BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku 1. Pengertian - Setiyo Indra Prayitno BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku 1. Pengertian Buku saku adalah buku yang berukuran kecil yang dapat dimasukkan

  ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku saku diare adalah buku yang menjelaskan tentang penyakit diare pada anak.

  Buku saku diare merupakan media pendidikan kesehatan utuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan agar masyarakat khususnya ibu dapat mempermudah menerimanya (Notoatmodjo, 2007).

   Manfaat buku saku

  Manfaat buku saku adalah media singkat yang memberikan informasi mengenai suatu hal tertentu dan mudah dibawa. Manfaat pemberian buku saku diare pada ibu sebagai pendidikan kesehatan adalah dapat mengubah pengetahuan ibu, mengubah sikap ibu, dan menanamkan tingkah laku yang baru (Notoatmodjo,2007). Manfaat buku saku diare sebagai alat bantu pendidikan antara lain menimbulkan perhatian sesuatu masalah yaitu penyakit diare pada anak, mengingatkan sesuatu informasi tentang penyakit diare, dan menjelaskan cara pencegahan dan penanganan diare pada anak.

  10

3. Isi

  Isi buku saku tentang uraian, gambar dan lain-lain. Isi buku saku diare antara lain pengertian diare, penyebab diare, pencegahan dan penanganan diare pada anak disertai dengan gambar.

B. Diare 1. Pengertian

  Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare

  Menurut Nursalam, Susilaningrum, dan Utami (2005), Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Dikatakan diare apabila BAB <4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB >10 kali (dehidrasi berat).

  Sedangkan menurut Mansjoer (2001), Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Maka dapat disimpulkan bahwa diare merupakan perubahan frekuensi buang air besar menjadi lebih banyak dan lebih sering dengan konsistensi feses menjadi lebih banyak dan cair dalam arti menjadi tidak normal.

2. Penyebab

  Menurut Ngastiyah (2005) faktor penyebab diare yaitu : a. Faktor Infeksi

  1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral yaitu : (a)

  Infeksi bakteri : Vibrio, Escerichia Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yesinia, Aeromonas, dan sebagainya.

  (b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),

  (c) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Irichiuris, Oxyuris,

  Strongyloides ), protozoa (Entamoeba histolytica,Giardia lamblia, Trochomonas hominis ), jamur (Candida albicans).

  2) Infeksi parenteral yaitu infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti

  Otitis Media Akut (OMA)/peradangan akut telinga tengah oleh bakteri

  atau virus, tonsilitis /tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

  b.

  Faktor malabsorbsi 1)

  Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose,

  dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan

  galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

  2) Malabsorbsi lemak

  3) Malabsorbsi protein c.

  Faktor makanan seperti makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

  d.

  Faktor psikologis seperti rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

  Menurut Nursalam,Susilaningrum, dan Utami (2005), penyebab diare lainnya berupa faktor perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare yaitu : a.

  Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. pada balita yang diberi ASI penuh.

  b.

  Menggunakan botol susu.

  Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.

  c.

  Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.

  Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak. d.

  Air minum tercemar dengan bakteri tinja.

  e.

  Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

  Menurut Soegijanto (2002), faktor yang mempengaruhi kejadian diare diantaranya adalah a.

  Faktor lingkungan Yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan seperti kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.

  b.

  Faktor gizi Faktor gizi misalnya tidak diberikannya makanan tambahan meskipun anak telah berusia 4-6 bulan.

  c.

  Faktor pendidikan Faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan.

  d.

  Faktor kependudukan Menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. e.

  Faktor perilaku orang tua dan masyarakat Misalnya kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.

  f.

  Faktor ekonomi Kesemua faktor yang tersebut di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing keluarga.

  g.

  Faktor penyakit Penyakit diare akut pada anak-anak mungkin juga disertai dengan penyakit lain misalnya infeksi saluran nafas (bronchopneumonia,

  bronchitis , dll), infeksi saluran saraf pusat (meningitis, ensefalitis, dll),

  infeksi saluran kemih, infeksi sistemik lain (sepsis, campak, dll), kurang dengan diare akan tetapi lebih jarang terjadi (penyakit jantung yang berat atau gagal jantung, penyakit ginjal atau gagal ginjal).

3. Jenis- jenis diare

  Menurut pedoman dari laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Airlangga (1994) dalam Nursalam, Susilaningrum, dan Utami (2005), diare dapat dikelompokkan menjadi : a.

  Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari.

  b.

  Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.

  c.

  Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari.

  Menurut pedoman MTBS (2008), diare dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan menjadi : a.

  Diare akut, terbagi atas : diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi ringan/sedang, dan diare tanpa dehidrasi.

  b.

  Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau lebih, terbagi atas diare persisten dengan dehidrasi dan diare persisten tanpa dehidrasi.

  c.

  Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah.

  Menurut Sodikin (2011) secara klinik diare dibedakan menjadi tiga macam sindrom yaitu a.

  Diare Akut (gastroenteritis) Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak b.

  Disentri Disentri didefisinikan dengan diare yang disertai darah dalam feses, menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan mukosa usus karena bakteri invasive. Penyebab utama disentri akut yaitu Shigela, penyebab lain adalah campylobacter jejuni.

  c.

  Diare Persisten Diare persisten adalah diare yang mulanya bersifat akut tetapi berlangsung lebih 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri.

4. Tanda dan gejala

  Menurut Dewi (2011) tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare sebagai berikut : a.

  Cengeng, rewel b.

  Gelisah c. Suhu meningkat d.

  Nafsu makan menurun e. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan ada darahnya.

  Kelamaan fese ini akan berwarna hijau dan asam.

  f.

  Anus lecet.

  g.

   Dehidrasi

  Berat badan menurun i. Turgor Kulit menurun j. Mata dan Ubun-ubun cekung k.

  Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering 5.

   Pencegahan diare

  Pencegahan merupakan tujuan tercapainya penurunan angka kesakitan pada anak terhadap penyakit diare. Cara pencegahan dapat dilakukan oleh keluarga khususnya ibu dengan suatu pengetahuan. Menurut Depkes RI (2002) pencegahan penyakit diare dapat dilakukan sebagai berikut : a.

  Memberikan ASI ASI adalah makanan paling baik untuk bayi .Bayi harus disusui oleh ibunya secara penuh sampai umur 6 bulan (memberikan ASI Eklusif), karena ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI juga memberikan perlindungan terhadap diare 4 kali lebih besar dari pada ASI yang dsertai dengan susu botol.

  b.

  Makanan pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perkenalkan makanan lunak ketika anak memasuki usia 6 bulan keatas (proses penyapihan). dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadi diare, sehingga disini pengetahuan ibu sangat penting.

  c.

  Menggunakan air bersih yang cukup Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur

fecal-oral melaui air minum yang tercemar, jari-jari tangan yang kotor.

  Peranan keluarga atau ibu harus diperhatikan seperti ambil air dari sumber yang bersih, simpan air dalam tepat yang tertutup dan bersih, menjaga sumber air dari pencemaran, minum air yang sudah matang dan cuci semua peralatan masak dengan air bersih. d.

  Mencuci tangan Kebersihan perorangan harus dijaga seperti mencuci tangan dengan sabun setelah BAB, sebelum dan sesudah makan.

  e.

  Menggunakan jamban Keluarga harus mempunyai jamban yang baik dan bersih sangat membantu mengurang resiko diare pada anak.

  f.

  Membuang tinja bayi yang benar Sebaiknya tinja bayi dibuang secara benar karena bisa menimbulkan penularan penyakit pada anak dan orang tuanya.

6. Penanganan diare

  Menurut Kemenkes RI (2011) penanganan diare dilakukan dengan a.

  Berikan Oralit Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :

  1) Diare tanpa dehidrasi

  Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih : a) Keadaan umum : baik.

  b) Mata : normal.

  c) Rasa haus : normal, minum biasa.

  d) Turgor kulit : kembali cepat. Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb : (1) : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret.

  Umur < 1 tahun (2) : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret. Umur 1 – 4 tahun

  (3) Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret. Diare dehidrasi ringan/sedang

  Diare dengan dehidrasi ringan/sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih: a) : gelisah, rewel.

  Keadaan umum b) : cekung.

  Mata

  c) Rasa haus : haus, ingin minum banyak.

  d) Turgor kulit : kembali lambat.

  Oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg berat badan dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi. 3)

  Diare dehidrasi berat Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih: a) : lesu, lunglai, atau tidak sadar.

  Keadaan umum b) : cekung.

  Mata c) : tidak bisa minum atau malas minum. Rasa haus d) : kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik).

  Turgor kulit Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.

  b.

  Berikan obat Zinc Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.

  

Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),

  dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding diare.

  Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya (Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 % (Hidayat 1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

  1) Dosis pemberian Zinc pada balita: a) Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari.

  b) Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.

  Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

  2) Cara pemberian tablet Zinc :

  Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.

  c.

  Pemberian ASI / Makanan Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

  d.

  Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

  Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya

  kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.

  Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah

  dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal.

  Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia ).

  e.

  Pemberian nasehat Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :

  1) Selalu menjaga kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan

2) Cara memberikan cairan dan obat di rumah.

  3) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : diare lebih sering muntah berulang, sangat haus, makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah dan tidak membaik dalam 3 hari.

C. Pengetahuan 1. Pengertian

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran (Poerwadarminta, 2002).

2. Tingkatan pengetahuan

  Adapun tingkatan pengetahuan mempunyai 6 tingkatan menurut Notoatmodjo (2007), yaitu : a.

  Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) menyebutkan tanda-tanda penyakit diare pada anak.

  b.

  Memahami (comprehension) diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

  c.

  Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

  Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan- perhitungan hasil penelitian.

  d.

  Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini bisa dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggunakan (membuat bagan) dan membedakan.

  e.

  Sintesi (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

  f.

  Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan menggunakan kriteria yang telah ada. dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1)

  Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

  Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

  2) Umur

  Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

  3) Tingkat pendidikan Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.

  Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. 4)

  Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. 5)

  Sumber informasi Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

  6) Penghasilan

  Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

  7) Sosial budaya

  Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

3. Alat ukur pengetahuan

  Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

D. Kerangka Teori Penelitian

  Menurut Sarwono pendidikan kesehatan itu sendiri pada dasarnya suatu proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Pendidikan merupakan salah satu cara mengubah perilaku. Selanjutnya faktor perilaku ditentukan oleh tiga kelompok yaitu faktor predisposisi, pendukung dan pendorong. Green menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan ketiga faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari ibu terhadap kesehatan anaknya. Semua yang tersebut di atas dapat tergambarkan dalam bagan berikut ini:

  • Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan - Tradisi nilai
  • Ketersediannya pelayanan kesehatan
  • Sikap dan perilaku petugas

  Gambar 1. Kerangka toeri (Sumber Laurance Green dari sumber Sarwono, 2007)

Faktor Predisposisi

  

Faktor pendukung

  

Faktor pendorong

  Perilaku Pendidikan kesehatan

E. Kerangka Konsep Penelitian

  Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan sebagai kerangka konsep penelitian sebagai berikut: sebagai variabel bebas adalah buku saku diare karena merupakan media pendidikan kesehatan. Serta variabel terikatnya pengetahuan ibu cara pencegahan dan penanganan diare. Variabel bebas yang dimaksud oleh peneliti akan di teliti bagaimana efektifitas pemberian buku saku diare terhadap pengetahuan ibu tentang cara pencegahan dan penanganan diare pada anak di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

  Variabel Bebas Buku Saku

  Pre test Post test

  Diare Pengetahuan Ibu

  Pengetahuan ibu cara cara pencegahan pencegahan dan dan penanganan penanganan diare diare

  Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

  Keterangan : Yang diteliti F.

   Hipotesis

  Ada kefektifitasan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan buku saku diare terhadap ibu tentang cara pecegahan dan penanganan diare pada anak.