empat aspek, yaitu: a. Komunikasi

  Komunikasi di sini dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal di sini maksudnya yaitu orang tua secara langsung memberikan arahan dan nasehat kepada anak dengan bahasa yang mudah dimengerti anak. Komunikasi non-verbal maksudnya orang tua dalam memberikan pengarahan dan nasehat kepada anak menggunakan contoh sikap dan perilaku yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi antara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  anak dalam memutuskan segala sesuatu. Anak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat dan adanya interaksi yang hangat antara orang tua dan anak.

  b. Disiplin Orang tua dalam mengasuh anaknya dapat diwujudkan dengan menerapkan nilai-nilai ataupun aturan-aturan yang mudah dipahami oleh anak sehingga anak mempunyai kontrol diri yang baik terhadap dirinya sendiri. Dalam pola asuh otoritatif, peraturan-peraturan yang diterapkan tidak terlalu ketat dan selalu memperhatikan dan disesuaikan dengan anak.

  c. Pemenuhan kebutuhan Orang tua dalam mengasuh anak tidak terlepas dari tugasnya untuk memenuhi segala kebutuhan anak baik itu kebutuhan fisik maupun psikis.

  Contoh dari kebutuhan fisik yaitu pemenuhan sandang, pangan, dan papan. Sedangkan contoh kebutuhan psikis yaitu berupa kasih sayang, penanaman nilai-nilai moral dan pendidikan. Kedua hal tersebut saling mendukung bagi tumbuh kembang anak dan hendaknya diberikan dalam porsi yang seimbang. Pemenuhan kebutuhan anak sesuai dengan apa yang benar-benar dibutuhkan anak. Pemenuhan kebutuhan ini selalu memperhatikan dan disesuaikan dengan keperluan anak.

  d. Pandangan terhadap anak Pandangan terhadap anak maksudnya adalah cara orang tua untuk memahami kebutuhan anak dengan cara memberikan penghargaan terhadap keberadaan anak dan memahami pola pikir anak. Dalam pola asuh otoritatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  orang tua memberikan penghargaan dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Orang tua memberikan kepercayaan kepada anak karena adanya komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak.

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pola asuh orang tua adalah cara atau metode yang diterapkan oleh orang tua di dalam mendidik anak-anaknya agar anak-anaknya dapat mencapai tujuan hidupnya dengan menggali dan memaksimalkan potensi yang dimiliki anak. Cara untuk memaksimalkan potensi anak yaitu dengan mencukupi kebutuhan anak dalam empat aspek yaitu (a) aspek komunikasi dua arah yang baik dan hangat antara orang tua dan anak; (b) disiplin yang tidak kaku dengan penerapan aturan dan norma yang sesuai dengan anak; (c) pemenuhan kebutuhan anak yang baik dengan memperhatikan hal-hal yang benar-benar dibutuhkan anak dan (d) pandangan terhadap anak yang mencakup penghargaan atas prestasi anak dan berfikir dengan memperhatikan pola pikir anak.

  Keempat aspek tersebut ada dalam setiap pola asuh (otoriter, otoritatif dan permissif) yang diterapkan orang tua, hanya saja diberikan dalam porsi yang berbeda. Pola asuh yang baik adalah pola asuh yang memberikan pemenuhan dari keempat aspek tersebut dengan porsi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan anak. Pola asuh yang baik akan membantu mengoptimalkan perkembangan anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Bentuk-Bentuk Pola Asuh Orang tua

  Menurut Santrock (2002) pola asuh dapat dibedakan menjadi: a.

   Pola asuh otoriter (authoritarian parenting)