BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori - Dani Anjar Saputri BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

  1. Anak Usia Prasekolah Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 4-6 tahun. Anak usia prasekolah ini menunjukkan perkembangan motorik, verbal, dan keterampilan sosial secara progresif. Pada masa ini adalah meningkatnya antusiasme dan energi untuk belajar dan menggali banyak hal (Hamlin, 2005). Kemampuan mereka dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain dan penggunaan bahasa dalam berinterkasi merupakan modal awal anak dalam mempersiapkan tahap perkembangan berikutnya, yaitu tahap sekolah (Wong dan Whaley dalam Ambartanti, 2009).

  Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Heidrun Stoeger et al di Jerman, mengatakan bahwa kemampuan individu untuk dapat berprestasi di masa sekolah dasar sangat ditentukan oleh kemampuan kognitif di masa prasekolah. Jadi banyak hal yang harus dilakukan secara optimal untuk menunjang kemampuan kognitif individu di usia prasekolah, baik di lingkungan sekolah atau pun di rumah. Karena individu yang mengalami gangguan prestasi (underachiever) di usia prasekolah, akan mempunyai dampak yang berkelanjutan di usia berikutnya (Stoeger, Ziegler, & Martzog, 2008).

  2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah Perkembangan adalah meningkatnya komponen dan struktural kemampuan secara bertahap, serta ditandai dengan adanya perubahan psikologis dalam proses pematangan fungsi fisik tubuh dari anak (Suherman, 2000). Perkembangan adalah proses perubahan kapasitas fungsional dan kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang semakin terorganisasi. Semakin terorganisasi artinya organ-organ tubuh makin bisa dikendalikan sesuai dengan kemauan. Semakin terspesialisasi artinya organ-organ tubuh semakin bisa berfungsi sesuai dengan fungsinya masing-masing (Sugianto, 2005).

  Proses perkembangan yaitu suatu proses yang dapat menimbulkan perubahan, perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya, perkembangan mempunyai pola yang tetap, perkembangan memiliki tahap yang berurutan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda, perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan (Rusmil, 2006). Salah satu perkembangan pada anak yaitu perkembangan kognitif. Struktur kognitif menurut Piaget adalah proses mengolah informasi dan mengorganisasikan dari lingkungan (Slavin, 2008).

  Kognitif merupakan hasil pembentukan adaptasi biologis. Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi yang konsisten antara individu dan lingkungan melalui poses organisasi dan adaptasi.

  Tahap organisasi merupakan proses penataan segala sesuatu yang ada dilingkungan sehingga diketahui dan dikenali, sedangkan tahap adaptasi merupakan penyesuaian dengan lingkungan. Bentuk adaptasi berupa asimilasi dan akomodasi (Mulyati, 2004).

  Sebelum melakukan asimilasi dan akomodasi hal yang utama adalah pembentukan skema. Skema adalah pola-pola perilaku dan pemikiran yang akan digunakan untuk menghadapi dan bertindak dengan lingkungan (Slavin, 2008). Skema merupakan hasil dari interaksi yang berupa konstruksi hipotesis, seperti intelegensi, kreativitas, kemampuan, dan naluri (Monks, Knoers, & Haditono, 1990).

  Piaget menjelaskan bahwa akomodasi merupakan salah satu proses di mana konstruksi pengetahuan terjadi. Dalam akomodasi anak- anak memodifikasi/mengadaptasi skema-skema yang telah dimiliki dengan informasi baru. Contohnya, memisahkan mobil dari jenis kendaraan lainnya. Sedangkan asimilasi adalah salah satu proses di mana konstruksi pengetahuan terjadi. Dalam asimilasi, anak-anak mengevaluasi dan mencoba memahami informasi baru berdasarkan skema-skema yang telah dimiliki. Contohnya, semua kendaraan beroda empat adalah mobil (Upton, 2012). Tahap perkembangan kognitif anak meliputi empat tahap diantaranya adalah tahap sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Anak usia prasekolah 4-6 tahun berada pada tahap praoperasional, tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan (Santrock, 2007).

  Piaget mengatakan bahwa pada tahap ini penambahan dan pengurangan dalam hitung-hitungan merupakan aktivitas yang tidak mudah. Tahap pra-operasional ini juga ditandai oleh beberapa hal, antara lain egosentrisme, ketidakmatangan pikiran, ide atau gagasan tentang sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan antara simbol dan objek yang anak wakili, kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada satu waktu dan kebingungan tentang identitas orang dan objek (Muscari, 2001). Pemikiran praoperasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris, anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda (Adriana, 2011). Piaget menjelaskan bahwa pada tahap pemikiran praoperasional seorang anak dibagi menjadi dua yaitu subtahap simbolis dan subtahap pemikiran intuitif. Subtahap fungsi simbolis adalah tahap di mana anak- anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berpikir simbolis seperti itu disebut fungsi simbolis, dan kemampuan itu mengembangkan secara cepat dunia mental anak. Contohnya, anak-anak menggunakan desain coret-coret untuk menggambarkan manusia, mobil, rumah, awan, dan lainnya (Santrock, 2002).

  Subtahap intuitif merupakan tahap dimana anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Piaget menyebut periode waktu ini intuitif karena anak-anak yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Maksudnya, mereka mengatakan mengetahui sesuatu, tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. Contohnya, bila anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu seperti ayam bertelur, jadi semua binatang juga bertelur (Santrock, 2002). Bidang kognitif pada anak prasekolah sesuai dengan Kurikulum Taman Kanak-Kanak 2010 dibagi menjadi tiga bidang yaitu bidang pengetahuan,umum dan sains. Konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Bidang pengembangan konsep bentuk, warna, ukuran dan pola merupakan bidang kemampuan dimana anak dapat mengklasifikasi benda berdasarkan bentuk, warna atau ukurannya berdasarkan fungsi, ciri-ciri, dan jenisnya. Kemampuan yang berhubungan dengan pengembangan konsep diantaranya adalah dapat memilih dan mencocokkan benda menurut warna, bentuk dan ukurannya (Sujiono, 2009). Adapun dalam penelitian ini bidang kognitif yang akan diteliti adalah konsep bentuk dan warna.

  Perkembangan kognitif terjadi sangat pesat dimulai dari anak-anak sampai remaja. Usia prasekolah saat 4-6 tahun perkembangan otak anak mencapai 50%, sedangkan puncak perkembangan intelegensi tercapai pada remaja akhir. Perkembangan akan mencapai angka 100% terjadi pada usia 8-10 tahun (Combs et al., 2011) . Soetjningsih (2002) mengatakan bahwa perkembangan kognitif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor genetik, kondisi anak, dan motivasi.

  a. Faktor genetik Kecerdasan mempunyai kontribusi terhadap laju perkembangan kognitif anak. Anak yang memiliki IQ tinggi akan menunjukkan perkembangan kognitif yang lebih cepat dibandingkan dengan anak dengan IQ normal atau dibawah normal. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Heidrun Stoeger et al di Jerman, mengatakan bahwa saat masa-masa awal individu memiliki kemampuan kognitif yang baik. Maka hal tersebut akan di bawa sampai masa-masa berikutnya. Sebaliknya, jika pada masa-amasa awal individu memiliki kemampuan kognitif yang buruk. Maka dapat diprediksi masa-masa berikutnya pun akan seperti itu (Stoeger et al., 2008)

  b. Kondisi anak Tingkat status nutrisi anak akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak, apabila anak dalam status gizi yang buruk maka perkembangan sel dan neuron otak akan terhambat. Hal tesebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Regina et al di Amerika, menyebutkan bahwa anak-anak yang berada di kondisi kemiskinan memiliki efek pada akademik yang buruk, dibandingkan dengan anak-anak yang berkebutuhan cukup dalam segala hal (Milteer, Ginshburg, & Mulligan, 2011). Kondisi kecacatan mental (retardasi mental) pada anak pun akan memperlambat proses kognitif pada anak. Selain itu, kematangan dari struktur organ- organ seperti otak, alat persepsi, dan sistem motorik dapat berkontribusi dalam perkembangan kognitif anak. Secara garis besar kondisi anak yaitu mewakili dari kondisi fisik anak secara menyeluruh.

  c. Motivasi Adanya stimulus dan dukungan baik dari keluarga atau lingkungan sekitar, akan membuat anak semakin semangat dalam melakukan hal-hal yang baik terutama dalam konteks belajar. Hal tersebut didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ambartanti, 2009) yang mengatakan bahwa salah satu contoh dalam pemberian motivasi adalah dengan pemberian reinforcement positif jika anak sudah mampu melakukan hal yang terpuji.

  3. Media Lotto Warna dan Bentuk

  a. Definisi Lotto warna dan bentuk Brentz menyatakan “ciri utama dari media menjaditiga unsur pokok yaitu suara, visual dangerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis (line graphic) dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat di tangkap dengan indera penglihatan”. Dari ciri utama media proses belajar mengajar dapat berjalan dengan terarah karena media dapat digunakan oleh guru yang lebih penting dapat pula digunakan oleh siswa dalam belajar. Sebagai penyalur pesan dalam hal-hal tertentu media juga dapat mewakili guru menyampaikan informasi secara teliti, jelas dan menarik (Sadiman, 2006).

  Lotto adalah salah satu bentuk media visual dibuat dari triplek yang terdiri dari papan lotto berukuran 17,5 x 17,5 cm, 9 kartu lotto. Papan lotto dibuat 9 bagian yang masing- masing bagian ditempeli dengan bentuk gambar dan warna yang berbeda yang dapat digunakan secara perorangan atau kelompok oleh anak usia 4 tahun ke atas untuk membantu mengembangkan daya konsentrasi dan daya pengamatan anak (Eliyawati, 2005). Menurut Sujiono (2005) adapun kelebihan media lotto adalah sebagai berikut: 1) Mampu merangsang perkembangan syaraf kognitif anak. 2) Mampu mengembangkan kemampuan anak dalam memecahkan Suatu masalah

  2) Dapat menjalin kerjasama dan bersosialisasi dengan teman kelom- Poknya karena dapat di mainakn dengan individu maupun kelompok

  4) Mengembangkan kemampuan anak dalam membedakan warna dan yang ada pada media lotto (melatih intelektual).

  5) Mampu mengembangkan edukasi anggota tubuh baik tangan atau jari,mata.

  6) Membiasakan anak bersosialisasi dengan teman-temannya karena permainan ini dapat dilakukan perorangan dan kelompok.

  b. Cara penggunaan media lotto adalah sebagai berikut.

  1) Perkenalkan pada anak terlebih dahulu tentang media Lotto yang sudah di siapkan sebelumnya lotto yang berisi berbagai macam warna, bentuk, gambar, dan angka sesuai dengan konsep pembelajaran yang akan diterapkan yang ada di papan lotto..

  2) Cara memainkan permainan ini adalah dengan mencampur aduk kartu 3) Mintalah anak untuk menyusun kartu lotto pada papan lotto sesuai dengan gambar, bentuk, warna dan angka yang ada pada papan lotto.

  4) Berikan penjelasan singkat tentang cara permainan Lotto. Misal ada 1 pemain, si "A". Si "A" mendapat giliran pertama, dia harus mengambil papan lotto dan melihat gambar yang ada pada papan lotto setelah iu dia mencari gambar yang sama pada kartu lotto setelah menemukan gambar yang sama Si "A” memasangkannya pada papan lotto, sehingga papan lotto dipasangkan dengan kartu lotto menjadi sempurna. Jika misalnya papan lotto yang diambil adalah berupa konsep bentuk, warna dan angka Si “A” bisa menyesuaikan dengan materi pada saat itu (Eliyawati, 2005). Selama kegiatan belajar mengajar di TK Pertiwi Kalikidang, media atau alat untuk menunjang pelajaran siswa sangat terbatas.

  Pengajaran yang dilakukan oleh guru di kelas masih menggunakan teknik tradisional yaitu berupa pengajaran menggunakan papan tulis.

  Pada masa prasekolah alat permainan edukatif salah satunya seperti media lotto sangatlah dibutuhkan untuk menunjang dan menstimulasi perkembangan otak anak (Sudono, 1995). Hal tersebut didukung oleh pendapat Zaman and Eliyawati (2005) yang menyatakan bahwa untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak secara optimal dapat menggunakan alat permainana edukatif. Hal tersebut dimaksudkan untuk terselenggaranya pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.

  Pendapat tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Tekin G et al di Turki, menyebutkan bahwa belajar yang dilakukan dengan media permainan dapat menjadi alat komunikasi utama dalam proses pendidikan untuk anak-anak. Sehingga anak-anak akan lebih mudah menyerap pelajaran dengan optimal (Tekin & Sezer, 2010).

  Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Artur M di USA, menyebutkan bahwa pengembangan proses kognitif dapat dibantu oleh perantara atau media yang unik. Salah satu yang disebutkan dalam penelitian tersebut yaitu mainan robotic. Sama halnya dengan media domino yang menarik minat siswa dalam proses belajar, pada mainan robotic ini sudah diprogram khusus untuk membantu belajar anak seperti menggambar, membaca buku atau pun melukis. Sehingga pengasuh atau orangtua lebih efisien dalam mengajarkan anak-anak dalam belajar (Arsenio, 2005).

B. Kerangka Teori

  Anak Usia Prasekolah

  Faktor Kognitif:

  Perkembangan Media Lotto

  1. Genetik Kognitif

  2. Kondisi anak

  3. Motivasi Kemampuan Kognitif :

  1. Pengetahuan

  2. Pemahaman Gamabar 2.1 Kerangka teori pengaruh media lotto terhadap perkembangan kognitif anak prasekolah Slavin

  (2008), Eliyawati (2005), Suryabrata (2001), Sujiono (2005),Sujiono (2009), Santrock (2007), Berman et al ., (2008), Wong et al., (2008).

B. Kerangka konsep

  Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan diteliti, kerangka konsep ini terdiri dari varibael bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel Independen Variabel dependen

  Perkembangan kognitif Media lotto anak usia prasekolah

  Variabel Confuding

  a. Genetik(Usia dan jenis kelamin)

  b. Motivasi

  c. Kondisi anak (Tumbuh kembang dan kondisi fisik) Gamabar 2.2 Kerangka konsep pengaruh media lotto terhadap perkemabgan kognitif anak usia Prasekolah

  Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

C. Hipotesis

  Arikunto (2006) menjelaskan bahwa hipotesis adalah sebagai dugaan sementara yang kebenrannya harus diuji. Terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis statistik atau biasa disebut sebagai hipotesis nol (Ho), dan hipotesis kerja atau disebut juga hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis penelitian merupakan perkiraan atau jawaban sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan dan perlu dibuktikan kebenarannya, dan akan terjawab dalam hasil penelitian (Notoatmodjo, 2002). Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : Ha : Ada pengaruh antara media lotto warna dan bentuk terhadap Perkembangan kognitif anak usia prasekolah di TK Pertiwi Kalikidang.